PELAKSANAAN AKAD-AKAD BERBASIS BAI’ AL- MURABAHAH (Jual Beli) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KAB.SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam
PELAKSANAAN AKAD-AKAD BERBASIS BAI’ AL-
MURABAHAH (Jual Beli) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM
DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KAB.SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam
Oleh:
FazaAtika Ulfah
NIM : 21411018
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
MOTTO PENULIS
Orang sukses juga pernah malas, bodoh dan gagal. Tetapi mereka harus tetap bergerak dan mencoba. Karena setiap perjuangan yang sungguh- sungguh akan menuai hasil yang memuaskan.
(Faza Atika) Kebahagiaan selalu jadi tujuan utama bagi kita manusia dalam menjalani hidupkita seakan selalu mengejar dan memburu kebahagiaan tersebut.padahal keberadaan kebahagiaan ada padadiri kita sendiri. Bersyukur dengan apa yang kita dapat,Akan apa yang kita perbuat dan apa yangKita kasih merupakan kebahagiaan yang sejati. Sedangkan kebahagiaan yang dikejar selama ini hanyalah rasa iri akan pencampaian orang lain
(Faza Atika)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :
1. Bapak dan ibu tercinta, Bapak Muhammad Subkhan dan Ibu Pamujiyati yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.
2. Adikku Muhammad Aji, yang telah memberikan kasih sayangnya dan mendoakan agar selalu tetap istiqomah dalam hal apapun.
3. Teman- teman tercinta yang selama empat tahun telah membantu dalam studi di IAIN Salatiga, baik materiil maupun non materiil.
4. Para guru sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.
5. Sahabatku yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan motivasi yang berarti sehingga penulis bisa semangat dalam menjalani kehidupan.
6. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah hirobbil alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkatrahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Kami juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat menyusun Penulisan Skripsiini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.
PenulisanSkripsiini disusun untuk diajukan sebagaisalahsatupersyaratanguna memperolehgelarSarjanaHukum Islam (S.H.I), FakultasSyari’ah, JurusanS1 Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “PELAKSANAAN AKAD-AKAD BERBASIS BAI’ AL-MURABAHAH (JUAL- BELI) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KAB. SEMARANG”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. BapakDr. RahmatHariyadi, M.Pd,selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.
Bidang Kemahasiswaan.
4. IbuEviAriyani, M.H, selakuKetuaJurusanS1 Hukum Ekonomi Syari’ahdi IAIN Salatiga.
5. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag.,MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuaiyang diharapkan.
6. IbuLutfianaZahriani, M.H, selakuKepala Lab. FakultasSyari’ah IAIN Salatiga.
7. BapakHeri Natoil S,Ag selaku Manager BMT Bina Insaniyang telah berkenan memberikan izin penelitian di BMT Bina Insani Pringapus serta memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.
9. Teman-temanJurusanS1 Hukum Ekonomi Syari’ahangkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin. dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya,sehingga kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsiini dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skrispiini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 29 Oktober 2015 Penulis.
ABSTRAK
Ulfah, Faza Atika. 2015.Persepsi Nasabah Terhadap Pelaksanaan Akad- Akad Berbasis Bai’ Al- Murabahah (Jual-Beli) Di BMT Bina Insani Pringapus Kab. Semarang.Skripsi.FakultasSyari’ah. Jurusan.S1 Hukum Ekonomi Syari’ah.InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing:Nafis Irkhami M.Ag.,MA Kata Kunci : Pelaksanaan Akad Bai’ Al-Murabahah dalam tinjaun hukum islam
Penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan akad-akad berbasis bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus Kab. Semarang Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)Bagaimana pelaksanaan akad bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus? (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai’ al- murabahah di BMT Bina Insani Pringapus ?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di mana pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap pihak yang memiliki kewenangan dalam memberikan pembiayaan jual beli pada BMT untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan melalui data dan buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan dipaparkan secara deskriptif.
Temuan penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama: Bai’ al- murabahah adalah akad jual beli dimana pihak BMT sebagai penjual dan pihak nasabah sebagai pembeli. Pihak BMT yang akan mencarikan barang yang diinginkan oleh nasabah. Dalam praktiknya hal ini belum dilakukan oleh pihak BMT dan terdapat ketidak pahaman nasabah terhadap akad tersebut. Karena pembiayan jual beli yang sering diakukan di BMT Bina Insani adalah jual beli kendaraan maka nasabah menganggap sama antara BMT dan dealer sehingga nasabah beranggapan bahwa akad bai al- murabahah sama dengan jual beli pada umumnya. BMT hanya berlabelkan syari’ah dan belum bisa menerapkan sesuai dengan prinsip syari’ahnya. Kedua: Tinjauan hukum Islam terhadap akad bai’al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus pelaksanannya tidak sesuai dengan hukum Islam. Pihak nasabah mencari barang sendiri kemudian memberitahukan kepada pihak BMT untuk di biayai.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ I NOTA PEMBIMBING............................................................................................ ii PENGESAHAN....................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................ iv MOTTO.................................................................................................................... v PERSEMBAHAN.................................................................................................... vi KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii ABSTRAK............................................................................................................... x DAFTAR ISI............................................................................................................ xi DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 5 C. TUJUAN PENELITIAN.............................................................................. 5 D. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................... 5 E. PENEGASAN ISTILAH.............................................................................. 6 F. TELAAH PUSTAKA................................................................................... 7 G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian................................................................................. 9
2. Kehadiran Peneliti............................................................................ 10
3. Lokasi Penelitian.............................................................................. 11
4. Sumber Data..................................................................................... 11
5. Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 12
6. Analisis Data.................................................................................... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 15
8. Tahap-tahap Penelitian..................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan................................................................................... 16
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Umum Mengenai Akad................................................................. 18 B. Tinjauan Umum Mengenai Akad Bai’ AlMurabahah................................. 22
1. Pengertian Pembiayaan Bai’ Al-Murabahah.................................... 22
2. Landasan Syara’............................................................................... 25
3. Rukun dan Syarat Bai Al-Murabahah.............................................. 26
4. Macam-macam Jual Beli.................................................................. 34
5. Skema Pembiayaan Akad Bai’Al-Murabahah................................. 36
6. Aplikasi Pembiayaan akad Bai’ Al-Murabahah............................... 37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Masyarakat di Desa Pringapus........................................................ 42
1. Letak geografis................................................................................. 42
2. Kondisi Penduduk............................................................................ 43
3. Kondisi Pendidikan.......................................................................... 45
4. Kondisi Ekonomi.............................................................................. 46
5. Kondisi Sosial Keagamaan............................................................... 48
6. Kondisi Sosial Budaya..................................................................... 50
B. Gambaran Umum Tentang BMT Bina Insani Pringapus............................. 51
1. Struktur Organisasi BMT Bina Insani Pringapus............................. 52
2. Produk BMT Bina Insani Pringapus................................................ 55
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Akad Bai’ Al-Murabahah di BMT Bina Insani Pringapus..................................................................... 57 B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Akad Bai’ Al-Murabahah............................................................................. 76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................... 82 B. Saran............................................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang semakin modern kebutuhan sehari-hari masyarakat dari tahun ke tahun akan meningkat. Berbagai upaya dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti melakukan pinjaman di suatu Lembaga Keuangan. Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro sedangkan bank BPR (Bank Perkreditan Rakyat) merupakan lembaga keuangan menengah.
Dengan adanya perkembangan lembaga keuangan syari’ah yang semakin pesat, yang ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang mempercayakan dananya di lembaga keuangan syari’ah. Perkembangan yang begitu signifikan sehingga beberapa lembaga keuangan syari’ah berkompetisi dalam menawarkan produknya yang membuat nasabah untuk berinvestasi di bank syari’ah. Hal tersebut didukung dengan sumber daya manusia yang sebagian besar beragama Islam sehingga potensi untuk berkembang semakin besar.
Dari sekian banyak lembaga keuangan mikro seperti koperasi, BMT (Bait al-Mal Wat Tamwil) merupakan suatu lembaga keuangan yang belandaskan syari’ah. BMT merupakan lembaga kecil yang berkembang di masyarakat karena sifatnya mikro untuk usaha kecil dan menengah. bank perkreditan rakyat syari’ah (BPRS) adalah dalam bidang pendampingan dan dukungan. Berkaitan dengan dukungan BUS dan BPRS terikat dengan peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan atau juga peraturan Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum koperasi, secara otomatis di bawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Sumiyanto, 2008:15-16).
BMT merupakan paduan lembaga baitul maal dan lembaga baitul tamwil. Dalam fungsi maal pengelola BMT berfungsi sebagai perantara antara para muzzaki dan munfiqun (orang yang berzakat dan berinfaq) dengan para mustahik (orang yang menerima zakat). Dalam fungsi tamwil pengelola BMT berfungsi sebagai perantara investor (kreditur, penabung) dengan debitur (peminjam usahawan kecil). Dari sini dapat dipahami kalau ada yang menganggap bahwa BMT adalah lembaga simpan pinjam. (Sumiyanto, 2008:25)
BMT merupakan salah satu lembaga keuangan yang berlandaskan syari’ah. Namun, pada realitasnya tidak banyak nasabah yang memandang lembaga keuangan syari’ah seperti BMT operasionalnya sesuai syari’ah. Nasabah beranggapan bahwa BMT tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Persoalan pokok yang sering menjadi sebab utama persepsi nasabah adalah ketidaksesuaian antara semangat syari’ah dengan praktik yang dilakukan oleh lembaga keuangan syari’ah seperti BMT. berlandaskan pada hukum Islam. Sehingga dalam memberikan pembiayaan pada masyarakat harus memperhatikan prospek usahanya dari sudut pandang agama sebelum menyalurkan pembiayaannya.
Salah satu prinsip operasional BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah prinsip jual beli. Jual beli merupakan salah satu kegiatan transaksi ekonomi, dengan adanya penawaran dari pihak penjual atau permintaan dari pembeli. Transaksi dalam jual beli antara penjual dan pembeli terjadi karena adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Dalam melakukan transaksi jual beli, suatu produk harus berada pada penjual terlebih dahulu. Bukan menjual barang atau produk yang masih ada ditempat lain atau masih menjadi milik orang lain. Pada dasarnya BMT harus berpegang teguh pada landasan syari’ahnya khususnya dalam praktik jual beli yang menjadi salah satu produk dari BMT.
BMT Bina Insani adalah salah satu BMT di Pringapus yang pada umumnya berupaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.
Selama ini, di BMT Bina Insani Pringapus yang kaitannya dengan nasabah telah melakukan dua kegiatan yaitu menabung dan meminjamkan dana.
Dalam bentuk fasilitas pembiayaannya BMT Bina Insani Pringapus memberikan bantuan berupa pembiayaan murabahah.
Pembiayaan merupakan salah satu fungsi dari lembaga keuangan syari’ah. Dimana BMT akan memberikan pinjaman kepada nasabahnya pembiayaan Murabahah. Pembiayaan murabahah adalah bank bertindak sebagai penjual disatusisi, dan disisi lain bertindak sebagai pembeli.
Kemudian bank akan menjualnya kembali kepada pembeli dengan harga beli ditambah margin (ribhun) yang telah disepakati. Dalam pembiayaan murabahah terdapat perpindahan kepemilikan yang jelas antara masing- masing pihak yang terlibat dan ketetapan nilai harga jual barang (angsuran) (Sunarto, 2003:90).
Bentuk pembiayaan murabahah adalah pelayanan jasa dalam hal jual beli pihak BMT selaku penjual atau mencari barang sesuai dengan yang diinginkan nasabah. Setelah menemukan barang yang diinginkan oleh nasabah maka pihak BMT akan menghubungi nasabah dan memberitahukan harga jualnya. Dalam hal ini, pihak BMT harus memberitahukan secara jujur harga pokok dari barang tersebut dan jumlah keuntungan yang telah diperoleh.
Pada beberapa lembaga keuangan syari’ah terjadi praktik yang berbeda dengan teori yang ada. Dalam teori yang ada BMT selaku penjual mencari barang yang diinginkan oleh nasabah selaku pembeli. Serta munculnya berbagai persepsi atau pemahanan nasabah terhadap akad-akad di BMT penulis ingin mengetahui “PELAKSANAAN AKAD-AKAD BERBASIS BAI’ AL-MURABAHAH (JUAL-BELI) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KAB.
SEMARANG”. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan akad bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus ?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai’ al- murabahah di BMT Bina Insani Pringapus ? C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus Kab.Semarang.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan akad bai’ al-murabahah dalam tinjauan hukum Islam.
D. Manfaat atau kegunaan penelitian Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang akad bai’ al- murabahah
2. Dengan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para masyarakat terhadap pemahaman akad bai’ al-murabahah.
3. Bermanfaat bagi instansi BMT Bina Insani Pringapus Kab.Semarang agar dapat merealisasikan akad-akad sesuai syari’ah.
E. Penegasan Istilah
1. Akad Bai’ Al-Murabahah Bai’ Al-Murabahah adalah bai’(jual beli) di mana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai atau dicicil (Sunarto, 2003:39). Dalam aplikasi bank syari’ah, bank merupakan penjual atas objek barangdan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syari’ah (Ismail, 2011:138).
2. Pelaksanaan Akad Bai’ Al-Murabahah Dalam hal ini peneliti ingin melihat bagaimana pelaksanaan akad bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus. Respon memberikan hasil atau mempunyai bagian positif dalam obyek yang direspon. Sehingga pelaksanaan akad bai’ al-murabahah adalah pandangan atau tanggapan nasabah terhadap akad bai’ al-murabahah tersebut.
F. Telaah Pustaka
Penelitian mengenai akad jual beli dalam lembaga keuangan syariah yang disebut dengan akad bai’ al-murabahah bukanlah yang pertama dilakukan namun, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain antara lain sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Alfian dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul “Pelaksanaan Akad Murabahah Untuk Pembiayaan Modal Usaha (Studi Pada PT.BPRS Margirizki Bahagia Yogyakarta)”. Dalam penelitian tersebut Alfian memfokuskan masalahnya tentang bagaimana pelaksanaan akad murabahah untuk modal usaha dan alasan mengapa akad murabahah digunakan untuk pembiayaan modal usaha (Alfian, 2012).
Penelitian lain dilakukan oleh Abdul Aziz Herawanto dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Implementasi Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi Secara Syari’ah Di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Surakarta”. Dalam penelitian tersebut Aziz memfokuskan masalahnya pada bagaimana implementasi akad murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syari’ah dan problem apa yang dihadapi oleh bank tersebut (Herawanto, 2009).
Penelitian tentang akad murabahah juga dilakukan oleh Muh Romli dari Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Implementasi Akad Murabahah Di BMT NU Sejahtera Mangkang Kota Romli memfokuskan penelitiannya pada masalah bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap akad murabahah di BMT NU Sejahtera dan bagaimana pelaksanaan akad murabahah tersebut (Romli, 2011).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mirawati dari Universitas Islam Negeri Jakarta dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah”. Dalam penelitian ini mirawati memfokuskan penelitiannya pada masalah pendapat masyarakat terhadap akad murabahah dan bagaimana perilaku masyarakat terhadap akad murabahah tersebut sertaseperti apa penghitungannya (Mirawati, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Yunita Sri Rejeki dari Universitas Sam Ratulangi Manado dengan judul “Akad Pembiayaan Murabahah dan Praktiknya Pada PT. Bank Syari’ah Mandiri Manado”.
Dalam penelitian ini Fanny memfokuskan masalahnya pada bagaimana prosedur dan persyaratan dalam akad pembiayaan murabahah dan bagaimana akibat hukum akad murabahah di PT. Bank Syari’ah Mandiri Manado (Rejeki, 2013).
Penelitian tentang akad murabahah juga dilakukan oleh Andi Ridwansyah Bahar Putra dari Universitas Hasanudin Makasar dengan judul “Transaksi Jual Beli Kendaraan Melalui Bank Syari’ah Dengan Menggunakan Akad Murabahah”. Dalam penelitian ini Andi memfokuskan masalahnya pada bagaimana proses jual beli menggunakan akad murabahah dan bagaimana jika mengalami wanprestasi (Putra, 2013). bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda, walaupun memiliki beberapa kesamaan pada beberapa hal. Akan tetapi dalam penelitian yang akan dikaji oleh peneliti ini lebih diberatkan pada bagaimana persepsi nasabah terhadap akad bai’ al-murabahah (jual beli) di BMT Bina Insani Pringapus. Perbedaan pokok penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian yaitu pelaksanaan akad bai’ al-murabahah dalam tinjauan hukum Islam di BMT Bina Insani Pringapus.
Dari telaah pustaka yang diperoleh penulis, maka pembahasan mengenai Pelaksanaan Akad-akad Berbasis bai’ al-murabahah sangat menarik untuk diteliti. Walaupun sudah ada yang meneliti tentang akad murabahah, namun disini peneliti akan meneliti tentang pelaksanaan akad bai’ al-murabahah di BMT Bina Insani Pringapus.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 3), secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan metode penelitian, pelaksanaan penelitian akan menjadi lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian. bukanlah baik dan buruknya metode yang digunakan dalam penelitian tetapi ketepatan menggunakan metode harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu dengan penguasaan yang mantap terhadap metode penelitian diharapkan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2012:9).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangakan instrumen pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat mutlak.
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat penelitian tersebut akan dilakukan.
Penelitian mengenai pelaksanaan akad -akad berbasis bai’ al-murabahah dalam tinjauan hukum Islam tepatnya dilakukan di BMT Bina Insani Pringapus. Peneliti lebih melakukan penelitian di BMT Bina Insani karena di BMT Bina Insani terdapat ketidak sesuaian antara semangat syari’ah dengan praktik yang ada.
4. Sumber Data Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan informan, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung nasabah BMT Bina Insani dan wawancara dengan marketing BMT Bina Insani.
b. Sumber data sekunder berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran mengenai suatu keadaan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu. Data digunakan sebagai dasar dalam melakukan suatu analisis dalam suatu penelitian dan berfungsi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Metode pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan atau ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data untuk menemukan jawaban dari rumusan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian.
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk mengungkap variable yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diungkap persepsi nasabah terhadap pelaksanaan akad bai’ al-murabahah.
a. Observasi langsung langsung apa yang diilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam aktivitas yang berkaitan dengan pelaksanaan akad bai’ al- murabahah.
b. Wawancara terstruktur Dalam melakukan wawancara terstruktur pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
Selain membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugiyono, 2012:233).
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara, yang digunakan untuk menggali data yang dianalisis secara kualitatif. Untuk menemukan nasabah yang akan diwawancarai maka peneliti akan mengambil secara random (acak) dari keseluruhan nasabah untuk diwawancarai secara mendalam. Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah nasabah dan marketing BMT Bina Insani yang terkait dengan akad bai’ al-murabahah.
c. Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa literatur-literatur atau dokumen-dokumen yang memuat tentang tema yang akan diteliti. Selain yangakan dilakukan.
d. Triangulasi Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1988:405).
Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka penulis perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, foto-foto serta hasil pengamatan.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menggali data yang dianalisis secara kualitatif. Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi analisis, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya dan senyatanya yang terjadi di masyarakat.
7. Pengecekan Keabsahan Data
a. Uji kredibilitas (kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang dilaporkan sama dengan objek yang ada di lapangan. Apabila laporan dengan objek yang dilaporkan sama maka data tersebut valid. Apabila data yang dilaporkan dengan objek penelitian berbeda maka data tidak valid. Seperti perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti dengan narasumber akan semakin akrab, terbuka dan saling memepercayai. Jadi antara peneliti dengan nasabah sebagai narasumber akan semakin terbuka dan tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
b. Uji Dependability Kriteria ini dilakukan untuk menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan dan mengambarkan data sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seperti melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam hal ini, pembimbing melakukan audit dari keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Dari bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus sampai dengan analisis data.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan pada nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan mengambarkan hasil penelitain sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan sistematis maka diperlukan sistematika yang dibagi menjadi beberapa pokok bahasan yaitu:
BAB I pendahuluan skripsi ini akan dipaparkan tentang a)latar belakang masalah, b)rumusan masalah, c)tujuan penelitian, d)kegunaan penelitian, e)penegasan istilah, f)metode penelitian, g)telaah pustaka, h)sistematika penulisan. al-murabahah. Bab ini terdiri dari 2 sub bab yaitu a) tinjauan umum tentang akad, b) tinjauan umum mengenai akad bai’ al- murabahah yang membahas tentang pengertian bai’ al-murabahah, landasan syara’, rukun dan syarat bai’ al-murabahah, macam- macam bai’ al-murabahah, skema pembiayaan akad bai’ al- murabahah dan aplikasi pembiayaan akad bai’ al-murabahah.
BAB III menyajikan paparan data serta temuan dari hasil penelitian, yang berisikan tentang gambaran umum desa Pringapus, kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Letak geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan sosial ekonomi penduduk, tingkat keagamaan, dan struktur organisasi. Serta profil BMT Bina Insani Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang dan data yang diperoleh.
BAB IV yaitu pembahasan hasil penelitian dan menganalisa dari data yang diperoleh di lapangan. BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Mengenai Akad
1. Pengertian akad
Pengertian akad secara etimologi berarti perikatan atau perjanjian. Sedangkan secara terminologi pengertian akad adalah suatu perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Burhanudin, 2008:223). Istilah akad terdapat di dalam Al-Qur’an seperti:
“Hai orang- orang yang beriman penuhilah akad (perjanjian) diantara kamu. Hewan ternak dihalalkan bagimu kecuali akan disebutkan kepadamu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang dia kehendaki” (QS. AL- Maidah[5]:1)
Dari pengertian dan penjelasan firman Allah SWT tersebut diatas, dapat diambil ketentuan hukum bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berarti mengikat bagi pihak yang menyepakatinya. Al- Isra[17]:34).
Dalam Islam menganjurkan umatnya untuk memenuhi akad yang telah dibuat selama tidak bertentangan dengan prinsip syariat.
Untuk menghindari kelalaian dalam akad seseorang dituntut agar memiliki kemauan yang kuat (QS. Thaha[20]:115). Karena pada dasarnya orang yang berjanji setia kepada sesama, sesungguhnya mereka telah berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat pelanggaran janji itu akan menimpa dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar (QS, Al-Fath[48]:10).
2. Rukun dan Syarat Akad
a. Rukun Akad
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad adalah ijab dan qabul. Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa akad memiliki tiga rukun yaitu: a) Orang yang akad (aqisd), contoh:penjual danpembeli.
b) Sesuatu yang diakadkan (mauqud alaih),contoh: harga atau yamg dihargakan.
c) Shigat, yaitu ijab dan qabul Syarat terjadinya ijab dan qabul ada tiga yaitu: pihak yang melangsungkan akad.
b) Antara ijab dan qabul harus sesuai
c) Antara ijab dan qabul harus bersambung dan berada ditempat yang sama jika kedua pihak hadir, atau berada ditempat yang sudah diketahui oleh keduanya.
Bersambungnya akad dapat diketahui dengan adanya sikap saling mengetahui diantara kedua pihak yang melangsungkan akad, seperti kehadiran keduanya ditempat yang sama atau berada ditempat berbeda, tetapi dimaklumi oleh keduanya.
b. Syarat Akad
Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara’ untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak dipenuhi akad tersebut rusak.
Ada kekhususan syarat sah akad pada setiap akad. Ulama Hanafiyah mensyaratkan terhindarnya seseorang dari enam kecacatan dalam jual beli yaitu, kebodohan, paksaan, pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemadaratan, dan syarat jual beli yang rusak (Rachmat, 2000:65).
Dasar dalam akad adalah kepastian. Diantara syarat luzum (hukum) dalam jual beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual maka akad batal atau dikembalikan.
3. Berakhirnya Akad dan Tujuan akad
Akad dapat berakhir dengan pembatalan meninggal dunia atau tanpa adanya izin dalam akad mauquf (ditangguhkan).
Akad dengan pembatalan terkadang dihilangkan dari asalnya seperti pada masa khiyar, terkadang dikaitkan pada masa yang akan datang. Seperti pembatalan dalam sewa menyewa dan pinjam meminjam yang telah disepakati selama lima bulan tetapi sebelum sampai lima bulan telah dibatalkan.
Pada akad ghair lazim, yang kedua pihak dapat membatalkan akad. Pembatalan ini sangat jelas seperti pada penitipan barang perwakilan, dan lain- lain. Atau ghair lazim pada satu pihak dan lazim pada pihak lainnya seperti gadai.orang yang menerima gadai dibolehkan membatalkan akad walaupun tanpa sepengetahuan orang yang menggadaikan barang.
Adapun pembatalan akad terdapat dalam hal berikut:
a) Ketika akad rusak
b) Adanya khiyar
c) Pembatalan akad
d) Tidak mungkin melaksanakan akad e) Masa akad berakhir (Rachmat, 2000:70). Lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad (Syamsul, 2007:23). Jadi para pihak yang mengikatkan diri pada akad tersebut harus memenuhi hak dan kewajibannya masing- masing.
Misalnya dalam jual beli maka pihak penjual harus menyerahkan barang terhadap pembeli dan pembeli membayarnya. Secara hukum dalam praktik jual beli telah terjadi perpindahan hak milik yang merupakan akibat hukum yang terjadi dalam jual beli.
B. Tinjauan Umum Mengenai Akad Bai’ Al- Murabahah Pengertian Pembiayaan Bai’ Al- Murabahah 1.
Salah satu pembiayaan yang dikenal di bank syari’ah adalah pembiayaan yang menggunakan akad jual beli.
Menurut pengertian jual beli diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam Al-qur’an surat Fathir ayat 29 dinyatakan:
....Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(Al- Baqarah:275) Adapun jual beli menurut terminologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan antara lain : berdasarkan cara khusus yang diperbolehkan.
b. Menurut Imam Nawawi jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.
c. Menurut Ibnu qudamah dalam kitab Al-Mugni (3: 559) jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan milik.
Jual beli (al-bay’) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan: Ba’a asy-syaia jika dia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba’ahu jika dia membelinya dan memasukkannya ke dalam hak miliknya, dan ini masuk dalam kategori nama-nama yang memiliki lawan kata jika disebut ia mengandung makna dan lawannya seperti perkataan ar-qur’ yang berarti haid dan suci. Demikian juga dengan perkataan syara yang berarti menjual (Azzam, 2010:23).
Jual beli menurut pengertian lughawinya adalah saling menukar (pertukaran). Kata Al Bai’ (jual) dan Asy Syiraa (beli) biasanya dipergunakan dalam pengertian yang sama. Dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang satu sama lain bertolak belakang. Menurut pengetian syari’at, jual beli ialah: pertukaran harta atas dasar saling rela, atau Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (Sabiq, 1987:44-45). penjual dan pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi objek transaksi jual beli. Akad jual beli dapat diaplikasikan dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank syari’ah. Pembiayaan yang menggunakan akad jual beli dikembangkan di bank syari’ah dalam tiga jenis pembiayaan, yaitu murabahah, istisna dan salam.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Perbedaan antara hargabeli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan (Ismail, 2011:138).
Dalam aplikasi bank syari’ah, bank merupakan penjual atas objek barang dannasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier kemudian menjual kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syari’ah pembayaran atas transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yng disepakati (Ismail, 2011:139). bank sebagai penjual terhadap penyedia barang (supplier) kemudian bank menjualnya lagi pada pihak nasabah (pembeli). Dalam akad ini penjual wajib memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang akan diambil oleh pihak bank.
2. Landasan Syara’
a. Al-Qur’an
...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mngharamkan riba(Al- Baqarah:275)
Artinya: Hai orang- orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu (An- Nisaa’:29
b. As- Sunah Dari Su’aib Ar Rumi r.a bahwa Rasulullah bersabda : beli secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk jual beli”. (HR. Ibnu Majah) Dalam Hadis lain dinyatakan; “Nabi SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’)
Maksud mabrur dalam hadis diatas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu- menipu dan merugikan orang lain.
“Jual beli harus dipastikan harus saling meridai”. (HR. Baihaqi danIbnu Majjah)
c. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
3. Rukun dan Syarat Bai’ Al-Murabahah
Transaksi jual beli harus memenuhi rukun dan syarat sebagai berikut :
a. Rukun Bai’ Al- Murabahah
1) Penjual Penjual adalah pihak yang memiliki objek barang yang akan diperjual belikan. Dalam transaksi perbankan syari’ah maka pihak penjualnya adalah pihak bank.
Merupakan pihak yang ingin memperoleh barang yang diharapkan dengan membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual. Pembeli dalam aplikasi bank syari’ah adalah nasabah. 3) Objek
Merupakan barang yang akan digunakan sebgai objek transaksi jual beli. Objek ini harus ada fisiknya.
4) Harga Setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas harga jual yang disepakati antara penjual dan pembeli.