Kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma : tinjauan sosiologi sastra - USD Repository

KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NASKAH DRAMA TUMIRAH SANG MUCIKARI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

  i

  Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Valentinus Ola Beding

  NIM: 044114005

  PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juli 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI One Love, One Heart

‘Satu Cinta, Satu Hati’

  

(Bob Marley)

Non Scholae Set Vitae Discimus

  

‘Kita belajar bukan untuk mencari nilai semata

tetapi untuk menghadapi hidup ’

  Kemenangan yang seindah

  • – indahnya dan sesukar –

    sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah

    menundukan diri sendiri.

  

(Ibu Kartini )

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  

Sang Mahakasih

Bapak dan Ibu

Chris dan Robert

Serta semua orang yang kukasihi

KATA PENGANTAR

  iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yaitu:

  1. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan dan masukan kepada saya untuk meyelesaikan skripsi ini.

  2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II, terima kasih telah meluangkan banyak waktu untuk memberi masukan dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Seluruh dosen Jurusan Sastra Indonesia, yang telah dengan sabar membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Sastra Indonesia.

  4. Kedua orang tua saya Bapak Rafael Suban Beding dan Ibu Lusia Hubung yang telah memberi dukungan secara material dan spiritual kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai.

  5. Kedua adikku Christianus Beding dan Robert Advento Beding, terima kasih atas dukungan dan semangatnya. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Teman-teman komunitas Bengkel Sastra tempat penulis membongkar pasang onderdil kehidupan yang telah membantu penulis mewujudkan penulisan skripsi ini.

  7. Teman-teman FKPMKS, HMKK, SEKBER J.C Oevaang Oerray, dan anak-anak Kalimantan yang ada di Yogyakarta, terimakasih atas kebersamaannya, terimakasih atas pengalamannya.

  8. Teman-teman main bola Hendra, Parji, Bob, Davis, Lui, Rico, Lingga, Tommy, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah meluangkan waktu untuk bermain bola “BRAVO

  BARCELON A”.

  9. Hendra, terimakasih atas obrolan ringan pada penulis.

  10. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia 2004, terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku perkuliahan.

  11. Yulia terimakasih atas semangatnya.

  12. Teman-teman bermain Cheos, Domex, Bitbit, Angoro, dll. Terima kasih atas kebersamaannya, gurauannya, canda dan tawanya.

  13. Teman-teman kos Grinjing 6B, Bang Kadir, Daniel, Bram, Diana, Bapak dan Ibu kos, dll. terimakasih atas persinggahannya, tempat penulis berteduh dan bermain.

  14. Semua karyawan di Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas pelayanannya selama ini. vi vii

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viii

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Ola Beding, Valentinus. 2011 . “Kekerasan Struktural dan Personal Dalam Naskah Drama Tumirah Sang Mucikari Karya Seno Gumira Ajidarma : Tinjauan Sosiologi Sastra .” Skripsi Strata (S-1). Yogyakarta. : Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra

Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji tentang kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari Karya Seno Gumira Ajidarma. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis unsur intrinsik yang dititikberatkan pada unsur alur dan tokoh dalam drama Tumirah Sang Mucikari untuk mengetahui kekerasan yang terjadi di dalamnya.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian hasil analisis data. Metode pengumpulan data didapat melalui studi pustaka. metode tersebut dipakai untuk mendapatkan data yang ada, yaitu sebuah naskah drama berjudul Tumirah Sang

  

Mucikari , buku-buku referensi, dan artikel atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan

  objek tersebut. Metode analisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi yang menganalisis isi laten dari sebuah naskah drama. Metode penyajian hasil analisis data penulis mengunakan metode deskritif. melalui metode ini penulis memaparkan fakta-fakta kekerasan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

  Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Alur dalam novel Tumirah

  

Sang Mucikari adalah alur maju. Peristiwa-peristiwa yang terjadi berjalan secara

  kornologis. Konflik utama dalam novel Tumirah Sang Mucikari adalah kedatangan para ninja menyusup diam-diam ketika para pelacur sedang ajojing dangdut. Para ninja mengacau, mengobrak-abrik bangunan bordil, menendang, melempar, dan membakarnya. (2) Tokoh Minah adalah pelacur yang berwatak pandai, sopan, dan penurut. Tumini berwatak genit, disukai para lelaki pembeli nafsu, sedangkan Lastri gadis cantik berwatak sombong. Watak datar adalah watak tokoh-tokoh dalam cerita drama yang bersifat statis. Tokoh Sukab, Mahmud, ninja-ninja, peronda, dan hakim adalah berwatak datar. Watak para tokoh tidak begitu dominan dipaparkan. hanya diam dan tidak bergerak. (3) Kekerasan struktural dan personal sebagai berikut. Kekerasan struktural dalam drama Tumirah Sang Mucikari didasari bentuk tindakan kekerasan yang tidak terlihat namun dapat dirasakan. Para tokoh seperti Tumirah, para pelacur, dan Sukab merupakan korban kekerasan struktural mereka korban kelicikan, pembohongan, dan ketidaksamaan serta kesederajatan struktur sosial. x

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Secara pisikologis, para tokoh mengalami ketakutan dan kebimbangan. Kemudian imbasnya para tokoh Tumirah, para pelacur, dan Sukab terganggu jiwanya. Kekerasan personal dalam drama Tumirah Sang Mucikari didasari hiruk-pikuk kekuasaan dan masih lemahnya struktur sosial sehingga masyarakat melakukan segala cara untuk mendapatkan kekuasan, yaitu dengan cara menghilangkan nyawa seseorang, mudah di provokator dan melakukan penganiayaan, pemukulan, pemerkosaan serta hukuman picis. xi

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Ola Beding, Valentinus. 2011. "Structural Violence and Personal In Drama

Scripts Tumirah Sang Mucikari of Work Seno Gumira Ajidarma:

  Review of Sociology of Literature." Thesis Strata (S-1). Yogyakarta. : Indonesian Literary Studies Program, Department of Indonesian

Literature, Faculty of Letters, University of Sanata Dharma.

  This study examines the structural and personal violence in drama Tumirah the Work Pimps Seno Gumira Ajidarma. The purpose of this study is to analyze the intrinsic elements that focus on plot elements and characters in the play The Pimps Tumirah to know the violence that happens in it.

  The approach used in this study is the sociological approach to literature, namely the opposite approach from the assumption that literature is a reflection of community life.

  The method used in this study include data collection methods, data analysis methods, methods of presenting the results of data analysis. Methods of data collection obtained through a literature study. The method used to obtain the data, which is a play titled Tumirah The Pimps, reference books, and articles or writings relating to that object. Methods of data analysis in this study the authors used content analysis method that analyzes the contents of a latent drama. Method of presenting the results of data analysis the authors use the method deskritif. through this method the authors describe the facts of violence related to the problem under study.

  The results of this study are as follows: (1) The flow of the novel Tumirah The Pimps are grooves forward. The events that occurred running kornologis. The main conflict in the novel Tumirah The pimp is the arrival of the ninja secretly infiltrate when the prostitutes were ajojing dangdut. The ninja screwed, ransacked buildings brothels, kicking, throwing, and burn it. (2) Figures Minah is a prostitute with character intelligent, polite, and obedient. Tumini flirtatious character, like the men the buyer desires, while the pretty girl Lastri arrogant character. Flat character is a character of characters in a drama that is static. Sukab figures, Mahmud, ninja- ninja, watchmen, and the judge is a flat character. Character of the figures presented are not so dominant. just shut up and not budge. (3) structural and personal violence as follows. Structural violence in the play The Pimps Tumirah based forms of violence are not visible but can be felt. The figures such as Tumirah, prostitutes, and victims of structural violence Sukab their victims cunning, dishonest, and inequality and the equality of social structure. In pisikologis, the characters experience fear and xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  indecision. Then receive the effects Tumirah leaders, prostitutes, and Sukab mentally disturbed. Personal violence in the play The Pimps Tumirah based frenzy of power and weak social structures so that people do everything they can to get the power, by way of killing someone, easy on the provocateurs and the abuse, beatings, rape and the punishment picis. xiii

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI............................................... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN....................................... iv

KATA PENGANTAR

  ………………………………………………….. v

  

PERYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................... vii

PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  ……………………………... ix

  

ABSTRAK................................................................................................ x

ABSTRACT............................................................................................... xii

DAFTAR ISI............................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah........................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 6

