PEMBELAJARAN BERBASIS PERPUSTAKAAN SEBUA. pdf

PEMBELAJARAN BERBASIS
PERPUSTAKAAN: SEBUAH PEMIKIRAN
MODEL PEMBELAJARAN DI
PENDIDIKAN TINGGI AGAMA ISLAM
Retno Sayekti
Abstrak
Pembelajaran berbasis perpustakaan merupakan sebuah pendekatan baru dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Pembelajaran ini terutama semi memfokuskan penggunaan perpustakaan sebagai sumber
utama informasi dan sebagai tempat pembelajaran. Pendekatan ini
mengharuskan dosen dan pustakawan bekerjasama aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Subjek utama pembelajaran model ini adalah
ketemmpilan informasi di mana mahasiswa diajarkan untuk menyadari
kebutuhan informasi mereka dengan melakukan penelusumn informasi,
mampu melakukan analisa dan sintesa terhadap informasi yang tersedia,
serta mampu menggunakannya untuk tujuan penyelesaian masalah.
Artikel ini menjelaskan konsep-konsep dasar pembelajaran berbasis
perpustakaan dan bagaimana PTAl dapat menempkannya.
KataKunci : Pembelajaran berbasis perpustakaan, library-based
learning, information literacy, keterampilan informasi.
Pendahuluan
Pembelajaran berbasis perpustakaan atau Library-BasedLeaming
adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang memanfaatkan
perpustakaan sebagai sumber informasi utama dalam proses pembelajamn. Hakekat dari pendekatan ini adalah Information Literacy

Skillsatau keterampilan melek informasi. Pendekatan ini merupakan
pendekatan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia yang secara
khusus ditujukan bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Di luar negeri,
sekalipun model pembelajamn berbasis perpustakaan ini tidak dianggap
sebagai sebuah konsep atau pendekatan dalam pendidikan, tetapi sistem
pembelajaran di Perguruan Tinggi pada umumnya telah menjadikan
perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengetahuan utama,
dan keterampilan pemanfaatan perpustakaan dan penelusuran

38

I1

Analytica klamica, Vol. 9, No. 1,ZOO? 37-53

informasi merupakan bagian dari kurikulum inti yang hams diambil,
terutama bagi mahasiswa yang bukan alumni sekolah lokal mereka.
Ide pembelajaran berbasis perpustakaan ini berawal dari keprihatinan terhadap lemahn~aparalulusan perguruan tinggi dalam mencari
informasi secara mandiri untuk membantu memecahkan persoalanpersoalan kehidupan yang mereka temui, khususnya di tempat kerja.
Terlebih lagi apabila kita menilik para lulusan Perguruan Tinggi

Agama Islam, IAIN misalnya. Kelemahan tersebut berasal dari pola
pembelajaran tmdisional yang selalu menempatkan mahasiswa pada
posisi sebagai 'penerima ilmu pengetahuan dan informasi' dari para
dosen dan tidak mengembangkan skill mereka untuk menjadi 'penelusur
informasi dan penemu pengetahuan'. Yang pertama lebih berkesan
pasif sedangkan yang kedua lebih berkesan aktif dan dinamis.
Karena itulah Prof. DR. Arif Furqon menawarkan pendekatan baru
ini untuk dikembangkan di perguruan-perguruan tinggi agama lslam
di Indonesia, meliputi UIN, IAlN, STAIN dan STAlS pada Workshop
Pengembangan Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama
lslam se-Indonesia, Surabaya, 14 - 18 Januari 2007.
Pendekatan-pendekatanpembelajaran tradisional yang memposisikan dosen sebagai seseorang yang 'lebih tahu' daripada mahasiswanya,
dan menjejali mahasiswa dengan ilmu pengetahuan dan informasi
yang mereka mi&, sangat tidak menguntungkan mahasiswa dan
membunuh kreatifitas intelehal mereka. Beberapa dosen yang lebih
ekstrim, bahkan mengharuskan mahasiswanya menerima secara
mutlak apa yang diberikan oleh mereka tanpa memberi peluang
mengembangkan ide baru, apalagi menentang ide sang dosen.
lntelektual mahasiswa dikebiri, tidak ada kebebasan apalagi penghargaan terhadap ekspresi ideologis mereka. Critical thinking dan
keterampilan analisis bukannya dipupuk, malah dibunuh menjadi

layu sebelum berkembang. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Nur Kholis tentang kondisi praktik pembelajaran
yang sekarang berlangsung:
1. Pendidikan berbasis kelas (dassmom-based education)
2. Pembelajaran berbasis pengajar (teacher-based learning)
3. Sumber belajar belum mampu menciptakan kond~siyang kondusif.
Akibat dari kondisi itu:
1. Mahasiswa tidak ditumbuhkan kemandiriannya
2. Mmimnya ketrampilan di kalangan mahasiswa.'

I

Pembelajmn Berbasis Perpustakaan (RefnoSayehti)

39

Kondisi seperti itu masih menjadi kenyataan sampai saat ini.
Sekalipun berbagai pendekatan baru dalam pendidikan diiembangkan
untuk melawan model pembelajaran tersebut dan berupaya membangkitkan potensi-potensi kemampuan mahasiswa, misalnya
dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, beberapa

dosen kenyataannya masih mempedahankan status quo dan tidak
hendak bergerak dari model pembelajaran tradisional.
Pada saat yang sama, perpustakaan ada sebagai entitas yang
'terpisah' dari proses pembelajaran di kelas. Perpustakaan yang
disebut sebagai 'janiungnya perguruan tinggi' tidak pemah merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Para dosen dan
pengambii keputusan di perguruan tinggi memang menempatkan
perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar - sekedar tidak mengkhianati teori pendidikan. Pada prakteknya, sangat sedikit dosen
yang merencanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan
perpustakaan sebagai sumber informasi. Kalaupun ada dosen yang
merujuk mahasiswanya ke perpustakaan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan, mereka tidak pemah benar-benar
mengontrol mahasiswanya memanfaatkan perpustakaan dalam
menyelesaikan tugas; apalagi melakukan perkuliahan di perpustakaan
dan mengajari mahasiswa bagaimana memanfaatkan sumber informasi yang ada di perpustakaan. Padahal, mengajarkan tehnik dan
stmtegi memanfaatkan sumber informasi dan pengetahuan bukan hanya
akan membantu mahasiswa pada saat mereka sedang menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi, tetapi jugasecam otomatis membekali
mereka dengan sebuah keterampilan informasi yang akan dipergunakannya kelak di lapangan pekej a m atau kehidupannya secam mandiri.
Mengapa perlu? Menurut Prof. DR. Arif Furqon, Ph.D., ada beberapa
alasan pendekatan ini perlu dikembangkan di Perguruan Tinggi:
1. Hasil lulusan yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang ada

sekamngini belum memenuhi hampan. Olehkarenanya diperhkan
adanya inovasi di bidang pembelajaran.
2. Proses pembelajaran di PTAI lebih banyak bepusat pada dosen,
bukan mahasiswa.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat cepat, informasitersedia.
Olehkarenanya dosen hams memanfaatkan teknologi informasi
yang ada untuk mendidik mahasiswa agar tidak ketinggalan.
4. Abad informasi sudah dimasuki, dan itu memerlukan orang-orang
yang mampu mengelola informasi untuk s u k ~ e s . ~

40

Analpica Islamica, V01.9, No. 1,2007.37-53

Terlepas dari faktor-faktor lain yang barangkali turut memberikan
kontribusi bagi kesenjangan proses pembelajaran dan perpustakaan,
seperti misalnya: lemahnya keterampilan informasi dosen,
keengganan untuk merubah pola dan metode pembelajaran, tidak
adanya waktu bagi dosen untuk merencanakan pembelajaran yang
melibatkan perpustakaan, dan anggapan bahwa model b m ini hanya

akan menambah beban tugas mereka, pendekatan pernbelajaran
berbasis perpustakaan ini dikembangkan untuk memupuk belajar
learning) oleh mahasiswa.
secara mandiri (self-direcfedindependenf
Pada pokoknya, pembelajaran berbasis perpustakaan tidak hanya
sekedar memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi dan
pengetahuan, tetapi lebih jauh lagi melaksanakan proses pembelajaran di perpustakaan, mengajarkan keterampilan mencari dan
memanfaatkan informasi, dan melibatkan pustakawan dalam proses
pembelajaran. Olehkarena itu, pendekatan ini menuntut adanya
kerjasama formal antara dosen dan pustakawan sebagai subjek pembelajar. Dosen harus merencanakan pembelajaran secara sistematis
dan terorganisir dengan merujukkan setiap materi perkuliahan
dengan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan baik dalam
bentuk tercetak maupun digital. Di lain pihak, selain mempersiapkan
diri untuk menjadi instruktur informasi, pustakawan juga hams
memastikan bahwa sumber informasi tersedia di perpustakaan untuk
setiap materi perkuliahan baik dalam bentuk tercetak maupun digital.
Menjadi bagian integral proses pembelajaran, perpustakaan sebagai
sebuah organisasi perlu meninjau kembali kebijakan-kebijakan yang
selama ini berlaku, merubahnya dan bersikap fleksibel (tidak kaku)
dan akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan

informasi. Ini memang bukan pekerjaan kecil, tetapi akan menjadi
salah satu indikator komitmen peningkatan kualitas pembelajaran
yang lebih efektif jika tujuan akhir pendidikan di Perguruan Tinggi
adalah untuk menciptakan sarjana-sarjana yang mampu mandiri
dalam kehiduyan dan siap memasuki lapangan kerja profesional
yang lebih menantang.

