Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meiliputi habitat, morfologi tumbuhan, sistematika
tumbuhan, nama asing, kegunaan dan kandungan kimia dari tumbuhan kayu
siwak.
2.1.1 Habitat
Kayu siwak atau miswak, merupakan bagian dari batang, akar ranting
tumbuhankayu siwak (Salvadora persica)adalah tumbuhan yang berasal dari kota
Mekkah Arab Saudi dan didaerah Timur Tengah (Al-kateeb, 1991).
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan kayu siwak merupakan bagian dari batang, akar atau ranting
tumbuhan ini memiliki panjang ± 5- 20 cm, dengan batang berdiameter ±1-5 cm,
dan berwarna cokelat kekuningan, pohon berukuran kecil seperti belukar dengan
batang yang bercabang-cabang (Al-kateeb, 1991).
2.1.3 Sistematika Tumbuhan
Identifikasi sampel kayu siwak PenelitianHerbarium Medanense (MEDA)
universitas sumatera utara sebagai berikut:
Kerajaan

: Plantae


Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Brassicales

Suku

: Salvadoraceae

Marga

: Salvadora


Spesies

: Salvadora persica Wall.

6
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Nama asing
Kayu siwak juga dikenal dengan nama-nama lain, misalnya: Miswak, siwak
atau arak ( Timur Tengah), Miswak (Tanzia), datan atau miswak (Pakistan).
2.1.5 Kandungan kimia dan kegunaan
Siwak mengandung zat antibakteri, seperti glicozid dan unsur sulfat yang
berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan
pendarahan pada gusi. Dalam penelitan ditemukan bahwa ternyata dalam satu kali
penggunaan, siwak dapat membunuh 80% bakteri yang ada didalam mulut secara
efektif, mengobati seperti membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghasilkan
pendarahan pada gusi (Zaenab dan Anny, 2004).
Kandungan seperti potassium, klorida, fluoride, sodium bicarbonate, sulfur,
silika, salvadorine, tanin dan beberapa mineral lainnya yang terkandung dalam

siwak sangat berperan untuk membersihkan gigi, memutihkan gigi, mencegah
karies, serta menyehatkan gigi dan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan
noda pada gigi, sedangkan silika nya berfungsi menghilangkan warna yang
menyelimuti permukaan gigi dan memutihkan gigi, adapun fluoride sebagai
pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi
larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri. Bahan-bahan ini sering
diekstrak sebagi bahan penyusun pasta gigi dapat mengobati membersihkan gigi,
memutihkan gigi, mencegah karies, serta menyehatkan gigi dan gusi.Membantu
penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi kandungan trymethylamine dan
vitamin C membantu penyembuhan, merekatkan luka gusi dan memperbaiki
jaringan gusi (Al-lafi dan ababneh, 1995).

7
Universitas Sumatera Utara

Mencegah pembentukan plak, memperkuat pembentukan plak yang dapat
menyebabkan radang gusi. Vitamin C dan sinositrol memperkuat pembuluh darah
dan melindungi gusi dari radang.kegunaan lain seperti mencegah proses
pembusukan dan merangsang produksi saliva, menyegarkan nafas dan
menghilangkan bau mulut, menambah nafsu makan, mencegah demensia (Pikun),

mencegah meningitis (peradangan selaput otak, meredakan rasa sakit dan
menurunkan ketegangan otot-otot neurorefleks, menghilangkan efek kecandungan
bagi perokok aktif (Dorout, 2000).
Mencegah kanker hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa zat-zat
yang terkandung dalam siwak menghalangi aktivitas sel-sel kanker.Dalam studi
ilmiah yang dilakukan dipakistan tahun 1981 terhadap jenis-jenis siwak, hasilnya
adalah terdapat zat-zat dalam siwak yang mampu mencegah kanker. Balai
kesehatan nasional di Amerika Serikat melakukan uji coba terhadap kandungan
siwak untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas zat-zat siwak melawan penyakit
kanker. Hasilnya menunjukkan adanya komposisi kimiawi dalam tumbuhan ini
yang mampu mencegah tumbuhnya berbagai macam kanker.
2.1.6 Uraian Kimia
a. Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas
menyerupai sabun (bahasa latin sapo = sabun) (Robinson,1995). Saponin adalah
glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin.Keberadaan saponin sangat mudah
ditandai dengan pembentukan larutan koloid dengan air yang apabila dikocok
menimbulkan buih yang stabil.Saponin juga bersifat menghancurkan butir darah

8

Universitas Sumatera Utara

merah lewat reaksi hemolisis darah (Farnsworth, 1966; Gunawan dan Mulyani,
2004).
Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua
macam,

yaitu

saponin

steroid

dan

saponin

triterpenoid.Saponin

steroid/triterpenoid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam

eter.Saponin steroid/triterpenoid tersusun dari suatu aglikon steroid/triterpenoid
(sapogenin) yang terikat pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan
pentosa (Farnsworth, 1966). Hasil hidrolisisnya, yaitu sapogenin mudah larut
dalam pelarut organik (seperti kloroform, eter, n-heksan) dan tidak larut dalam air
(Trease dan Evans, 1983).
Manfaat saponin dalam bidang kesehatan pada saponin tertentu dan
turunannya memiliki fungsi sistem kekebalan tubuh spesifik pada 598 G. Francis,
dkk,. telah melakukan uji hewan Saponin juga menunjukkan efek luas sitostatik
terhadap sel kanker. Kemampuan saponin untuk menurunkan tingkat kolesterol
serum hewan juga telah diteliti. Efek menguntungkan yang ditunjukkan saponin,
yang terdapat dalam makanan dan sebagai obat terhadap dua dari bahaya
kesehatan utama di banyak negara; obesitas dan kanker. Saponin juga memiliki
efek antiprotozoal sterol-dimediasi dan efek antijamur, dan efek molluscicidal dan
antivirus, juga menawarkan potensi yang cukup besar dalam mengelola berbagai
penyakit (Francis, dkk., 2002).
b. Steroid/Triterpenoid
Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantrena. Steroid dianggap sebagai senyawa satwa tetapi makin banyak

9

Universitas Sumatera Utara

senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Tiga
senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi
yaitu: sitosterol, stigmasterol dan kampesterol (Harborne,1987). Beberapa
senyawa steroid barangkali mempunyai peran dalam struktur membrane, sebagai
hormon kelamin dan feromon, pada tumbuhan steroid berperan sebagai pelindung
dari serangga (Robinson, 1995).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik
yaitu skualena.Triterpenoid dapat dibagi atas empat golongan yaitu triterpenoid
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.Triterpena atau steroid yang
terutama terdapat sebagai glikosida. Triterpenoid merupakan senyawa yang
berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar
dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Sebagian besar senyawa ini
memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard (asam asetat
anhidrida-asam sulfat pekat (Harborne, 1987).
Berbagai macam aktivitas fisiologis yang menarik ditunjukkan oleh
beberapa triterpenoid, dan senyawa ini merupakan komponen aktif dalam
tumbuhan


yang

telah

digunakan

untuk

penyakit

tertentu

termasuk

diabetes,gangguan menstruasi, gangguan kulit, kerusakan hati, malaria, antifungi,
antibakteri dan antivirus (Robinson, 1995).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-


10
Universitas Sumatera Utara

bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan
tertentu (Harborne, 1987).
Hasil ekstraksi disebut ekstrak, yaitu sediaan kental atau cair yang diperoleh
dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan pelarut yang sesuai kemudian
menguapkan semua atau hampir semua pelarut yang digunakan pada eksraksi
(Depkes RI, 1995).
Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan.Zat aktif yang
terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan kedalam golongan minyak
atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain (Depkes, 2000).
Menurut Depkes RI (2000), beberapa metode ekstraksi yang sering
digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:
a. Cara Dingin
i.Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.

Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi
kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
ii. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan, tahap perendaman
antara dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak).

11
Universitas Sumatera Utara

b. Cara Panas
i. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pemanasan menggunakan
alatpada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
ii.Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontiniu pada
temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50ºC.
iii. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian berulang-ulang dengan pelarut tertentu
yang mudah menguap, dilakukan dengan menggunakan soklet sehingga menjadi
ekstraksi kontiniu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
iv. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan pemanasan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90ºC selama 15 menit.
v. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan pemanasan menggunakan pelarut
air pada temperatur 90ºC selama 30 menit.
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas didefinisikan sebagai suatu atom atau molekul yang
mempunyai satu atau lebih electron yang tidak berpasangan pada orbital
terluarnya, bersifat sangat reaktif dan tidak stabil (Muchtadi, 2013). Radikal bebas
akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron

12
Universitas Sumatera Utara

dan dapat mengubah suatu molekul menjadi radikal sehingga tercapainya
kestabilan (Winarsi, 2011).
Senyawa ini sangat reaktif dan dengan mudah menjurus ke reaksi yang tidak
terkontrol menghasilkan ikatan silang (cross-link) pada DNA, protein, lipida atau
kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada biomolekul. Radikal
bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari berbagai penyakit
degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak dan
penyakit degenerasi saraf seperti parkinson (Silalahi, 2006).
Menurut Hamid, dkk (2010), radikal bebas terbentuk dari 3 tahapan reaksi
berantai berikut:
a. Tahap Inisiasi
(1) RH + initiator → R′ + H′
(2)

R′ →R′ + O2→ ROO′

b. Tahap Propagasi
(1)

R′ + O2→ ROO′

(2) ROO′ + RH → ROOH + R′
c. Tahap Terminasi
(1) R′ + R′ → RR
(2) R′ + ROO′ → ROOR
Menurut Kumalaningsih (2006), pembentukan radikal bebas melalui 3
tahapan reaksi, yaitu:
a. tahap inisiasi: tahap awal terbentuknya radikal bebas.
b. tahap propagasi: tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi

13
Universitas Sumatera Utara

antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru.
c. tahap terminasi:terjadinya pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal bebas
yang lain sehingga membentuk senyawa non-radikal yang biasanya kurang
reaktif dari radikal induknya.
Reaksi ini akan terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kanker, jantung koroner, katarak,
serta penyakit degenerative lainnya (Muctadi, 2013; Sudiana, 2008). Reaktvitas
radikal bebas ini dapat diredam oleh antioksidan (Winarsi, 2011).
2.4 Antioksidan
Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi
atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan
hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006). Antioksidan bekerja dengan cara
memerangkap spesies oksigen reaktif, menghambat pembentukan radikal,
mengikat ion logam transisi, mencegah terbentuknya radikal hidroksil‾) (OH
(Gupta dan Sharma, 2006).
Menurut Kumalaningsih (2006) dan Hamid, dkk.,(2010), antioksidan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Antioksidan primer
Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas yang
baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya.Contohnya adalah enzim superoksida dismutase
(SOD), glutation peroksidase dan katalase, yang berfungsi sebagai pelindung
hancurnya sel-sel dalam tubuh karena radikal.Antioksidan primer sering disebut
antioksidan enzimatis.

14
Universitas Sumatera Utara

b. Antioksidan sekunder
Antioksidan

sekunder

merupakan

senyawa

fenol

yang

berfungsi

memerangkapradikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga
tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan
sekunder adalah antioksidan vitamin, contoh: vitamin E, vitamin C, vitamin A.
dan senyawa fitokimia, contoh : flavonoid, katekin, karotenoid, dan β-karoten
yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
Antioksidan sintetik contoh: BHA (butylated hydroxyl anisole), BHT
(butylated hydroxyrotoluene), PG, (propy gallate), EDTA ( ethylene diamine
tetraacetic acid), TBHQ (tertiary butyl hydroquinone) dan NDGA (nordihydro
guaretic acid).
c. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas, biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang
dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Contohnya enzim metinion sulfoksidan
reduktase, enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita
kanker.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin , tokofenol dan
asam- asam organic. Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai preduksi,
penangkap radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).
2.4.1 Antioksidan alami
Sayur-sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi (vitamin, mineral, serat

15
Universitas Sumatera Utara

pangan) serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia. Zat
bioaktif ini bekerja secara sinergis, meliputi mekanisme enzim detoksifikasi,
peningkatan sistem kekebalan, pengurangan agregasi platelet, pengaturan sintesis
kolesterol dan metabolisme hormon, penurunan tekanan darah, antioksidan,
antibakteri serta efek antivirus (Silalahi, 2006).
2.4.2 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumusmolekul C6H806. Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna
putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna
gelap, dalam keadaan kering stabil diudara namun dalam larutan cepat
teroksidasi.Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen (Depkes RI,
1979).Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Rumus bangun vitamin C ( Packer, 2002).
Sifatnya yang larut dalam air, vitamin C bekerja melindungi bagian tubuh
dari radikal bebas yang larut dalam air dengan mendonorkan elektronnya ke
dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu bereaksi
dengan radikal bebas dan mengubahnya menjadi radikal bebas askorbil yang
kurang reaktif, kemudian membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam
dehidroaskorbat.Bentuk tereduksi ini dapat diubah kembali menjadi asam askorbat

16
Universitas Sumatera Utara

oleh enzim monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase
(Packer, 2002).
2.4.3 Flavonoid
Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar,
mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, mempunyai cincin piran,
tersusun dalam konfigurasi (C6-C3-C6), yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan 3 karbon (Markham, 1988; Robinson, 1995). Rumus
bangun turunan flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rumus bangun Flavonoid (Harbone, 1987).
Flavonoid

mengandung

system

aromatic

terkonjugasi

sehingga

menunjukkan pita serapan kuat pada spectrum UV dan sinar tampak.Umumnya
terdapat dalam bentuk terikat pada gula sebagai glikosida sehingga untuk
menganalisis flavonoid, lebih baik ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu
untuk senyawa pereduksi dengan aglikon (Harbone. 1987).Flavonoid merupakan
senyawa sebagai preduksi yang dapat menghambat reaksi oksidasi sehingga dapat
dijadikan sebagai antioksidan (Robinson, 1995). Senyawa ini berperan sebagai
donor hidrogen terhadap radikal bebas karena gugus hidroksil (Silalahi, 2006).
2.5 Penentuan Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
Pada tahun 1922, Goldschmidt dan Renn menemukan senyawa berwarna
ungu radikal bebas stabil DPPH, yang sekarang digunakan sebagai reagen
kolorimetri untuk proses redoks. DPPH sangat berguna dalam berbagai

17
Universitas Sumatera Utara

penyelidikan seperti inhibisi atau radikal polimerisasi kimia, penentuan sifat
antioksidan amina, fenol atau senyawa alami (vitamin, ekstrak tumbuh-tumbuhan,
obat, obat-obatan) dan untuk menghambat reaksi homolitik. DPPH berwarna
sangat ungu seperti KMnO4 dan bentuk tereduksinya yaitu 1,1-difenil-2picrylhydrazine (DPPH-H) yang berwarna orange-kuning. DPPH tidak larut
dalam air (Ionita, 2005).
2.5.1 DPPH
DPPH merupakan singkatan umum untuk senyawa kimia organik yaitu 1,1diphenyl-2-picrylhydrazil. DPPH adalah bubuk kristal berwarna gelap terdiri dari
molekul radikal bebas yang stabil. DPPH mempunyai berat molekul 394.32
dengan rumus molekul C18H12N5O6, larut dalam air. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik pada suhu -20°C (Molyneux, 2004). Rumus bangun DPPH dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Rumus Bangun DPPH (Molyneux, 2004)
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar. Prinsip
metode pemerangkapan radikal bebas DPPH, yaitu elektron ganjil pada molekul
DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 516
nm.Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal

18
Universitas Sumatera Utara

hidrogen pada DPPHakan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH
(Molyneux, 2004).Warna ungu larutan DPPH akan berubah menjadi kuning
lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang
dari senyawa antioksidan (Prakash, 2001). Reaksi radikal bebas DPPH dengan
antioksidan dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Reaksi radikal bebas DPPH dengan antioksidan (Prakash, 2001).
2.5.2 Pelarut
Metode DPPH akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau
etanol karena kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel
uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).
2.5.3 Pengukuran panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal (Gandjar dan
Rohman, 2007).Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam
pengukuran sampel uji pada metode pemerangkapan radikal bebas DPPH sangat

19
Universitas Sumatera Utara

bervariasi. Menurut beberapa literatur, panjang gelombang maksimum untuk
DPPH antaralain 515-520 nm (Molyneux, 2004).
2.5.4 Waktu pengukuran
Waktu pengukuran atau waktu kerja (operating time)bertujuan untuk
mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pengukuran yakni saat sampel
dalam kondisi yang stabil. Waktu pengukuran yang digunakan dalam beberapa
penelitian sangatlah bervariasi, yaitu 1-240 menit. Waktu pengukuran yang paling
banyak direkomendasikan menurut literatur adalah 60 menit (Rosidah, dkk., 2008;
Molyneux, 2004; Marinova dan Batchvarov, 2011).
2.6 Spektrofotometri UV-Visibel
Ahli kimia telah lama menggunakan warna sebagai bantuan dalam
mengenali zat-zat kimia.Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
pemeriksaan visual, yaitu dengan menggunakan alat untuk mengukur absorpsi
energi radiasi macam-macam zat kimia dan memungkinkan dilakukannya
pengukuran kualitatif dari suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar (Day dan
Underwood, 1986).
Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator,
tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau
pencatat (Depkes RI, 1979).Spektrofotometer yang sering digunakan dalam dunia
industri farmasi salah satu adalah spektrofotometer ultraviolet dengan panjang
gelombang 200 - 400 nm dan visibel (cahaya tampak) dengan panjang gelombang
400-800 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

20
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

4 23 83

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Simplisia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Bunga Pisang Klutuk (Musa Balbisiana) BB Dengan Metode DPPH

4 25 76

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

0 0 16

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

0 0 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

0 0 4

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall.) Metode DPPH

0 0 17

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Simplisia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Bunga Pisang Klutuk (Musa Balbisiana) BB Dengan Metode DPPH

0 0 15

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Simplisia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Bunga Pisang Klutuk (Musa Balbisiana) BB Dengan Metode DPPH

0 0 2

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia Simplisia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Bunga Pisang Klutuk (Musa Balbisiana) BB Dengan Metode DPPH

0 0 5