Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Glo (6)

Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Dalam Kehidupan Sehari-hari

Oleh:
Hartia maulida
105331108916

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas muhammadiyah Makassar
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Banyak berkat yang Ia berikan
tetapi sering kita lupakan. Karya tulis ilmiah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu, sehingga
penulis bersyukur karena dapat menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan. Bahasa
adalah alat komunikasi manusia dan keberadaannya sangat penting, maka penulis membuat
karya tulis ilmiah yang membahas perkembangan bahasa indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus di kembangkan pada era
globalisasi ini. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Perkembangan Bahasa Indonesia di Era

Globalisasi Dalam Kehidupan Sehari-hari.”
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan cara memberikan
dukungan dan pengarahan agar makalah ini dapat disusun dengan baik. Mereka telah
memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi penulis. Tanpa mereka,karya tulis ilmiah
ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru dan
bimbingan dengan menulis makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Muh.Arief Muhsin selaku Dosen .
2. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah membantu dan
memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan. Karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstrukstif dari para pembaca dan pengguna karya tulis
ilmiah ini. Saran dan kritik tersebut diperlukan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis
berharap dengan adanya saran dan kritik dari para pembaca, maka karya tulis ilmiah ini menjadi
lebih baik. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang
berkepentingan.


Makassar, 30 September 2016

Penulis

ABSTRAK
Penulisan karya ilmiah ini merupakan karya tulis individu.Tujuan penulisan karya ilmiah
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bagi para pembaca karya ilmiah ini.Teknik
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: (a) pengumpulan
referensi dari dari para ahli bahasa, (b) Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif
dan kualitatif. Secara kualitatif, terjadi peningkatan kualitas proses belajar yaitu perubahan sikap
murid yang ditandai dengan: (a) Meningkatnya cara berbahasa seseorang, (b) Keaktifan
seseorang dalam mengungkapkan pendapat, (c) Semakin banyak orang yang memperhatikan cara
berbahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari dari zaman ke zaman telah mengalami kemajuan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................

i


ABSTRAK ......................................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. RumusanMasalah .........................................................................

2

C. Tujuan Penelitian .........................................................................

2


D. Manfaat Penelitian .......................................................................

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bahasa ........................................................................

3

B. Pengaruh Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari..........................

3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Data dan Sumber Data ........................................................

5

B. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................


5

C. Teknik Analisis Data ...................................................................

6

BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia ..................................

7

B. Pengertian Globalisasi ................................................................

10

C. Dampak Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi…… 12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................


18

B. Saran ...........................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. ...

19

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu manusia sudah mengenal bahasa, namun bahasa pada zaman dahulu masih
menggunakan bahasa isyarat.Seiring berjalannya waktu bahasa mulai berkembang hingga saat
ini. Seseorang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,berinteraksi dengan sesama manusia.
Perkembangan bahasa terjadi karena seseorang menggunakan akal dan pikirannya.
Di Negara-negara yang sedang berkembang, tentunya memerlukan begitu banyak

hal

untuk mendukung perkembangan negara mereka. Negara-negara tersebut saling

meningkatkan berbagai kemampuan mereka dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan pesatnya,
perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat dari masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat moderen, kemudian secara otomatis perkembangan tersebut
menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi.
Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilainilai yang ada di masyarakat. Khususnya terhadap eksistensi bahasa Indonesia. Saat ini, di
Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai kebudayaan
yang di anut masyarakat terutama bahasa indonesia, baik masyarakat perkotaan maupun
pedesaan (modernisasi).Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif,
dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Tidak hanya itu, semakin pesatnya globalisasi di
Negara kita ini juga memberikan dampak terhadap pola dan penggunaan bahasa Indonesia.
Seperti dengan banyaknya penggunaan bahasa-bahasa yang berlebihan.
Dari penjelasan tentang Latar Belakang Masalah maka penulis tertarik untuk memilih
judul “Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Dalam Kehidupan Sehari-hari” yang
diharapkan dapat menunjang pengetahuan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?
2. Apa dampak perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi ?
3. Bagaimana cara menyikapi perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi?
C. Tujuan Karya Ilmiah
Pembuatan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa
Indonesia dan dampak dari perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi. Selain itu
pembuatan karya tulis ilmiah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Inggris oleh bapak Muh.Arief Muhsin S.pd,M.pd
D.Manfaat Karya Ilmiah
Agar pembaca dapat mengetahui sejearah perkembangan bahasa Indonesia dan dampak dari
perkembangan bahasa Indonesia di era globalisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bahasa Indonesia
Menurut Harun Rasyid, Mansyur,dan Suratno (2009:126) bahasa merupakan struktur dan
makna yang bebas dari penggunannya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Lain
halnya menurut Owen (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu sebagai kode yang di terima
secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui simbol-simbol yang

di kehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.menurut Keraf
Smrapradhipa (2005), ia memberikan dua pengertian mengenai bahasa, yakni :
1. Meyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang di hasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer.
B. Pengaruh Bahasa Terhadap Kehidupan Sehari-hari
Dalam perkembangannya, bahasa telah mengalami berbagai perubahan. Dulu hanya
berupa isyarat samapai tercipta suatu harmonisasi bahasa yang indah dengan terdengarnya suara
dari alat ucap manusia. Menurut sabriani (1963) mempertanyakan bahwa apakah bahasa
mempengaruhi kehidupan dan perilaku manusia atau tidak ? sebenarnya ada variabel lain yang
berada di variable bahasa dan perilaku.variabel tersebut adalah variable realita. Jika hal ini benar,
maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi perilaku dan kehidupan
manusia,bisa jadi realita atau keduannya.
Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain yakni bahasa dan perilaku
kehidupan sehari-hari, perlu di buktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga di cermati bahwa
istilah perilaku kehidupan menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur
bahasa yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis.
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang di maksud
dengan sisitem simbol adalah hubungan sisitem dan makna yang bersifat konvensional.

Sedangkan yang di sebut dengan sisitem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan

konvensional tetapi di tentukan oleh sifat dan ciri tertentu yang di miliki benda atau sasuatu yang
di maksud. Contohnya dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kasual dengan
referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu di sebut cecak Karena suaranya kedengaran
seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu, kata cecak disebut kata bukan simbol.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS DATA DAN SUMBER DATA
1. Jenis Data.

Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan terhadap berbagai
macam literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti dokumen, artikel, buku, dan
sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
2. Sumber data
Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka (library research) yaitu menelaah berbagai buku, koran, situs internet,
majalah, dan artikel yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.


B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam karya tulis ilmiah ini di gunakan dua jenis pengumpulan data,yaitu:
1.Observasi
Adapun bentuk observasi yang di lakukan adalah menggunakan referensi dari internet
maupun karya-karya dari para ahli bahasa salah satunya dari karya bapak Muh.Arief Muhsin.

2.Metode penelitian kepustakaan
Metode penelitian kepustakaan yaitu metode penelitian penilitian ini dilakukan oleh penuli
dengan membaca serta mengkaji berbagai macam literatur yang relevan dan berhubungan
langsung dengan masalah penelitian yang dijadikan sebagai landasan teoritis

C. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang terkumpul kemudian di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
secara kualitatif merupakan proses kegiatan yang mengungkapkan secara logis,sistematis,dan
empiris terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita untuk di rekonstruksi
guna mengungkapkan kebenaran,agar bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu
pengetahuan. sedangkan analisis secara kuantitatif adalah suatu kegiatan mengungkapkan fakta
dari suatu masalah tertentu berdasarkan ukuran jumlah atau banyaknya suatu data yang di
dukung dengan angka-angka tertentu dengan alat statistik dalam mengolah data.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pekembangan Bahasa Indonesia
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa
yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan-peninggalan misalnya:


Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380



Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.



Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.



Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.



Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1.

Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.

2.

Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia

3.

Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal

dari luar
4.

indonesia.

Bahasa resmi kerajaan.

Menurut prof. Dr. Slametmulyana ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu
diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
1.

Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan

bahasa perdagangan. Dengan bantian para pedagang, bahasa melayu disebarkan keseluruh pantai
nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa melayu menjadi bahasa penghubung antar
individu.
2.

Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di

kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus), seperti dalam bahasa jawa, bali maupun
sunda.

3.

Faktor psikologis, yaitu Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela

menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional, semata-mata
didasarkan pada keinsyafan akan manfaatnya, ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa
kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan persatuan.
4.

Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam

arti yang luas. Jika bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahsa
kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa iu tidak akan berkembang menjadi bahasa
yang sempurna, pada kenyataaannya dapat dibuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa
yang dapat dipakai untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasan secara
jelas.
Sehubungan dengan hal diatas, kita wajib bersyukur atas kerelaan bahasa-bahasa daerah
lainnya yang telah membelakangkan bahasa ibuya demi cita-cita yang lebih tinggi, yakni citacita nasional.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Tiga bulan menjelang
sumpah pemuda, tepatnya 15 agustus 1926, soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa
perbedaan bahasa diantara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi persatuan, tapi
semakin luas bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar, makin cepat kemerdekaan
Indonesia terwujud.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia.
(Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa

Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan Nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari
“Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan Bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 Bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya
sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara
pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan
bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia”, (pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi
bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia di pakai
oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, Bahasa
Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa
Melayu-Riau dari abad ke-19.
Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa
kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di
gunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu
yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia
merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan
maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan
oleh lebih dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada
di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi seharihari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruan-

perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum
publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua
warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin
berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai
didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah.
Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa
Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit
pada masa itu menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober
1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu
yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping
fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri kultural, yang
ke dalam menunjukkan kesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
B. Pengertian Globalisasi
Seorang ahli sosiologi, Selo Soemardjan mendefinisikan globalisasi adalah terbentuknya
sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu
dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa.
Selain itu, para cendekiawan Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses
kehidupan yang serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti
politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia.
Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang
dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa
dunia ditandai oleh kema jemukan (pluralitas) budaya maka globalisasi sebagai prosesjuga
ditandai sebagai suatu peristiwa yang terjadi di seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus
mewujudkan proses saling memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu
berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi

budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya pengaruh budaya Barat lebih kuat terhadap budaya
di negara Timur.
Kini kita tengah memasuki abad ke-21. Abad ini juga merupakan milenium III dalam
perhitungan Masehi, dimana perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan
terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia. Fenomena yang
paling menonjol pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan
inilah yang disebut Alvin Toffler sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsungnya gelombang
pertama dalam bidang agrikultur dan gelombang kedua dalam bidang industri.
Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat
kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kapital atau modal, dan selanjutnya dalam
gelombang ketiga pada penguasaan terhadap informasi, yakni ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Sayangnya proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian
diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh karena rasa takut dan cemas yang berlebihan, antisipasi
yang dilakukan cenderung bersifat defensif dengan membangun gedung-gedung yang bertingkat,
benteng-benteng pertahanan karena merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses
perubahan.
Padahal di dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan,
baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
juga memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan
tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, termasuk bahasa Indonesia. Sekaligus bahasa berperan juga sebagai prasarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu sendiri.
Menurut Sunaryo (2000), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat
tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata
memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang
sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, akhirnya menjadikan bahasa sebagai prasarana
berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula

dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Namun, seiring dengan bertambahnya usia bahasa Indonesia justru dihadang banyak masalah.
Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa
budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa di tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah
bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus
gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para penuturnya
dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah
perubahan dan dinamika itu?
Tulisan ini akan sedikit mengulas pengaruh kemajuan teknologi informasi terhadap bahasa
Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.
C. Dampak Perkembangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
1. Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang
semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih
dari satu miliar. Akan tetapi, sama halnya dengan bidang kehidupan lain, sebagaimana
dikemukakan oleh Naisbit (1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoksparadoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya,
walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan
semakin kuat juga memertahankan bahasa ibunya.
Seperti di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000
orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua, negara ini masih memertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh
bahasa Inggris. Demikian juga di negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania,
Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua papan nama di negara
tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.
Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia, fenomena yang sama pernah dilakukan
dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam Negeri kepada gubernur, bupati, dan walikota seluruh
Indonesia Nomor 1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing.
Surat itu berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh
Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa Indonesia. Ketika awal
pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan bersemangat usaha yang dilakukan oleh

pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan dan tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi
perusahaan-perusahaan yang papan namanya menggunakan bahasa Inggris atau
mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris.
Misalnya, sebelumnya terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”, “Mestika Bank”, dan
lain-lain, sekarang diubah menjadi “Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Mestika”.
Berbagai fenomena dan kenyataan ini akan semakin mendukung ke arah terjadinya suatu
pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi. Persoalan
berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah
arus tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang
bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari
berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di nusantara.
Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi
sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut.
Bahasa Asal dan contoh kata yang diserap:
• Bahasa Sanskerta: agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra, sorga, warta
•
Bahasa Arab: alam, adil, adat, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah,
musyawarah
• Bahasa Belanda: pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor,
dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris: kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi,
proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina: loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan,
teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil: keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal,
pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis: meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari,
mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi: bandar, syahbandar, kenduri, kelasi,
anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa: gampang, ngawur, ruwet, sumber,
jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot,
ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek,
bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi
sehingga sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka diri terhadap

pengaruh kosakata asing sudah berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap pengaruh
masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia tidak terlu terjadi.
Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing tersebut harus diarahkan ke perkembangan
yang positif terhadap bahasa Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang
dari pengaruh globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia.
2. Eksistensi Bahasa Indonesia dalam Era globalisasi
Eksistensi Bahasa Indonesia yang merupakan jati diri bangsa Indonesia pada era
globalisasi sekarang ini, perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia.
Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing
yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang
begitu canggih harus dihadapi dengan memertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati
diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi
semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia. Dengan disiplin berbahasa Indonesia
akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing
atas kepribadiannya sendiri.
Bahasa Indonesia memang memegang peranan penting dalam membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia. Karena itu, peningkatan
pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan
kemampuan akademik para pengajarnya. Demikian juga halnya dengan Bahasa dan Sastra
Indonesia sebagai sarana pengembangan penalaran, karena pembelajaran bahasa Indonesia selain
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan.
Untuk itu, peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus
dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini,
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan. Untuk
menyemarakkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah
menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.
Namun, jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa
Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Banyak para penuturnya masih dihinggapi
sikap inferior (rendah diri), sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam

peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah
asing. Walaupun sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sayangnya, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya
belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian
bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosa-katanya payah, dan secara
semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali
Tuhusetya, 2007).
Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya
pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini disamping dapat
dimulai dari diri sendiri, juga perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
3. Menyikapi Bahasa Indonesia
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa era globalisasi yang ditandai dengan arus
komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja
lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan
dengan masalah pembinaan bahasa. Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri
yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan.
Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa
Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat
setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun
1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang
dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula.
Arus global tanpa kita sadari memang telah berimbas pada penggunaan dan keberadaan
bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya dan sosial media, facebook,
twitter, SMS misalnya, memberi banyak perubahan bagi struktur bahasa Indonesia yang oleh
beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh
terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk
pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Di era global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam memertahankan bahasa Indonesia. Salah

satunya dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and
Technology).
Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (2004), fungsi
teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni:
1.

sebagai gudang ilmu,

2.

sebagai alat bantu pembelajaran,

3.

sebagai fasilitas pendidikan,

4.

sebagai standar kompetensi,

5.

sebagai penunjang administrasi,

6.

sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan

7.

sebagai infrastruktur pendidikan.

Dengan demikian globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional
dengan bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai sangat
penting agar dapat bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan jika masyarakat
menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk dalam bahasa Indonesia. Ada
baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga
penyusupan istilah-istilah tersebut tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.
4. Perlunya Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, seperti pada
situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan
bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Namun, kendala yang harus dihindari dalam
pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi,
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam
komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Sebaliknya, berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada
pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini

memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode
maupun bahasa gaul. Hal ini disebabkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari
adanya interaksi dan komunikasi antar sesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi
mempunyai fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan
atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Akhirnya, keterikatan dan keterkaitan bahasa
dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegiatan
manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Disamping itu, perubahan bahasa dapat juga terjadi bukan hanya berupa pengembangan
dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami
masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan
bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa. Seperti misalnya, dalam perkembangan
masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih
intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal ini memberikan dampak terhadap pertumbuhan
bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Akhirnya, kepopuleran bahasa Inggris menjadikan
bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.
Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan oleh
bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa
gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di
semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan
“No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”,
“Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain
yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih
memiliki nilai.
Demikian juga dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Sementara tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah
bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan
benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai salah satu warga masyarakat, saya bangga dengan bahasa yang kita milki yaitu
bahasa Indonesia, bagi warga Negara Indonesia yang lain juga memang ada rasa kebanggaan
tersendiri karena mereka masih bisa berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia di seluruh
tanah air dari Sabang sampai Merauke hanya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tapi tidak
sedikit juga ada beberapa warga yang bangga dengan menggunakan bahasa asing, seperti bahasa
Inggris untuk komunikasinya. Untuk itulah mungkin diperlukan sistem pembelajaran yang baru,
agar mereka juga merasa nyaman dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Mungkin istilah untuk
ini dikenal dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis multikultur menjadi penting untuk
diterapkan.
Memang dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi ini
sangat mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri. Namun demikian, apapun
kemajuan teknologi yang ada seharusnya bisa kita manfaatkan dalam memertahankan bahasa
Indonesia. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis ICT (Information, Communication and Technology).

B. SARAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Negara kita, sudah sepantasnya kita memiki
kebanggaan dan kecintaan terhadap bahasa Indonesia, dengan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian dengan semakin pesatnya pengaruh globalisasi dan
perkembangan teknologi di Indonesia sekarang ini. Banyak pengaruh yang ditimbukan oleh
globalisasi dan perkembangan teknologi baik positif maupun negatip. Untuk itu diperlukan peran
serta seluruh elemen bangsa Indonesia untuk menekan dampak negatip dari perkembangan
teknologi dan globalisasi, terutama media massa baik cetak maupun elektronik.
Selanjutnya saya sebagai penulis hanya bisa memberikan saran kepada rekan-rekan agar
senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama pada diri saya sendiri.
Agar pengaruh perkembangan teknologi dan globalisasi tidak membuat kita lupa terhadap bahasa
kita yaitu bahasa Indonesia, tapi justru menambah khasanah bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama.
Nurhayati, Rokhmah. (2013, 28 September). Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi Bahasa
Indonesia . [Online]. Tersedia : http://sosbud. kompasiana.com/2012/09/25/ pengaruh-

globalisasi-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-496325.html [3 Januari 2013].
Angsar, Aunur. (2013, 30 Mei). Bahasa Indonesia Dan Perkembangannya Di Era Globalisasi
[Online]. Tersedia : http://aunurangsar.blogspot.com/2013/05/bahasa-indonesia-danperkembangannya-di.html [4 Januari 2013].
Agus, Hardiasyah. (2012, 4 April). Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia . [Online].
Tersedia: http: //herdiansyahagus.blogspot.com/2012/04/makalah-pengaruh-globalisasi
terhadap_04.html [5 Januari 2013].

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama saya Hartia Maulida sering dipanggil Tia. Saya beragama islam dan berjenis
kelamin perempuan. Dan hobi membaca buku. Saya terlahir dari pasangan H. Muh. Tahang dan
Hj. Harniati yang lahir di Kec. Camba Kab. Maros pada tanggal 1 Juli 1998 saya anak ke tiga
dari empat bersaudara. Kakak pertama saya perempuan bernama Hermawati, kakak kedua saya
perempuan bernama Herawati, dan adik laki-laki bernama Rahmat Hidayat. Ayah saya bekerja
sebagai petani dan ibu saya seorang ibu rumah tangga
Saya mulai masuk taman kanak-kanak pada umur 4 tahun, kemudian masuk SD pada
umur 6 tahun, setelah lulus dari SD saya melanjutkan ke SMP pada tahun 2013 saya melanjutkan
sekolah ke SMA, pada tahun saya lulus dari SMA dan melanutkan ke perguruan tinggi dan
berhasil menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan urusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Saya memilih urusan bahasa dan sastra Indonesia karena dorongan dari orang tua yang
menyarankan menjadi guru. Dan saya berpikir untuk mengambil bidang yang saya rasa bisa saya
tempuh akhirnya saya memilih jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Dan ingin menjadi seorang
pendidik yang baik bagi diri dan bangsa dan berguna bagi masyarakat terutama orang tua.
Terima Kasih