Dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dan diazepam sebagai antidot keracunan sianida akut pada mencit jantan galur swiss - USD Repository

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DOSIS EFEKTIF NATRIUM TIOSULFAT YANG DIKOMBINASIKAN

DENGAN NATRIUM NITRIT DAN DIAZEPAM SEBAGAI ANTIDOT

KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Aprilia Susanti Dewi NIM : 04 8114 039

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  

DOSIS EFEKTIF NATRIUM TIOSULFAT YANG DIKOMBINASIKAN

DENGAN NATRIUM NITRIT DAN DIAZEPAM SEBAGAI ANTIDOT

KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Aprilia Susanti Dewi NIM : 04 8114 039

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.

  

Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.

  

Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.

  Ambillah waktu untuk b elajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.

  

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.

  

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.

  

Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.

  

Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.

  

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.

  

Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju surga.

  For my savior – Jesus Christ, Papi, Mami, Andi, Malvin my love, Almamaterku, and for all

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, anugrah, berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dosis Efektif Natrium Tiosulfat Yang Dikombinasikan Dengan Natrium Nitrit Dan Diazepam Sebagai Antidot Keracunan Sianida Akut Pada Mencit Jantan Galur Swiss”.

  Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S.Farm.), program Studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sekaligus untuk menambah kasanah pengetahuan dalam dunia kesehatan pada umumnya, dan dunia kefarmasian pada khususnya.

  Rasa terima kasihpun pantas penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah mendukung terwujudnya skripsi ini. Dukungan baik secara langsung maupun tak langsung yang mereka berikan sangat bermanfaat bagi penulis.

  Adapun ucapan terima kasih yang tulus hendak penulis haturkan kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat yang senantiasa menyertai dan mengasihi penulis sebagai anak-Nya.

  2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesabarannya dalam mendampingi penulis dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.

  4. A. Tri Prianto, M.For.Sc. selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji pada ujian tertutup dan terbuka, terima kasih atas kritik dan sarannya.

  5. dr. Fenty, M.Kes., Sp.Pk. selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji pada ujian tertutup dan terbuka, terima kasih atas kritik dan sarannya

  6. Mas Pardjiman, Mas Heru, Mas Kayat selaku Laboran Laboratorium Hayati Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia membantu dan menemani penulis selama melakukan penelitian.

  7. Papi dan Mami tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk segala sesuatunya, penulis hanya dapat membalasnya dengan kasih sayang dan hormat kepada Papi dan Mami.

  8. Andi adikku tersayang yang selalu memberi keceriaan dalam hati penulis serta sepupu-sepupu penulis yang selalu memberi semangat, Ci Nita, Ci Lisa, Maya, Winda, terima kasih untuk dukungannya.

  9. Malvin tersayang untuk cinta, kasih sayang, dukungan, kebahagiaan, kesedihan dan semua yang telah Malvin berikan sampai detik ini, hidup ini jadi lebih berwarna dengan kehadiran Malvin.

  10. Teman-teman yang telah bersama-sama penulis melewati masa kuliah, khususnya teman-teman FST angkatan 2004.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11. Ci Ervie sebagai mama rohani yang tidak pernah berhenti untuk mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

  12. Anak-anak kelompok sel penulis yang setia mendengarkan keluh kesah penulis (Siska, Deli, Mariana, Noveli, dan Joana, terima kasih atas doa dan dukungannya).

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah mendukung terwujudnya skripsi ini.

  Segala kesempurnaan adalah milik Tuhan, dan manusia hanya bisa berusaha dan berserah. Maka penulis mengucapkan kata maaf apabila ada kesalahan dan kata- kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Dari sini penulis sadar kritik dan saran sangat berguna agar karya ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata, semoga karya ini berguna bagi perkembangan dunia kesehatan pada umumnya dan dunia kefarmasian pada khususnya.

  Penulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DOSIS EFEKTIF NATRIUM TIOSULFAT YANG DIKOMBINASIKAN

DENGAN NATRIUM NITRIT DAN DIAZEPAM SEBAGAI ANTIDOT

KERACUNAN SIANIDA AKUT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

  Intisari Sianida merupakan senyawa racun yang dapat menyebabkan kematian dan kasus keracunan sianida banyak dijumpai dalam masyarakat. Natrium tiosulfat adalah salah satu antidotum untuk sianida, tetapi berapa dosis efektif natrium tiosulfat jika dikombinasikan dengan natrium nitrit dan diazepam belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kisaran dosis dan dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dan diazepam untuk menangani keracunan sianida akut pada mencit.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Empat puluh dua ekor mencit jantan dibagi dalam 7 kelompok yang terdiri dari : kelompok I diberi pelarut yang digunakan yaitu aquadest 25 mg/Kg BB p.o., kelompok II diberi larutan KCN dosis 26 mg/Kg BB p.o., kelompok III diberi natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/Kg BB, natrium nitrit dosis 62.460 mg/Kg BB dan diazepam dosis 2 mg/Kg BB diberikan secara i.p., kelompok IV-VII diberi larutan KCN secara p.o. kemudian diberi antidot kombinasi natrium nitrit, natrium tiosulfat dan diazepam dengan peringkat dosis natrium tiosulfat berturut-turut : 0.067 mg/Kg BB, 0.468 mg/Kg BB, 3.279 mg/Kg BB, 22.960 mg/Kg BB i.p., untuk natrium nitrit menggunakan I peringkat dosis saja yaitu 62.460 mg/Kg BB i.p., dan dosis diazepam 2 mg/Kg BB.

  Dari hasil penelitian, meningkatnya dosis natrium tiosulfat pada kombinasi dengan natrium nitrit ditambah dengan diazepam dapat meningkatkan efek pengawaracunan sianida pada mencit. Dosis efektif kombinasi yang diperoleh adalah 22.960 mg/KgBB untuk natrium tiosulfat, 62.460 mg/KgBB untuk natrium nitrit dan 2 mg/KgBB untuk diazepam.

  Kata kunci : antidot, sianida, natrium tiosulfat, natrium nitrit, diazepam

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFECTIVE DOSAGE SODIUM THIOSULPHATE WHICH COMBINED

WITH SODIUM NITRIT AND DIAZEPAM AS ANTIDOTE FOR ACUTE

POISONING CYANIDE IN MALE MICE SWISS STRAIN

Abstract

  Cyanide is a toxic compound that can cause death. There are many poisoned cyanide cases in the society. Sodium thiosulphate is one of antidotum for cyanide, however, how much approximation dosage sodium thiosulphate that is effective to be combined with sodium nitrit and diazepam has not been studied. The purpose of this experiment is to find range of dosage and effective dosage sodium thiosulphate than combined with sodium nitrit and diazepam to prevent the acute toxicity of cyanide in mice.

  This research is pure experimental research with complete random design of one direction model. Twenty for male white mice were devided into equal seven groups consisted of : group I was given with solution of aquadest 25 mg/KgWB per oral, group II was given by KCN solution 26 mg/KgWB, group III given sodium thiosulphate 22.960 mg/KgWB, sodium nitrit 62.460 mg/KgBB and diazepam 2 mg/KgWB i.p., group IV-VII given KCN solution per oral then given combination of antidote that is sodium thiosulphate, sodium nitrit and diazepam with dosage range for the sodium thiosulphate is : 0.067 mg/KgWB, 0.468 mg/KgWB, 3.279 mg/KgWB, 22.960 mg/KgWB i.p., sodium nitrit only use one dosage that is 62.460 mg/KgWB i.p., and dosage for diazepam 2 mg/KgWB.

  The result of the research, the rise of the sodium thiosulphate dosage also make the rise of the antidote effect in mice. The combination effective dosage which obtained is 22.960 mg/KgWB for sodium thiosulphate, 62.460 mg/KgWB for sodium nitrit and 2 mg/KgWB for diazepam.

  Key words : Antidotum, Cyanide, Sodium Thiosulphate, Sodium Nitrit, Diazepam.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL......................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..v PRAKATA……………………………………………………………………..…….vi

  INTISARI……………………………………………………………………….........ix ABSTRACT………….…………………………………………………………..…...x DAFTAR ISI………………………………………………………………………....xi DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..xiv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...xv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xvi

  BAB I. PENGANTAR………………………………………………………………..1 A. Latar Belakang………………………………………………..……………….1

  1. Permasalahan………………………………………………………....…...4

  2. Keaslian penelitian…………………………………………………..……4

  3. Manfaat penelitian……..…………………………………………….……5

  B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………...…6

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………………...7 A. Penanganan Keracunan………………………………………………………..7

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  C. Asam Sianida……………………………………………………………….....9

  D. Asam Umum Toksikologi dari Sianida……………………………………...10

  E. Antidotum Sianida..…………...………………………………………….….14

  F. Natrium Tiosulfat…………………………………………………...……….20

  G. Natrium Nitrit………………………………………………………………..21

  H. Diazepam…………………………………………………………………….22

  I. Landasan Teori………………………………………………………………24 J. Hipotesis……………………………………………………………………..24

  BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………….25 A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………...25 B. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………………...25

  1. Variabel utama…………………………………………………………...25

  2. Variabel pengacau……………………………………………………….25

  3. Definisi operasional……………………………………………………...26

  C. Bahan Penelitian……………………..………………………………………26

  D. Alat dan Instrumen Penelitian…………………………..…………………...27

  E. Tata Cara Penelitian………………………..………………………………...27

  F. Analisis Hasil……………………………………………………………..….30

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………32 A. Kisaran Dosis Natrium Tiosulfat yang Dikombinasikan dengan Natrium Nitrit dan Diazepam yang Mempunyai Efek Pengawaracunan pada Keracunan

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B. Dosis Efektif Natrium Tiosulfat yang Dikombinasikan dengan Natrium Nitrit dan Diazepam yang Efektif untuk Pengawaracunan pada Keracunan Sianida……………………………………………………………………….54

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….57 A. Kesimpulan…………………………………………………………………..57 B. Saran…………………………………………………………………………57 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..58 BIOGRAFI PENULIS………….……………………………………………….….132 .

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Hasil pengamatan lama waktu timbulnya gejala efek toksik sianida terhadap 7 kelompok (3 kontrol dan 4 perlakuan)……………………….34 Tabel II. Hasil perbandingan lama waktu timbulnya antar kelompok gejala efek toksik jantung berdebar………………………………………………….36 Tabel III. Hasil perbandingan lama waktu timbulnya antar kelompok gejala efek toksik hilang kesadaran...………………………………………….....….38 Tabel IV. Hasil perbandingan lama waktu timbulnya antar kelompok gejala efek toksik gagal nafas…..……………………………………...…………….41 Tabel V. Hasil perbandingan lama waktu timbulnya antar kelompok gejala efek toksik kejang…..………………………………………….……………...44 Tabel VI. Hasil perbandingan lama waktu timbulnya antar kelompok gejala efek toksik mati.…..…………………………….…………………………….46 Tabel VII. Perbandingan hasil pengamatan antara penelitian Sudarmono (2008) dengan penelitian penulis…...………………………………………...…49 Tabel VIII. Perbandingan hasil pengamatan antara penelitian Hardiyanto (2008) dengan penelitian penulis………………………..….………………...…51 Tabel IX. Perbandingan hasil pengamatan antara penelitian Suciadi (2008) dengan penelitian penulis…………...…………………………………….…...…52

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Penggantian sianida dari sitokrom a

  3 oksidase oleh methemoglobin.....15

  Gambar 2. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rhodanase dan tiosulfat………………………………………………………………...17 Gambar 3. Struktur kimia hidroksikobalamin……………………………………..19 Gambar 4. Dicobalt-EDTA…………………………………………………...…...20 Gambar 5. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rhodanese dan tiosulfat …………………………………..……………………………53

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)........................................................................................61

  Lampiran 2. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol aquadest (dalam detik)........................................................................................61

  Lampiran 3. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB + Diazepam 2 mg/KgBB (dalam detik)..................................................61

  Lampiran 4. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok sianida + natrium tiosulfat 0.067 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB + Diazepam 2 mg/KgBB (dalam detik)..................................................62

  Lampiran 5. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok sianida + natrium tiosulfat 0.468 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB + Diazepam 2 mg/KgBB (dalam detik)..................................................62

  Lampiran 6. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok sianida + natrium tiosulfat 3.297 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB + Diazepam 2 mg/KgBB (dalam detik)..................................................63

  Lampiran 7. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok sianida + natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB + natrium nitrit 62.460 mg/KgBB + Diazepam 2 mg/KgBB (dalam detik)..................................................63

  Lampiran 8. Hasil analisis data penelitian dengan program SPSS..........................65

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Sianida berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN)

  atau sianogen klorida (CNCl) atau berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau kalium sianida (KCN). Racun ini menghambat sel tubuh untuk mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal (Utama, 2006).

  Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong (Anonim, 2000).

  Gejala yang paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernea, yang diikuti dengan

dyspnea , sianosis (kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus.

  Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma, dan terjadi konvulsi, kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit menjadi dingin, berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat. Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada paru-paru dan kematian (Utama, 2006).

  Keracunan sianida dapat menyebabkan kematian karena kekurangan oksigen di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom oksidase pada bagan sitokrom a

  3 dari rantai

  transport elektron. Ion hidrogen yang secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi tergabung (incorporated). Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk. Ion hidrogen incorporated terakumulasi sehingga menyebabkan academia (Utama, 2006).

  Jalur terpenting dari pengeluaran sianida dari tubuh adalah dari pembentukan tiosianat yang diekskresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara langsung sebagai hasil katalis dari enzim rhodanese dan secara indirek sebagai reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida. Reaksi ini membutuhkan sumber utama yaitu sulfur sulfan namun jumlahnya dalam tubuh terbatas maka natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antidot dalam keracunan sianida karena natrium tiosulfat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  jika diagnosisnya belum tentu jelas karena keracunan sianida atau bukan, seperti dalam kasus yang disebabkan oleh asap rokok (Meredith, 1993).

  Natrium tiosulfat dan natrium nitrit merupakan pilihan antidot yang baik, keduanya bekerja secara sinergis. Natrium tiosulfat untuk mempercepat eliminasi sedangkan natrium nitrit bekerja dengan hambatan bersaing (Kerns, 2002).

  Sudarmono (2008) melakukan penelitian untuk mengatasi keracunan sianida menggunakan antidotum natrium tiosulfat dan didapatkan dosis efektif natrium tiosulfat 160.720 mg/KgBB, pada dosis tersebut hewan uji mencit (sebanyak 6 ekor) hidup semua. Namun gejala kejang yang terjadi akibat keracunan sianida menjadi masalah utama, karena kejang dapat mengganggu saluran nafas. Kemudian Suciadi (2008) mencoba mengkombinasikan natrium tiosulfat dengan diazepam sebagai terapi suportif untuk gejala kejang yang muncul pada keracunan sianida, diperoleh dosis efektif natrium tiosulfat 160.720 mg/KgBB dan diazepam 2 mg/KgBB dengan hasil semua hewan uji mencit hidup dan gejala kejang dapat dikurangi walaupun masih tetap terjadi. Kemudian Hardiyanto (2008) mencoba mengkombinasikan antidot natrium tiosulfat dengan antidot lain yang yaitu natrium nitrit, dimana kedua antidot tersebut bekerja secara sinergis, hasilnya didapatkan dosis efektif natrium tiosulfat 22.960 mg/KgBB sedangkan untuk dosis efektif natrium nitrit menggunakan hasil dari penelitian Djunarko (2007) yaitu dosis 62.460 mg/KgBB, pada dosis kombinasi tersebut hewan uji mencit (sebanyak 6 ekor) hidup semua. Tetapi gejala kejang yang muncul juga menjadi kelemahan dalam penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Beradasarkan beberapa penelitian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian untuk mengatasi keracunan sianida menggunakan antidotum natrium tiosulfat dan natrium nitrit yang dikombinasikan dengan diazepam sebagai antikonvulsan atau antikejang untuk mengurangi gejala kejang yang muncul pada kasus keracunan sianida. Menurut Olson (2007), bahwa kejang dapat menyebabkan masalah pada saluran nafas, dengan adanya diazepam sebagai antikejang maka masalah pada saluran nafas dapat diminimalkan. Untuk itu diperlukan penelitian untuk mengetahui dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dan diazepam untuk mengatasi karacunan sianida.

   Permasalahan 1.

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan untuk diteliti : a. Berapa besar kisaran dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB dan diazepam dosis 2 mg/KgBB yang mempunyai efek pengawaracunan untuk keracunan sianida pada mencit?

  b. Berapakah dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB dan diazepam 2 mg/KgBB yang efektif sebagai antidot untuk keracunan sianida pada mencit?

2. Keaslian penelitian

  Sebelumnya pernah dilakukan beberapa penelitian sejenis, antara lain : penelitian Potensi Natrium Nitrit sebagai Antidot untuk Keracunan Sianida PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dosis Efektif Natrium Tiosulfat sebagai Antidot untuk Keracunan Sianida (Sudarmono, 2008) diperoleh dosis efektif natrium tiosulfat 160.720 mg/KgBB, penelitian Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit sebagai Antidot Keracunan Sianida (Hardiyanto, 2008) diperoleh dosis efektif natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB dan natrium tiosulfat dosis 22.960 mg/KgBB, penelitian Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat sebagai antidot dan Diazepam sebagai Terapi Suportif Keracunan Sianida (Suciadi, 2008) diperoleh dosis efektif natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dan diazepam dosis 2 mg/KgBB. Tetapi penelitian akan dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dan diazepam sebagai antidot keracunan sianida akut pada mencit jantan galur swiss belum pernah dilakukan.

   Manfaat penelitian 3.

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan tentang natrium tiosulfat, natrium nitrit dan diazepam sebagai antidotum keracunan sianida.

  b. Manfaat metodologis Penelitian ini dapat memberi informasi tentang berapa kisaran dosis antidotum efektif untuk keracunan sianida dengan gejala klinis kejang pada mencit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c. Manfaat praktis Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar dosis efektif dari natrium tiosulfat, natrium nitrit dan diazepam yang dapat digunakan pada pelayanan kefarmasian.

B. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui kisaran dosis natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit dosis 62.460 mg/KgBB dan diazepam dosis 2 mg/KgBB yang mempunyai efek pengawaracunan untuk keracunan sianida pada mencit.

  2. Mengetahui dosis efektif natrium tiosulfat yang dikombinasikan dengan natrium nitrit 62.460 mg/KgBB dan diazepamm 2 mg/KgBB yang efektif sebagai antidot keracunan sianida pada mencit.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Penanganan Keracunan Pada umumnya para pakar sependapat bahwa penanganan keracunan bahan

  berbahaya akut, dibagi dalam tiga tahap tindakan, yakni : tindakan terapi suportif, penyidikan jenis racun penyebab dan terapi antidot (Donatus, 1997).

1. Terapi suportif

  Pada dasarnya merupakan tindakan pertolongan pertama, ditujukan untuk memperbaiki kondisi dan menyelamatkan jiwa penderita. Tindakan ini akan memelihara fungsi vital seperti pernafasan dan peredaran darah, sehingga penderita selamat serta menjadi lebih mudah dan kooperatif untuk menjalani terapi antidot berikutnya. Memperhatikan tujuan dan fungsi terapinya, jelas bahwa terapi suportif harus dilakukan dengan cepat atau sesegera mungkin (Donatus, 1997).

   Penyidikan jenis racun penyebab 2.

  Merupakan tindakan penting yang ditujukan untuk menentukan pilihan tindakan terapi antidot. Tindakan ini dilakukan dengan cara : a.

  Wawancara dengan penderita atau penghantar

  b. Pemeriksaan gejala-gejala keracunan yang ada secara sistematis c.

  Pemerikasaan wadah dan sisa bahan penyebab yang dicurigai, muntahan air kencing atau darah penderita. Pengiriman bahan yang diperoleh pada butir c PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Terapi antidot

  Merupakan tata cara yang khusus ditujukan untuk membatasi intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya, sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut. Berarti, sasaran terapi antidot adalah pengurangan intensitas efek toksik. Seperti telah diungkapkan, keberacunan (intensitas efek toksik) suatu bahan berbahaya di antaranya ditentukan oleh keberadaan bahan berbahaya di tempat kerja yang melebihi harga KTM-nya lebih lanjut, keadaan ini bergantung pada keefektifan absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi bahan berbahaya terkait (Donatus, 1997).

  

Dasar Terapi Antidot

B.

  Keberadaan racun di dalam tubuh sangat bergantung pada waktu dan keefektifan translokasi. Karena itu, penanganan keracunan harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Kecepatan dan ketepatan merupakan prasyarat utama penatalaksanaan keracunan. Kecepatan diperlukan untuk mengatasi dan mengurangi berbagai gejala yang mungkin akan memperburuk kondisi si penderita, sehingga akibat yang fatal seperti kematian dapat dicegah sedini mungkin. Jadi, pada dasarnya terapi keracunan ditujukan untuk memperbaiki kondisi si penderita, kemudian diikuti dengan membatasi penyebaran racun dalam tubuh serta meningkatkan pengakhiran aksi racun (Olson, 2007). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Asam Sianida

  Asam sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas nutrien dalam tubuh. Sianida sering dijumpai di dalam kacang almond, daun salam, chery, dan ubi. Di dalam koro atau tanaman dari keluarga kacang-kacangan dan ketela pohon (Utama, 2006). Sianida merupakan senyawa kimia yang toksik dan memiliki beragam kegunaan, termasuk sintesis senyawa kimia, analisis laboratorium dan pembuatan logam. Nitril alifatik (acrynitrile dan propionitrile) digunakan dalam produksi plasti yang kemudian dimetabolisme menjadi sianida. Obat vasodilator seperti nitroprusida melepaskan sianida pada saat terkena cahaya ataupun pada saar metabolisme. Sianida yang berasal dari alam (amig dalin dan glikosida sinogenik lainnya) dapat ditemukan dalam biji aprikot, singkong dan banyak tanaman lainnya, beberapa diantaranya dapat berguna, tergantung pada keperluan athnobotanical. Acetonitrile, sebuah komponen perekat besi, dapat menyebabkan kematian pada anak-anak (Olson, 2007).

  Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen klorida (CNCl) atau berbentuk kristal seperti sodiun sianida (NaCN) atau potasiun klorida (KCN) (Utama, 2006)

  Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh, lewat pernafasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar mengakibatkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, ganggunan paru, serta gagal nafas hingga korban meninggal (Utama, 2006).

   Kondisi pemejanan a.

  Jenis pemejanan : akut dan kronis

  b. Jalur pemejanan : inhalasi, mata dan saluran pencernaan

  c. Lama, kekerapan : akut atau berulang d.

  Takaran atau dosis : 1). dosis letal dari sianida adalah asam hidrosianik sekitar 2.500-5.000 mg.min/m

  3

  dan untuk sianogen klorida sekitar sekitar 11.000 mg.min/m

  3 (Meredith, 1993).

  2). Terpapar hidrogen sianida walaupun dalam tingkat rendah (150-200 ppm) dapat berakibat fatal. Tingkat udara yang diperkirakan dapat membahayakan hidup atau kesehatan adalah 50 ppm. Batasan HCN yang direkomendasikan pada daerah kerja adalah 4.7 ppm (5 mg/m

  

3

  untuk garam sianida) HCN juga dapat diabsorpsi melalui kulit (Olson, 2007).

  3). Ingesti pada orang dewasa sebanyak 200 mg sodium atau potasium sianida dapat berakibat fatal. Larutan dari garam sianida dapat diabsorpsi melalui kulit (Olson, 2007).

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Asas Umum Toksikologi dari Sianida 1.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4). Keracunan sianida akut biasanya jarang terjadi dengan infusi nitroprusida (pada kecepatan infuse yang normal) atau setelah ingesti dari amigdalin (Olson, 2007).

  e. Saat pemejanan : makanan, rokok, lingkungan industri, bunuh diri, kesengajaan (Meredith, 1997).

2. Mekanisme efek toksik

  Sianida merupakan inhibitor nonspesifik enzim, meliputi asam suksinat dehidrogenase, superoksida dismutase, karbonat anhidrase, sitokrom oksidase dan lain sebagainya. Sianida memiliki afinitas tinggi terhadap ion besi pada sitokrom oksidase, metalloenzim respirasi oksidatif akhir pada mitokondria. Fungsinya dalam rantai transport elektron mitokondria, mengubah bentuk katabolisme glukosa menjadi ATP. Enzim ini merupakan katalis utama yang berperan pada penggunaan oksigen di jaringan. Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom oksidase pada bagian sitokrom a

  3 dari rantai transport

  elektron. Ion hidrogen yang secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi bergabung (incorporated). Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk. Ion hidrogen incorporated terakumulasi sehingga menyebabkan acidemia (Meredith, 1993).

  Hiperlaktamia terjadi pada keracunan sianida karena kegagalan metabolisme energi aerob. Selama kondisi aerob, ketika rantai transport elektron PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pada proses ini, laktat menyumbangkan gugus hidrogen yang akan mersduksi nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) menjadi NADH. Piruvat kemudian masuk dalam siklus asam trikarboksilat dengan menghasilkan ATP. Ketika sitokrom a

  3 dalam rantai transport elektron dihambat oleh sianida, terdapat

  kekurangan relatif NAD dan dominasi NADH, menunjukkan relasi balik, sebagai contoh : piruvat dirubah menjadi laktat (Meredith, 1993).

   Wujud efek toksik 3.

  Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi pada lidah dan membran mucus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti dengan dyspnoea, sianosis, hipotensi, bradikardi dan sinus atau aritmea AV nodus (Olson, 2007).

  Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma, dan terjadi konvulsi, kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit menjadi dingin, berkeringat dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat. Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada paru-paru, dan kematian (Meredith, 1993).

  Warna merah terang pada kulit atau tidak terjadinya sianosis, jarang terjadi dalam keracunan sianida. Secara teoritis tanda ini dapat dijelaskan dengan adanya kandungan yang tinggi dari oksihemoglobin, dalam venus return, tetapi dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  keracunan berat, gagal jantung dapat dicegah. Kadang-kadang sianosis dapat dikenali apabila pesien memiliki bintik merah muda terang (Meredith, 1993).

  4. Sifat efek tosik

  Terbalikkan (reversible) dan tidak terbalikkan (irrevesible) (Meredith, 1993).

  5. Diagnosis

  Diagnosis dilakukan berdasarkan pada riwayat pemaparan atau tampaknya gejala dan tanda keracunan. Asidosis laktat parah biasanya terjadi dengan pemaparan yang signifikan. Tingkat saturasi oksigen vena dapat memperlihatkan penghambatan konsumsi oksigen selular. Cara klasik dengan mengenali bau kacang almond boleh digunakan atau tidak, karena variasi genetik dalam kemampuan untuk mengenali baunya (Olson, 2007).

  a.

  Tingkat spesifik Penentuan keracunan sianida tidak dapat digunakan dalam keadaan darurat, karena tidak dapat menunjukkan terapi tahap awal. Selanjutnya, penderita harus diinterpretasikan penyebabnya karena beragam komplikasi faktor teknis. 1). Tingkat darah lebih tinggi dari 0.5-1 mg/L 2). Untuk perokok tingkat darahnya diatas 0.1 mg/L 3). Infus nitroprusida yang cepat dapat menaikkan tingkat darah setinggi 1 mg/L, disertai dengan metabolik asidosis.

  b. Penelitian lainnya dilaboratorium

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Penelitian dilaboratorium meliputi elektrolit, glukosa, serum laktat, gas darah arteri, campuran saturasi oksigen vena dan karboksihemoglobin (bila pasien terpapar secara inhalasi) (Olson, 2007).

E. Antidotum Sianida

  Diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama sesuai dengan mekanisme aksi utamanya, yaitu : detoksifikasi dengan sulfur untuk membentuk ion tiosianat yang lebih tidak toksik, pembentukan methemoglobin dan kombinasi langsung. Pengobatan pasti dari intoksikasi sianida berbeda pada beberapa negara, tetapi hanya satu metode yang disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat. Keamanan dan kemanjuran dari tiap-tiap antidotum masih menjadi perdebatan yang signifikan, dan tidak terdapat konsensus antar seluruh negara untuk pengobatan intoksikasi sianida (Meredith, 1993).

  1. Pembentukan methemoglobin Methemoglobin sengaja diproduksi untuk bersaing dengan sianida di tempat ikatan pada sistem sitokrom oksidase. Sianida mempunyai ikatan khusus dengan ion besi pada sistem sitrokom oksidase, sianida dalam jumlah yang cukup besar akan berikatan dengan ion besi pada senyawa lain seperti methemoglobin. Jika produksi methemoglobin cukup maka gejala keracunan sianida dapat teratasi. Methemoglobin dapat diproduksi dengan pemberian amil nitrit secara inhalasi dan kemudian pemberian natrium nitrit secara intravena. Kira-kira 30% methemoglobinemia

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  seperti 4-DMAP dapat memproduksi methemoglobin secara lebih cepat (Meredith, 1993).

  Apabila methemoglobin tidak dapat mengangkut cukup oksigen maka molekul hemoglobin menjadi tidak berfungsi. Produksi methemoglobinemia lebih dari 50% dapat berpotensi fatal. Methemoglobinemia yang berlebih dapat dibalikkan dengan metilen biru, terapi yang digunakan pada methemoglobinemia, dapat menyebabkan terlepasnya kembali ion sianida mengakibatkan keracunan sianida. Sianida bergabung dengan methemoglobin membentuk sianmethemoglobin. Sianmethemoglobin berwarna merah cerah, berlawanan dengan methemoglobin yang berwarna coklat (Meredith, 1993).

  Gambar 1. Penggantian sianida dari sitokrom a 3 oksidase oleh methemoglobin

  a. Natrium tiosulfat Sekarang ini, Amerika Serikat mendukung penggunaan kombinasi nitrit dan tiosulfat untuk pengobatan pada keracunan sianida. Natrium nitrit (10 ml pada larutan

  3%) digunakan secara intravena dilanjutkan dengan pemberian natrium tiosulfat (50

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ml pada larutan 25%) secara intravena. Natrium nitrit seharusnya diberikan 2,5-5 ml permenit hingga 2-3 menit. Natrium tiosulfat harus diberikan secara cepat setelah natrium nitrit dengan dosis 12,5 mg pada larutan 25% hingga 10 menit (Meredith, 1993).