Karakteristik Kehamilan Remaja di Puskesmas Padang Bulan Selayang II pada Tahun 2015

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja

2.1.1 Definisi

Remaja adalah masa transisi dari alam anak ke alam dewasa yang berlaku pada umur 11-19/20 tahun. . Pada tempoh ini seseorang akan mula menjadi matang dengan menunjukkan ciri-ciri seks sekunder. Tambahan pula, anak itu akan mulai merasakan ciri-ciri kepribadian, mempunyai suatu perasaan seperti mencapai kebebasan, dan akan berupaya untuk mencapai keyakinan dari ibubapanya. Berdasarkan kematangan psikososial dan sifat seksual, setiap adolesen akan mengalami tahapan berikut dalam proses pertumbuhannya menuju ke alam dewasa, yaitu (1) masa remaja awal/ early adolescence : dari umur 11-13 tahun, (2) masa remaja pertengahan/ middle adolescence : dari umur 14-16 tahun, dan akhirnya masa remaja lanjut/ late adolescence : dari umur 17-20 tahun (Sarwono, 2011).

Namun, terdapat berbagai pendapat dari berbagai pihak tentang batas umur seorang anak itu dikatakan remaja. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia 10 - 19 tahun (WHO, 2014). Menurut UNICEF, masa remaja dikategorikan dalam dua tahap yaitu masa remaja awal/ early adolescence ketika anak itu berusia 10 14 tahun dan masa remaja lanjut/ late adolescence ketika anak itu berusia 15 19 tahun (UNICEF, 2011). Menurut BKKBN, remaja adalah anak yang berusia 10 24 tahun (BKKBN, 2011). Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap remaja bila anak itu sudah cukup matang untuk menikah yaitu anak perempuan yang berusia 16 tahun dan anak laki-laki yang berusia 19 tahun. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, seorang anak itu dianggap remaja ketika anak itu sudah berusia 18 tahun bersamaan dengan saat lulus dari sekolah menengah (IPS, 2013).


(2)

Berdasarkan kronologis umur remaja yang ditentukan oleh berbagai pihak di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa umur bermulanya alam remaja itu lebih kurang sama walaupun umur akhirnya alam remaja itu bervariasi.

G. Stanley Hall yang lebih dikenali sebagai bapak psikologi remaja telah membangunkan sebuah teori psikologi perkembangan remaja dalam usaha mendirikan ide-ide Charles Darwin tentang evolusi. Dalam teorinya itu, Hall telah mengemukakan empat periode yang berbeda tentang perkembangan manusia yaitu;infancy/animal (dari lahir hingga usia 4 tahun),childhood/anthropoid (dari umur 4 tahun hingga 8 tahun),youth/half-barbarian(dari umur 8 tahun hingga 12 tahun), danadolescence/civilized(dari umur 12 hingga 25 tahun). Dalam teorinya, Hall mendeskripsikan alam remaja/adolescence sebagai storm and stress. Begitu juga dengan Erik Erikson dalam teorinya tentang perkembangan psikososial, beliau telah menyatakan bahwa masa remaja adalah masa pencarian identitas diri atau krisis identitas. Karakteristik remaja yang sedang berusaha untuk mencari identitas diri ini dapat menimbulkan beberapa masalah pada diri remaja (Dacey, 1997).

Masalah yang terjadi pada diri remaja ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah kesehatan fisis dan masalah perilaku yang menimbulkan kelainan fisis. Masalah-masalah kesehatan fisis yang terjadi pada para remaja adalah seperti akne, gangguan pendengaran, gangguan pada mata, karies dentis, dan masalah gizi. Contoh masalah perilaku adalah seperti penggunaan alcohol dan obat-obatan yang terlarang, kecelakaan, hubungan seksual pra-nikah, kawin pada usia muda, aborsi, dan infeksi menular seksual (IPS, 2013). Kehamilan pada usia muda merupakan salah satu masalah yang mempunyai angka statistik yang kecil tetapi jika tidak dilakukan pengaturan kehamilan tingkat kelahiran di Indonesia akan terpengaruh (Riskesdas, 2013).


(3)

2.2 Kehamilan remaja 2.2.1 Definisi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kehamilan diartikan sebagai suatu kondisi dimana terdapat janin dalam rahim wanita yang merupakan hasil pembuahan dari sperma laki-laki pada sel telur wanita (Pusat Bahasa, 2008). Menurut WHO, kehamilan remaja adalah kehamilan yang berlaku pada wanita yang berusia 11-19 tahun (WHO, 2004).

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang berlaku di kalangan anak remaja yang berusia kurang dari 20 tahun, yang umumnya terjadi karena peningkatan perilaku seksual antara remaja yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak disengajakan (Dewi, 2012). Kehamilan yang terjadi di usia muda merupakan salah satu resiko seks bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1996) kehamilan remaja adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Rosa, 2012).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kehamilan remaja

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda, yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan di usia muda antara lain (Rosa, 2012) :

1. Tingkat pendidikan

Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan usia muda.

2. Ekonomi

Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan kata lain sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan. Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan


(4)

bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual pada usia muda. Karena kemiskinan ini, remaja putri terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (Rosa, 2012).

3. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja menjadi salah satu penyebab karena masyarakat tempat di mana remaja membesar memberikan gambaran yang sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang ( Rosa, 2012).

4. Hukum atau peraturan

Dalam agama Islam, menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak perkawinan usia muda (UU. Pernikahan tahun 1974).

5. Adat Istiadat atau pandangan masyarakat

Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum menikah di anggap sebagai aib keluarga. Di kebanyakan daerah ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan yang salah yaitu kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua (Rosa, 2012). 6. Dorongan Biologis

Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan naluri alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca


(5)

buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambar gambar yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja (Manuaba, IBG, 2010).

7. Kepatuhan Terhadap Orang Tua

Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap orang tua atau sifat menentang (Rosa,2012).

8. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan hubungan seks, karena mengingat ini adalah dosa besar yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obat obatan misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengarui pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah (Rosa,2012).

9. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah

Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari harinya dengan kesibukan masing masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya terabaikan. Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/ motel atau ke night club sampai


(6)

larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pra nikah (Rosa,2012).

10. Pandangan terhadap Konsep Cinta

Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan (Rosa,2012).

2.2.3 Resiko kehamilan remaja

1. Gugur kandungan atau aborsi

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non-professional dapat menimbulkan efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena


(7)

mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa (BKKBN, 2012).

2. Pre eklamsia

Pre eklamsia adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh

dan tingginya jumlah protein di urin.

Ibu hamil yang mengalami pre eklamsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada sistem pembuluh darah, dan eklamsia , yaitu gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat sangat serius bagi ibu dan bayinya.

Pada bayi, preeklamsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa kekurangan oksigen (hypoxia) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran ( perinatal death) (BKKBN, 2012).

3. Eklamsia, kejang pada kehamilan.

Istilah eklamsia berasal dari bahasa yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah - olah gejala eklamsia timbul dengan tiba - tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklamsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklamsia. Eklamsia dibedakan menjadi 3 yaitu eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum dan eklamsia puerperale. Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklamsia didahului oleh preeklamsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal


(8)

yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu (BKKBN, 2012).

4. Infeksi atau peradangan yang terjadi pada kehamilan

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesteron pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.

Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah ISK.

Komplikasi yang sering muncul akibat infeksi saluran kemih yang parah adalah pielonefritis (radang pada piala ginjal) , hipertensi ( tekanan darah tinggi ), abortus prematurus , hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, kematian janin dalam kandungan dan anemia (BKKBN, 2012).

5. Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% .Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.

Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan Abortus ( keguguran) dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester


(9)

II dapat menyebabkan: persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat menyebabkan : atonia uteri , retensio plasenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadinya febris puerpuralis dan gangguan involusi uteri.

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda (BKKBN, 2012).

6. Kanker rahim

Kanker Rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua. Untuk itu perlu ada upaya pencegahan untuk mengurangi resiko resiko tersebut di atas antara lain melalui sosialisasi program Pendewasaan Usia Perkawinan atau jika telah terlanjur menikah muda, bisa melakukan program Penundaan Anak Pertama artinya kehamilan terjadi ketika organ fisiologis sudah sempurna dan aspek psikologis sudah siap. Biasanya


(10)

kesiapan ini terjadi pada usia > 20 tahun bagi wanita dan usia > 25 tahun pada laki laki. Untuk menunda anak pertama dapat menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki reverbilitas dan fektifitas yang tinggi, seperti kondom dan IUD (BKKBN, 2012).

7.Persalinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Kekurangan zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan janin ketika dalam kehamilan dapat mengakibatkan tingginya persalinan prematur, BBLR, dan cacat bawaan (BKKBN, 2012).

2.2.4 Dampak kehamilan remaja

Kehamilan yang terjadi pada usia muda akan menimbulkan berbagai masalah seperti berikut :

1. Masalah kesehatan reproduksi

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun (Rosa, 2012).

2. Masalah psikologis

Umumnya para pasangan berusia muda berada dalam keadaan dimana psikologisnya masih belum matang. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya relative masih muda ketika menikah. Manakala remaja yang hamil di luar nikah pula akan menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, rasa menyesal, rendah diri dan sebagainya (Rosa, 2012).

3. Masalah sosial ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan kematangan dalam sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umunya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai sokongan untuk menjaga


(11)

keluarga. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga akan menimbulkan stress (Rosa, 2012).

2.2.5 Penanggulangan

2.2.5.1 Pencegahan

Dengan memperhatikan faktor faktor yang dapat menyebabkan kehamilan remaja maka langkah langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja

Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia 10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak laki laki (Rosa, 2012).

2. Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.

Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah terjadinya hubungan seksual pra nikah (Rosa, 2012).

3. Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anak anaknya.

Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak. Untuk orang tua diharapkan


(12)

khususnya yang bekerja agar bisa menyisihkan waktunya dalam membina anak anaknya, minimal pada waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi (Rosa, 2012).

4. Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.

Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehari harinya dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan (Rosa, 2012).

2.2.5.2 Pengobatan

Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi. Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara intensif. Dengan demikian kelainan dan hal hal yang menyulitkan nantinya dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan baik (Rosa, 2012).


(1)

mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa (BKKBN, 2012).

2. Pre eklamsia

Pre eklamsia adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh

dan tingginya jumlah protein di urin.

Ibu hamil yang mengalami pre eklamsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada sistem pembuluh darah, dan eklamsia , yaitu gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat sangat serius bagi ibu dan bayinya.

Pada bayi, preeklamsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa kekurangan oksigen (hypoxia) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran (

perinatal death) (BKKBN, 2012). 3. Eklamsia, kejang pada kehamilan.

Istilah eklamsia berasal dari bahasa yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah - olah gejala eklamsia timbul dengan tiba - tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklamsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda preeklamsia. Eklamsia dibedakan menjadi 3 yaitu eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum dan eklamsia puerperale. Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklamsia didahului oleh preeklamsia, tampak pentingnya pengawasan antenatal


(2)

yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu (BKKBN, 2012).

4. Infeksi atau peradangan yang terjadi pada kehamilan

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada perempuan setelah infeksi saluran nafas. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon progesteron pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.

Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah ISK.

Komplikasi yang sering muncul akibat infeksi saluran kemih yang parah adalah pielonefritis (radang pada piala ginjal) , hipertensi ( tekanan darah tinggi ), abortus prematurus , hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, kematian janin dalam kandungan dan anemia (BKKBN, 2012).

5. Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% .Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.

Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan Abortus ( keguguran) dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester


(3)

II dapat menyebabkan: persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat menyebabkan : atonia uteri , retensio plasenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadinya febris puerpuralis dan gangguan involusi uteri.

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda (BKKBN, 2012).

6. Kanker rahim

Kanker Rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua. Untuk itu perlu ada upaya pencegahan untuk mengurangi resiko resiko tersebut di atas antara lain melalui sosialisasi program Pendewasaan Usia Perkawinan atau jika telah terlanjur menikah muda, bisa melakukan program Penundaan Anak Pertama artinya kehamilan terjadi ketika organ fisiologis sudah sempurna dan aspek psikologis sudah siap. Biasanya


(4)

kesiapan ini terjadi pada usia > 20 tahun bagi wanita dan usia > 25 tahun pada laki laki. Untuk menunda anak pertama dapat menggunakan alat kontrasepsi yang memiliki reverbilitas dan fektifitas yang tinggi, seperti kondom dan IUD (BKKBN, 2012).

7.Persalinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Kekurangan zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan janin ketika dalam kehamilan dapat mengakibatkan tingginya persalinan prematur, BBLR, dan cacat bawaan (BKKBN, 2012).

2.2.4 Dampak kehamilan remaja

Kehamilan yang terjadi pada usia muda akan menimbulkan berbagai masalah seperti berikut :

1. Masalah kesehatan reproduksi

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun (Rosa, 2012).

2. Masalah psikologis

Umumnya para pasangan berusia muda berada dalam keadaan dimana psikologisnya masih belum matang. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya relative masih muda ketika menikah. Manakala remaja yang hamil di luar nikah pula akan menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, rasa menyesal, rendah diri dan sebagainya (Rosa, 2012).

3. Masalah sosial ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan kematangan dalam sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umunya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai sokongan untuk menjaga


(5)

keluarga. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga akan menimbulkan stress (Rosa, 2012).

2.2.5 Penanggulangan 2.2.5.1 Pencegahan

Dengan memperhatikan faktor faktor yang dapat menyebabkan kehamilan remaja maka langkah langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja

Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat sangat diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia 10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak laki laki (Rosa, 2012).

2. Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.

Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah terjadinya hubungan seksual pra nikah (Rosa, 2012).

3. Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anak anaknya.

Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak. Untuk orang tua diharapkan


(6)

khususnya yang bekerja agar bisa menyisihkan waktunya dalam membina anak anaknya, minimal pada waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi (Rosa, 2012).

4. Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.

Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehari harinya dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan (Rosa, 2012).

2.2.5.2 Pengobatan

Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi. Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara intensif. Dengan demikian kelainan dan hal hal yang menyulitkan nantinya dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan baik (Rosa, 2012).