Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kerbau dan Dosis Pupuk Anorganik Terhadap Hara N, P, K Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia. Bawang merah memiliki nilai ekonomi penting yang tidak bisa
diremehkan begitu saja. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan
seperti mie instan, makanan ringan, restoran siap saji dan sebagainya turut serta
mempengaruhi

permintaan

bawang

merah

yang

cenderung

mengalami


peningkatan (Dewi, 2012).
Data dari Badan Pusat Statistik (2014), luasan panen tanaman bawang
merah di Indonesia pada tahun 2013 adalah 98.937 ha dengan produksi 1.010.773
ton. BPS (2015) menyatakan bahwa di provinsi Sumatera Utara, luasan panen,
produksi, dan produktivitas bawang merah pada

tahun

2013 berturut-turut

yaitu 1.048 ha, 8.305 ton; 7,92 ton/ha yang mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan luasan panen 1.581 ha, produksi
14.158 ton, dan produktivitas 8,96 ton/ha pada tahun 2012. Begitu juga di
Kabupaten Samosir, mengalami penurunan pada tahun 2013 dengan luasan panen
167 ha, produksi 1114 ton dan produktivitas 6,67 ton/ha jika dibandingkan
pada tahun

2012

dengan


luasan

panen 211 ha, produksi 1504 ton dan

produktivitas 7,13 ton/ha.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas bawang merah adalah
keadaan tanah. Menurut Pokja Sanitasi Kabupaten Samosir (2014), jenis tanah
secara umum di Kabupaten Toba Samosir adalah podsolik coklat kelabu,
podsolik coklat, dan litosol dimana jenis tanah yang dominan di Kabupaten Toba
Samosir ini adalah jenis tanah podsolik coklat (42,92 % dari keseluruhan).

Universitas Sumatera Utara

Sebaran jenis tanah di wilayah Simanindo didominasi oleh jenis tanah litosol dan
podsolik. Ketiga jenis tanah tersebut umumnya memiliki sifat yang sama serta
biasanya terdapat di daerah pegunungan. Adapun sifat ketiga jenis tanah tersebut
yang hampir sama, yaitu: Sangat peka terhadap erosi; memiliki tingkat keasaman
yang tinggi pada lapisan bawah, dan kandungan bahan organik yang rendah.
Rendahnya kandungan bahan organik yang terkandung di dalam tanah dan

kurangnya penggunaan pupuk organik dapat mempengaruhi produktivitas bawang
merah menjadi rendah. Dari data analisis tanah dari PT Nusa Pusaka Kencana
(2015) Kandungan hara pada sampel tanah di Desa Unjur Kecamatan Simanindo
kabupaten samosir dengan N sebesar 0,13% , K sebesar 0,13 me/100g dan corganik sebesar 0,95 % dan pH 5,95.
Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik merupakan salah satu
solusi dalam meningkatkan kandungan hara dan bahan organik di dalam tanah.
Jazilah, dkk (2007) melaporkan pada tanaman bawang yang ditanam di screen
house (rumah kasa) pada Kebun Percobaan Batang, di desa Depok, Kecamatan
Tulis, Kabupaten Batang menunjukkan bahwa Bobot kering umbi per rumpun
tertinggi dicapai pada dosis pupuk anorganik 200 kg/ha (P3) dan pupuk kandang.
Dimana pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk NPK (15:15:15) dan
pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam.
Pupuk kandang kerbau sangat mudah didapatkan di Kabupaten Samosir.
Penggunaan pupuk kandang kerbau selain sebagai sumber bahan organik juga
dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman bawang merah. Adapun
kandungan hara dari pupuk kandang padat kerbau menurut Purba Lingga (1991)
dalam Hartatik dan Widowati (2006) adalah 12,7% bahan organik; 0,25% N ;

Universitas Sumatera Utara


0,18% P2O5 ; 0,17% K2O ; 0,4% CaO dan 81% Air.
Kerugian dari penggunaan pupuk NPK majemuk adalah sukar untuk
memenuhi

kebutuhan

rekomendasi

pupuk

secara

tepat

dengan

hanya

menggunakan pupuk majemuk saja. Dengan demikian diperlukan penambahan
sumber hara yaitu dengan pemberian pupuk tunggal berupa pupuk KCl dan

pupuk ZA. Sumarni dan hidayat (2005) menyatakan bahwa pupuk ZA selain
mengandung N (21%) juga mengandung S (23%). Bawang merah merupakan
salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak sulfat. Ketajaman aroma
tanaman bawang merah berkorelasi dengan ketersediaan S di dalam tanah.
Penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan masyarakat petani
bawang

merah

sangat

tinggi

dosisnya. Umumnya menggunakan pupuk

majemuk Phonska dengan dosis 800 kg/ha dan ZA sebesar 400 kg/ha sesuai
dengan dosis dari PT. Petrokimia Gresik. Jika dilakukan perhitungan pupuk
menurut Agus dan Ruijter (2004), dosis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan
hara bawang adalah 65 kg/ha Phonska dan 65 kg/ha ZA dan 15 kg/ha KCl.
Penggunaan pupuk yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah dengan

mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik secara tepat dan
berimbang sehingga diharapkan mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Penggunaan pupuk kandang dan pupuk

anorganik diharapkan mampu

meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Akan tetapi, belum
diketahui dosis pupuk terbaik untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah,
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk
kandang, dan berbagai dosis rekomendasi pupuk organik agar komposisi unsur

Universitas Sumatera Utara

hara dalam tanah seimbang sehingga dapat menghasilkan produksi tanaman
bawang merah yang maksimal.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi hara N,P,K dalam tanah, respon pertumbuhan dan
produksi tanaman bawang merah varietas Medan terhadap pemberian pupuk
kandang kerbau dan dosis pupuk anorganik di Desa Unjur Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir.

Hipotesis Penelitian
Pemberian pupuk kandang kerbau, beberapa dosis pupuk anorganik
memberikan pengaruh nyata terhadap hara N,P,K dalam tanah, pertumbuhan dan
produksi bawang merah varietas Medan di Desa Unjur Kecamatan Simanindo
Kabupaten Samosir.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara