Arti penting komunikasi dalam organisasi (1)

Arti penting komunikasi dalam organisasi ( softskill ) KATA PENGANTAR



komunikasi adalah sutu proses di dalam upaya membangun saling pengertian. Dalam suatu organisasi biasanya selalu menekankan bagaimana pentingnya sebuah komunikasi antar anggota organisasi untuk menekan segala kemungkinan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi.
Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan . Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi.
Dari apa yang di kerjakan , tugas ini dikerjakan secara berkelompok dengan maksut dan tujuan agar setiap mahasiswa dapat mengerti dan memahami secara langsung apa yang dimaksud dan di pelajari dalam arti penting komunikasi dalam organisasi yang dibahas secara diskusi antara mahasiswa .






Tim penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................. 2
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
ISI MATERI............................................................................................... 4
A. Pengertian komunikasi ..............................................................5
• Menjelaskan komunikasi dalam organisasi
• Pengertian komunikasi menurut para ahli
B. Unsur-unsur Komunikasi ..........................................................6
• Menyebutkan unsur - unsur komunikasi
C . menyalurkan ide-ide melalui komunikasi .............................. 7 - 10
• Menyebutkan macam-macam atau jenis- jenis
komunikasi dalam organisasi
D . hambatan – hambatan komunikasi ................................... 11 - 12
• Menjelaskan tahap yang dilalui dalam proses komunikasi
E . klasifikasi komunikasi dalam organisasi ........................... 13 - 15
• Menjelaskan klasifikasi komunikasi
F . studi kasus ............................................................................. 16 – 17
PENUTUP ............................................................................................... 18
A . KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ….......................................................................... 19



PENDAHULUAN

I . LATAR BELAKANG

Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses dari suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi.
Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.Di dalam kelompok/organisasi terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.




II . Rumusan Masalah
1 . Menjelaskan dan menyebutkan pengertian komunikasi dalam organisasi!
2 . Menyebutkan apa saja unsur – unsur komunikasi!
3 . Bagaimana menyalurkan ide – ide melalaui komunikasi!
4 . Apa saja hambatan-hambatan komunikasi ?
5 . Menjelaskan Klasifikasi komunikasi dalam organisasi!




ISI MATERI

Arti penting komunikasi dalam organisasi

A . Penjelasan komunikasi dalam sebuah organisasi
Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.


Di dalam kelompok/organisasi terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.


Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses dari suatu keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya sehingga berperanan penting dalam organisasi.



Pengertian komunikasi
komunikasi adalah sutu proses di dalam upaya membangun saling pengertian. Dalam suatu organisasi biasanya selalu menekankan bagaimana pentingnya sebuah komunikasi antar anggota organisasi untuk menekan segala kemungkinan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi.
Berikut ini adalah beberapa definisi serta penjelasan mengenai komunikasi menurut beberapa ahli:

# PALO ALTO
Ketika dua orang sedang bersama, mereka berkomunikasi secara terus menerus karena mereka tidak dapat berperilaku. PALO ALTO sangat percaya bahwa seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi

# HIMSTREET & BATY
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal, maupun perilaku atau tindakan

# LASWELL
Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakn apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa

# THEODORSON & THEDORSON
Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol

# WILLIAM ALBIG
Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan


# CHARLES H. COOLEY
Komuniksi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu



B . Unsur-unsur Komunikasi ada 5, yaitu :
1.Komunikator
2.Menyampaikan berita
3.Berita-berita yang disampaikan
4.Komunikasi
5.Tanggapan atau reaksi
Fungsi komunikasi dalam organisasi


- Proaksi dan regulasi
- Menentukan tujuan organisasi
- Menentukan area permasalahan
- Mengevakuasi performa
- Memberikan komando, instruksi, memimpin, dan mempengaruhi inovasi
- Mendapatkan informasi baru
- Cara mengkomunikasikan susuatu yang baru dalam sosialisasi dan perbaikan
- Harga diri anggota
Komunikasi dalam sebuah organisasi
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual undestanding) . Pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referensi, maupun dalam pengalaman.



Bagaimana menyalurkan ide dalam komunikasi

1 . ide gagasan si sender
2 . perumusan disini ide si sender disampaikan dalam kata kata
3 . penyauran transmiting ( bisa lisan , tertulis atau bahasa isyarat )
4 . tindakan misalnya perintah dilaksanakan
5 . pengertian misalnya disini kata kata si sender menjadi ide receiver
6 . penerimaan misalnya oleh si penerima berita atau penangkap berita
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
JENIS KOMUNIKASI ORGANISASI
KOMUNIKASI INTERNAL
Adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri. Misalnya, Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan [operasi dan manajemen].
Dua dimensi komunikasi internal :
1. KOMUNIKASI VERTIKAL
Komunikasi dari pimpinan ke staff, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik [two way traffic communication].
” Downward Communication “ komunikasi atas ke bawah. Contoh pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman, rapat, majalah intern.
” Upward communication ”dari bawah ke atas. Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan
2 . KOMUNIKASI HORISONTAL
komunikasi mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf. Berlangsung tidak formal, lain dengan komunikasi vertikal yang formal. Komunikasi terjadi tidak dalam suasana kerja ! employee relation dan sering timbul rumours, grapevine, gossip.
3. KOMUNIKASI DIAGONAL [CROSS COMMUNICATION]
Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain.
4 . KOMUNIKASI EKSTERNAL
Komunikasi antara pimpinan organisasi [perusahaan] dengan khalayak audience di luar organisasi.
> BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk :
1. Bentuk Komunikasi berdasarkan
a. Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat.
Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.
A——–àß———–B
b. Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll.
2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran :
a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.
Komunikasi masa yang baik harus :
Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele
Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami
Bentuk gambar yang baik
Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio)
b. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.
Perawat—– ® ¬ ——Pengunjung puskesmas
c. Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon.
Perawat—– ® ¬ ——Pasien
3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :
1. Komunikasi satu arah
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
A ——————® B
b. Komunikasi timbal balik.
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik




HAMBATAN KOMUNIKASI
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
• Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
• Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
• Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
• Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
• Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
• Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

3. Hambatan Semantik.
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa ( bahasa daerah, nasional, maupun internasional), adanya istilah – istilah yang hanya berlaku pada bidang-bidang tertentu saja, misalnya bidang bisnis, industri, kedokteran, dll.
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
CARA MENGATASI HAMBATAN KOMUNIKASI
1. Gunakan umpan-balik
Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2. Kenali si penerima berita
- bagaimana latar belakang pendidikannya,
- bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
- sejauh mana minat dan perasaanya
3. Rencanakan secara teliti, pertimbangkan baik-baik : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan





5. KLASIFIKASI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1.Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi jenis ini tergolong kepada komunikasi aktif, dimana komunika dapat memberikan timbal balik secara langsung apabila terjadi ketidakpahaman.
b. Komunukasi Tertulis
Komunikasi secara tertulis memang memberikan suatu dampak dimana komunikan akan merasa kesulitan dalam memahami maksud dan tujan dari informasi itu, namun komunikasi ini mempunyai dampak yang lama. Dan apabila komunikan lupa dengan apa yang telah dipelajarai sebelumnya, maka ia dapat mengulangi membaca informasi tersebut. Komunikasi ini tergolong komunikasi tidak lagsung, artinya apabila komunikan tidak paham terhadap materi tertulis tersebut, maka komunikan tidak dapat memberikan suatu umpan balik secara langsung. namun dengan berkembangnya teknologi saat ini, maka meskipun komunikasi berjalan secara tidak langsung, namun unpan balik dapat diberikan secara cepat baik melalui telepon, e-mail, dll.
c. Komunikasi Verbal
1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
d. Komunikasi Non Verbal
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
2. . Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
Komunikasi Informal
•Komunikasi Informal yang terjadi karena adanya komunikasi antara sesama karyawan dalam suatu organisasi.
•Komunikasi informal (the grapevine) biasanya disebarluaskan melalui desas-desus atau kabar angin dari mulut ke mulut dari satu orang ke orang yang lainnya dalam suatu organisasi dimana kebenarannya tidak bisa dijamin karena kadang-kadang bertentangan dengan perusahaan.
•Jadi agar komunikasi informal bisa bermanfaat maka seseorang pemimpin harus bisa memakai jalur ini untuk memperlancar berjalannya komunikasi formal perusahaan (komunikasi formal ini jangan sampai mengakibatkan timbulnya desas-desus yang meresahkan karyawan)









STUDI KASUS


Pengaruh Komunikasi dalam Organisasi terhadap Kinerja Karyawan melalui Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan bagian Produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung).


Komunikasi dalam Organisasi, Kepuasan Kerja, Kinerja. Dewasa ini telah banyak organisasi yang berdiri dan berkembang sukses baik dalam skala kecil maupun besar. Organisasi sendiri merupakan suatu alat dimana orang-orang mempersatukan kecakapan dan usaha mereka untuk
mencapai tujuan bersama. Sering dijumpai bahwa karyawan kurang terpuaskan hatinya dalam melaksanakan tugasnya karena informasi mengenai prosedur kerjayang disampaikan pimpinan kurang dapat dipahami. Sehingga karyawan cenderung merasa khawatir, segan, dan takut dalam melaksanakan tugasnya.

Dengan adanya perasaan-perasaan tersebut dalam melaksanakan tugas mengakibatkan kinerja karyawan menjadi menurun. Salah satu jalan untuk mengatasi semua ini adalah dengan saluran komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tentang komunikasi dalam organisasi yang ada di Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung guna meningkatkan kinerja
karyawan melalui kepuasan kerja.

Penelitian ini menggunakan analisis data berupa analisis jalur (path analysis), yang merupakan suatu bentuk terapan dari analisis regresi berganda (multiple regression analysis. Tujuan dari analisis jalur ini adalah menentukan pengaruh langsung dan tidak langsung diantara sejumlah variabel. Lokasi penelitian ini berada pada Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung dan
dilaksanakan sejak bulan Mei 2006. Subjek dan informan dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi (sebagai responden) dan karyawan bagian HRM. Penelitian ini mempunyai variabel bebas yaitu komunikasi dalam organisasi (X), variabel interfening yaitu kepuasan kerja (Y), dan variabel terikatyaitu kinerja (Z).

Dalam penelitian ini data yang diperoleh menggunakan beberapa cara, antara lain: angket atau kuesioner, wawancara atau interview, dokumentasi, dan observasi. Instrumen penelitian ini menggunakan item-item dari penelitian terdahulu yang telah teruji, sehingga uji coba kuesioner untuk menguji instrument tidak dilakukan. Sedangkan untuk uji validitas dan reliabilitas tetap dilakukan untuk menguji validitas dan relibilitas data yang diperoleh. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung yang berjumlah 245 orang. Sedangkan sampelnya diambil sebanyak 71 orang dan tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat hipotesis alternatif yang diajukan adalah diterima. Ini terdiri dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Hasil pengaruh langsung diperoleh β = 0,371 untuk komunikasi dalam organisasi terhadap kinerja, β = 0,465 untuk kepuasan kerja terhadap kinerja, untuk komunikasi dalam organisasi memiliki β = 0,708 terhadap kepuasan kerja.

Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung dihasilkan sebesar 0,329 yaitu hasil dari pengaruh tidak langsung komunikasi dalam organisasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja. Selain itu hasil dari total pengaruh dan total pengaruh tidak langsung sebesar 0,7.

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang penting untuk diketahui terutama untuk digunakan sebagai pertimbangan penelitian yang selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan itu antara lain: meskipun ukuran perusahaan jika dilihat dari luar cukup besar tetapi karena tempatnya yang terpencil menjadikan masyarakat luas belum mengenalnya, karyawan bagian produksi yang digunakan sebagai sampel memiliki pendidikan yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi dalam penjelasan dan pengisian kuesioner.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan antara atasan dengan bawahan pada Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung lebih sering meningkatkan koordinasi (mengadakan sharing) sehingga setiap kegiatan berjalan dengan baik karena dapat mengerti perasaan dari karyawan mulai dari masalah pekerjaan ,rekan sekerja, sampai masalah kesesuian upah, secara periodik para atasan
(direktur, manager, kapala bagian) lebih sering terjun langsung ke lapangan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan kinerja, pimpinan memperhatikan keluhan-keluhan dari para karyawan. Selain itu peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya diutamakan mengambil obyek penelitian pada organisasi yang besar dan sudah dikenal oleh masyarakat luas, selanjutnya yang digunakan untuk sampel disarankan karyawan-karyawan yang memiliki pendidikan
setingkat.








PENUTUP

I . KESIMPULAN
Pada dasarnya komunikasi sangat diperlukan didalam kehidupan sehari-hari dalam aspek apapun , mau itu dalam kegiatan berorganisasi atau dalam kehidupan sehari-hari , dalam kegiatan berorganisasi , komunikasi sangat diperlukan dengan tujuan agar sebuah system yang ada bisa terjalin dengan sempurna dan lebih baik .
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan seorang pengirim, pesan/informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam berkomunikasi. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa(gerak) tubuh.Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam berkomunikasi pasti dapat merasakan timbal balik antara pemberi informasi serta penerima informasi sehingga terciptanya suatu hubungan yg mutualisme antara keduanya.


II . SARAN

Dengan disusunnya makalah ini , maka pembaca atau mahasiswa dapat mengerti dan memahami pentingnya arti komunikasi dalama organisasi , didalam kehidupan berorganisasi atau di kehidupan sehari – hari yang membutuhkan komunikasi .

Mudah-mudahan makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi pembaca atau mahasiswa , kami juga meminta maaf jika tulisan kami atau makalah kami kurang berkenan dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi .



DAFTAR PUSTAKA


Sumber :

1 . http://dhogerz.wordpress.com/2010/10/21/komunikasi-dalam-organisasi/contoh

2 . Neny Ayu Permatasari

Abstrak

ABSTRAK

Permatasari, Neny Ayu. 2006. Pengaruh Komunikasi dalam Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan melalui Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan
bagian Produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung). Skripsi,
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Drs. H. Sutrisno, M.M., (II) Drs. Agus Hermawan, M.Si,
M.Bus.

http://cakra01.blogspot.com/2012/10/arti-penting-komunikasi- PERANAN KOMUNIKASI NONVERBAL MANAJER TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN ABSTRACT




The objective of this research is in order to reveal whether or not there is a correlation between the Manager Non-verbal Communication Behaviour as the independent variable along with the Leadership Style as the intervening variable and the Working Motivation of the Bank’s Employees in Jember Regency as the dependent variable. The analysis methods employed in this research were Kendall Rank Correlation and Kendall Partial Ranking Correlation as well as the Determination of Correlation Coefficient in order to reveal the correlation effectiveness among the variables.

Meanwhile, the data utilized were the primary and the secondary data. The primary data was achieved by the closed questionnaire distributed to the respondents. While, the later was gained from many references.

The unit of analysis was determined to be the full-time and part-time employees of Jatim Bank Inc. and Lippo Bank Tbk. Inc. of Jember Branch Office. 20 sample was taken from each unit; accordingly, there were 40 sample in all. The sample was taken by employing purposive sampling method, namely by choosing some particular people due to the representation on the statistics, significancy level, and hypothesis test procedure.

The analysis on the two variables by Kendall Rank Correlation calculation shows that there was a very significant correlation between the Manager Non-verbal Communication Behaviour variable and the Working Motivation of the Bank’s Employees in Jember Regency K (XY). The correlation effectiveness was 9.1 %. Furthermore, the Manager Non-verbal Communication Behaviour variable and the Leadership Style variable K (XZ) correlated significantly. The correlation effectivity was 10.9 %. Nevertheless, the Leadership Style and the Bank’s Employee Working Motivation in Jember Regency K (ZY) did not correlate significantly. The correlation effectivity was only 0.4 %.

The result of the analysis on the three variables by applying Kendall Partial Ranking Correlation calculation shows that the correlation between the Manager Non-verbal Communication Behaviour and the Working Motivation of the Bank’s Employees of Jember Regency was relatively independent to the Leadership Style variable. In other words, the result of K (XY/Z) = 0.296 calculation was less than the calculation of K (XY) = 0.301. The theory to determine the significance, up to now, has not been found yet. However, by using the Determination of the Correlation Coefficient formula, it was revealed that the Manager Non-verbal Communication, supported by the Leadership Style, still had got 8.8 % correlation effectiveness to the Working Motivation of the Bank’s Employees in Jember Regency.



“Kita ingin belajar bagaimana membaca seseorang seperti sebuah buku”.

Setiap orang ingin melihat apa yang ada di balik pesan-pesan verbal yang “jelas”

(DeVito, 1997:177).





Latar Belakang

Setiap organisasi tidak akan lepas dari faktor budaya. Ketika seseorang berada di dalam sebuah organisasi, ia akan menjumpai berbagai nilai (values), kepercayaan (beliefs), dan berbagai perilaku yang diharapkan (expected behaviors) organisasi/ perusahaan tersebut. Ketiga-tiganya ini biasa dikenal dengan istilah budaya organisasi atau budaya perusahaan.

Seperti dalam kehidupan sosial, ada hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, di dalam budaya organisasi atau budaya perusahaan tidak hanya seperangkat aturan verbal saja yang berlaku, tetapi juga aturan-aturan yang tersembunyi, intrinsik, atau implisit, yaitu nonverbal. Aturan-aturan nonverbal akhir-akhir ini memang mulai disadari begitu penting setelah berbagai penemuan membuktikan bahwa aturan-aturan nonverbal tersebut ternyata ikut memberikan kontribusi yang kuat terhadap hubungan antar manusia (human relationship).

Thomas Kuhn dalam Polanyi (1996:vii-viii), penulis buku “The Structure of Scientific Revolutions”, pernah mengatakan bahwa perkembangan ilmu yang paling positivistis, empiris, dan pragmatis sekalipun sebenarnya masih tersertakan faktor-faktor lain yang mendukungnya. Dalam pemilihan sebuah teori baru misalnya, yang terlibat bukan sekadar rasio yang analitis, verbal dan matematis, melainkan juga cita rasa estetis, nilai moral yang tak disadari secara langsung, dan juga ikatan-ikatan sosial kelompok. Semua dimensi ini memang tidak verbal, tidak eksplisit, dan tidak dapat diukur secara matematis dan empiris; dimensi-dimensi itu bersifat nonverbal atau simbolis, implisit, serta tak terukur secara matematis, tapi menjadi faktor yang bekerja dalam proses penemuan teori atau paradigma baru dan sekaligus mengakhiri krisis dan revolusi ilmiah.

Sebagai bukti nyata dari pikiran Kuhn, dapat dilihat dari hasil penelitian Ray L. Birdwhistell dan Albert Mehrabian tentang komunikasi nonverbal (non-verbal communication). Birdwhistell dalam Rakhmat (1994:288) & Sears et.al (1992:70) menyebutkan bahwa barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata, sedangkan sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Bahkan Mehrabian, dalam catatan Rakhmat (1994:288), penulis The Silent Message, memperkirakan 93 % dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal.

Banyak dikotomi sejarah (the historical dichotomy) melibatkan faktor nonverbal didalamnya. Sebut saja Fidel Castro, tokoh pendiri Sosialisme Kuba, keunikannya bukan hanya terletak pada gaya dan kepandaiannya berbicara, namun ada sesuatu yang khas saat ia berpidato di forum PBB. Ia akan memukul micknya setiapkali mengucapkan kata-kata Amerika Serikat. Tindakan khas Castro tersebut merupakan sebuah bentuk pesan nonverbal yang menggambarkan betapa bencinya ia terhadap Amerika Serikat. Juga bagaimana ketika seorang Greek, bernama Archimedes (287-212 SM) berteriak kegirangan sambil berlari dalam keadaan telanjang bulat, lupa mengenakan pakaiannya. Keunikan pesan kinesiknya tersebut turut melahirkan Hukum Archimedes. Dan ada pula Aristokles (427-347 SM), seorang murid Sokrates dan guru Aristoteles, bapak pendiri Akademi (387 SM), hanya karena memiliki bentuk dahi dan bahu lebar, lantas dinamakan Plato. Dengan nama itulah ia lebih dikenal dan dikenang.

Aspek-aspek komunikasi nonverbal ini memang sebetulnya sangat penting untuk memahami secara mendalam karakter kepribadian atau perilaku seseorang. Sebab seperti dikatakan oleh Ray L. Birdwhistell dalam DeVito (1997:181), komunikasi nonverbal memang lebih layak dipercaya (believable) dibandingkan dengan komunikasi verbal. Ia juga menurut Dale G. Leathers dalam Rakhmat (1994:288), relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Di dalam kehidupan sosial, anggukan kepala, senyuman, sentuhan (touch=tactile=haptics), tatapan mata, model pakaian, bentuk rambut, dan sebagainya, pada kenyataannya sangat membantu menguatkan (reinforce) makna pesan-pesan verbal yang ingin disampaikan seseorang (komunikator). Anggukan kepala seorang agen pemasaran misalnya, dalam kenyataannya, selalu membawa dampak yang kuat untuk mengatasi sikap bertahan dari seorang pelangggan, terutama bila dasar-dasar yang menunjang policy penjualan tersebut benar. Anggukan kepala akan dapat mengakibatkan suatu respon positif dalam diri si pendengar (komunikan).

