BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN SABU RAIJUA - DOCRPIJM 56109ad2d0 BAB IIIBab 3 Arahan Strategis Nasional Bidang CK ok

BAB III ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN SABU RAIJUA Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola

  

ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional,

sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah

yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk

fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan

struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan

permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan

dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan

alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya

alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia,

serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

  a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

  b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

  c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

  f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM

kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 14, yaitu sebagai berikut:

  1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

  

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

  industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Kriteria :

  1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 15, yaitu sebagai berikut:

  1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

  2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

1. Pertahanan dan Keamanan

  a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Pertumbuhan Ekonomi

  a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b. Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c. Memiliki potensi ekspor,

  

d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

  e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energy dalam rangka mewujudkan ketahanan energy nasional, atau h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3. Sosial dan Budaya

  a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c. Merupakan asset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e. Memberikan perlindungan terhadap keaneka ragaman budaya, atau f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

4. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi

  a. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  b. Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

5. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

  b. Merupakan asset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

  c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

  e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

  f. Rawan bencana alam nasional

  g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1. Penetapan Lokasi PKN dan PKW Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN untuk Provinsi NTT No Provinsi PKN PKW

  1 Nusa Tenggara Timur Kupang Soe, Kefamenanu, Sabu Raijua, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo Tabel 3.2.

  Penetapan Lokasi PKSN Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN untuk Provinsi NTT No PKSN Status Provinsi

  1 Atambua (Ibu Kota I/A/1 : Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu) Pengembangan/Peningkatan

  Fungsi (Tahap I)

  2 Kalabahi (Ibu Kota

  II/A/2 : Pengembangan Baru Nusa Tenggara Timur Kabupaten Alor) (Tahap II)

  3 Kefamenanu (Ibu I/A/2 : Pengembangan Baru Nusa Tenggara Timur Kota Kabupaten (Tahap I) Timor Tengah Utara)

Tabel 3.3. Penetapan KSN Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN untuk Provinsi NTT Sudut Kota/ Status No KSN

  Provinsi Kepentingan Kabupaten Hukum

  1 Kawasan Ekonomi Kabupaten Nusa Pengembangan Ngada Tenggara Ekonomi Terpadu Timur Mbay

  2 Kawasan Perbatasan Pertahanan Kab. Kupang Nusa Darat RI dengan dan Kab. TTU Tenggara Negara Timor Leste Keamanan Kab. Belu Timur

  3 Kawasan Perbatasan Pertahanan Kab. Kupang Nusa Laut RI termasuk 5 dan Kab. TTU Tenggara pulau kecil terluar Keamanan Kab. Belu Timur (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/ Australia

3.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  RTRW KSN ditetapkan melalui Perpres. Namun sampai saat ini RTRW KSN untuk

wilayah NTT belum ditetapkan. RTRW KSN yang sudah ditetapkan baru 7 wilayah

yakni :

  a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

  

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan

  

keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk

wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

1) Pertahanan dan Keamanan

  a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2) Pertumbuhan Ekonomi

  a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b. Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c. Memiliki potensi ekspor,

  d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

  e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energy dalam rangka mewujudkan ketahanan energy nasional, atau

h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3) Sosial dan Budaya

  a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa, c. Merupakan asset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  

e. Memberikan perlindungan terhadap keaneka ragaman budaya, atau

f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  g. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi

  a. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

  b. Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

  

e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  h. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup a.

  Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b.

  Merupakan asset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, d.

  Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro e. Rawan bencana alam nasional f. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  

Adapun Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi NTT, tersaji pada

tabel berikut ini :

  

Tabel 3.4.

Penetapan KSN Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008

Tentang RTRWN untuk Provinsi NTT

  Sudut Kota/ Status No KSN Provinsi Kepentingan Kabupaten Hukum

  1 Kawasan Taman Lingkungan Kabupaten Nusa Nasional Komodo Hidup Manggarai Tenggara

  Barat Timur

  2 Kawasan Ekonomi Kabupaten Nusa Pengembangan Ngada Tenggara Ekonomi Terpadu Timur Mbay

  3 Kawasan Perbatasan Pertahanan Kab. Kupang Nusa Darat RI dengan dan Kab. TTU Tenggara Negara Timor Leste Keamanan Kab. Belu Timur

  4 Kawasan Perbatasan Pertahanan Kab. Kupang Nusa Laut RI termasuk 5 dan Kab. TTU Tenggara pulau kecil terluar Keamanan Kab. Belu Timur (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/ Australia

3.3. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan

operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau

untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah :

  a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

  c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

  

3.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-

  

2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen

perencanaan.

  

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang

diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi

yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM

  

IPTEK. PSabu Raijuakatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,

pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat

dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

  a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

  b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

  c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra- sentra produksi di masing-masing KPI d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

  

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-

2025 dipaparkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 Untuk Provinsi NTT No Koridor KPI

  1 Koridor Ekonomi (KE) Bali- Badung Nusa Tenggara Buleleng

  Lombok Tengah

  Kupang

  Sumbawa Barat Aegela Nusa Penida Sumbawa

3.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

  Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK

adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian

dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara

lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata,

energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari

Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan

pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah

Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan

berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun

perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

  a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung; b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan; c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; d. Mempunyai batas yang jelas.

  

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan PP Nomor 2 Tahun 2011

  

No Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus

  Kabupaten Simalungun, Kawasan Ekonomi Khusus Sei

  1 Sumatera Utara Mangke Kabupaten Pandeglang, Kawasan Ekonomi Khusus

  2 Banten TanjungLesung Kabupaten Kutai Timur, Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

  3 Kalimantan Tmur

  4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung 3.6.

   Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Penataan ruang wilayah Provinsi berdasarkan Perda Provinsi NTT Nomor 1

Tahun 2011 tentang RTRW Provinsi NTT Tahun 2010-2030 bertujuan untuk mewujudkan

  

Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis

pada pengembangan potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu

dan berkelanjutan, bertumpu pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera,

dengan tetap memperhatikan aspek mitigasi bencana.

3.6.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang A. Arahan Pengembangan Pola Ruang

  Rencana pola ruang wilayah Provinsi NTT merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang dalam wilayah Provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang

untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah Provinsi NTT dirumuskan berdasarkan: Kebijakan dan

strategi penataan ruang wilayah Provinsi yang memperhatikan kebijakan dan

strategi penataan ruang wilayah nasional, Daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup wilayah Provinsi, Kebutuhan ruang untuk pengembangan

kawasan budidaya dan kawasan lindung dan Ketentuan peraturan perundang-

undangan terkait.

  Berdasarkan strategi dan kebijakan pola ruang wilayah Provinsi NTT maka akan

dihasilkan rencana pola ruang Provinsi yang digambarkan dalam peta dengan

tingkat ketelitian 1:250.000 sebagai peta deliniasi arahan peruntukan ruang

berdasarkan ketentuan sistem informasi geografis.

1. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung dan Budidaya a. Arahan Pengembangan Kawasan Lindung

  Rencana Kawasan Lindung ditetapkan berdasarkan kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Provinsi NTT untuk Kawasan Lindung. Rencana kawasan Lindung Provinsi NTT adalah minimal 29,03% dari total luas wilayah Provinsi NTT adalah sekitar 1,348,760.25 Ha dimana luas lahan total adalah 3,297,598.85 Ha. Luas perairan Provinsi NTT adalah sekitar 19.148.400 Ha. Luasan ini mencakup pemanfaatan Lindung di wilayah Laut Provinsi NTT. Rincian penjelasan luasan kawasan lindung di Provinsi NTT dapat dilihat dari tabel berikut:

  

Tabel 3.7.

Rencana Kawasan Lindung Provinsi NTT 2010-2030

  

No Peruntukan Luasan (Ha)

  1 Provinsi NTT 4.646.359,10

  2 Minimal 29,03% Luas Lahan Wilayah Darat 1.420.497

  3 Luas Wilayah Laut 19.148.400

  Sumber : RTRW Provinsi NTT 2010-2030

  Secara spesifik hasil akhir dari penyusunan RTRWP salah satunya, yaitu Pemantapan Kawasan Lindung. Pengertian ‘pemantapan’ kawasan lindung, tidak menentukan kawasan lindung, tetapi lebih bersifat memantapkan kawasan lindung yang telah ada dan didasarkan pada klasifikasi dan kriteria yang lebih menyeluruh dipergunakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Pasal 10, kawasan ini terdiri atas tujuh sub kawasan utama, yaitu :

1. Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan Hutan Lindung dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Memberikan perlindungan kawasan sekitar dan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah erosi dan banjir yang mutlak fungsinya sebagai penyangga. Kawasan Hutan Lindung Provinsi NTT memiliki luasan kurang lebih 652,915.78 Ha dari luas lahan total.

  Arahan pengelolaan kawasan Hutan Lindung di Provinsi NTT adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan hutan lindung tanpa merubah bentang alam;

  b. Pemanfaatan hutan lindung tanpa mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; c. Pengawasan ketat terhadap rencana perubahan fungsi hutan lindung; d. Rehabilitasi dan pelestarian hutan lindung terutama pada kawasan yang mengalami degradasi; e. Pemanfaatan hutan lindung sebagai kawasan wisata alam yang bersifat ekowisata; f. Rehabilitasi hutan dan lahan secara sistematis dan periodik untuk menghindari terjadinya penggundulan hutan; dan g. Pengawasan dan pembinaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan berkesinambungan.

2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari kawasan resapan air dan kawasan bergambut. Kawasan perlindungan bawahannya yang terdapat di NTT adalah kawasan resapan air. Adapun yang termasuk kawasan tersebut meliputi :

  a. Kawasan Resapan Air Fatukoa Naioni di Kota Kupang;

  b. Kawasan Resapan Air Baumata di Kabupaten Kupang;

  

c. Kawasan Resapan Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan; dan

d. Kawasan Resapan Air Wolomera di Kabupaten Manggarai Timur.

  Berdasarakan penetapan Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawah di atas, adapun Arahan pemanfaatan ruang di Kawasan tersebut di Provinsi NTT adalah sebagai berikut:

  a. Ketersediaan vegetasi hijau sebagai perlindungan kawasan ((Green Belt) dan mempertahankan ekosistem kawasan sehingga ekosistem tersebut tetap lestari dan berkelanjutan. b. Rehabilitasi kawasan berupa sarana dan prasarana perlindungan kawasan dari ancaman bencana longsor, gempa bumi dan bencana alam lainnya, seperti penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun sebagai sarana prasarana penunjang fungsi kegiatan.

  c.

  Penerapan prinsip ”zero delta Q policy” terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya.

  d. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan resapan air dilakukan dengan cara pemerintah memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadap pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi dan resapan air pada pemerintahan daerah kabupaten, pada wilayah terkait.

3. Kawasan Perlindungan Setempat.

  Kawasan Perlindungan setempat meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal. Adapun Kawasan Perlindungan setempat yang terdapat di Propinsi NTT, meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar atau waduk dan kawasan sempadan jurang.

  a. Kawasan sempadan pantai; Kawasan sempadan pantai yang terdapat di NTT memiliki luas total kurang lebih 56.274 Ha, meliputi :

  1. Kawasan sempadan pantai yang berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat yaitu di sepanjang pantai Provinsi Nusa Tenggara Timur;

  2. Kawasan sempadan pantai rawan gelombang pasang dan tsunami yang berjarak lebih dari 100 meter disesuaikan dengan karakter pantai, terdapat di Maumere di Kabupaten Sikka, Daerah Atapupu/pantai utara Belu, pantai selatan Pulau Sumba, pantai utara Sabu Raijua, pantai utara Flores Timur, pantai selatan Lembata, dan pantai selatan Pulau Timor.

b. Kawasan sempadan sungai;

  Kawasan sempadan sungai yang terdapat di NTT memiliki luas total kurang lebih 181.837 Ha, meliputi :

  1. Kawasan sempadan sungai di kawasan non permukiman berjarak sekurang-kurangnya 100 m dari kiri dan kanan untuk aliran sungai utama dan sekurang-kurangnya 50 meter dari kiri dan kanan untuk anak sungai.

2. Kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman berjarak sekurang-kurangnya 10 meter.

  c. Kawasan sekitar danau atau waduk Kawasan sekitar danau atau waduk memiliki luas total kurang lebih 28.944 Ha, berjarak 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

  

Tabel 3.8.

Arahan Kawasan Perlindungan Setempat

Provinsi NTT Tahun 2010-2030

  No Jenis Arahan o

  PP No 29 tahun 1986 mengenai Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

  Kawasan o Pantai rawan gelombang pasang dan tsunami

  1 Sempadan Pantai o sempadan > 100m Penetapan sempadan pantai rawan bencana memperhatikan karakter pantai (topografi, tipe,bentuk o pantai, dsb) Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt). o Pelindung dari abrasi dan gelombang pasang/ tsunami

  Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan bukan permukiman sekurang - kurangnya 100 meter dan anak Kawasan sungai sekurang - kurangnya 50 meter (Permen PU No.

  2 Sempadan Sungai o

  63 Tahun 1993) Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan o sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter

  Ketersedian sarana prasarana perlindungan sekitar kawasan berupa rambu-rambu, guide real, lampu Sempadan penerangan

  3 o Jurang Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt).

  Pelindung disempadan dan lereng jurang sebagai o antisipasi resiko longsor yang mungkin dapat terjadi Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar

  Kawasan Sekitar waduk/danau ditetapkan yang lebarnya antara 50-100

  4 Danau & Waduk meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat o Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Danau dan Waduk o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan o Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budidaya lainnya di sekitar lokasi waduk

  /danau yang mempertimbangkan konservasi waduk/danau

  5 Kawasan Sekitar Mata Air o

  Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah o

  Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Mata Air

  6 Kawasan Lindung Spiritual o

  Berdasarkan kebutuhan perlindungan terutama saat kegiatan berlangsung o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

  7 Kawasan Kearifan Lokal o

  Berdasarkan kebutuhan perlindungan kawasan o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

  Sumber : RTRW Provinsi NTT 2010-2030 4.

   Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya.

  Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, meliputi: kawasan suaka alam laut, kawasan suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, kawasan cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, kawasan taman nasional dan taman nasional laut, kawasan taman hutan raya, kawasan taman wisata alam dan kawasan cagar budaya.

  a. Kawasan Suaka alam Kawasan suaka alam merupakan kawasan dengan kriteria kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun diperairan dan mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat didalamnya. Kawasan suaka alam yang terdapat di propinsi NTT yaitu Kawasan Suaka Alam Laut Sawu dan Kawasan Suaka Alam Laut Flores.

  b. Kawasan suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut Kawasan ini memiliki kriteria :

  1. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi,

2. Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi,

  3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrant tertentu, dan

  4. Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan jenis ini yang terdapat di propinsi NTT meliputi Kawasan Suaka Margasatwa Perhatu di Kabupaten Kupang, Kawasan Suaka Margasatwa Kateri di Kabupaten Belu, Kawasan Suaka Margasatwa Harlu di Kabupaten Rote Ndao, dan Kawasan Suaka Margasatwa Ale Asisio di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

  c. Kawasan cagar alam dan cagar alam laut Kawasan ini memiliki kriteria :

  1. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya,

  

2. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya,

  3. Memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan belum diganggu manusia,

  4. Memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

  5. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi. Kawasan jenis ini yang terdapat di propinsi NTT meliputi Kawasan Cagar Alam Riung di Kabupaten Ngada, Kawasan Cagar Alam Maubesi di Kabupaten Belu, Kawasan Cagar Alam Way Wuul / Mburak di Kabupaten Manggarai Barat, Kawasan Cagar Alam Watu Ata di Kabupaten Ngada, Kawasan Cagar Alam Wolo Tadho di Kabupaten Ngada; dan Kawasan Cagar Alam Gunung Mutis terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara.

  d. Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pantai berhutan bakau memiliki kriteria koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah dari arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di propinsi

NTT terdapat di Kabupaten Belu, Rote Ndao dan Manggarai Barat. e. Kawasan taman nasional dan taman nasional laut Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria :

  1. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam

  2. Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami

  3. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuuh,

  4. Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secaramateri atau fisik tidak boleh diubah baik oleh ekspoitasi maupun pendudukan manusia; dan

  5. Memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam. Kawasan jenis ini yang terdapat di propinsi NTT meliputi Kawasan Taman Nasional Kelimutu di Kabupaten Sabu Raijua, Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti di Kabupaten Sumba Timur, Kawasan Taman Nasional Manupeu-Tanadaru di Kabupaten Sumba Tengah, Kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Kawasan Taman Nasional Laut Komodo di Kabupaten Manggarai Barat dan Kawasan Taman Nasional Laut Selat Pantar di Kabupaten Alor.

  f. Kawasan Taman Hutan Raya Kawasan taman hutan raya ditetapkan dengan kriteria :

  1. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau satwa yang beragam,

  2. Memiliki arsitektur bentang alam yang baik,

  3. Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata,

  4. Merupakan kawasan dengan cirri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah berubah,

  5. Kemiliki keindahan alam dan/atau gejala alam

  6. Memiliki luas yang memungkinkan untuk mengembangkan koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli. Untuk kawasan berdasarkan kriteria tersebut berupa Taman Hutan

Raya Prof Ir. Herman Yohannes yang terdapat di Kabupaten Kupang.

  g. Kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut Kawasan jenis ini ditetapkan dengan kriteria :

  1. Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan langkah,

  2. Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata,

  3. Memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam, dan

  4. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam. Adapun kawasan-kawasan yang termasuk pada kriteria tersebut yang terdapat di propinsi NTT, adalah meliputi :

  

1. Kawasan Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Kabupaten Alor;

  2. Kawasan Taman Wisata Alam Kemang Beleng I di Kabupaten Sabu Raijua;

  3. Kawasan Taman Wisata Alam Kemang Beleng II di Kabupaten Sabu Raijua;

  

4. Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Besar di Kabupaten Sikka;

  5. Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Menipo di Kabupaten Kupang;

  

6. Kawasan Taman Wisata Alam Ruteng di Kabupaten Manggarai;

  

7. Kawasan Taman Wisata Alam Egon Illimedo di Kabupaten Sikka;

  8. Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Rote Ndao.

  9. Kawasan Taman Wisata Alam Gugus Pulau Teluk Maumere di Kabupaten Sikka;

  10. Kawasan Taman Wisata Alam Laut Tujuh Belas Pulau Riung di Kabupaten Ngada;

  11. Kawasan Taman Wisata Alam Camplong di Kabupaten Kupang;

  12. Kawasan Taman Wisata Pulau Batang di Kabupaten Alor; dan 13. Kawasan Taman Wisata Baumata di Kabupaten Kupang.

  h. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budidaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan ini meliputi sebagai berikut :

  1. Kawasan Kapela Tuan Ma Larantuka di Kabupaten Flores Timur;

  

2. Kawasan Meriam Jepang dan Tugu Jepang di Kota Kupang;

  3. Kawasan Gereja Tua di Kota Kupang;

  4. Kawasan Gua Alam Baumata di Kabupaten Kupang; dan

  5. Kawasan cagar budaya berupa kampung adat yang terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Timur, Ngada, Nagekeo, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Sabu Raijua, dan Belu;

  6. Kawasan Gua Bitauni di TTU Adapun arahan pemanfaatan kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya di Provinsi NTT adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9.

  

Arahan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Provinsi NTT Tahun 2010-2030

No Jenis Arahan o

  Arahan pemanfaatan kegiatan untuk penelitian, o pendidikan, dan ekowisata Pemanfaatan sebagai ekowista dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan o alam

  Perlindungan bagi flora dan fauna yang khas dan Kawasan Suaka beraneka ragam Alam dan Suaka o

  Ketersediaan sarana prasarana penunjang

  1 Alam Laut dan perlindungan kawasan tersebut Perairan o

  Pengelolaan kawasan pantai berhutan mangrove dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan o nipah di pantai Kawasan pantai berhutan mangrove yang ditetapkan memiliki: Tingkat salinitas 2,5

  • – 4,0 %. Fluktuasi pasang – surut air laut < 1 meter dan Kedalaman laut < 0,5 o meter.

  2 Kawasan Kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi tumbuhan

  Pelestarian Alam alami atau buatan o kawasan berupa keragaman tumbuhan dengan fungsi lindung atau vegetasi tetap dengan keragaman o flora dan fauna

  Arahan pemanfaatan kegiatan untuk penelitian, o pendidikan, dan ekowisata Pemanfaatan sebagai ekowista dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan o alam

  Ketersediaan sarana prasarana penunjang o perlindungan kawasan tersebut Arahan pemanfaatan kegiatan untuk penelitian, o pendidikan, dan ekowisata Perlindungan cagar budaya sebagai aset kawasan o yang harus dilestarikan Pemanfaatan sebagai ekowista dilakukan dengan

  Kawasan Cagar tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan

  3 Budaya dan Ilmu Cagar Budaya

  Pengetahuan o Ketersediaan sarana prasarana penunjang o perlindungan kawasan tersebut Lingkungan fisik di sekitar kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan harus ditata secara serasi untuk kepentingan sebagai obyek wisata

  Sumber : RTRW Provinsi NTT 2010-2030 5.

   Kawasan Rawan Bencana Alam.

  Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di propinsi NTT, meliputi kawasan rawan tanah longsor dan gerakan tanah dan kawasan rawan banjir.

  a. Kawasan rawan longsor Kawasan rawan longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan longsor dan gerakan tanah terdapat di Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat. b. Kawasan rawan banjir Kawasan rawan bajir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasi sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Kawasan ini terdapat di Takari dan Noelmina di Kabupaten Kupang, dan Benanain di Kabupaten Belu, Dataran Bena dan Naemeto di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Ndona di Kabupaten Sabu Raijua. Selain kawasan yang disebutkan diatas terdapat juga kawasan rawan bencana alam geologi, meliputi: kawasan rawan gempa, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, kawasan rawan bencana letusan Gunung Berapi dan kawasan rawan banjir. Adapun pembangian wilayah berdasarkan jenis bencana di Provinsi NTT adalah sebagai berikut :

  

Tabel 3.10.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Provinsi NTT Tahun 2010-2030

  No Jenis Kawasan

  1 Kawasan Rawan Bencana Longsor

   Lereng Gunung Ile Mandiri-Larantuka  Kawasan Ikan Poti-Kab Kupang  Kawasan Buka Piting-Alor  Kawasan Perbatasan Sabu Raijua dan Sikka

  2 Kawasan Rawan Bencana Banjir

   Rawan Banjir Kota Larantuka  Rawan Banjir Kota Kupang

  3 Kawasan Rawan Bencana Gempa & Gerakan Tanah

   Provinsi NTT

  4 Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang & Tsunami

   Rawan Tsunami Laut Flores  Rawan Tsunami Pantai Selatan Provinsi NTT  Rawan Tsunami Laut Timor

  5 Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi

   Rawan Gunung Berapi Egon-Sikka  Rawan Gunung Berapi Ile Ape-Lembata  Rawan Gunung Berapi Lewo Tobi-Flores

  Timur  Rawan Gunung Berapi Ile Rie-Ngadakeo Sumber : RTRW Provinsi NTT 2010-2030