Keterampilan Informasi dalam Pembelajaran Berbasis
Perpustakaan
Perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat p e a t
dalam satu dekade terakhir sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Ledakan informasi melalui media massa telah menjadi ajang
pembelajaran mandiri dan pencerdasan masyarakat. Berbagai aspek

kehidupan rnenjadi lebih menantang dan menuntut keterampilanketerampilan baru untuk bisa 'survive'. Lapangan pekerjaan pun
menambah daftar persyaratan bagi individu yang hendak rnendapatkan pekerjaan yang layak, yaitu penguasaan teknologi informasi.
Keadaan ini memaksa institusi-institusi pendidikan untuk membekali para mahasiswanya dengan keterampilan yang rnenjadi tuntutan
lapangan pekerjaan tersebut agar mereka dapat memasuki pasar
kerja professional untuk mereka. Oleh karena itu, proses pembelajaran
dituntut untuk lebih dinamis, aktif dan membangkitkan kompetensi
mahasiswa agar 'melek informasi' yang didefinisikan oleh TheNational

Forum on Information Literacy sebagai "fheability to h o w when

there is a need for information,to be able to identi& locate, evaluate,
andeffectivelyuse that informationfor the issue orproblem athandn3
Semua ini membutuhkan keterarnpilan criticalthinking Keterampilan
ini meliputi kemampuan menganalisa, mengevaluasi d m rnensintesa
informasi, dan kemampuan ini merupakan indikator pendidikan yang
baik dewasa ini sebagaimana yang diungkapkan oleh The Boyer
Commission:

The skills of analysis, evaluation, and synthesis will become the
hallmarks of a good education,just as absotpfion of knowledge
once was4
Selanjutnya, perkembangan teknologi informasi merupakan kenyataan yang tidak dapat dielakkan dan keterampilan menguasainya
menjadi sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar jika ingin 'sutvive'
di era informasi ini. Seorang dosen yang professional dituntut untuk
mampu memanfaatkan teknologi informasi ini; media inforrnasi
digital, elektronik jumal, dan internet hams dapat dimanfaatkan secara
maksimal baikdalam proses pembelajamn maupun penelitian. Sumbersumber informasi berbasis teknologi yang disebutkan terakhir ini
telah lama rnenjadi bagian dari keahlian pustakawan. Oleh karenanya,

untuk menciptakan proses pembelajamn yang efektif bagi mahasiswa,
diperlukan kolaborasi aktif antara dosen dan pustakawan dan memaksimalkan pemn perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar dan untuk
lebih mernahami struktur informasi bagi kepentingan temu balik
(informationrefrieva).
Didalam pendidikan keterampilan informasi, hirarki pengetahuan
tentang keterarnpilan informasi telah dikembangkan berdasarkan
pada hirarki taksonomi pendidikan oleh Bloom, sebagai berikut:

42

Ana/@ica Idmica, Val. 9, No. 1,2007:37-53

Taksonomi Literasi Informasi
Identifikasi kebutuhan informasi

\L

Menyusun informasi

I

\L

Membangun pemahaman baru

I

\I/
Mengaplikasikan pemahaman baru

I

-

\L
Mengkomunikasikan dan merefleksikan pada produk akhi?

Pemaharnan terhadap taksonomi informasi ini sangat penting dalarn
mengajarkan keterampilan informasi kepada mahasiswa. Sebab ini
akan menentukan desain materi, metode dan alat evaluasi pembelajaran. Tetapi yangperlu diingat menurut Dorner dan Gorman, bahwa
pengajaran keterampilan informasi hams disesuaikan dengan budaya

lokal. Pengajaran informasi di negam-negara berkembang tidak akan
sama dengan pengajarannya di negara-negara maju, sekalipun teori
dasamya berasal dari Barat. Menyadari ha1 ini Domer dan Gorman
memberikan definisi operasional berbeda tentang keterampilan
informasi di negera berkembang sebagai berikut:

The abifiw of individuals orgroups:
I. to be aware o f why, how and by whom informationis created,
communicated and confrole~and how it contributes to the
consfruction of knowledge
2. to understand when infomation can be used to improve their
dailylivng or to contribute to theresolutionofneedsrelatedto
specificsituations, such as at work or school
3. to knowhow to locate informationand to critique itsrelevance
and appropriateness to their context
4. to understand how to integrate relevant and appropriate
infomation with what they already know to new construct
knowledge that increases their capaciw to improve their daily

Pembelajaran Berbasjs Pepustakaan (RetnoSayekti)

43

living or to resolve needs related to specificsituations that have
arisem6

Pengajamn teknologi informasi tidak hanya sekedar membutuhkan
pendekatan pembelajaran Computer-assisted instruction (CAI)7,
tetapi lebih penting dari itu adalah self-directedhdependenfleaming
(SDIL)8.CAI lebih berirnplikasi pada pemanfaatan komputer sebagai
media pernbelajaran, sedangkan SDIL lebih menekankan pada kebebasan dan dernokrasi dalarn proses belajar mahasiswa. Pada saat
dosen mernberikan kebebasan belajar kepada mahasiswa, secara
bersamaan ia juga bisa menggabungkan dengan pendekatan selfi
inqui~y-basedleamingdimana
mahasiswa didorong untuk rnenernukan
sendinpemecahan persoalan-persoalanyang ia temui secara sistematis
dan ilmiah dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang
ada. Dalarn ha1 ini mahasiswa dididik secara sederhana melakukan
penelitian kecil-kecilan sebagai bekal keterarnpilan dalam melakukan
penelitian yang sesungguhnya secara rnandiri ketika ia akan menyelesaikan program studinya. Lebih rinci tentang berbagai metode pembelajaran keterampilan informasi yang banyak digunakan akan
diuraikan pada topik dibawah ini.

Model Pembelajaran Berbasis Perpustakaan di Perguruan
Tinggi
Beberapa institusi, khususnya Perguruan Tinggi, telah merancang
pengajamn yang efektif dengan rnenggunakan media elektronik untuk
memperkenalkan mahasiswa dengan fasilitas perpustakaan, sumbersumber informasi, d m penggunaan sumber- sumber informasi tersebut?
Dalam ha1 ini komputer adalah salah satu media primer yang
digunakan. Dalam praktiknya di lapangan, proses pembelajaran berbasis perpustakaan ini merupakan kolaborasi aktif antara dosen dan
pustakawan dalam mendidik keterarnpilan 'melek informasi' kepada
mahasiswa. Eksistensi pustakawan akademik yang selarna ini dipandang sebagai profesi yang terpisah dari kegiatan pernbelajaran dan
hanya diposisikan sebagai pelengkap, kini dijadikan bagian integral
dalarn rnernbina keterampilan penelitian mahasiswa. Hubungan antara
dosen dan pustakawan hams merupakan kerjasarna formal dalam
aspek-aspekpengembangandesain pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan evalausi hasil pernbelajaran.
Di Georgia, Amerika, keterampilan informasi dirnasukkan dalam
kurikulum inti di sekolah-sekolah menengah atas.

44

Analytia Islamica, Val. 9, No. 1,2007.. 37-53
lnduded in the roles and responsibilities of the media specialist
in Georgia is for the media specialist to work collabomtively with
the languageads teacher to teach informationlitemcy skius which
are written in the Qualiw Core Curriculum (Georgia Departmenf
of Education, 19991'

Keterlibatan pustakawan akademik dalam mengajarkan ketemmpilan ini telah lama dilakukan. Ada dua alasan penting melibatkan
para pustakawan dalam mengajarkan keterampilan informasi: 1)
kurangnya kemampuan mahasiswa dalam keterampilan informasi,
dan 2) kumngnya kemampuan dosen dalam ketemmpilan informasi."
Keduanya sama pentingnya, satu tidak lebih penting dari yang lain.
Tetapi yang ke dua berimplikasi bahwa ketiadaan keterampilan informasi dosen akan berpengaruh pada tidak tahunya ia tentang materi
informasi apa yang hams diberikan dan strategiyang bagaimana yang
efektif untuk menelusur informasi. Disinilah diperlukan peran serta
pustakawan karena keahliannya dalam mengolah, mengorganisir
serta menemukan kembali informasi.
Dalam sebuah praktek yang dilakukan di perpustakaan sekolah
di Amerika, kolaborasi guru dan pustakawan dalam mengajarkan
keterampilan informasi ini melahirkan keberhasilan yang cukup
dramatis. Beberapa ha1 terjadi ketika para guru dan pustakawan
bergabung dalam sebuah tim untuk membuat rubrik yang mengukur
materi pengetahuan, keterampilan informasi, kontribusi teknolgi, dan
sejumlah bahan bacaan yang telah diselesaikan. Datang ke perpustakaan tidak lagi dipandang sebagai pelarian dari ruang kelas,
tetapi merupakan sebuah tempat dimana para siswa lebih tertarik
dan termotivasi, menurut para pustakawan. Para siswa memandang
din mereka sendiri sebagai para penelusur informasi yang sukses.
Mereka juga mulai menyadari ada banyak ha1 yang bisa ditemukan
dengan keterampilan informasi daripada melakukan chating dm
berkirim-kirim email. Para siswa lebih percaya din dan m e m a berhasil,
terutama bagi mereka yang mempunyai kemampuan membaca pada
atau dibawah tingkat rata-rata, mereka merasa mengalami banyak
peningkatan. Para sswa terkejut mempelajari pangkalan data
perpustakaan online begitu luar biasa dengan menggunakan alat
penelusuran umum (searchengine),d m menjadi lebih kritis terhadap
berbagai situs Web.=
Para pustakawan memandang bahwa mengajar adalah tugas
penting bagi profesi mereka. Oleh karena itu mereka secam terus
menerus berusaha meningkatkan metode mengajar ketemmpilan

. PembeIajamn BerbasisPepustakaan (RetnoSay&)

45

informasi kepada rnahasiswa program Strata 1untuk rneningkatkan
kompetensi rnereka dalarn bidang ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Denise Koufogiannakis dan Natasha webe:
Librarians are constanlly loohgtoimprovei%emethw's by which
they teach informationsfills to undergmduate students, h order
to increase the students' competencies in this areaz3
Denise dan Natasha rnelakukan penelitian tentang rnetode pengajaran ketemmpilan informasi yang paling efektif. Dalam penelitiannya
rnereka rnenemukan bahwa ada 5 rnetode pengajamn yang sering
dipergunakan oleh pustakawan dan dosen, yaitu:
I. Active Learning, rnahasiswa secara aktif terlibat dalam pernbelajarannya, dengan seorang instruktur yang berperan sebagai
fasilitator.
2. ComputerAssistedInstruction (CAI),yaitu penggunaan kornputer
dalam rnernberikan pengajamn langsung kepada mahasiswa .
3. Learner-cenfred instruction (LCI), berfokus pada kebutuhan
belajar rnahasiswa secara khusus.
4 Self directed independent learning (SDIL), yaitu proses belajar
dirnana rnahasiswa mernpunyai tanggungjawab dan penentu
utama bagi pendidikannya sendiri.
5. Pengajaran tradisional, dirnana rnateri pengajaran diberikan oleh
guru, dan rnerupakan metode belajar yang pasif bagi rnahasiswa.14
Penggunaan pendekatan CAI dalam pengajamn perlu rnernperhatikan beberapa kornponen sebagairnana diungkapkan oleh Esther
R. Steinberg:
Six componentsare criticalin the design o f C A Theyare: Target
Population, Goals, Task, Insinrction, Computer AppLcation, and
Environmentallmplementafion.'5
Untuk rnelihat sejauh mana efektifitas kornputer sebagai media
pernbelajaran dalam pengajaran keterampilan informasi dan perpustakaan tersebut, Cherry rnernbandingkan kelompok kontrol yang
rnenerima pengajamn dengan rnetode tmdisional dalam materi pengenalan OPAC dengan kelompok eksperimen yang rnenerima CAI, dan
ia rnenernukan bahwa CAI sama efektifnya dengan rnetode cemmah
tradisional.16Hal sejalan diungkapkan oleh Denise dan Natasha yang
dalarn penelitiannya menyatakan bahwa dari 5rnetode pembelajamn
keterampilan informasi yang banyak digunakan sebagairnana
tersebut diatas, ada 3 hal utarna yang menjadi kesirnpulan, yaitu:

46

Anal$iicaJslamica, Vol. 2 No. I, ZOO? 37-53

1. Computer assisted instruction is as effective as traditional
instruction.
2. Traditional instruction is more effectivethan no instruction.
3. Selfidirected independent learning is more effectivethan no
instruction."
Yangperlu menjadi 'the bottom find disini adalah bahwa metode
pengajamn tradisional lebih efektif daripada tidak diajarkan sama
sekali (point 2 diatas). Ini berarti bahwa pengajaran keterampilan
informasi sama pentingnya dengan materi penelitian yang wajib
diajarkan kepada mahasiswa Perguruan Tinggi.
Namun, berlawanan dengan pendapat Cherry, Denise dan Natasha,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan CAI dalam
pengajaran keterampilan informasi lebih meningkatkan kecepatan
belajar daripada menggunakan metode tradisi~nal.'~
Bukan hanya
lebih cepat dalam belajar, tetapi ia juga akan mempertahankan ingatan
lebih lama?g
Adapun topik-topik yang berhubungan dengan keterampilan
informasi yang diajarkan secara garis besar meliputi:
1. melakukan penelusuran perpustakaan dan strategi penelusuran
menggunakan katalog
2. menggunakan bahan-bahan rujukan (reference tools)
3. pengenalan perpustakaan secara umum dan sumber-sumber
informasi yang tersedia
4. penelusuran literatur, dan
5. penggunaan sumber-sumber informasi elektronik dan berbasis
komp~ter.~"
Terlepas dari berbagai perdebatan tentang metode pembelajaran
apa yang paling efektif dalam mengajar keterampilan informasi, dan
materi keterampilan apa yang hams diajarkan, Katherine Schilling
mengingatkan bahwa ketika menentukan bagaimana mengimplementasikan pendidikan 'melek informasi' (infomationlifeacy),beberapa
ha1perlu dipertimbangkan. Misalnya, kecenderungan dosen dan mahasiswa terhadap lingkungan belajar tradisional berbasis kelas versus
belaiar elektronik adalah faktor vana menentukan keberhasilan akhir
program ini. Metode pengajaran lainnya masih dalam pro dan kontra.
Kelemahan-kelemahan pengajaran tradisional berbasis kelas meliputi
hal-ha1 yang berhubungan dengan waktu, pelaksana, dan fasilitas.
Pelatihan yang dipimpin oleh instruktur bisa membutuhkan energi
<

-

.

PembefajamnBerbasis Pepustakaan (Relno Sayektij

47

yang besar untuk menciptakan bahan-bahan yang berhubungan
dengan mata kuliah tertentu, hand-out, slide,dan sebagainya. Pengajamn perpustakaanyang terintegmsi dalam kurikulum sering menuntut
agar pengajarannya disesuaikan dengan jadwal perkuliahan dosen
di kelas. Para dosen seringkali mengandalkan keterampilan informasi
mahasiswa atau menyepelekan perlunya melakukan penelitian berbasis petpustakaan, sehingga memberikan hanya sedikit waktu dari
pada bang sesungguhnya-dibutuhkan.~~
Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis Perpustakaan
Sebagaimana telah disebutkan diatas, dalam Workshop tersebut
Prof. DR. Arif Furqon, Ph.D. telah menawarkan pendekatan baru
ini dalam sistem pendidikan di Perguruan Tinggi Agama Islam di
Indonesia, yaitu Sistem Pembelajaran Berbasis Perpustakaan. Menurut
beliau ada beberapa strategi yang perlu dikembangkan untuk
merealisasikan pendekatan tersebut, sebagai berikut:
1. Dosen bersama dengan lembaga perpustakaan mendesain program
(silabus) pembelajaran (matakuliah) berbasis perpustakaan,
termasuk cara mengevaluasi keberhasilan belajar mahasiswa,
dilakukan satu semster sebelum kuliah.
2. Perpustakaan mempersiapkan sumber informasi yang dibutuhkan
oleh mata kuliah tersebut (hams sudah selesai setidaknya seminggu
sebelum kuliah mulai)
3. Mahasiswa dipersiapkan untuk kegiatan pembelajaran berbasis
petpustakaan (di hari pertama perkuliahan).
4. Dosen melaksanakan pembelajaran.
5. Dosen memonitor perkembangan dan melakukan penyesuaian
sana-sini.
6. Pada akhir semester dosen dibantu pihak petpustakaan melakukan
evaluasi keberhasilan program untuk pengembangan.
7. Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki desain program
guna meningkatkan kinerja program
8. Sikhs baru dimulai.

Siapa yang memulai?
1. Idealnya adalah Rektor/Ketua STAl sebagai penanggungjawab
utama mutu lulusan perguruan tinggi.
2. Pembantu Rektor
3. Dekan, Pembantu Dekan
4. Kepala perpustakaan dan d o ~ e n . ~ ~

48

Analflica Islamica, Vol. 9, No. 1,2007.37-53

Pendekatan ini diawali dengan sebuah Participatory Action
Research (PAR)untuk melihat kefektifitasannya di lapangan. Institusiinstitusi yang tertarik untuk berpartisipasi diperkenankan untuk
mendaftarkan diri.
Sementara itu, didalam sebuah artikel, David Loertscher & Blanche
Woolls, memberikan beberapa saran untuk mengimplementasikan
program pengajamn dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis perpustakaan, sebagai berikut:.
- Ciptakan lingkungan infonnasi yang kaya teknologi di perpustakaan
- Lengkapi perpustakaan dengan seorang pustakawan-pengajar
professional dan pegawai sumhan dan teknis (yangterakhir berguna
untuk menjalankan operasional program yang membaniu pustakawan-pengajar untuk melaksanakan pengajaran).
- Ketika seorang dosen dan pustakawan berkolaborasi dalam
proses pembelajaran mereka harus memulai dengan standard
tertulis yang sudah dibangun.
- Selanjutnya, dosen dan pustakawan membuat sebuah mbrik yang
memuat isi materi, ketemmpilan informasi, dan kontribusi teknologi,
dan sejumlah bahan bacaan yang hams dibaca oleh mahasiswa
selama dalam pengalaman program pembelajaran.
- Para mahasiswa akan menyadari apa yang sesungguhnya
diharapkan untuk mereka pelajari dan kerjakan dalam sebuah
lingkungan informasi yang kaya teknologi.
- Dosen dan pustakawan pengajar mengajar bersama-sama.
- Kedua partner tersebut menguji sejauh mana mahasiswa berhasil
mencapai standard tertulis melalui rubrik yang telah diberikan.
- Kedua partner tersebut mengukur keberhasilan mereka sendiri
secara realistis dan memodifikasi strategi mereka 23
Pada hakekatnya pengajaran keterampilan informasi ini sangat
penting bagi mahasiswa perguruan tinggi untuk kemampuan riset
mereka. Namun, melihat berbagai macam kekurangan dari infrastdhn
informasi yang ada di banyak Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia, baik negeri maupun swasta, maka realisasi program ini hanya
dapat dilaksanakan di PTAI yang telah mempunyai infrastruktur yang
mapan, seperti IAINWalisongo Semarang. Dan ini berarti bagi institusi
yang belum mapan secara infrastruktur dan SDMnya, ide ini hanya
akan tinggal wacana saja. Dan, &an tetap menjadi wacana selamanya
bila tidak ada usaha-usaha untuk merealisasikan program tersebut.
Jika komitmen peningkatan kualitas pendidikan adalah studentcentered dimana kepentingan mahasiswa adalah yang utama dan

Pembelajm Berbasis Pepustakaan (RetnoSayeMi)

49

menjadi sasaran akhir proses pembelajaran, maka Perguruan Xnggi
Agama Islam yang belum mempunyai infrastruktur informasi yang
mapan perlu mempersiapkan hal-hal berikut:
1. Percepatan Program komputerisasi perpustakaan un'mk menciptakan sistem penelusuran informasi yang mendukung, sepetti
penyediaan OPAC (online public access catalog)
2. Berpartisipasidalam jaringan perpustakaan online Perguruan Tmggi
Agama Islam se-Indonesia, untuk memungkinkan akses koleksi
perpustakaan PTAIyang lain dan melakukan peminjaman silang
layan (Inter Libmy Loan)
3. Penyediaan koleksi digital dalam format CD-ROM dan jurnal
elektronik di perpustakaan.
4. Penyediaan akses internet di perpustakaan atau pusat informasi
yang dapat diakses oleh mahasiswa
5. Penyediaan surnber daya manusia yang mampu menjadi teacherlibman secara professional.
Program teacher-librarianini pun sebenamya telah dicanangkan
pada tahun 2004 oleh Dr. Jamshid Beheshti dan Dr. Andrew Large
dari GSLIS, McGill University, Canada, dan Affandi Mokhtar dari
Departemen Agama, untuk dikembangkan di UIN dan IAIN. Bersamaan denganprogram ini dikembangkan pula kurikulum program
tersebut yang memuat materi Libmy-based leaming.24Sayangnya,
program ini hanya berfokus pada wilayah Jakarta d m Yogyakarta
sehingga dampak pengembangannya untuk institusi-ins&si lain
diluar Jawa, kurang dirasakan. Disamping itu, library based-learning
sejauh ini belum dijadikan sebagai sebuah sistem pembelajaran perguruan tinggi di PTAImana saja, termasuk Jakarta dan Yogyakarta.
-

-

50

Anal~ica.lslmnica,Vol. 9, NO. 1, 2002.37-53
Catatan

'Nur Kholis, fibliuy-&sedLeamins..Menujukua/ihspros
belajarmen~~jar
diPerguran 7ingg; makalah dipresentasikan pada Workshop Pengembangan
Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Agamalslam se-Indonesia,Sumbaya,
1 4 - 18Januari 2007.
2Arif Furqon, KoflsepPembelajamnBerbasispepusfakamdiPTAI(Libmry
Based-Learning), makalah dipresentasikan pada Workshop Pengembangan
Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam se-Indonesia,Sumbaya,
14 - 18 Januari 2007.
3DeniseKoufogiannakis dan Natasha Wiebe, EffectiveMethods forTeaching
Information Literacy Skills to Undergraduate Students: A Systematic Review
and Meta-Analysis, Evidence Based Library and InformationPractice 2006,
1:3
4The Boyer Commission on Educating Undergraduates in the Research
University. (1998),Reinventing Undergraduate Education: a Blueprint for
America's Research Universities, p. 11dalam John J. Dohertv, "Teaching
Information Skills in the Information Age: the Need for Critical Thinking,"
Librarv PhilosophvandPractice VoL 1. No. 2' ZSurins19991
5DanielG. Domer and G.E. Gorman, Information Literacy Education in
Asian Developing Countries: cultural factors affecting curriculum development
and programme delivety, lFLA Journal, 32(4):275-277,2006, h. 285.
/www.ifla.ord
Ibid., h. 284.
Turner mengatakan bahwa CAI secara khusus sangat bermanfaat bagi
pengajamn berskala besar dan khususnya dalarn mengajar ketemmpilanyang
berhubungan dengan komputer. Lihat: Turner, A., Computer-assisted
instruction in academic libraries, The Journal of Academic Librarianship,
1990, No. 115,352-354.
8Brockettdan Hiemstra memandang istilah self-directedleamingsebagai
sebuah proses pengajaran yang berpusat pada aktifitas-ahtifitasseperti:
mernenuhi kebutuhan, menelusur sumber-sumberbelajar, mengimplementasi
aktifitas belajar, dan mengevaluasi belajar. Lihat: Brockett, R G, dan Hiemstm,
R Self-directionin Learning: Perspectives in the or^: Research, andpmctice.
(Routledge,London: 1991).
An experimental investigation of two types of instruction
9Cherry,J.M.,
for OPAC users, Canadian Journal oflnformafionScience, 1991, 16(4),h.
2-22.
loLinda L. Wade, Teaching Information Literacy Sklls Using Computer
Assisted instruction, n.d.
I1 hid.

Pembelajmn Berbasis Pepustakaan (RetnoSayekti)

51

=David Loertscher&Blanche W d , YouNeedtheLibmyfoMeefStandards,
2003.
13Denise Koufogiannahs dan Natasha Wiebe, Effective Methods for
Teaching Information Literacy Skills to Undergraduate Students: A Systematic
Review and Meta-Analysis, EidenceBasedLibmryandInformationPmctice
2006,1:3
'"Denise Koufogiannak~sdan Natasha Wiebe, ibid., h. 10
I5EstherR. Steinberg, Teach?ngComputmfoTeach, ( ( H i d e ,NJ.: Lawrence
Erlbaum Associates, 1991), h.2. (http://www.questia.com /PM.qst?a=
o&d=9775012)
"Xherry, J.M., An experimental..., h. 2-22
'7Denise Koufogiannakis dan Natasha Wiebe, EffectiveMefiods for.. ..,
h. 19
18Rupe,VS., A study of computer-assisted instruction: Its uses, effects,
advantages, andhhtions, South Bend, IN: Indiana University, 1986. (ERIC
Document Reproduction ServiceNo. ED 282 513)
19Kulik,J.A., Kulik, C.C., & Bangert-Drowns,R.L., Effectivenessof computerbased education in elementary schools, Computers in Human Behavior I ,
(1985) h. 59-74.
20DeniseKoufogiannakis dan Natasha Wiebe, EffectiveMethodsfor.. ...,
h. 10
21KatherineSchiig, M E ,Ed.D., InformationRetrieval SkiUsDevelopment
in Electronic LearningEnvironments:the Impact of Tmining Method on Students'
Learning Outcomes, Information Usage Patterns, and Attitudes, IADIS
InternationalJoumalon W / I n f e r n e f Vol.
, 4, No. 1,pp. 27-42, h. 38
%rif Furqon, Konsep Pembelajamn.. ..
Z3DavidLoertscher & Blanche Woolls, YouNeedthe Library.. ..
Z4LapomnDr. Jamshid Behshti tentang PengembanganStudi Perpustakaan
dan Informasi di WN dan UlN di Indonesia, tahun 2004, yang dilurim kepada
penulis melalui email. Laporan tersebut tidak diterbitkan.

52

Analflica Islamfca, Vol. 9, No. I, 2002 37-53

Bibliografi

Beheshti, Jamshid. Report on Library & Information Studies
Component. Ttp: UINIIAIN Indonesia Social Equity Project, 2004.
Brockeit, R G,dan Hiemstm, R. Self-direction in Learning Perspectives
in Theory, Research, andPractice. Routledge, London: tp, 1991.
Cherry, J.M. "An experimental investigation of two types of instruction
for OPAC users," Canadian Journal of Information Science, Ttp:
tp, 1991.
John J. "Teaching Information Skills in the Information Age:
the Need for Critical Thinking," Librarv Philosowhv and Practice
Vol. 1, No. 2 (Swrins 1999)
Domer, Daniel G., dan Gorman, G.E., "Information Literacy Education
in Asian Developing CounMes: cultural factors affecting cumculum
development and programme delivery," IFLA Journal,
Furqon, Arif. Konsep Pembelajaran Berbasis Peqmstakaan di PTAI
(LibmyBased-Learning), makalah dipresentasikan pada Workshop
Pengembangan Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama
Islam se-Indonesia, Surabaya, 14 - 18 Januari 2007
Kholis, Nur. Library-BasedLearning: Menuju kualitasproses belajar
mengajar di Perguruan Enggi, makalah dipresentasikan pada
Workshop Pengembangan Jaringan Perpustakaan Perguruan
Tinggi Agama Islam se-Indonesia, Surabaya, 14- 18Januari 2007
Koufogiannakis, Denise, dan Wiebe, Natasha. "Effective Methods
for Teaching lnformation Literacy Skills to Undergraduate
Students: A Systematic Review and Meta-Analysis," Evidence
Based Libray and Information Practice 2006
Kulik, J.A., Kulik, C.C., & Bangert-Drowns, R.L. "Effectiveness of
computer-based education in elementary schools," Computersin
Human Behavior I., 1985
Loertscher, David, dan Woolls, Blanche, YouNeedfheLibraryto Meet
Standards. 2003.
Rupe, V.S., A study of computer-asistedinstrucfion: Its uses, effects,
advantages, andlimitations. South Bend, IN: Indiana University,
1986.
Schilling, Katherine. "Information Retrieval Skills Development in
Electronic Learning Environments: the Impact of Training Method
on Students' Learning Outcomes, Information Usage Patterns,

w,
'

I
I
I

I

.PembelajaranBerbasis Pepustakaan (RetnoSayekti)

53

and Attitudes," IADIS international Journal on WWLV/Internet,
Vol. 4, No. 1.
Steinberg, Esther R., EachingComputers to Each, Hillsdale, NJ.:
Lawrence Erlbaum Associates, 1991, h. 2. Didownload dari: httD:/

/~~~.auestia.com/PM.qst?a=o&d=9775012
Turner, A,, "Computer-assisted instruction in academic libraries,"
The Journal of Academic Librananship, 1990, No. 115.
Wade, Linda L., Eachinglnformafion Literacy Skills UsingComputer
Assisted lnsfncfion, (n.d.)

Retno Sayekti adalah Dosen Fakultas Tarbiyah lAIN Sumatera
Utara, menyelesaikan S2 dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan
lnformasi di McGill University, Montreal, Canada.