  1.3 Tujuan Penelitian..................................................................... 6

  1.4 Manfaat Penelitian................................................................... 7

  1.5 Tinjauan Pustaka...................................................................... 7

  1.6 Landasan Teori......................................................................... 8

  1.6.1 Teori Struktural.......................................................... 8

  1.6.1.2 Alur atau Plot.............................................. 10 xiv

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1.6.1.3 Tokoh.......................................................... 11

  1.6.2 Sosiologi Sastra.......................................................... 12

  1.6.3 Kekerasan Struktural dan Personal............................ 14

  1.7 Metodologi Penelitian.............................................................. 16

  1.7.1 Pendekatan................................................................. 16

  1.7.2 Metode Penelitian...................................................... 17

  1.8 Sistematika Penyajian.............................................................. 20

  BAB II STRUKTUR ALUR DAN TOKOH DRAMA TUMIRAH SANG MUCIKARI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA 2.1 Alur.........................................................................................

  21

  2.1.1 Bagian Awal: Pemaparan dan Penggawatan.......... 22

  2.1.2 Bagian Tengah: Klimaks dan Peleraian.................. 22

  2.1.3 Bagian Akhir: Penyelesaian.................................... 32 2.2 Tokoh dan Penokohan............................................................

  33

  2.2.1 Tumirah.................................................................. 33

  2.2.2 Minah..................................................................... 38

  2.2.3 Tumini.................................................................... 38 2.2.4 Lastri......................................................................

  40

  2.2.5 Sukab...................................................................... 41 xv

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2.2.6 Mahmud................................................................. 41

  2.2.7 Ninja-Ninja.............................................................. 42

  2.2.8 Para Peronda........................................................... 45

  2.2.9 Hakim...................................................................... 46

  2.3 Rangkuman.............................................................................. 46

  

BAB III ANALISIS KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL

DALAM NASKAH DRAMA TUMIRAH SANG MUCIKARI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

  3.1 Kekerasan Struktural............................................................... 48

  3.2 Kekerasan Personal.................................................................. 53

  3.3 Rangkuman.............................................................................. 59 BAB IV PENUTUP................................................................................

  61

  4.1 Kesimpulan.............................................................................. 61

  4.2 Saran......................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

  64 xvi

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I KEKERASAN STRUKTURAL DAN PERSONAL DALAM NASKAH DRAMA TUMIRAH SANG MUCIKARI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pengarang membuat karya sastra berdasarkan kenyataan yang terjadi oleh manusia. Karya sastra dibuat sesuai dengan pengalaman kehidupan pengarang di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra dapat diartikan sebagai suatu gambaran mengenai kehidupan sehari-hari di masyarakat. Suharianto (1982:11) menyatakan bahwa karya sastra merupakan rekaan pengarang berdasarkan pengamatannya atas kehidupan masyarakat sehari-hari.

  Hal ini juga dijelaskan oleh Jakob Sumardjo (1979:65) yang mengatakan bahwa karya sastra merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya. Lebih jauh lagi, Sumardjo menjelaskan bahwa penciptaan sebuah karya sastra dipengaruhi oleh latar belakang pengarang, lingkungan serta kepribadian pengarang itu sendiri. Dengan kata lain, karya sastra mempunyai kaitan yang erat dengan pengalaman jiwa pengarangnya, sebab sebuah karya sastra merupakan suatu seleksi dari kehidupan dan juga merupakan suatu refleksi terhadap kehidupan itu sendiri yang direncanakan dengan tujuan tertentu.

  Kesusastraan merupakan karya seni yang di dalamnya berupa nilai-nilai tentang karya sastra dan bukan karya sastra. Dengan mempelajari karya sastra, seseorang harus belajar dari masyarakat melalui adat-istiadat di suatu daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (1979:194) bahwa nilai-nilai dalam karya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sastra tidak begitu saja lahir tanpa adanya pengorbanan, tetapi dengan belajar dari masyarakat Selain sebagai karya seni yang memiliki imajinasi dan sosial, . sesungguhnya secara sederhana sastra itu dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa estetis manusia dengan memakai bahasa “indah” sebagai alat ekspresinya.

  Berdasarkan pendapat di atas, karya sastra membicarakan masalah kehidupan di masyarakat. Dengan membaca karya sastra, pembaca akan mendapat informasi tentang keadaan sosial yang belum pernah kita alami, sehingga kita dapat mengetahui masalah-masalah sosial melalui karya sastra. Di samping itu, pengarang juga mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati kehidupan di dunia ini seperti yang dirasakan pengarang melalui karyanya.

  Salah satu genre karya sastra adalah drama. Drama diciptakan tidak untuk dibaca saja, namun juga harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Istilah drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action dalam bahasa Inggris, dan gerak dalam bahasa Indonesia. Jadi, drama dapat diartikan sebagai bentuk seni yang berusaha mengungkapkan prihal kehidupan manusia melalui gerak dan percakapan (Tjahjono, 1988:186)

  Dalam drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma, di gambarkan Tumirah yang berkerja sebagai mucikari, bertindak sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan berjiwa besar bagi anak-anaknya dan negaranya, walaupun diperlakukan secara keras oleh negaranya sendiri, seperti pada kutipan berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  TUMIRAH : Semuanya sudah berlalu, berlalu, seperti angin yang berlalu. Para pelacur terindah yang paling layak dicintai dan paling bersemangat dalam hidup ini telah hancur. Tapi inilah kehancuran yang dikehendaki. Inilah kehancuran yang bisa dijual. Kemaksiatan terlalu pantas dikorbankan.

  Apalah artinya para pelacur di dunia ini? Mereka boleh dihina dan dihancurkan, boleh diinjak-injak dan dilecehkan, seolah-olah mereka begitu pantas dan layak diperkosa. Kekejaman, oh, kekejaman darimana kata itu datang kalau tidak dari kekejaman itu sendiri? Apakah karena kami hanya pelacur maka kehormatan kami boleh diinjak-injak? Apakah karena kami pelacur maka kami tidak boleh memperjuangkan harga diri kami? Tapi nyatanya kehancuran kami ini dijual. Menghancurkan kemaksiatan adalah jualan yang paling laris belakangan ini. Hueeek! Aku mau muntah memikirkan ulah para politisi. Mereka itulah para pelacur dalam arti yang sebenarnya. Mending kalau menjual barangnya sendiri, politisi itu paling pinter menjual bukan cuma barang, tapi juga bangkai orang lain. Dasar pemakan bangkai! (Ajidarma, 2001:24-25) Drama Tumirah Sang Mucikari mengisahkan bagaimana kehidupan para pelacur saat pemberontakan antara pasukan pemerintahan dengan pasukan gerilyawan. Pelacur-pelacur itu mendiami rumah-rumah bordir yang tidak jauh letaknya, di tepi hutan dari tempat dua pasukan itu berperang. Pasukan pemerintah maupun para gerilyawan menjadi langganan di rumah bordir.

  Suatu hari Tumirah berserta para pelacurnya kedatangan rombongan penari dan kaum ninja. Ketika sedang asyik berjoget, tiba-tiba rombongan ninja datang menyusup. Mereka ikut joget dan para pelacur melayani meskipun mengalami kebingungan. Setelah lagu berakhir, tiba-tiba sejumlah ninja mengacau. Ninja 1 menembakkan senapan mesin ke udara, ninja-ninja lain segera mengacau, mengobrak-abrik bangunan bordir dan membakarnya, seperti pada kutipan berikut.

  NINJA 2 : Bakar semua! Bakar! NINJA 3 : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Habiskan! NINJA 4 : Ganyang! NINJA 5 : Kerjain! (Ajidarma, 2001:21)

  Para ninja memperkosa para pelacur. Rombongan yang mencoba membela dihajar dan ditendangi, sebagian ada yang dibunuh. Para pelacur juga ada yang dibunuh karena terlalu sulit diperkosa. Akhirnya kerusuhan selesai, ninja menghilang, sedangkan para pelacur sudah terkapar penuh penderitaan. Mereka berpikir, walaupun bekerja sebagai pelacur tetapi bila diperkosa harga diri mereka terasa diinjak-injak. Mereka merasakan kepedihan yang mendalam.

  Pada saat Sukab (pacar Tumirah) berada di rumah bordir bersama Tumirah, tiba-tiba rombongan ninja datang dan menculik Sukab. Ternyata rencana menculik Sukab bertujuan untuk memperalat Sukab agar dia dikira ninja yang telah membuat kerusuhan di desa itu. Sukab didandani seperti ninja kemudian dia disuruh datang ke desa itu. Melihat ada ninja, para peronda menangkap dan mengadilinya. Saat pengadilan Sukab, orang kampung dan para pelacur ikut menyaksikan peristiwa tersebut. Orang kampung pun membuat hakim dan jaksa gadungan agar ada keadilan dalam memberi hukuman.

  Akhirnya, hakim memutuskan ninja tersebut diberi hukuman sadis. Para penduduk ikut menyiksa ninja tersebut. Mereka menyilet Sukab di seluruh bagian tubuhnya. Kondisi Sukab yang lemas dan tidak berdaya terlihat ketika topeng penutup wajah dibuka oleh Tumirah. Alangkah terkejutnya dia melihat wajah pacarnya ada di depan mata. Orang yang mereka kira ninja ternyata pacar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tumirah. Semua orang di situ kaget. Mereka marah sekali karena telah ditipu oleh ninja biadab itu. Tumirah menangisi mayat Sukab. Di lain pihak, para ninja tertawa penuh kemenangan, dan rencana mereka telah berjalan dengan mulus. Para ninja sepakat akan terus melakukan teror, menciptakan keresahan dan mengadu domba warga agar semua orang saling bertarung dan saling mencurigai.

  Mereka menginginkan pasukan pemerintah dan pasukan gerilyawan bertempur terus, karena para ninja membenci perdamaian.

  Dari paparan singkat di atas terungkap bahwa drama Tumirah Sang

  

Mucikari mengandung permasalahan kekerasan. Kekerasan (violence) merupakan

  tindakan yang menguasai, mengobjekan, dan memaksakan sasarannya (Baryadi, 2002:62). Galtung (dalam Windhu, 1992:72) menjelaskan kekerasan dibagi menjadi dua, yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal. Kekerasan struktural bersifat statis, memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak tampak. Kekerasan personal bersifat dinamis, mudah diamati. Kekerasan struktural bertitik berat pada ketidaksamaan dalam struktur sosial. Struktur sosial dipengaruhi oleh pelaku, sistem, struktur, kedudukan dan tingkat dalam masyarakat, sedangkan kekerasan personal bertitik berat pada realisasi jasmani aktual. Dalam memahami kekerasan personal ini, Galtung menggunakan tiga pendekatan yaitu pertama, cara-cara yang diperggunakan, mulai dengan badan manusia itu sendiri hingga penggunaan senjata mutakhir. Kedua, kekerasaan dengan menggunakan bentuk organisasi mulai dari individu hingga organisasi massa. Ketiga, sasaran dari pendekatan yaitu manusia, sebuah kekerasan yang ditujukan kepada tindak kekerasan anatomis dan fisiologis.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi, untuk mengungkapkan kekerasan yang terdapat dalam naskah drama Tumirah

  

Sang Mucikari. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa sastra menyajikan

  kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial (Wellek & Warren, dalam Budianta, 1990:109). Oleh karena itu, teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra.

  Sesungguhnya unsur-unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur- unsur yang terdapat dalam prosa fiksi. Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-

  .

  unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri Langkah awal dalam penelitian ini diambil oleh penulis dengan maksud untuk memahami karya sastra yang dilakukan penulis menganalisis unsur-unsur intrinsik drama khususnya alur. Hal ini disebabkan alurlah yang dapat menggambarkan kekerasan yang terjadi dalam setiap peristiwa dalam naskah.

  1.2 Rumusan masalah

  Berkaitan dengan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut.

  1.2.1 Bagaimanakah struktur alur dan tokoh drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma?

  1.2.2 Bagaimanakah kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama

  Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

  1.3.1 mendeskripsikan dan menganalisis struktur alur dan tokoh Drama

  Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma yang terdiri

  dari alur dan tokoh, 1.3.2 mendeskripsikan dan menganalisis kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira

  Ajidarma.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Dari segi praktis, penulisan ini bermanfaat untuk meningkatkan apresiasi kesusastraan Indonesia, khususnya drama Tumirah Sang

  Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma.

  1.4.2 Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah kritik sastra, khususnya bidang sosiologi sastra.

