Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) Di Kota Medan.

(1)

PT. INDOMARET PRISTAMA (INDOMARET) DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH : SULASTRI 0705211188

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan


(2)

ANALISIS PENGARUH PERAN FRANCHISOR TERHADAP KEBERHASILAN USAHA BISNIS FRANCHISE PADA

PT. INDOMARET PRISTAMA (INDOMARET) DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Franchise merupakan cara yang paling mudah untuk memulai dan memasuki dunia usaha. Bila semua usaha harus mulai dari nol, maka kita berhadapan dengan risiko kerugian besar karena harus melalui trial dan error yang meningkatkan risiko gagal. Dengan adanya sistem bisnis franchise, maka risiko kerugian investasi dapat diturunkan. Dalam bisnis franchise pemegang lisensi yang disebut franchisor harus membina yang biasa disebut franchisee. Bertahannya sebuah sistem franchise baru tergantung pada kemampuan franchisor untuk meminimalkan agency costs dan kemampuan franchisor untuk membina franchise sebagai agen-agennya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan pengumpulan data dilakukan dengan daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian uji F menunjukkan bahwa Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara simultan berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Hasil uji t menunjukkan bahwa Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara parsial berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Dari hasil uji t yang dominan adalah Fasilitas financial yang mempengaruhi Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Berdasarkan hasil dari koefisien determinasi (R2), maka diperoleh nilai R Square 0,801 sebesar cukup tinggi dalam menjelaskan Keberhasilan usaha bisnis franchise sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel independen lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.


(3)

ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF ROLE FRANCHISOR FRANCHISE BUSINESS TO BUSINESS SUCCESS

PT . INDOMARET PRISTAMA ( INDOMARET ) FIELD IN THE CITY

ABSTRACT

Franchise is the easiest way to get started , and enter the world of business . When all efforts should start from zero , then we are dealing with the risk of large losses due to having to go through trial and error that increases the risk of failing . With the franchise business system , the risk of investment losses can be reduced . In the franchise business licensees called franchisor must develop the so-called franchisees . The persistence of a new franchise system depends on the ability of the franchisor to minimize agency costs and the ability of the franchisor to establish the franchise as his agents . The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of the role of Franchisor Franchise business success in PT . Indomaret Pristama ( INDOMARET ) in the city of Medan . Type of research is associative research . The data used are primary data and secondary data with the data collection is done with a list of questions and study documentation . Data analysis method used is multiple linear regression using SPSS software . The results indicate that the F test Training / Training , Support / Support , Provide / Supply , Facilities Financial , Assistance and Management Easily accessible simultaneously affect the success of a business franchise . T-test results showed that the Training / Training , Support / Support , Provide / Supply , Facilities Financial , Assistance and Management Easily accessible by partial effect on the success of the franchise business . From the results of the t test is the dominant financial facilities that affect the success of the franchise business . Based on the results of the coefficient of determination ( R2 ) , the obtained value of R Square 0.801 at high enough in explaining the success of the franchise business , while the rest is influenced by the other independent variables were not included in this study.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan hidayah-Nya kepada penulis selama menjalankan kewajiban menuntut ilmu dan penyelesaian tugas akhir. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw. Sebagai panutan dalam menerangi jalan kehidupan.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Strata-1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara, yang mengangkat masalah Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) Di Kota Medan. Penulis memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak selama melakukan penelitian dan penulisan laporan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih, terutama kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum. M.Ec.Ac., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Setri Hiyati Siregar,SE, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu serta memberikan bimbingan dan saran untuk penyelesaian skripsi.

5. Ibu Muly Kata Sebayang, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya

Departemen Manajemen.

7. Seluruh pegawai Departemen Manajemen yang telah memberikan banyak pertolongan kepada penulis.


(5)

Akhirnya, penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya Manajemen Pemasaran dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas ilmiah penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kita semuanya.

Amin.

Medan, Desember 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Franchise ... 9

2.2 Subyek dan Obyek Franchise ... 13

2.3 Penggolongan Franchise ... 14

2.4 Keunggulan dan kelemahan franchise ... 15

2.5 Peran Franchsior dalam keberhasilan usaha bisnis Franchise 17

2.6 Peneliti Terdahulu ... 22

2.7 Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODPENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Batasan Operasional ... 31

3.5 Definisi Operasional ... 31

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 32

3.7 Jenis Data ... 32


(7)

3.9 Uji Validatas dan Reliabilitas Instrumen ... 33

3.10 Teknik Analisis Data ... 34

3.10.1 Model Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 34

3.10.2 Uji Parsial (Uji t) ... 35

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 29

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 35

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35

4.1.1 Visi, Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan ... 35

4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

4.1.2.1 Uji Validitas ... 35

4.1.2.2 Uji Reliabilitas ... 35

4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 35

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 35

4.1.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 35

4.1.3.3 Uji Multikolinearitas ... 35

4.1.4 Analisis Deskriptif Responden ... 35

4.1.5 Analisis Deskriptif Variabel ... 35

4.1.6 Analisis Kuantitatif ... 35

4.1.6.1 Analisis regresi linear Berganda ... 35

4.1.6.2. Koefisien Determinasi (R²) ... 35

4.1.6.3. Uji Serempak / Uji F ... 35

4.1.6.4 Pengujian Hipotesis dengan Uji t ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman Tabel

3.1 Operasionalisasi Variabel ………... 31

4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Peran Franchisor ………..……... 31

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Keberhasilan usaha bisnis Franchise. 31

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ………... 31

4.4 Hasil Uji Multikolinieritas………... 31

4.5 Karakteristik berdasarkan Kelamin…… ………... 31

4.6 Karakteristik berdasarkan Usia………... 31

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan………... 31

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………... 31

4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Peran Franchisor…... 31

4.10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keberhasilan usaha bisnis Franchise………... 31

4.11 Analisis Regresi Linier Berganda………... 31

4.12 Nilai Koefisien Determinasi (R Square) …………... 31

4.13 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak / Uji F…………... 31


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman Gambar

2.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.1 Instrumen Skala Interval ... 32

4.1. Diagram Pencar Hasil SPSS ... 32


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman Lampiran


(11)

ANALISIS PENGARUH PERAN FRANCHISOR TERHADAP KEBERHASILAN USAHA BISNIS FRANCHISE PADA

PT. INDOMARET PRISTAMA (INDOMARET) DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Franchise merupakan cara yang paling mudah untuk memulai dan memasuki dunia usaha. Bila semua usaha harus mulai dari nol, maka kita berhadapan dengan risiko kerugian besar karena harus melalui trial dan error yang meningkatkan risiko gagal. Dengan adanya sistem bisnis franchise, maka risiko kerugian investasi dapat diturunkan. Dalam bisnis franchise pemegang lisensi yang disebut franchisor harus membina yang biasa disebut franchisee. Bertahannya sebuah sistem franchise baru tergantung pada kemampuan franchisor untuk meminimalkan agency costs dan kemampuan franchisor untuk membina franchise sebagai agen-agennya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan pengumpulan data dilakukan dengan daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian uji F menunjukkan bahwa Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara simultan berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Hasil uji t menunjukkan bahwa Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara parsial berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Dari hasil uji t yang dominan adalah Fasilitas financial yang mempengaruhi Keberhasilan usaha bisnis Franchise. Berdasarkan hasil dari koefisien determinasi (R2), maka diperoleh nilai R Square 0,801 sebesar cukup tinggi dalam menjelaskan Keberhasilan usaha bisnis franchise sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel independen lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.


(12)

ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF ROLE FRANCHISOR FRANCHISE BUSINESS TO BUSINESS SUCCESS

PT . INDOMARET PRISTAMA ( INDOMARET ) FIELD IN THE CITY

ABSTRACT

Franchise is the easiest way to get started , and enter the world of business . When all efforts should start from zero , then we are dealing with the risk of large losses due to having to go through trial and error that increases the risk of failing . With the franchise business system , the risk of investment losses can be reduced . In the franchise business licensees called franchisor must develop the so-called franchisees . The persistence of a new franchise system depends on the ability of the franchisor to minimize agency costs and the ability of the franchisor to establish the franchise as his agents . The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of the role of Franchisor Franchise business success in PT . Indomaret Pristama ( INDOMARET ) in the city of Medan . Type of research is associative research . The data used are primary data and secondary data with the data collection is done with a list of questions and study documentation . Data analysis method used is multiple linear regression using SPSS software . The results indicate that the F test Training / Training , Support / Support , Provide / Supply , Facilities Financial , Assistance and Management Easily accessible simultaneously affect the success of a business franchise . T-test results showed that the Training / Training , Support / Support , Provide / Supply , Facilities Financial , Assistance and Management Easily accessible by partial effect on the success of the franchise business . From the results of the t test is the dominant financial facilities that affect the success of the franchise business . Based on the results of the coefficient of determination ( R2 ) , the obtained value of R Square 0.801 at high enough in explaining the success of the franchise business , while the rest is influenced by the other independent variables were not included in this study.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan kegiatan bisnis sehari-hari orang dapat melakukan dengan berbagai cara, bisa dengan melakukan kerjasama dengan pihak lokal, atau kerjasama dengan pihak asing, mungkin untuk kepentingan pribadi atau melakukannya untuk kepentingan perusahaan salah satu cara itu adalah waralaba dalam istilah asing disebut dengan franchise sebagai suatu pilihan untuk meningkatkan perkembangan bisnis sebagai suatu bentuk perkembangan usaha.

Franchise merupakan cara yang paling mudah untuk memulai dan memasuki dunia usaha. Bila semua usaha harus mulai dari nol, maka kita berhadapan dengan risiko kerugian besar karena harus melalui trial dan error yang meningkatkan risiko gagal. Dengan adanya sistem bisnis franchise, maka risiko kerugian investasi dapat diturunkan menjadi sekitar 15 persen (Odop,2006).

Dalam bisnis franchise pemegang lisensi yang disebut franchisor harus membina yang biasa disebut franchisee. Teori agensi menjelaskan bagaimana mengorganisasikan hubungan dengan baik dimana salah satu pihak (the principal) menentukan kerja, sedangkan pihak yang lain menerimanya (Eisenhardt, 1985). Teori ini berargumentasi bahwa dalam kondisi yang tidak menentu dan kekurangan informasi, maka akan timbul masalah diantara keduanya. Bertahannya sebuah sistem franchise baru tergantung pada kemampuan franchisor untuk


(14)

meminimalkan agency costs dan kemampuan franchisor untuk membina franchise sebagai agen-agennya.

Franchising sendiri menawarkan keuntungan bagi franchisor (pemilik) meskipun tidak ada penyatuan menyeluruh tapi semi integrated. Dari banyaknya penggunaan sistem franchise ini perlu dilakukan kajian mendalam mengenai hubungan relationship dalam franchise baik itu segi konflik yang terjadi dan kepercayaan maupun keberhasilan yang diperoleh dari bisnis tersebut.

Franchise merupakan fenomena yang tidak lagi baru dalam dunia bisnis khususnya di Indonesia, waralaba yang menjadi titik tolak adalah adanya kesepakatan antara kedua pihak yaitu franchisor dengan franchisee yang didasarkan pada perjanjian atau kontrak. Para pihak diberi kebebasan untuk membuat dan menyepakati kontrak asal.

Dari tahun ke tahun, bisnis waralaba di Indonesia memang terus meningkat. Dari hasil kajian AK and Partners (konsultan waralaba), pada periode tahun 2009-2011 pertumbuhan pewaralaba (franchisee) nasional/lokal rata-rata sebesar 22 persen. Indikasi ini sangat menggembirakan dan memberikan optimisme bahwa waralaba (franchisee) nasional/lokal akan mampu terus tumbuh dan menguasai pangsa pasar domestik secara cukup signifikan. Sedangkan waralaba utama (master franchisee) penyandang merek dagang asing, selama periode yang sama (2009-2011), rata-rata pertumbuhannya masih turun 2 persen. Pada sisi lain dalam tahun 2009-2011 waralaba utama asing telah tumbuh rata-rata 9 persen/tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan mendekati pertumbuhan pewaralaba nasional/lokal dalam tahun 2012 mendatang (Sinar Harapan, 2011).


(15)

Masuknya waralaba asing memang akan menggairahkan bisnis waralaba di Indonesia. Kondisi ini juga dapat menjadi pemicu bagi waralaba lokal, hingga saat ini waralaba lokal masih banyak kekurangan terutama disebabkan lemahnya konsep seperti kriteria dan produk yang belum lengkap serta cara kerja dan sistematika pekerjaan yang belum tertata dengan baik dan jelas. Bergairahnya bisnis waralaba di tahun 2009 karena kondisi industri waralaba di Indonesia saat ini menunjukkan tanda-tanda bergairah setelah terpuruk cukup lama akibat kondisi ekonomi yang belum kondusif. Peluang dan mendorong para pengusaha untuk mengembangkan usahanya melalui sistem waralaba. Masih banyak sektor usaha dalam negeri yang berpotensi untuk dikembangkan.

Menurut data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), hingga tahun 2012 tercatat lebih dari 1508 perusahaan franchise di Indonesia yang terdiri dari franchise asing dan lokal. Dan total nilai bisnis dari franchise di Indonesia tercatat mencapai Rp.132 triliun. Nilai bisnis industri franchise mendorong penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit yaitu mencapai sekitar 4 juta orang (Kontan edisi khusus, Desember 2012).

Produk franchise memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut yang menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh sistem kerja sama dalam franchise. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2005).

Potensi keuntungan masa depan setiap usaha franchise harus dihitung secara cermat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian perusahaan. Dengan menggambarkan ancaman dan peluang


(16)

utama yang dihadapi perusahaan maka akan terlihat apakah perusahaan tersebut memiliki ukuran bisnis yang ideal atau tidak. Laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan.

Memulai usaha selalu menghadapi kendala atau ketidak pastian, begitupun dengan bisnis waralaba meskipun bisnis waralaba tingkat kesuksesan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bisnis yang lain, tetapi bisnis waralaba memiliki resiko yang namanya kegagalan, semua tergantung keseriusan serta perencanaan yang matang dalam menjalankan bisnisnya. Usaha Waralaba sebagai bisnis yang telah teruji dan memiliki perencanaan yang baik didalam perencaan bisnis waralaba dengan bisnis biasa sangat berbeda jika dalam perencanaan bisnis pada umumnya hanya untuk satu pihak saja maka didalam bisnis waralaba perlu perencanaan untuk dua pihak yaitu sebagai franchisor dan sebagai franchisee.

Perencanaan Bisnis waralaba sebagai franchisor adalah perencanaan yang dibuat untuk pemberi waralaba, sebagai contoh ada beberapa rekan yang memiliki merek begitu terkenal dan memiliki banyak cabang dimana-mana kemudian dengan tanpa perencanaan yang matang si pemilik bisnis tersebut bermaksud mewaralabakan bisnisnya karena banyaknya permintaan untuk membuka cabang dimana-mana. Pemilik bisnis beranggapan bahwa tanpa perlu perencanaan dia sudah bisa mewaralabakan bisnisnya dan belum memiliki persiapan apa saja yang akan terjadi nantinya.

Perencanaan yang sering dilakukan didalam bisnis waralaba adalah merumuskan bisnis konsepnya pada bisnis yang akan di waralabakan, yang kedua sebagai pemberi bisnis waralaba, memberikan pengetahuan dan menjelaskan konsep bisnis yang akan ditawarkan yang ketiga didalam konsep bisnis itu dibuat


(17)

perencanaan perencanaan baik yang bersifat kualitatif ataupun operasional seperti berapa besar outletnya, lokasinya dimana yang strategis, cara saat memulai bisnisnya dan bagaimana menjual bisnis waralaba tentunya semua memerlukan perencanaan yang baik.

Dalam franchising konsentrasi franchisor adalah bagaimana membuat para mitra franchisee untuk dapat segera mandiri dan terampil dalam menjalankan bisnis franchisenya dan menjadi sukses. Jika franchisor hanya mempersiapkan diri untuk sekedar melakukan support saja, tanpa memberdayakan para mitra franchisee menjadi pengusaha sukses yang mandiri, maka semakin banyak jaringan outlet akan membuat franchisor menjadi semakin sibuk dan melepaskan fungsi pemberdayaan kepada franchisee . Hal ini secara akumulatif juga akan membuat para franchisee merasa franchisornya mengecewakan mereka.

Franchisor yang mengeluh dan menganggap franchise di Indonesia makin payah, sebenarnya mereka tidak mempunyai pemahaman yang lengkap mengenai konsentrasi pengelolaan franchise yang efektif. Mereka tidak mempunyai program yang sistematik dan efektif untuk membimbing para franchiseenya menjadi entrepreneur yang tangguh. Para franchisor harus membuat bobot program yang cukup untuk menjadikan para franchisee-nya menjadi “businessman” yang sukses.

Perkembangan bisnis di kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah timbulnya persaingan bisnis yang semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berdirinya usaha-usaha baru yang bergerak dibidang usaha waralaba yang meliputi koperasi, badan usaha dan perorangan. Sistem waralaba Indomaret telah


(18)

teruji keberhasilannya dengan diperolehnya penghargaan dari Presesiden Republik Indonesia sebagai Perusahaan Waralaba Nasional pada Tahun 2003

Pada tahun 2004 usaha indomaret telah dibuka di kota medan, salah satu pasar modern yang saat ini sedang menjadi trend di tengah masyarakat kota Medan. Perusahaan franchise ini juga ikut berpartisipasi dalam berbagai acara acara sesuai dengan visi dan misi untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat yang menjadi alasan Indomaret. Selain itu, Indomaret juga ingin memperkuat brandnya di tengah masyarakat.

Maraknya bisnis mini market menjadikan persaingan di dunia usaha kian kompetitif. Kota Medan merupakan salah satu tempat yang potensial bagi para pebisnis yang ingin mengembangkan bisnisnya. Kebutuhan akan barang-barang konsumtif semakin hari semakin tinggi seiring dengan permintaan masyarakat. Fakta ini dapat terlihat dengan keberadaan Indomaret yang bagi kota Medan saja berjumlah lebih puluhan unit usaha di berbagai wilayah di kota Medan.

Jumlah usaha franchise Indomaret yang bertambah di kota Medan setiap tahunnya menjadi indikator bahwa semakin banyak wirausahawan yang membeli usaha franchise. Jumlah franchise yang telah ada di kota Medan hingga tahun 2012 ini sudah berjumlah 127 tenant franchise. Dengan semakin bertambahnya usaha franchise yang ada di kota Medan, menunjukkan bahwa semakin banyak wirausahawan yang tertarik untuk membeli usaha franchise yang risiko untuk gagal lebih minim.

Indomaret bukan hanya menyediakan peralatan sehari-hari, tetapi juga berbagai kebutuhan kesehatan dan menyelenggarakan promo, dengan harga di


(19)

bawah harga pasaran. Indomaret memberikan kesempatan tentang berbagai keunggulan menjadi franchise. Salah satunya dengan modal yang cepat kembali, keamanan produk yang terjamin, dan laba yang cukup tinggi akan diterima. Bukan hanya menjual produk dari berbagai kebutuhan masyarakat seperti makanan, minuman dan produk kesehatan. Indomaret juga menyediakan pulsa, dan setiap pembelian pulsa dengan harga tertentu akan mendapatkan hadiah menarik.

Peranan franchisor dalam mensukseskan bisnis franchise adalah promotion dalam menginformasikan dan mempengaruhi pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi produk dan barang, support service merupakan dukungan ataupun bantuan pelayanan yang diberikan franchisor seperti bimbingan ataupun konsultasi masalah-masalah operasional dan keuangan, training merupakan kegiatan peningkatan kemampuan karyawan untuk mengelola usaha dan pengambilan keputusan, control system dalam menjalankan proses sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan, communication sebagai hubungan yang terjalin antara franchisor dan franchise.

Sasaran pasar Indomaret semua kalangan masyarakat. Strategi pemasaran Indomaret diintegrasikan dengan kegiatan promosi. Secara berkala Indomaret menjalankan program promosi dengan berbagai cara, seperti memberikan harga khusus, undian berhadiah maupun hadiah langsung. Berdasarkan latar belakang sebelumnya, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan”.


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Peran Franchisor berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Bahan masukan bagi PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) didalam menyikapi fenomena yang terjadi antara Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi dalam meneliti dan mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Franchise

Franchise berasal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan konteks usaha, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee).

Menurut European Code of Ethics for Franchising, defenisi franchise adalah franchise is a system of marketing goods and/or services and/or technology, which is based upon a close and ongoing collaboration between legally and financially separate and independent undertakings, the franchisor and its individual franchisee, whereby the franchisors grants its individual franchisees the right, and imposes the obligation, to conduct a business in accordance with the franchisor`s concept. (franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerja sama tertutup dan terus-menerus antara pelaku-pelaku independen (maksudnya franchisor dan franchisee individual) dan terpisah baik secara legal (hukum) dan keuangan, franchisor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor).

Menurut Anoraga (2002:239) franchise adalah suatu sistem bagi distribusi selektif bagi barang dan/atau jasa di bawah suatu nama merk melalui tempat


(22)

penjualan yang dimiliki oleh pengusaha independen yang disebut “franchisee”, walaupun pemberi franchise (franchisor) memasok franchisee dengan pengetahuan atau identifikasi merk secara terus menerus, franchisee menikmati hak atas profit yang diperoleh dan menanggung resiko kerugian. Franchisor mengendalikan distribusi barang dan/atau jasa melalui suatu kontrak dengan mengatur aktifitas franchisee, dalam hubungannya untuk pencapaian standarisasi.

Menurut Zimmerer (2008 : 80) franchise adalah suatu sistem distribusi di mana pemilik bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada perusahaan induk untuk mendapatkan hak untuk menjual produk atau jasa dan seringkali menggunakan format dan sistem bisnisnya.

Menurut Spinelli (2006:2) franchising terjadi ketika seseorang mengembangkan model bisnis dan menjual hak untuk mengoperasikannya ke pengusaha (franchisee). Franchisee biasanya mendapatkan hak untuk model bisnis untuk jangka waktu tertentu dan di daerah geografis tertentu. Menurut Suryana (2006:100) adalah kerja sama antara wirausaha (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (franchise).

Menurut Odop (2006:16), franchise adalah pengaturan bisnis dengan system pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan untuk membuka usaha dengan menggunakan merek dagang/nama dagang dibawah bendera mereka.

Menurut LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), waralaba pertama kali diperkenalkan oleh LPPM sebgai padanan kata franchise.


(23)

Waralaba berasal dari kata “ wara “ yang berarti lebih atau istimewa dan “ laba “ berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan yang lebih atau istimewa – berbeda dengan sistem bisnis konvensional yang sudah ada.

AS melalui International Franchise Association (IFA) mendefenisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchisee, franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontiniu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau control pemilik (franchisor), franchisee menanamkan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri. Lebih lanjut menurut IFA, Franchise atau Waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen yaitu :

1. Dalam setiap perjanjian Waralaba, Pewaralaba (Franchisor) selaku pemilik dari sistem Waralabanya memberikan lisensi kepada Terwaralaba (Franchisee) untuk dapat menggunakan merek dagang/jasa dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba.

2. Sistem Bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dll.

3. Biaya (Fees) dalam setiap format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba


(24)

atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada terwaralaba (mis: biaya manajemen).

Menurut British Franchise Association, sebagai garansi lisensi kontraktual satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan :

1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.

2. Mengharuskan franchisor untuk melatih control secara kontiniu selama periode perjanjian.

3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subyek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen, atau yang lainnya.

4. Meminta kepada franchisee secara periodic selama masa kerja sama franchise untuk membayarkan sejumlah fee franchise atau royalty untuk produk atau servis yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

Defenisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Managemen yang antara lain mendefenisikan waralaba sebagai berikut.

1. Waralaba adalah suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu , dan lokasi tertentu


(25)

kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil dan menengah.

2. Waralaba merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain.

2.2 Subyek dan Obyek Franchise

Dalam sebuah perikatan atau perjanjian tentu terdapat adanya subyek dan obyek dari perikatan tersebut. Subyek dan obyek hukum dari franchise, sehingga terbentuknya sebuah perikatan franchise yaitu:

a. Subyek franchise

Subyek hukum franchise dalam sebuah perikatan franchise, terdiri dari 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1. Franchisor

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise.

2. Franchisee

Franchisee adalah orang atau badan usaha yang menerima lisensi dari franchisor untuk dapat menggunakan merek perdagangan / merek jasa maupun ciri khas dari franchisor, namun harus tetap tunduk kepada peraturan dan tata cara dari franchisor.

Selain 2 (dua) subyek hukum franchise yang telah dikemukakan tadi, ternyata masih terdapat dua pihak lainnya yang dapat dikaitkan sebagai subyek hukum franchise dalam perjanjian franchise yang juga terkena dampak dari perjanjian ini, yakni :


(26)

a. Franchise lain dalam sebuah sistem franchise (franchising system) yang sama.

b. Konsumen atau klien dari franchise maupun masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa pada umumnya.

2.3 Penggolongan Franchise

Penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East Asian Executive Report telah menggolongkan franchise dalam 3 golongan yakni sebagai berikut:

1. Product franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise hanya bertindak mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal, seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya.

2. Processing franchise or manufacturing franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman ringan Coca Cola.

3. Business formal / System franchise

Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.


(27)

2.4 Keunggulan dan kelemahan franchise

Menurut Anoraga (2002:241), keunggulan bisnis dengan menggunakan system franchise adalah sebagai berikut :

a. Bimbingan

Kelemahan usaha kecil yang menyolok adalah kurangnya kemampuan manajerial. Seseorang dengan ketrampilan manajerial yang terbatas mungkin dapat diterima oleh perusahaan besar, karena ia hanya salah satu dari sekian banyak manajer. Tetapi tidak seorangpun dapat menutupi kelemahan tersebut bila menjadi seorang manajer franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan.

b. Brand name

Investor yang menandatangani perjanjian franchise mendapat hak untuk menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk atau jasa yang terkenal. c. Produk yang terjamin.

Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan metode pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh masyarakat luas.

d. Bantuan finansial.

Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas. Dalam beberapa kasus, asosiasi dengan franchisor yang telah mapan melalui


(28)

reputasinya dan pengendalian keuangannya dapat mempertinggi tingkat kredit investor dengan bank lokal. Sedangkan kelemahan dari bisnis franchise ini adalah :

a. Biaya

Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor dapat memberikan pelatihan, bimbingan atau memberi dukungan lainnya yang memerlukan biaya.

b. Pengendalian eksternal

Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan. Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh tempat penjualan franchise sebagai suatu bisnis harus melakukan pengendalian atas aktivitas promosional, catatan finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari kebebasan.

c. Program pelatihan yang lemah

Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Dalam kasus lain, program pelatihan lemah, terlalu singkat ,dan diberikan oleh pelatih yang tidak memiliki keterampilan instruksional. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan dan pengembangan yang sebenarnya.

2.5 Peran Franchisor dalam Keberhasilan usaha bisnis Franchise

Peran franchisor dalam keberhasilan usaha bisnis franchisee dapat dikonseptualkan dengan 4 (empat) fase yaitu : Yang pertama adalah perkenalan atau pendahuluan, dimana saling ketergantungan dan motivasi yang terbagi untuk


(29)

keberhasilan dan keuntungan. Fase yang kedua dapat dengan perkembangan, awal ketika bisnis mulai berfungsi. Selama fase ini, franchisor menawarkan dukungan kepada franchisee baru dan hubungan antar keduanya mulai berkembang. Pada fase ini, hubungan antara keduanya dapat menjadi problematik jika franchisor tidak memberikan dukungan atau training yang tepat.

Ketika tiap partisipan dapat mengerti apa yang diharapakan oleh yang lain, maka dapat dikatakan bahwa fase kedewasaan telah dicapai. Pada point ini, franchisee memiliki kesan yang akurat terhadap keahlian dan kompetensitas franchisor dan kontribusi franchisor terhadap hubungannya dengan franchisee. Namun sebaliknya apabila tahap akhir dalam hubungan antara frenchisee dan franchisor terjadi penolakan. Kemungkinan yang pertama adalah, bisnis tidak berjalan baik sehingga franchisee termotivasi untuk mengakhiri hubungan dengan franchisor, dan kemungkinan kedua yaitu bisnis berjalan terus dan hubungan antara franchisee dan franchisor menjadi lebih solid.

Permasalahaan franchise dapat dialami oleh dua pihak baik itu fanchisee maupuun franchisor juga. Menurut Karamoy (2004) hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pebisnis franchise ini banyak, tapi hal penting yang harus mendapat penekanan yaitu manajemen hubungan atau franchise relationship management.

Franchise yang menghadapi tekanan baik internal maupun eksternal secara signifikan, tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan kekacauan sistem yang akan berimbas pada penyedia eksternal, customer, dan supplier juga franchisee dalam sistem franchise (Kaufmann, 1990 dalam Tikoo, 2005: 329). Ada konflik-konflik yang potensial dalam hubungan antara franchisee dan


(30)

franchisor dimana kedua pihak saling tergantung, terikat oleh kontrak, dan banyaknya franchisee yang mengajukan komplain kepada franchisor.

Format bisnis franchise telah berkembang secara luas dalam sector ekonomi di USA dan UK (Mandelsohn, 1995:69). Pemberian ijin franchisor kepada franchisee untuk mengembangkan bisnis menggunakaan mereknya. Pada dasarnya franchisor menyediakan proses managerial kepada franchisor untuk menjalankan bisnis sesuai dengan kontrak franchise (Cughlan, 2001 : 86). Sistem franchise tidak hanya sekedar sistem ekonomi tapi juga system sosial karena adanya unsur relationship yang berdasarkan dimensi ketergantungan, komunikasi dan konflik (Stern dan Reve dalam Tikoo, 2005: 331). Hubungan antara franchisor dalam mempengaruhi franchisee sering disertai dengan konflik.

Dari hasil penelitian Tikoo (2005: 329) peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise. Konflik sendiri biasanya terjadi disesbabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty, 2000: 354) Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Karena hubungan franchise tidak dapat dikendalikan oleh ketergantungan franchisee. Sehingga peran franchisor diatas mempunyai hubungan negatif terhadap ketergantungan franchisee. Artinya keterikatan franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor. Sehingga solusi terbaik adalah terciptanya hubungan fair/adil atas 2 arah antara franchisor dengan franchisee (Tikoo, 2005:329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi


(31)

franchisee. Dimensi dari hubungan baik antara franchisor dan franchisor adalah information exchange, recommedations, promises, request, treat, legalistic pleas (Tikoo, 2005: 329).

Menurut Johnsin (1999:4) kualitas hubungan digambarkan sebagai kedalaman dan iklim organisasi dari sebuah hubungan antar perusahaan. Ada juga yang menyatakan kualitas hubungan sebagai evaluasi menyeluruh dari kekuatan hubungan (Smit, 1998; Garbarino dan Johnson, 1999). Dalam dunia franchise ada beberapa studi yang menyatakan variabel yang menggambarkan atas kualitas hubungan dalam jaringa franchise yaitu kepercayaan komitmen, konflik, kekeluargaan, kerjasama. Sehingga merupakan suatu hal yang penting mengukur kualitas hubungan antara franchisor dengan franchisee untuk menetapkan kekuatan hubungan ini dan untuk menjelaskan bahwa bukan hanya dalam network patner tapi dalam kinerja penjualan.

a. Kepercayaan

Kepercayaan adalah hal terpenting penentu kesuksesan kerjasama Disamping itu kepercayaan dapat digambarkan dalam 2 komponen berbeda yaitu kredibilitas dan benevolence (kebajikan) (Monroy dan Alzola, 2005: 585). Kredibilitas mnegacu pada perluasan dimana 1 partner mempercayai bahwa partner lain memiliki kacakapan untuk menampilkan kerja yang efektif dan dapat diandalkan. Sedangkan benevolence berdasarkan perluasan dimana satu partner mempercayai partner lain karena memiliki motivasi yang bermanfaat untuk mengatasi masalah yang ada.


(32)

b. Komitmen

Beberapa peneliti menyatakan bahwa komitmen adalah unsur yang essensial dalam kesuksesan hubungan. Menurut Varadarajan and Cunningham (1995) Komitmen penting sebagai hasil dari kerjasama yang mengurangi potensi ketertarikan alternatif ke hal lain dan akhirnya mampu meningkatkan profit. Geyskens (1996 dalam Monroy dan Alzola, 2005: 585) menyatakan bahwa perbedaan antara komitmen afektif dan komitmen kalkulatif adalah hal yang terpenting dalam hubungan antar organisasi. Secara umum komitmen afektif menghubungkan dengan keinginan untuk meneruskan hubungan karena pengaruh positif kedepan dalam mengidentifikasi partnernya. Partner yang memiliki komitmen afektif meneruskan hubungan karena menyukai partner lain, enjoyment dan rasa setia dan rasa memiliki. Namun sebaliknya komitmen kalkulatif merupakan komitmen yang berdasarkan pada perluasan partner yang menerima kebutuhan dalam menjaga hubungan yang mengacu pada perpindahan biaya yang ditinggalkan. Yang menghasilkan perhitungan antara biaya dan manfaat termasuk penetapan investasi yang dibuat dalam sebuah hubungan. c. Relasionalism (rasa kekeluargaan)

Realsionalism dapat disebut sebagai kerjasama sosial yang mempertimbangkan referensi dari evaluasi perilaku patner. Pada kenyataannya mereka mengijinkan pertimbangan atas kenyamanan dari tindakan satu pihak dengan standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk penyelesaian konflik. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam


(33)

relasionalism adalah flexibilitas, solidaritas, mutuality dan harmonisasi konflik.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sarosa (2006) dengan judul “ Pengaruh Faktor Dukungan dari Franchisor, Alasan Ekonomis, Pemasaran, dan Pribadi pada Keputusan memilih Format dan Merek Franchise” bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise dan faktor mana yang paling dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pemasaran tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih format danmerek franchise, sedangkan faktor dukungan dari franchisor, alasan ekonomis, dan pribadi berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise.

Penelitian yang dilakukan oleh Simarmata (2012) dengan judul ”Analisis peranan franchisor terhadap Suksesnya bisnis franchise pada Mc. Donald’s cabang ring road Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peranan franchisor dalam promotion, support service, training, control system dan communication terhadap suksesnya bisnis franchise pada Mc Donald’s Cabang Ring Road Medan. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa promotion, support service, training, control system, communication yang dilakukan oleh franchisor memiliki peranan yang sangat penting sekali. Karena segala sesuatunya sangat membutuhkan dukungan langsung dari pihak franchisor. Dimulai dari pemberian awal waralaba hingga prosedur, standard perusahaan, pelatihan karyawan, pemasaran dan lain - lain. Bahkan setelah franchise telah berjalan


(34)

sesuai dengan prosedur dan telah berhasil, franchise masih memerlukan peranan franchisor dalam segi pengawasan dan penyelesaian masalah. Peranan yang paling dominan dalam penelitian ini adalah promosi.

2.7 Kerangka Konseptual

Dalam perluasan dan meningkatnya sistem franchise diperlukan sebuah inovasi manajerial dalam improvisasi peningkatan sinergi dan pembagian sumberdaya agar optimal dalam mengelola franchise diperlukan kualitas kerjasama yang baik. Sehingga improvisasi perusahaan dapat dinyatakan dalam hubungan franchisor dan franchise dalam jangka panjang untuk membentuk jaringan yang kuat.

Sistem franchise tidak hanya sekedar sistem ekonomi tapi juga sistem sosial karena adanya unsur relationship yang berdasarkan dimensi ketergantungan, komunikasi dan konflik (Stern dan Reve dalam Tikoo, 2005: 331). Hubungan antara franchisor dalam mempengaruhi franchisee sering disertai dengan konflik. Dari hasil penelitian Tikoo (2005: 329) peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise. Konflik sendiri biasanya terjadi disebabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty, 2000: 354) Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara franchisor dan franchisee.

Hubungan franchise tidak dapat dikendalikan oleh ketergantungan franchisee, sehingga peran franchisor diatas mempunyai hubungan negatif terhadap ketergantungan franchisee. Artinya keterikatan franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor. Sehingga solusi terbaik adalah


(35)

terciptanya hubungan fair/adil atas 2 arah antara franchisor dengan franchisee (Tikoo,2005:329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi franchisee.

Sangat penting bagi franchisor yang memiliki kapabilitas untuk dapat dijelaskan kepada franchisee dalam memudahkan mengatur unit kualitas hubungan franchise kepercayaan komitmen kalkulatif komitmen kekeluargaan afektif franchise. Atas pertimbangan tersebut penting untuk menentukan faktor yang menentukan kesuksesan berorganisasi terutama dalam sitem franchise.

Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise. Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus memberikan berbagai jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan.

Kunjungan berkala dari Franchisor atau ke staf pendukung lapangan guna membantu memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan terhadap pelaksanaan yang dapat menyebabkan kesulitan dagang bagi franchisee, menghubungkan antara franchisor dan seluruh franchisee secara bersama-sama untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman, adanya inovasi produk atau konsep termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada, diberikannya pelatihan dan fasilitas-fasilitas pelatihan dan dilakukan riset pasar, penerbitan iklan dan promosi pada tingkat local dan nasional.


(36)

Franchisor harus dapat memberikan dukungan penuh untuk mengadakan pelatihan untuk membantu franchisee dalam meningkatkan kemampuan mereka mengenai franchisee, menyajikan pengarahan yang bermanfaat terhadap kegiatan usaha/bisnis franchisee untuk tujuan mempertahankan intergrasi system franchisee secara keseluruhan bagi semua pihak yang berkepentingan, memberikan perhatian khusus untuk setiap pelanggaran yang dilakukan oleh franchisee dan Franchisor dapat melakukan komunikasi dengan baik sesuai dengan mekanisme terhadap franchisee untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan serta saling pengertian dalam mewujudkan kepentingan bersama. Kontrak franchise mengacu pada aspek operasional unit franchisee seperti produk yang ditawarkan, jam kerja pelatihan untuk franchisee yang disediakan franchisor. Selanjutnya aspek yang membentuk dimensi konten adalah

Training

Franchisor memberikan kontribusi kepada franchisee pengetahuan yang diperlukan pengembangan dan pemenuhan konsep bisnis dimana yang utama mengacu pada transfer kepemilikan know-how mengenai produksi dan operasi pelayanan. Lebih dari itu franchisor memberikan semangat kepada franchisee untuk menggunakan program pelatihan tanpa dikenakan biaya hasilnya peserta meningkat dan masalah prasangka buruk akan menurun (Bradach, 1998).

a. Support

Franchisor bersedia mendukung dan menyarankan franchisee dalam setiap konsep bisnis star-up dan operasional. Kebanyakan franchisor mau menyediakan praktek pendukung kepada franchisee pemilihan letak dan


(37)

asistensi secara umum dalam bisnis start-up Oleh karena itu franchisee memperoleh kebebasan untuk mengoperasikan dalam kontrol, asistensi dan didukung linkungan, sementara itu pada saat yang sama diperoleh juga manfaat dari merek, manajemen profesional (Fulop, 2000: 27).

b. Informasi

Franchisor juga menyediakan kepada franchisee dengan informasi penting mengenai kondisi kontrak franchise baik itu kewajibannya misalnya pertimbangan financial. Lebih lagi adanya sitem yang sah mengenai keterbukaan informasi utama yang ada dalam kontrak franchise (Fulop, 2000). Pada kenyataannya informasi yang cukup terbuka oleh pihak franchisor akan memberikan kontribusi pada tingkat kepuasan franchisee dalam melakukan pembelian dan operasional outlet franchise. Dimensi asistensi (bantuan) oleh franchisor cukup penting menolong franchisee dalam bentuk keuangan, supplay dan saran pemasaran. Dimensi ini dapat disederhanakan dalam elemen berikut :

1. Supply

Franchisor yang menyediakan franchisee dengan berbagai material dan produk akan meningkatkan kewajiban kontrak dengan efektif. Kontrak franchise memerlukan franchisee agar membeli input spesifik dari franchisor. Franchisee juga dapat menggunakan eksternal suplier dengan pemberian daftar nama suplier oleh franchisor. Namun seringkali franchisee menggunakan distribusi rantai internal dalam kegiatan operasi dengan harga yang lebih baik dan pelayanan lebih baik.


(38)

2. Fasilitas Financial

Franchisor bersedia menyediakan bantuan financial untuk franchise tidak secara langsung maupun secara langsung dengan menyediakan pinjaman

3. Asistensi manajemen

Franchisor membantu franchisee dalam pengelolaan bisnis. Franchisor menyediakan bantuan dengan menyediakan dukungan praktek dalam manajemen praktek, akuntansi dan pelayanan pemasaran dan bantuan yang lain

4. Accessibility (Kemudahan jalan)

Accessibility mengacu pada hubungan franchisor dengan franchisee. Pada saat franchisee bergabung rantai hubungan akan menjaga hubungan secara konstan Adanya komunikasi yang teratur dengan franchisee merupakan salah satu sumber ketersediaan kekuatan tanpa paksaan oleh franchisor.

Berdasarkan teori, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Stern dan Reve (dalam Tikoo, 2005).

Keberhasilan usaha bisnis Franchisee Indomaret

(Y) Peran Franchisor :

1. Pelatihan/Training (X1) 2. Dukungan/Support (X2) 3. Menyediakan/Supply (X3) 4. Fasilitas Financial(X4) 5. Asistensi manajemen (X5) 6. Mudah diakses/Komunikasi


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Arikunto (2006:13), menyatakan bahwa ”penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang dirinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili, serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul”.

Kuncoro (2003:53) menyatakan bahwa ”Penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab mengenai status terakhir dari subjek penelitian”. Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat menjelaskan (descriptive eksplanatory). Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di objek penelitian mengenai” Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan”.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Indomaret yang berada di kota Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.


(40)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Franchise Indomaret yang berada di kota Medan. Populasi Franchise Indomaret berjumlah 127 Franchise sampai pada Tahun 2013.

3.3.2 Sampel

Sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi Franchise Indomaret pada tahun 2013. untuk menentukan minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus Slovin seperti berikut :

2 ) ( 1 N e

N n

+ =

Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel

Populasi (N) sebanyak 127 konsumen dan tingkat kesalahan (e) sebesar

10% maka besarnya sampel adalah: 55,94

) 1 , 0 ( 127 1 127 2 = + = n (digenapkan

menjadi 56 franchise). Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya, jadi pengambilan sampel dilakukan dengan syarat sebagai berikut:

1. Lokasi franchise yang terletak di wilayah kotamadya Medan 2. Franchise sudah berdiri minimal 2 (dua) tahun


(41)

3.4 Batasan Operasional

Berdasarkan perumusan masalah, uraian teoritis, dan hipotesis yang diajukan maka variabel-variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent variable) adalah Peran Franchisor

2. Variabel terikat (dependent variabel) (Y) adalah Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise

3.5 Definisi Operasional

Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian memberikan penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini definisi operasionalisasi masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel sebagai berikut :

Tabel.3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran Peran

Franchisor (X)

Peran Franchisor yang memberikan lisensi, baik berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise

1. Memberikan training 2. Memberikan Support 3. Memberikan Supply 4. Menyiapkan Fasilitas

Financial

5. Asistensi manajemen 6. Accessibility Skala Interval Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise (Y)

suatu sistem distribusi di mana pemilik bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada keberhasilan usaha bisnis franchise untuk

mendapatkan hak dalam menjual produk dan seringkali menggunakan format dan sistem bisnisnya

1. Mendistribusikan produk dengan pembatasan areal

2. Mendapatkan hak untuk menjual produk sesuai dengan perjanjian

3. Membayar royalty sesuai dengan perjanjian

4. Menikmati hak atas profit 5. Membantu mengurangi

resiko

6. Menggunakan merek

dagang/nama dagang dibawah bendera Franchisor

Skala Interval


(42)

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Teknik skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Skala interval adalah skala pengukuran yang banyak digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial dimana pihak responden diminta melakukan ranking terhadap preferensi tertentu sekaligus memberikan nilai (rate) terhadap preferensi tersebut (Sugiyono, 2006). Kriteria pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 3.2 :

Tabel 3.2

Instrumen Skala Interval

No. Pertanyaan Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju/ Ragu-Ragu 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiyono (2006) 3.7 Jenis Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian :

1. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh melalui hasil wawancara dan penyebaran kuesioner kepada Franchise Indomaret yang berada di kota Medan.

2. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan PT. Indomaret Pristama (Indomaret).

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar pernyataan atau kuesioner yang diberikan kepada Franchise Indomaret


(43)

2. Wawancara (interview) yang dilakukan kepada pihak manajemen Indomaret di Kota Medan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari data berupa dokumen-dokumen Indomaret berupa sejarah singkat berdirinya organisasi, struktur organisasi, visi, misi dan lain-lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.9 UJi Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 30 responden di luar responden yang dijadikan sampel penelitian PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di kota Medan.

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Pearson Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Jika nilai Corrected Item Total Corelation setiap pertanyaan lebih besar dari 0, 30 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid.


(44)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten. Pengujian reliabilitas dalam penelitian menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reliabilitasnya digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha > 0,60. Cronbach Alpha yang baik adalah yang mendekati 1. Untuk mempermudah menguji validitas angket dan reliabilitas angket akan dibantu dengan menggunakan program SPSS.

3.10 Uji Asumsi Klasik 3.10.1 Uji Normalitas

Ghozali (2005:112) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.


(45)

3.10.2 Uji Multikolonieritas

Multikolinearitas adalah keadaan di mana variabel independen dalam persamaan regresi punya korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain. Multikolinearitas dapat di lihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance.

Dasar pengambilan keputusan uji multikolinearitas (Suliyanto, 2005:75) :

Jika nilai VIF<10 atau nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas Jika nilai VIF>10 atau nilai Tolerance < 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3.10.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis grafik dan Varian tak bersyarat.

Analisis Grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan untuk heteroskedastitas dengan analisis grafik (Ghozali, 2005:105): Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika ada pola tertentu, seperti


(46)

titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

3.11Teknik Analisis Data

3.11.1 Model Persamaan Regresi Linier Berganda

Model analisis data yang digunakan untuk menjawab pengaruh peran franchisor yang tediri dari Pelatihan/Training (X1), Dukungan/Support (X2), Menyediakan/Supply (X3), Fasilitas Financial(X4), Asistensi manajemen (X5) dan Mudah diakses (X6) terhadap keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan dengan menggunakan model persamaan regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Keterangan : Y = Keberhasilan usaha bisnis franchise

a = Bilangan konstan

b1 - b6 = Koefisien regresi variabel independen X1 = Pelatihan/Training

X2 = Dukungan/Support X3 = Menyediakan/Supply X4 = Fasilitas Financial X5 = Asistensi manajemen X6 = Mudah diakses e = Error term

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95 % atau α = 5 %.


(47)

3.11.2. Uji F (Uji secara Simultan)

Uji F dilakukan untuk menguji secara simultan pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent.

Model hipotesis yang digunakan dalam uji F ini adalah

H0 : b1, b2, b3 = 0 (Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara simultan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan).

H1: b1, b2, b3 ≠ 0 (Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan).

Uji hipotesis tersebut maka nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu :

H0 diterima (H1 ditolak) jika Fhitung < Ftabel pada α= 5% H0 ditolak (H1 diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α= 5%


(48)

3.11.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial digunakan untuk menguji kemaknaan koefisien parsial atau masing-masing variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Uji t secara parsial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : b1 = 0 (Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply, Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara parsial tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan) H1 : b1 ≠ 0 (Pelatihan/Training, Dukungan/Support, Menyediakan/Supply,

Fasilitas Financial, Asistensi manajemen dan Mudah diakses secara parsial berpengaruh terhadap keberhasilan usaha bisnis franchise pada PT. Indomaret Pristama (Indomaret) di Kota Medan)

Untuk menguji hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji t). Apabila nilai t hitung > t tabel maka H0 yang menyatakan b = 0 ditolak, maka H1 (hipotesis alternatif) diterima yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian-pengujian dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS).


(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Indomarco Prismatama adalah perusahaan pengelola jaringan minimarket Indomaret. Indomaret merupakan salah satu jaringan minimarket di Indonesia yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Awal terbentuknya perusahaan ini diawali dari sebuah toko Indomaret yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari yang pertama kali dibuka pada tahun 1987 di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tokoh yang merintis berdirinya perusahaan ini adalah Sudono Salim beserta anaknya yakni Anthony Salim. Tokoh ayah dan anak ini juga dikenal luas sebagai pengusaha yang sukses antara lain sebagai pemilik perusahaan Bogasari, Indofood, Indosiar, dan lain-lain. Usaha ini mulai berkembang ketika PT Indomarco Prismatama pertama kali membuka gerai Indomaret di Jakarta yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara pada November 1988 yang kemudian disusul dengan pembukaan gerai-gerai Indomaret di tempat-tempat lainnya. Pada tahun 1997, setelah 230 gerai Indomaret terbukti menguntungkan, PT. Indomarco Prismatama mulai memperkenalkan sistem kemitraan kepemilikan dan pengelolaan gerai dengan cara Franchise dan mengembangkan bisnis gerai Franchisee pertama di Indonesia.

Mitra usaha waralaba ini meliputi koperasi, badan usaha dan perorangan. Pada Mei 2003, system waralaba Indomaret telah terbukti keberhasilannya dengan diperolehnya penghargaan dari Presiden Republik Indonesia saat itu yaitu


(50)

Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai Perusahaan Waralaba Nasional 2003. Saat ini Indomaret berjumlah 3531 gerai di mana 1998 gerai adalah milik sendiri dan 1533 gerai sisanya merupakan gerai waralaba milik masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah seperti Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Medan, dan Lampung. Di DKI Jakarta sendiri telah hadir sekitar 488 gerai Indomaret yang siap memenuhi hampir semua kebutuhan sehari-hari konsumen dengan menawarkan lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan dengan harga bersaing.

Segmen pasar yang menjadi sasaran Indomaret adalah konsumen dari semua kalangan masyarakat sehingga penempatan lokasi gerai-gerai Indomaret dapat dengan mudah ditemukan di mana saja seperti daerah perumahan, gedung perkantoran, dan fasilitas umum. Penempatan lokasi gerai yang strategis, yang sesuai dengan motto Indomaret yaitu “Mudah dan Hemat”, ditujukan untuk memudahkan Indomaret melayani sasaran demografisnya yakni keluarga.

Hubungan kerja sama yang dijalin dengan lebih dari 500 pemasok membuat Indomaret memiliki posisi yang baik dalam menentukan produk-produk yang akan dijualnya. Selain itu, sistem distribusi yang didukung oleh jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia yang kompeten menjadikan Indomaret sangat efisien dalam mendistribusikan produknya sehingga Indomaret mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumennya.

Strategi pemasaran Indomaret juga diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan promosi yang dilaksanakan sehingga Indomaret dapat secara berkala menjalankan berbagai program promosi seperti memberikan penawaran harga


(51)

khusus, undian berhadiah maupun hadiah langsung. Keberadaan Indomaret ini juga diperkuat oleh beberapa anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO seperti Indogrosir, BSD Plaza dan Charmant. Keunggulan-keunggulan yang telah dimiliki oleh Indomaret tersebut tidak menyurutkan semangat PT. Indomarco Prismatama untuk terus berusaha mengembangkan Indomaret sebagai jaringan minimarket terbaik di Indonesia.

4.1.1 Visi, Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan

Visi dan misi PT. Indomarco Prismatama tentunya berkaitan dengan Indomaret yakni sebagai berikut:

Visi

“Menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan retail waralaba yang unggul dalam persaingan global”.

Misi

“Meningkatkan pelayanan terbaik sehingga kepuasan pelanggan menjadi sasaran utama yang harus dapat dipenuhi”.

Visi dan misi perusahaan juga didukung oleh motto dari Indomaret yakni “Mudah dan Hemat” dan budaya perusahaan yakni, “Dalam bekerja kami menjunjung tinggi nilai-nilai:

1. Kejujuran, kebenaran, dan keadilan 2. Kerja sama tim

3. Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis 4. Kepuasan pelanggan”


(52)

4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.2.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika rhitung positif atau r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid

b. Jika rhitung positf atau rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid

c. Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation. Pada tahap prasurvei kuesioner disebarkan kepada 30 orang diluar dari sampel penelitian. Nilai Corrected Item Total Corelation setiap pernyatan lebih besar dari 0,30 maka butir pernyatan dianggap sudah valid. Uji validitas variabel Peran Franchisor dan Keberhasilan usaha bisnis Franchise dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Peran Franchisor

No Butir Pernyataan

r-hitung r-tabel

Keterangan

1 Franchisor memberikan training dalam

meningkatkan penjualankepada franchise sebelum dibukanya usaha bisnis tersebut

.418 0.30 Valid

2 Franchisor memberikan training berupa

pengetahuan tentang bisnis franchise yang diperlukan untuk pengembangan bisnis yang dijalankan

.514 0.30 Valid

3 Franchisor memberikan training dalam strategi menjual produkterhadap staf yang dipekerjakan

.580 0.30 Valid

4 Manfaat mengikuti training sangat berguna dalam menjalankan bisnis franchise


(53)

5 Franchisor memberikan support dengan memberikan seminar bisnis franchise dalam mendukung suksesnya bisnis

.559 0.30 Valid

6 Franchisor memberikan support dalam mengelola produk baru yang dipasarkan dengan menayangkan iklan produk tersebut

.620 0.30 Valid

7 Franchisor memberikan Support dalam

meningkatkan daya beli masyarakat berupa pemberian diskon

.577 0.30 Valid

8 Support franchisor memberikan semangat dalam

menjalankan franchise

.618 0.30 Valid

9 Franchisor memberikan supply barang dengan tepat waktu sesuai dengan transaksi yang ditentukan

.602 0.30 Valid

10 Franchisor memberikan supply barang walaupun barangnya belum habis

.461 0.30 Valid

11 Franchisor memberikan supply barang dengan produk yang berkualitas

.455 0.30 Valid

12 Supply barang sangat berguna dalam menentukan usaha franchise

.397 0.30 Valid

13 Franchisor menyiapkan bantuan financial untuk franchise secara langsung

.517 0.30 Valid

14 Bantuan financial sangat bermanfaat dalam

mengembangkan usaha franchise

.507 0.30 Valid

15 Franchisor menyiapkan bantuan financial untuk franchise secara tidak langsung

.454 0.30 Valid

16 Franchisor menyiapkan bantuan financial untuk mengembangkan bisnis yang sedang berjalan

.484 0.30 Valid

17 Franchisor menyediakan bantuan konsultan dalam meningkatkan strategi pemasaran

.611 0.30 Valid

18 Franchisor menyediakan bantuan dengan

menyediakan dukungan praktek dalam manajemen bisnis

.483 0.30 Valid

19 Franchisor menyediakan bantuan dengan mencari rekan bisnis yang bisa membantu francise

.782 0.30 Valid

20 Bantuan dari francihisor sangat bermanfaat dalam menjalankan strategi usaha francihise

.646 0.30 Valid

21 Franchisor menjaga hubungan secara baik dengan komunikasi yang teratur

.579 0.30 Valid

22 Francihisor selalu membantu apabila terjadi

masalah dengan usaha franchise

.525 0.30 Valid

23 Franchisor membagi keuntungan bisnis sesuai

dengan kesepakatan bersama

.583 0.30 Valid

24 Keuntungan yang diperoleh dari usaha francihise sangat bermanfaat dalam mempertahankan bisnis

.643 0.30 Valid

25 Franchisor selalu berkomunikasi dengan baik

dalam bisnis yang dijalankan

.537 0.30 Valid


(54)

Pada Tabel 4.1 diperoleh hasil pengujian instrumen Peran Franchisor memiliki nilai r-hitung > r-tabel (0,30). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan tentang Peran Franchisor adalah valid sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian.

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Instrumen Keberhasilan usaha bisnis Franchise

No Butir Pernyataan

r-hitung r-tabel

Keterangan 1 Usaha Bisnis Franchise dalam mendistribusikan

produk dengan pembatasan areal sudah tepat

.457 0.30 Valid

2 Dalam mendistribusikan produk selalu dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan bersama

.523 0.30 Valid

3 Franchise mendapatkan hak untuk menjual produk sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

.626 0.30 Valid

4 Franchise berhak menolak produk yang tidak

sesuai dengan usaha bisnis yang dijalankan

.669 0.30 Valid

5 Franchise membayar royalty sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati

.735 0.30 Valid

6 Francihise membayar royalty tergantung dari banyak produk yang terjual

.418 0.30 Valid

7 Franchise menikmati hak atas profit dari

perjanjian transaksi

.522 0.30 Valid

8 Franchise sudah siap menanggung resiko kerugian dari bisnis yang dijalankan

.520 0.30 Valid

9 Franchise menggunakan merek dagang/nama

dagang dibawah bendera Franchisor

.504 0.30 Valid

10 Franchise selalu memperkenalkan produk terbaru kepada konsumen

.486 0.30 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Pada Tabel 4.2 diperoleh hasil pengujian instrumen Keberhasilan usaha bisnis Franchise memiliki nilai r-hitung > r-tabel (0,30). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pernyataan tentang Keberhasilan usaha bisnis Franchise adalah valid sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian.


(1)

dari banyak produk yang terjual

7

Franchise

menikmati hak atas profit dari

perjanjian transaksi

8

Franchise

sudah siap menanggung resiko

kerugian dari bisnis yang dijalankan

9

Franchise

menggunakan merek

dagang/nama dagang dibawah bendera

Franchisor

10

Franchise

selalu memperkenalkan produk

terbaru kepada konsumen

Terima kasih atas kerjasama dan ketersediaan Bapak/Ibu yang telah

diberikan dalam mengisi kuesioner ini.


(2)

Lampiran 4

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N KeberhasilanUsahaFrancih

ise

39.8750 3.33064 56

Pelatihan 15.8214 2.23287 56

Dukungan 15.5893 2.08699 56

Menyediakan 15.5179 2.45684 56

FasilitasFinancial 16.1964 2.03085 56 AsistensiManajemen 16.1071 2.17154 56

MudahDiakses 19.3929 2.67431 56

Correlations

KeberhasilanUs

ahaFrancihise Pelatihan Dukungan Pearson Correlation KeberhasilanUsahaFrancih

ise

1.000 .637 .714

Pelatihan .637 1.000 .542

Dukungan .714 .542 1.000

Menyediakan .559 .398 .415

FasilitasFinancial .622 .224 .474

AsistensiManajemen .608 .506 .483

MudahDiakses .745 .566 .606

Sig. (1-tailed) KeberhasilanUsahaFrancih ise

. .000 .000

Pelatihan .000 . .000

Dukungan .000 .000 .

Menyediakan .000 .001 .001

FasilitasFinancial .000 .048 .000

AsistensiManajemen .000 .000 .000

MudahDiakses .000 .000 .000

N KeberhasilanUsahaFrancih ise

56 56 56


(3)

Correlations

Menyediakan FasilitasFinancial

Asistensi manajemen Pearson

Correlation

KeberhasilanUsahaFrancihise .559 .622 .608

Pelatihan .398 .224 .506

Dukungan .415 .474 .483

Menyediakan 1.000 .231 .511

FasilitasFinancial .231 1.000 .205

AsistensiManajemen .511 .205 1.000

MudahDiakses .397 .541 .453

Sig. (1-tailed)

KeberhasilanUsahaFrancihise .000 .000 .000

Pelatihan .001 .048 .000

Dukungan .001 .000 .000

Menyediakan . .044 .000

FasilitasFinancial .044 . .064

AsistensiManajemen .000 .064 .

MudahDiakses .001 .000 .000

N KeberhasilanUsahaFrancihise 56 56 56

Pelatihan 56 56 56

Dukungan 56 56 56

Menyediakan 56 56 56

FasilitasFinancial 56 56 56

AsistensiManajemen 56 56 56

MudahDiakses 56 56 56

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .895a .801 .776 1.57517

a. Predictors: (Constant), MudahDiakses, Menyediakan, FasilitasFinancial, AsistensiManajemen, Pelatihan, Dukungan b. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise


(4)

Model Summaryb

Model

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .801 32.817 6 49 .000

b. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 488.548 6 81.425 32.817 .000a

Residual 121.577 49 2.481

Total 610.125 55

a. Predictors: (Constant), MudahDiakses, Menyediakan, FasilitasFinancial, AsistensiManajemen, Pelatihan, Dukungan

b. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 9.739 2.236 4.356 .000

Pelatihan .289 .128 .194 2.255 .029

Dukungan .291 .144 .182 2.023 .048

Menyediakan .215 .104 .159 2.060 .045

FasilitasFinancial .494 .130 .301 3.785 .000

AsistensiManajemen .277 .127 .180 2.180 .034

MudahDiakses .270 .118 .216 2.276 .027

a. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise Coefficientsa

Model

95.0% Confidence Interval for

B Correlations

Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part

1 (Constant) 5.246 14.232

Pelatihan .031 .547 .637 .307 .144


(5)

Coefficientsa

Model

95.0% Confidence Interval for

B Correlations

Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part

1 (Constant) 5.246 14.232

Pelatihan .031 .547 .637 .307 .144

Dukungan .002 .580 .714 .278 .129

Menyediakan .005 .425 .559 .282 .131

FasilitasFinancial .232 .756 .622 .476 .241

AsistensiManajemen .022 .532 .608 .297 .139

MudahDiakses .032 .508 .745 .309 .145

a. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 Pelatihan .550 1.819

Dukungan .500 1.998

Menyediakan .687 1.456

FasilitasFinancial .643 1.556 AsistensiManajemen .594 1.685 MudahDiakses .450 2.225 a. Dependent Variable: KeberhasilanUsahaFrancihise Charts


(6)