Pancasila dalam konteks perjuangan bangs (2)

PAPER
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan
Pancasila

Oleh:
Lina Nindyawati (1411105021)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2014
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 1

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam paper ini kami membahas mengenai nilai-nilai

Pancasila sebagai pedoman etika berpolitik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
paper ini. Oleh karena itu kami menginginkan pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan paper selanjutnya.
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,
pemerintah, pembaca, dan masyarakat.

Jimbaran, 22 November 2014

Penulis

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 2

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................

2


Daftar Isi .....................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................

4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................

4

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................

5

1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................


5

1.5 Batasan Masalah ........................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori...........................................................................

6

2.2.1 Perjuangan Para Tokoh Dalam Merumuskan Pancasila.........

7

2.2.2 Peran BPUPKI & PPKI dalam Merumuskan Pancasila.........

8

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan ...............................................................................

19

3.2 Saran ..........................................................................................

19

Daftar Pustaka .........................................................................................

21

Lampiran ..................................................................................................

22

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila menjadi dasar negara baru disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Namun jauh sebelum di sahkan nilai-nilai pancasila sudah ada pada
kehidupan masyarakat indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa indonesia
menjadi sebuah negara dimana nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai adat
istiadat,kebudayaan serta relegius. Nilai-nilai yang ada kemudian diambil dan
dirumuskan oleh paa pendiri negara yang untuk nantinya dijadikan dasar negara
indonesia. Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara utuh dan kaitannya
dengan jati diri bangsa indonesia ini diperlukan pemahaman sejarah bangsa
indonesia dalam membentuk suatu negara dan dijadikannya pacaila sebagai dasar
negara karena semua itu berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa
indonesia.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar
1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perjuangan para tokoh dalam merumuskan pancasila?
2. Bagaimana peran BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan pancasila?
1.3 TUJUAN
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 4

1. Agar para generasi muda mengetahui sejarah perjuangan para tokoh dalam
merumuskan pancasila untuk menyadarkan para generasi muda bahwa
semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental telah
menghasilkan kekuatan yang luar biasa yaitu pancasila.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran BPUPKI dan PKI dalam perumusan
pancasila serta memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya kepada
pelajar agar mengetahui pentingnya sejarah pancasila.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat bagi penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
- Dengan penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai sejarah pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia
- Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat umum.
1.5 BATASAN PERMASALAHAN
Karena cakupan materi dari pancasila ini cukup luas dan meliputi berbagai
aspek sejarah yang lain, maka saya hanya membataskan pembahasan dari
konsep dan tema yang telah saya tentukan, yaitu berupa materi sejarah
lahirnya pancasila dan kesaktian pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Nilai-nilai Pancasila diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri negara, dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Proses cara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 5

pertama, bidang panitia 9, sidang BPUPKI kadua, serta akhirnya di sah

kan secara yuridis sebagai dasar negara RI. Sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya dengan jati diri
bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa
Indonesia sejak dahulu kala.
Sebagai dasar Negara RI sebelum disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
sudah ada dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan
hidup

masyarakat.

Berdasarkan

kenyataan

tersebut,

maka


untuk

memahami Pancasila secara komprehensif dan integral terutama dalam
kaitannya dengan Pembentukan Watak Bangsa (National and Character
Building), yang akhir-akhir ini menunjukan adanya penurunan kadar nilai
(dekadensi/degradasi) kebangsaan, maka mutlak diperlukan pemahaman
sejarah perjuangan bangsa Indonesia guna menumbuh kembangkan rasa
nasionalisme, heroik dan patriotik. Proses terjadinya bangsa dan negara
melalui proses sejarah yang panjang yaitu sejak zaman kerajaan telah
mulai nampak dasar-dasar kebangsaan Indonesia, walaupun masih bersifat
lokal (kedaerahan). Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern baru
dirintis oleh para pejuang bangsa, yang dimulai dengan pergerakan
nasional yaitu kebangkitan nasional pada tahun 1908 (lahirnya Boedi
Oetomo), kemudian diikrarkan melalui Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan
diri merdeka (proklamasi) dan tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah
resmi menjadi Negara, baik secara defacto (factual) maupun dejure
(yuridis).


2.2 Pembahasan
2.2.1 Perjuangan Para Tokoh Dalam Merumuskan Pancasila

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 6

Pada

masa

penjajahan,

seluruh

bangsa

berjuang

untuk


meraih

kemerdekaan. Mereka berjuang dengan banyak cara. Ada yang berjuang dengan
pertempuran bersenjata. Ada pula yang berjuang dengan pikiran. Semuanya
mengerahkan segenap kemampuan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Perjuangan melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para pendiri bangsa.
Salah satunya dilakukan dalam perumusan Pancasila. Bagaimanakah perjuangan
para tokoh dalam merumuskan Pancasila? Mari kita simak proses perjuangan
tersebut dalam uraian berikut. Pada awal tahun 1945, Indonesia masih dijajah oleh
Jepang. Jepang menjajah Indonesia selama tiga tahun. Jepang menjajah Indonesia
sejak tahun 1942. Penjajahan itu dimulai setelah mereka berhasil mengusir
Belanda. Jepang juga berhasil menjajah beberapa negara di Asia Tenggara.
Beberapa negara tersebut antara lain Filipina, Burma (Myanmar), dan Vietnam.
Saat itu, tentara Jepang termasuk yang paling kuat di dunia.
Selama tahun 1945, keadaan berbalik. Tentara Jepang mulai mengalami
kekalahan di berbagai medan pertempuran. Pada Perang Pasifik, pasukan Jepang
dikalahkan oleh Amerika. Jepang juga dikalahkan oleh Sekutu pimpinan Inggris
di kawasan Indocina. Kekalahan tersebut mengancam kekuasaan Jepang di negara
- negara jajahannya. Di Indonesia, Jepang juga harus menghadapi perlawanan
rakyat. Terlebih lagi, Belanda masih ingin kembali menjajah Indonesia. Pada
waktu itu, Belanda bergabung dengan Sekutu. Perlawanan rakyat dan usaha
Belanda menjadikan kedudukan Jepang kian lemah.
Akhirnya, Jepang terpaksa menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat
Indonesia. Janji tersebut bertujuan untuk meredam gejolak dan perlawanan rakyat
Indonesia. Selain itu juga dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa Jepang-lah
yang memerdekaan Indonesia. Dengan janji tersebut, rakyat Indonesia diharapkan
bersedia membantu Jepang menghadapi Sekutu. Untuk memenuhi janjinya,
Jepang kemudian membentuk BPUPKI. BPUPKI merupakan singkatan dari
Badan Penyelidik Usaha - usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan ini
dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 7

