UPAYA PENCEGAHAN POLIGAMI DI KOREM 073 SALATIGA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NO 23 TAHUN 2008 - Test Repository

  

UPAYA PENCEGAHAN POLIGAMI DI KOREM 073

SALATIGA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI

PERTAHANAN NO 23 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh

YULIANI

NIM : 21211013

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

  MOTTO dan PERSEMBAHAN

  MOTTO

  Yang jauh belum tentu MUSUH Yang deket belum tentu SAHABAT PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku

  Untuk suamiku dan anak-anakku Untuk teman-teman seperjuanganku

KATA PENGANTAR

  

   

  Puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW berikut keluarganya, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

  “Upaya Pencegahan Poligami

Dilingkungan Korem 073 Salatiga Berdasarkan Peraturan Mentri

Pertahanan No 23 Tahun 2008 ”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir

  sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ahwal Al Syahsyiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini disadari oleh Penulis masih jauh dari harapan dan masih banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi M.pd Selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra.Siti Zumrotun.M.ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan sekaligus pembimbing skripsi

3. Bapak Sukron Ma’mun. M.si selaku Ketua Jurusan Ahwal Syakhshiyyah 4.

  Seluruh anggota Tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Ahwal Al Syahsyiyah Di IAIN Salatiga

  5. Seluruh staf Program studi yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan administrasi-administrasi selama perkuliahan.

  6. Semua kelurgaku suami, anak-anakku dan Ibuku yang selalu memberi dukungan dan doa yang tiada henti.

  7. Semua Dosen-dosen Syari’ah IAIN Salatiga 8.

  Semua teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

  9. Semua teman, sahabat dan kerabat yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para Pembaca.

  Salatiga, 14 September 2015

  Penulis

  ABSTRAK

  YULIANI,2015. Upaya Pencegahan Poligami Di KOREM 073 Salatiga

  Berdasarkan Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008. Skripsi

  Fakultas Syari’ah , Jurusan Ahwal Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga

  Kata kunci : Upaya pencegahan poligami dilingkungan Korem 073 Salatiga Sebagai seorang TNI yang sebagai pengayom masyrakat, bermental baik, berwibawa dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam NKRI. Dikorem 073 Salatiga ada bebebrapa anggotanya yang melakukan poligami hal ini bertentangan dengan Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah (1) bagaimana proses poligami yang dilakukan anggota TNI di jajaran Korem 073 Salatiga?, (2) Bagaimana upaya pencegahan terjadinya tindakan poligami yang dilakukan oleh anggota TNI Korem 073 Salatiga?, bagaimana upaya hukum islam dalam pencegahan poligami di Korem 073 Salatiga?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris yaitu didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku dan kenyataan kejadian yang sebenarnya.

  Temuan penelitian menunjukan Proses poligami Dilingkungan Korem 073 Salatiga yang dilakukan oleh anggotanya dilakukan secara diam-diam yaitu dengan pernikahan siri karena melanggar Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 1, tidak diizinkan oleh istri pertamanya, selain itu juga disebabkan oleh faktor interen seperti libido, Istri tidak memenuhi kewajibannya,dan motif ekonomi. Apabila melakukan pelanggaran maka akan mendapatkan Sanksi sesuai kebijakan komandan satuan antara lain : tindakan penahanan selama 21 hari penundaan pangkat, sebagai tahanan kota selama kasus belum selesai, dimutasi ke kodim /daerah lain dan diberhentikan meningkatkan jam komandan, pembinaan mental, mendorong keharmonisan rumah tangga setiap anggota, memberikan penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi, memberikan konseling dan menerapkan jiwa korsa yang benar untuk kebaikan bukan untuk melakukan pelanggaran.

  Pandangan Hukum Islam dalam upaya pencegahan poligami di Korem 073 Salatiga, Hukum Islam memberikan aturan untuk membatasi perilaku poligami hanya sampai empat orang istri. Bolehnya melakukan poligami menurut hukum Islam pun dengan syarat bahwa seorang suami harus mampu berbuat adil terhadap istri-istrinya, baik secara jasmani maupun rohani bila ia khawatir tidak mampu berbuat adil maka ia hanya boleh menikah dengan seorang istri saja.

  

DAFTAR ISI

  Halaman Sampul……………………………………………………………. i Halaman Logo……………………………………………………………… ii Persetujuan Pembimbing…………………………………………………… iii Pengesahan Kelulusan……………………………………………………… iv Pernyataan Keaslian Tulisan……………………………………………….. v Moto dan Persembahan…………………………………………………….. vi Kata Pengantar…………………………………………………………..... vii Abstrak ………………………………………………………………….... viii Daftar Isi…………………………………………………………………… x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian..................................................................... 6 E. Penegasan Istilah.......................................................................... 8 F. Telaah Pustaka............................................................................. 9 G. Metode Penelitian....................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan................................................................. 13 BAB II TINJAUAN UMUM POLIGAMI A. Poligami Berdasarkan Hukum Fiqh Islam 1. Pengertian Poligami………………………………............. 15 2. Dasar Hukum Poligami…………………………………… 17 B. Poligami Berdasarkan Hukum Positif 1. Poligami Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1974.. .. 23 2. Poligami Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam.................... 24 C. Poligami yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertahanan No 23 Tahun

  2008………………………....................................................... 27 D. Tinjauan Penulis tentang Poligami Berdasarkan Hukum Islam, Undang-

  dan Peraturan Menteri Pertahanan No

  AG(Suami) MAR(Istri Sah) dan RE(Istri Sirih)........................................................................... 56 e. Pasangan BE (Suami)EV (Istri

  Salatiga…………………………………….................. 63 c. Kepala Bimbingan Mental (KABINTAL)…………… 65 d.

  Ketua Persit Kartika Candra Kirana Korem 073

  Salatiga………………………………………………. 61 a. Komandan Korem (DANREM) .......…………........... 61 b.

  60 3. Pandangan dari Instansi berkaitan dengan Poligami di Korem 073

  Proses Proses Poligami yang dilakukan Anggota TNI Korem 073 Salatiga……………………………..............................

  Sah)dan YE (Istri Sirih)……………………………………................... 57 2.

  Sirih)……………………………................................ 53 d. Pasangan

  23 Tahun 2008

  Sirih)............................................................................. 48 b. Pasangan KH(Suami) NIK (Istri Sah) RI (Istri Sirih)… 50 c. Pasangan SBK(Suami) NI (Istri sah) LIS dan YU (Istri

  47 a. Pasangan WA(Suami)ER (Istri sah) dan UL (Istri

  Profil Pelaku Pasangan Poligami …………......................

  45 B. Poligami Prajurit TNI Di Korem 073 Salatiga 1.

  40 2. Visi dan Misi TNI AD Korem 073 Salatiga...................... 42 3. Kepengurusan Korem 073 Salatiga…………...................

  

BAB III PROFIL KOREM 073 DAN PELAKU POLIGAMI SERTA

PROSES POLIGAMI DI KOREM 073 SALATIGA A. Gambaran Umum Korem 073 Salatiga.................................. 40 1. Sejarah dan Latar Belakang Korem 073 Salatiga..............

  ……………………………………………………….. 29 E. Sebab-sebab Poligami……………………………………… 33 F. Akibat Poligami……………………………………………. 37

  Rekan-rekan kerjanya.. ………………………............ 67

BAB IV UPAYA PENCEGAHAN POLIGAMI YANG DILAKUKAN ANGGOTA KOREM073 YANG MENYIMPANG DARI PERATURAN MENTERI PERTAHANAN No 23 Tahun 2008 A. Proses Poligami yang dilakukan Anggota TNI Korem 073 Salatiga

  ………………………………………………………………… 70 B. Upaya Pencegahan Poligami Di Korem 073 Salatiga…………. 73 C. Pandangan Hukum Islam Dalam Upaya Pencegahan Poligami Di Korem 073 Salatiga ……………………………………………………. 77

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................ 80 B. Saran......................................................................................... 81

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3 Lembar Konsultasi Lampiran 4 Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008 Lampiran 5 Daftar Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan prajurit TNI pada umumnya dituntut dengan kedisiplinan

  dalam melaksanakan tugasnya sebagai alat pertahanan negara. Prajurit- prajurit TNI AD khususnya dijajaran korem 073 Salatiga yang membawahi 9 Kodim dan 1 Batalion 410 memiliki disiplin yang cukup tinggi namun kedisiplinan itu sebagai manusia bisa tetap ada beberapa orang anggotanya yang melanggar dari peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sebagai seorang TNI disiplin itu mudah akan tetapi untuk memerangi hawa nafsu itu mungkin sulit terbukti di jajaran korem 073 ada beberapa anggotanya yang melakukan poligami.

  Poligami merupakan suatu realitas hukum dalam masyarakat yang akhir-akhir ini menjadi suatu perbincangan hangat serta menimbulkan pro dan kontra. Poligami sendiri mempunyai arti suatu sistem perkawinan antara satu orang pria dengan lebih dari seorang istri.

  Pada dasarnya dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut adanya asas monogami dalam perkawinan. Hal ini disebut dengan tegas dalam Pasal 3 ayat (1) Undang- Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyebutkan bahwa pada asasnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Akan tetapi asas Perkawinan tidak bersifat mutlak, artinya hanya bersifat pengarahan pada pembentukan perkawinan monogami dengan jalan mempersulit dan mempersempit penggunaan lembaga poligami dan bukan menghapus sama sekali sistem poligami. Ketentuan adanya asas monogami ini bukan hanya bersifat limitatif saja, karena dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan disebutkan bahwa pengadilan dapat memberikan izin pada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh para pihak yang bersangkutan. Ketentuan ini membuka kemungkinan seorang suami dapat melakukan poligami dengan ijin pengadilan. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai macam agama yang ada yang dianut oleh masyarakat karena ada agama yang melarang untuk berpoligami dan ada agama yang membenarkan atau membolehkan seorang suami untuk melakukan poligami.

  Khusus yang beragama Islam harus mendapat ijin dari pengadilan agama sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam dan yang beragama selain Islam harus mendapat ijin dari pengadilan negeri. Jadi hal ini tergantung dari agama yang dianut dan pengadilan yang berkompeten untuk itu. Pengadilan agama baru dapat memberikan ijin kepada suami untuk berpoligami apabila ada alasan yang tercantum dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan yaitu: 1.

  Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri 2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

  Tentara Nasional Indonesia selanjutnya disebut TNI berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, oleh karena itu TNI sebagai pelayan masyarakat, sangat dituntut sebagai sosok yang bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Seorang anggota TNI yang akan berpoligami wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang, apabila seorang anggota TNI berpoligami tanpa izin tersebut, maka akan diturunkan pangkatnya setingkat lebih rendah atau diberhentikan dari jabatanya apabila yang bersangkutan menduduki suatu jabatan tertentu. Meskipun peraturan telah diatur dengan ketat namun ternyata masih ditemui pelanggaran-pelanggaran oleh anggota TNI dengan mempunyai istri lebih dari seorang, baik secara terang-terangan dalam pengertian telah ada izin dari atasan dan istri terdahulu maupun secara diam-diam.

  Mempunyai istri lebih dari seorang, sering dapat mengganggu seorang TNI dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, disamping hal ini tentunya akan menjadi sorotan masyarakat karena fungsinya sebagai abdi masyarakat yang sepatutnya menjadi teladan. Dalam rangka menegakan aturan poligami sebagaimana diatur didalam Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Pegawai diLingkungan Departemen Pertahanan TNI., maka Pegawai Negeri Sipil, TNI harus dapat menjadi contoh dalam lingkungan kehidupannya.

  Sulitnya mendapatkan izin poligami dan banyaknya peraturan yang harus ditaati menyebabkan TNI berpoligami secara tidak sah. Sebagaimana telah diutarakan terdahulu, bahwa seorang TNI adalah aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat, dengan demikian maka seorang TNI haruslah dapat menjadi teladan bagi masyarakat khususnya bagi bawahannya sehingga dapat berhasil guna ketertiban suatu kerja TNI di lingkungan tempatnya bekerja sangat ditunjang oleh ketertiban keluarga dan rumah tangganya, sehingga sangat penting diberikan pembinaan bagi setiap TNI termasuk pembinaan dalam kehidupan rumah tangga juga menyangkut penerapan dalam poligami tersebut.

  Poligami yang dilakukan oleh anggota TNI AD di jajaran Korem 073 Salatiga terjadi karena beberapa sebab atau latar belakang baik dari aspek historis, sosiologis, biologis diantaranya ada yang karena istrinya terkena penyakit yang tidak dapat disembuhkan, mempunyai kelainan seks atau libido seks yang kuat sehingga tidak cukup hanya dengan seorang istri, dan faktor ekonomi.

  Anggota TNI Korem 073 Salatiga yang melakukan poligami, ada yang berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh aturan perundang- undangan, namun ada pula yang melakukan poligami di luar prosedur yang telah ditentukan. Meskipun demikian perkawinan poligami tersebut tidak

  Peraturan Mentri Pertahanan NO 23 Tahun 2008 tentang Perkawinan, Percerain, dan Rujuk di Lingkungan Departemen Pertahanan . Sebagai seorang Prajurit TNI yang dibawahi oleh Kementrian Pertahaan apabila ada anggotanya yang melakukan pelanggaran seperti berpoligami maka melanggar aturan dalam pasal 3 ayat (1). Bagi Pegawai di Lingkungan Departemen Pertahanan yang menyatakan “bahwa pada dasarnya seorang Pegawai Departemen Pertahanan baik pria/wanita hanya diizinkan mempunyai satu orang istri/suami.

  Selain pada pasal 3 ayat 1 di pasal ini juga dijelaskan dalam ayat 3 dan 4 sebagai syarat alternatife dan kumulatif. Dan apabila ada yang melanggar peraturan tersebut maka akan mendapatkan Sanksi antara lain penahanan 21 hari, penundaan pangkat, dimutasi ke Kodim/daerah lain atau sabagai tahanan kota selama kasus tersebut belum diselesaikan, dan apabila yang bersangkutan lari dari proses perkara yang dilakukannya dan tidak memberi kabar serta tidak pernah bekerja secara otomatis diberhentikan dengan tidak hormat atau dipecat dari dinasnya sebagai TNI.

  Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul: UPAYA PENCEGAHAN POLIGAMI DIKOREM 073 SALATIGA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN No 23 Tahun 2008

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana proses poligami yang dilakukan Anggota TNI di korem 073 Salatiga? 2. Bagaimana upaya pencegahan tindakan poligami yang dilakukan oleh anggota TNI Korem 073 Salatiga?

  3. Bagaimana Pandangan hukum Islam dalam Upaya pencegahan poligami di Korem 073 Salatiga ?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses poligami yang dilakukan anggota TNI di

  Korem 073 Salatiga; 2. Untuk mengetahui upaya pencegahan tindakan poligami yang dilakukan anggota TNI Korem 073 Salatiga.

  3. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam dalam upaya pencegahan poligami di Korem 073 Salatiga

  D. Kegunaan penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan Salatiga dan khazanah keislaman khususnya pada jurusan Syariah Prodi Ahwal Al-Syakhshiyyah .

2. Secara Praktis a.

  Bagi Masyarakat 1)

  Bagi pelaku poligami Terhadap anggota TNI pada umumnya yang melakukan poligami agar mempertimbangkan apa dampak bagi kesatuan tempat ia bekerja. 2)

  Bagi tokoh agama Agar para tokoh agama lebih gencar lagi menyiarkan agamanya khususnya tentang masalah poligami bagaimana sebaiknya agar tidak salah dalam penafsirannya. 3)

  Bagi Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah Dengan adanya penelitian terhadap poligami oleh prajurit

  TNI di jajaran Korem 073 Salatiga dapat menambah wawasan bagi Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah sebagai bahan diskusi dan memantau perkembangan produk hukum mengenai poligami tersebut. 4)

  Bagi Instansi yang Berkaitan Hasil dari penelitian tentang poligami oleh prajurit TNI di

  Korem 073 Salatiga ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi DANREM untuk meningkatkan kedisiplinan anggotanya sebagai seorang prajurit yang hanya boleh memiliki satu istri.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum memulai menyusun skripsi ini perlu penulis sampaikan bahwa judul skripsi adalah UPAYA PENCEGAHAN POLIGAMI DILINGKUNGAN KOREM 073 SALATIGA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 23 TAHUN 2008 Untuk menghindari kesalahfahaman pengertian, maka penulis kemukakan pengertian serta sekaligus penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Upaya

  Upaya adalah usaha ,ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar). (KBBI,2006:508)

2. Pencegahan

  Pencegahan adalah Tindakan penolakan (KBBI,2006:205) 3. Poligami

  Poligami adalah ikatan perkawinan dimana salah satu pihak mempunyai atau menikah dengan beberapa lawan jenis (Sudarsono, 1999: 148). Suatu perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari seorang wanita dalam waktu yang sama (Soemiyati, 1999: 74).

4. Di Korem 073 Salatiga

  Dilingkungan Korem 073 Salatiga adalah bagian dari TNI AD Militer (Kodim), enam satuan dinas jawatan dan satu Batalion Infantri 410 yang belum memasuki masa pensiun. Sembilan Kodim yang dimaksud di atas meliputi: Kodim Salatiga, Kodim Kendal, Kodim Pati, Kodim Kudus, Kodim Demak, Kodim Purwodadi, Kodim Blora, Kodim Jepara, dan Kodim Rembang. Sedangkan enam satuan dinas jawatan meliputi Denpom, Denpal, Denkes, Denhub, Den zibang, dan Ajenrem dan satu batalion infantri 410 yang belum memasuki masa pensiun.

5. Peraturan Menteri Pertahanan

  Peraturan Menteri Pertahanan adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan yang disahkan oleh presiden dalam bentuk perundang-undangan.

F. Telaah Pustaka

  Penelitian tentang poligami sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah: M. Targhibun Hasan dengan skripsinya yang berjudul,

  “Permohonan Izin Poligami (Studi penerapan P.A.S.NO.0525/pdt.G/2010/PA.SAL).” Dalam

  penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi poligami, bagaimana tinjauan hukum islam dan Perundang-undangan Indonesia terhadap penetapan PA.S.NO.0525/pdt.G/2010/PA.SAL. berdasarkan keputusannya dalam mengambil putusan hakim mempergunakan KHI dan didukung oleh proses persidangan yang teliti dalam menilai saksi dan bukti poligami telah memenuhi syarat poligami yang tertuang dalam UU Perkawunan Nomor 1 Tahun 1974.

  Siti Mulyani, skripsinya yang berjudul.

  “Poligami Perspektif Gender.”

  Penelitiannya mengungkapkan mengenai poligami yang dilakukan oleh seorang suami yang perbuatannya sangat merendahkan kaum wanita karena terdapat unsur diskriminasi sosial maupun kejiwaan. Tidak hanya itu saja jika dilihat dari sisi suami itu sendiri maka tampak sangat jelas untuk yang terkandung di dalamnya lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada penderitaan istrinya yang mendapatkan dampak dari poligami itu sendiri. Dari skripsi Siti Mulyani dapat diambil kesimpulan bahwa seorang suami yang telah melakukan poligami lupa akan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga dan lebih mengedepankan kepentingannya dari pada kepentingan istri yang telah dipoligami.

  Emma Syifa Naily skripsinya yang berjudul, “Perkawinan Poligami

  Menurut Hukum Islam Dan Perundang- Undangan Di Indonesia.” Hasil

  penelitiannya menjelaskan bahwa perkawinan poligami bukanlah hal yang mudah untuk dijalani bagi seseorang karena itu sudah menyangkut hati seseorang yang sifatnya lebih sensitif. Beliau beranggapan bahwa seseorang wanita bisa jadi korban utama dalam poligami, karena dalam praktiknya posisi wanita lebih dirugikan dari pada diuntungkan, kerugian yang diperoleh adalah jika sikap suami kurang adil dalam memberikan nafkah baik secara lahir maupun batin, yang akan mengakibatkan masalah di dalam kehidupan

  Meskipun penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki tema yang sama mengenai poligami, namun memiliki perbedaan dalam fokus penelitiannya. Penelitian-penelitian tersebut di atas mengambil kasus dari buku dan pengadilan agama, sedangkan penelitian yang penulis lakukan mengangkat masalah tindakan prajurit TNI Korem 073 Salatiga yang melanggar peraturan yang berlaku dilingkungan Militer dengan sanksi yang cukup tegas.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari kasus yang akan diteliti. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan yuridis empiris yakni penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum (peraturan yang berlaku) dengan fenomena atau kenyataan yang terjadi serta dalam praktiknya sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama karena peneliti secara langsung mengumpulkan data di lapangan.. Sifat penelitian ini adalah observasi non partisipatif yaitu observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai pastisipan atau kelompok yang diteliti.

  Lokasi penelitian sesuai dengan judul skripsi maka untuk memperoleh data-data yang diperlukan sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti, maka lokasi yang penulis pilih adalah KOREM 073 Salatiga yang beralamat di Jalan Diponegoro Salatiga.

  4. Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari : a.

  Sumber data Primer yaitu diperoleh melalui wawancara dengan pihak KOREM 073 Salatiga.

  b.

  Sumber data sekunder yaitu diperoleh dari studi pustaka, arsip-arsip, agenda, peraturan-peraturan dan hukum-hukum baik yang bersumber dari hukum Islam, hukum positif maupun peraturan-praturan yang berlaku di kalangan TNI AD.

  5. Metode Pengumpulan Data a.

  Metode Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan.

  Dalam hal ini adalah para pihak staf intel, ibu-ibu Persit (persatuan istri prajurit) maupun anggota Korem 073 Salatiga dari Tamtama, Bintara dan Perwira.

  b.

  Metode Observasi Observasi adalah Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis yang diperoleh c.

  Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2004:23).

6. Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif yaitu metode analisa yang pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, induksi, diduksi, analogi, interprestasi, komperasi dan sejenisnya. Data yang diperoleh dari studi lapangan maupun studi pustaka pada dasarnya merupakan data yang dianalisa secara deskriptif kualitatif, yaitu data terkumpul diuraikan secara logis dan sistematis dan selanjutnya ditarik kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan

  Penulisan penelitian ini disajikan secara keseluruhan menjadi lima bab, terdiri dari bab pertama yang berisi latar belakang masalah, Rumusan Masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, kerangka teoritik dan metode penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan sistematika Penulisan.

  Bab kedua berisi Poligami berdasarkan Hukum Fiqh Islam yang berdasarkan dengan Hukum Positif diantaranya: perspektif UUP, KHI, dan,Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 23 Tahun 2008 tentang Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Pegawai di Lingkungan Departemen Pertahanan. Tinjauan daru Hukum Fiqih , Hukum Positif di Indonesia dan Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008. Sebab-seabab Poligami dan akibat poligami.

  Bab ketiga meliputi profil Korem 073 Salatiga dan pelaku poligami. Sub yang pertama mengenai gambaran umum Korem 073 Salatiga yang berisi tentang sejarah dan latar belakang Korem 073 Salatiga, visi misi, kepengurusan, tugas dan kewajiban, program dan kinerja Korem 073 Salatiga. Sub yang kedua tentang profil pelaku poligami yang dilakukan oleh prajurit TNI Korem 073 Salatiga. Proses poligami yang dilakukan oleh anggota Korem 073 Salatiga,dan Pandangan dari Instansi berkaitan dengan poligami di Korem 073 Salatiga.

  Bab keempat adalah Upaya pencegahan poligami dilingkungan Korem 073 Salatiga terhadap hasil penelitian tentang poligami yang dilakukan oleh anggota TNI Korem 073 Salatiga yang menyimpang dari Peraturan Mentri Pertahanan No 23 Tahun 2008, dan sanksi yang diperoleh dari Instansi atau kesatuannya. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh DANREM 073 Salatiga dengan adanya anggotanya yang melakukan poligami serta upaya pencegahan poligami ditinjau dari hukum Islam .

  Bab kelima yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II TINJAUAN UMUM POLIGAMI Pada bab ini , akan menguraikan masalah poligami ditinjau menurut fiqh,

  menurut UU Perkawinan dan KHI dan menurut Peraturan Mentri Pertahanan NO

  23 Tahun 2008 A.

   Poligami Berdasarkan Hukum Fiqh Islam 1. Pengertian Poligami

  Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu

  polus yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Apabila

  kata tersebut digabungkan maka kata poligami akan mempunyai arti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang. Sistem perkawinan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih seorang istri dalam waktu yang bersamaan atau seorang istri mempunyai lebih dari seorang suami dalam waktu yang bersamaan, pada dasarnya disebut poligami. Dalam kamus bahasa Indonesia poligami diartikan suatu sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya diwaktu yang bersamaan. (Ensiklopedia Indonesia, Ichtiar Baru Van Hoeve dan Elsevier publishing project, Jakarta, 1984:2736)

  Pengertian Poligami dari bahasa inggris berasal dari kata

  polygamy yang berarti seorang pria yang memiliki istri dari seorang

  wanita. Dari beberapa penegertian mengenai poligami mempunyai arti yang sama, namun kata yang tepat bagi seorang laki-laki mempunyai istri poligami. Meskipun demikian dalam perkataan sehari-hari yang dimaksud dengan poligami itu adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan dalam waktu yang bersamaan. Poligini ini menurut masyarakat umum adalah poligami (Tihami,2010:351-352).

  Poligami berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami)

  mengawini beberapa lebih dari satu istri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab qabul melainkan dalam menjalankan hidup berkeluarga, sedangkan monogamy berarti perkawinan yang hanya membolehkan suami mempunyai satu istri pada jangka waktu tertentu.

  (Kuzari,1995:1590)

  Poligami adalah salah satu bentuk masalah yang dilontarkan oleh

  orang-orang yang memfitnah islam dan seolah-olah memperlihatkan semangat pembelaan terhadap hak-hak perempuan. Poligami itu merupakan tema besar bagi mereka, bahwa kondisi perempuan dalam masyarakat Islam sangat memprihatinkan dan dalam hal kesulitan, karena tidak adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan. (Hamid,2005:19)

  Namun dalam Islam, poligami mempunyai arti perkawinan yang lebih dari satu dengan batasan. Umumnya dibolehkan hanya sampai empat wanita saja.(Ibid:19) 2.

   Dasar Hukum Poligami

  Maraknya praktek poligami dimasyarakat adalah dengan dalih mengikuti sunnah Nabi dan memiliki landasan teoligis yang jelas. Pada dasarnya poligami dapat dilihat dari Fiqh,

  Para ulama fiqh sepakat bahwa kebolehan poligami dalam perkawinan didasarkan pada firman Allah Swt. Al- Qur’an surat An-

  Nisa’ (4): 3:

                n               

  

  

Artinya : ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(Departemen Agama,2004:78)

  Dari ayat tersebut kata nikah dalam surat An-Nisa berarti aqad, yaitu suatu ijab dan Kabul yang dilakukan oleh wali seorang wanita dan calon suami, yang mana dengan aqad tersebut, seorang laki-laki boleh mencampuri wanita yang dikabulnya dalam aqad tersebut.

  Kalimat yang berbunyi “jika kamu takut tidak akan dapat

  berlaku adil terhadap (hak-hak) wanita yatim (bila menikahinya) …..”. maka ini adalah keprihatinan, ketakwaan, dan takut kepada

  Allah yang menggetarkan hati si wali apabila dia tidak dapat berlaku adil terhadap wanita yang ada dalam pemeliharaannya.

  Ayat ini bersifat mutlak, tidak membatasi tempat-tempat keadilan.

Maka yang dianut olehnya adalah keadilan dalam semua bentuknya dengan

segala pengertiannya dalam hal ini, baik yang khusus berkenaan dengan

masalah maskawin maupun yang berhubungan dengan urusan lain, seperti

kalau menikhainya karena menginginkan hartanya, bukan karena cinta

kepadanya dan bukan karena kehendak mempergaulinya. (Quthb,1990;114)

  Al- ‘adl dalam ayat tersebut dimaknai secara bahasa dengan

  istiqomh (konsisiten) dan secara syar’i diartikan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang agama. Selain itu kata al- ‘adala dapat dimaknai dengan kemampuan dalam jiwa seseorang untuk menghalangi dirinya melakukan perbuatan yang dilarang. Akan tetapi dalam ayat ini dimaknai dengan makna yang kedua yakni bahwasannya seorang suami harus berbuat adil kepada istrinya. Artinya seorang suami harus menghalangi dirinya dari hal-hal yang menyakiti istrinya dengan cara mencukupkan kebutuhan belanjanya atau materinya dan tidak membeda-bedakannya dengan istrinya yang lain dalam hal tersebut maupun pembagian-pembagian yang lainnya.

  (Yusuf,2013:190-191) Berlaku adil yang dimaksud adalah perlakuan yang adil dalam melayani istri, seperti : pakaian, tempat, giliran, dan lain-lain yang bersifat lahiriah. Islam memang membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Dan, ayat tersebut membatasi diperbolehkannya poligami hanya empat orang saja. Namun, apabila takut akan berbuat durhaka apabila menikah dengan lebih dari seorang perempuan, maka wajiblah ia cukupkan dengan seorang saja. (Tihami,2010:360) Ayat Al-Quran tersebut surat An-Nisa ayat 3 juga menunjukan kebolehan melakukan poligami yaitu seorang laki-laki menikahi lebih dari satu orang perempuan, baik dua, tiga, atau empat. Poligami itu paling banyak diperbolehkan menikahi empat orang perempuan hal ini juga berdasarkan hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Az-Zuhri

  äVæ<ã otni =~Vb&}lã Artinya : “ menyuruh memilih empat diantara mereka.”

  Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Asy- Syafi’I, yang ia terima dari Naufal bin Ad-Daily dijelaskan pula

  | =5 d ã\ 8 äY p #RE ot&} ã äRæ 8ã =&5 ã Artinya : “pilih empat orang diantara mereka yang kamu sukai dan ceraikanlah yang lainnya.”

  Dengan keterangan tersebut maka jelaslah bahwa poligami itu tidak boleh lebih dari empat orang.

  Pada dasarnya seorang laki-laki melakukan poligami ada yang beralaskan sebagai sunnnah Rasul namun perlu diluruskan bahwa sunnnah Rasul ini hendaknya dalam bentuk ketetapan ucapan, tindakan yang mencakup seluruh aspek kehidupan beliau sebagai Nabi dan Rasul, akan tetapi poligami selalu dikaitkan dengan sunnah Nabi dimasyarakat. Namun dalam realitanya umat Islam mempraktekannya poligami melupakan pesan moral untuk menegakan keadilan, sehingga jauh dari sunnah Nabi malah sebaliknya melanggar sunnnah. (Mulia,2004:49-50)

  Islam membolehkan poligami dengan syarat jika suami dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya itu. akan tetapi, apabila ia tidak bisa berlaku adil, maka tidak boleh memiliki istri lebih dari satu. Adapun yang di maksud adil disini seperti yang telah disinggung dalam makna

  mufradat, adalah keadilan dalam memberikan nafkah, yang

  disesuaikan dengan keadaan masing-masing istri, dan pembagian waktu untuk mereka. Adapun peraan hati yang terkadang menyayangi salah satu dari yang lain, tidaklah mengapa selama tidak diwujudkan dalam suatu tindakan atau perbuatan. Al-

  Qur’an juga menafikkan kemampuan seorang suami menyamaratakan perasaannya terhadap semua istrinya, sebagaimana terdapat dalam surat An-

  Nisa’ (4): 129:

                          

   Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

  (Departemen Dalam kitab kitab Al- Muwatta’, karya Imam Malik hanya ditulis kasus seorang pria bangsa Thaqif yang masuk islam dan mempunyai istri sepuluh, dan ternyata Nabi menyuruh mempertahankan maksimal empat dan menceraikan lainnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa Imam Malik membolehkan poligami maksimal empat istri.

  Sementara dasar hadis untuk menunjukkan boleh poligami maksimal empat, dicatat cerita seorang bangsa thaqif yang masuk islam dan mempunyai istri sepuluh. Nabi menyuruh mempertahankan empat dan menceraikan lainnya. Tuntutan harus berbuat adil diantara para istri, menurut As-

  Syafi’i berhubungan dengan urusan fisik, misalmya mengunjungi istri dimalam atau siang hari. Tuntutan ini didasarkan pada prilaku Nabi dalam berbuat adil kepada para istrinya, yaitu dengan membagi giliran malam dan memberikan nafkah, Akan halnya dengan keadilan dalam hati, menurut As-Syaf i’i hanya Allah yang mengetahuinya. Karena itu, mustahilnya seorang dapat berbuat adil kepada istrinya yang diisyaratkan pada ayat An-

  Nisa’ (4):129 yang berhubungan dengan hati.

  Ibnu Qudamah dari mazhab Hanbali berpendapat, seorang laki-laki boleh menikahi wanita maksimal empat, berdasarkan An-

  

Nisa’ (4):3, kasus ghaylan bin salamah, dan kasus Nawfal bin meskipun menggunakan dasar (

  ليلد) yang berbeda para ulama

  konvensional tersebut mengakui bahwa poligami boleh hukumnya, bukan dianjurkan (sunnah), apalagi wajib (amar/perintah) seperti yang diasumsikan sebagaian orang.

  Sebagai tambahan, semua ulama tersebut diatas mencatat An-

Nisa’ (4):3 untuk mendukung kebolehan poligami maksimal empat.

  Sementara dalil tambahan untuk membuktikan kebolehan poligami maksimal empat tersebut, para ulama mencatat nash yang berbeda.

  Terlihat hanya imam As- Syafi’i yang mencatat dan menghubungkan

  An- Nisa’ (4):3 dengan 129, yaitu menyimpulkan bahwa keadilan yang

  dituntuk Al- Qur’an untuk boleh poligami, sebagaimana yang tercantum dalam ayat An-

  Nisa’ (4):3 adalah keadilan dalam hal-hal

  yang berhubungan dengan kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan), sementara mustahilnya seorang suami berlaku adil yang ditegaskan Al-

  Nisa’ (4):129 adalah hal-hal yang berhubungan dengan

  batin (non-fisik/cinta). Karena itu kalau dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya dalam memenuhi kebutuhan istri-istrinya dalam memenuhi kebutuhan fisik seorang suami boleh melakukan poligami..(Nasution,2009:266)

B. Poligami Berdasarkan Hukum Positif

1. Poligami Berdasarkan Uudang-Undang No 1 Tahun 1974

  Pada dasarnya hukum perkawinan dalam Undang-undang Nomor

  1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menganut asas monogami, sebagaimana disebutkan pada pasal 3 ayat (1) yang berbunyi, ‘‘pada

  asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami’’.Ketentuan tentang adanya asas monogami ini bukan berarti

Dokumen yang terkait

ANALISIS SOIOLOGIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TARIF PARKIR DI KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO 5 TAHUN 2011

0 34 137

KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL DALAM PERDAGANGAN VALUTA ASING BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 1999 jo UU NO 3 TAHUN 2004 jo UU NO 6 TAHUN 2009 TENTANG BANK INDONESIA

1 13 69

IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK TENTANG PERIZINAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) NO 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA SEMARANG

1 32 30

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN USAHA KEPARIWISATAAN

0 0 15

PROGRAM TAWĀṣI DI KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH SALATIGA DAN PROGRAM MUṣĀFAḤAH DI YAYASAN HIDAYATUL MUBTADI-IEN SALATIGA - Test Repository

0 0 22

PENGARUH PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP MINAT MELANJUTKAN SEKOLAH SISWA MAN I SALATIGA TAHUN 2008 - Test Repository

0 2 90

PEMBINAAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP AKHLAK REMAJA DI DESA KALIYOSO KELURAHAN KUTOWINANGUN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2008 - Test Repository

0 0 106

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN WAYANG FANTASI DI KELAS A RA AL-IKHLAS KECANDRAN SIDOMKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 - Test Repository

1 2 115

EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TK ISLAM AL AZHAR 23 SALATIGA TAHUN 2008

0 0 157

PROBLEMATIKA PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI LEMBAGA PENDIDIKAN TALENTA KIDS SALATIGA TAHUN 2010 - Test Repository

0 0 86