Dampak Usaha Batu Bata Bagi Kehidupan Masyarakat Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi (1970-2005)

(1)

12

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI

2.1. Letak Geografis

Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak sekitar 20 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2004.

Kecamatan Palipi berbatasan dengan wilayah:

Sebelah Utara berbatasan :berbatasan dengan Kecamatan Simanindo dan

Kecamatan Ronggur Nihuta

Sebelah Selatan :berbatasan dengan Kecamatan Sitio-tio dan Danau

Toba

Sebelah Barat :berbatasan dengan Kecamatan Pangururan

Sebelah Timur :berbatasan dengan Kecamatan Naingolan

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak antara 2˚21’38’’ -2’49’48’’ LU

dan 98˚ 24’00’’ -99˚ 01’48’’ BT dengan ketinggian antara 904-2.157 di atas


(2)

13

Pada tahun 1931 waktu jaman Belanda terpilih satu Raja atau Pandua di Desa Sigaol Marbun, yang terpilihnya satu marga yaitu marga marbun yang bernama Jongga Marbun. Sesudah terpilihnya Jongga Marbun terbentuklah Sigaol Marbun, karena pada itulah siapa yang memimpin suatu daerah atau yang memegang kekuasaan mulai jaman itulah terbentuk Sigaol Marbun, karena memegang Kerajaan pada saat itu marga Marbun, maka pada tahun 1932 Sigaol Marbun terdiri dari 3 Kampung yaitu:

1. Sigaol Dolok

2. Kampung Puntu Bosi

3. Kampung Sipoholon

Kemudian Belanda memerintahkan Pandua Marbun agar Kampung Puntu Bosi dan Kampung Sipoholon disatukan, maka pada tahun 1948 kedua kampung ini disatukan dan Sigaol Marbun menjadi 2 kampung yaitu Sigaol Dolok dan Kampung Puntu Bosi Sipoholon. Kemudian pada tahun 1955, terbentuklah Kecamatan Palipi yang dipimpin oleh Camat. Camat memerintahkan Pandua agar Sigaol Marbun disatukan yaitu Sigaol Dolok dan Kampung Puntu Bosi Sipoholon jadi satu kampong dan saat itulah Sigaol Marbun menjadi satu nama yaitu Desa Sigaol Marbun dengan batas-batas6:

6


(3)

14

 Sebelah Utara - Desa Huta Ginjang

 Sebelah Selatan - Desa Sigaol Simbolon

 Sebelah Barat - Desa Reniate

 Sebelah Timur - Desa Simbolon Purba

Desa Sigaol Marbun Kabupaten Samosir memiliki luas wilayah 6,4��2 yang

terdiri dari luas daratan 6,4 ��2 dan perairan Danau Toba 0��27.

Pembagian wilayah Desa Sigaol Marbun dibagi menjadi 4 (empat) dusun yang dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan Desa. Masing-masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang

dikenal dengan “huta8” ataupun ‘Lumban9

Selama puluhan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali persoalan keadministrasian karna belum dikenal penamaan jalan dan penomoran rumah warga.

’, masing-masing kampung ini memiliki nama tersendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya.

Secara administratif ke empat dusun yang ada di Desa Sigaol Marbun Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir yaitu:

7

BPS Kabupaten Samosir dalam angka 2002.hlm 3. 8

Huta adalah kampung atau perkampungan yang bersifat otonom dalam Kerajaan Batak. 9


(4)

15

1. Dusun I yaitu: -Hamente

-Sampe Horas -Aek Nauli -Banjar Marbun -Silintong -Kobun

2. Dusun II yaitu:-Naibaho

-Sidolgi-dolgi

-Buntu Mauli

-Sigalingging

-Sosor Sada

-Parhombanan

-Sosor Dua

-Lumban Julu

-Onan Jadi

-Sitapongan


(5)

16

3.Dusun III yaitu: -Hutasitanggang

-Lumban Sinaga

-Sigeduk

-Upasuhut

-Lumban Manik

-Sirimbang

-Lumban tonga-tonga

-Buntu Bosi

-Siulakhosa

4. Dusun IV yaitu: -Simar Haliang

-Upahoda

-Sosor baru

-Sipoholon

Akan tetapi pada tahun 2000, dusun IV digabung ke dusun I maka pada saat itu Desa Sigaol Marbun menjadi tiga dusun. Jarak waktu antara pembukaan dari dusun satu ke dusun dua membutuhkan waktu yang begitu lama yaitu


(6)

17

setiappergantian Kepala Desa dalam sekali dalam lima tahun maka disitulah dibuka dusun dua dan begitu juga seterusnya,

Desa Sigaol Marbun juga dibatasi oleh dua buah jembatan. Jalan menuju Desa Sigaol Marbun ada tiga simpang yaitu simpang pertama Simpang Naibaho, kedua simpang Hamente yang sudah diganti namanya menjadi simpang Rut dan simpang ketiga adalah simpang Sipoholon. Iklim atau cuaca di Desa Sigaol Marbun Kecamatan palipi memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau sesuai dengan iklim Indonesia yakni tropis.

2.2. Penduduk

Pada dasarnya penduduk Desa Sigaol Marbun mayoritas masyarakatnya orang Batak Toba yang bermarga Marbun, Simbolon, Sinaga, Sitanggang, Situmorang, Pandiangan, dan juga Malau. Tetapi yang dominan yaitu marga Marbun dan marga Simbolon.

Bahasa yang digunakan oleh penduduk Desa Sigaol Marbun dalam kehidupan seharhari yaitu bahasa Toba. Para pendatang seperti orang Jawa yang datang ke daerah ini masih menggunakan bahasanya sendiri yaitu bahasa Indonesia dan orang-orang Nias menggunakan bahasa Nias. Tetapi lama-kelamaan mereka belajar bahasa toba sehingga mereka menggunakan bahasa toba sehari-hari. Masyarakat toba yang ada di Desa Sigaol Marbun masih tetap menggun akan adat Toba yang ada dalam


(7)

18

adat batak Toba.Kehidupan masyarakat Desa Sigao Marbun masih menggunakan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/ berumahtangga-mati). Masyarakat Desa Sigaol Marbun juga masih sering melakukan perayaan adat seperti acara kelahiran, kematian, dan pernikahan.Masyarakat desa ini menganut nilai-nilai leluhur yaitu gotong royong, bekerja keras, dan dalihan natolu.

Tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka masih dijalankan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat masih menghormati leluhur mereka dan nilai-nilai adat-istiadat tidak akan luntur. Adat-istiadat yang dimaksud seperti ketika mengadakan acara pernikahan atau mangadati masih tetap dilakukan, salah satunya

acara manortor batak yang di iringi dengan musik batak. Manortor salah satu

kebudayaan orang Batak yang di wariskan oleh nenek moyang. Manortor dilakukan ketika acara pernikahan, acara ulang tahun, acara kematian, dan acara-acara besar lainnya dan itu masih dijalankan oleh masyarakat Desa Sigaol Marbun.

Pada tahun 1970-an masyarakat Desa Sigaol Marbun dihuni sekitar 1066 jiwa yang semuanya beragama Kristen. Tetapi pada tahun 2000, sudah banyak orang-orang Jawa yang datang ke daerah ini yaitu dari daerah Lubuk Pakam, dan Tebing Tinggi. Ada juga yang berasal dari Sidikalang. Masyarakat atau orang-orang Jawa yang datang ke desa ini yaitu untuk mencari pekerjaan karena mereka mendapat kabar bahwa Desa Sigaol Marbun menerima pekerjaan yang dipekerjakan sebagai pengolah batu bata.


(8)

19

Orang Jawa yang datang pertama ke desa ini yaitu pada tahun 1998 rata-rata yang sudah berumah tangga, sehingga si istri dan juga anaknya pun harus ikut suami karena sekali dalam satu tahun mereka kembali ke kampung masing-masing.

Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Desa Sigaol Marbun menurut dusun yaitu; Dusun I memiliki luas 0,5 km dan jumlah penduduk sekitar 310 jiwa yang terdiri dari 160 perempuan dan 150 laki-laki. Kemudian dusun II memiliki luas 2,5 km dan jumlah penduduk sekitar 376 jiwa yang terdiri dari 250 laki-laki dan 126 perempuan. Dusun III memiliki luas 2,1 km dan jumlah penduduk sekitar 260 jiwa yang terdiri dari 120 laki-laki dan 140 perempuan. Dan Dusun IV memiliki luas sekitar 1,5 km dan jumlah penduduk sekitar 120 jiwa yang terdiri dari 50 laki-laki dan 70 perempuan.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 19 32 51

5-9 61 38 99

10-14 127 106 233

15-19 100 63 163


(9)

20

25-29 37 29 66

30-34 51 26 77

35-39 50 7 57

40-44 67 46 113

45-49 23 20 43

50-54 17 15 32

55-59 15 13 28

60-64 4 12 16

65+ 6 5 11

Jumlah 609 457 1066

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Sigaol Marbun Tahun 1995.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Sigaol Marbun menurut jenis kelamin yaitu:

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 742

2 Perempuan 709

Jumlah 1451


(10)

21

Penduduk Desa Sigaol Marbun mayoritas beragama Kristen protestan. Suku mayoritas di Desa ini adalah suku Batak Toba.

2.3. Mata Pencaharian

Pertanian merupakan sektor ekonomi utama yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Sigaol Marbun, namun ada juga beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional seperti menanam padi masih menggunakan alat banting padi, sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebelum adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun mata pencaharian utama desa ini yaitu bertani. Mereka menanam tanaman muda seperti cabai, jagung, padi dan juga ubi-ubian. Pertanian di Desa Sigaol Marbun secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni pertanian lahan basah meliputi persawahan

yang hanya mengharapan hujan datang disebut dengan nama saba langit10

Selain bertani, pada umumnya masyarakat Desa Sigaol Marbun juga peternak yang terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti kerbau, ternak kecil seperti kambing dan babi, sedangkan unggas diantaranya adalah ayam.Kegiatan

. Sehingga masyarakat Desa Sigaol Marbun susah mendapatkan hasil yang cukup untuk kebutuhannya.

10


(11)

22

beternak biasanya hanya usaha sampingan. Karena produksi ternak yang terbatas, biasanya sebagian besar hasil ternak warga hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit yang dijual.

Usaha pertanian tetap diusahakan oleh masyarakat Sigaol Marbun, tetapi karena kondisi tanah kurang memungkinkan untuk pertanian maka hasilnya juga kurang berkembang. Kondisi ini yang membuat dan mengharuskan masyarakat Desa Sigaol Marbun berusaha mengatasinya dengan membuka usaha batu bata.

2.4. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan jaman. Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan dan lain-lain.

Pendidikan sebelum tahun 1970 di Desa Sigaol Marbun relatif masih rendah. Hal ini di sebabkan masih sangat rendahnya kesadaran akan pentingnya arti pendidikan. Pada tahun 1980-an di Desa Sigaol Marbun hanya ada satu sekolah yakni Sekolah Dasar yaitu SD Impres Kobun No. 17. Sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ada di pusat kecamatan dan harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer dan bahkan sampai 15 kilometer. Dan


(12)

23

sebagian besar di tempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda, sedangkan yang lain memilih tinggal di tempat kos atau tinggal di tempat saudara.


(1)

18

adat batak Toba.Kehidupan masyarakat Desa Sigao Marbun masih menggunakan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/ berumahtangga-mati). Masyarakat Desa Sigaol Marbun juga masih sering melakukan perayaan adat seperti acara kelahiran, kematian, dan pernikahan.Masyarakat desa ini menganut nilai-nilai leluhur yaitu gotong royong, bekerja keras, dan dalihan natolu.

Tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka masih dijalankan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat masih menghormati leluhur mereka dan nilai-nilai adat-istiadat tidak akan luntur. Adat-istiadat yang dimaksud seperti ketika mengadakan acara pernikahan atau mangadati masih tetap dilakukan, salah satunya

acara manortor batak yang di iringi dengan musik batak. Manortor salah satu

kebudayaan orang Batak yang di wariskan oleh nenek moyang. Manortor dilakukan ketika acara pernikahan, acara ulang tahun, acara kematian, dan acara-acara besar lainnya dan itu masih dijalankan oleh masyarakat Desa Sigaol Marbun.

Pada tahun 1970-an masyarakat Desa Sigaol Marbun dihuni sekitar 1066 jiwa yang semuanya beragama Kristen. Tetapi pada tahun 2000, sudah banyak orang-orang Jawa yang datang ke daerah ini yaitu dari daerah Lubuk Pakam, dan Tebing Tinggi. Ada juga yang berasal dari Sidikalang. Masyarakat atau orang-orang Jawa yang datang ke desa ini yaitu untuk mencari pekerjaan karena mereka mendapat kabar bahwa Desa Sigaol Marbun menerima pekerjaan yang dipekerjakan sebagai pengolah batu bata.


(2)

19

Orang Jawa yang datang pertama ke desa ini yaitu pada tahun 1998 rata-rata yang sudah berumah tangga, sehingga si istri dan juga anaknya pun harus ikut suami karena sekali dalam satu tahun mereka kembali ke kampung masing-masing.

Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Desa Sigaol Marbun menurut dusun yaitu; Dusun I memiliki luas 0,5 km dan jumlah penduduk sekitar 310 jiwa yang terdiri dari 160 perempuan dan 150 laki-laki. Kemudian dusun II memiliki luas 2,5 km dan jumlah penduduk sekitar 376 jiwa yang terdiri dari 250 laki-laki dan 126 perempuan. Dusun III memiliki luas 2,1 km dan jumlah penduduk sekitar 260 jiwa yang terdiri dari 120 laki-laki dan 140 perempuan. Dan Dusun IV memiliki luas sekitar 1,5 km dan jumlah penduduk sekitar 120 jiwa yang terdiri dari 50 laki-laki dan 70 perempuan.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 19 32 51

5-9 61 38 99

10-14 127 106 233

15-19 100 63 163


(3)

20

25-29 37 29 66

30-34 51 26 77

35-39 50 7 57

40-44 67 46 113

45-49 23 20 43

50-54 17 15 32

55-59 15 13 28

60-64 4 12 16

65+ 6 5 11

Jumlah 609 457 1066

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Sigaol Marbun Tahun 1995.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Sigaol Marbun menurut jenis kelamin yaitu:

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 742

2 Perempuan 709

Jumlah 1451


(4)

21

Penduduk Desa Sigaol Marbun mayoritas beragama Kristen protestan. Suku mayoritas di Desa ini adalah suku Batak Toba.

2.3. Mata Pencaharian

Pertanian merupakan sektor ekonomi utama yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Sigaol Marbun, namun ada juga beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional seperti menanam padi masih menggunakan alat banting padi, sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebelum adanya usaha batu bata di Desa Sigaol Marbun mata pencaharian utama desa ini yaitu bertani. Mereka menanam tanaman muda seperti cabai, jagung, padi dan juga ubi-ubian. Pertanian di Desa Sigaol Marbun secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni pertanian lahan basah meliputi persawahan

yang hanya mengharapan hujan datang disebut dengan nama saba langit10

Selain bertani, pada umumnya masyarakat Desa Sigaol Marbun juga peternak yang terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti kerbau, ternak kecil seperti kambing dan babi, sedangkan unggas diantaranya adalah ayam.Kegiatan

. Sehingga masyarakat Desa Sigaol Marbun susah mendapatkan hasil yang cukup untuk kebutuhannya.

10


(5)

22

beternak biasanya hanya usaha sampingan. Karena produksi ternak yang terbatas, biasanya sebagian besar hasil ternak warga hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit yang dijual.

Usaha pertanian tetap diusahakan oleh masyarakat Sigaol Marbun, tetapi karena kondisi tanah kurang memungkinkan untuk pertanian maka hasilnya juga kurang berkembang. Kondisi ini yang membuat dan mengharuskan masyarakat Desa Sigaol Marbun berusaha mengatasinya dengan membuka usaha batu bata.

2.4. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan jaman. Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan dan lain-lain.

Pendidikan sebelum tahun 1970 di Desa Sigaol Marbun relatif masih rendah. Hal ini di sebabkan masih sangat rendahnya kesadaran akan pentingnya arti pendidikan. Pada tahun 1980-an di Desa Sigaol Marbun hanya ada satu sekolah yakni Sekolah Dasar yaitu SD Impres Kobun No. 17. Sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ada di pusat kecamatan dan harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer dan bahkan sampai 15 kilometer. Dan


(6)

23

sebagian besar di tempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda, sedangkan yang lain memilih tinggal di tempat kos atau tinggal di tempat saudara.