Dokuritsu Zjunbi Tyoosakai. BPUPKI bertugas menyelidiki kesiapan bangsa
Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan dan membentuk pemerintahan
sendiri. Penguasa Jepang menunjuk Dr. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua
BPUPKI. Beberapa tokoh terkemuka menjadi anggotanya. Beberapa tokoh
tersebut antara lain Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas
Mansyur, K.H Wachid Hasyim, K.H Agus Salim, Soepomo dan Moh. Yamin.
2.2.2 Peran BPUPKI dan PPKI Dalam Merumuskan Pancasila
Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang
dijanjikan dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan itu dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan
Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan
BPUPKI. Pada tanggal 28 Mei 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI.
Upacara peresmiannya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta
(sekarang

Gedung

Departemen

Luar

Negeri)

oleh

Gunseikan

(Kepala

Pemerintahan Bala tentara Jepang di Jawa) disertai dengan pengibaran bendera
Merah Putih disamping bendera Hinomaru. Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang
adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan
sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63
orang yang mewakili hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa
hak suara yang terdiri dari golongan ulama, cendekiawan, petani, pedagang,
wartawan, bangsawan, rakyat jelata, PETA, serta beberapa keturunan Eropa,
China,dan,Arab.
Berikut beberapa Anggotanya:
1. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Ketua)
2. R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
3. Icibangase Yosio (Wakil Ketua) - orang Jepang
4. Ir. Soekarno
5. Drs. Moh. Hatta
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 8

6. Mr. Muhammad Yamin
7. Prof. Dr. Mr. Soepomo
8. KH. Wachid Hasjim
9. Abdoel Kahar Muzakir
10. Mr. A.A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejoso
12. H. Agoes Salim
13. Mr. Achmad Soebardjo
14. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikoesoemo
16. AR Baswedan
17. Soekiman
18. Abdoel Kaffar
19. R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
20. KH. Ahmad Sanusi
21. KH. Abdul Halim
22. Liem Koen Hian
23. Tan Eng Hoa
24. Oey Tiang Tjoe
25. Oey Tjong Hauw
26. Yap Tjwan Bing.

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia
Page 9

Setelah terbentuk, BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan
1 Juni 1945.digedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini
dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR bentukan Belanda.
Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara
untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat
tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.KRT
Radjiman Wedyodiningrat mengagendakan rapat dengan pembahasan tunggal
melalui satu pertanyaan ”Negara Indonesia Merdeka, yang kita bangun itu apa
dasarnya?”

i. Mr. Muhammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Pemikirannya diberi judul “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka
(secara lisan) yang intinya sebagai berikut:
1.

peri kebangsaan;

2.

peri kemanusiaan;

3.

peri ketuhanan;

4.

peri kerakyatan;

5.

kesejahteraan rakyat.

Dan Beliau juga menuliskan usulannya tersebut seperti tercantum di bawah ini :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Bisa kita lihat bahwa usulan tertulis dari Muh. Yamin mirip dengan
Pancasila sekarang ini.Bahkan lebih dari itu, perumusan dan sistematik yang
dikemukakan oleh Mr. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 itu sangat mirip
dengan Pancasila yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945). Tiga sila yakni :
Sila pertama, keempat, dan kelima baik perumusan maupun tempatnya sama
dengan Pancasila yang sekarang. Perbedaannya adalah pada sila kedua dan ketiga,
yang di dalam sistematik usul Muhammad Yamin berbalikan dengan sistematik
yang ada pada Pancasila sekarang. Selain itu perumusan kedua Sila itupun ada
sedikit perbedaan, yaitu digunakannya kata “Kebangsaan” pada sila “Kebangsaan
Persatuan Indonesia”, dan digunakannya kata “Rasa” pada sila “Rasa
Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Kedua kata tersebut diatas yakni kata
“Kebangsaan” dan “Rasa”, sebagaimana diketahui di dalam Pancasila yang
sekarang tidak terdapat.
Kenyataan mengenai isi pidato serta usul tertulis mengenai Rancangan
UUD yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin itu dapatlah meyakinkan kita
bahwa Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945 karena pada tanggal 29
Mei 1945 Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato serta menyampaikan usul
rancangan UUD Negara Republik Indonesia yang berisi lima azas dasar Negara.
Karena itu, banyak orang yang menyebut Muhamad Yamin sebagai penemu
Pancasila. BJ Boland dalam bukunya, The Struggle of Islam in Modern Indonesia,
secara terang-terangan menyebut Muh Yamin sebagai penemu Pancasila, bukan
Bung Karno.
Tesis ini makin diperkuat di jaman Orde Baru. Ini juga dalam kerangka desoekarnoisme. Nugroho Notosusanto, salah seorang ideolog orde baru, banyak
menulis tentang sejarah kelahiran Pancasila dengan mengabaikan sama sekali
peranan Soekarno.
Dengan penelitian yang sudah bisa ditebak hasilnya, Nugroho Notosusanto
menyimpulkan bahwa penemu Pancasila bukanlah Soekarno, melainkan

Mohammad Yamin dan Soepomo. Itu menjadi pegangan dalam buku-buku
penataran P4 dan buku-buku sejarah Orde Baru.
Rupanya, menurut versi Bung Hatta, Mohamad Yamin tidak berpidato
tentang 5 azas itu pada 29 Mei 1945. Pidato itu, kata Bung Hatta—yang saat itu
anggota BPUPKI dan panitia kecil—mengingat Pidato Yamin itu disampaikan di
Panitia Kecil.
Menurut Bung Hatta, yang saat itu juga anggota BPUPKI, penemu
Pancasila itu adalah Bung Karno. Saat itu, kata Bung Hatta, di kalangan anggota
BPUPKI muncul pertanyaan: Negara Indonesia Merdeka” yang kita bangun itu,
apa dasarnya? Kebanyakan anggota BPUPKI tidak mau menjawab pertanyaan itu
karena takut terjebak dalam perdebatan filosofis berkepanjangan. Apa yang
dikatakan Bung Hatta mirip dengan penuturan Bung Karno. Dalam Buku “Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat”, Bung Karno mengatakan, selama tiga hari
sidang pertama terjadi perbedaan pendapat. Artinya, jika sidang dimulai tanggal
29 Mei 1945, maka hingga tanggal 31 Mei belum ada kesepakatan.
Terkait tanggal 29 Mei itu, seorang pakar UI, Ananda B Kusuma,
menemukan Pringgodigdo Archief. Dokumen ini cukup penting, sebab memuat
catatan-catatan tentang sidang itu. Menurut dokumen itu, orang-orang yang
berpidato pada tanggal 29 Mei 1945 itu: MRM. Yamin (20 menit), Tn. Soemitro
(5 menit), Tn. Margono (20 menit), Tn. Sanusi (45 menit), Tn. Sosro diningrat (5
menit), Tn. Wiranatakusumah (15 menit).
Sidang itu diberi alokasi waktu 130 menit. Akan tetapi, yang cukup aneh, Yamin
disebut berpidato 120 menit. Padahal, saat itu ada lima pembicara lain yang juga
harus menyampaikan pidatonya.
G. Moedjanto, seorang sejarahwan, juga menemukan kejanggalan pada
pidato Yamin—yang disebut tanggal 29 Mei 1945 itu. Pada alinea terakhir
berbunyi: “Dua hari yang lampau tuan Ketua memberi kesempatan kepada kita
sekalian juga boleh mengeluarkan perasaan”. “Dua hari yang lampau” itu berarti
tanggal 27 Mei 1945, sedangkan sidang baru dibuka pada tanggal 29 Mei 1945.
Artinya, seperti dikatakan Bung Hatta, pidato Yamin itu memang disampaikan di
Panitia Kecil—pasca Soekarno menyampaikan pidato tanggal 1 Juni 1945.

Mohammad Yamin sendiri mengakui Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Itu
dapat dilihat di pidato Yamin pada 5 Januari 1958 : “Untuk penjelasan ingatlah
beberapa tanggapan sebagai pegangan sejarah: 1 Juni 1945 diucapkan pidato yang
pertama tentang Pancasila ... “tanggal 22 Juni 1945 segala ajaran itu dirumuskan
di dalam satu naskah politik yang bernama Piagam Jakarta” …”dan pada tanggal
18 Agustus 1945 disiarkanlah Konstitusi Republik Indonesia, sehari sesudah
permakluman kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam konstitusi itu pada bagian
pembukaan atau Mukadimahnya dituliskan hitam di atas putih dengan resmi
ajaran filsafat pancasila.”
Roeslan Abdulgani, yang sempat menjadi Menteri Penerangan di era Bung
Karno, juga menyebut Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Dua pemikiran
besar di dalam pancasila, yaitu Sosio-nasionalisme (penggabungan sila ke-2 dan
ke-3) dan Sosio-demokrasi (penggabungan sila ke-4 dan ke-5), sudah ‘digarap’
oleh Bung Karno sejak tahun 1920-an. Dalam konteks ini, Hatta juga punya
peranan ketika menaburkan ide-ide tentang demokrasi kerakyatan.

ii. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan
sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia
merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. Persatuan Indonesia
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;
4. Musyawarah;
5. Keadilan sosial.
Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila,
juga memberikan pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini
tertuang di dalam salah satu pidatonya bahwa jika kita hendak mendirikan Negara

Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,
maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (staatsidee) negara yang
integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi
seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun.
iii. Ir. Soekarno
Di dalam pidato tanpa teks Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945 itu antara
lain berbunyi : ”Saudara-saudara ! Dasar negara telah saya sebutkan, lima
bilangannya. Inikah Panca Dharma ? Bukan !Nama Panca Dharma tidak
tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan
dasar…..Namanya bukan Panca Dharma, tetapi….saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa…..namanya ialah
Pancasila. Sila artinya asas atau dasar dan diatas kelima dasar itulah kita
mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi”. Kelima sila tadi berurutan
sebagai berikut:
1. Kebangsaan Idonesia;
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan;
3. Mufakat atau domokrasi;
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ke-Tuhanan.
Kemudian Bung Karno menambahi lagi pidatonya, “Atau barang kali ada
saudara-saudara yang tidak senang atas bilangan itu ? Saya boleh peras
sehingga tinggal tiga saja. Saudara Tanya kepada saya apakah perasan tiga
perasan itu ? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasardasarnya Indonesia, Weltanschaung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan
dan internasionalisme; kebangsaan dan peri kemanusiaan, saya peras menjadi
satu : itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme. Dan demokrasi yang
bukan demokrasi barat, tetapi politiek economiche democratie, yaitu politiek
democratie dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan
saya peraskan pula menjadi satu. Inilah yang dulu saya namakan socio
democratie.
Tinggal
Jadi

lagi

yang

ketuhanan

asalnya

lima

yang
itu

telah

menghormati
menjadi

satu

tiga:

sama

lain.

socionationalisme,

sociodemocratie dan ketuhanan. Kalau tuan senang dengan simbul tiga ambillah
yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak semua tuan-tuan senang kepada trisila ini,
dan minta satu dasar saja ? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi
menjadi satu. Apakah yang satu ? ……Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga,
dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang
tulen, yaitu perkataan gotong-royong ! alangkah hebatnya ! negara gotongroyong.”
Dalam amanat presiden tanggal 24 September 1955 Bung

Karno

menegaskan bahwa “aku bukan pencipta pancasila, pancasila diciptakan oeh
Bangsa Indonesia sendiri.Aku hanya mengali pancasila dari buminya Indonesia”
Apakah benar Soekarno menggali pancasila dari bumi Indonesia?,untuk
menyimpulkanya kita akan bahasa fakta fakta yang terjadi mengenai Beliau
sebelum sidang 1 BPUPKI
Dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,
Soekarno mengatakan: “Di pulau Bunga (Ende) yang sepi tidak berkawan aku
telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon
kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar
falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan,
bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali
tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara
yang indah.”. Dengan demikian, banyak yang menyebut Ende sebagai tempat
“penyusunan gagasan-gagasan Pancasila”
Fakta selanjutnya Beliau juga pernah mengatakan ,”Saya mengakui, pada waktu
saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. di Surabaya, saya
dipengaruhi seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran
kepada saya, – katanya : jangan berpaham kebangsaan, tetapi berpahamlah rasa
kemanusiaan seluruh dunia (Internasionalisme), jangan mempunyai rasa
kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 1917. akan tetapi pada tahun 1918,
alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, ia adalah Dr. Sun Yat
Sen ! Di dalam tulisannya “San Min Cu I” atau “The THREE people’s

Principles”, saya mendapatkan pelajaran yang membongkar kosmopolitanisme
yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa
kebangsaan, oleh pengaruh“The THREE people’s Principles (Nasionalisme,
Demokrasi, Sosialisme)”beliau juga menanmbahi “The THREE people’s
Principlesdengan Keadilan Sosial.
Hal ini dapat dibuktikan pada saat Konprensi Partai Indonesia (partindo) di
Mataram pada tahun 1933, bung Karno menyampaikan gagasan tentang
marhaennisme,

yang

pengertiannya

ialah

sebagai

berikut

ini

:

(a) Sosio – nasionalisme, yang terdiri dari Internasionalisme, Nasionalisme
(b) Sosio – demokrasi yang terdiri dari Demokrasi, Keadilan sosial.
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, mari kita cocokkan Kelima sila dari
Pancasila Bung Karno ini yang diusulkan saat sidang BPUPKI 1dengan
marhaenisme Bung Karno adalah persis sama, Cuma ditambah dengan Ke
Tuhanan. Untuk lebih jelasnya baiklah kita susun sebagai berikut:
(a) Kebangsaan Indonesia berarti sama dengan nasionalisme dalam marhaenisme,
juga sama dengan nasionalisme milik San Min Cu I milik Dr. Sun yat Sen,
Cuma ditambah dengan kata-kata Indonesia.
(b) Internasionalisme atau peri-kemanusiaan berarti sama dengan
internasionalisme dalam marhaenisme, juga sama dengan internasionalisme
(kosmopolitanisme) milik A. Baars.
(c) Mufakat atau demokrasi berarti sama dengan demokrasi dalam marhaenisme,
juga sama dengan demokrasi dalam San Min Cu I milik Dr. Sun Yat Sen;
(d) Kesejahteraan sosial berarti sama dengan keadilan sosial dalam marhaenisme,
juga berarti sama dengan sosialisme dalam San Min Cu I milik Dr. Sun Yat
Sen.
(e) Ke-Tuhanan yang diambil dari pendapat-pendapat para pemimpin Islam, yang
berbicara lebih dahulu dari Bung Karno,
Dengan cara mencocokkan seperti ini, berarti nampak dengan jelas bahwa
Pancasila yang dicetuskan oleh Bung Karno pada tanggal 1 juni 1945berasal dari
3 sumber yaitu:
a) Dari San Min Cu I Dr. Sun Yat Sen (Cina);
b) Dari internasionalisme (kosmopolitanisme A. Baars (Belanda).
c) Dari umat Islam.
Pancasila yang dirumuskan Ir. Soekarno biasa disebut dengan Rumusan Pancasila
Jadi Pancasila 1 juni 1945, adalah bersumber dari : (1) Cina; (2) Belanda;
dan (3) Islam. Dengan begitu bahwa pendapat yang menyatakan Pancasila itu

digali dari bumi Indonesia sendiri atau dari peninggalan nenek moyang adalah
tidak sepenuhnya betul.
Sehari sesudah proklamasi, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, terjadilah
rapat “Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (PPKI). Panitia ini dibentuk
sebelum proklamasi dan mulai aktip bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945 dengan
beranggotakan 29 orang. Dengan mempergunakan rancangan yang telah
dipersiapkan oleh BPUPKI, maka PPKI dapat menyelesaikan acara hari itu untuk
melengkapi kelengkapan suatu negara, yaitu:
a) Menetapkan Undang-Undang Dasar ; dan
b) Memilih Presidan dan Wakil Presiden
Tapi sayangnya Piagam Jakarta yang telah matang disetujui bersama untuk
dibacakan pada proklamasi tanggal17 Agustus dan akan disahkan pada 18 Agustus
1945 itu digagalkan Soekarno dan kawan-kawannya. Pagi-pagi buta jam 4,
Soekarno mengajak Hatta ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan teks
proklamasi. Naskah dari Panitia Sembilan dimentahkan di rumah perwira Jepang
itu dan diganti coret-coretan teks proklamasi yang sangat ringkas.
Dan ujungnya pada tanggal 18 Agustus 1945, Piagam Jakarta juga diubah
mendasar. Lewat rapat kilat yang berlangsung tidak sampai tiga jam, hal-hal
penting yang berkenaan dengan Islam dicoret dari naskah aslinya. Dalam rapat
yang mendadak yang diinisiatif oleh Soekarno (dan Hatta) itu, empat wakil umat
Islam yang ikut dalam penyusunan Piagam Jakarta tidak hadir. Yang hadir adalah
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. Yang lain adalah Soekarno,
Hatta, Supomo, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Soetardjo, Oto Iskandar
Dinata, Abdul Kadir, Soerjomihardjo, Purbojo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary,
Amir, Abbas, Mohammad Hasan, Hamdhani, Ratulangi, Andi Pangeran dan I
Bagus Ketut Pudja.
Dalam rapat yang dipimpin Soekarno yang berlangsung pada jam 11.3013.45 itu diputuskan : Pertama, Kata Mukaddimah diganti dengan kata
Pembukaan. Kedua, Dalam Preambul (Piagam Jakarta), anak kalimat:

“berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi “berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Ketiga, Pasal 6 ayat 1, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama
Islam”, kata-kata “dan beragama Islam” dicoret. Keempat, Sejalan dengan
perubahan yang kedua di atas, maka Pasal 29 ayat 1 menjadi “Negara yang
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sebagai pengganti “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.” Hal ini didasari protes dari kaum minoritas non Islam di
Wilayah timur Indonesia yang mengancam akan memisahkan diri dari RI jika sila
ke-1 tidak diganti. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 biasa
disebut dengan Rumusan Pancasila 3 dan telah disahkan PPKI serta seperti yang
berlaku sekarang ini.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Perjuangan melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para pendiri bangsa.
Salah satunya dilakukan dalam perumusan Pancasila. Jepang kemudian
membentuk BPUPKI. BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyelidik
Usaha - usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan ini dibentuk pada
tanggal 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut Dokuritsu Zjunbi
Tyoosakai. BPUPKI bertugas menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia dalam
menyongsong kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri. Setelah
terbentuk, BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama
BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945.digedung
Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila. Pancasila 1 juni 1945, adalah bersumber dari : (1) Cina; (2)
Belanda; dan (3) Islam. Dengan begitu bahwa pendapat yang menyatakan
Pancasila itu digali dari bumi Indonesia sendiri atau dari peninggalan nenek
moyang adalah tidak sepenuhnya betul.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk sebelum proklamasi dan
mulai aktif bekerja mulai tanggal 9 Agustus 1945 dengan beranggotakan 29 orang.
Dengan mempergunakan rancangan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI, maka
PPKI dapat menyelesaikan acara hari itu untuk melengkapi kelengkapan suatu
negara, yaitu:
a) Menetapkan Undang-Undang Dasar ; dan
b) Memilih Presidan dan Wakil Presiden
3.2 Saran
Dengan berpijak pada uraian diatas, maka beberapa saran yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Agar para generasi muda tidak melupakan sejarah perjuangan para tokoh
dalam merumuskan pancasila.
2. Supaya masyarakat mengetahui bagaimana pentingnya mengetahui sejarah
pancasila dan mengamalkan nilai-nilai pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan
Bangsa. http://uniqpost.com/76630/pancasila-dalam-kontek-sejarah-perjuanganbangsa/ (diakses tanggal 23 November 2014 pukul 18.00 Wita)
Anonim.2012.NILAI-NILAI PERJUANGAN DALAM PERUMUSAN
PANCASILA. http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Nilainilai_Perjuangan_dalam_Perumusan_Pancasila_6.1_%28BAB_1%29 (diakses
tanggal 23 November 2014 pukul 18.15)
Djanarko,Indri.2011.PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN
BANGSA. http://indridjanarko.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-

Pancasila-2-Pancasila-Dalam-Konteks-Perjuangan-Bangsa.pdf (diakses tanggal 23
November 2014 pukul 17.55 Wita)
Michio, RA. 2013. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa.
http://yanti41.blogspot.com/2013/11/pancasila-dalam-konteks-sejarah.html
(diakses tanggal 22 November 2014 pukul 15.00 Wita)
Rivaldi,Thoriq.Makalah PKN.
https://www.academia.edu/5626402/Makalah_pkn_fix (diakses tanggal 23
November 2014 pukul18.30 Wita)
Wikipedia. “Pancasila”. http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila (diakses
tanggal 22 November 2014 pukul 15.05 Wita)

LAMPIRAN:

Sejarah Kesaktian Pancasila
Senin,01 Oktober 2012
Setiap tanggal 1 Oktober kita memperingatI hari Kesaktian Pancasila.
Sudah 45 tahun revolusi berdarah tanggal 30 September 1965 yang dilakukan oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI). Kudeta berdarah yang dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI) ini menelan enam Jenderal TNI AD dan dua Perwira.

Tujuan kudeta tersebut adalah merebut pemerintahan yang sah dan
mengganti ideologi Pancasila dengan komunisme-sosialisme. Tetapi Tuhan
berkehendak lain, sehingga revolusi berdarah ini mengalami kegagalan dan
Pancasila masih tegak kuat menjadi dasar negara dan dasar sumber hukum bangsa
Indonesia.
Setelah 45 tahun, saatnya kita menggali kembali makna hari Kesaktian
Pancasila ini agar bangsa Indonesia bisa belajar dari sejarah kelam dan bisa
bangkit dari krisis multidimensi. Peristiwa ini adalah puncak dari kerapuhan
pemerintah Orde Lama di bawah kendali Presiden Soekarno, yang kemudian
dilengserkan oleh MPRS pada tahun 1967.
Pada awal berdirinya pemerintahan Orde Baru, di bawah kendali Presiden
Soeharto, secara bulat dan meyakinkan tertulis di dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) akan melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsukuen. Dasar negara Pancasila dijadikan sebagai landasan ideal dan hukum
Rencana Program Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan panjang. Sehingga
pemerintah Orde Baru memproklamirkan dan mensosialisasikan program
Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4).
Setelah pemerintahan Orde Baru berlangsung selama 32 tahun, ternyata
Pancasila justru menjadi “alat politik” pemerintahan Orde Baru untuk
melanggengkan kekuasaan. Dan, slogan keberhasilan pembangunan ekonomi
ternyata justru hanya melahirkan kesenjangan sosial, krisis ekonomi, krisis
kepercayaan, krisis politik, dan utang luar negeri yang membengkak.
Akhirnya, Orde baru pun digulingkan oleh gerakan moral (moral forces)
mahasiswa tahun 1998 yang melahirkan Orde Reformasi.
Melalui hari Kesaktian Pancasila sekarang ini, kita mencoba untuk
menggali kembali makna mendalam Pancasila sebagai ideologi bangsa, dasar
hukum, dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk ditanamkan dalam diri anak
didik kita. Sehingga, anak didik kita kelak menjadi generasi bangsa yang
mempunyai wawasan kebangsaan dan nasionalisme supaya tidak terjebak pada

tindakan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan seperti PKI. Hari
Kesaktian Pancasila bukan dalam arti mitologi, bahwa karena kesaktiannya
Pancasila mampu menggagalkan rencana PKI untuk menggantikannya dengan
ideologi komunis.
Mari kita memaknai kembali hari Kesaktian Pancasila sebagai wahana
pendidikan bagi anak didik kita untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara
murni dan konsukuen dengan semangat belajar dan prestasi. Sesuai dengan
kondisi bangsa Indonesia yang sedang berjuang keluar dari krisis multidimensi
dan perkembangan globalisasi, maka memaknai hari Kesaktian Pancasila haruslah
kontekstual. Ada tiga prinsip yang harus ditanamkan pada anak didik kita sejak
dini menurut Presiden Soekarno yang sering disebut dengan Trisakti.
Pertama adalah sakti dalam berbudaya dan berkepribadian. Artinya
pendidikan yang kita ajarkan sejak Sekolah Dasar haruslah berdasarkan kepada
nilai-nilai Pancasila yang lahir dari khasanah budaya bangsa Indonesia.
Kepribadian dan budaya Indonesia yang luhur akan melahirkan anak didik yang
mempunyai kebanggaan nasional, cinta tanah air, semangat persatuan dalam
pembangunan, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia.
Kedua, sakti dalam bidang ekonomi yaitu berdiri di atas kaki sendiri
(berdikari). Bangsa Indonesia harus keluar dari ketergantungan kepada negara lain
dalam bidang ekonomi. Anak-anak Indonesia harus belajar ekonomi Pancasila
yang didasarkan pada kemandirian, kekeluargaan, dan koperasi sebagai soko guru
perekonomian

nasional.

Dengan

menerapkan

ekonomi

Pancasila,

maka

diharapkan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya alam, penumpukan
kekayaan pada segolongan orang, dan kesenjangan sosial. Sebab sesuai dengan
amanat UUD 1945 pasal 33 bahwa kekayaan alam Indonesia digunakan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ketiga, sakti dalam berdaulat dan menjaga keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia telah kehilangan Provinsi Timor Timur,
pulau Sipadan dan Ligitan, sekarang Indonesia sedang menghadapi persoalan
perbatasan wilayah dengan Malaysia. Oleh karena itu seluruh rakyat Indonesia

harus berjuang bersama-sama mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari
rongrongan negara lain. Sebab, kedaulatan wilayah Indonesia adalah sumber
kekayaan alam sekaligus simbol harga diri sebagai bangsa yang besar.
Dengan menggali kembali makna Kesaktian Pancasila melalui semangat
dan jiwa Trisakti yang kita tanamkan dalam pendidikan kepada anak didik kita,
maka bangsa Indonesia akan keluar dari krisis multidimensi. Dan, Pancasila
sebagai dasar negara, ideologi, dan sumber dari segala sumber hukum akan tetap
tegak berdiri dan lestari.
Alamat web: http://disdik-kepri.com/makalah-a-artikel/762-memaknaikesaktian-pancasila

Jumat, 05 Oktober 2012

KESAKTIAN PANCASILA
Bangsa Indonesia memiliki 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu PANCASILA, UUD 1945, NEGARA KESATUAN RI, dan BHINEKA
TUNGGAL IKA. Keempat pilar tersebut adalah pondasi bagi bangsa Indonesia

dalam membentuk NKRI. Salah satu pilar yang akan di bahas lebih detail yaitu
PANCASILA.
PANCASILA sebagai dasar Negara merupakan cita Negara sekaligus cita
Hukum bagi NKRI. Segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di NKRI
di pedomi oleh PANCASILA. Peraturan perundang-undangan yang berlaku di
NKRI apabila bertentangan dengan PANCASILA tidak di benarkan .
Pancasila dengan urutan tiap-tiap sila, yang telah menjadi kesepakatan bersama
Bangsa Indonesia. Tidak boleh di robah-robah baik isinya maupun urutannya
yaitu :
Sila Pertama

: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila Kedua

: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila Ketiga

: Persatuan Indonesia

Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Sila Kelima

: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PANCASILA juga sebagai Pandangan hidup dan kepribadian bangsa. Sikap ini
ditegaskan lagi dalam ketetapan MPR No. 11 / MPR /1978. Pancasila sebagai
pandangan hidup dan kepribadian bangsa adalah sumber kejiwaan masyarakat dan
bangsa indonesia karena itu wajib di cerminkan dalam kehidupan yang seluruh
anggota nya masyarakat terutama pimpinan masyarakat.
Padangan hidup pancasila :”Surga adalah yang terbaik dari segalanya “
dipaparkan oleh Drs. SUPARNO WIJOYO dalam acara Peringatan Hari
Kesaktian Pancasila di gedung BINA GRAHA PEMPROVSU. Drs. SUPARNO
WIJOYO

memaparkan

Jiwa nya pancasila

nilai-nilai

luhurnya

Pancasila,

yaitu

:

: Ingat Allah, Sabar, Jujur, Suci dan Bersih

Palsafah Pancasila

: Tercapailah kebahagiaan, kemakmuran dunia dan akhirat.

Idiologi pancasila

: Tidak menerima segala bentuk, faham yang tidak

beragama.
PANCASILA

membentuk

Karakter

Manusia

Indonesia

dalam

mewujudkan Cinta Bangsa dan Tanah Air dengan Nilai-Nilai Kejuangan 45
dipaparkan oleh Dra. Nina Karina. M.SP saat acara sarasehan memperingatin hari

Kesaktian Pancasila di Gedung Bina Graha. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara kedaulatan ada di tangan Rakyat, rakyat memiliki hak untuk
menyampaikan inspirasinya. Rakyat mematuhi segala ketentuan yang telah
menjadi kesepakatan bersama.
Oleh karena itu masyarakat Indonesia diminta bekerja sama untuk
membangun kesadaran, tekad, keuletan, dan membangun ketangguhan untuk
bangkit dari keterpurukan krisi yang membelenggu negeri ini, mulai dari diri
sendiri, dari hal terkecil sampai dapat menjaga kondisi yang baik dari negeri ini.
Nilai-nilai bela Negara yang perlu dikembangan diantaranya adalah :
1.

Cinta tanah air

2.

Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945
3.

Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi Negara.

4.

Rela Berkorban bagi bangsa dan Negara.

5.

Memiliki kemampuan awal bela Negara
Dra. HJ. NINA KARINA, M.SP menuturkan bahwa Pemuda Harapan

bangsa harus berkerjasama membangun dan mengejar ketertinggalan untuk
mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera,aman, dan berkeadilan, sehingga
secara umum akan dapat mengakselerasikan pembangunan bangsa dalam
mewujudkan tujuan dan cita-cita nasionalnya seperti yang di cantumkan dalam
pembukaan undang-undang dasar tahun 1945.
Dalam

acara

serasehan

Drs.

H.

Muhammad

TWH

(

Tok

Wan

Harian ) memaparkan kepada generasi muda kehidupan Berbangsa dan bernegara
harus menumbuh kembangkan jiwa dan semangat serta penanaman Nilai-nilai
pancasila.
1 Oktober di Indonesia diperingati sebagai hari kesaktian pancasila. Peringatan
Kesaktian Pancasila ini berakar Pada sebuah peristiwa tanggal 30 September
1965. Konon, ini adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Oleh
pemerintah Indonesia, pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Maka 30 September diperingati

sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pancasila secara de yure dan de facto memang merupakan dasar negara Republik
Indonesia resmi. Beberapa dokumen penetapannya ialah :


Rumusan Pertama



Rumusan Kedua

: Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945
: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18

Agustus 1945


Rumusan Ketiga

: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat -

tanggal 27 Desember 1949


Rumusan Keempat

: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara -

tanggal 15 Agustus 1950


Rumusan Kelima

: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama

(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Lantas, kenapa Pancasila dianggap SAKTI? Dimanakah letak sebenarnya
Kesaktian Pancasila itu sementara Pancasila sendiri setuju atau tidak setuju tidak
lagi ditaati sebagai sebuah jiwa yang menyatu pada diri bangsa Indonesia.
Dimanakah letak Kesaktia Pancasila itu sementara Pancasila sendiri memiliki arti
dan makna yang berbeda di setiap rezim yang memimpin negara ini ternyata
terminology kata SAKTI (kekuatan, kekuasaan atau energi) adalah sebuah konsep
ajaran agama Hindu atau perwujudan dari aspek kewanitaan Tuhan .

Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan
Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud
dalam sikap menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan
untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan sikap yang harus
kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki dasar negara. Tetapi,
sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan dan jiwa ksatria.
Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses perumusan dasar
negara berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar

negara yang kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara
Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia. Pancasila
juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak. Oleh karena itu, kita
harus bangga memiliki dasar negara yang kuat. Kita harus dapat mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah
menghargai perbedaan. Kita harus memiliki sikap menghargai perbedaan seperti
dalam perumusan Pancasila. Kita harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas
beragam suku bangsa. Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda.
Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu.
Tetapi, justru perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti
Pancasila.
Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi
Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa)
berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari , menggunakan
pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari , agar hidup kita dapat mencapai
kesejahteraan dan kebahagian lahirdan batin.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting
karena dengan demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi (harmonis)
Alamat web: http://hijausmanli.blogspot.com/2012/10/artikel-kesaktianpancasila.html

Makna Dibalik Kesaktian Pancasila
1 Oktober 2014
Setelah pada malamnya yakni 30 September 1965 terjadi peristiwa yang
menghenyakan dengan dikenal sebagai G 30 S/PKI. Maka keesokan harinya

bangsa Indonesia dengan didukung oleh Angkatan Bersenjata merespon dengan
cepat. Tentara bersama rakyat langsung mencari para korban kebiadapan PKI serta
mulai melakukan pengejaran dan penumpasan terhadap PKI. Atas respon yang
cepat ini, pemerintah Orde Baru menamakan 1 Oktober sebagai Hari
KesaktianPancasila.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, harus dijadikan
sebagai kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan
kesaktian Pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda
bangsa ini. Generasi baru tidak akan memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan
atas

bangsa

ini

tanpa

mengenali

sesungguhnya

sejarahkehidupannya.

Di tengah terpaan pengaruh kekuatan global, kita seharusnyamenguatkan dan
memperlengkapi diri agar tidak terjerembab dalam lika-liku zaman sekarang ini.
Salah satunya adalah dengan menggali kembali nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang kemudian kita maknai sebagai energi
untuk membangun kembali jati diri bangsa ini. Bangsa ini bisa berdiri tegak,
hanya jika mau kembali menghidupkan dan sekaligus mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah dasar negara. Pancasila adalah
asal tunggal dan menjadi sumber dari segala sumber hukum yang mengatur
masyarakat Indonesia, termasuk kehidupan berpolitik. Karena itu, partai politik
sebagai salah satu infrastruktur politik dan segala sesuatu yang hadir dan lahir
dinegara

ini,

harus

tunduk

dan

taat

pada

Pancasila

Fakta sejarah yang hinga saat ini masih diperdebatkan mengenai peristiwa G 30 S
PKI hendaknya tidak mengubah rasa memiliki kita terhadap pancasila yang sudah
jelas-jelas berperan sebagai simbol pemersatu bangsa. Berbagai peristiwa yang
pernah terjadi semenjak proklamasi 17 agustus 1945 hingga saat ini, yang pada
akhirnya tidak menggoyahkan pancasila sebagai dasar negara merupakan hal yang
disebut sebagai kesaktian pancasila.
Kesaktian disini bukan diartikan pancasila secara aktif mampu melakukan
sesuatu, melainkan pandangan serta nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila
mampu ditranformasikan oleh komponen bangsa dalam berkehidupan kebangsaan
dan bernegara.

Meletusnya pemberontakan G 30 S PKI, sampai di bubarkan dan dilarangnya
berkembang paham komunis di indonesia, terbitnya Supersemar, hingga
tumbangnya pemerintahan Presiden Soekarno merupakan tonggak berdirinya
pemerintahan baru yang di pimpin oleh presiden Soeharto yang disebut sebagai
pemerintahan orde baru. Orde baru berhasil memerintah indonesia selama 32
tahun lamanya sebelum di gantikan oleh gerakan reformasi.
Peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut kemudian telah melahirkan suatu orde
dalam sejarah pasca kemerdekaan republik ini. Orde yang kemudian lebih dikenal
dengan Orde Baru itu menetapkan tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari
Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Penetapan itu didasari
oleh peristiwa yang terjadi pada hari dan bulan itu, dimana telah terjadi suatu
usaha perongrongan Pancasila, namun berhasil digagalkan. Belakangan setelah
orde baru jatuh dan digantikan oleh orde yang disebut Orde Reformasi, peringatan
hari Kesaktian Pancasila ini sepertinya mulai dilupakan. Terbukti tanggal 1
Oktober tersebut tidak lagi ditetapkan sebagai hari libur nasional sebagaimana
sebelumnya.
Selama masa pemerintahan orde baru setiap tanggal 1 Oktober selalu di adakan
upacara peringatan hari kesaktian pancasila, begitu juga pada masa pemerintahan
berikutnya. Di masa Presiden Megawati Soekarnoputri kepala negara tidak
menghadiri upacara yang dipusatkan di Lubang Buaya. Pada masa pemerintahan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari bersejarah yang dirayakan setiap
tanggal 1 Oktober ini dimaknai secara lebih luas. Jika pada perayaan-perayaan
sebelumnya Kesaktian Pancasila selalu dikaitkan dengan penumpasan Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI), maka kali ini “sejarah”
Kesaktian Pancasila dimaknai sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal
17 Agsutus 1945. Demikian versi baru upacara peringatan Hari Kesaktian
Pancasila yang berlangsung di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta
Timur.
Selain pemaknaan yang baru atas sejarah, hal baru lainnya adalah upacara kembali
dipimpin oleh presiden Republik Indonesia serta disertai dengan pembacaan
naskah ikrar yang menyebutkan bahwa sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) diproklamasi pada 17 Agustus 1945 terjadi banyak rongrongan terhadap

Pancasila dan NKRI baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri.
Namun, bangsa Indonesia mampu mempertahankan Pancasila dan NKRI.
Makna Kesaktian Pancasila Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya
merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan. Melainkan juga
Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas terutama dalam hubungan
dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara.
Pancasila mengandung berbagai makna dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Makna yang pertama Moralitas, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha
Esa” mengandung pengertian bahwa negara Indonesia bukanlah negara teokrasi
yang hanya berdasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara pada
legitimasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak bersifat mutlak berdasarkan
legitimasi religius, melainkan berdasarkan legitimasi hukum serta legitimasi
demokrasi. Oleh karenanya asas sila pertama Pancasila lebih berkaitan dengan
legitimasi moralitas. Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif,
para pejabat negara, serta para penegak hukum, haruslah menyadari bahwa selain
legitimasi hukum dan legitimasi demokratis yang kita junjung, juga harus
diikutsertakan dengan legitimasi moral. Misalnya, suatu kebijakan sesuai hukum,
tapi belum tentu sesuai dengan moral. Salah satu contoh yang teranyar yakni gaji
para pejabat penyelenggara negara itu sesuai dengan hukum, namun mengingat
kondisi rakyat yang sangat menderita belum tentu layak secara moral (legitimasi
moral).
Hal inilah yang membedakan negara yang berketuhanan Yang Maha Esa
dengan negara teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak m