Jurnal Ilmiah Rancang Kota 1
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan
Kawasan: Transformasi Jalan Teuku Umar Denpasar
Vitalitas
Km. Deddy E. Prasandya(1), Dr. Ing. Ir. Heru W. Poerbo, MURP(2), Ir. A. Rida Soemardi, M.Arch, MCP(3)
(1)
Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(3)
Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Abstrak
Koridor jalan sebagai salah satu bentuk ruang publik, tidak hanya dapat dipertimbangkan sebagai
saluran kendaraan. Koridor jalan dapat berperan sebagai ruang sosial, tempat sebagian besar
kegiatan manusia. Koridor Teuku Umar yang dalam perkembangannya lebih cenderung
memprioritaskan kendaraan (hanya berperan sebagai link), kurang dapat berperan sebagai ruang
sosial yang mengakomodasi manusia. Perkembangan tersebut mengakibatkan semakin menurunnya
kualitas koridor, dan tidak terciptanya kehidupan pinggir jalan yang aktif sepanjang hari pada koridor.
Kondisi ini membuat koridor menjadi kurang vital. Untuk menciptakan Koridor Teuku Umar yang vital,
pertimbangan visioner yang lebih mempertimbangkan manusia ke dalam desain, digunakan sebagai
pendekatan dalam penataan. Visi yang diangkat adalah “Koridor Teuku Umar sebagai ruang sosial,
yang merangsang terjadinya keragaman kegiatan manusia sepanjang hari”. Untuk mencapai visi,
strategi penataan yang dilakukan diantaranya adalah intervensi fisik bangunan ( redevelopment atau
adaptive use), mendesain ulang ruang manusia dan kendaraan, dan menata hirarki jalan sekitar.
Program pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan anchor koridor, destinasi baru
sebagai daya tarik baru koridor, sarana perparkiran, dan ruang terbuka multifungsi.
Kata-kunci: kegiatan manusia, koridor, lively, penataan, vitalitas
Pengantar
Pada dasarnya karakteristik kegiatan yang dapat
terjadi pada ruang jalan dapat dikelompokkan
menjadi dua (Moudon, 1987), yaitu non
pedestrian movement yang berbasis kendaraan,
dan pedestrian activity yang dilakukan oleh
pejalan (berjalan-jalan, duduk, berdiri, makan,
Pedestrian
activity
penting
bekerja).
dipertimbangkan, karena dengan demikian jalan
dapat dikatakan lebih berperan sebagai pusat
sosial kota yang mengakomodasi manusia.
Untuk itu daerah pinggir jalan harus dirancang
dengan
baik,
karena
dari
ruang
ini
memungkinkan terjadinya sebagian besar
aktivitas sosial (Dumbaugh, 2005). Dalam hal ini
daerah pinggir jalan berperan penting dalam
koridor jalan, karena erat kaitannya dengan
vitalitas jalan. Vitalitas kawasan merupakan
kemampuan suatu tempat untuk dapat tetap
hidup, dengan mendorong sejumlah orang dari
berbagai jenis usia, gender, dan strata sosial
berada di sekitar dan sekeliling jalan untuk
melakukan kegiatan yang beragam sepanjang
hari, sehingga menciptakan kehidupan jalan
yang aktif (Landry, 2000; Montgomery, 1998;
Aria, 2002; dan Lynch, 1981)1.
Koridor Teuku Umar berada di Desa Dauh Puri
Kauh, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar.
Koridor
jalan
yang
sedang
berkembang
ini
lebih
memprioritaskan
kendaraan dalam perkembangannya. Kondisi ini
dapat dilihat dari daerah pinggir jalan yang tidak
didesain dengan baik, lingkungan yang tidak
legible, enclosure ruang jalan yang kurang
karena street edge bersifat tidak menerus,
tipologi bangunan yang berkembang kurang
dapat merangsang terjadinya interaksi /
kegiatan pejalan, selalu tersedia halaman parkir
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 1
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
di depan bangunan, serta sangat minim pohon
buffer.
jalan
yang
berperan
sebagai
Perkembangan Koridor Teuku Umar saat ini,
secara tidak langsung mengakibatkan semakin
menurunnya kualitas koridor jalan, dan tidak
terciptanya kegiatan pinggir jalan yang aktif
sepanjang hari pada koridor.
Upaya penataan elemen koridor (fungsional,
visual, dan lingkungan) dilakukan untuk dapat
meningkatkan kualitas koridor, menciptakan
jalan yang vital. Dalam menciptakan Koridor
Teuku Umar yang vital, pertimbangan visioner
yang lebih mempertimbangkan manusia dalam
desain koridor digunakan sebagai pendekatan
dalam penataan, sehingga koridor nantinya
dapat berperan sebagai ruang aktivitas sosial
masyarakat Kota Denpasar.
Visi yang telah dirumuskan terkait dengan upaya
penataan koridor kedepan akan membuat
Koridor Teuku Umar menghadirkan ruang jalan
menjadi lebih seimbang antara pengendara dan
pejalan, memiliki berbagai pilihan destinasi
sebagai tempat kuliner; berbelanja; berkumpul;
dan berinteraksi, memiliki jalur pedestrian dan
ruang terbuka (plaza) dengan kegiatan manusia
yang hidup sepanjang hari, dan memiliki
konektivitas yang baik dengan jaringan jalan
belakang sebagai jalan penunjang koridor utama.
0
100
200
400 m
Gambar 1. Karakteristik Koridor Teuku Umar
Karakteristik Koridor Teuku Umar memiliki
banyak persimpangan, mewadahi volume lalu
lintas dan kecepatan lalu lintas yang tinggi,
memiliki jumlah akses masuk yang banyak,
visual koridor yang kompleks, dengan pola
penggunaan
lahan
eksisting
sebagai
perdagangan; jasa; pendidikan; kesehatan;
perumahan; dan peribadatan. Fungsi bangunan
yang
mendominasi
adalah
bangunan
perdagangan, dimana berdasarkan hasil survei
2012, persentase penggunaan lantai dasar
bangunan di sepanjang koridor adalah sebagai
berikut:
Data
Koridor Teuku Umar memiliki panjang 1.4 Km,
dengan kondisi topografi yang landai. Koridor ini
tergolong jalan kolektor primer (RTRW Kota
Denpasar 2011 - 2031), memiliki batas Utara
simpul Simpang Enam, dan batas Selatan Tukad
Badung, dengan lebar ruang kendaraan yang
bervariasi, berkisar 14 – 16 meter (dua jalur
tanpa median), dan lebar trotoar 1.2 – 2 meter.
Koridor yang berperan penting bagi Kota
Denpasar ini, memiliki posisi geografis yang
strategis, dan merupakan akses penghubung
pusat Kota Denpasar dan pusat pemerintahan
dengan kawasan pariwisata Kuta (Kabupaten
Badung).
2 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Diagram 1. Persentase Penggunaan Fungsi Lantai
Dasar Bangunan Sepanjang Koridor Perencanaan
Sedangkan jenis retail yang banyak berkembang
berdasarkan komuditasnya, paling banyak
adalah retail makanan dengan persentase
sebagai berikut:
Diagram 2. Persentase Jenis Retail Berdasarkan
Komuditasnya di Sepanjang Koridor Perencanaan
Km. Deddy Endra Prasandya
Koridor Teuku Umar memiliki pendukung
kegiatan yang dapat menstimulasi civitas jalan
menggunakan jalan sebagai ruang sosial. Jenis
pendukung
kegiatan
tersebut
adalah
penyelenggaraan event publik bersifat rutin
(pawai ogoh-ogoh, perayaan malam tahun baru),
penyelenggaraan kegiatan publik bersifat
insidentil (acara street trading, acara musik,
promosi produk) serta kegiatan publik bersifat
reguler / sehari-hari (kegiatan PKL).
aturan dasar dari kota yang vital dan viabel,
serta dapat mengembalikan kegiatan sosial ke
jalan (Goodchild, 1998). Dari segi densitas,
Koridor Teuku Umar dengan densitas bangunan
yang tinggi dapat mendorong orang untuk
berjalan / berkegiatan di pinggir jalan dan
menciptakan kegiatan sosial yang hidup
(Crankshaw, 2009). Potensi lainnya yang dimiliki
koridor perencanaan, diantaranya adalah
berkembangnya bangunan signifikan pada
koridor yang dapat berperan sebagai atraktor
dan menciptakan liveliness pada koridor,
penyelenggaraan event publik yang dapat
menstimulasi terjadinya interaksi dan kegiatan
berjalan, serta adanya node dan landmark yang
memberikan karakter khas pada tampilan wajah
jalan Koridor Teuku Umar.
Isu
No
1
Permasalahan
Kualitas Fungsional
Koridor Teuku Umar memiliki tiga potensi utama
yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya
menciptakan kehidupan jalan yang aktif
sepanjang hari dan membuat koridor menjadi
vital. Potensi tersebut dapat dilihat dari segi
lokasi, pola penggunaan lahan, dan densitas
bangunan. Dari segi lokasi, koridor memiliki
letak yang strategis, aksesibel, dekat dengan
areal pemukiman padat penduduk, dan akan
terintegrasi dengan jaringan transportasi publik
Sarbagita. Pola penggunaan lahan campuran di
sepanjang koridor membawa sisi positif, dimana
pola penggunaan lahan campuran dengan
fungsi bangunan yang bervariasi merupakan
Tabel 1. Struktur Permasalahan dan Persoalan
2
Kualitas
Visual
Ditinjau dari segi kebijakan dan peraturan, pola
penggunaan lahan yang diatur di sepanjang
koridor adalah sebagai perdagangan; jasa; dan
fasilitas
kesehatan,
ketinggian
bangunan
maksimal 5 lantai, KDB maksimal 50%, KLB
maksimal 5X KDB (RTRW Kota Denpasar 2011 –
2031). Sempadan jalan di sepanjang koridor
adalah 20 meter dari as jalan, sempadan pagar
1.5 meter dari trotoar (Keputusan Walikota
Denpasar No.41 Th 1995).
3
Kualitas
Lingkungan
Gambar 2. Jenis Pendukung Kegiatan pada Koridor
Perkembangan Koridor Teuku Umar yang
cenderung hanya mengakomodasi kendaraan
tanpa mempertimbangkan aspek sosial koridor,
mengakibatkan kualitas fungsional; visual; dan
lingkungan Koridor Teuku Umar semakin
menurun, dan membuat koridor menjadi kurang
vital. Dalam hal ini lalu lintas dan kendaraan
memiliki dampak yang signifikan terhadap
kualitas dari kehidupan jalan (Appleyard, 1981).
Persoalan
Fungsi lantai dasar bangunan
komersial
kurang
dapat
mendorong terjadinya interaksi
Jalur pedestrian kurang dapat
mengakomodasi keselamatan,
kemudahan, kenyamanan, dan
kemenarikan pejalan
Street activity koridor di malam
hari kurang
Orientasi
dan
sempadan
bangunan bervariasi, street
edge tidak jelas serta kesan
enclosure ruang jalan kurang
Kepadatan dan kecepatan lalu
lintas tinggi
Kemacetan lalu lintas
Intensitas ruang terbuka publik
dan tata hijau kurang
Sumber: hasil analisis, 2013
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 3
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Tujuan Perancangan
hijau yang berkontribusi meningkatkan kualitas
ekologis.
Hasil akhir perancangan yang ingin dicapai
terkait dengan penataan koridor sebagai upaya
menciptakan
vitalitas
kawasan
adalah
peningkatan kualitas Koridor Teuku Umar, untuk
dapat berperan sebagai ruang sosial yang lebih
mengakomodasi manusia, sehingga akan
tercipta aktivitas pinggir jalan yang hidup
sepanjang hari pada koridor.
Peningkatan
kualitas
fungsional
koridor:
Memberikan berbagai pilihan destinasi yang
menarik bagi pejalan dan fungsi lantai dasar
bangunan
komersial
yang
lebih
dapat
mendorong terjadinya interaksi / kegiatan
pinggir jalan. Jalur pedestrian dengan kualitas
dan konektivitas yang baik dan dapat menjadi
ruang sosial atau lokasi sebagian besar kegiatan
manusia,
serta
menciptakan
pendukung
kegiatan yang dapat mendorong lebih banyak
orang-orang menggunakan jalan sebagai ruang
sosial serta memberikan keseimbangan aktivitas
koridor di malam hari.
Gambar 4. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Visual
Koridor Teuku Umar
Gambar 5. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Lingkungan
Koridor Teuku Umar
Gambar 3. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Fungsional
Koridor Teuku Umar
Peningkatan kualitas visual:
Menciptakan tata bangunan dengan tampilan
lantai dasar yang menarik, fasade bangunan
yang aktif, dapat menstimulasi kegiatan berjalan
dan interaksi sosial.
Peningkatan kualitas lingkungan:
Kelancaran sirkulasi kendaraan, menciptakan
kepadatan dan kecepatan lalu lintas yang
menyenangkan (cukup dapat mempertahankan
visibilitas pengguna jalan lainnya), dan
menciptakan ruang terbuka / ruang publik yang
dapat mendorong terjadinya interaksi sosial dan
kegiatan manusia sepanjang hari, serta tata
4 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Kriteria
Tabel 2 merupakan desain kriteria yang harus
dipenuhi untuk dapat mencapai tujuan
perancangan yang diharapkan. Desain kriteria
ini dirumuskan berdasarkan hasil sintesis teori
yang berkaitan dengan penataan koridor
sebagai upaya menciptakan vitalitas kawasan
dan kajian beberapa objek preseden2.
Km. Deddy Endra Prasandya
Tabel 2. Desain Kriteria Koridor Jalan yang Vital
1
Kualitas
Fungsional
No
Desain Kriteria
Variasi penggunaan lahan dan variasi penggunaan lantai dasar bangunan komersial
Memiliki civic anchor atau cultural anchor
Lebar jalur pejalan 9”-10” (small scale shopping street) atau 15”-20” (destination retail street),
pemisahan yang tegas antara jalur manusia dengan kendaraan, jalur menerus, walkable (jarak
efektif berjalan 300m), pedestrian desire line yang tetap terjaga, fasade bangunan dekat ROW,
street edge tegas, terdapat elemen tata hijau yang memberikan keteduhan, kualitas desain jalur
baik, visual kompleksitas optimal, adanya triangulasi sebagai pusat atraksi pejalan
3
Lingkungan
2
Visual
Mengakomodasi ruang-ruang fleksibel sebagai wadah kegiatan publik dan aktivitas PKL
Densitas bangunan optimal, enclosure ruang jalan baik melalui perbandingan tinggi bangunan
dengan lebar jalan 1 : 3; jarak antar bangunan 0 – 30 kaki; dan pengembangan dinding vertikal
(dengan elemen lansekap atau streetscape) untuk mempertegas street edge
Lantai dasar bersifat publik, store front menarik
Tipologi bangunan berkontribusi terhadap kenyamanan pejalan
Kepadatan lalu lintas (10.000-16000 kendaraan/hari), kecepatan sedang, lebar jalan crossable
Mengakomodasi traffic calming, memberi kesan aman bagi pejalan
Bersifat aksesibel, terintegrasi dengan transportasi publik
Lokasi parkir visible (maks 180 m dari destinasi)
Mengakomodasi ruang terbuka, dilengkapi dengan retail; ruang duduk; triangulasi; unsur lansekap
Mengakomodasi elemen lansekap dan tata hijau dengan penanaman pohon pinggir jalan yang
konsisten dan kontinu (jarak efektif 4.5 – 7.6 meter)
Sumber: (Donnelley, 2010; Crankshaw, 2009; Guildford Town Centre, Vitality and Viability Report 2008; PPS, 2008; Dumbaugh, 2005; Aria,
2002; Landry, 2000; Montgomery, 1998; Gehl, 1987; Danisworo, 1996; Jacob, 1993; Moudon, 1987; Shirvani, 1985; Untermann, 1984;
Appleyard, 1981; Lynch, 1981; Whyte, 1980)
Konsep
Koridor Teuku Umar dalam penataannya dibagi
menjadi 3 spot (radius 300 m) dan 2 segmen
(panjang 160 m). Koridor akan memiliki gerbang
untuk mempertegas awal dan akhir. Pada ujung
Selatan dua bangunan dengan tipologi sama
(
) diakomodasi sebagai penyambut
kedatangan pengunjung. Pada ujung Utara
kesan gerbang akan diakomodasi oleh elemen
landmark Simpang Enam (
) sebagai pusat
orientasi. Vista dari arah Selatan akan
dihentikan pada elemen landmark yang terdapat
di ujung Utara koridor.
Manajemen lalu lintas diterapkan terkait dengan
status koridor sebagai jalan kolektor primer
adalah dengan penataan jejaring jalan yang
berhubungan dengan koridor perencanaan,
menetapkan jalan satu arah (
) untuk
membatasi akses masuk menuju koridor
perencanaan,
mengakomodasi
jalur
Bus
Sarbagita sebagai prasarana transportasi publik,
dan membatasi on street parking hanya pada
segmen koridor. Bus Sarbagita dimanfaatkan
sebagai moda
perencanaan.
pergerakan
intern
koridor
Penciptaan sabuk hijau di sepanjang Koridor
Teuku Umar yang dibentuk oleh elemen tata
hijau (
) pada furnishing zone berperan
mempertegas street edge pada koridor. Selain
itu, Koridor Teuku Umar akan memiliki telajakan
berupa taman sebagai zona transisi antara jalur
pedestrian dengan bangunan dengan lebar 1,5
) diciptakan sebagai
meter. Anchor koridor (
magnet kawasan, berperan menarik pengunjung
untuk datang ke koridor dan mendorong pejalan
untuk berpindah tempat. Penataan daerah
sempadan Tukad Badung juga akan dilakukan
untuk menciptakan ruang publik baru pada
koridor sebagai tempat berinteraksi komunitas
setempat. Penataan daerah sempadan Tukad
Badung dengan menciptakan deck tepi sungai
dan ruang duduk-duduk yang dilingkupi dengan
retail makanan dan minuman dengan sarana
kios-kios yang atraktif.
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 5
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
SPOT 3
300 m
SEGMEN B
Jalan
P.
SPOT 2
SPOT 1
SEGMEN A
Jalan
300 m
300 m
0
100
200
400 m
Gambar 6. Kerangka Rancang Kota Koridor Teuku Umar. Kerangka rancang kota merupakan interpretasi fisik dari visi
dan strategi, berisi konsep besar dan prinsip-prinsip umum perancangan kota.
Koridor Teuku Umar akan memiliki jalur
pedestrian dengan lebar 3 meter. Tiga upaya
yang dilakukan untuk dapat menciptakan
kegiatan berjalan dan merangsang keragaman
aktivitas pada jalur pedestrian, diantaranya
adalah mendekatkan pedestrian generator
dengan pedestrian atraktor dengan jalur pejalan
yang menerus, menjaga kemenarikan jalur
dengan pengembangan street frontage yang
atraktif dan elemen lansekap yang menarik,
serta
mengakomodasi
keselamatan
dan
kenyamanan termal (menciptakan barier pejalan
dengan kendaraan, mengakomodasi arkade;
collonade; kanopi; dan pepohonan untuk
memberikan kenyamanan termal).
Perbedaan mendasar antara spot dan segmen
koridor adalah sifat kegiatan pedestrian yang
akan diciptakan.
6 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Pada spot, kegiatan pejalan yang diciptakan
bersifat memusat, sedangkan pada segmen
kegiatan pejalan yang diciptakan bersifat
dinamis. Pada masing-masing spot, untuk
mengakomodasi kegiatan pejalan yang bersifat
memusat,
dikembangkan
ruang
terbuka
multifungsi yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan yang bersifat publik. Untuk
menunjang kegiatan tersebut, pada spot juga
dikembangkan gedung parkir dan shelter bus
(
) dekat dengan pusat kegiatan manusia.
Shelter bus ini terkoneksi baik secara visual
maupun fisik dengan ruang publik ( ) untuk
dapat menciptakan hub of activity. Untuk
menunjang kegiatan pejalan yang bersifat
dinamis, pada masing-masing segmen akan
dioptimalkan peran bangunan (membentuk
street wall [
] dengan cara infill front lot
Km. Deddy Endra Prasandya
Eksisting
line dan bangunan signifikan [
] yang ditata
sebagai element of surprise pejalan) untuk
menstimulasi kegiatan berjalan dan memberikan
pengalaman berjalan yang menyenangkan.
Untuk memberikan fleksibelitas perparkiran
pada segmen dikembangkan on street parking
dan kantung parkir.
Simulasi Desain
15
00
0
Untuk mengetahui transformasi Koridor Teuku
Umar, Gambar 8 sampai dengan Gambar 12
merupakan contoh simulasi desain yang
diterapkan pada Spot 3 dan Segmen A.
Fokus Spot 3 pada lahan segitiga (kawasan
redevelopment).
Penggunaan
bangunan
eksisting kurang dapat menciptakan interaksi
pejalan, dan apabila dilihat dari segi ekonomi,
penggunaan bangunan kurang memanfaatkan
potensi lahan yang memiliki nilai properti tinggi.
Usulan penataan, fungsi bangunan yang
dikembangkan seperti pertokoan, perkantoran,
dan ruko / rukan. Penggunaan lantai dasar
bangunan komersial dirancang khusus untuk
dapat menciptakan interaksi / kegiatan pejalan
dan menciptakan wajah jalan yang dinamis.
A
A
30
60 m
Usulan
A
A
A
0
15
00
30
60 m
Gambar 8. Kondisi Eksisting dan Usulan Spot 3
Keterangan :
1. Jalur Bus Sarbagita
2. Deck tepi sungai Tukad Badung
3. Kompleks pertokoan dengan lantai basement
4. Segmen street wall dengan frontage atraktif
SPOT 3
5. On street parking
6. Kantung parkir
7. Bangunan serbaguna dengan lantai basement
8. Kompleks pertokoan dengan lantai basement
9. Transformable space
10. Pop Hotel
11. Ufo Elektronik Center
12. Bali Elektronik Center
13. All Season Hotel
14. Fave Hotel
15. Rs. Kasih Ibu
16. Libby Departement Store
17. Gedung parkir
18. Simpang Enam Junction (mixed use)
19. Apotek dan Klinik
20. Akasaka Pub
21. Landmark koridor
SPOT 1
SPOT 2
SEGMEN B
SEGMEN A
0
100
200
400 m
Gambar 7. Rencana Kawasan. Merupakan simulasi desain koridor, menggambarkan secara 2 dimensi kondisi
koridor di masa mendatang yang juga berperan sebagai ruang sosial yang lebih mengakomodasi manusia.
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 7
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Eksisting
0
3
Usulan A
6
12 m
6
12 m
A
Usulan
10
0
0
3
Gambar 9. Potongan A-A Eksisting dan Usulan Spot 3
Pada Segmen A, upaya penataan dilakukan
untuk menstimulasi kegiatan berjalan dan
memberikan
pengalaman
berjalan
yang
menyenangkan. Metoda yang dilakukan adalah
mendekatkan bangunan dengan pejalan dengan
cara infill front lot line untuk mengakomodasi
sidewalk café atau window display yang menarik,
meningkatkan kualitas jalur pedestrian, dan
menciptakan elemen lansekap yang fungsional
dan menarik. Tampilan wajah bangunan dengan
aktivitas perdagangan yang hidup menjadi
triangulasi sebagai pusat atraksi pejalan.
Eksisting
A
20
40 m
Gambar 11. Usulan Segmen A
Eksisting
0
3
6
12 m
6
12 m
Usulan
0
3
Gambar 12.Potongan Eksisting dan Usulan Spot 3
A
0
100
Gambar 13. Peta Kunci Perspektif Suasana
0
10
20
40 m
Gambar 10. Kondisi Eksisting Segmen A
8 | Jurnal ARSITEKTUR 02
200
400 m
Km. Deddy Endra Prasandya
Pembimbing dan Penguji
Pandangan ke arah Spot 1
Artikel ini merupakan laporan perancangan Tesis
Desain Program Studi Magister Rancang Kota
SAPPK ITB. Pengerjaan tugas akhir ini
disupervisi oleh pembimbing Dr. Ing. Ir. Heru
Wibowo Poerbo, MURP dan Ir. A. Rida Soemardi,
M.Arch, MCP serta penguji Dr. Ir. Mochamad
Prasetiyo E.Y, M.Arch, MAUD dan Dr. RM. Petrus
Natalivan I, ST, MT.
Catatan Pembimbing
Suasana jalur pedestrian Segmen A
Tesis yang diajukan ialah pentingnya ruang
sosial disediakan dalam ruang kota. Koridor kota
yang umumnya hanya berperan sebagai saluran
lalu lintas dalam tesis ini dirancang dengan
berbagai ruang publik di beberapa segmennya.
Simulasi
menggambarkan
dengan
baik
bagaimana kriteria rancangan koridor untuk
ruang publik dapat dicapai.
Daftar Pustaka
Suasana Spot 2
Suasana jalur pedestrian Segmen B
Appleyard, Donald. (1981). Livable Street.
California: University of California Press.
Crankshaw, Ned. (2009). Creating Vibrant Public
Spaces. Wahington: Island Press.
Donnelley, R. (2010). Designing Streets: A
Policy Statement For Scotlan. Edinburgh: The
Scottish Government.
Gehl, Jan. (1987). Life Between Buildings: Using
Public Space. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Jacobs, Allan. (1993). Great Streets. Cambridge:
MIT Press.
Kent, Fred. (2008). Street as Place: Using
Streets to Rebuild Communities. New York:
Project for Public Space Inc.
Lynch, Kevin. (1981). Good City Form.
Cambridge: MIT Press.
Moudon, Anne, V. (1987). Public Street for
Public Use. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.
Suasana Spot 3
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 9
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design
Proces. New York: Van Nostrand Reinhold
Company Inc.
Untermann, Richard, K. (1984). Accomodating
The Pedestrian. USA: Van Nostrand Reinhold,
Inc.
Whyte, William. (1980). The Social Life in A
Small Urban Space. Washington DC:
Conservation Foundation.
Jurnal Ilmiah:
Danisworo, M. 1996. Penataan Kembali Pusat
Kota, Suatu Analisa Proses. Jurnal PWK 7: 7076.
Goodchild, Barry. 1998. Learning The Lessons
Of Housing Over Shops Initiatives. Journal of
Urban Design 3(1).
Landry, Charles. 2000. Urban Vitality: A New
Source of Urban Competitivenes. Journal
ARCHIS, Desember.
Montgomery, John. 1998. Making A City:
Urbanity, Vitality and Urban Design. Journal of
Urban Design 3(1).
Tesis:
Aria, Farma. 2002. Strategi Perancangan Dalam
Meningkatkan Vitalitas Kawasan Perdagangan
Johar Semarang. Tesis. Program S2 Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Dumbaugh, Eric. 2005. Safe Streets, Livable
Streets: A Positive Approach to Urban
Roadside Design. Disertasi. Program Doktor
Georgia Institute of Technology. Atlanta.
Aturan:
Keputusan Walikota Denpasar No. 41 Tahun
1995 Garis Sempadan Bangunan di Kota
Denpasar. 2 Februari 1995. Denpasar
Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun
2011 RTRW Kota Denpasar Tahun 2011 –
2031. 30 Desember 2011. Denpasar
The Guildford Development Framework Town
Centre Vitality and Viability Report (2008).
Guildford, Surrey.
10 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Catatan Kaki
1
Definisi vitalitas kawasan merupakan hasil
kesimpulan dari beberapa sumber (Landry, 2000;
Montgomery, 1998; Aria, 2002; Abramson, 1981; dan
Lynch, 1981).
2
Desain kriteria dirumuskan berdasarkan hasil
sintesis teori-teori yang diuraikan pada laporan
perancangan Tesis (Donnelley, 2010; Crankshaw,
2009; Guildford Town Centre, Vitality and Viability
Report 2008; PPS, 2008; Dumbaugh, 2005; Aria,
2002; Landry, 2000; Montgomery, 1998; Gehl, 1987;
Danisworo, 1996; Jacob, 1993; Moudon, 1987;
Shirvani, 1985; Untermann, 1984; Abramson, 1981;
Appleyard, 1981; Lynch, 1981; Whyte, 1980) dan
kajian objek preseden (Koridor Brigjend. Slamet Riyadi,
Solo; Koridor Bukit Bintang, KL; dan Omotesando Dori,
Tokyo).
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan
Kawasan: Transformasi Jalan Teuku Umar Denpasar
Vitalitas
Km. Deddy E. Prasandya(1), Dr. Ing. Ir. Heru W. Poerbo, MURP(2), Ir. A. Rida Soemardi, M.Arch, MCP(3)
(1)
Program Studi Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(3)
Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Abstrak
Koridor jalan sebagai salah satu bentuk ruang publik, tidak hanya dapat dipertimbangkan sebagai
saluran kendaraan. Koridor jalan dapat berperan sebagai ruang sosial, tempat sebagian besar
kegiatan manusia. Koridor Teuku Umar yang dalam perkembangannya lebih cenderung
memprioritaskan kendaraan (hanya berperan sebagai link), kurang dapat berperan sebagai ruang
sosial yang mengakomodasi manusia. Perkembangan tersebut mengakibatkan semakin menurunnya
kualitas koridor, dan tidak terciptanya kehidupan pinggir jalan yang aktif sepanjang hari pada koridor.
Kondisi ini membuat koridor menjadi kurang vital. Untuk menciptakan Koridor Teuku Umar yang vital,
pertimbangan visioner yang lebih mempertimbangkan manusia ke dalam desain, digunakan sebagai
pendekatan dalam penataan. Visi yang diangkat adalah “Koridor Teuku Umar sebagai ruang sosial,
yang merangsang terjadinya keragaman kegiatan manusia sepanjang hari”. Untuk mencapai visi,
strategi penataan yang dilakukan diantaranya adalah intervensi fisik bangunan ( redevelopment atau
adaptive use), mendesain ulang ruang manusia dan kendaraan, dan menata hirarki jalan sekitar.
Program pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan anchor koridor, destinasi baru
sebagai daya tarik baru koridor, sarana perparkiran, dan ruang terbuka multifungsi.
Kata-kunci: kegiatan manusia, koridor, lively, penataan, vitalitas
Pengantar
Pada dasarnya karakteristik kegiatan yang dapat
terjadi pada ruang jalan dapat dikelompokkan
menjadi dua (Moudon, 1987), yaitu non
pedestrian movement yang berbasis kendaraan,
dan pedestrian activity yang dilakukan oleh
pejalan (berjalan-jalan, duduk, berdiri, makan,
Pedestrian
activity
penting
bekerja).
dipertimbangkan, karena dengan demikian jalan
dapat dikatakan lebih berperan sebagai pusat
sosial kota yang mengakomodasi manusia.
Untuk itu daerah pinggir jalan harus dirancang
dengan
baik,
karena
dari
ruang
ini
memungkinkan terjadinya sebagian besar
aktivitas sosial (Dumbaugh, 2005). Dalam hal ini
daerah pinggir jalan berperan penting dalam
koridor jalan, karena erat kaitannya dengan
vitalitas jalan. Vitalitas kawasan merupakan
kemampuan suatu tempat untuk dapat tetap
hidup, dengan mendorong sejumlah orang dari
berbagai jenis usia, gender, dan strata sosial
berada di sekitar dan sekeliling jalan untuk
melakukan kegiatan yang beragam sepanjang
hari, sehingga menciptakan kehidupan jalan
yang aktif (Landry, 2000; Montgomery, 1998;
Aria, 2002; dan Lynch, 1981)1.
Koridor Teuku Umar berada di Desa Dauh Puri
Kauh, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar.
Koridor
jalan
yang
sedang
berkembang
ini
lebih
memprioritaskan
kendaraan dalam perkembangannya. Kondisi ini
dapat dilihat dari daerah pinggir jalan yang tidak
didesain dengan baik, lingkungan yang tidak
legible, enclosure ruang jalan yang kurang
karena street edge bersifat tidak menerus,
tipologi bangunan yang berkembang kurang
dapat merangsang terjadinya interaksi /
kegiatan pejalan, selalu tersedia halaman parkir
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 1
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
di depan bangunan, serta sangat minim pohon
buffer.
jalan
yang
berperan
sebagai
Perkembangan Koridor Teuku Umar saat ini,
secara tidak langsung mengakibatkan semakin
menurunnya kualitas koridor jalan, dan tidak
terciptanya kegiatan pinggir jalan yang aktif
sepanjang hari pada koridor.
Upaya penataan elemen koridor (fungsional,
visual, dan lingkungan) dilakukan untuk dapat
meningkatkan kualitas koridor, menciptakan
jalan yang vital. Dalam menciptakan Koridor
Teuku Umar yang vital, pertimbangan visioner
yang lebih mempertimbangkan manusia dalam
desain koridor digunakan sebagai pendekatan
dalam penataan, sehingga koridor nantinya
dapat berperan sebagai ruang aktivitas sosial
masyarakat Kota Denpasar.
Visi yang telah dirumuskan terkait dengan upaya
penataan koridor kedepan akan membuat
Koridor Teuku Umar menghadirkan ruang jalan
menjadi lebih seimbang antara pengendara dan
pejalan, memiliki berbagai pilihan destinasi
sebagai tempat kuliner; berbelanja; berkumpul;
dan berinteraksi, memiliki jalur pedestrian dan
ruang terbuka (plaza) dengan kegiatan manusia
yang hidup sepanjang hari, dan memiliki
konektivitas yang baik dengan jaringan jalan
belakang sebagai jalan penunjang koridor utama.
0
100
200
400 m
Gambar 1. Karakteristik Koridor Teuku Umar
Karakteristik Koridor Teuku Umar memiliki
banyak persimpangan, mewadahi volume lalu
lintas dan kecepatan lalu lintas yang tinggi,
memiliki jumlah akses masuk yang banyak,
visual koridor yang kompleks, dengan pola
penggunaan
lahan
eksisting
sebagai
perdagangan; jasa; pendidikan; kesehatan;
perumahan; dan peribadatan. Fungsi bangunan
yang
mendominasi
adalah
bangunan
perdagangan, dimana berdasarkan hasil survei
2012, persentase penggunaan lantai dasar
bangunan di sepanjang koridor adalah sebagai
berikut:
Data
Koridor Teuku Umar memiliki panjang 1.4 Km,
dengan kondisi topografi yang landai. Koridor ini
tergolong jalan kolektor primer (RTRW Kota
Denpasar 2011 - 2031), memiliki batas Utara
simpul Simpang Enam, dan batas Selatan Tukad
Badung, dengan lebar ruang kendaraan yang
bervariasi, berkisar 14 – 16 meter (dua jalur
tanpa median), dan lebar trotoar 1.2 – 2 meter.
Koridor yang berperan penting bagi Kota
Denpasar ini, memiliki posisi geografis yang
strategis, dan merupakan akses penghubung
pusat Kota Denpasar dan pusat pemerintahan
dengan kawasan pariwisata Kuta (Kabupaten
Badung).
2 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Diagram 1. Persentase Penggunaan Fungsi Lantai
Dasar Bangunan Sepanjang Koridor Perencanaan
Sedangkan jenis retail yang banyak berkembang
berdasarkan komuditasnya, paling banyak
adalah retail makanan dengan persentase
sebagai berikut:
Diagram 2. Persentase Jenis Retail Berdasarkan
Komuditasnya di Sepanjang Koridor Perencanaan
Km. Deddy Endra Prasandya
Koridor Teuku Umar memiliki pendukung
kegiatan yang dapat menstimulasi civitas jalan
menggunakan jalan sebagai ruang sosial. Jenis
pendukung
kegiatan
tersebut
adalah
penyelenggaraan event publik bersifat rutin
(pawai ogoh-ogoh, perayaan malam tahun baru),
penyelenggaraan kegiatan publik bersifat
insidentil (acara street trading, acara musik,
promosi produk) serta kegiatan publik bersifat
reguler / sehari-hari (kegiatan PKL).
aturan dasar dari kota yang vital dan viabel,
serta dapat mengembalikan kegiatan sosial ke
jalan (Goodchild, 1998). Dari segi densitas,
Koridor Teuku Umar dengan densitas bangunan
yang tinggi dapat mendorong orang untuk
berjalan / berkegiatan di pinggir jalan dan
menciptakan kegiatan sosial yang hidup
(Crankshaw, 2009). Potensi lainnya yang dimiliki
koridor perencanaan, diantaranya adalah
berkembangnya bangunan signifikan pada
koridor yang dapat berperan sebagai atraktor
dan menciptakan liveliness pada koridor,
penyelenggaraan event publik yang dapat
menstimulasi terjadinya interaksi dan kegiatan
berjalan, serta adanya node dan landmark yang
memberikan karakter khas pada tampilan wajah
jalan Koridor Teuku Umar.
Isu
No
1
Permasalahan
Kualitas Fungsional
Koridor Teuku Umar memiliki tiga potensi utama
yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya
menciptakan kehidupan jalan yang aktif
sepanjang hari dan membuat koridor menjadi
vital. Potensi tersebut dapat dilihat dari segi
lokasi, pola penggunaan lahan, dan densitas
bangunan. Dari segi lokasi, koridor memiliki
letak yang strategis, aksesibel, dekat dengan
areal pemukiman padat penduduk, dan akan
terintegrasi dengan jaringan transportasi publik
Sarbagita. Pola penggunaan lahan campuran di
sepanjang koridor membawa sisi positif, dimana
pola penggunaan lahan campuran dengan
fungsi bangunan yang bervariasi merupakan
Tabel 1. Struktur Permasalahan dan Persoalan
2
Kualitas
Visual
Ditinjau dari segi kebijakan dan peraturan, pola
penggunaan lahan yang diatur di sepanjang
koridor adalah sebagai perdagangan; jasa; dan
fasilitas
kesehatan,
ketinggian
bangunan
maksimal 5 lantai, KDB maksimal 50%, KLB
maksimal 5X KDB (RTRW Kota Denpasar 2011 –
2031). Sempadan jalan di sepanjang koridor
adalah 20 meter dari as jalan, sempadan pagar
1.5 meter dari trotoar (Keputusan Walikota
Denpasar No.41 Th 1995).
3
Kualitas
Lingkungan
Gambar 2. Jenis Pendukung Kegiatan pada Koridor
Perkembangan Koridor Teuku Umar yang
cenderung hanya mengakomodasi kendaraan
tanpa mempertimbangkan aspek sosial koridor,
mengakibatkan kualitas fungsional; visual; dan
lingkungan Koridor Teuku Umar semakin
menurun, dan membuat koridor menjadi kurang
vital. Dalam hal ini lalu lintas dan kendaraan
memiliki dampak yang signifikan terhadap
kualitas dari kehidupan jalan (Appleyard, 1981).
Persoalan
Fungsi lantai dasar bangunan
komersial
kurang
dapat
mendorong terjadinya interaksi
Jalur pedestrian kurang dapat
mengakomodasi keselamatan,
kemudahan, kenyamanan, dan
kemenarikan pejalan
Street activity koridor di malam
hari kurang
Orientasi
dan
sempadan
bangunan bervariasi, street
edge tidak jelas serta kesan
enclosure ruang jalan kurang
Kepadatan dan kecepatan lalu
lintas tinggi
Kemacetan lalu lintas
Intensitas ruang terbuka publik
dan tata hijau kurang
Sumber: hasil analisis, 2013
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 3
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Tujuan Perancangan
hijau yang berkontribusi meningkatkan kualitas
ekologis.
Hasil akhir perancangan yang ingin dicapai
terkait dengan penataan koridor sebagai upaya
menciptakan
vitalitas
kawasan
adalah
peningkatan kualitas Koridor Teuku Umar, untuk
dapat berperan sebagai ruang sosial yang lebih
mengakomodasi manusia, sehingga akan
tercipta aktivitas pinggir jalan yang hidup
sepanjang hari pada koridor.
Peningkatan
kualitas
fungsional
koridor:
Memberikan berbagai pilihan destinasi yang
menarik bagi pejalan dan fungsi lantai dasar
bangunan
komersial
yang
lebih
dapat
mendorong terjadinya interaksi / kegiatan
pinggir jalan. Jalur pedestrian dengan kualitas
dan konektivitas yang baik dan dapat menjadi
ruang sosial atau lokasi sebagian besar kegiatan
manusia,
serta
menciptakan
pendukung
kegiatan yang dapat mendorong lebih banyak
orang-orang menggunakan jalan sebagai ruang
sosial serta memberikan keseimbangan aktivitas
koridor di malam hari.
Gambar 4. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Visual
Koridor Teuku Umar
Gambar 5. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Lingkungan
Koridor Teuku Umar
Gambar 3. Ilustrasi Peningkatan Kualitas Fungsional
Koridor Teuku Umar
Peningkatan kualitas visual:
Menciptakan tata bangunan dengan tampilan
lantai dasar yang menarik, fasade bangunan
yang aktif, dapat menstimulasi kegiatan berjalan
dan interaksi sosial.
Peningkatan kualitas lingkungan:
Kelancaran sirkulasi kendaraan, menciptakan
kepadatan dan kecepatan lalu lintas yang
menyenangkan (cukup dapat mempertahankan
visibilitas pengguna jalan lainnya), dan
menciptakan ruang terbuka / ruang publik yang
dapat mendorong terjadinya interaksi sosial dan
kegiatan manusia sepanjang hari, serta tata
4 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Kriteria
Tabel 2 merupakan desain kriteria yang harus
dipenuhi untuk dapat mencapai tujuan
perancangan yang diharapkan. Desain kriteria
ini dirumuskan berdasarkan hasil sintesis teori
yang berkaitan dengan penataan koridor
sebagai upaya menciptakan vitalitas kawasan
dan kajian beberapa objek preseden2.
Km. Deddy Endra Prasandya
Tabel 2. Desain Kriteria Koridor Jalan yang Vital
1
Kualitas
Fungsional
No
Desain Kriteria
Variasi penggunaan lahan dan variasi penggunaan lantai dasar bangunan komersial
Memiliki civic anchor atau cultural anchor
Lebar jalur pejalan 9”-10” (small scale shopping street) atau 15”-20” (destination retail street),
pemisahan yang tegas antara jalur manusia dengan kendaraan, jalur menerus, walkable (jarak
efektif berjalan 300m), pedestrian desire line yang tetap terjaga, fasade bangunan dekat ROW,
street edge tegas, terdapat elemen tata hijau yang memberikan keteduhan, kualitas desain jalur
baik, visual kompleksitas optimal, adanya triangulasi sebagai pusat atraksi pejalan
3
Lingkungan
2
Visual
Mengakomodasi ruang-ruang fleksibel sebagai wadah kegiatan publik dan aktivitas PKL
Densitas bangunan optimal, enclosure ruang jalan baik melalui perbandingan tinggi bangunan
dengan lebar jalan 1 : 3; jarak antar bangunan 0 – 30 kaki; dan pengembangan dinding vertikal
(dengan elemen lansekap atau streetscape) untuk mempertegas street edge
Lantai dasar bersifat publik, store front menarik
Tipologi bangunan berkontribusi terhadap kenyamanan pejalan
Kepadatan lalu lintas (10.000-16000 kendaraan/hari), kecepatan sedang, lebar jalan crossable
Mengakomodasi traffic calming, memberi kesan aman bagi pejalan
Bersifat aksesibel, terintegrasi dengan transportasi publik
Lokasi parkir visible (maks 180 m dari destinasi)
Mengakomodasi ruang terbuka, dilengkapi dengan retail; ruang duduk; triangulasi; unsur lansekap
Mengakomodasi elemen lansekap dan tata hijau dengan penanaman pohon pinggir jalan yang
konsisten dan kontinu (jarak efektif 4.5 – 7.6 meter)
Sumber: (Donnelley, 2010; Crankshaw, 2009; Guildford Town Centre, Vitality and Viability Report 2008; PPS, 2008; Dumbaugh, 2005; Aria,
2002; Landry, 2000; Montgomery, 1998; Gehl, 1987; Danisworo, 1996; Jacob, 1993; Moudon, 1987; Shirvani, 1985; Untermann, 1984;
Appleyard, 1981; Lynch, 1981; Whyte, 1980)
Konsep
Koridor Teuku Umar dalam penataannya dibagi
menjadi 3 spot (radius 300 m) dan 2 segmen
(panjang 160 m). Koridor akan memiliki gerbang
untuk mempertegas awal dan akhir. Pada ujung
Selatan dua bangunan dengan tipologi sama
(
) diakomodasi sebagai penyambut
kedatangan pengunjung. Pada ujung Utara
kesan gerbang akan diakomodasi oleh elemen
landmark Simpang Enam (
) sebagai pusat
orientasi. Vista dari arah Selatan akan
dihentikan pada elemen landmark yang terdapat
di ujung Utara koridor.
Manajemen lalu lintas diterapkan terkait dengan
status koridor sebagai jalan kolektor primer
adalah dengan penataan jejaring jalan yang
berhubungan dengan koridor perencanaan,
menetapkan jalan satu arah (
) untuk
membatasi akses masuk menuju koridor
perencanaan,
mengakomodasi
jalur
Bus
Sarbagita sebagai prasarana transportasi publik,
dan membatasi on street parking hanya pada
segmen koridor. Bus Sarbagita dimanfaatkan
sebagai moda
perencanaan.
pergerakan
intern
koridor
Penciptaan sabuk hijau di sepanjang Koridor
Teuku Umar yang dibentuk oleh elemen tata
hijau (
) pada furnishing zone berperan
mempertegas street edge pada koridor. Selain
itu, Koridor Teuku Umar akan memiliki telajakan
berupa taman sebagai zona transisi antara jalur
pedestrian dengan bangunan dengan lebar 1,5
) diciptakan sebagai
meter. Anchor koridor (
magnet kawasan, berperan menarik pengunjung
untuk datang ke koridor dan mendorong pejalan
untuk berpindah tempat. Penataan daerah
sempadan Tukad Badung juga akan dilakukan
untuk menciptakan ruang publik baru pada
koridor sebagai tempat berinteraksi komunitas
setempat. Penataan daerah sempadan Tukad
Badung dengan menciptakan deck tepi sungai
dan ruang duduk-duduk yang dilingkupi dengan
retail makanan dan minuman dengan sarana
kios-kios yang atraktif.
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 5
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
SPOT 3
300 m
SEGMEN B
Jalan
P.
SPOT 2
SPOT 1
SEGMEN A
Jalan
300 m
300 m
0
100
200
400 m
Gambar 6. Kerangka Rancang Kota Koridor Teuku Umar. Kerangka rancang kota merupakan interpretasi fisik dari visi
dan strategi, berisi konsep besar dan prinsip-prinsip umum perancangan kota.
Koridor Teuku Umar akan memiliki jalur
pedestrian dengan lebar 3 meter. Tiga upaya
yang dilakukan untuk dapat menciptakan
kegiatan berjalan dan merangsang keragaman
aktivitas pada jalur pedestrian, diantaranya
adalah mendekatkan pedestrian generator
dengan pedestrian atraktor dengan jalur pejalan
yang menerus, menjaga kemenarikan jalur
dengan pengembangan street frontage yang
atraktif dan elemen lansekap yang menarik,
serta
mengakomodasi
keselamatan
dan
kenyamanan termal (menciptakan barier pejalan
dengan kendaraan, mengakomodasi arkade;
collonade; kanopi; dan pepohonan untuk
memberikan kenyamanan termal).
Perbedaan mendasar antara spot dan segmen
koridor adalah sifat kegiatan pedestrian yang
akan diciptakan.
6 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Pada spot, kegiatan pejalan yang diciptakan
bersifat memusat, sedangkan pada segmen
kegiatan pejalan yang diciptakan bersifat
dinamis. Pada masing-masing spot, untuk
mengakomodasi kegiatan pejalan yang bersifat
memusat,
dikembangkan
ruang
terbuka
multifungsi yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan yang bersifat publik. Untuk
menunjang kegiatan tersebut, pada spot juga
dikembangkan gedung parkir dan shelter bus
(
) dekat dengan pusat kegiatan manusia.
Shelter bus ini terkoneksi baik secara visual
maupun fisik dengan ruang publik ( ) untuk
dapat menciptakan hub of activity. Untuk
menunjang kegiatan pejalan yang bersifat
dinamis, pada masing-masing segmen akan
dioptimalkan peran bangunan (membentuk
street wall [
] dengan cara infill front lot
Km. Deddy Endra Prasandya
Eksisting
line dan bangunan signifikan [
] yang ditata
sebagai element of surprise pejalan) untuk
menstimulasi kegiatan berjalan dan memberikan
pengalaman berjalan yang menyenangkan.
Untuk memberikan fleksibelitas perparkiran
pada segmen dikembangkan on street parking
dan kantung parkir.
Simulasi Desain
15
00
0
Untuk mengetahui transformasi Koridor Teuku
Umar, Gambar 8 sampai dengan Gambar 12
merupakan contoh simulasi desain yang
diterapkan pada Spot 3 dan Segmen A.
Fokus Spot 3 pada lahan segitiga (kawasan
redevelopment).
Penggunaan
bangunan
eksisting kurang dapat menciptakan interaksi
pejalan, dan apabila dilihat dari segi ekonomi,
penggunaan bangunan kurang memanfaatkan
potensi lahan yang memiliki nilai properti tinggi.
Usulan penataan, fungsi bangunan yang
dikembangkan seperti pertokoan, perkantoran,
dan ruko / rukan. Penggunaan lantai dasar
bangunan komersial dirancang khusus untuk
dapat menciptakan interaksi / kegiatan pejalan
dan menciptakan wajah jalan yang dinamis.
A
A
30
60 m
Usulan
A
A
A
0
15
00
30
60 m
Gambar 8. Kondisi Eksisting dan Usulan Spot 3
Keterangan :
1. Jalur Bus Sarbagita
2. Deck tepi sungai Tukad Badung
3. Kompleks pertokoan dengan lantai basement
4. Segmen street wall dengan frontage atraktif
SPOT 3
5. On street parking
6. Kantung parkir
7. Bangunan serbaguna dengan lantai basement
8. Kompleks pertokoan dengan lantai basement
9. Transformable space
10. Pop Hotel
11. Ufo Elektronik Center
12. Bali Elektronik Center
13. All Season Hotel
14. Fave Hotel
15. Rs. Kasih Ibu
16. Libby Departement Store
17. Gedung parkir
18. Simpang Enam Junction (mixed use)
19. Apotek dan Klinik
20. Akasaka Pub
21. Landmark koridor
SPOT 1
SPOT 2
SEGMEN B
SEGMEN A
0
100
200
400 m
Gambar 7. Rencana Kawasan. Merupakan simulasi desain koridor, menggambarkan secara 2 dimensi kondisi
koridor di masa mendatang yang juga berperan sebagai ruang sosial yang lebih mengakomodasi manusia.
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 7
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Eksisting
0
3
Usulan A
6
12 m
6
12 m
A
Usulan
10
0
0
3
Gambar 9. Potongan A-A Eksisting dan Usulan Spot 3
Pada Segmen A, upaya penataan dilakukan
untuk menstimulasi kegiatan berjalan dan
memberikan
pengalaman
berjalan
yang
menyenangkan. Metoda yang dilakukan adalah
mendekatkan bangunan dengan pejalan dengan
cara infill front lot line untuk mengakomodasi
sidewalk café atau window display yang menarik,
meningkatkan kualitas jalur pedestrian, dan
menciptakan elemen lansekap yang fungsional
dan menarik. Tampilan wajah bangunan dengan
aktivitas perdagangan yang hidup menjadi
triangulasi sebagai pusat atraksi pejalan.
Eksisting
A
20
40 m
Gambar 11. Usulan Segmen A
Eksisting
0
3
6
12 m
6
12 m
Usulan
0
3
Gambar 12.Potongan Eksisting dan Usulan Spot 3
A
0
100
Gambar 13. Peta Kunci Perspektif Suasana
0
10
20
40 m
Gambar 10. Kondisi Eksisting Segmen A
8 | Jurnal ARSITEKTUR 02
200
400 m
Km. Deddy Endra Prasandya
Pembimbing dan Penguji
Pandangan ke arah Spot 1
Artikel ini merupakan laporan perancangan Tesis
Desain Program Studi Magister Rancang Kota
SAPPK ITB. Pengerjaan tugas akhir ini
disupervisi oleh pembimbing Dr. Ing. Ir. Heru
Wibowo Poerbo, MURP dan Ir. A. Rida Soemardi,
M.Arch, MCP serta penguji Dr. Ir. Mochamad
Prasetiyo E.Y, M.Arch, MAUD dan Dr. RM. Petrus
Natalivan I, ST, MT.
Catatan Pembimbing
Suasana jalur pedestrian Segmen A
Tesis yang diajukan ialah pentingnya ruang
sosial disediakan dalam ruang kota. Koridor kota
yang umumnya hanya berperan sebagai saluran
lalu lintas dalam tesis ini dirancang dengan
berbagai ruang publik di beberapa segmennya.
Simulasi
menggambarkan
dengan
baik
bagaimana kriteria rancangan koridor untuk
ruang publik dapat dicapai.
Daftar Pustaka
Suasana Spot 2
Suasana jalur pedestrian Segmen B
Appleyard, Donald. (1981). Livable Street.
California: University of California Press.
Crankshaw, Ned. (2009). Creating Vibrant Public
Spaces. Wahington: Island Press.
Donnelley, R. (2010). Designing Streets: A
Policy Statement For Scotlan. Edinburgh: The
Scottish Government.
Gehl, Jan. (1987). Life Between Buildings: Using
Public Space. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Jacobs, Allan. (1993). Great Streets. Cambridge:
MIT Press.
Kent, Fred. (2008). Street as Place: Using
Streets to Rebuild Communities. New York:
Project for Public Space Inc.
Lynch, Kevin. (1981). Good City Form.
Cambridge: MIT Press.
Moudon, Anne, V. (1987). Public Street for
Public Use. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.
Suasana Spot 3
Jurnal ARSITEKTUR 02 | 9
Penataan Koridor sebagai Upaya Menciptakan Vitalitas Kawasan
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design
Proces. New York: Van Nostrand Reinhold
Company Inc.
Untermann, Richard, K. (1984). Accomodating
The Pedestrian. USA: Van Nostrand Reinhold,
Inc.
Whyte, William. (1980). The Social Life in A
Small Urban Space. Washington DC:
Conservation Foundation.
Jurnal Ilmiah:
Danisworo, M. 1996. Penataan Kembali Pusat
Kota, Suatu Analisa Proses. Jurnal PWK 7: 7076.
Goodchild, Barry. 1998. Learning The Lessons
Of Housing Over Shops Initiatives. Journal of
Urban Design 3(1).
Landry, Charles. 2000. Urban Vitality: A New
Source of Urban Competitivenes. Journal
ARCHIS, Desember.
Montgomery, John. 1998. Making A City:
Urbanity, Vitality and Urban Design. Journal of
Urban Design 3(1).
Tesis:
Aria, Farma. 2002. Strategi Perancangan Dalam
Meningkatkan Vitalitas Kawasan Perdagangan
Johar Semarang. Tesis. Program S2 Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Dumbaugh, Eric. 2005. Safe Streets, Livable
Streets: A Positive Approach to Urban
Roadside Design. Disertasi. Program Doktor
Georgia Institute of Technology. Atlanta.
Aturan:
Keputusan Walikota Denpasar No. 41 Tahun
1995 Garis Sempadan Bangunan di Kota
Denpasar. 2 Februari 1995. Denpasar
Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 27 Tahun
2011 RTRW Kota Denpasar Tahun 2011 –
2031. 30 Desember 2011. Denpasar
The Guildford Development Framework Town
Centre Vitality and Viability Report (2008).
Guildford, Surrey.
10 | Jurnal ARSITEKTUR 02
Catatan Kaki
1
Definisi vitalitas kawasan merupakan hasil
kesimpulan dari beberapa sumber (Landry, 2000;
Montgomery, 1998; Aria, 2002; Abramson, 1981; dan
Lynch, 1981).
2
Desain kriteria dirumuskan berdasarkan hasil
sintesis teori-teori yang diuraikan pada laporan
perancangan Tesis (Donnelley, 2010; Crankshaw,
2009; Guildford Town Centre, Vitality and Viability
Report 2008; PPS, 2008; Dumbaugh, 2005; Aria,
2002; Landry, 2000; Montgomery, 1998; Gehl, 1987;
Danisworo, 1996; Jacob, 1993; Moudon, 1987;
Shirvani, 1985; Untermann, 1984; Abramson, 1981;
Appleyard, 1981; Lynch, 1981; Whyte, 1980) dan
kajian objek preseden (Koridor Brigjend. Slamet Riyadi,
Solo; Koridor Bukit Bintang, KL; dan Omotesando Dori,
Tokyo).