Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

17

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG USAHA KECIL DAN MENENGAH

A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha
yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional.12
Usaha Mikro Kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha, yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

Iman Pirman Hidayat, Adi Ridwan Fadillah, “Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha
Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional”, Tesis,
2009.
12

17
Universitas Sumatera Utara

18

200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang
berdiri sendiri.13
Berikut ini adalah batasan atau kriteria usaha kecil dan menengah menurut
beberapa organisasi dan peraturan yang berlaku :
1. Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pengertian UMKM :14

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 15
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

13

https://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/04/12/usaha-kecil-menengahukm/(diakses tanggal 21 Mei 2016)
14
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
Pasal 1 angka 1.

15
Ibid, angka 2.

Universitas Sumatera Utara

19

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.16
2. Badan Pusat Statistik
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut badan pusat statistik
adalah:17
a. Usaha mikro. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk
tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.
b. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang.
c. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang.
3. Bank Indonesia
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Indonesia adalah:
a. Usaha mikro. (SK. Direktur BI No.31/24//Kep/DER tanggal 5 Mei 1998).
Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki

oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha
mudah untuk exit dan entry.
b. Usaha kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
16

Ibid, angka 3
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/usaha-mikro-kecil-dan-menengah.html (diakses
tanggal 21 Mei 2016).
17

Universitas Sumatera Utara

20


bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah (SK Dir. BI No.30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet

tahunan < 3 Milyar Asset = Rp. 5 milyar untuk sektor industri Asset =
Rp.600 juta di luar tanah dan bangunan untuk sektor non industri
manufacturing.

4. Bank Dunia
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah:
a. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang.
b. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang dan
asset = US$ 500 ribu di luar tanah dan banguan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa UKM adalah
sebuah bangunan usaha yang berskala kecil. Umumnya, dimiliki oleh
perseorangan maupun kelompok. Bidang yang digarap oleh UKM antara lain:
toko kelontong, salon kecantikan, restoran, kerajinan, dan lain-lain. Biasanya
usaha tersebut digagas oleh satu atau dua orang pendiri.
Ketentuan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Universitas Sumatera Utara

21

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 Tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan

Usaha

Kecil dan program bina lingkungan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor PER-20/MBU/2012 Tanggal 27 Desember 2012, Usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan dengan kriteria
sebagai berikut : 18
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
18

Perubahan kedua Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan program bina lingkungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-20/MBU/2012 Tanggal 27 Desember
2012.

Universitas Sumatera Utara

22

2. Milik Warga Negara Indonesia.
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
4. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
5. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun.
7. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable)
Dari masing-masing jenis usaha diatas batas jumlah tenaga perusahaan
tidaklebih dari 300 orang oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik
sealigus pengelola perusahaan, serta memanafaatkan tenaga kerja dari keluarga dan
kerabat dekatnya.19 Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga

kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya
dari

modal

sendiri

atau

sumber-sumber

lain

seperti

keluarga,

kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Sebagian besar usaha kecil ditandai
dengan belum dipunyainya status badan hukum.


B. Dasar Hukum Usaha Kecil dan Menengah
Pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada 4 Juli 2008. Undangundang ini

19

merupakan landasan dan payung hukum

untuk

memberdayakan

Subanar, Harimurti. Manajemen Usaha Kecil. BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 2

Universitas Sumatera Utara

23

UMKM di tanah air. Maksudnya, pemberlakuan undang-undang tersebut
memberikan


implikasi

yang

luas

bagi

semua

stakeholder

untuk

menjadikannya sebagai pedoman bersama ke arah perubahan paradigma
pemberdayaan UMKM.20
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, tentang UMKM terdiri dari
11 bab, 44 Pasal, dan 45 ayat. Diantara pasal-pasal tersebut terdapat lima
pasal yang mendelegasikan secara tegas pengaturan beberapa substansi secara
lebih detail dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Pertama, Pasal 12 ayat (2),
tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Usaha bagi UMKM. Kedua, Pasal
16 ayat (3) tentang Tata Cara Pengembangan UMKM. Ketiga, Pasal 37,
tentang Kemitraan. Keempat, pasal 38 ayat (3), tentang Penyelenggaraan
Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM. Kelima, Pasal 39 ayat (3),
tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Dalam
Hubungan Kemitraan Usaha.
Usaha Kecil menegah memiliki landasan hukum berupa Undang-Undang,
yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dan berdasarkan dari TUPOKSI 33 masing-masing.
Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dengan dasar hukum pasal 33 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945
yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan.