  1.4.3 Dalam bidang sosiologi, hasil penelitian ini dapat menambah studi kemasyarakatan atau sosiologi.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Naskah drama ini pernah dijadikan sebuah bahan skripsi. Fajriyah (2005) dengan judul skripsi Masalah-masalah Sosial dalam Kumpulan Naskah Drama

  

Mengapa Kau Culik Anak Kami Karya Seno Gumira Ajidarma memfokuskan

  penelitiannya dengan menganalisis sosial dan faktor-faktor sosial (www.docstoc.com), sedangkan penelitian yang penulis buat adalah kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma dengan memfokuskan penelitannya pada kekerasan.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang menganalisis naskah drama

  

Tumirah Sang Mucikari dengan kekerasan struktural dan personal sebagai objek

  kajiannya. Hal inilah yang membuat penulis menganalisis kekerasan struktural dan personal dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Struktural Menurut Pradopo (1987:18) struktur adalah unsur-unsur yang bersistem.

  Unsur-unsur tersebut terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, tema dan sudut pandang. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (1995:36), struktur karya sastra adalah hubungan antara unsur intrinsik yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk kesatuan yang utuh.

  Seperti halnya cerpen dan novel, teks drama pun memiliki unsur pembangunnya yang datang dari dalam teks drama itu sendiri dan yang sering disebut sebagai unsur intrinsik, yaitu unsur alur, tokoh, latar, tema dan amanat, dan unsur lain yang menunjang satu dengan lainnya. Akan tetapi, sedikit berbeda dengan cerpen dan novel unsur alurlah yang paling utama bagi drama (Rahmanto dan Adji, 2007:3.13).

  Pendapat itu telah diperkuat oleh pendapat Sudjiman yang mengatakan bahwa antara tokoh, alur dan latar dan tema itu saling kait-mengait. Unsur-unsur itu tidak bisa berdiri sendiri. Ada interaksi antara unsur-unsur itu (Sudjiman, 1988 : 40). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Menurut Dewojati unsur karakter yang dalam drama bisa disebut tokoh, sangat erat hubunganya dengan alur. Lewat penokohan ini, pengarang dapat mengungkapkan alasan logis terhadap tingkah laku tokoh. Tokoh-tokoh inilah yang akan membawakan tema dalam keseluruhan rangkaian latar dan alur. Di samping itu penokohan itulah yang menjadi inti lakon. Hal ini disebabkan tokoh menjalin alurnya sendiri (Dewojati, 2010:169).

  Dalam analisis struktur dari naskah drama Tumirah Sang Mucikari, penulis memfokuskan penelitiannya hanya pada analisis alur dan tokoh yang ada dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari. Hal ini dikarenakan alur dan tokoh ceritalah yang sangat potensial menggambarkan peristiwa kekerasan.

1.6.1.2 Alur atau Plot

  Asmara (1983:51) menjelaskan bahwa plot adalah aspek yang terpenting dari semua drama, sebab drama utamanya berhubungan dengan apa yang terjadi.

  Plot pada dasarnya adalah istilah lain untuk struktur, perbedaanya adalah apa bila kita mendiskusikan segala masalah yang terjadi dalam drama itu. Suatu drama disusun sebenarnya terdiri dari beberapa seri insiden atau episode yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan sesuai dengan beberapa rencana dari penulis drama tersebut.

  Drama sering disebut sebagai seni krisis yang membangun perkembangan peristiwa demi peristiwa secara bertahap, sekaligus mampu menciptakan perubahan emosi penikmatnya secara cepat. Sebagai seni yang paling terkonsentrasi dan intens, drama memperoleh sebagai besar intensitasnya dari plot. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Secara kongkret, gambaran tentang intensitas plot itu terlihat pada saat penikmat dikondisikan terperangkap pada berbagai peristiwa sejak pada bagian awal, tengah, dan akhir drama. Lebih dari itu, penonton dan pembaca pun akan diseret dari krisis ke krisis, baik pada saat ketegangan muncul maupun saat relaksasi. Selanjutnya, penikmat akan merasa terdorong ke tataran klimaks oleh kekuatan yang tak dapat ditahan, dan akhirnya, dibiarkan dalam ketegangan karena seolah-olah mereka baru saja mengalami sebuah pengalaman besar (Dewojati, 2010:161)

  Secara garis besar struktur alur drama terbagi dalam bagian awal, tengah, dan akhir. Secara rinci bagian awal terdiri dari pemaparan, penggawatan, bagian tengah terdiri dari klimaks dan peleraian, sedangkan bagian akhir adalah penyelesaiannya. Pada bagian awal naskah drama biasanya dipaparkan keterangan mengenai tokoh-tokoh dan latar peristiwanya. Bagian ini berfungsi untuk mengantar penonton ke dalam persoalan utama yang menjadi isi kisahan drama tersebut. Setelah paparan seperti itu muncullah serentetan peristiwa yang terjadi dan mulai muncul konflik. Konflik ini sering diakibatkan oleh suatu peristiwa yang mengacaukan. Pada bagian tengah muncullah klimaks sebagai titik puncak cerita. Ujung dari klimaks cerita adalah peleraian yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah pemecahan konflik. Dalam tahap ini ketegangan menjadi menurun, dan diakhiri dengan bagian akhir yang disebut penyelesaian (Rahmanto dan Adji, 2007:5.11). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.1.3 Tokoh

  Menurut Dewojati unsur karakter dalam drama bisa disebut tokoh, sangat erat hubunganya dengan alur. Lewat penokohan ini, pengarang dapat mengungkapakan alasan logis terhadap tingkah laku tokoh. Tokoh-tokoh inilah yang akan membawakan tema dalam keseluruhan rangkaian latar dan alur. Di samping itu penokohan itulah yang menjadi inti lakon. Hal ini disebabkan tokoh menjalin alurnya sendiri (Dewojati, 2010:169).

  Selain itu, unsur penokohan atau perwatakan itu juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni watak datar dan watak bulat. Watak datar adalah watak tokoh-tokoh cerita yang bersifat statis, tidak bergerak, tidak aktif, tidak berubah keadaannya, sedangkan watak bulat mengacu pada sifat-sifat tokoh cerita yang bermacam-macam, karena tokoh tersebut terlihat segala segi wataknya, kelemahan ataupun kekuatanya sehingga tidak menimbulkan kesan hitam putih (Dewojati, 2010:169).

  Jika plot atau alur adalah “apa yang terjadi”, maka tokoh adalah “mengapa ia terjadi”. Dalam drama, fungsi plot atau alur mungkin dikenal oleh penikmat karena cenderu ng memberikan “rasa gairah seketika”. Dalam Dewojati (2010:169) mengungkapkan bahwa tokoh biasa diciptakan dengan sifat dan kualitas yang khusus. Tokoh tidak hanya berupa pengenalan tokoh melalui umur, bentuk fisik, penampilan, kostum, irama permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh yang dimilikinya. Sikap batin itu, misalnya, untuk mengidentifikasi apakah tokoh tersebut seorang peragu, humoris, periang, pemurung, bijak, ceroboh, serius, atau tokoh yang suka bersikap main-main saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.2 Sosiologi Sastra

  Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Lagi pula karya sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia (dalam Budianta, 1990 : 109).

  Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan tersebut disebut sosiologi sastra (Damono, 1979: 2). Menurut Damono ada dua cara kecenderungan utama dalam sosiologi sastra, pertama pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra, untuk membicarakan sastra, sastra hanya berharga dalam hubungan dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap sebagai yang utama. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelahaan. Metode yang digunakan dalam sosiologi ini adalah teks sastra untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami gejala sosial budaya yang ada (Damono, 1979: 2).

  Dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari pengarang menyajikan suatu kisah nyata yang dikemas dalam dunia rekaan dan diangkat dari permasalahan di Jakarta. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan bagi warga akibat tindak kerusuhan yang terjadi dan konflik sosial antara pemerintah, gerilyawan, ninja, pejabat yang ingin berkuasa dan warga Jakarta. Masalah sosial yang terdapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam kumpulan naskah drama ini yaitu adanya pemerkosaan, penculikan, penganiayaan masyarakat Jakarta yang dilakukan oleh orang yang ingin menguasai negara Indonesia.

  Menurut Damono ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomis belaka. Pendekatan itu bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, hanya dianggap

  

ephinomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra

  sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya. Kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra (Damono, 1979: 2-3). Jadi, penulis dalam menganalisis aspek sosiologi terhadap karya sastra

  

Tumirah Sang Mucikari mengunakan pendekatan yang kedua dikarenakan teks

sebagai bahan penelahan untuk mengetahui strukturnya.

1.6.3 Kekerasan Struktural dan Personal

  Kekerasan merupakan tindakan yang hegemonik, yaitu tindakan yang menguasai, mengobjekkan, dan memaksakan sasarannya. Seringkali terjadi seperti letupan yang dahsyat, yaitu suatu tindakan yang tidak dikendalikan oleh pertimbangan rasio yang jernih. Di samping itu, kekerasan tidak jarang menimbulkan efek yang destruktif, merusak, mengganggu stabilitas, bahkan dapat mengakibatkan kekacauan (Baryadi, 2002:62). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Kekerasan menurut Galtung adalah hal yang biasa diterjemahkan dari kata

  

violence (dalam Windhu, 1992:62). Violence berkaitan erat dengan gabungan kata

  Latin

  “vis” yang artinya daya, kekuatan dan “latus” (yang berasal dari ferre,

  „membawa‟) yang artinya membawa sehingga violence berarti membawa kekuatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, kekerasan diartikan sebagi perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain yang menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain (KBBI, 2003:550). Audi (dalam Windhu, 1992:63) merumuskan

  

violence sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau

  binatang, serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam dan ganas atas milik orang lain. Menurut Hobbes (dalam Windhu 1992:63), kekerasan merupakan keadaan alamiah manusia state of nature karena pada dasarnya manusia memiliki sisi sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irrasional dan anarkistis serta mekanistis yang saling mengiri dan membenci sehingga menjadi kasar, jahat, buas, pendek pikir. Kekerasan menurut Galtung (dalam Windhu, 1992:64) terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya (nyata) berada di bawah realisasi potensialnya (mungkin). Dengan kata lain, bila yang potensial lebih tinggi dari yang aktual, terjadilah kekerasan. Jadi, hal ini lebih disebabkan oleh perbedaan antara yang pontensial dan yang aktual.

  Galtung (dalam Windhu, 1992:72-75) membagi kekerasan menjadi dua, yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal. Kekerasan struktural bersifat statis, memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak tampak, sedangkan kekerasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  personal bersifat dinamis, mudah diamati. Kekerasan struktural bertitik berat pada ketidaksamaan dalam struktur sosial. Struktur sosial dipengaruhi oleh pelaku, sistem, struktur, kedudukan dan tingkat dalam masyarakat. Sedangkan kekerasan personal bertitik berat pada realisasi jasmani aktual. Dalam memahami kekerasan personal ini, Galtung menggunakan tiga pendekatan yaitu pertama, cara-cara yang diperggunakan senjata mutakhir. Kedua, kekerasan dengan menggunakan bentuk organisasi massa. Ketiga, sasaran dari pendekatan itu yaitu manusia, sebuah kekerasan organisasi masa yang ditujukan kepada tindak kekerasan anatomis dan fisiologis.

  Menurut Galtung (dalam Windhu, 1992:74), kekerasan yang berpusat pada anatomis berupa tindakan menghancurkan, merobek (menggantung, menarik, memotong), menembus (pisau atau peluru), membakar, meracuni, dan penguapan (ledakan nuklir), sedangkan kekerasan yang berpusat pada fisiologis seperti meniadakan udara (mencekik), meniadakan air, meniadakan makanan (kelaparan), meniadakan gerak dengan pembatasan badan (rantai, gas) pembatasan ruang (penjara, tahanan, dibuang) serta pengendalian otak (cuci otak).

  Berdasarkan analisis Galtung yang membagi kekerasan menjadi dua yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal inilah, peneliti akan mengkaji dua bentuk kekerasan tersebut yang terjadi pada para tokoh, dalam naskah drama Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma.

1.7 Metode Penelitian Pada bagian ini akan dikemukakan mengenai pendekatan dan metode.

1.7.1 Pendekatan

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dalam penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra yang menelaah secara objektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu (Ratna, 2004:45).

  Dari hal ini, dapat diperoleh gambaran tentang cara manusia menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang menempatkan anggota masyarakat di tempat masing-masing (Damono, 1979:7).

1.7.2 Metode Penelitian

  Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986: 14).

  Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, metode hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap penelitian tersebut.

1.7.2.1 Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data didapat melalui studi pustaka dengan maksud untuk menghimpun informasi. Metode tersebut dipakai untuk mendapatkan data yang ada, yaitu sebuah naskah drama berjudul Tumirah Sang Mucikari, buku- buku referensi, dan artikel atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek tersebut.