Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN IBU TERHADAP TINDAKAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KELURAHAN TUALANG KECAMATAN PADANG HULU KOTA TEBING TINGGI

TESIS

OLEH HAFIZAH 077012008 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF MOTHERS’ KNOWLEDGE AND CONFIDENCE ON THE PREVENTIVE ACTION AGAINST DBD (HEMORRHAGIC FEVER)

AT KELURAHAN TUALANG, PADANG HULU SUBDISTRICT, TEBING TINGGI

THESIS

BY

HAFIZAH 077012008/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN IBU TERHADAP TINDAKAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KELURAHAN TUALANG KECAMATAN PADANG HULU KOTA TEBING TINGGI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH HAFIZAH 077012008 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN

KEPERCAYAAN IBU TERHADAP TINDAKAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TUALANG

KECAMATAN PADANG HULU KOTA TEBING TINGGI

Nama Mahasiswa : Hafizah Nomor Induk Mahasiswa : 077012008

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska) Ketua

(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 25 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska

Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Heldy BZ, M.P.H


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN IBU TERHADAP TINDAKAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KELURAHAN TUALANG KECAMATAN PADANG HULU KOTA TEBING TINGGI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012


(7)

ABSTRAK

Sampai saat ini, masyarakat belum mampu mengatasi penyakit DBD dimana kurang terlibatnya mereka dalam kebersihan lingkungan terutama dalam menghilangkan sarang-sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk dan kurang memahami pentingnya melaksanakan tindakan pencegahan DBD disertai kurangnya kepercayaan terhadap penyelenggaraan kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan penyakit DBD. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi kebiasaan anggota keluarga dalam upaya pencegahan kasus DBD masih rendah, anggota keluarga kurang memahami bahwa untuk menghindari terjadinya penyakit DBD merupakan tanggungjawab bersama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap tindakan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi. Jenis penelitian adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 1332 KK yang tersebar di 6 lingkungan. Jumlah sampel dalam penelititian ditentukan berdasarkan rumus Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 93 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan multivariat dengan melakukan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap tindakan mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi serta kepercayaan dalam mencegah DBD dominan memengaruhi.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan membuat pertemuan untuk mengevaluasi kerja kader dan jumantik, mengevaluasi penyelenggaraan sosialisai penyakit menular yang rutin diadakan, lebih memberdayakan petugas puskesmas dalam pemberian informasi kesehatan, melaksanakam program pencegahan DBD seperti fogging, pemeriksaan jentik, penyuluhan dengan ikut melibatkan warga, pertemuan mengundang tokoh-tokoh masyarakat, dan lebih mengaktifkan lagi pukesmas untuk melaksanakan surveilans demam berdarah serta membuat suatu kebijakan program fogging dilaksanakan langsung oleh puskesmas.


(8)

ABSTRACT

Up to the present time, people have not been able to handle DBD (hemorrhagic fever or dengue) because they are not active in the environmental sanitation, especially in eliminating larva nests where mosquitoes breed, lack of knowledge about the importance of preventive action against DBD, and lack of confidence in the health organization in carrying out the prevention from DBD. Based on the preliminary survey at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi, it was found that the family members’ habit in preventing them from DBD was low; they did not know that keeping away from DBD was their own responsibility.

The aim of the research was to know and analyze the influence of mothers’ knowledge and confidence on preventive action against DBD at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi, The type of the research was a survey with cross sectional approach. The population was 1332 families who lived scattered in six neighborhoods at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi. 93 people were used as the samples, based on Slovin formula. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using univatriate and bivatriate analysis, using Chi square test and multivatriate analysis, using logistic regression test.

The result of the research showed that housewives’ knowledge and confidence influenced the preventive action against DBD at kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi. The variable of confidence had dominant influence on the preventive action against DBD.

It is recommended that Head of the Health Service should hold quarterly meetings routinely in order to evaluate the cadres’ performance in preventing DBD, empower health workers at puskesmas (public health center), and carry out the program of prevention from DBD by fogging, examination of larvae, and counseling by involving all people at the kelurahan in every activity of eradicating DBD.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi rahmat dan berkat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul ” Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si.

4. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Fikarwin Zuska dan Anggota Komisi Pembimbing Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H., atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

5. Tim Penguji DR.Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Heldy BZ, M.P.H. yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis. 6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan kesempatan

dan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Pimpinan Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

9. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada orangtua Ayahanda MB.Abdul Hameed dan Ibunda Najmun Nisa serta keluarga besar dan suami

tercinta Drs.Zainal Kasim yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2012 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Hafizah, lahir pada tanggal 1 Juli 1967 di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Ahmad Yani No. 191 Tebing Tinggi. Penulis menikah dengan Drs. Zainal Kasim pada tanggal 24 April 1992.

Pendidikan, SDN No. 164612 Tebing Tinggi (1980), SMP Kapten M.Tendean Tebing Tinggi (1983), SMAN Ir.H. Djuanda Tebing Tinggi (1986), Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan (1997).

Penulis memulai karir sebagai dokter pegawai tidak tetap (PTT) di Puskesmas Padang Ganting Sumatera Barat sampai tahun 2001. Penulis menjadi PNS tahun 2002 sampai sekarang dan bekerja sebagai dokter di Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Hipotesis ... 10

1.5Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1Pengetahuan ... 12

2.2Kepercayaan ... 15

2.2.1 Definisi Kepercayaan ... 15

2.2.2 Dimensi Kepercayaan... 16

2.3Demam Berdarah Dengue ... 20

2.3.1 Definisi ... 20

2.3.2 Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue ... 21

2.3.3 Gejala-Gejala yang Ditimbulkan oleh Demam Berdarah Dengue ... 22

2.3.4 Cara Penularan Demam Berdarah Dengue ... 24

2.3.5 Tindakan Pencegahan DBD ... 24

2.4Perilaku Kesehatan ... 38

2.4.1 Definisi Perilaku Kesehatan ... 38

2.4.2 Aspek-aspek Perilaku ... 40

2.5Landasan Teori ... 42

2.6Kerangka Konsep ... 44

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 45

3.1Jenis Penelitian ... 45

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.3Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi ... 46

3.3.2 Sampel ... 46

3.4Metode Pengumpulan Data ... 47


(14)

3.6Metode Pengukuran ... 51

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 52

3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 53

3.7Metode Analisis Data ... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... .. 55

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

4.2Hasil Penelitian ... 56

4.2.1 Analisa Univariat ... 56

4.2.2 Analisa Bivariat... 67

4.2.3 Analisa Multivariat ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN... 71

5.1Pengaruh Pengetahuan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 71

5.2Pengaruh Kepercayaan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1Kesimpulan... 78

6.2Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1.1. Data Kasus DBD Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu

Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 ... 4 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Lingkungan di Kelurahan Tualang

Tebing Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi 2012 ... 47 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Pengetahuan dan Kepercayaan ... 49 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Tindakan Mencegah DBD ... 50 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 54 4.1. Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Tualang

Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 57 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan

di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing

Tinggi ... 59 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 60 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan

Berdasarkan Persepsi Manfaat terhadap Informasi di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 61 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan

Berdasarkan Isyarat Untuk Bertindak di Kelurahan Tualang

Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 62 4.6. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden di Kelurahan


(16)

4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan Mencegah DBD Berdasarkan Kebersihan Lingkungan/Rumah di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing

Tinggi ... 64 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan

Mencegah DBD Berdasarkan Pencahayaan di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 64 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan

Mencegah DBD Berdasarkan Penampungan Air di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 65 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Tindakan

Mencegah DBD Berdasarkan Kebiasaan Perilaku Keluarga di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing

Tinggi ... 66 4.11. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden di Kelurahan

Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 67 4.1.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Mencegah DBD di

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing

Tinggi ... 68 4.1.3 Hubungan Kepercayaan dengan Tindakan Mencegah DBD di

Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing

Tinggi ... 68 4.1.4 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Pengetahuan dan

Kepercayaan terhadap Tindakan Mencegah DBD di Kelurahan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Cara Pemberantasan DBD ... 25 2.2. Tempat Sarang Nyamuk ... 27 2.3. Hubungan antara Serangga Vektor dengan Lingkungan, Inang

dan Manusia ... 30 2.4. Determinan Perilaku Manusia ... 43 2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 44


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 85

2 Surat Izin Penelitian dari Kota Tebing Tinggi ... 86

3 Surat Telah Selesai Meneliti dari Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi ... 87

4. Kuesioner Penelitian... 88

5. Pengolahan Data... 99


(19)

ABSTRAK

Sampai saat ini, masyarakat belum mampu mengatasi penyakit DBD dimana kurang terlibatnya mereka dalam kebersihan lingkungan terutama dalam menghilangkan sarang-sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk dan kurang memahami pentingnya melaksanakan tindakan pencegahan DBD disertai kurangnya kepercayaan terhadap penyelenggaraan kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan penyakit DBD. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi kebiasaan anggota keluarga dalam upaya pencegahan kasus DBD masih rendah, anggota keluarga kurang memahami bahwa untuk menghindari terjadinya penyakit DBD merupakan tanggungjawab bersama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap tindakan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi. Jenis penelitian adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 1332 KK yang tersebar di 6 lingkungan. Jumlah sampel dalam penelititian ditentukan berdasarkan rumus Slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 93 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan multivariat dengan melakukan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap tindakan mencegah DBD di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi serta kepercayaan dalam mencegah DBD dominan memengaruhi.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan membuat pertemuan untuk mengevaluasi kerja kader dan jumantik, mengevaluasi penyelenggaraan sosialisai penyakit menular yang rutin diadakan, lebih memberdayakan petugas puskesmas dalam pemberian informasi kesehatan, melaksanakam program pencegahan DBD seperti fogging, pemeriksaan jentik, penyuluhan dengan ikut melibatkan warga, pertemuan mengundang tokoh-tokoh masyarakat, dan lebih mengaktifkan lagi pukesmas untuk melaksanakan surveilans demam berdarah serta membuat suatu kebijakan program fogging dilaksanakan langsung oleh puskesmas.


(20)

ABSTRACT

Up to the present time, people have not been able to handle DBD (hemorrhagic fever or dengue) because they are not active in the environmental sanitation, especially in eliminating larva nests where mosquitoes breed, lack of knowledge about the importance of preventive action against DBD, and lack of confidence in the health organization in carrying out the prevention from DBD. Based on the preliminary survey at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi, it was found that the family members’ habit in preventing them from DBD was low; they did not know that keeping away from DBD was their own responsibility.

The aim of the research was to know and analyze the influence of mothers’ knowledge and confidence on preventive action against DBD at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi, The type of the research was a survey with cross sectional approach. The population was 1332 families who lived scattered in six neighborhoods at Kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi. 93 people were used as the samples, based on Slovin formula. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using univatriate and bivatriate analysis, using Chi square test and multivatriate analysis, using logistic regression test.

The result of the research showed that housewives’ knowledge and confidence influenced the preventive action against DBD at kelurahan Tualang, Padang Hulu Subdistrict, Tebing Tinggi. The variable of confidence had dominant influence on the preventive action against DBD.

It is recommended that Head of the Health Service should hold quarterly meetings routinely in order to evaluate the cadres’ performance in preventing DBD, empower health workers at puskesmas (public health center), and carry out the program of prevention from DBD by fogging, examination of larvae, and counseling by involving all people at the kelurahan in every activity of eradicating DBD.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue (Depkes RI, 2010).

Penyakit DBD merupakan penyakit endemis hampir di seluruh propinsi Indonesia. Dalam waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat dan menyebar luas serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Diperkirakan setiap tahunnya ada 300 juta kasus di Indonesia, dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan minimal 12.000 diantaranya meninggal dunia, terutama anak-anak (Depkes RI, 2007).

Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011


(22)

sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %) (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Banyak faktor yang memengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue. Beberapa di antaranya adalah faktor inang (host), lingkungan (environment) dan faktor penular serta patogen (virus). Faktor inang menyangkut kerentanan dan imunitasnya terhadap penyakit, sedangkan faktor lingkungan menyangkut kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk), dan jenis dan kepadatan nyamuk sebagai vektor penular penyakit tersebut (Suwarja, 2007).

Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat DBD perilaku masyarakat dalam melaksanakan dan menjaga kebersihan lingkunganya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DBD serta kurangnya praktik atau peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya (Rochman, 2004).

Peran serta masyarakat dalam PSN-DBD lebih diutamakan peran ibu rumah tangga karena umumnya yang bertanggung jawab mengurus rumah tangga termasuk masalah kebersihan rumah adalah ibu rumah tangga (Depkes RI, 1998).

Melalui Kepmenkes No. 581/Tahun 1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, telah ditetapkan Program Nasional Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu: surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB, pemberantasan vektor, penatalaksanaan kasus, penyuluhan, kemitraan dalam


(23)

wadah Kelompok Kerja Operasional DBD (POKJANAL) DBD, peran serta masyarakat: jumantik, pelatihan dan penelitian.

Departemen kesehatan juga telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD, pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN 3M Plus) dan Peningkatan profesionalisme pelaksana program (Depkes RI, 2008).

Kejadian DBD hampir merata terjadi di berbagai daerah Sumatera Utara selama periode tahun 2011 ditemukan 6.025 kasus dan 92 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypty. Persentase kematiannya sebesar 1,5 persen dan penyebarannya dengan insiden rate (IR) sebesar 16,2 per 100.000 penduduk dan tahun 2012 sampai bulan Mei telah ditemukan kasus DBD 1.432 kasus. Kasus DBD ditemukan tertinggi di Kota Medan pada tahun 2011 yaitu 2.384 orang dan 22 orang meninggal dunia (Dinkes Sumatera Utara, 2012) .

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu kota di Sumatera Utara terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan 35 kelurahan dengan angka kejadian kasus DBD yang berfluktuatif tiap tahunnya.Tahun 2007 jumlah kasus DBD sebanyak 351 orang, tahun 2008 sebanyak 149 orang, tahun 2009 sebanyak 230 orang, tahun 2010 sebanyak 381 orang dan tahun 2011 sebanyak 176 orang. Kasus DBD di Kecamatan


(24)

Padang Hulu tercatat 93 kasus (24,4%) merupakan kawasan dengan kasus demam berdarah dengue terbanyak dibanding dengan kecamatan lain Padang Hilir 90 kasus (23,6%), Rambutan 83 kasus (21,3%), Tebing Tinggi Kota 56 kasus (14,7%), Bajenis 59 kasus (15,5%) di tahun 2010, dan diantara 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Padang Hulu, Kelurahan Tualang tercatat dengan kasus DBD paling tinggi yaitu sejumlah 27 kasus (29,0%) (Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2010). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut ini:

Tabel 1.1. Data Kasus DBD Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi Tahun 2010

No. Kelurahan Kasus %

1 Kel.Pabatu 6 6,5

2 Padang Merbau 3 3,2

3 Lubuk Raya 4 4,3

4 Lubuk Baru 5 5,4

5 6 7

Bandarsono Tualang Persiakan

22 27 26

23,7 29,0 28,0

Total 93 100

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011

Soekanto dalam Purwatiningsih, (2005) mengatakan bahwa pengetahuan, adat-istiadat erat hubungannya dalam peningkatan partisipasi masyarakat, dan anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan menerima sanksi yang berlaku dalam masyarakat. Faktor persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan merupakan faktor seseorang dalam bertindak.


(25)

Walaupun 3M plus merupakan cara yang mudah dan bisa dilakukan dengan biaya yang sedikit pada kenyataannya cara ini belum terlaksana dengan baik. Ini sangat erat dengan kebiasaan hidup bersih dan pemahaman serta perlakuan masyarakat terhadap bahaya demam berdarah dengue ini (Kartika, 2007).

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasikan sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun sosial (Depkes. RI, 1999).

Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan DBD sangatlah diperlukan karena sangatlah mustahil dapat memutus rantai penularan jika masyarakat tidak terlibat sama sekali. Peran serta masyarakat ini dapat berwujud pelaksanaan kegiatan 3M. (menutup wadah-wadah penampungan air, mengubur atau membakar barang-barang bekas yang menjadi sarang nyamuk, dan menguras atau mengganti air di tempat tampungan air) di sekitar rumah dan melaksanakan PSN pada lingkungannya (Koban, 2005).

Notoatmomodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat antara lain : pendekatan masyarakat, dimana diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun unformal; pengorgarnisasian masyarakat dan pembentukan panitia (tim): dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa, tim kerja yang dibentuk di tiap RT yang anggotanya adalah pemuka-pemuka masyarakat RT bersangkutan dan dipimpin oleh ketua RT.


(26)

Upaya meningkatkan kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan adanya penelitian-penelitian sosial budaya masyarakat, persepsi, kepercayaan dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sarana kesehatan. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi yang salah tentang sarana kesehatan, maka kita dapat melakukan upaya perbaikan melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, program kesehatan yang diberikan akan diterima oleh masyarakat (Koalisi untuk Indonesia Sehat, 2005).

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku atau tidak berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pemikiran dan perasaan yaitu : pemikiran dan perasaan (thoughts & feeling), referensi seseorang (personnal references) ,sumber daya (resources) dan, sosial budaya (culture)). Menurut WHO alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek,, nenek atau orang lain. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Notoadmodjo, 2007).

Kepercayaan seseorang terhadap sesuatu lebih menentukan keputusan yang diambil dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya. Sebagaimana Teori Health Belief Model (HBM) oleh Rosenstock (1974) didasarkan pada lima elemen persepsi seseorang yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu: perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), perceived severity (keparahan yang dirasakan),


(27)

perceived benefit (persepsi manfaat), perceived cost (persepsi biaya/halangan) dan cues to action (isyarat untuk bertindak), seperti pemberian informasi tentang DBD, penyuluhan, melalui media massa, artikel surat kabar dan majalah, saran dan ahli sehingga masyarakat semakin yakin untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit DBD (Smet, 1994).

Program pemberantasan DBD kurang memperoleh partisipasi masyarakat khususnya keluarga, karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat . Di lain pihak juga dirasakan kurangnya pemahaman atau informasi yang disampaikan kepada masyarakat khususnya anggota keluarga mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat berpartisipasi dalam pemberantasan DBD (Depkes RI, 2007).

Wandra (1999), menyimpulkan pada hasil penelitiannya bahwa partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas masih rendah, sedangkan anggota keluarga yang paling menentukan perlu tidaknya keluarga melakukan PSN DBD (pengambil keputusan) adalah ibu rumah tangga. Pada umumnya pengetahuan ibu rumah tangga yang menjadi pengambil keputusan ini terhadap pemberantasan vektor DBD masih rendah dan hampir seluruhnya mempunyai tingkat pendidikan menengah ke bawah.

Upaya-upaya pencegahan DBD yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi melalui pemberian abatesasi dan pengasapan untuk memutuskan rantai penyebaran dan perkembangbiakan vektor. Program sosialisasi bagi kader – kader posyandu atau pun kader yang ditunjuk oleh kelurahan setempat yang


(28)

umumnya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga juga dilaksanakan 2 kali setahun serta penyuluhan kesehatan lingkungan langsung ke masyarakat. Namun karena tingginya biaya dan keterbatasan anggaran maka upaya tersebut kurang dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

Bentuk kegiatan lain yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam upaya pengendalian DBD adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan mengikuti pedoman gerakan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) berupa kegiatan pengurasan dan penutupan tempat-tempat penampungan air serta menimbun barang-barang tempat perkembangbiakan vektor penular virus dengue. Diakui gerakan 3M ini merupakan kegiatan yang praktis, murah, dan dapat dilakukan oleh siapapun dan di manapun. Namun untuk melaksanakan kegiatan ini, dibutuhkan partisipasi aktif anggota masyarakat terkait pelaksanaan kegiatan tersebut (Profil Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, 2010). Selain itu sejak Mei 2011 Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi telah membentuk Kader PSN atau jumantik di tiap –tiap lingkungan sesuai SK Kepala Dinas Kota Tebing Tinggi Nomor: 440.04/722/SK/V/2011 tentang Pembentukan Kader Jumantik di kelurahan se Kota Tebing Tinggi.

Hasil pengamatan di lapangan pada umumnya warga lingkungan relatif bersih tetapi masih banyak terlihat tumpukan sampah di depan dan samping rumah dan masih adanya genangan serta penampungan air di rumah beberapa warga. Selain itu menurut penjelasan warga ada kebiasaan menggantung baju kotor, yang hal ini merupakan tempat bertenggernya nyamuk. Kebiasaan dan kondisi lingkungan tersebut merupakan faktor yang berperan dalam berkembangnya nyamuk penyebab


(29)

demam berdarah. Faktor perilaku hidup bersih dan sehat belum dapat diterapkan dalam keluarga. Selain itu kader-kader yang pada umumnya adalah ibu-ibu rumah tangga kurang dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat dan kader tersebut tidak dapat menjadi contoh dalam berperilaku hidup sehat. Kondisi tersebut membuat keyakinan masyarakat kurang percaya terhadap program pencegahan DBD.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi kebiasaan anggota keluarga dalam upaya pencegahan kasus DBD masih rendah, anggota keluarga kurang memahami bahwa untuk menghindari terjadinya penyakit DBD merupakan tanggungjawab bersama. Kegiatan kebersihan rumah tangga hanya ditangani langsung oleh ibu saja. Ibu merasa bahwa penyelenggaran program kesehatan belum dapat mencegah kasus DBD di Kota Tebing Tinggi. Teknik atau cara penyampaian informasi kesehatan oleh petugas kesehatan belum dapat meningkatkan pemahaman anggota keluarga dalam mencegah DBD. Ibu merasa terjadinya DBD merupakan tanggung jawab pemerintah yang kurang kompetensi dalam menanggulangi penyakit DBD sehingga keyakinan ibu terhadap penyelenggaraan kesehatan belum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sampai saat ini, masyarakat belum mampu mengatasi penyakit DBD dimana kurang terlibatnya mereka dalam kebersihan lingkungan terutama dalam menghilangkan sarang-sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk dan kurang memahami pentingnya melaksanakan tindakan pencegahan DBD disertai kurangnya kepercayaan terhadap penyelenggaraan kesehatan dalam pelaksanaan pencegahan


(30)

penyakit DBD. Berdasarkan fenomena dan pendapat di atas, maka penulis ingin mengulas lebih dalam: “Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan fenomena dan pendapat di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: Bagaimana pengaruh pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap tindakan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap tindakan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap tindakan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian


(31)

1. Bahan masukan bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam merumuskan kebijakan administrasi kesehatan, khususnya upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan.

2. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi dalam menyusun program pencegahan dan penanggulangan DBD.

3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam penelitian ini untuk perbaikan dan pengembangan model program kesehatan penyakit berbasis lingkungan khususnya dalam mencegah DBD.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Purwodarminto dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal objek. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitip merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Bloom dalam Notoatmodjo (2003), menyebutkan pengetahuan atau knowledge adalah individu hasil tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Roger dalam Notoatmodjo (2003), proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah suatu proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali menerima informasi atau memperoleh pengetahuan mengenai suatu hal yang baru sampai saat ini memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. Proses tersebut berjalan melalui 4 tahap, yaitu: (1) Pengetahuan (Knowledge), dalam hal ini subjek mengenal suatu hal yang baru serta memahaminya, (2) Persuasi (Persuation), dalam hal ini individu membentuk sikap positip atau negatip terhadap ide atau objek baru tersebut, (3) Decision, masyarakat telah


(33)

memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru, untuk itu perlu adanya motivasi yang kuat dari petugas kesehatan dan juga penerangan yang jelas agar putusan mereka tidak merupakan paksaan, dan (4) Confirmation, apabila masyarakat atau individu telah mau melaksanakan tingkah laku yang baru sesuai dengan norma-norma kesehatan, kita tinggal menguatkan tingkah laku yang baru.

Margono dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan adalah kemampuan untuk mengerti dan menggunakan informasi. Selanjutnya disebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar dapat melakukan sesuatu. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Pengetahuan/pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan;

2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya;

3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya; dan

4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakan.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih daáhulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) apabila tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahul tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:


(34)

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: a. Penyebab penyakit

b. Gejala atau tanda-tanda penyakit

c. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencaripengobatan d. Bagaimana cara penularannya

e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehari-hari meliputi:

a. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya b. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

c. Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minuman keras, narkoba, dan sebagainya

d. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan. 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

a. Manfaat air bersih

b. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah

c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

d. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya.


(35)

2.2.1 Definisi Kepercayaan

Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), definisi kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu adalah benar atau nyata. Fishbein dan Azjen dalam Dahniar (2009) kepercayaan atau keyakinan dengan kata ”belief’” memiliki pengertian sebagai inti dari setiap tingkah laku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek.

Rousseau, (1998) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie (2006) mendefinisikan kepercayaan adalah variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah, maka usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas dapatlah penulis simpulkan bahwa kepercayaan merupakan harapan atau keinginan yang dimiliki seseorang tanpa ada rasa kuatir dan curiga sedikitpun dalam mencegah DBD. Secara umum dalam suatu hubungan diperlukan adanya kepercayaan. Kepercayaan menjadi dasar sebagai jaminan awal dari suatu hubungan dua orang atau lebih dalam bekerjasama termasuk petugas kesehatan. Kepercayaan itu sendiri dapat tumbuh dengan sendirinya seiring waktu saat berjalannya hubungan tersebut.


(36)

Masyarakat cenderung menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Menurut penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% percaya untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun di beberapa daerah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih rendah karena petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyai kharismatik.

2.2.2 Dimensi Kepercayaan

Dimensi kepercayaan menurut Sarafino (2002) terdiri dari motivasi dan emosional.

a. Motivasi dalam kepercayaan

Temuan penelitian menunjukkan bahwa keinginan dan preferensi orang-orang berpengaruh terhadap utilitas dan keabsahan informasi baru yang mereka buat, melalui suatu proses yang disebut penalaran termotivasi (Kunda, 1990). Di dalam satu bentuk penalaran termotivasi, individu-individu lebih suka mencapai suatu kesimpulan tertentu, misalnya terus makan makanan yang mengandung lemak atau


(37)

merokok kretek, cenderung memakai proses bias; mereka mencari tahu alasan-alasan menerima dukungan informasi dan mengurangi penyampaian informasi.

Alasan-alasan yang mereka pilih kelihatannya dapat mereka terima, pun jika secara logika benar-benar salah. Orang-orang tampaknya cenderung menggunakan proses penalaran bias menjadi cukup stabil dan konsisten di berbagai situasi. (Sarafino, 2002).

Penelitian memperlihatkan proses berpikir yang tidak rasional pada beberapa tipe keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Pertama, orang dengan sakit kronis, seperti diabetes, yang cenderung menggunakan pola berpikir tidak logis pada situasi yang berkaitan dengan kesehatannya cenderung tidak mengikuti saran medis dalam memanajemen kesehatannya (Christensen, 1999). Mungkin perasaan terancam yang tinggi memotivasi mereka menggunakan penyangkalan. Sama halnya, individu-individu yang kelihatan menggunakan informasi yang tidak relevan, seperti secara atraktif pasangan seksual menilai resiko berhubungan seks dengan orang tersebut (Blandon & Gerrard, 1997). Kedua, resiko orang yang merokok kretek lebih rendah daripada yang bukan perokok ketika diminta untuk menilai resiko mereka sendir i terhadap penyakit yang berhubungan dengan rokok, seperti kanker paru-paru. Kepercayaan seperti itu sangat resisten terhadap perubahan (Kreuter & Stretcher, 1995).

b. Emosional dalam kepercayaan

Stress juga berdampak pada proses kognitif orang yang menggunakannya dalam pengambilan keputusan. Teori konflik memberikan satu model untuk menilai


(38)

pengambilan keputusan secara rasional dan tidak rasional, dan stress adalah faktor penting dalam model ini (Janis & Mann, 1977). Model ini menggambarkan urutan kognitif dimana orang-orang membuat keputusan penting, termasuk keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut teori konflik, urutan kognitif yang digunakan orang untuk sampai pada suatu keputusan stabil dimulai saat suatu peristiwa petualangan mereka atau pada gaya hidup. Petualangan juga dapat menjadi satu ancaman, seperti gejala sakit atau satu berita sejarah tentang bahaya merokok, atau suatu peluang, seperti kesempatan mengikuti suatu program gratis pada acara untuk menghentikan rokok. Langkah pertama dalam urutan kognitif termasuklah menilai tantangan, yang pada dasarnya menjawab pertanyaan: “Adakah resiko serius jika saya tidak berubah?” Jika jawabannya ‘tidak’ perilaku tetap sama dan proses pengambilan keputusan berakhir; tetapi jika jawabannya adalah ‘ya’, proses berlanjut-misalnya, dengan sebuah alternatif survey untuk menyetujui tantangan.

Menurut Goleman (2007) sistem pemahaman impulsif yang berpengaruh besar, adalah pikiran emosional. Lebih lanjut, dikemukakan ciri utama pikiran emosional, yakni respons yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat tanpa mempertimbangkan sekejap pun apa yang dilakukannya. Kecepatan itu, mengesampingkan pikiran hati-hati dan analitis yang merupakan ciri khas akal yang berpikir atau tindakan pikiran rasional.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN), bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari partisipasi perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum, partisipasi


(39)

masyarakat penyelenggara, serta partisipasi masyarakat profesi kesehatan. Sejalan dengan itu masyarakat mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya pemeliharaan kesehatannya sendiri, keluarga maupun lingkungan. Bahkan diharapkan ikut berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2007).

Ada beberapa model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah perilaku terbentuk, teori Health Belief Model (HBM) dan Becker & Rosenstock. Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih menentukan keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya. Teori HBM oleh Rosenstock (1974) didasarkan pada empat elemen persepsi seseorang, yaitu:

a. Perceived suscepilbility: penilalan individu mengenai kerentanan mereka terhadap suatu penyakit.

b. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.

c. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan fnansial, fisik, dan psikososial.

d. Perceived benefits: penilaian ndividu mengenai keuntungan yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.

Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu:


(40)

a. Variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan sebagainya. b. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dan sebagainya. c. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.

d. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan yang disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat kabar dan majalah, saran dan ahli, dan sebagainya (Smet, 1994).

2.3 Demam Berdarah Dengue 2.3.1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan 1). Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari; 2) Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Torniquet (Rumple Leede) positif; 3) Trombositopeni

(jumlah trombosit ≤ 100.000/ µl); 4) Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%); dan 5) Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes

RI, 2010).

Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja bagi penderita, kehilangan wisatawan akibat pemberitaan buruk terhadap daerah kejadian dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa (Lloyd, 2003).


(41)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai dengan : (1) demam mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, (2). Manifestasi pendarahan (petekie, purpura, pendarahan kunjungtiva, epistaksis, ekimosis, pendarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji tourniquest (Rumple Leede) Positif, (3) trombositopeni (jumlah trombositpeni (jumlah trombosit <100.000); (4). Hemokonsentrasi peningkatan hematrokrit, 20%); dan (5). Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes, RI, 2005).

2.3.2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyebab DBD adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne virus (arbovirus). Keempat serotype virus ini telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. Dari empat tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe Den 1 dan Den 3.

Keempat tipe virus tersebut merupakan genus dari flaviverus famili flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini disebarkan


(42)

kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Depkes, RI, 2010).

2.3.3. Gejala-Gejala yang Ditimbulkan oleh Demam Berdarah Dengue Tanda gejala penyakit Demam Berdarah Dengue adalah :

1) Demam : yaitu demam tinggi mendadak, selama terus-menerus selama 2-7 hari, panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas turun mendadak;

2) Pendarahan: pendarahan terjadi di semua organ, bentuk pendarahan dapat berupa uji tourniquet (Rumple Leede ) positif atau dalam bentuk 1 atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: petekie, ekimosis, perdarahan konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis, melena dan hematuri;

3) Pembesaran Hati: pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus;

4) Renjatan (syok): terjadi renjatan karena pendarahan, atau kebocoran plasma ke daerah ekstra vasikuler melalui kapiler yang terganggu;

5) Trombositopeni: jumlah trombosit <100.000/ biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun,

6) Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit): peningkatan nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokontrasi selalu dijumpai pada DBD;


(43)

7) Gejala klinik lain: gejala klinik lain yang menyertai penderita DBD adalah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang.

Jadi seseorang dinyatakan tersangka DBD apabila demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang- kurangnya uji tourniquet positif) dan atau trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000). Diagnose klinis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO yaitu terdiri dari kriteria klinis dan laboratories dengan maksud untuk mengurangi diagnose yang berlebihan (over diagnosis). Kriteria Klinis meliputi: (1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari; (2) terdapat manifestasi perdarahan, sekurang- kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif, (3) Pembesaran hati; (4). Syok. Sedangkan kriteria laboratoris terdiri dari Trombositopenia (jumlah trombosit 100.000/mmk darah) dan hemokosentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokroit 20% (Depkes. RI, 2006).

2.3.4. Cara Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk terinfeksi virus DBD dan efektif menularkan virus. Apabila nyamuk terinfeksi itu mencucuk inang (manusia) untuk mengisap cairan darah, maka virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran darah manusia. Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari, penderita akan mulai mendapat demam yang tinggi (Depkes, RI, 2010).


(44)

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah.. Biasanya nyamuk Aedes aegypti betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00, dan nyamuk ini mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik , untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Depkes RI, 2010).

2.3.5. Tindakan Pencegahan DBD

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour). OIeh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni: (Notoatmodjo, 2007). a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup: pencegahan penyakit mengimunisasikan anaknya, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya, dan penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilita pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.


(45)

Gambar 2.1. Cara Pemberantasan DBD (Sumber : Depkes RI, 2005)

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya.

c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya.

Upaya pencegahan DBD dapat dilakukan yaitu: 1. Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aeypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk pengendalian kasus Demam Berdarah Dengue, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara pemberantasan yang dilakukan adalah terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya, seperti gambar di bawah ini (Depkes RI, 2005).

Biologis Kimiawi Fisik

Dengan Insektisida (Fogging Dan Ulv) Nyamuk

Dewasa


(46)

a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan (Pengasapan atau pengabutan = fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda–benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainya akan mati.Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk-nyamuk-nyamuk baru yang di antaranya akan mengisap darah penderita veremia yang masih ada yang menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan kedua agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.

b. Pemberantasan jentik aedes aegypty

Sedangkan pemberantasan terhadap jentik aedes aegypty yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) dilakukan dengan cara : 1) Fisik

Pemberantasan sarang nyamuk yang efektif dan efisien melalui kegiatan 3M, yaitu menguras, menutup atau menabur abate di tempat penampungan air, dan mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti.


(47)

Cara inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia sebagai contoh: menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, dan lain-lain; menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain); serta mengubur menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban bekas dan lain- lain). Kondisi itu dimungkinkan karena larva nyamuk tersebut dapat berkembang biak dengan volume air minimum kira-kira 0.5 sentimeter setara atau dengan dengan satu sendok teh (Judarwanto, 2007).

(Sumber : Judarwanto, 2007)

Pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Bila PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat, maka populasi


(48)

nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

2) Kimia

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Formulasinya adalah granules (san granules), dan dosis yang di gunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata- rata untuk tiap seratus liter air. Arvasida dengan temephos mempunyai efek residu 3 bulan.

3) Biologi

Misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, akan black moli dan lain- lain). Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku pemberantasan sarang nyamuk (kegiatan 3M) adalah suatu kegiatan menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang kemungkinan dijadikan sebagai sarang nyamuk aedes aegypti yang dapat menyebabkan penyakit DBD.

Namun program pemberantasan penyakit DBD pada umunya masih belum berhasil karena masih bergantung pada kegiatan penyemprotan dengan insektisida


(49)

yang hanya membunuh nyamuk dewasa serta tidak dibarengi dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan berkelanjutan.

2. Teknologi Pemutusan Siklus Demam Berdarah Dengue

Rui, dkk. (2003) dalam Kardinan (2007) mengembangkan teknologi yang dapat menghindari nyamuk dengan lotion atau krem anti nyamuk. Lotion anti nyamuk yang telah beredar di Indonesia berbahan aktif DEET (Diethyl toluamide) dengan bahan kimia sintetis beracun dalam konsentrasi 10-15% (Gunandini, 2006). Selain itu ada juga dikhlorvos dalam semprotan (spray) bentuk aerosol yang telah dilarang peredarannya oleh Pemerintah Indonesia karena membahayakan kesehatan manusia. Sementara propoxur masih diperbolehkan, walaupun telah menimbulkan ribuan korban jiwa di Bophal-India.

Jirakanjanakit (2007) melaporkan bahwa hampir semua populasi Ae. aegypti menunjukkan ketahanan terhadap insektisida pyrethroid, permethrin, dan deltamethrin yang umum digunakan di Thailand. Kalaupun pengasapan masih digunakan hasilnya hanya dapat menghalau atau membunuh imago tetapi tidak termasuk larvanya. Pengasapan dengan Malathion 4 persen dengan pelarut solar, yang dinilai masih efektif hanya mampu membunuh imago pada radius 100-200 meter yang hanya efektifitas satu sampai dua hari (Judarwanto, 2007). Dalam kondisi seperti itu, penggunaan insekstisda selain kurang efektif dan mahal juga berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Untuk mengantisipasi peristiwa tersebut banyak juga peneliti pestisida melakukan eksplorasi bahan aktif insektisida dari tanaman dan mikroba. Kardinan (2007) mencoba ekstrak beberapa jenis tanaman selasih sebagai pengusir nyamuk.


(50)

Peneliti tersebut berupaya memilih selasih yang mengandung bahan aktif eugenol, tymol, cyneol atau estragole sebagai bahan-bahan aktif repellent (pengusir) serangga. Selasih berpotensi sebagai repelen Ae. aegypti walaupun daya proteksinya masih di bawah DEET. Daya proteksinya yang tertinggi adalah sebesar 79,7% yang dicapai selama satu jam (Kardinan, 2007).

3. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)

Prinsip dasar PVT tersebut adalah surveilen epidemiologi dan entomologis, manajemen lingkungan sehat, kajian bioekologi serangga vektor, sosialisasi dan program aksi kesehatan lintas instansi, partisipasi aktif masyarakat. Prinsip dasar itu dikembangkan dari tetra hedron hubungan vektor dengan inang, lingkungan dan manusia sebagai faktor utama yang patut menyadari posisinya dalam pengelolaan terpadu vector penyakit tersebut dan disajikan pada Gambar 2.4 sebagai berikut :

(

Sumber: Kardinan, 2007)

Gambar 2.3. Hubungan antara Serangga Vektor dengan Lingkungan, Inang dan Manusia

Manusia

Lingkungan


(51)

4. Strategi dan Teknologi Utama

Gerakan PSN atau 3 M tersebut mesti lebih diintensifkan melalui penguatan legislasi (di tingkat provinsi, kabupaten dan desa), sosialisasi, koordinasi dan juga amunisi (pendanaan) secara berkelanjutan. Bila kegiatan itu dapat dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, maka masalah vektor dan kasus DBD yang selalu mencuat pada awal musim hujan dapat dikurangi. Dengan demikian rasa aman masyarakat semakin terjamin. Walaupun demikian sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat ke arah itu tidak mudah, untuk itu diperlukan sosialisasi dan pengembangan teknologi-teknologi alternatif terkait musuh alami, insetisida botani dan mikroba, zat pengatur tumbuh dan juga regulasi melalui system karantina juga penting dirintis yang penggunaanya disesuaikan situasi dan kondisi penyakit, dan dinamika populasi dan struktur komunitas serangga vektor di lapangan.

Untuk penanganan kasus vektor dan DBD tidak bisa lepas dari kegiatan surveilens untuk mendapatkan informasi segar dalam penyusunan program strategis selanjutnya baik berkaitan dengan penelitian, pengembangan teknologi, advokasi, edukasi masyarakat maupun pengadaan bahan teknologi sebagai antisipasi bila terjadi keadaan luar biasa (KLB).

Berdasarkan hasil surveilen tersebut, indikator angka bebas jentik (ABJ) dapat diketahui peta penyebaran, status Aedes hubungannya dengan kasus DBD. Apakah daerah tersebut endemis atau bukan. Berdasarkan indikator tersebut juga, strategi dan teknologi pengendaliannya dapat dirancang dan dijadwalkan operasionalnya. Bila


(52)

keadaan serangan DBD luar biasa dan vektor tinggi maka strategi dan teknologinya mesti yang bekerja cepat seperti insektisida.

Setiap keluarga diharapkan seyogyanya mampu melakukan pengendalian dan pencegahan penularan penyakit Demam Berdarah. Pengendalian DBD dalam hal ini adalah dengan melakukan upaya-upaya yang mampu menekan atau bahkan mengurangi jumlah kasus DBD di suatu daerah. Jadi, jangan menunggu datangnya penyemprot oleh petugas fogging dari Dinas Kesehatan. Dianjurkan setiap keluarga mengambil langkah-langkah pengamanan internal, antara lain yaitu :

a. Gunakan obat racun serangga, boleh obat nyamuk bakar, oles, atau semprot, atur tidur pakai kelambu. Apalagi sudah tersedia kelambu yang sudah dibaluri obat racun serangga dan yang yang mulai dipopulerkan program PSN plus yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk disertai kegiatan lain seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, atau kelambu. Atau yang lebih sederhana menggunakan kipas angin agar aliran udara di dalam kamar tidur tetap ada. Bila aliran udara atau angin selalu mengalir, nyamuk Aedes aegyti si penular virus biasanya tidak tahan dan terbang keluar rumah berlindung di dedaunan pekarangan.

b. Pakaian-pakaian yang bergantungan di balik lemari atau dibalik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari. Nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan istirahat di tempat-tempat gelap dan kain tergantung seperti horden apalagi bila berwarna gelap .

c. Sebaliknya di dalam rumah tidak ada tempat penampungan air bersih, karena nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan air bersih untuk meletakkan telurnya.


(53)

Bak penampungan air di kamar mandi dianjurkan tidak terlalu besar, cukup ukuran 50 x 60 x 90 c agar air dalam bak selalu terganti dan diganti 2 atau 3 kali sehari, sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak berkesempatan meletakkan telurnya pada dinding bak penampungan air.

d. Kalau ada taburkan bubuk Abate ke dalam bak penampungan air untuk mematikan jentik nyamuk. Bubuk Abate tidak merusak dinding bak penampungan air meskipun terbuat dari bahan logam. Apalagi terbuat dari semen atau plastik. Abate aman, meskipun pada bak penampungan air minum aman untuk diminum.

e. Barang-barang bekas sekitar rumah seperti : kaleng bekas oli, kantong plastik, ban bekas dan aki bekas yang bisa menampung air hujan harus disingkirkan agar tidak menjadi tempat nyamuk bertelur (Depkes RI, 2007).

5. Meningkatkan Stamina (daya tahan tubuh)

Tubuh memiliki daya tahan cukup kuat terhadap infeksi, oleh karena itu ketahanan tubuh harus senantiasa dijaga, terutama pada masa penghujan atau pancaroba.

1). Tidur yang cukup

Dalam Waluyo (2007), menyatakan bahwa tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup kemampuan dan keterampilan kita akan meningkat.


(54)

2). Mengkonsumsi makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna)

Almatsier (2006) mengungkapkan bahwa pedoman umum gizi seimbang menjabarkan pedoman 4 sehat 5 sempurna merupakan makanan yang dianjurkan dan menjamin keseimbangan zat gizi yang didasari pada 3 fungsi utama zat-zat gizi :

a). Sumber energi/tenaga (beras, jagung, gandum, ubi dan lain-lain b). Sumber zat pembangun (ikan, telur, ayam, daging, susu dan lain-lain) c). Sumber zat pengatur (sayuran dan buah-buahan) (Almatsier, 2006). 3). Menggunakan alat pelindung diri

Pendapat Satari (2008) bahwa menggunakaan alat pelindung diri adalah:

a. Jika hendak bepergian sebaiknya memakai pakaian yang tidak mudah digigit myamuk (lengan panjang).

b. Jjika tidur di siang hari hendaknya menggunakan kelambu (obat nyamuk). c. Menjaga kulit agar terhindar dari gigitan nyamuk (menggunakan lotion anti

nyamuk dan lain-lain).

4). Waspada pada gejala awal penyakit DBD

Dalam Depkes, RI (2010) disebutkan pada awal perjalanan penyakit gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut. Apabila keluarga menemukan gejala dan tanda DBD, maka pertolongan pertama bagi keluarga yaitu tirah baring selama demam, pemberian antipiretik (parasetamol), memberi kompres hangat, minum banyak (semua jenis minuman) dengan air yang


(55)

sudah di masak. Hindari minuman yang berwarna coklat dan merah agar tidak terjadi kesalahan intepretasi bila terjadi muntah. Pemeriksaan suhu tubuh harus dilakukan selalu dan bila kejang; jaga lidah agar tidak tergigit, kosongkan mulut, longgarkan pakaian dan tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang.

Selanjutnya didalam Depkes RI. (2009) dinyatakakan jika dalam 2 hari suhu tubuh tidak turun atau timbul gejala dan tanda lanjut seperti bekas gigitan nyamuk, muntah, gelisah, agar segera dibawa berobat ke Puskesmas atau ke unit pelayanan kesehatan lainnya, untuk segera mendapatkan pengobatan dan perawatan khusus. 6. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Menurut pendapat Fahmi, (2008) bahwa faktor kebersihan lingkungan tidak mudah dikontrol karena melibatkan lingkungan dan perilaku manusia sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, psikis maupun rohani. Dalam hubungan interaksi tersebut, faktor komponen lingkungan sering kali mengandung atau memiliki potensi timbulnya penyakit.

Selanjutnya Mulia (2005), menyatakan dalam Undang Undang R.I. Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyebutkan” Lingkungan hidup adalah adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Rumah sehat secara sederhana adalah memiliki ruangan terpisah untuk keperluan sehari-hari dengan ukuran yang memadai (kamar tidur, ruang


(56)

makan/keluarga, dapur, kamar mandi, jamban/wc dan tempat cuci pkaian). Adapun syarat bagi rumah sehat agar terbebas dari bibit penyakit (terbebas dari DBD) adalah sebagai berikut :

1). Bahan–bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan. 2). Ventilasi hendaknya tersedia pada tiap rungan guna bagi tempat keluar masuknya udara, agar rumah tidak lembab usahakan sinar matahari dapat masuk kedalam rumah dan menyinari lantai rumah.

3). Langit-langit dan halaman rumah selalu dibersihkan, pekarangan ditanami yang bermanfaat, seperti tanaman yang tidak disukai oleh nyamk Aedes aegypti (lavender, akar wangi, geranium, zodia dan selasih).

4). Ruangan yang tidak padat huni (mencukupi). Setiap ruangan memiliki jendela agar cahaya dan udara dapat masuk, jendela sebaiknya setiap hari dibuka agar ruangan tidak terasa pengap dan sebaiknya setiap jendela terpasang kasa nyamuk agar nyamuk penular DBD tidak muda masuk kedalam rumah.

5). Ada tempat penampungan air bekas (buangan), ada tempat sampah (diangkat petugas), ada jamban, septiktank dengan jarak 10 m dari SAB dan ada saluran penampungan air hujan (talang).

6). Dinding rumah sebaiknya berwarna terang, lantai hendaknya selalu kering (agar tidak lembab), dan peralatan rumah tertata rapi.

7). Agar tidak menjadi tempat peristirahatan nyamuk penular DBD, sebaiknya rumah diberi pencahayaan yang cukup dan memadai (tidak menyebabkan silau).


(57)

Seyogyanya jalan masuknya cahaya melalui ventilasi (jendela) yang luasnya kira-kira 15%--20% dari luas lantai yang terdapat pada suatu ruangan.

8). Dimanapun tidak terdapat jentik – jentik penular DBD, yang dikenal saat ini dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk adalah dengan cara pemberantasan

sarang nyamuk PSN DBD), yang dikenal 3M plus (3M yang diperluas) adalah: a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi,

drum dan lain-lain seminggu sekali (M1).

b. Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air atau tempayan dan lain-lain (M2).

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3) (Depkes RI, 2010).

Dalam Depkes RI, (2010) dijelaskan Selain 3M ditambah dengan cara lainnya (3M plus), seperti;

1. Mengganti air vas bunga tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya sejenis.

2. Seminggu sekali memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak. 3. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan

tanah, dan lain-lain), menaburkan bubuk larvasida (abate), misalnya pada tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam bak-bak penampungan air.

4. Memasang kawat kasa.


(58)

6. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai. 7. Menggunakan kelambu.

8. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

Menurut pendapat Satari (2008) mengingat hampir disetiap rumah memiliki tempat-tempat penampungan air dan jarak terbang nyamuk yang mencapai 100 meter, menjaga lingkungan sekitar merupakan prioritas utama dalam mencegah terjadinya penyakit DBD. Oleh karena itu gerakan memberantas nyamuk hendaknya dilakukan pada setiap rumah. Agar pemberantasan sarang nyamuk dapat berjalan dengan berkesinambungan, Sebaiknya meminta aparat setempat untuk memberikan himbauan atau gerakan langsung mengajak masyarakat untuk melakukan aksi gotong-royong.

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, dan penularannya dapat terjadi disemua tempat, oleh karena itu setiap ada yang terserang sebaiknya agar melaporkan kepada aparat setempat, agar aparat dapat melakukan pengasapan (fogging) dan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk bergotong-royong dalam memberantas nyamuk dan jentik Aedes aegypti (Depkes R.I, 2010).

2.4. Perilaku Kesehatan

2.4.1. Definisi Perilaku Kesehatan

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada


(59)

dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan di antaranya kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner (dalam Maulana, 2007), maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang memiliki unsur-unsur perilaku dengan sakit dan penyakit, perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour), perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, perilaku terhadap makanan, dan minuman, serta perilaku terhadap lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respons internal dan eksternal seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit, baik dalam bentuk respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respons terbuka (tindakan nyata).

2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour) Perilaku seseorang untuk memelihara dan memingkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.

3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour)

Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit, misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3M dll.


(60)

4. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan/atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri (self-treatment) sampai mencari bantuan ahli.

5. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour)

Pada proses ini, diusahakan agar sakit atau cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

6. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku ini merupakan respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan modern dan atau tradisional.

7. Perilaku terhadap makanan

Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin) dan pengolahan makanan.

8. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan

Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespons lingkungan sebagai determinan agar tidak memengaruhi kesehatannya.

2.4.2. Aspek-aspek Perilaku

Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa aspek perilaku yang dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Dalam


(1)

m5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat percaya 7 7.5 7.5 7.5

Percaya 40 43.0 43.0 50.5

Tidak percaya 46 49.5 49.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

t1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat percaya 23 24.7 24.7 2.2

Percaya 28 30.1 30.1 51.6

Tidak percaya 42 45.2 45.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

t2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat percaya 17 18.3 18.3 6.5

Percaya 20 21.5 21.5 53.8

Tidak percaya 56 60.2 60.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

t3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat percaya 15 16.1 16.1 6.5

Percaya 30 32.3 32.3 59.1

Tidak percaya 48 51.6 51.6 100.0


(2)

t4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid

Sangat percaya 10 10.8 10.8 3.2

Percaya 37 39.8 39.8 43.0

Tidak percaya 46 49.5 49.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 45 48.4 48.4 48.4

Tidak 48 51.6 51.6 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 47 50.5 50.5 50.5

Tidak 46 49.5 49.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 47 50.5 50.5 50.5

Tidak 46 49.5 49.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 44 47.3 47.3 47.3

Tidak 49 52.7 52.7 100.0


(3)

tp5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 52 55.9 55.9 55.9

Tidak 41 44.1 44.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 40 43.0 43.0 43.0

Tidak 53 57.0 57.0 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 50 53.8 53.8 53.8

Tidak 43 46.2 46.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 52 55.9 55.9 55.9

Tidak 41 44.1 44.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 46 49.5 49.5 49.5

Tidak 47 50.5 50.5 100.0


(4)

tp10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 46 49.5 49.5 49.5

Tidak 47 50.5 50.5 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 44 47.3 47.3 47.3

Tidak 49 52.7 52.7 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 42 45.2 45.2 45.2

Tidak 51 54.8 54.8 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 39 41.9 41.9 41.9

Tidak 54 58.1 58.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 50 53.8 53.8 53.8

Tidak 43 46.2 46.2 100.0


(5)

tp15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 41 44.1 44.1 44.1

Tidak 52 55.9 55.9 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 50 53.8 53.8 53.8

Tidak 43 46.2 46.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 50 53.8 53.8 53.8

Tidak 43 46.2 46.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 42 45.2 45.2 45.2

Tidak 51 54.8 54.8 100.0

Total 93 100.0 100.0

tp19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 40 43.0 43.0 43.0

Tidak 53 57.0 57.0 100.0


(6)

tp20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 46 49.5 49.5 49.5

Tidak 47 50.5 50.5 100.0


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 1 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 33

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi Chapter III VI

0 0 35

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 5

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 11

Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Ibu terhadap Tindakan Mencegah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi

0 0 18