20

Aangkusnandar.http:Wordpress.Com/2010/01/06/”Landasan-Hukum-PengembanganUmkm”/(diaskes tanggal 21 Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

24

Undang-Undang ini, unsurnya adalah Pemberdayaan, di mana esensi
dari pemberdayaan itu adalah unsur penciptaan iklim usaha serta pembinaan dan
pengembangan. Penciptaan iklim usaha merupakan refleksi tugas Pemerintah
yang

diwujudkan

dalam

berbagai

bentuk

kebijakan,

peraturan dan

perundangan yang mengarahkan untuk mengatasi permasalahan ekternal yang
dihadapi UMKM dan memfasilitasi terbukanya peluang berusaha secara
berkeadilan. Pada undang-undang ini penciptaan iklim usaha mencakup aspek
pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, perijinan usaha, kesempatan
berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan.
Undang-undang ini juga memberikan porsi pengaturan bersifat umum
untuk semua pelaku UMKM. Selain itu terdapat pula bagian pengaturan yang
bersifat khusus hanya untuk pelaku usaha tertentu, yaitu usaha mikro dan kecil
saja dan atau bagi usaha menengah saja. Hal ini disebabkan dasar kebutuhan dari
ketiga rumpun bisnis UMKM itu memang dalam tingkatan kemampuan yang
berbeda sehingga perlu diatur secara berbeda.
Adapun yang menjadi landasan hukum UKM adalah sebagai berikut:21
1. Untuk usaha kecil industri diatur oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995.
2. Undang-Undang No.20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan undangUndang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha mikro, Kecil, dan Menengah.
21

http://infoukm.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-tentang-ukm/
diakses tanggal 21 Januari 2016

Universitas Sumatera Utara

25

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil.
6. Inpres Nomor 10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.
7. Keppres No. 127 Tahum 2001 Tentang Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan
Untuk Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat
kemitraan.
8. Keppres No. 56 Tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan
Menengah.
9. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang program Kemitraan badan
Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina lingkungan.

C. Peranan dan Manfaat Usaha kecil dan Menengah
Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang
peranan usaha skala UKM. Beberapa kesimpulan, setidaktidaknya hipotesis telah
ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat
sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil.
Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II,
sumbangan UKM ternyata tidak bisa diabaikan Negara-negara berkembang yang
mulai mengubah orientasinya ketika melihat pengalaman di negara-negara
industri maju tentang peranan dan sumbangan UKM dalam pertumbuhan
ekonomi. Ada perbedaan titik tolak antara perhatian terhadap UKM di negaranegara sedang berkembang (NSB) dengan di negara-negara industri maju. Di

Universitas Sumatera Utara

26

Negara sebelum berkembang, UKM berada dalam posisi terdesak dan tersaingi
oleh usaha skala besar.22
Usaha Kecil Menengah sendiri memiliki berbagai ciri kelemahan, namun
begitu karena UKM menyangkut kepentingan rakyat/masyarakat banyak, maka
pemerintah terdorong untuk mengembangkan dan melindungi UKM. Sedangkan
di negaranegara maju UKM mendapatkan perhatian karena memiliki faktor-faktor
positif yang selanjutnya oleh para cendekiawan (sarjana –sarjana) diperkenalkan
dan diterapkan ke NSB. Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam
setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen:
1. Departeman Perindustrian dan Perdagangan
2. Deparetemen Koperasi dan UKM
Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat
hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM masih sangat kecil
dibandingkan dengan usaha besar. Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan
ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor
pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil
pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti: perizinan –
teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan.
Pertumbuhan UKM

di

Indonesia membawa dampak

baik

bagi

perkembangan ekonomi. Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah rasio kredit
22

Juliana Nainggolan, Kajian Akses Ukm Ke Kredit Perbankan Di Kabupaten Dairi,
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2012, hal 11.

Universitas Sumatera Utara

27

bermasalah alias non performing loan (NPL).

Jumlah pelaku usaha industri

UMKM Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya, terutama
sejak tahun 2014. Terus mengalami perkembangan sehingga diperkirakan tahun
2016 jumlah pelaku UMKM di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan.
Saat ini populasi penduduk dengan usia produktif lebih banyak daripada jumlah
lapangan kerja yang tersedia. Hal ini memicu khususnya para pemuda untuk
menciptakan peluangnya sendiri dengan membuka bisnis. Sebagian besar
tergolong sebagai pelaku usaha sektor industri UKM.23
Associate Director

Fitch Ratings Julita Wikana mengungkapkan,

berdasarkan diskusi dengan perbankan, penyumbang NPL terbesar adalah sektor
small medium enterprise (SME) UKM, lalu sektor kredit korporasi. Sedangkan

NPL di sektor kredit konsumen tergolong stabil. Selain itu, UKM juga memiliki
pengaruh besar terhadap jumlah pendapatan Negara.24 Beberapa jenis UKM
menjadi sumber devisa Negara, dengan kata lain UKM telah menjadi investasi
bagi Negara. Terutama UKM dibidang pertanian dan kerajinan. Sektor pertanian
di Indonesia telah menjadi salah satu komoditas yang besar bagi kebutuhan dalam
negeri atau bahkan sebagai komoditas ekspor bagi Indonesia. Tidak lain halnya
dengan produksi kerajinan Indonesia, produksi kerajinan beberapa daerah di
Indonesia tidak hanya laku di pasaran domestik saja, namun telah mampu
merambah di pasar dunia khususnya Negara di Asia. Selain bermanfaat bagi
pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari UKM juga mampu
mengurangi angka pengangguran di masyarakat, sekaligus juga meningkatkan
23

http://www.lisubisnis.com/2016/02/perkembangan-jumlah-umkm-di-indonesia.html
(diakses tanggal 21 Mei 2016).
24
Juliana Nainggolan. Op.Cit, hal 15.

