Analisis Pengaruh Peran Franchisor Terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise Pada KFC Ringroad Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Franchise
Franchise berasal dari kata Perancis, yakni “franchir”, yang mempunyai arti memberi
kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah mandiri dan bebas. Bila

dihubungkan dengan konteks usaha, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang
untuk menjalankan sendiri suatu usaha di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan
(franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem
keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan
penerima waralaba (franchisee).
Franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang
didasarkan pada kerja sama tertutup dan terusmenerus antara pelaku-pelaku independen
(maksudnya franchisor dan franchiseeindividual) dan terpisah baik secara legal (hukum) dan
keuangan, franchisor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan
kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor.
Menurut Anoraga (2002:239) saat ini istilah franchise dipahami sebagai suatu bentuk
kegiatan pemasaran atau distribusi. Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak atau
privelege untuk menjalankan bisnis dalam waktu dan tempat tertentu kepada individu atau
perusahaan yang relatif lebih kecil. Dari segi bisnis, franchise merupakan salah satu metode

produksi dan distribusi barang dan jasa kepada konsumen dengan suatu sistem atau standar
tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Zimmerer (2008 : 80) franchise adalah suatu sistem distribusi dimana pemilik
bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada perusahaan induk untuk
mendapatkan hak untuk menjual produk atau jasa dan seringkali menggunakan format dan
sistem bisnisnya.
Menurut Spinelli (2006:2) franchising terjadi ketika seseorang mengembangkan model
bisnis dan menjual hak untuk mengoperasikannya ke pengusaha (franchisee). Franchisee
biasanya mendapatkan hak untuk model bisnis untuk jangka waktu tertentu dan di daerah
geografis tertentu.
Menurut Suryana (2006:100) adalah kerja sama antara wirausaha (franchisee) dengan
perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha (franchise).
Menurut Odop (2006:16), franchise adalah pengaturan bisnis dengan system pemberian
hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba kepada pihak independen atau terwaralaba
untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan untuk membuka
usaha dengan menggunakan merek dagang/nama dagang dibawah bendera mereka.

AS melalui International Franchise Association (IFA) mendefenisikan franchise
sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchisee,franchisor berkewajiban
menjaga kepentingan secara kontiniu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee
misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional
atau control pemilik (franchisor), franchisee menanamkan investasi pada usaha tersebut dari
sumber dananya sendiri.Lebih lanjut menurut IFA, Franchise atau Waralaba pada hakekatnya
memiliki 3 elemen yaitu :
1. Dalam setiap perjanjian Waralaba, Pewaralaba (Franchisor) selaku pemilik dari
sistem Waralabanya memberikan lisensi kepada Terwaralaba (Franchisee) untuk
dapat menggunakan merek dagang/jasa dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba.

Universitas Sumatera Utara

2. Sistem Bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan
Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis
tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk
mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa
dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol
persediaan, dan kebijakan dagang, dll.
3. Biaya (Fees) dalam setiap format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara

langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba atas penggunaan
merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya
terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya
pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan
kepada terwaralaba (mis: biaya manajemen).
Menurut British Franchise Association, sebagai garansi lisensi kontraktual satu orang
(franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan :
1.

Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada
bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.

2.

Mengharuskan franchisor untuk melatih control secara kontiniu selama periode
perjanjian.

3.

Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada

subyek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasiusaha franchisee
seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen,atau yang lainnya.

4.

Meminta kepada franchisee secara periodic selama masa kerja sama franchise untuk
membayarkan sejumlah fee franchise atau royalty untuk produk atau servis yang
disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

2.1.2Franchisor

Universitas Sumatera Utara

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baikberupa
paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung
lainnya kepada franchise. Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus
memberikan berbagai jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang
diwaralabakan.
Sangat penting bagi franchisor yang memiliki kapabilitas untuk dapat dijelaskan
kepada franchisee dalam memudahkan mengatur unit kualitas hubungan franchise

kepercayaan

komitmen

kalkulatif

komitmen

kekeluargaanafektif

franchise.

Atas

pertimbangan tersebut penting untuk menentukan faktor yang menentukan kesuksesan
berorganisasi terutama dalam sitem franchise.
Berdasarkan indikator yang dikemukakan hirayanti (2009) peranan franchisorterdiri
atas training, control system, support service, communication, dan supply
1. Training
Franchisor memberikan kontribusi kepada franchisee pengetahuan yang

diperlukan pengembangan dan pemenuhan konsep bisnis dimana yang utama mengacu pada
transfer kepemilikan know-how mengenai produksi dan operasi pelayanan. mengambil jalur
tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan
membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian
dan keterampilan.
Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan, training is a planned
effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior by employee.
Hal ini berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi
pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku
oleh para pegawai.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki
performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya,
atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya .

Menurut Robbins, Stephen P, (2001:282), Training meant formal training that’s
planned in advanced and has a structured format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan yang
dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan

mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.
2. Control system
suatu kegiatan yang digunakan oleh seluruh manajemen untuk menjamin bahwa
anggota organisasi bawahan yang disupervisi akan mengimplementasikan strategi dan
sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai dengan
petunjuk teknis yang ditetapkan . Sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai
dengan petunjuk teknis yang ditetapkan.
Kunjungan berkala dari Franchisor atau ke staf pendukung lapangan gunamembantu
memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan terhadappelaksanaan yang dapat
menyebabkan kesulitan dagang bagi franchisee, menghubungkan antara franchisor dan
seluruh franchisee secara bersama-samauntuk saling bertukar pikiran dan pengalaman,
adanya inovasi produk atau konsep
termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan
bisnis yang ada.
Menurut Anthony dan Reece ( 1989:824 ) nfluence members of the organization to
implement the organization. yang kurang lebih memiliki arti bahwa sistem pengendalian
manajemen memiliki fungsi pengendalian terhadap aktivitas-aktivitas dalam suatu organisasi
yang diupayakan agar sesuai dengan strategi badan usaha untuk mencapai tujuannya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Suadi (1999:10) konsep sistem pengendalian manajemen terkandung
pengertian proses pengendalian, dan straktur pengendalian sebagai sistem pengendalian
manajemen secara keseluruhan. Struktur diartikan sebagai suatu kerangka sistem yang terdiri
dari bagian-bagian yang membentuk sistem itu sendiri. Sedangkan proses di dalam konsep
sistem pengendalian manajemen adalah untuk menjelaskan bagaimana bekerjanya masingmasing bagian di dalam sistem tersebut dalam pencapaian tujuannya, dan untuk memastikan
bahwa hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan rencana.
3. Support service
Franchisor bersedia mendukung dan menyarankan franchisee dalam setiap konsep
bisnis star-up dan operasional. Kebanyakan franchisor mau menyediakan praktek pendukung
kepada franchisee pemilihan letak dan asistensi secara umum dalam bisnis start-up Oleh
karena itu franchisee memperoleh kebebasan untuk mengoperasikan dalam kontrol, asistensi
dan didukung linkungan, sementara itu pada saat yang sama diperoleh juga manfaat dari
merek, manajemen profesional (Fulop, 2000: 27).
4. Supply
Franchisor yang menyediakan franchisee dengan berbagai material dan produk akan
meningkatkan kewajiban kontrak dengan efektif. Kontrak franchise memerlukan franchisee
agar membeli input spesifik dari franchisor. Franchisee juga dapat menggunakan eksternal
suplier dengan pemberian daftar nama suplier oleh franchisor. Namun seringkali franchisee
menggunakan distribusi rantai internal dalam kegiatan operasi dengan harga yang lebih baik

dan pelayanan lebih baik.

2.1.3 Penggolongan Frenchise
Penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East Asian
Executive Report telah menggolongkan franchise dalam 3 golongan yakni sebagaiberikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Product franchise
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise hanya bertindak
mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal,seperti : pengecer bahan
bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya.
2. Processing franchise or manufacturing franchise
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya
memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman
ringan Coca Cola.
3. Business formal / System franchise
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah
memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen,
seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.


2.1.4

Subyek dan Obyek Franchise
Dalam sebuah perikatan atau perjanjian tentu terdapat adanya subyek dan

obyek dari perikatan tersebut. Subyek dan obyek hukum dari franchise, sehingga
terbentuknya sebuah perikatan franchise yaitu:

a. Subyek franchise
Subyek hukum franchise dalam sebuah perikatan franchise, terdiri dari 2 (dua) yaitu
sebagai berikut :
1. Franchisor

Universitas Sumatera Utara

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baikberupa
paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khasmaupun hal-hal
pendukung lainnya kepada franchise.
2. Franchisee

Franchisee adalah orang atau badan usaha yang menerima lisensi dari franchisor
untuk dapat menggunakan merek perdagangan / merek jasamaupun ciri khas dari
franchisor, namun harus tetap tunduk kepadaperaturan dan tata cara dari
franchisor. Selain 3 (tiga) subyek hukum franchise yang telah dikemukakan
tadi,ternyata masih terdapat dua pihak lainnya yang dapat dikaitkan sebagai
subyek hukum franchise dalam perjanjian franchise yang juga terkena dampak
dari perjanjian ini, yakni :
a. Franchise lain dalam sebuah sistem franchise (franchising system) yang sama.
b. Konsumen atau klien dari franchise maupun masyarakat sebagai pengguna
produk dan jasa pada umumnya.
c. staf/ karyawan sebagai penerima langsung dari segala peranan yang dilakukan
oleh frenchisor.
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Franchise
Menurut

Anoraga

(2002:241),

keunggulan

dan

kelemahan

bisnis

dengan

menggunakan system franchise adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan
Kelemahan usaha waralaba yang menyolok adalah kurangnya kemampuan manajerial.
Seseorang dengan ketrampilan manajerial yang terbatas mungkin dapat diterima oleh
perusahaan besar, karena ia hanya salah satu dari sekian banyak manajer. Tetapi tidak
seorang pun dapat menutupi kelemahan tersebut bila menjadi seorang manajer

Universitas Sumatera Utara

franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang
pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan.
b. Brand name
Investor

yang

menandatangani

perjanjian

franchise

mendapat

hak

untuk

menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini
mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk atau jasa yang terkenal.
c. Produk yang terjamin.
Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan metode
pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh
masyarakat luas.

d. Bantuan finansial.
Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat
terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan
investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas. Dalam beberapa kasus,
asosiasi dengan franchisor yang telah mapan melalui reputasinya dan pengendalian
keuangannya dapat mempertinggi tingkat kredit investor dengan bank lokal.
e. Biaya
Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor dapat
memberikan pelatihan, bimbingan atau memberi dukungan lainnya yangmemerlukan
biaya.
f. Pengendalian eksternal
Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan.
Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh tempat penjualan franchise sebagai
suatu bisnis harus melakukan pengendalian atas aktivitaspromosional, catatan

Universitas Sumatera Utara

finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun
bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari
kebebasan.
g. Program pelatihan yang lemah
Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi
beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Dalam kasus
lain, program pelatihan lemah, terlalu singkat ,dan diberikan oleh pelatih yang tidak
memiliki keterampilan instruksional. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan
dan pengembangan yang sebenarnya.
Meskipun pengaruh franchisor pada operasi bisnis dapat membantu didalam
memastikan kesuksesan perusahaan, tingkat pengendalian yang diusahakan mungkin tidak
menyenangkan bagi seorang wirausaha yang mencintai kebebasan.
Para wirausaha harus mengakui bahwa mereka dapat kehilangan hak pada franchisenya jika
mereka tidak mematuhi standar kinerja atau gagal membayar royalti. Ditambah lagi tidak
terdapat jaminan bahwa sebuah franchise akan diperbaharui setelah masa kontraknya yang
biasanya berumur 15-20 tahun.
2.1.6

Peran Franchisor dalam Keberhasilan usaha bisnis Franchise
Peran franchisor dalam keberhasilan usaha bisnis franchisee dapat dikonseptualkan

dengan 2 (dua) fase yaitu : Yang pertama adalah perkenalan atau pendahuluan, dimana saling
ketergantungan dan motivasi yang terbagi untuk
keberhasilan dan keuntungan. Fase yang kedua dapat dengan perkembangan, awal
ketika bisnis mulai berfungsi. Selama fase ini, franchisor menawarkan dukungan
kepada franchisee baru dan hubungan antar keduanya mulai berkembang. Pada fase ini,
hubungan antara keduanya dapat menjadi problematik jika franchisor tidak memberikan
dukungan atau training yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

Ketika tiap partisipan dapat mengerti apa yang diharapakan oleh yang lain,
maka dapat dikatakan bahwa fase kedewasaan telah dicapai. Pada point ini, franchisee
memiliki kesan yang akurat terhadap keahlian dan kompetensitas franchisor dan kontribusi
franchisor terhadap hubungannya dengan franchisee. Namun sebaliknya apabila tahap akhir
dalam hubungan antara frenchisee dan franchisor terjadi penolakan. Kemungkinan yang
pertama adalah, bisnis tidak berjalan baik sehingga franchisee termotivasi untuk mengakhiri
hubungan dengan franchisor, dan kemungkinan kedua yaitu bisnis berjalan terus dan
hubungan
antara franchisee dan franchisor menjadi lebih solid.
Permasalahaan franchise dapat dialami oleh dua pihak baik itu fanchisee maupun
franchisor juga. Menurut Karamoy (2004) hal-hal yang perludiperhatikan bagi pebisnis
franchise ini banyak, tapi hal penting yang harusmendapat penekanan yaitu manajemen
hubungan atau franchise relationship management. Franchise yang menghadapi tekanan baik
internal maupun eksternal
secara signifikan, tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan kekacauan sistem
yang akan berimbas pada penyedia eksternal, customer, dan supplier juga franchisee dalam
sistem franchise (Kaufmann, 1990 dalam Tikoo, 2005: 329).
Ada konflik-konflik yang potensial dalam hubungan antara franchisee dan franchisor
dimana kedua pihak saling tergantung, terikat oleh kontrak, dan banyaknya franchisee yang
mengajukan komplain kepada franchisor.
Dalam dunia franchise ada beberapa studi yang menyatakan variabel yang menggambarkan atas
kualitas hubungan dalam jaringan franchise yaitu kepercayaan komitmen, konflik, kekeluargaan.

a) Kepercayaan adalah hal terpenting penentu kesuksesan kerjasama. Disamping
itu kepercayaan dapat digambarkan dalam 2 komponen berbeda yaitu
kredibilitas dan benevolence (kebajikan) (Monroy dan Alzola, 2005:585).

Universitas Sumatera Utara

Kredibilitas mengacu pada perluasan dimana 1 partner mempercayai bahwa
partner lain memiliki kacakapan untuk menampilkan kerja yang efektif dan
dapat diandalkan. Sedangkan benevolence berdasarkan perluasan dimana satu
partner mempercayai partner lain karena memiliki motivasi yang bermanfaat
untuk mengatasi masalah yang ada.
b) Komitmen
Beberapa peneliti menyatakan bahwa komitmen adalah unsur yang essensial
dalam kesuksesan hubungan. Komitmen penting sebagai hasil dari kerjasama
yang mengurangi potensi ketertarikan alternatif ke hal lain dan akhirnya
mampu meningkatkan profit. Geyskens (1996 dalam Monroy dan Alzola,
2005:585) menyatakan bahwa perbedaan antara komitmen afektif dan
komitmen kalkulatif adalah hal yang terpenting dalam hubungan antar
organisasi. Secara umum komitmen afektif menghubungkan dengan keinginan
untuk meneruskan hubungan karena pengaruh positif kedepan dalam
mengidentifikasi partnernya. Partner yang memiliki komitmen afektif
meneruskan hubungan karena menyukai partner lain, enjoyment dan rasa setia
dan rasa memiliki. Namun sebaliknya komitmen kalkulatif merupakan
komitmen yang berdasarkan pada perluasan partner yang menerima kebutuhan
dalam menjaga hubungan yang mengacu pada perpindahan biaya yang
ditinggalkan. Yang menghasilkan perhitungan antara biaya dan manfaat
termasuk penetapan investasi yang dibuat dalam sebuah hubungan.

c) Relasionalism (Rasa Kekeluargaan)
Realsionalism

dapat

disebut

sebagai

kerjasama

sosial

yang

mempertimbangkan referensi dari evaluasi perilaku patner. Pada kenyataannya

Universitas Sumatera Utara

mereka mengijinkan pertimbangan atas kenyamanan dari tindakan satu pihak
dengan standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk
penyelesaian konflik. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam relasionalism
adalah flexibilitas, solidaritas, mutuality dan harmonisasi konflik.

Universitas Sumatera Utara

2.1.

Penelitian Terdahulu
Nama

Judul

Variabel

Peneliti

Penelitian

Penelitian

Pengaruh Faktor
Dukungan dari
Franchisor, Alasan
Ekonomis,Pemasaran,
dan Pribadi pada
Keputusan memilih
Format dan Merek
Franchise.

Variabel independen:
Dukungan
dari
Franchisor (X1), Alasan
Ekonomis
(X2),
Pemasaran (X), Pribadi
(X).

Analisis Pengaruh
Peran Franchisor
terhadap
Keberhasilan usaha
bisnis franchise pada
PT. Indomaret
Pristama (Indomaret)
di Kota Medan.

Variabel independen:
Analisis
Pengaruh
Peran Franchisor
(X1).

Sarosa
(2006)

Sulastri
(2015)

Variabell Dipenden:
Keputusan memilih
Format dan Merek (Y)

Hasil Penelitian

faktor pemasaran
tidak berpengaruh
terhadap keputusan
memilih format dan
merek franchise,
sedangkan faktor
dukungan dari
franchisor,
alasan ekonomis, dan
pribadi berpengaruh
terhadap keputusan
memilih format dan
merek franchise.

menunjukkan bahwa
Pelatihan/Training,
Dukungan/Support,
Menyediakan/Supply,
Fasilitas Financial,
Variabell Dipenden:
Asistensi manajemen
Keberhasilan
usaha dan Mudah diakses
bisnis franchise (Y).
secara simultan
berpengaruh terhadap
Keberhasilan usaha
bisnis Franchise.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
Nama

Judul

Variabel

Peneliti

Penelitian

Penelitian

Simarmata
(2012)

Analisis peranan
franchisor terhadap
Suksesnya bisnis
franchise pada Mc.
Donald’s cabang ring
road Medan.

Hasil Penelitian

menunjukan
bahwa promotion,
support service,
training, control
system,
communication
yang dilakukan
Variabell
oleh franchisor
memiliki peranan
Dipenden:
Suksesnya bisnis yang sangat
penting
franchise (Y).
sekali.Karena
segala sesuatunya
sangat
membutuhkan
dukungan
langsung dari
pihak franchisor.
Dimulai dari
pemberian awal
waralaba hingga
prosedur, standard
perusahaan,
pelatihan
karyawan,
pemasaran dan
lain - lain. Bahkan
setelah franchise
telah berjalan.
Variabel
independen:
Analisis Peranan
Franchisor
(X1).

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
Nama

Judul

Variabel

Peneliti

Penelitian

Penelitian

Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Keberhasilan
Usaha
Pemegang
Usaha
Waralaba.Studi
Kasus Pada
Waralaba
Makanan dan
Minuman Lokal
di Kota
Semarang.

Variabel independen:
Karakteristik
Kewirausahaan(X1),Lokasi
Usaha
(X2),Kinerja
Manajerial (X3).

Rizki
Pamungkas
(2014)

2.2.

Variabell Dipenden:
Keberhasilan Usaha(Y).

Hasil Penelitian

Menunjukkan
bahwa
karakteristik
kewirausahaan,
lokasi usaha dan
kinerja
manajerial
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
usaha waralaba
dikota
semarang.

Kerangka Konseptual
Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten,

penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya
kepada franchise.
Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus memberikan berbagai
jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa proses bantuan dan bimbingan yang diberikan secara terusmenerus tersebut meliputi antara lain:
a. Kunjungan berkala dari dan akses ke staf pendukung lapangan pemberi waralaba guna
membantu

memperbaiki

atau

mencegah

penyimpangan-penyimpangan

terhadap

pelaksanaan cetak biru yang dapat menyebabkan kesulitan dagang bagi penerima
waralaba.

Universitas Sumatera Utara

b. Menghubungkan antara pemberi waralaba dan seluruh penerima waralaba secara
bersama-sama untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman.
c. Inovasi produk atau konsep, termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan
pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada.
d. Pelatihan dan fasilitas-fasilitas pelatihan kembali untuk penerima waralaba dan mereka
yang menjadi stafnya.

Menurut Hirayanti (2009) bahwa peranan franchisor adalah:
1. Training merupakan kegiatan peningkatan kemampuan staf dan karyawan untuk
mengelola usaha dan pengambilan keputusan.
2. Support service merupakan dukungan ataupun bantuan pelayanan yang diberikan
franchisor seperti bimbingan ataupun konsultasi masalah-masalah operasional dan
keuangan.
3. Control System merupakan sebagai alat kontrol dalam menjalankan proses sesuai dengan
petunjuk teknis yang ditetapkan.

4. Communication,Franchisor dapat melakukan komunikasi dengan baik sesuai dengan
mekanisme terhadap franchisee untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikanperbaikan serta saling pengertian dalam mewujudkan kepentingan bersama.
5. Promotion merupakan Bentuk penyajian tentang ide-ide, produk dan jasa yang ditawarkan
dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk
melakukan transaksi produk dan barang atau jasa.

6. Supply adalah Persediaan bahan baku yang disiapkan oleh frenchisor.
Menurut Waridah dalam Lindrayanti (2003:15) “keberhasilan usaha yaitu adanya
peningkatan kegiatan usaha yang dicapai oleh para pengusaha industri kecil, baik dari segi
peningkatan laba yang dihasilkan dicapai oleh pengusaha dalam kurun waktu tertentu”.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Simarmata (2012) menunjukan bahwa promotion,support service, training,
control system, communication yang dilakukan oleh

franchisor memiliki peranan yang

sangat penting sekali. Karena segala sesuatunya sangat membutuhkan dukungan langsung
dari pihak franchisor. Dimulai dari pemberian awal waralaba hingga prosedur, standard
perusahaan, pelatihan karyawan, pemasaran dan lain - lain.
Menurut

sulastri

(2015)

menunjukkan

bahwa

Pelatihan/Training,

Dukungan/Support,Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan
Mudah diakses secara simultan berpengaruh terhadap Keberhasilan usahabisnis Franchise.
Dengan adanya training guna menunjang keterampilan para staf karyawan untuk dapat
membuat frenchise tetap berkembang, adanya support kepada frenchisee untuk memotivasi
dan membantu dalam membangun bisnisnya, melakukan control system secara rutin untuk
tetap menjaga kestabilan bisnis frenchisenya, menjaga communication yang lancar pada
frenchisee untuk tetap membina adanya kepercayaan dan solidaritas dalam hubungan bisnis,
dan memberikan supply yang baik kepada agen-agen frenchisenya adalah variabel-variabel
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha suatu bisnis frenchise.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Training (x1)
2. Support (x2)
3. Control
system(X3)

Keberhasilan usaha
bisnis Franchise

4.Communicatio
n (x4)
5. Promotion

6. Supply

Sumber : Hirayanti (2009) dan Lindrayanti (2003)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap penelitian yang dilakukan, sehingga untuk
membuktikan kebenarannya dari hipotesis tersebut dibutuhkan pengujian lebih lanjut secara
empiris. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Berdasarkan uraian di atas, dimensi Peran Franchisor keterkaitan dengan Keberhasilan
Usaha, maka hipotesisdapat dinyatakan sebagai berikut:
H1:Training memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha

Universitas Sumatera Utara

H2:Support memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha
H3:Control system Intensity memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha
H4:Communication memiliki pengaruh pada Keberhasilan usaha
H5:Supply memiliki prngaruh pada Keberhasilan usaha

Universitas Sumatera Utara