lembaga hukum islam indonesia (1)

Makalah
Lembaga Hukum Islam Tokoh-tokoh Lembaga dan Kodifikasi Hukum Islam
Guna memenuhi tugas mata kuliah usul fiqh dengan dosen pengampu ibu Dr. Maesyaroh

Disusun oleh :
Iqbal mashardi (1166)
Abdul Naim Suni (11660041)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk islam terbanyak dibandingkan
dengan negara-negara lain di dunia. Asal mula perkembangan agama islam di indonesia
dimulai penyebarannya dari kerajaan islam pertama yang berada di Aceh yaitu kerajaan
Samudra Pasai. Lalu, dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan islam lainnya.

Islam masuk dan menyebar secara perlahan keberbagai nusantara. Tokoh yang berperan
besar dalam penyebaran islam di Indonesia adalah para ulama-ulama besar yang berasal
dari jawa yang dikenal dengan nama Wali Songo. Islam dapat masuk keseluruh belahan
nusantara dengan mudah dikarenakan syaratnya yang mudah dan cara menyebarkannya
yang sangat efektif. Berbagai cara dilakukan para Wali Songo agar dapat menyebarkan
islam di Indonesia seperti memakai adat istiadat setempat sebagai media
penyebarannya. Sehingga, islam yang ada di Indonesia memang sangat kental akan adat
istiadatnya yang masih terlihat sampai sekarang. Sebagai contoh tradisi kenduren,
slametan, metode reproduksi bayi tabung dan sebagainya.
Berbagai masalah timbul seiring berjalannya waktu dan banyak kalangan umat
islam yang menentang tradisi-tradisi di atas. Hal itu dikarenakan tiada dasar yang
mengatur tata cara tersebut dalam islam dijaman nabi dan disebut sebagai bid’ah. Tak
hanya itu, berbagai masalah terkait modernisasi dan globalisasi juga banyak yang timbul
dan menghadirkan masalah baru yang harus dicari akar hukumnya agar tidak tersesat
dalam kehidupan duniawi.
Oleh karena itu diperlukan adanya lembaga hukum islam di Indonesia yang
bertugas mencari akar masalah dan hukumnya. Lembaga yang mengurusi hal tersebut
sudah ada di Indonesia yaitu lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia). Banyak sekali
bidang hukum yang telah dikaji oleh lembaga ini dan banyak sekali hasil hukum yang
telah dihasilkan. Salah satunya adalah masalah label halal pada produk makanan. Akan

tetapi bukan hanya itu, berbagai masalah hukum sosial juga telah banyak hasilnya
seperti hukum nikah beda agama, perceraian dan lain sebagainya.

Untuk itu perlu kami paparkan bagaimana perkembangan lembaga hukum islam
di Indonesia. Serta, seperti apa perannya dalam menghadapi perkembangan masyarakat
seiring berjalannya waktu. Maka, dalam makalah ini akan kami sajikan semua hal
terkait hal tersebut.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Jika dilihat dari kamus besar bahasa indonesia, akan didapat beberapa arti
dari kata lembaga. Arti pertama adalah asal sesuatu; kedua, acuan; sesuatu yang
memberi bentuk kepada yang lain; ketiga, badan atau organisasi yang bertujuan
melakukan sesuatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Lembaga
yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah arti yang kedua.
Lembaga hukum islam adalah lembaga yang mengatur norma/aturan yang
didasarkan pada ajaran islam. Kebutuhan itu bermacam-macam, antara lain
kebutuhan keluarga, pendidikan, hukum, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Sebagai lembaga, ia mempunyai bebrapa fungsi, diantaranya; 1) memberikan
pedoman pada anggota masyarakat (muslim) bagaimana mereka harus bertingkah
laku atau bersikap dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan
kebutuhan pokok mereka; 2) memberikan pegangan kepada masyarakat
bersangkutan dalam melakukan pengadilan sosial menurut sistem tertentu yakni
sistem pengawasan tingkah laku para anggotanya; dan 3) menjaga kebutuhan
masyarakat.
Karena fungsinya yang sangat penting dalam masyarakat, dahulu lembaga Islam
di perkenalkan melalui kurikulum perguruan tinggi. Sebagai contoh yaitu pada Sekolah
Tinggi Hukum yang didirikan pada tahun 1925 di Batavia memasukkan lembaga Islam
kedalam kurikulumnya dengan namaMohammedansche Recht Instellingen van den
Islam, yang artinya adalah Hukum Islam dan Lembaga-lembaga Islam. Selain itu juga
dahulu Sekolah Tinggi Hukum atau Recht Hogescool yang menjadi cikal bakal Fakultas

Hukum serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan sadar
mencantumkan lembaga-lembaga Islam di dalam kurikulumnya
dengan maksud agar mereka yang bekerja di Hindia Belanda yang penduduknya
beragama Islam dapat memahami tingkah laku masyarakat Islam.
Dari sini dapat kita lihat dengan jelas betapa pentingnya lembaga-lembaga

Islam. Di Indonesia terdapat beberapa lembaga hukum islam, diantaranya adalah:
1. Majelis Tarjih Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi social keagamaan yang memiliki misa utama
pembaharuan

atau

tajdid

terhadap

pemahaman

agama.

Pembaharuan

dalam

muhammadiyah meliputi dua segi jika dilihat dari sasarannya yaitu pembaharuan dalam

arti mengembalikan kepada kemurniannya dengan sasaran soal-soal prinsip perjuangan
yang bersifat tetap dan pembaharuan dalam arti modernisasi dengan sasaran mengenai
masalah metode, system, tektik, setrategi, taktik perjuangan dan lain-lain.
Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-17/1928 di Yogyakarta dibentuk susunan
pengurus Majelis Tarjih Pusat sebagai ketuanya KH.Mas Mansur dan sekertaris
KH.Aslan Z, dibuat anggaran dasar yang menetapkan tugas dari majelis tarjih adalah
mengamati perjalanan Muhammadiyah yang berhubungan dengan hukum-hukum
agama, menerima dan mentarjih hukum masalah khilafiyah yang diragukan hukumnya,
penyelidikan dan pembahasan yang berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Majelis Tarjih
berfungsi untuk mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang masalah-masalah
tertentu.
Manhaj al-istinbath adalah majelis tarjih dan pengembangan pemikiran islam
Muhammadiyah yang merumuskan secara dinamis aspek metodologis, yang dilakun
terakhir pada tahun 2000 di Jakarta dengan prinsip yaitu mengbah istilah al- sunnah alsohihah menjadi al-sunnah maqbullah sebagai sumber hukum sesudah al-Quran, posisi
ijtihad adalah metode bukan sumber hukum, ijtihad meliputi metode bayani, ta’lili, dan
ishtilahi, manhaj menentukan empat pendekatan untuk kepentingan menetapkan hukum,
dan lain-lain.
Dalam majlis tarjih, manhaj pengembangan pemikiran islam dikembangkan atas
dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi utamayaitu: prinsip al-muro’ah
(konservasi), prinsip al-tahdidsi (inovasi), dan prinsip al-ibtikari (kreasi). Dalam


pengambilan keputusan MTPPI terhadap persoalan-persoalanyang memerlukan
perpestik oleh majlis ini dinahas dengan cara berupaya mencari dalil yang relevan,
menerapkan manhaj al istinbath lalu menarik natijah hukumnya, hasil keputusan
kemudian

diajukan

kepemimpinan

muhammadiyah

sesuai

tingkatannya

yang

mempunyai otoritas untuk mentanfidzkan atau tidak sesuai pertimbangan yang dimiliki,
namun semua yang telah ditanfidzkan masih tetap untuk diadkan tinjauan ulang.

2. Lajnah Bahsul Masail NU
NU sebagai jam’iyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah dan ijtima’iyah serta
menjadikan paham sunah wal jama’ah sebagai basis teologi dan menganut salah satu
dari mazhab. Metode istinbath hukum lajnah bahsul masail dikalangan NU tidak
diartikan dengan mengambil hukum secara langsung (al-qur’an dan sunah), namun
diartikan sesuai dengan sikap dasar bermazhab terutama mazhab Syafi’I menempati
posisi yang dominan. Metode pengambilan keputusan hukum dirumuskan pada munas
Bandar lampung pada tahun 1992 dengan susunan metodologisnya yaitu: kasus yang
jawabannya ditemukan satu qoul (pendapat), maka qou itu yang diambil, kasus yang
hukumnya ada dua pendapat maka dilakukan taqrir jama’i dalam memilih salah satunya,
namun jika tidak ditemukan pendapat sama sekali dipakai ilhaq al-masail bin nadhariha
secara jam’i oleh ahlinya, dan jika masalah yang dikemukakan jawabannya dalam ibarat
kitab dan tidak bisa dilakukan ilhaq maka dilakukan istinbath jam’i.
3. Dewan Hisbah Persatuan Islam
Merupakan organisasi sosial Islam yang berdiri 12 September 1923, kesadaran
kehidupan berjama’ah, ber-imamah, ber-imarah dalam menyebarkan syiar islam, persis
dimaksudkan untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, yang banyak dipengaruhi oleh
aliram Wahabiyah Arab Saudi. Fungsi dan kedudukan persis termaktub dalam konon
asasi persis tahun 1957 bab 5 pasal 1 dan cara bekerja persis diatur dalam qaidah majlis
ulama. Dewan hisbah persis mempunyai tugas menyelidiki dan menetapkan hukum

Islam berdasarkan Al-qur’an dan Hadis. Metode istinbath hukum dewan hisbah persis
secara metodologi pengambilan keputusan dibagi menjadi tiga, yaitu: Ahkam Al-Syar’I,
sumber hukum, dan dilalah sunah terhadap hukum.
Metode istinbath hukum yang digunakan yaitu, kaidah ushuliyah (kebahasaan),
tujuan umum perundangan Islam, dan cara menyelesaikan nash yang terlihat
bertentangan. Meknisme ijtihad yang ditempuh oleh dewan hisbah persis yaitu: mencari

keterangan dari Al-qur’an, jika ada perbedaan pemahaman dan penafsiran maka
diadakan thoriqot al-jam’I, bila tidak terdapat dalil dari Al-qur’an maka diadakan
penelitian tentang Hadis, jika tidak ada di sunah maka dengan atsar sahabat.
4. Komisi Fatw MUI
Merupakan wadah atau majlis yang menghimpun para ulama dan cendekiawan
muslim Indonesia, berdiri 26 juli 1975 di Jakarta, pengabdian MUI telah dirumuskan
dalam 5 fungsi dan peran utamanya yaitu Pewaris Para Nabi, Pemberi Fatwa,
Pembimbing dan Pelayan Umat, Gerakan Ishlah wa Al-tajdid dan Penegak Amar Ma’ruf
Nahi Munkar. Metode ijtihad MUI menggunakan system fatwa yang ditetapkan dalam
Sidang Komisi Fatwa, Musyawarah Nasional MUI, dan Fatwa ijtima’ulama Komisi
Fatwa MUI se-Indonesia.

BAB III

KESIMPULAN
Lembaga

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1995. Lembaga-lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Arifin, Bustanul. 1996. Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Gema Insani
Press.
Arief, Eddi Rudiana, dkk. 1991. Hukum Islam di Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.