Universitas Sumatera Utara

28

tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebab banyaknya UKM yang berdiri telah
mampu memperkerjakan jutaan tenaga kerja yang tadinya menjadi pengangguran.
Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat akan meningkat serta lebih terjamin.

D. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah
Perkembangan UKM dihalangi oleh banyaknya hambatan. Permasalahanpermasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain, antara
perdesaan dan perkotaan, antarsektor, ataupun antarsesama perusahaan di sektor
yang sama. Namum demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua
UKM di negara manapun juga.

Rintangan-rintangan yang umum tersebut

termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam
pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input, keterbatasan akses ke
informasi mengenai peluang pasar, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi,
kualitas sumber daya manusia yang rendah, kemampuan teknologi, biaya
transportasi dan energy yang tinggi, keterbatasan komunikasi, biaya yang tinggi
akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks, khususnya dalam
pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak tentu arah.
Permasalahan umum yang biasa terjadi pada UKM tersebut secara garis
besar antara lain :25

25

Ari Syofwan, Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Pengembangan UMK di
Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank Bri Kecamatan Gebang), Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan, 2012, hal 25.

Universitas Sumatera Utara

29

1. Kesulitan dalam pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang paling kritis bagi
perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan Kenneth James dan
Narongchai Akrasanee pada tahun 1988 di sejumlah Negara ASEAN, dalam
bukunya menyimpulkan bahwa UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di
semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti penigkatan kualitas produk
dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut
berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalh pemasaran yang dialami
yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan
sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang
akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri. 26
2. Keterbatasan finansial
Dua masalah utama di dalam kegiatan UKM di Indonesia, yaitu dalam
aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial
jangka panjang untuk investasi yang sangat dibutuhkan demi pertumbuhan output
jangka panjang. Walaupun pada umunya modal awal bersumber dari modal atau
tabungan

sendiri

atau

sumber-sumber

informal,

namun

sumber-sumber

permodalan ini sering tidak memadai dalam kegiatan produksi maupun investasi.
Walaupun banyak skim-skim kredit dari perbankan dan Universitas Sumatera
Utara bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari
sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan Usaha Mikro
dan Kecil. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang

26

Ibid

Universitas Sumatera Utara

30

tinggal di daerah, persyaratan yang terlalu berat, urusan administrasi yang rumit,
dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta
prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis
perbankan menyebabkan UKM juga sulit memperoleh kredit.
3. Keterbatasan sumber daya manusia
Salah satu kendala serius bagi banyak UKM di Indonesia ialah keterbatasan
sumber daya manusia terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen,
teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control,
organisasi bisnis akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian
pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam
produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.
4. Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi
salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan
produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan karena harga
yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usahanya dan
berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatsan bahan
baku. 27
5. Keterbatasan teknologi
Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang

27

Ibid

Universitas Sumatera Utara

31

bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi
kurang maksimal dan kualitas produk relatif rendah.
6. Kemampuan manajemen
Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang
sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya membuat
pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni
yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan Usaha
Mikro dan Kecil, baik dari unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
7. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan
tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah
kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan
yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja.28
Masalah lain dari UKM adalah dalam rantai pasokan. Kadang-kadang mereka
menemukan kesulitan dalam memberikan produk kepada pelanggan. Mereka
membutuhkan organisasi yang lebih besar atau jaringan untuk mendistribusikan
produk. Hal ini disebut sebagai kemitraan bisnis yang membangun berdasarkan
kepercayaan, loyalitas, dan bersatu antara bisnis. 29
Menurut Andang, permasalahan UKM dapat dikategorikan sebagai
berikut:30

28

Ibid
Library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00393-IF%20Bab2001.pdf
(diakses tanggal 21 Mei 2016)
30
Andang Setyobudi, 2007, Peran Serta Bank Indonesia dalam Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan 5 , 29-35
29

Universitas Sumatera Utara

32

1. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UKM (basic problems),
antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang umumnya
non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk dan akses
pemasaran;
2. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan
penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap
desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang
menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang
berlaku di negara tujuan ekspor;
3. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari
instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi
persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam
hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan.
Sedangkan menurut Tambunan masalah mendasar yang dihadapi oleh
usaha mikro meliputi:
a. Keterbatasan Sumber daya Manusia (SDM);
b. Kesulitan Pemasaran;
c. Keterbatasan Finansial;
d. Masalah Bahan Baku;
e. Keterbatasan Teknologi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Masalah mendasar usaha
kecil yang paling menonjol menyangkut menyediakan modal usaha atau
pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara