IS EVERYTHING UNDER CONTROL PERAN TRAIT

1

IS EVERYTHING UNDER CONTROL?
PERAN TRAIT SELF-CONTROL DALAM STRUKTUR PENGALAMAN AFEKTIF

Fitra Hermawandhika Wityanto
herfitra@gmail.com
Cleoputri Al Yusainy
Ika Herani
Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan individual dalam hal trait
self-control memiliki peran dalam struktur pengalaman afektif individu, yaitu dimensi
valence dan arousal. Penelitian ini menggunakan desain within-subject experiment dengan
melibatkan 81 orang mahasiswa baru prodi Psikologi Universitas Brawijaya sebagai
partisipan. Afek partisipan diinduksi menggunakan stimulus gambar dari IAPS yang diukur
melalui rating SAM dan trait self-control diukur menggunakan Brief Self-control Scale
(SCS). Hasil analisis statistik menggunakan teknik one-way repeated measures ANOVA
menunjukkan bahwa trait self-control tidak memiliki peran signifikan dalam struktur
pengalaman afektif partisipan, baik pada dimensi valence (F (1.88) = .324, p = > .05) maupun
pada dimensi arousal (F (.70) = 1.499, p = > .05). Namun, analisis tambahan menunjukkan

bahwa partisipan perempuan cenderung memaknai stimulus negatif lebih ekstrim (M = 2.67,
SD = .496) dibandingkan dengan partisipan laki-laki (M = 3.23, SD = .676).
Kata Kunci:

struktur pengalaman afektif, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS

ABSTRACT
This study aims to investigate whether individual differences on the level of trait selfcontrol has a role in individual’s structure of current affect, specifically on valence and
arousal dimension. Within-subject experiment was used as a research design which involve
81 undergraduate Psychology students of Brawijaya University as participants. IAPS
pictures was used to evoke participant’s affect and measured by SAM’s rating while trait
self-control was measured using Brief Self-control Scale (SCS). Statistical analysis using
repeated measures technique shown that trait self-control has no significant role in
participant’s structure of current affect, both on valence (F (1.88) = .324, p = > .05)
neither on arousal dimension (F (.70) = 1.499, p = > .05). However, additional analysis
indicate that female participant tend to rate negative valenced stimuli as more extreme (M
= 2.67, SD = .496) compared with male participant (M = 3.23, SD = .676).

Keywords:


structure of current affect, valence, arousal, trait self-control, IAPS, SCS

2

menyenangkan akan bervariasi dari satu

PENDAHULUAN
Emosi-afek merupakan unsur paling
fundamental

dari

setiap

aspek

di

individu ke individu lain, diikuti oleh
kombinasi tingkat valence dan arousal


kehidupan manusia, mulai dari proses

yang

pengambilan keputusan, peristiwa yang

individu,

kita ingat, hingga interaksi sosial yang kita

(positif) mungkin diikuti dengan tingginya

bina dengan orang lain (Yusainy, 2015).

level

Afek, atau yang biasa disebut dalam istilah

dipersepsikan sebagai perasaan tergugah


sehari-hari sebagai “perasaan”, merupakan

dan antusias. Sementara itu pada individu

pemaknaan secara subjektif dari emosi

yang lain, afek menyenangkan mungkin

(Panksepp, 2010).

akan diikuti dengan level arousal yang

berbeda-beda.
afek

Pada

yang


menyenangkan

yang

arousal

beberapa

kemudian

Menurut Barrett & Russell (1999),

rendah, sehingga dipersepsikan sebagai

afek terdiri dari dua dimensi bipolar yang

perasaan rileks dan tenteram. Sebaliknya,

independen satu sama lain, yaitu valence


afek yang tidak menyenangkan (negatif)

dan arousal. Valence merupakan dimensi

kadangkala diikuti oleh tingginya level

hedonis yang bergerak dari perasaan

arousal

menyenangkan (afek positif) hingga tidak

perasaan cemas dan tertekan, sementara

menyenangkan (afek negatif), sementara

pada

arousal merujuk pada dimensi aktivasi


menyenangkan biasanya disertai dengan

yang bergerak dari perasaan tergugah dan

level

menggebu-gebu (arousal tinggi) hingga

dimaknai sebagai suatu perasaan sedih dan

perasaan tenang, malas dan mengantuk

depresi.

sehingga memunculkan suatu

individu

arousal


lain

yang

afek

rendah

tidak

sehingga

Bersama-sama,

Salah satu hal yang menjelaskan

kombinasi antara valence dan arousal akan

mengapa tiap individu dapat memaknai


membentuk berbagai macam pengalaman

pengalaman afektifnya dengan berbeda-

afektif manusia seperti bahagia, tenteram,

beda tentu tidak lepas dari peran variasi

marah, rasa bersalah, sedih, jijik, takut,

individual terutama trait kepribadian, yaitu

cemas, dan sebagainya. Berbagai macam

suatu pola-pola perilaku dan respon yang

pengalaman afektif tersebut merupakan

menetap pada diri individu (Revelle &


respon manusia terhadap stimulus yang

Scherer, tanpa tahun). Trait kepribadian

muncul dari lingkungan (Agustiningsih,

diketahui memiliki peran dalam proses

2015).

pemaknaan pengalaman afektif seseorang

(arousal

rendah).

mengemukakan

melalui proses trait-congruent processing,


bahwa perasaan menyenangkan dan tidak

dimana respon individu terhadap suatu

Kuppens

(2008)

3

stimulus atau peristiwa akan berbeda-beda

atau kriteria yang ideal menurut dirinya

bergantung pada trait kepribadian yang

atau menurut orang lain.

dominan dalam dirinya (Vuoskoski, 2012).

Kemampuan

manusia

Contohnya dalam trait kepribadian Big

mengendalikan

Five, individu dengan trait extraversion

sebagai salah satu antisipasi kita untuk

yang tinggi akan cenderung untuk lebih

bertahan

memaknai pengalaman yang positif dan

evolusioner,

menyenangkan, karena trait extraversion

adaptif

sendiri berkorelasi kuat dengan optimisme

mendukung kelangsungan manusia untuk

dan kecenderungan untuk menghindari

bertahan hidup dari waktu ke waktu (Del

emosi

itu,

Giudice, 2013). Sama halnya dengan

individu dengan trait neuroticism yang

intelegensi, self-control merupakan salah

tinggi

lebih

satu sifat atau trait paling adaptif yang

memaknai pengalaman yang negatif dan

dimiliki manusia. Hal tersebut dibuktikan

tidak

trait

melalui temuan dari De Ridder dan kolega

berhubungan kuat

(2012) yang menemukan bahwa self-

yang

akan

negatif.

Sementara

cenderung

menyenangkan,

neuroticism sendiri

untuk

karena

diri

dalam

hidup.

menjadi

Menurut

suatu

apabila

penting

pendekatan

perilaku

dikatakan

perilaku

tersebut

dan

control memiliki asosiasi dengan berbagai

perasaan-perasaan negatif seperti cemas

macam aspek positif dalam kehidupan

dan takut (Vuoskoski, 2012).

seperti hubungan interpersonal yang sehat,

dengan

ketidakstabilan

emosi

Salah satu aspek perbedaan individual
yang

dapat

pemaknaan

mempengaruhi
seseorang

perbedaan
terhadap

popularitas, keterampilan coping stres
yang

efektif,

kesehatan

performa

mental,

serta

akademik,
lebih

kebal

pada

terhadap berbagai perilaku maladaptif

kapasitas individu dalam hal kontrol diri

seperti penyalahgunaan alkohol dan zat,

atau self-control sebagai bagian dari trait

agresivitas,

kepribadian. Kontrol diri atau yang biasa

gangguan makan.

pengalaman

afektifnya

adalah

perilaku

kriminal,

dan

disebut sebagai self-control merupakan

Menurut Gillebaart & De Ridder

kapasitas individu untuk secara sadar

(2015), self-control muncul ketika individu

mengendalikan proses mental dan perilaku

berada

agar sesuai dengan standar yang telah ia

terdapat konflik dalam diri yang perlu

tetapkan sebelumnya (Inzlicht & Legault,

diselesaikan. Pada level trait, self-control

2014).

(2012),

merupakan kecenderungan yang dimiliki

kontrol diri bertujuan untuk “merubah”

oleh setiap individu untuk “memunculkan”

respon individu agar sesuai dengan standar

proses kontrol diri. Trait self-control

Menurut

Baumeister

dalam

suatu

dilema

dimana

4

cenderung stabil keberadaannya sepanjang

sub-faset atau komponen yang menyusun

umur manusia. Walaupun individu dengan

trait kepribadian conscientiousness.

akan

Riset ini juga merupakan bagian dari

potensi-potensi

penelitian payung Yusainy dan Herani

konflik dan dilema dalam diri mereka,

(2016), dimana studi dengan judul yang

namun mereka tidak menjadikan konflik

sama diteliti oleh dua peneliti yang

dan dilema internal itu sebagai masalah

berbeda secara paralel. Hal ini dilakukan

yang berarti bagi mereka dibandingkan

sebagai

dengan individu yang memiliki level trait

Reproducibility Project yang digagas oleh

trait

yang

self-control

cenderung

mengenali

dukungan

terhadap

Brian Nosek, seorang social psychologist

demikian, tinggi rendahnya trait self-

dari University of Virginia (Essig, 2015).

akan

Studi replikasi sangat penting dilakukan

mepengaruhi persepsi individu terhadap

sebagai bagian dari ujung tombak ilmu

pengalaman afektif yang dirasakannya.

pengetahuan

control

yang

rendah.

bentuk

Dengan

self-control

yang

tinggi

dimiliki

Penelitian

ini

individu

bertujuan

untuk

memperkuat

atau

untuk

memfalsifikasi konstruk teoritis yang telah

mengetahui sejauh mana trait self-control

ada sebelumnya melalui bukti-bukti yang

berperan dalam pembentukan pengalaman

empiris.

afektif seseorang, dalam hal ini dimensi

Oleh karena itu, peneliti mengajukan

valence dan arousal. Sejauh ini, belum

hipotesis sebagai berikut:

banyak penelitian yang berfokus pada

1.

memiliki

peran

Trait

self-control

peran trait self-control terhadap dimensi

dalam

hubungan

valence dan arousal. Adapun penelitian

stimulus dengan rating valence

serupa

berfokus

pada

peran

trait

2.

antara

valence

memiliki

peran

Trait

self-control

kepribadian Big Five terhadap valence dan

dalam

hubungan

arousal (lihat Komulainen dan kolega,

stimulus dengan rating arousal

2014; Tok, Koyuncu, Dural, & Catiikas,
2010),

salah

conscientiousness

satunya

adalah

trait

yang secara teoritik

berkaitan erat dengan trait self-control
(Tangney, Baumeister, & Boone, 2004;
Navarro, 2011). Roberts, Chernyshenko,
Stark, & Goldberg (2005) mengungkapkan
bahwa self-control merupakan salah satu

antara

arousal

5

METODE PENELITIAN

b. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah

a. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

mahasiswa

baru

prodi

Psikologi

dengan

Universitas Brawijaya yang mengambil

yang

mata kuliah Biopsikologi sebanyak 86

disajikan melalui International Affective

orang. Sebagai imbalan, partisipan akan

Picture System (IAPS; Lang, Bradley, &

mendapatkan kompensasi kredit nilai kuis

Cuthbert, 2008). Penelitian ini merupakan

sebesar 10% dari mata kuliah Biopsikologi

studi adaptasi dari Yusainy (2015) dan

atas

merupakan bagian dari penelitian payung

penelitian ini bekerjasama dengan dosen

Yusainy

pengampu mata kuliah Biopsikologi.

kuantitatif

eksperimen

menghadirkan

stimulus

dan

Herani

afektif

(2016)

dengan

melibatkan dua variabel independen yaitu

keikutsertaan

Perhitungan

mereka

G*Power

karena

3.1.9.2

stimulus valence yang memiliki tiga

menunjukkan bahwa untuk memperoleh

variasi

dan

effect size medium (f = 0.25) dengan

stimulus arousal yang memiliki dua

power = 0.8, jumlah minimum keseluruhan

variasi (tinggi, rendah). Selain itu, terdapat

sampel

pula dua variabel dependen berupa rating

partisipan. Jadi, jumlah total partisipan

valence dan rating arousal serta tiga

dalam penelitian ini sudah mencukupi.

(positif,

negatif,

netral)

variabel moderator yakni trait rumination,
trait alexythimia , dan trait self-control.

Peneliti sendiri berfokus untuk mengetahui
peran trait self-control dalam struktur

penelitian

yang
ini

digunakan

adalah

dalam

within-subject

diperlukan

adalah

65

c. Data Penelitian
1. International Affective Picture
System (IAPS)

Instrumen gambar IAPS terdiri dari
ribuan

pengalaman afektif individu.
Teknik

yang

foto

orang,

peristiwa

yang

ragam

pengalaman

objek,

dan

merepresentasikan

experiment dengan melibatkan 86 orang

Instrumen

mahasiswa sebagai partisipan penelitian.

diketahui telah digunakan secara luas

Partisipan

pada studi-studi yang terkait dengan

dibagi

ke

dalam

6

sesi

IAPS

manusia.

emosi-afek

diikuti oleh 10-16 orang partisipan. Tidak

2005). Selain itu, stimulus berupa

terdapat

dan

gambar juga dipilih karena diketahui

randomisasi pada tiap sesi ekperimen,

bersifat statis, mudah disajikan, dan

sehingga

non-invasif (Kory & D'Meelo, 2014).

perlakuan

tiap partisipan mendapatkan

perlakuan yang sama di tiap sesinya.

dan

karena

eksperimen dengan masing-masing sesi

perbedaan

(Mikels

dipilih

kolega,

6

Dalam

penelitian

ini,

jumlah

stimulus gambar IAPS yang harus
dinilai

oleh

partisipan

gambar IAPS akan digunakan kepada
masyarakat Asia.

adalah

sebanyak 60 foto (masing-masing
kategori diwakili 10 foto). Di samping
pemberian 60 foto tersebut, partisipan
juga diberikan 6 foto yang harus
mereka nilai di sesi practice II dimana
masing-masing foto mewakili setiap

Gambar 1. Slide Pertama IAPS

kategori yang akan digunakan sebagai
data

manipulation

check.

Setiap

gambar akan ditampilkan selama 6
detik secara acak. Segera setelah
gambar menghilang dari monitor,
partisipan diberi waktu 10 detik untuk
menilai valence dan arousal dari
gambar tersebut melalui penskalaan
SAM.

Gambar 2. Slide Ketiga IAPS

Pemilihan

stimulus

gambar

dilakukan berdasarkan kiteria norma

2. Self Assessment Manikin (SAM)
Penilaian kedua dimensi afektif

dari Huang dan kolega (2015), dimana
stimulus gambar yang digunakan

masing-masing

dalam penelitian ini mengacu pada

dengan menggunakan paradigma label

IAPS

database

diujicobakan

yang

kepada

telah

masyarakat

non-verbal

gambar

yang

dilakukan

dinamai

Self-

Assessment Manikin (SAM) dari Peter

Tiongkok. Hal tersebut dilakukan

J.

dengan mempertimbangkan hasil riset

dimensi afektif, yaitu valence dan

dari Huang dan koleganya (2015)

arousal diberi label dari 1 sampai 9

yang menemukan bahwa masyarakat

(dimensi valence: skor 9 = ekspresi

Amerika dan masyarakat Tiongkok

senyum dan 1 = ekspresi cemberut;

cenderung

stimulus

dimensi arousal: skor 9 = ekspresi

berbeda,

antusias, mata terbuka lebar dan 1 =

sehingga perlu dilakukan modifikasi

ekspresi santai, mata mengantuk).

(penormaan ulang) apabila stimulus

Skor rerata valence dan arousal yang

gambar

memaknai
IAPS

secara

Lang

(1980).

Masing-masing

7

diberikan partisipan terhadap masing-

9, 10, 12, dan 13; reversed score).

masing kategori foto menghasilkan

Semakin tinggi skor pada Brief Self-

rating valence dan arousal. Instrumen

control

IAPS dan rating SAM dipresentasikan

tingginya

di

melalui

dimiliki individu. Pada penelitian

yang

Yusainy (2015), brief self-control

Dharmawan

scale memiliki reliabilitas yang cukup

layar

komputer

pemograman

dasar

dikembangkan

oleh

Phyton

(2015).

merepresentasikan

Scale
trait

self-control

yang

baik dengan nilai alpha cronbach
sebesar 0.745.
4. Video Humor
Video humor ditampilkan dengan
tujuan untuk menetralisir dampak dari
induksi afek tidak menyenangkan
yang

dilakukan

selama

sesi

eksperimen. Video humor tersebut
Gambar 3. SelfAssessment
Manikin (SAM)
3. Brief Self-control Scale (SCS)
Trait self-control sebagai variabel

moderator

yang

mengukur

aspek

perbedaan individual diukur dengan
menggunakan kuesioner Brief Selfcontrol Scale atau SCS (Lampiran

10). Partisipan diminta untuk mengisi
kuesioner yang terdiri atas 13 item
pernyataan

yang

merefleksikan

kebiasaan sehari-hari (contoh, “saya
mampu

mengendalikan

godaan

dengan baik”) dalam skala likert lima
poin (1 = “sangat tidak akurat” hingga
5 = “sangat akurat”). Dalam SCS
terdapat 4 pernyataan favorable (item
nomor 1, 6, 8, dan 11) dan 9
pernyataan unfavorable (2, 3, 4, 5, 7,

berjudul “Hillarious: Don’t judge too
quickly by Ameriquest series” dan

diunduh dari situs youtube (url:
https://youtube.com/watch?v=uNdap
XryZ98) berdurasi 1 menit 31 detik
dan ditayangkan kepada partisipan di
sesi akhir eksperimen. Video humor
ini sebelumnya telah diujicobakan
pada pilot study yang dilaksanakan
pada 10 November 2015, dimana lima
orang partisipan pilot study menilai
bahwa video yang ditampilkan cukup
menghibur.
d. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan software
SPSS ver. 16.0 for Windows dengan

metode

one-way

repeated

measures

ANOVA

untuk

menjawab

hipotesis

penelitian.

Analisis

data

dilakukan

8

sebanyak dua kali, yaitu pada stimulus

digunakan pada penelitian ini, yaitu skala

valence terhadap rating valence dan pada

Brief

stimulus arousal terhadap rating arousal.

stimulus

gambar

Scale

(SCS)

dan

dari

International

Affective Picture System (IAPS).

HASIL

Koefisien reliabilitas alpha cronbach

a. Gambaran Umum Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah 86
orang mahasiswa kelas Biopsikologi FISIP
Universitas Brawijaya. Namun, 4 orang
partisipan

sudah

tidak

lagi

terdaftar

sebagai mahasiswa aktif sementara 1 orang
partisipan

tidak

hadir

ketika

proses

pelaksanaan eksperimen, sehingga jumlah
total partisipan yang mengikuti penelitian
ini adalah 81 orang. Persentase mahasiswa
perempuan
melalui

Self-control

dan

tabel

laki-laki
dibawah.

ditampilkan
Selain

itu,

(α) disajikan melalui tabel dibawah ini.
Tabel 2. Reliabilitas Instrumen Skala
SCS & Stimulus IAPS
Instrumen
α Cronbach
Brief Self-control Scale
.736
Stimulus Positif
.845
Stimulus Netral
.612
Stimulus Negatif
.806
Stimulus High Arousal
.867
Stimulus Low Arousal
.895
c. Manipulation Check

Untuk memastikan bahwa partisipan
mampu membedakan

stimulus

afektif

partisipan memiliki rentang usia antara 17

berdasarkan pembagian kategori stimulus

hingga 20 tahun (mean = 18.17, SD =

yang

.667).

manipulation check dilakukan terhadap

Tabel 1. Deskripsi Partisipan
Karakteristik
N Persentase
Laki-laki
25
30.86 %
Jenis
Kelamin Perempuan 56
69.14 %
17
9
11.11 %
Usia
18
52
64.19 %
19
17
20.99 %
20
3
3.71 %

terhadap

sebelumnya,

menggunakan analisis one-way repeated
measures

ANOVA

yang

dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu pada rating
valence dan pada rating arousal.

Dari hasil analisis, diketahui bahwa
perbedaan

signifikan

pada

stimulus valence terhadap rating valence

Sebelum dilakukan interpretasi dan
analisis

ditentukan

data yang didapatkan di sesi practice 2

terdapat
b. Reliability Analysis

telah

data

telah

dan perbedaan signifikan dari stimulus

dahulu

arousal terhadap rating arousal (F =

untuk

64.194, p = .05).

positif dengan stimulus negatif (F =

e. Analisis Tambahan

334.762, p =