Begitupun di dalam kehidupan organisasi atau perusahaan, perilaku komunikasi nonverbal seorang pemimpin atau manajer dapat pula menjadi faktor yang berpengaruh terhadap keberdayagunaan manajemen perusahaan itu sendiri. Ini dapat kita lihat bagaimana seorang Giovanni Agnelli seperti ditulis oleh Lomax (1989:48-49), boss perusahaan mobil Fiat, menjadi begitu populer dan berhasil dalam bisnis otomotifnya, juga berkat daya tariknya, sikap wajahnya, dan gaya hidupnya sehingga sering dijuluki “Raja yang Tidak Bermahkota dari Italia”.

Seorang manajer memang tidak saja dituntut harus memiliki kemampuan konseptual dan kemampuan operasional, namun lebih daripada itu, seorang manajer harus pula mampu membawakan pesan-pesan nonverbal sebaik mungkin kepada karyawan. Dengan kata lain, ia harus memiliki daya tarik (attractiveness) atau lebih jelasnya daya tarik fisik (physical attractiveness), disamping kredibilitas (credibility) dan kekuasaan (power).

Berkaitan dengan bagaimana seorang manajer harus bersikap dan berperilaku, Lewis (1997:3) mengatakan bahwa manajer abad ke-21 yang sukses adalah mereka yang memang peka secara budaya. Mereka akan memperoleh keuntungan besar bila mereka memiliki strategi untuk mengatasi perbedaan budaya (persepsi, nilai, norma, bahasa verbal dan nonverbal serta perilaku). Juga seperti dikatakan oleh Drucker (1997:63) dalam bukunya Managing in Time of Great Change, bahwa masyarakat dewasa ini sebenarnya telah bergerak menuju sebuah masyarakat jaringan. Manajemen pada masyarakat semacam ini memang memerlukan perilaku yang berbeda, kecakapan yang berbeda, dan sikap yang berbeda pula.

Di lain sisi, Harahap (1996:246) yang mengutip pendapat Walter P. von Wartburg menulis bahwa kepemimpinan hanya dapat diajarkan melalui pemberian contoh (leadership can only be tought by example). Memberi contoh berarti tidak hanya melalui ucapan (verbal), melainkan juga melalui tindakan-tindakan nyata dan bahkan yang tersembunyi seperti ramah, rendah hati, dermawan, keteguhan sikap, dan sebagainya, yang semua itu tercakup dalam pengertian nonverbal. Hal ini diakui pula oleh Denny (1994:93) dan Locke (1997:99) bahwa kepemimpinan yang paling efektif adalah kepemimpinan melalui teladan dan bukan melalui perintah. Ini artinya, setiap manajer seperti dikatakan oleh Freemantle (Soetrisno, hal. 36), penulis “80 Pedoman Menjadi Bos Yang Hebat”, harus menyadari bahwa mereka dengan seperangkat nilai yang dimilikinya akan menjadi pusat perhatian para karyawan.

Dalam hal ini, studi Michigan dan studi Ohio tentang perilaku pemimpin, yakni employee centered behavior dan consideration behavior yang mengupas bahwa manajer hanya akan memperhatikan kepuasan karyawan dan kerjasama tim memang seharusnya dapat pula dipandang sebaliknya, yakni manager centered behavior, dengan pengertian bahwa karyawan dapat pula menentukan sikap terhadap segala perilaku manajer. Jika manajer berperilaku baik, maka karyawan akan memberikan respons yang baik pula. Sebaliknya, seorang manajer yang kurang rapi dalam berpakaian, rambut dikuncir, dan kurang senyum misalnya, tentu akan mendapatkan respons yang kurang baik pula dari karyawan.

Tentu saja dalam beberapa hal, perilaku komunikasi nonverbal ini memang tidak bisa lepas dari lingkungan budaya (culture-bound). Orang Indonesia, orang Inggris, orang Arab, dan lain-lainnya, tentulah memiliki nilai budaya sendiri. Begitupun halnya di perusahaan MacDonald, Coca-Cola, Sony Corp., dan sebagainya, masing-masing memiliki budaya organisasi berbeda yang turut menentukan perilaku komunikasi nonverbal seorang manajer. Mungkin saja ada beberapa perilaku komunikasi nonverbal manajer yang bisa ditolerir di suatu daerah, namun di tempat lain, kurang atau tidak bisa diterima sama sekali. Ini dapat kita lihat bagaimana misalnya pebisnis Jepang yang pendiam tidak menyukai orang Amerika yang terlalu argumentatif. Bersilang kaki ketika duduk, seperti yang dilakukan pebisnis Amerika, dianggap tidak sopan oleh pebisnis Jepang. Sebaliknya, pebisnis Amerika akan keliru bila menafsirkan perasaan, motif atau maksud pebisnis Jepang dari isyarat wajah mereka. Orang Jepang berwajah pasif dan tanpa ekspresi, terlepas dari bagaimana perasaan mereka di balik wajah tersebut, apakah ramah, marah, bahagia, sedih, setuju atau menentang. Pandangan mata orang Jepang sulit ditafsirkan. Bagi mereka kontak mata tidak begitu penting seperti yang dipersepsikan orang Amerika.

Belakangan kajian mengenai komunikasi nonverbal memang mulai begitu semarak dan menjadi trend di kalangan profesional, meski sayang masih sedikit dijumpai buku yang membahas masalah komunikasi nonverbal ini secara lebih komprehensif. Merebaknya sekolah-sekolah atau kursus-kursus kepribadian semacam John Robert Powers misalnya, setidak-tidaknya cukup menjadi bukti nyata bahwa studi komunikasi nonverbal sudah dianggap penting bagi seorang manajer atau profesional untuk memasuki dunia global yang penuh bauran budaya (cross culture).


Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas akhirnya dapat kita tarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan komunikasi nonverbal manajer dengan motivasi kerja karyawan ?

2. Sejauhmana pengaruh komunikasi nonverbal manajer terhadap motivasi kerja karyawan ?



Landasan Teori

a. Komunikasi Nonverbal

William Albig dalam Sunarjo (1991:16) pernah mendefinisikan komunikasi sebagai proses pengoperan lambang-lambang yang berarti di antara individu-individu (communication is the process of transmitting meaningful symbols between individuals). Setiap orang memakai lambang dan simbol tanpa banyak berpikir. Dengan spontan disebar dalam hubungan dengan orang lain; dan arti dan maksudnya langsung ditangkap. Maka simbolisme itu boleh disebut ciri khas bagi manusia, yang dengan terang membedakannya dari hewan. Untuk menunjuk perbedaan itu, dan dengan sekaligus tidak lupa keserupaannya dengan hewan pula, manusia dapat dirumuskan sebagai “hewan yang bersimbol” [Ernst Cassirer dalam Bakker (1978:95)].

Jauh sebelum dikenal komunikasi nonverbal, manusia memang telah disibukkan oleh berbagai kajian komunikasi simbolik. Penemuan Charles Darwin dalam Pease (1993:1), mengenai simbol-simbol yang biasa digunakan oleh hewan dan manusia, sebagaimana tertuang dalam bukunya The Expression of Emotions in Man and Animals yang terbit pada tahun 1872, boleh dibilang merupakan cikal bakal telaah modern tentang ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Sejak saat itu, para peneliti mencatat dan merekam sebanyak hampir satu juta isyarat dan tanda-tanda nonverbal. Kajian-kajian komunikasi simbolik ini, secara berangsung-angsur, kemudian bergeser ke arah kajian yang lebih luas dan mendalam. Komunikasi simbolik oleh para peneliti, akhirnya dipelajari sebagai komunikasi verbal dan nonverbal. Bahkan lebih lanjut, Fast (1987) mempopulerkan pemahaman bahasa tubuh (body language), Robbins (1996:137-152), mengembangkan sebuah istilah fisiologi, dan Fast (1997) kembali mengeluarkan istilah yang dinamai subtext.

Dalam hal ini, Albert Mehrabian (Pease, 1993:1 & Sears et.al, 1992:70) menemukan bahwa dampak keseluruhan dari suatu pesan adalah sekitar 7 % verbal (hanya kata-kata) dan 38 % suara (termasuk nada suara, infleksi, dan bunyi-bunyi yang lain) serta 55 % nonverbal. Ray L. Birdwhistell dalam Pease (1993:2) membuat perkiraan yang serupa tentang jumlah komunikasi nonverbal yang terjadi di antara manusia. Ia meyakinkan bahwa rata-rata orang berbicara sekitar 10 atau sebelas menit perhari dan bahwa rata-rata kalimat hanya memakan waktu 2,5 detik. Seperti Mehrabian, ia menemukan bahwa komponen verbal dari percakapan tatap muka kurang dari 35 % dan bahwa lebih dari 65 % komunikasi dilakukan secara nonverbal.

Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dalam tulisan DeVito (1997:178), juga memiliki ciri-ciri umum yang bersifat universal. Universalitas komunikasi nonverbal ini mencakup pada sifatnya yang komunikatif, kontekstual, paket, dapat dipercaya (believable), dikendalikan oleh aturan, dan seringkali bersifat metakomunikasi. Disini, Haviland (1988:370) menulis bahwa penelitian lintas budaya telah membuktikan bahwa terdapat banyak persamaan di seluruh dunia mengenai ekspresi-ekspresi pokok seperti tersenyum, tertawa, menangis, dan gerakan-gerakan muka yang menggambarkan kemarahan.

Dale G. Leathers dalam Rakhmat (1994:287-289), penulis Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting. Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

Komunikasi nonverbal itu sendiri menurut Paul Ekman dan Mark L. Knapp dalam DeVito (1997:177-178) dan Rakhmat (1994:287), memiliki fungsi-fungsi utama sebagai berikut : (1) Repitisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal, (2) Subtitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal, (3) Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal, (4) Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal, (5) Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya, (6) Mengatur, yaitu gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan untuk mengatur arus pesan verbal.

Sampai saat ini, para ahli komunikasi kewalahan untuk mengklasifikasikan komunikasi nonverbal. Ray L. Birdwhistell dalam Liliweri (1991:78) misalnya, mengemukakan masalah kinesik, gerakan tubuh. Edward T. Hall masih dalam catatan Liliweri (1991:81) mengangkat masalah proksemik atau penggunaan ruangan persona dan sosial. Trager juga dalam Liliweri (1991:85) mengeluarkan teori paralinguistik, yaitu penggunaan suara dan vokalisasi. Kemudian Duncan dalam tulisan Rakhmat (1994:289) tak ketinggalan menganalisis tentang faktor olfaksi (penciuman); sensitivitas kulit; dan artifaktual seperti pakaian (clothing) dan kosmetik (cosmetics). Sedangkan Scheflen dalam Rakhmat (1994:289) berpendapat lain, ia masih menyebutkan adanya istilah sentuhan (tactile); bau-bauan (odorific); dan teritorial. Juga beberapa pakar seperti DeVito (1997:215-216), Hodgetts dan Fred Luthans (1997:285) pernah menyinggung tentang masalah waktu (Chronemics; time symbolism). Bahkan ada masukan bahwa pesan nonverbal sebagai komunikasi bergambar (pictorial) (Effendi, 1990) dan rasa (taste) (Hodgetts dan Fred Luthans, 1997:285). Namun pada umumnya, komunikasi nonverbal terbagi menjadi tiga jenis saja, yakni : (1) kinesik, (2) proksemik, dan (3) paralinguistik sebagaimana dikemukakan oleh Goffman dan De Lozier, Little John, Eisenberg dan Smith dalam Liliweri (1991:32 & 77).



b. Motivasi

Setiap karyawan atau pegawai mempunyai keinginan-keinginan tertentu, pengharapan (expectancy), atau kebutuhan yang diharapkan akan dipenuhi oleh organisasi. Secara psikologis, faktor keinginan, pengharapan, atau kebutuhan karyawan ini merupakan sesuatu yang alami dan bersifat universal. Dengan kata lain, setiap manusia memiliki keinginan, pengharapan, atau kebutuhan. Dalam berbagai studi, keinginan, pengharapan, atau kebutuhan manusia ini sering disebut sebagai motivasi atau kadang-kadang disebut juga sebagai motif.

Menurut catatan Harahap (1996:255), motivasi berasal dari kata Latin molvere yang dalam bahasa Inggris disebut to move, artinya bergerak. Motivasi sebagaimana didefinisikan oleh Armstrong (1990:68) adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Sedangkan motif (motive) adalah sesuatu yang yang memulai gerakan. Bagus (1996:679) menulis bahwa motif juga berasal dari kata Latin motivus – dari moveri, motum (menggerakkan, memindahkan).

Ada banyak model motivasi, diantaranya model motivasi dari Maslow (Armstrong, 1990:72; Flippo, 1993:100; Harahap, 1996:263; Koswara, 1991:118; Mahmud, 1990:207; Rakhmat, 1994:37). Model motivasi ini sangat terkenal dan paling luas diterima. Maslow menyebutnya sebagai teori kebutuhan manusia bertingkat atau hierarki kebutuhan manusia atau juga piramida kebutuhan. Kemudian ada model motivasi dari McClelland (Harahap, 1996: 266; Rakhmat: 1994:37; Armstrong, 1990:73) yang lebih dikenal dengan McClelland Achievement Theory atau juga “N’Ach”. Ada lagi model motivasi Two-Factor View dari Frederick Herzberg (Feinberg et.al, 1996:138; Flippo, 1993:106; Harahap, 1996:263). Dan masih banyak lagi.

Dalam hal ini, Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer memang dipandang memiliki dampak yang kuat terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Hal ini mengingat bahwa faktor Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer merupakan bagian integritas kepemimpinan itu sendiri yang tidak bisa dipandang remeh. Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer dalam suatu kondisi tertentu dapat memberikan motivasi kerja yang positif terhadap karyawan atau pegawai. Hal ini dapat dilihat misalnya dari pengakuan tersirat Kaouzes dan Posner dalam Locke (1997:83) tentang masalah kepemimpinan :

Para pemimpin tidak bisa mengobarkan api semangat kepada para pengikutnya kalau mereka sendiri tidak mengekspresikan antusiasmenya terhadap visi yang ditekankan pada kelompok itu. Daya tarik emosional mungkin juga membantu menginspirasikan para pengikut untuk menyakini visi tersebut dan membangkitkan antusiasme.



Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kabupaten Jember dengan menggunakan obyek penelitian (unit of analysis) karyawan perbankan dan teknik sampel bertujuan (purposive sampling) serta instrumen penelitian Koefisien Korelasi Rank Kendall atau Kendall’s Tau : Ƭ, dapat diketahui bahwa ternyata variabel Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer (independent variable) berhubungan secara langsung dengan variabel Motivasi Kerja Karyawan Perbankan di Kabupaten Jember (dependent variable). Berdasarkan penghitungan Korelasi Rank Kendall telah diperoleh harga p sebesar 0,0031 dalam z table yang berarti hubungan dinyatakan sangat signifikan.

Kemudian berdasarkan hasil penghitungan Koefisien Korelasi Determinasi dapat diketahui variabel Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer ternyata memiliki efektifitas sebesar 9,1 % terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan Perbankan di Kabupaten Jember. Sedangkan 90,9 % sisanya pada variabel Motivasi Kerja Karyawan Perbankan di Kabupaten Jember menunjukkan adanya pengaruh lain di luar variabel Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer.



Kesimpulan dan Saran

Jelas bahwa bahasa badan adalah suatu komponen yang penting dari pergaulan antar pribadi. Mengetahui sesuatu tentang bahasa badan, berarti mempunyai teknik tertentu dalam memahami manusia dengan menemukan tanda-tanda mengenai apa yang mereka pikirkan pada suatu saat tertentu.

Apa yang diperoleh dari penelitian ini memang sebenarnya diharapkan dapat menjadi feedback bagi manajer untuk memahami secara lebih mendalam perilaku bawahan dan menyadari adanya keinginan, kebutuhan, dan harapan mereka yang selama ini tersembunyi atau terselubung. Memahami berarti disini manajer mampu beremphaty bahwa segala perilaku, baik itu fisik maupun nonfisik, turut menjadi faktor yang memacu motivasi, produktifitas, dan prestasi kerja bawahan.

Dalam hal ini, Stephen R. Covey, penulis Principle Centred Leadership, pernah mengutip pendapat W. Edwards Deming dalam Soetrisno (hal. 87) bahwa sebuah organisasi berkualitas total (total quality) adalah organisasi yang terdiri dari perseorangan yang berkualitas total. Tidak lebih. Ini memberikan implikasi bahwa manajer harus pula secara kontinyu mengembangkan pribadi dan profesionalisme jika ingin mencapai suatu organisasi yang berkualitas total.

Seorang manajer semestinya memang menguasai dua bahasa. Ia harus menguasai bahasa ibu dan bahasa badan. Mengetahui apa yang sesungguhnya dipikirkan orang lain, dapat merupakan suatu keuntungan yang besar, dan dengan sedikit pengamatan dan berpikir, keuntungan ini dapat menjadi kenyataan.

Disini, Feinberg et.al. (1996:157-158) mencoba membantu memberikan jalan kepada manajer tentang bagaimana cara mengembangkan kemampuan membaca bahasa badan sebagai berikut :

1. Tajamkan pengamatan Anda mengenai bahasa badan dari orang lain. Perhatikan mereka di kala berbicara dan mendengarkan, dalam pertemuan-pertemuan atau pembicaraan berdua. Mulailah menandai tanda-tanda khusus yang mengandung pikiran dan emosi.

2. Kembangkanlah suatu kamus yang bersifat pribadi tentang tanda-tanda bahasa badan, dari orang penting yang selalu Anda hadapi. “Kamus” ini tidak perlu ditulis dengan tepat sekali secara ilmiah. Ketika Anda mengamati tanda-tanda bahasa badan, Anda mulai membangun suatu “perasaan” atau pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai apa yang sebenarnya terletak di balik kata-kata yang diucapkan orang lain.

3. Kembangkanlah keterampilan Anda untuk bereaksi terhadap tanda-tanda bahasa badan. Lihatlah gerak-gerik yang menunjukkan sifat mempertahankan diri, perhatian, keraguan. Sesuaikan pendekatan Anda dengan pesan-pesan yang disampaikan tanda-tanda yang tidak disadari itu kepada Anda.



*) Staf Pengajar Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Muhammadiyah Jember

Disarikan dari Tesis S-2 Penulis, Magister Manajemen Universitas Jember (2001)

(Studi Hubungan Perilaku Komunikasi Nonverbal Manajer dengan Motivasi Kerja

Karyawan Perbankan di Kabupaten Jember).





RUJUKAN



Armstrong, Michael. 1990. Manajemen Sumberdaya Manusia. Alih Bahasa: Sofyan Cikmat dan Haryanto. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Bakker, A.H. “Manusia dan Simbol”. Dalam Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens (Ed). 1979. Sekitar Manusia (Bunga Rampai Tentang Filsafat Manusia). Jakarta: PT Gramedia

Denny, Richard. 1994. Sukses Memotivasi. Alih Bahasa: Pius M. Sumaktoyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Devito, Joseph A., 1997. Komunikasi Antarmanusia. Alih Bahasa: Agus Maulana. Jakarta: Professional Books

Drucker, Peter F., 1997. Managing in Time of Great Change. Alih Bahasa: Agus Teguh Handoyo. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Effendi, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Fast, Julius. 1987. Body Language. New York: MJF Books

----------. 1997. Subtext (Manfaatnya dalam Dunia Politik, Bisnis dan Pergaulan). Penterjemah: Paula Juliawati. Solo: Dabara Publishers, a division of PT. Dabara Bengawan

Feinberg, Mortimer R., (et.al). 1996. Psikologi Manajemen. Alih Bahasa: R. Turman Sirait. Jakarta: Mitra Utama

Flippo, Edwin B., 1993. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga

Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Manajemen Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Haviland, William A., 1988. Antropologi. Alih Bahasa: R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga

Hodgetts, Richard M., dan Fred Luthans. 1997. International Management. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Indrapradja, Frans. 1991. Beberapa Catatan Mengenai Budaya Perusahaan. Bahan Kuliah yang digunakan dalam SESPIBI Angkatan XVI. Jakarta: Bank Artha Graha

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. ERESCO

Lewis, Richard D., 1997. Menjadi Manajer Era Global (Kiat Komunikasi Bisnis Lintas Budaya). Alih Bahasa: Deddy Mulyana (dkk). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Lomax, David. 1989. Tokoh-Tokoh Pencetak Uang. Penterjemah: Sumardjo. Jakarta: Pustaka Jaya

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Locke, Edwin A., and Associates. 1997. Esensi Kepemimpinan. Alih Bahasa: Aris Ananda. Jakarta: Mitra Utama

Mahmud, M. Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE

Pease, Allan. 1993. Bahasa Tubuh. Alih Bahasa: Arum Gayatri. Jakarta: Arcan

Polanyi, Michael. 1996. Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Robbins, Anthony. 1996. Unlimited Power (Kekuasaan Tanpa Batas). Alih Bahasa: T. Zaini Dahlan. Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa

Sears, David O., (et.al). 1992. Psikologi Sosial Jilid 1. Alih Bahasa: Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga

Soetrisno, Edyy (Ed). Tanpa Tahun. Sepuluh Hukum Kepemimpinan. Penerjemah: Djafar. Jakarta: Taramedia

Sunarjo, Djoenaesih S. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi Jilid I. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta