IS EVERYTHING UNDER CONTROL PERAN TRAIT
1
IS EVERYTHING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR PENGALAMAN AFEKTIF
Fitra Hermawandhika Wityanto
herfitra@gmail.com
Cleoputri Al Yusainy
Ika Herani
Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan individual dalam hal trait
self-control memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif individu, yaitu dimensi
valence dan arousal. Penelitian ini menggunakan desain within-subject experiment dengan
melibatkan 81 orang mahasiswa baru prodi Psikologi Universitas Brawijaya sebagai
partisipan. Afek partisipan diinduksi menggunakan stimulus gambar dari IAPS yang diukur
melalui rating SAM dan trait self-control diukur menggunakan Brief Self-control Scale
(SCS). Hasil analisis statistik menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA
menunjukkan bahwa trait self-control tidak memiliki peran signifikan dalam struktur
pengalaman afektif partisipan, baik pada dimensi valence (F (1.88) = .324, p = > .05) maupun
pada dimensi arousal (F (.70) = 1.499, p = > .05). Namun, analisis tambahan menunjukkan
bahwa partisipan perempuan cenderung memaknai stimulus negatif lebih ekstrim (M = 2.67,
SD = .496) dibandingkan dengan partisipan laki-laki (M = 3.23, SD = .676).
Kata Kunci:
struktur pengalaman afektif, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS
ABSTRACT
This study aims to investigate whether individual differences on the level of trait selfcontrol has a role in individual’s structure of current affect, specifically on valence and
arousal dimension. Within-subject experiment was used as a research design which involve
81 undergraduate Psychology students of Brawijaya University as participants. IAPS
pictures was used to evoke participant’s affect and measured by SAM’s rating while trait
self-control was measured using Brief Self-control Scale (SCS). Statistical analysis using
repeated measures technique shown that trait self-control has no significant role in
participant’s structure of current affect, both on valence (F (1.88) = .324, p = > .05)
neither on arousal dimension (F (.70) = 1.499, p = > .05). However, additional analysis
indicate that female participant tend to rate negative valenced stimuli as more extreme (M
= 2.67, SD = .496) compared with male participant (M = 3.23, SD = .676).
Keywords:
structure of current affect, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS
2
menyenangkan akan bervariasi dari satu
PENDAHULUAN
Emosi-afek merupakan unsur paling
fundamental
dari
setiap
aspek
di
individu ke individu lain, diikuti oleh
kombinasi tingkat valence dan arousal
kehidupan manusia, mulai dari proses
yang
pengambilan keputusan, peristiwa yang
individu,
kita ingat, hingga interaksi sosial yang kita
(positif) mungkin diikuti dengan tingginya
bina dengan orang lain (Yusainy, 2015).
level
Afek, atau yang biasa disebut dalam istilah
dipersepsikan sebagai perasaan tergugah
sehari-hari sebagai “perasaan”, merupakan
dan antusias. Sementara itu pada individu
pemaknaan secara subjektif dari emosi
yang lain, afek menyenangkan mungkin
(Panksepp, 2010).
akan diikuti dengan level arousal yang
berbeda-beda.
afek
Pada
yang
menyenangkan
yang
arousal
beberapa
kemudian
Menurut Barrett & Russell (1999),
rendah, sehingga dipersepsikan sebagai
afek terdiri dari dua dimensi bipolar yang
perasaan rileks dan tenteram. Sebaliknya,
independen satu sama lain, yaitu valence
afek yang tidak menyenangkan (negatif)
dan arousal. Valence merupakan dimensi
kadangkala diikuti oleh tingginya level
hedonis yang bergerak dari perasaan
arousal
menyenangkan (afek positif) hingga tidak
perasaan cemas dan tertekan, sementara
menyenangkan (afek negatif), sementara
pada
arousal merujuk pada dimensi aktivasi
menyenangkan biasanya disertai dengan
yang bergerak dari perasaan tergugah dan
level
menggebu-gebu (arousal tinggi) hingga
dimaknai sebagai suatu perasaan sedih dan
perasaan tenang, malas dan mengantuk
depresi.
sehingga memunculkan suatu
individu
arousal
lain
yang
afek
rendah
tidak
sehingga
Bersama-sama,
Salah satu hal yang menjelaskan
kombinasi antara valence dan arousal akan
mengapa tiap individu dapat memaknai
membentuk berbagai macam pengalaman
pengalaman afektifnya dengan berbeda-
afektif manusia seperti bahagia, tenteram,
beda tentu tidak lepas dari peran variasi
marah, rasa bersalah, sedih, jijik, takut,
individual terutama trait kepribadian, yaitu
cemas, dan sebagainya. Berbagai macam
suatu pola-pola perilaku dan respon yang
pengalaman afektif tersebut merupakan
menetap pada diri individu (Revelle &
respon manusia terhadap stimulus yang
Scherer, tanpa tahun). Trait kepribadian
muncul dari lingkungan (Agustiningsih,
diketahui memiliki peran dalam proses
2015).
pemaknaan pengalaman afektif seseorang
(arousal
rendah).
mengemukakan
melalui proses trait-congruent processing,
bahwa perasaan menyenangkan dan tidak
dimana respon individu terhadap suatu
Kuppens
(2008)
3
stimulus atau peristiwa akan berbeda-beda
atau kriteria yang ideal menurut dirinya
bergantung pada trait kepribadian yang
atau menurut orang lain.
dominan dalam dirinya (Vuoskoski, 2012).
