Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengetahuan (Knowledge)
Purwodarminto dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah

segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal objek. Pengetahuan merupakan
hasil “tahu” dan hal ini terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

atau kognitip merupakan

domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Bloom dalam Notoatmodjo

(2003),

menyebutkan


pengetahuan atau

knowledge adalah individu hasil tahu apa yang dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui
indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek.
Roger dalam Notoatmodjo (2003), proses perubahan perilaku atau
penerimaan ide baru adalah suatu proses kejiwaan yang dialami individu sejak
pertama kali menerima informasi atau memperoleh pengetahuan mengenai suatu hal
yang baru sampai saat ini memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru
tersebut. Proses tersebut berjalan melalui 4 tahap, yaitu: (1) Pengetahuan
(Knowledge), dalam hal ini subjek mengenal suatu hal yang baru serta memahaminya,
(2) Persuasi (Persuation), dalam hal ini individu membentuk sikap positip atau
negatip terhadap ide atau objek baru tersebut, (3) Decision, masyarakat telah

Universitas Sumatera Utara

memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru, untuk itu perlu adanya motivasi yang
kuat dari petugas kesehatan dan juga penerangan yang jelas agar putusan mereka
tidak merupakan paksaan, dan (4) Confirmation, apabila masyarakat atau individu

telah mau melaksanakan tingkah laku yang baru sesuai dengan norma-norma
kesehatan, kita tinggal menguatkan tingkah laku yang baru.
Margono dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan adalah
kemampuan untuk mengerti dan menggunakan informasi. Selanjutnya disebutkan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar
dapat melakukan sesuatu. Unsur-unsur tersebut adalah:
1.

Pengetahuan/pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan;

2.

Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang
dilakukannya;

3.

Sarana yang diperlukan untuk melakukannya; dan

4.


Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang
dirasakan.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu

terlebih daáhulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila tahu apa tujuan
dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila
tidak melakukan PSN tersebut. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk
mengetahul tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat
dikelompokkan menjadi:

Universitas Sumatera Utara

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
a. Penyebab penyakit
b. Gejala atau tanda-tanda penyakit
c. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencaripengobatan
d. Bagaimana cara penularannya
e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehari-hari
meliputi:
a. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya
b. Pentingnya olahraga bagi kesehatan
c. Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minuman keras, narkoba,
dan sebagainya
d. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan.
3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
a. Manfaat air bersih
b. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran
yang sehat, dan sampah
c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
d. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya.

2.2

Kepercayaan

Universitas Sumatera Utara


2.2.1

Definisi Kepercayaan
Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), definisi kepercayaan

adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu adalah benar atau
nyata. Fishbein dan Azjen dalam Dahniar (2009) kepercayaan atau keyakinan
dengan kata ”belief’” memiliki pengertian sebagai inti dari setiap tingkah laku
manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk
menentukan persepsi terhadap suatu objek.
Rousseau, (1998) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah wilayah
psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan
harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie (2006)
mendefinisikan kepercayaan adalah variabel yang sangat memengaruhi status
kesehatan karena kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan
rendah, maka usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan.
Berdasarkan pendapat di atas dapatlah penulis simpulkan bahwa kepercayaan
merupakan harapan atau keinginan yang dimiliki seseorang tanpa ada rasa kuatir dan
curiga sedikitpun dalam mencegah DBD. Secara umum dalam suatu hubungan
diperlukan adanya kepercayaan. Kepercayaan menjadi dasar sebagai jaminan awal

dari suatu hubungan dua orang atau lebih dalam bekerjasama termasuk petugas
kesehatan. Kepercayaan itu sendiri dapat tumbuh dengan sendirinya seiring waktu
saat berjalannya hubungan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat cenderung menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan
pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenisjenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut
dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana
tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4%
percaya untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kepercayaaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun
di beberapa daerah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih
rendah karena petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal
masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyai kharismatik.
2.2.2

Dimensi Kepercayaan
Dimensi kepercayaan menurut Sarafino (2002) terdiri dari motivasi dan


emosional.
a. Motivasi dalam kepercayaan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa keinginan dan preferensi orang-orang
berpengaruh terhadap utilitas dan keabsahan informasi baru yang mereka buat,
melalui suatu proses yang disebut penalaran termotivasi (Kunda, 1990). Di dalam
satu bentuk penalaran termotivasi, individu-individu lebih suka mencapai suatu
kesimpulan tertentu, misalnya terus makan makanan yang mengandung lemak atau

Universitas Sumatera Utara

merokok kretek, cenderung memakai proses bias; mereka mencari tahu alasan-alasan
menerima dukungan informasi dan mengurangi penyampaian informasi.
Alasan-alasan yang mereka pilih kelihatannya dapat mereka terima, pun jika
secara logika benar-benar salah. Orang-orang tampaknya cenderung menggunakan
proses penalaran bias menjadi cukup stabil dan konsisten di berbagai situasi.
(Sarafino, 2002).
Penelitian memperlihatkan proses berpikir yang tidak rasional pada beberapa
tipe keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Pertama, orang dengan sakit
kronis, seperti diabetes, yang cenderung menggunakan pola berpikir tidak logis pada

situasi yang berkaitan dengan kesehatannya cenderung tidak mengikuti saran medis
dalam memanajemen kesehatannya (Christensen, 1999). Mungkin perasaan terancam
yang tinggi memotivasi mereka menggunakan penyangkalan. Sama halnya, individuindividu yang kelihatan menggunakan informasi yang tidak relevan, seperti secara
atraktif pasangan seksual menilai resiko berhubungan seks dengan orang tersebut
(Blandon & Gerrard, 1997). Kedua, resiko orang yang merokok kretek lebih rendah
daripada yang bukan perokok ketika diminta untuk menilai resiko mereka sendiri
terhadap penyakit yang berhubungan dengan rokok, seperti kanker paru-paru.
Kepercayaan seperti itu sangat resisten terhadap perubahan (Kreuter & Stretcher,
1995).
b. Emosional dalam kepercayaan
Stress juga berdampak pada proses kognitif orang yang menggunakannya
dalam pengambilan keputusan. Teori konflik memberikan satu model untuk menilai

Universitas Sumatera Utara

pengambilan keputusan secara rasional dan tidak rasional, dan stress adalah faktor
penting dalam model ini (Janis & Mann, 1977). Model ini menggambarkan urutan
kognitif dimana orang-orang membuat keputusan penting, termasuk keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan. Menurut teori konflik, urutan kognitif yang
digunakan orang untuk sampai pada suatu keputusan stabil dimulai saat suatu

peristiwa petualangan mereka atau pada gaya hidup. Petualangan juga dapat menjadi
satu ancaman, seperti gejala sakit atau satu berita sejarah tentang bahaya merokok,
atau suatu peluang, seperti kesempatan mengikuti suatu program gratis pada acara
untuk menghentikan rokok. Langkah pertama dalam urutan kognitif termasuklah
menilai tantangan, yang pada dasarnya menjawab pertanyaan: “Adakah resiko serius
jika saya tidak berubah?” Jika jawabannya ‘tidak’ perilaku tetap sama dan proses
pengambilan keputusan berakhir; tetapi jika jawabannya adalah ‘ya’, proses
berlanjut-misalnya, dengan sebuah alternatif survey untuk menyetujui tantangan.
Menurut Goleman (2007) sistem pemahaman impulsif yang berpengaruh
besar, adalah pikiran emosional. Lebih lanjut, dikemukakan ciri utama pikiran
emosional, yakni respons yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih
cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat tanpa mempertimbangkan
sekejap pun apa yang dilakukannya. Kecepatan itu, mengesampingkan pikiran hatihati dan analitis yang merupakan ciri khas akal yang berpikir atau tindakan pikiran
rasional.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari
partisipasi perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum, partisipasi

Universitas Sumatera Utara

masyarakat penyelenggara, serta partisipasi masyarakat profesi kesehatan. Sejalan

dengan itu masyarakat mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya pemeliharaan
kesehatannya sendiri, keluarga maupun lingkungan. Bahkan diharapkan ikut berperan
secara aktif dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2007).
Ada beberapa model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan
bagaimana sebuah perilaku terbentuk, teori Health Belief Model (HBM) dan Becker
& Rosenstock. Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih
menentukan keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yang
sebenarnya. Teori HBM oleh Rosenstock (1974) didasarkan pada empat elemen
persepsi seseorang, yaitu:
a. Perceived suscepilbility: penilalan individu mengenai kerentanan mereka terhadap
suatu penyakit.
b. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan
konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
c. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui
untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan fnansial,
fisik, dan psikososial.
d. Perceived benefits: penilaian ndividu mengenai keuntungan yang didapat dengan
mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.
Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan
faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu:


Universitas Sumatera Utara

a. Variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan sebagainya.
b. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dan sebagainya.
c. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.
d. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan
yang disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat
kabar dan majalah, saran dan ahli, dan sebagainya (Smet, 1994).

2.3

Demam Berdarah Dengue

2.3.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai
dengan 1). Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari; 2) Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan
konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis,
melena, hematuri) termasuk uji Torniquet (Rumple Leede) positif; 3) Trombositopeni
(jumlah trombosit≤ 100.000/ µl); 4) Hemokonsentras i (peningkatan hematokrit
≥ 20%); dan 5) Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes
RI, 2010).
Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian material dan
moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas
kerja bagi penderita, kehilangan wisatawan akibat pemberitaan buruk terhadap daerah
kejadian dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa (Lloyd, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai
dengan : (1) demam mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 2-7 hari, (2). Manifestasi pendarahan (petekie, purpura, pendarahan
kunjungtiva, epistaksis, ekimosis, pendarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri)
termasuk uji tourniquest (Rumple Leede) Positif, (3) trombositopeni (jumlah
trombositpeni (jumlah trombosit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

3 45 131

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 1 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi Chapter III VI

0 0 35

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 5

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18