Kemampuan
manusia
Contohnya dalam trait kepribadian Big
mengendalikan
Five, individu dengan trait extraversion
sebagai salah satu antisipasi kita untuk
yang tinggi akan cenderung untuk lebih
bertahan
memaknai pengalaman yang positif dan
evolusioner,
menyenangkan, karena trait extraversion
adaptif
sendiri berkorelasi kuat dengan optimisme
mendukung kelangsungan manusia untuk
dan kecenderungan untuk menghindari
bertahan hidup dari waktu ke waktu (Del
emosi
itu,
Giudice, 2013). Sama halnya dengan
individu dengan trait neuroticism yang
intelegensi, self-control merupakan salah
tinggi
lebih
satu sifat atau trait paling adaptif yang
memaknai pengalaman yang negatif dan
dimiliki manusia. Hal tersebut dibuktikan
tidak
trait
melalui temuan dari De Ridder dan kolega
berhubungan kuat
(2012) yang menemukan bahwa self-
yang
akan
negatif.
Sementara
cenderung
menyenangkan,
neuroticism sendiri
untuk
karena
diri
dalam
hidup.
menjadi
Menurut
suatu
apabila
penting
pendekatan
perilaku
dikatakan
perilaku
tersebut
dan
control memiliki asosiasi dengan berbagai
perasaan-perasaan negatif seperti cemas
macam aspek positif dalam kehidupan
dan takut (Vuoskoski, 2012).
seperti hubungan interpersonal yang sehat,
dengan
ketidakstabilan
emosi
Salah satu aspek perbedaan individual
yang
dapat
pemaknaan
mempengaruhi
seseorang
perbedaan
terhadap
popularitas, keterampilan coping stres
yang
efektif,
kesehatan
performa
mental,
serta
akademik,
lebih
kebal
pada
terhadap berbagai perilaku maladaptif
kapasitas individu dalam hal kontrol diri
seperti penyalahgunaan alkohol dan zat,
atau self-control sebagai bagian dari trait
agresivitas,
kepribadian. Kontrol diri atau yang biasa
gangguan makan.
pengalaman
afektifnya
adalah
perilaku
kriminal,
dan
disebut sebagai self-control merupakan
Menurut Gillebaart & De Ridder
kapasitas individu untuk secara sadar
(2015), self-control muncul ketika individu
mengendalikan proses mental dan perilaku
berada
agar sesuai dengan standar yang telah ia
terdapat konflik dalam diri yang perlu
tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault,
diselesaikan. Pada level trait, self-control
2014).
(2012),
merupakan kecenderungan yang dimiliki
kontrol diri bertujuan untuk “merubah”
oleh setiap individu untuk “memunculkan”
respon individu agar sesuai dengan standar
proses kontrol diri. Trait self-control
Menurut
Baumeister
dalam
suatu
dilema
dimana
4
cenderung stabil keberadaannya sepanjang
sub-faset atau komponen yang menyusun
umur manusia. Walaupun individu dengan
trait kepribadian conscientiousness.
akan
Riset ini juga merupakan bagian dari
potensi-potensi
penelitian payung Yusainy dan Herani
konflik dan dilema dalam diri mereka,
(2016), dimana studi dengan judul yang
namun mereka tidak menjadikan konflik
sama diteliti oleh dua peneliti yang
dan dilema internal itu sebagai masalah
berbeda secara paralel. Hal ini dilakukan
yang berarti bagi mereka dibandingkan
sebagai
dengan individu yang memiliki level trait
Reproducibility Project yang digagas oleh
trait
yang
self-control
cenderung
mengenali
dukungan
terhadap
Brian Nosek, seorang social psychologist
demikian, tinggi rendahnya trait self-
dari University of Virginia (Essig, 2015).
akan
Studi replikasi sangat penting dilakukan
mepengaruhi persepsi individu terhadap
sebagai bagian dari ujung tombak ilmu
pengalaman afektif yang dirasakannya.
pengetahuan
control
yang
rendah.
bentuk
Dengan
self-control
yang
tinggi
dimiliki
Penelitian
ini
individu
bertujuan
untuk
memperkuat
atau
untuk
memfalsifikasi konstruk teoritis yang telah
mengetahui sejauh mana trait self-control
ada sebelumnya melalui bukti-bukti yang
berperan dalam pembentukan pengalaman
empiris.
afektif seseorang, dalam hal ini dimensi
Oleh karena itu, peneliti mengajukan
valence dan arousal. Sejauh ini, belum
hipotesis sebagai berikut:
banyak penelitian yang berfokus pada
1.
memiliki
peran
Trait
self-control
peran trait self-control terhadap dimensi
dalam
hubungan
valence dan arousal. Adapun penelitian
stimulus dengan rating valence
serupa
berfokus
pada
peran
trait
2.
antara
valence
memiliki
peran
Trait
self-control
kepribadian Big Five terhadap valence dan
dalam
hubungan
arousal (lihat Komulainen dan kolega,
stimulus dengan rating arousal
2014; Tok, Koyuncu, Dural, & Catiikas,
2010),
salah
conscientiousness
satunya
adalah
trait
yang secara teoritik
berkaitan erat dengan trait self-control
(Tangney, Baumeister, & Boone, 2004;
Navarro, 2011). Roberts, Chernyshenko,
Stark, & Goldberg (2005) mengungkapkan
bahwa self-control merupakan salah satu
antara
arousal
5
METODE PENELITIAN
b. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah
a. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
mahasiswa
baru
prodi
Psikologi
dengan
Universitas Brawijaya yang mengambil
yang
mata kuliah Biopsikologi sebanyak 86
disajikan melalui International Affective
orang. Sebagai imbalan, partisipan akan
Picture System (IAPS; Lang, Bradley, &
mendapatkan kompensasi kredit nilai kuis
Cuthbert, 2008). Penelitian ini merupakan
sebesar 10% dari mata kuliah Biopsikologi
studi adaptasi dari Yusainy (2015) dan
atas
merupakan bagian dari penelitian payung
penelitian ini bekerjasama dengan dosen
Yusainy
pengampu mata kuliah Biopsikologi.
kuantitatif
eksperimen
menghadirkan
stimulus
dan
Herani
afektif
(2016)
dengan
melibatkan dua variabel independen yaitu
keikutsertaan
Perhitungan
mereka
G*Power
karena
3.1.9.2
stimulus valence yang memiliki tiga
menunjukkan bahwa untuk memperoleh
variasi
dan
effect size medium (f = 0.25) dengan
stimulus arousal yang memiliki dua
power = 0.8, jumlah minimum keseluruhan
variasi (tinggi, rendah). Selain itu, terdapat
sampel
pula dua variabel dependen berupa rating
partisipan. Jadi, jumlah total partisipan
valence dan rating arousal serta tiga
dalam penelitian ini sudah mencukupi.
(positif,
negatif,
netral)
variabel moderator yakni trait rumination,
trait alexythimia , dan trait self-control.
Peneliti sendiri berfokus untuk mengetahui
peran trait self-control dalam struktur
penelitian
yang
ini
digunakan
adalah
dalam
within-subject
diperlukan
adalah
65
c. Data Penelitian
1. International Affective Picture
System (IAPS)
Instrumen gambar IAPS terdiri dari
ribuan
pengalaman afektif individu.
Teknik
yang
foto
orang,
peristiwa
yang
ragam
pengalaman
objek,
dan
merepresentasikan
experiment dengan melibatkan 86 orang
Instrumen
mahasiswa sebagai partisipan penelitian.
diketahui telah digunakan secara luas
Partisipan
pada studi-studi yang terkait dengan
dibagi
ke
dalam
6
sesi
IAPS
manusia.
emosi-afek
diikuti oleh 10-16 orang partisipan. Tidak
2005). Selain itu, stimulus berupa
terdapat
dan
gambar juga dipilih karena diketahui
randomisasi pada tiap sesi ekperimen,
bersifat statis, mudah disajikan, dan
sehingga
non-invasif (Kory & D'Meelo, 2014).
perlakuan
tiap partisipan mendapatkan
perlakuan yang sama di tiap sesinya.
dan
karena
eksperimen dengan masing-masing sesi
perbedaan
(Mikels
dipilih
kolega,
6
Dalam
penelitian
ini,
jumlah
stimulus gambar IAPS yang harus
dinilai
oleh
partisipan
gambar IAPS akan digunakan kepada
masyarakat Asia.
adalah
sebanyak 60 foto (masing-masing
kategori diwakili 10 foto). Di samping
pemberian 60 foto tersebut, partisipan
juga diberikan 6 foto yang harus
mereka nilai di sesi practice II dimana
masing-masing foto mewakili setiap
Gambar 1. Slide Pertama IAPS
kategori yang akan digunakan sebagai
data
manipulation
check.
Setiap
gambar akan ditampilkan selama 6
detik secara acak. Segera setelah
gambar menghilang dari monitor,
partisipan diberi waktu 10 detik untuk
menilai valence dan arousal dari
gambar tersebut melalui penskalaan
SAM.
Gambar 2. Slide Ketiga IAPS
Pemilihan
stimulus
gambar
dilakukan berdasarkan kiteria norma
2. Self Assessment Manikin (SAM)
Penilaian kedua dimensi afektif
dari Huang dan kolega (2015), dimana
stimulus gambar yang digunakan
masing-masing
dalam penelitian ini mengacu pada
dengan menggunakan paradigma label
IAPS
database
diujicobakan
yang
kepada
telah
masyarakat
non-verbal
gambar
yang
dilakukan
dinamai
Self-
Assessment Manikin (SAM) dari Peter
Tiongkok. Hal tersebut dilakukan
J.
dengan mempertimbangkan hasil riset
dimensi afektif, yaitu valence dan
dari Huang dan koleganya (2015)
arousal diberi label dari 1 sampai 9
yang menemukan bahwa masyarakat
(dimensi valence: skor 9 = ekspresi
Amerika dan masyarakat Tiongkok
senyum dan 1 = ekspresi cemberut;
cenderung
stimulus
dimensi arousal: skor 9 = ekspresi
berbeda,
antusias, mata terbuka lebar dan 1 =
sehingga perlu dilakukan modifikasi
ekspresi santai, mata mengantuk).
(penormaan ulang) apabila stimulus
Skor rerata valence dan arousal yang
gambar
memaknai
IAPS
secara
Lang
(1980).
Masing-masing
7
diberikan partisipan terhadap masing-
9, 10, 12, dan 13; reversed score).
masing kategori foto menghasilkan
Semakin tinggi skor pada Brief Self-
rating valence dan arousal. Instrumen
control
IAPS dan rating SAM dipresentasikan
tingginya
di
melalui
dimiliki individu. Pada penelitian
yang
Yusainy (2015), brief self-control
Dharmawan
scale memiliki reliabilitas yang cukup
layar
komputer
pemograman
dasar
dikembangkan
oleh
Phyton
(2015).
merepresentasikan
Scale
trait
self-control
yang
baik dengan nilai alpha cronbach
sebesar 0.745.
4. Video Humor
Video humor ditampilkan dengan
tujuan untuk menetralisir dampak dari
induksi afek tidak menyenangkan
yang
dilakukan
selama
sesi
eksperimen. Video humor tersebut
Gambar 3. SelfAssessment
Manikin (SAM)
3. Brief Self-control Scale (SCS)
Trait self-control sebagai variabel
moderator
yang
mengukur
aspek
perbedaan individual diukur dengan
menggunakan kuesioner Brief Selfcontrol Scale atau SCS (Lampiran
10). Partisipan diminta untuk mengisi
kuesioner yang terdiri atas 13 item
pernyataan
yang
merefleksikan
kebiasaan sehari-hari (contoh, “saya
mampu
mengendalikan
godaan
dengan baik”) dalam skala likert lima
poin (1 = “sangat tidak akurat” hingga
5 = “sangat akurat”). Dalam SCS
terdapat 4 pernyataan favorable (item
nomor 1, 6, 8, dan 11) dan 9
pernyataan unfavorable (2, 3, 4, 5, 7,
berjudul “Hillarious: Don’t judge too
quickly by Ameriquest series” dan
diunduh dari situs youtube (url:
https://youtube.com/watch?v=uNdap
XryZ98) berdurasi 1 menit 31 detik
dan ditayangkan kepada partisipan di
sesi akhir eksperimen. Video humor
ini sebelumnya telah diujicobakan
pada pilot study yang dilaksanakan
pada 10 November 2015, dimana lima
orang partisipan pilot study menilai
bahwa video yang ditampilkan cukup
menghibur.
d. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan software
SPSS ver. 16.0 for Windows dengan
metode
one-way
repeated
measures
ANOVA
untuk
menjawab
hipotesis
penelitian.
Analisis
data
dilakukan
8
sebanyak dua kali, yaitu pada stimulus
digunakan pada penelitian ini, yaitu skala
valence terhadap rating valence dan pada
Brief
stimulus arousal terhadap rating arousal.
stimulus
gambar
Scale
(SCS)
dan
dari
International
Affective Picture System (IAPS).
HASIL
Koefisien reliabilitas alpha cronbach
a. Gambaran Umum Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah 86
orang mahasiswa kelas Biopsikologi FISIP
Universitas Brawijaya. Namun, 4 orang
partisipan
sudah
tidak
lagi
terdaftar
sebagai mahasiswa aktif sementara 1 orang
partisipan
tidak
hadir
ketika
proses
pelaksanaan eksperimen, sehingga jumlah
total partisipan yang mengikuti penelitian
ini adalah 81 orang. Persentase mahasiswa
perempuan
melalui
Self-control
dan
tabel
laki-laki
dibawah.
ditampilkan
Selain
itu,
(α) disajikan melalui tabel dibawah ini.
Tabel 2. Reliabilitas Instrumen Skala
SCS & Stimulus IAPS
Instrumen
α Cronbach
Brief Self-control Scale
.736
Stimulus Positif
.845
Stimulus Netral
.612
Stimulus Negatif
.806
Stimulus High Arousal
.867
Stimulus Low Arousal
.895
c. Manipulation Check
Untuk memastikan bahwa partisipan
mampu membedakan
stimulus
afektif
partisipan memiliki rentang usia antara 17
berdasarkan pembagian kategori stimulus
hingga 20 tahun (mean = 18.17, SD =
yang
.667).
manipulation check dilakukan terhadap
Tabel 1. Deskripsi Partisipan
Karakteristik
N Persentase
Laki-laki
25
30.86 %
Jenis
Kelamin Perempuan 56
69.14 %
17
9
11.11 %
Usia
18
52
64.19 %
19
17
20.99 %
20
3
3.71 %
terhadap
sebelumnya,
menggunakan analisis one-way repeated
measures
ANOVA
yang
dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada rating
valence dan pada rating arousal.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa
perbedaan
signifikan
pada
stimulus valence terhadap rating valence
Sebelum dilakukan interpretasi dan
analisis
ditentukan
data yang didapatkan di sesi practice 2
terdapat
b. Reliability Analysis
telah
data
telah
dan perbedaan signifikan dari stimulus
dahulu
arousal terhadap rating arousal (F =
untuk
64.194, p = .05).
positif dengan stimulus negatif (F =
e. Analisis Tambahan
334.762, p =
IS EVERYTHING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR PENGALAMAN AFEKTIF
Fitra Hermawandhika Wityanto
herfitra@gmail.com
Cleoputri Al Yusainy
Ika Herani
Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan individual dalam hal trait
self-control memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif individu, yaitu dimensi
valence dan arousal. Penelitian ini menggunakan desain within-subject experiment dengan
melibatkan 81 orang mahasiswa baru prodi Psikologi Universitas Brawijaya sebagai
partisipan. Afek partisipan diinduksi menggunakan stimulus gambar dari IAPS yang diukur
melalui rating SAM dan trait self-control diukur menggunakan Brief Self-control Scale
(SCS). Hasil analisis statistik menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA
menunjukkan bahwa trait self-control tidak memiliki peran signifikan dalam struktur
pengalaman afektif partisipan, baik pada dimensi valence (F (1.88) = .324, p = > .05) maupun
pada dimensi arousal (F (.70) = 1.499, p = > .05). Namun, analisis tambahan menunjukkan
bahwa partisipan perempuan cenderung memaknai stimulus negatif lebih ekstrim (M = 2.67,
SD = .496) dibandingkan dengan partisipan laki-laki (M = 3.23, SD = .676).
Kata Kunci:
struktur pengalaman afektif, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS
ABSTRACT
This study aims to investigate whether individual differences on the level of trait selfcontrol has a role in individual’s structure of current affect, specifically on valence and
arousal dimension. Within-subject experiment was used as a research design which involve
81 undergraduate Psychology students of Brawijaya University as participants. IAPS
pictures was used to evoke participant’s affect and measured by SAM’s rating while trait
self-control was measured using Brief Self-control Scale (SCS). Statistical analysis using
repeated measures technique shown that trait self-control has no significant role in
participant’s structure of current affect, both on valence (F (1.88) = .324, p = > .05)
neither on arousal dimension (F (.70) = 1.499, p = > .05). However, additional analysis
indicate that female participant tend to rate negative valenced stimuli as more extreme (M
= 2.67, SD = .496) compared with male participant (M = 3.23, SD = .676).
Keywords:
structure of current affect, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS
2
menyenangkan akan bervariasi dari satu
PENDAHULUAN
Emosi-afek merupakan unsur paling
fundamental
dari
setiap
aspek
di
individu ke individu lain, diikuti oleh
kombinasi tingkat valence dan arousal
kehidupan manusia, mulai dari proses
yang
pengambilan keputusan, peristiwa yang
individu,
kita ingat, hingga interaksi sosial yang kita
(positif) mungkin diikuti dengan tingginya
bina dengan orang lain (Yusainy, 2015).
level
Afek, atau yang biasa disebut dalam istilah
dipersepsikan sebagai perasaan tergugah
sehari-hari sebagai “perasaan”, merupakan
dan antusias. Sementara itu pada individu
pemaknaan secara subjektif dari emosi
yang lain, afek menyenangkan mungkin
(Panksepp, 2010).
akan diikuti dengan level arousal yang
berbeda-beda.
afek
Pada
yang
menyenangkan
yang
arousal
beberapa
kemudian
Menurut Barrett & Russell (1999),
rendah, sehingga dipersepsikan sebagai
afek terdiri dari dua dimensi bipolar yang
perasaan rileks dan tenteram. Sebaliknya,
independen satu sama lain, yaitu valence
afek yang tidak menyenangkan (negatif)
dan arousal. Valence merupakan dimensi
kadangkala diikuti oleh tingginya level
hedonis yang bergerak dari perasaan
arousal
menyenangkan (afek positif) hingga tidak
perasaan cemas dan tertekan, sementara
menyenangkan (afek negatif), sementara
pada
arousal merujuk pada dimensi aktivasi
menyenangkan biasanya disertai dengan
yang bergerak dari perasaan tergugah dan
level
menggebu-gebu (arousal tinggi) hingga
dimaknai sebagai suatu perasaan sedih dan
perasaan tenang, malas dan mengantuk
depresi.
sehingga memunculkan suatu
individu
arousal
lain
yang
afek
rendah
tidak
sehingga
Bersama-sama,
Salah satu hal yang menjelaskan
kombinasi antara valence dan arousal akan
mengapa tiap individu dapat memaknai
membentuk berbagai macam pengalaman
pengalaman afektifnya dengan berbeda-
afektif manusia seperti bahagia, tenteram,
beda tentu tidak lepas dari peran variasi
marah, rasa bersalah, sedih, jijik, takut,
individual terutama trait kepribadian, yaitu
cemas, dan sebagainya. Berbagai macam
suatu pola-pola perilaku dan respon yang
pengalaman afektif tersebut merupakan
menetap pada diri individu (Revelle &
respon manusia terhadap stimulus yang
Scherer, tanpa tahun). Trait kepribadian
muncul dari lingkungan (Agustiningsih,
diketahui memiliki peran dalam proses
2015).
pemaknaan pengalaman afektif seseorang
(arousal
rendah).
mengemukakan
melalui proses trait-congruent processing,
bahwa perasaan menyenangkan dan tidak
dimana respon individu terhadap suatu
Kuppens
(2008)
3
stimulus atau peristiwa akan berbeda-beda
atau kriteria yang ideal menurut dirinya
bergantung pada trait kepribadian yang
atau menurut orang lain.
dominan dalam dirinya (Vuoskoski, 2012).
Kemampuan
manusia
Contohnya dalam trait kepribadian Big
mengendalikan
Five, individu dengan trait extraversion
sebagai salah satu antisipasi kita untuk
yang tinggi akan cenderung untuk lebih
bertahan
memaknai pengalaman yang positif dan
evolusioner,
menyenangkan, karena trait extraversion
adaptif
sendiri berkorelasi kuat dengan optimisme
mendukung kelangsungan manusia untuk
dan kecenderungan untuk menghindari
bertahan hidup dari waktu ke waktu (Del
emosi
itu,
Giudice, 2013). Sama halnya dengan
individu dengan trait neuroticism yang
intelegensi, self-control merupakan salah
tinggi
lebih
satu sifat atau trait paling adaptif yang
memaknai pengalaman yang negatif dan
dimiliki manusia. Hal tersebut dibuktikan
tidak
trait
melalui temuan dari De Ridder dan kolega
berhubungan kuat
(2012) yang menemukan bahwa self-
yang
akan
negatif.
Sementara
cenderung
menyenangkan,
neuroticism sendiri
untuk
karena
diri
dalam
hidup.
menjadi
Menurut
suatu
apabila
penting
pendekatan
perilaku
dikatakan
perilaku
tersebut
dan
control memiliki asosiasi dengan berbagai
perasaan-perasaan negatif seperti cemas
macam aspek positif dalam kehidupan
dan takut (Vuoskoski, 2012).
seperti hubungan interpersonal yang sehat,
dengan
ketidakstabilan
emosi
Salah satu aspek perbedaan individual
yang
dapat
pemaknaan
mempengaruhi
seseorang
perbedaan
terhadap
popularitas, keterampilan coping stres
yang
efektif,
kesehatan
performa
mental,
serta
akademik,
lebih
kebal
pada
terhadap berbagai perilaku maladaptif
kapasitas individu dalam hal kontrol diri
seperti penyalahgunaan alkohol dan zat,
atau self-control sebagai bagian dari trait
agresivitas,
kepribadian. Kontrol diri atau yang biasa
gangguan makan.
pengalaman
afektifnya
adalah
perilaku
kriminal,
dan
disebut sebagai self-control merupakan
Menurut Gillebaart & De Ridder
kapasitas individu untuk secara sadar
(2015), self-control muncul ketika individu
mengendalikan proses mental dan perilaku
berada
agar sesuai dengan standar yang telah ia
terdapat konflik dalam diri yang perlu
tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault,
diselesaikan. Pada level trait, self-control
2014).
(2012),
merupakan kecenderungan yang dimiliki
kontrol diri bertujuan untuk “merubah”
oleh setiap individu untuk “memunculkan”
respon individu agar sesuai dengan standar
proses kontrol diri. Trait self-control
Menurut
Baumeister
dalam
suatu
dilema
dimana
4
cenderung stabil keberadaannya sepanjang
sub-faset atau komponen yang menyusun
umur manusia. Walaupun individu dengan
trait kepribadian conscientiousness.
akan
Riset ini juga merupakan bagian dari
potensi-potensi
penelitian payung Yusainy dan Herani
konflik dan dilema dalam diri mereka,
(2016), dimana studi dengan judul yang
namun mereka tidak menjadikan konflik
sama diteliti oleh dua peneliti yang
dan dilema internal itu sebagai masalah
berbeda secara paralel. Hal ini dilakukan
yang berarti bagi mereka dibandingkan
sebagai
dengan individu yang memiliki level trait
Reproducibility Project yang digagas oleh
trait
yang
self-control
cenderung
mengenali
dukungan
terhadap
Brian Nosek, seorang social psychologist
demikian, tinggi rendahnya trait self-
dari University of Virginia (Essig, 2015).
akan
Studi replikasi sangat penting dilakukan
mepengaruhi persepsi individu terhadap
sebagai bagian dari ujung tombak ilmu
pengalaman afektif yang dirasakannya.
pengetahuan
control
yang
rendah.
bentuk
Dengan
self-control
yang
tinggi
dimiliki
Penelitian
ini
individu
bertujuan
untuk
memperkuat
atau
untuk
memfalsifikasi konstruk teoritis yang telah
mengetahui sejauh mana trait self-control
ada sebelumnya melalui bukti-bukti yang
berperan dalam pembentukan pengalaman
empiris.
afektif seseorang, dalam hal ini dimensi
Oleh karena itu, peneliti mengajukan
valence dan arousal. Sejauh ini, belum
hipotesis sebagai berikut:
banyak penelitian yang berfokus pada
1.
memiliki
peran
Trait
self-control
peran trait self-control terhadap dimensi
dalam
hubungan
valence dan arousal. Adapun penelitian
stimulus dengan rating valence
serupa
berfokus
pada
peran
trait
2.
antara
valence
memiliki
peran
Trait
self-control
kepribadian Big Five terhadap valence dan
dalam
hubungan
arousal (lihat Komulainen dan kolega,
stimulus dengan rating arousal
2014; Tok, Koyuncu, Dural, & Catiikas,
2010),
salah
conscientiousness
satunya
adalah
trait
yang secara teoritik
berkaitan erat dengan trait self-control
(Tangney, Baumeister, & Boone, 2004;
Navarro, 2011). Roberts, Chernyshenko,
Stark, & Goldberg (2005) mengungkapkan
bahwa self-control merupakan salah satu
antara
arousal
5
METODE PENELITIAN
b. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah
a. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
mahasiswa
baru
prodi
Psikologi
dengan
Universitas Brawijaya yang mengambil
yang
mata kuliah Biopsikologi sebanyak 86
disajikan melalui International Affective
orang. Sebagai imbalan, partisipan akan
Picture System (IAPS; Lang, Bradley, &
mendapatkan kompensasi kredit nilai kuis
Cuthbert, 2008). Penelitian ini merupakan
sebesar 10% dari mata kuliah Biopsikologi
studi adaptasi dari Yusainy (2015) dan
atas
merupakan bagian dari penelitian payung
penelitian ini bekerjasama dengan dosen
Yusainy
pengampu mata kuliah Biopsikologi.
kuantitatif
eksperimen
menghadirkan
stimulus
dan
Herani
afektif
(2016)
dengan
melibatkan dua variabel independen yaitu
keikutsertaan
Perhitungan
mereka
G*Power
karena
3.1.9.2
stimulus valence yang memiliki tiga
menunjukkan bahwa untuk memperoleh
variasi
dan
effect size medium (f = 0.25) dengan
stimulus arousal yang memiliki dua
power = 0.8, jumlah minimum keseluruhan
variasi (tinggi, rendah). Selain itu, terdapat
sampel
pula dua variabel dependen berupa rating
partisipan. Jadi, jumlah total partisipan
valence dan rating arousal serta tiga
dalam penelitian ini sudah mencukupi.
(positif,
negatif,
netral)
variabel moderator yakni trait rumination,
trait alexythimia , dan trait self-control.
Peneliti sendiri berfokus untuk mengetahui
peran trait self-control dalam struktur
penelitian
yang
ini
digunakan
adalah
dalam
within-subject
diperlukan
adalah
65
c. Data Penelitian
1. International Affective Picture
System (IAPS)
Instrumen gambar IAPS terdiri dari
ribuan
pengalaman afektif individu.
Teknik
yang
foto
orang,
peristiwa
yang
ragam
pengalaman
objek,
dan
merepresentasikan
experiment dengan melibatkan 86 orang
Instrumen
mahasiswa sebagai partisipan penelitian.
diketahui telah digunakan secara luas
Partisipan
pada studi-studi yang terkait dengan
dibagi
ke
dalam
6
sesi
IAPS
manusia.
emosi-afek
diikuti oleh 10-16 orang partisipan. Tidak
2005). Selain itu, stimulus berupa
terdapat
dan
gambar juga dipilih karena diketahui
randomisasi pada tiap sesi ekperimen,
bersifat statis, mudah disajikan, dan
sehingga
non-invasif (Kory & D'Meelo, 2014).
perlakuan
tiap partisipan mendapatkan
perlakuan yang sama di tiap sesinya.
dan
karena
eksperimen dengan masing-masing sesi
perbedaan
(Mikels
dipilih
kolega,
6
Dalam
penelitian
ini,
jumlah
stimulus gambar IAPS yang harus
dinilai
oleh
partisipan
gambar IAPS akan digunakan kepada
masyarakat Asia.
adalah
sebanyak 60 foto (masing-masing
kategori diwakili 10 foto). Di samping
pemberian 60 foto tersebut, partisipan
juga diberikan 6 foto yang harus
mereka nilai di sesi practice II dimana
masing-masing foto mewakili setiap
Gambar 1. Slide Pertama IAPS
kategori yang akan digunakan sebagai
data
manipulation
check.
Setiap
gambar akan ditampilkan selama 6
detik secara acak. Segera setelah
gambar menghilang dari monitor,
partisipan diberi waktu 10 detik untuk
menilai valence dan arousal dari
gambar tersebut melalui penskalaan
SAM.
Gambar 2. Slide Ketiga IAPS
Pemilihan
stimulus
gambar
dilakukan berdasarkan kiteria norma
2. Self Assessment Manikin (SAM)
Penilaian kedua dimensi afektif
dari Huang dan kolega (2015), dimana
stimulus gambar yang digunakan
masing-masing
dalam penelitian ini mengacu pada
dengan menggunakan paradigma label
IAPS
database
diujicobakan
yang
kepada
telah
masyarakat
non-verbal
gambar
yang
dilakukan
dinamai
Self-
Assessment Manikin (SAM) dari Peter
Tiongkok. Hal tersebut dilakukan
J.
dengan mempertimbangkan hasil riset
dimensi afektif, yaitu valence dan
dari Huang dan koleganya (2015)
arousal diberi label dari 1 sampai 9
yang menemukan bahwa masyarakat
(dimensi valence: skor 9 = ekspresi
Amerika dan masyarakat Tiongkok
senyum dan 1 = ekspresi cemberut;
cenderung
stimulus
dimensi arousal: skor 9 = ekspresi
berbeda,
antusias, mata terbuka lebar dan 1 =
sehingga perlu dilakukan modifikasi
ekspresi santai, mata mengantuk).
(penormaan ulang) apabila stimulus
Skor rerata valence dan arousal yang
gambar
memaknai
IAPS
secara
Lang
(1980).
Masing-masing
7
diberikan partisipan terhadap masing-
9, 10, 12, dan 13; reversed score).
masing kategori foto menghasilkan
Semakin tinggi skor pada Brief Self-
rating valence dan arousal. Instrumen
control
IAPS dan rating SAM dipresentasikan
tingginya
di
melalui
dimiliki individu. Pada penelitian
yang
Yusainy (2015), brief self-control
Dharmawan
scale memiliki reliabilitas yang cukup
layar
komputer
pemograman
dasar
dikembangkan
oleh
Phyton
(2015).
merepresentasikan
Scale
trait
self-control
yang
baik dengan nilai alpha cronbach
sebesar 0.745.
4. Video Humor
Video humor ditampilkan dengan
tujuan untuk menetralisir dampak dari
induksi afek tidak menyenangkan
yang
dilakukan
selama
sesi
eksperimen. Video humor tersebut
Gambar 3. SelfAssessment
Manikin (SAM)
3. Brief Self-control Scale (SCS)
Trait self-control sebagai variabel
moderator
yang
mengukur
aspek
perbedaan individual diukur dengan
menggunakan kuesioner Brief Selfcontrol Scale atau SCS (Lampiran
10). Partisipan diminta untuk mengisi
kuesioner yang terdiri atas 13 item
pernyataan
yang
merefleksikan
kebiasaan sehari-hari (contoh, “saya
mampu
mengendalikan
godaan
dengan baik”) dalam skala likert lima
poin (1 = “sangat tidak akurat” hingga
5 = “sangat akurat”). Dalam SCS
terdapat 4 pernyataan favorable (item
nomor 1, 6, 8, dan 11) dan 9
pernyataan unfavorable (2, 3, 4, 5, 7,
berjudul “Hillarious: Don’t judge too
quickly by Ameriquest series” dan
diunduh dari situs youtube (url:
https://youtube.com/watch?v=uNdap
XryZ98) berdurasi 1 menit 31 detik
dan ditayangkan kepada partisipan di
sesi akhir eksperimen. Video humor
ini sebelumnya telah diujicobakan
pada pilot study yang dilaksanakan
pada 10 November 2015, dimana lima
orang partisipan pilot study menilai
bahwa video yang ditampilkan cukup
menghibur.
d. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan software
SPSS ver. 16.0 for Windows dengan
metode
one-way
repeated
measures
ANOVA
untuk
menjawab
hipotesis
penelitian.
Analisis
data
dilakukan
8
sebanyak dua kali, yaitu pada stimulus
digunakan pada penelitian ini, yaitu skala
valence terhadap rating valence dan pada
Brief
stimulus arousal terhadap rating arousal.
stimulus
gambar
Scale
(SCS)
dan
dari
International
Affective Picture System (IAPS).
HASIL
Koefisien reliabilitas alpha cronbach
a. Gambaran Umum Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah 86
orang mahasiswa kelas Biopsikologi FISIP
Universitas Brawijaya. Namun, 4 orang
partisipan
sudah
tidak
lagi
terdaftar
sebagai mahasiswa aktif sementara 1 orang
partisipan
tidak
hadir
ketika
proses
pelaksanaan eksperimen, sehingga jumlah
total partisipan yang mengikuti penelitian
ini adalah 81 orang. Persentase mahasiswa
perempuan
melalui
Self-control
dan
tabel
laki-laki
dibawah.
ditampilkan
Selain
itu,
(α) disajikan melalui tabel dibawah ini.
Tabel 2. Reliabilitas Instrumen Skala
SCS & Stimulus IAPS
Instrumen
α Cronbach
Brief Self-control Scale
.736
Stimulus Positif
.845
Stimulus Netral
.612
Stimulus Negatif
.806
Stimulus High Arousal
.867
Stimulus Low Arousal
.895
c. Manipulation Check
Untuk memastikan bahwa partisipan
mampu membedakan
stimulus
afektif
partisipan memiliki rentang usia antara 17
berdasarkan pembagian kategori stimulus
hingga 20 tahun (mean = 18.17, SD =
yang
.667).
manipulation check dilakukan terhadap
Tabel 1. Deskripsi Partisipan
Karakteristik
N Persentase
Laki-laki
25
30.86 %
Jenis
Kelamin Perempuan 56
69.14 %
17
9
11.11 %
Usia
18
52
64.19 %
19
17
20.99 %
20
3
3.71 %
terhadap
sebelumnya,
menggunakan analisis one-way repeated
measures
ANOVA
yang
dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada rating
valence dan pada rating arousal.
Dari hasil analisis, diketahui bahwa
perbedaan
signifikan
pada
stimulus valence terhadap rating valence
Sebelum dilakukan interpretasi dan
analisis
ditentukan
data yang didapatkan di sesi practice 2
terdapat
b. Reliability Analysis
telah
data
telah
dan perbedaan signifikan dari stimulus
dahulu
arousal terhadap rating arousal (F =
untuk
64.194, p = .05).
positif dengan stimulus negatif (F =
e. Analisis Tambahan
334.762, p =