TAUFIK RAMDHANI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perawat

  a. Pengertian

  International Council Of Nurses , menyebutkan bahwa perawat adalah

  seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan terhadap pasien (Nursalam, 2001). Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Republik Indonesia tentang Keperawatan Nomor 38 (2014).

  b. Fungsi dan peran perawat 1) Fungsi perawat

  Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatn perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien, penderita akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi perawatan kesehatan (Depkes, 2005).

  Dalam prakteknya, fungsi perawat terdiri atas tiga fungsi, yaitu independen, interdependen, dan dependen (Praptianingsih, 2007).

  

9 a) Fungsi Independen Fungsi independen perawat adalah those activities that are considered to be

  within nursing of diagnosis and treatment . Dalam fungsi ini, tindakan

  perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmuan dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang muncul daeri tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah: Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganaya dan menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan.

  b) Fungsi Interdependen Fungsi interdependen perawat adalah carried out conjuction with other

  health team members. Tindakan perawat berdasar pada kerjasama dengan

  team perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya bergabung dalam sebuah team yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai bidang ilmunya.

  c) Fungsi Dependen Fungsi dependen perawat

  adalah the performed based on the phyician’s order. Dalam fungsi ini, perawat bertindak membantu dokter memberikan

  pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang

  10 berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.

  2) Peran Perawat Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberi asuhan keperawatan, praktek keperawatan, pengelola institusi keperawatan, pendidikan klien, serta kegiatan penelitian di bidang keperawatan (Nursalam, 2007) :

  a) Peran Pelaksana Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat dengan metoda pendekatan pemecah masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini, perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator, dan rehabilitator.

  Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Peran protector dan advocate lebih berfokus kepada kemampuan perawat melindungi dan menjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

  Peran sebagai communictor, perawat bertindak sebagai penghubung antara klien dengan anggota kesehatan lainnya. Peran ini erat kaitannya dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam, sedangkan rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian keperawatan, yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal. b) Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.

  c) Peran sebagai pengelola Sebagai pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan keperawatan serta mengordinasikan dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. Secara umum, pengetahuan keperawatan tentang fungsi, posisi, lingkup, kewenangan, dan tanggung jawab, sebagai pelaksana, belum maksimal. Mayoritas perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

2. Karakteristik perawat

  a. Usia Menurut Mangkunegara (2009) karyawan yang lebih tua mempunyai pengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya sedangkan karyawan yang lebih muda cenderung merasa kurang puas karena apa yang mereka harapkan lebih tinggi sehingga harapan dan realita kerja terjadi kesenjangan atau ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan perawat tidak puas.

  b. Jenis Kelamin Menurut Muadi (2009) menyatakan bahwa secara konsisten tidak ada perbedaan antara kinerja laki-laki dan perempuan dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetisi, motivasi, dan kemampuan belajar. c. Pendidikan Individu yang lebih tinggi pendidikannya akan lebih mampu berpikir luas dan memiliki inisiatif serta kreatif sehingga dapat menemukan upaya-upaya yang lebih efesien dalam pekerjaan yang menyebabkan terciptanya kepuasan kerja (Mangkunegara, 2009)

  d. Lama Kerja Menurut Robbins (2006), senioritas sebagai lama seseorang menjalankan pekerjaan tertentu secara konsisten berhubungan negatif dengan masuk keluarnya karyawan.

  Sedangkan menurut Siagian (2009), lama kerja menyebabkan seseorang semakin terampil dan berpengalaman dalam menyelesaikan problematika kerja sehingga hasil kerja yang diperoleh mendatangkan kepuasan kerja.

  e. Level jenjang karier Menurut Marquis dan Hustoan (2010) jenjang karier akan meningkatkan kualitas kerja perawat, perawat akan berusaha untuk mengontrol karirnya dan memilih karier yang lebih baik sehingga akan terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja.

3. Komunikasi

  a. Pengertian Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi dan masyarakat. Dalam kehidupan sehari hari manusia berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan orang lain guna menjalin relasi antar sesama. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan social manusia. Alasan itulah yang menyebabkan manusia sangat memerlukan komunikasi dalam kehidupannya.

  Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan (Effendy, 2006:9).

  Sedangkan secara terminologis Komunikasi berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

  Menurut Harold Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kapada komunikan melalui media yang menimbulkan efek-efek tertentu. Jadi komunikasi disini adalah proses pengkabaran atau penyampaian informasi atau pesan dari komunikator ke komunikan atau khalayak menggunakan media tertentu (Effendy, 2006;10). Unsur-unsur komunikasi yang terdapat didalam komunikasi menurut Laswell, yaitu : 1) Penyampai Pesan (Komunikator) Komunikator adalah seseorang yang memberikan pesan kepada komunikan.

  Dalam hal ini seorang komunikator harus mampu mengetahui dan memahami apa yang ingin disampaikannya kepada komunikan, karena sebuah pesan tidak akan sampai dengan baik apabila komunikatornya tidak memahami apa yang ingin disampaikan.

  2) Pesan Sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus memilik makna. Makna tersebut sebaiknya bukan makna yang harus dicerna terlebih dahulu melainkan makna yang mudah dipahami agar dalam berkomuikasi pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat mudah dimengerti oleh komunikan.

  3) Media Sebuah pesan dapat disalurkan menggunakan berbagai macam media. Media yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan antara lain udara, televisi, radio, telepon, surat, koran, majalah, dan lainnya. 4) Penerima pesan (Komunikan)

  Seorang pengirim pesan sebaiknya mengetahui kepada siapa pesan tersebut ingin disampaikan. Sebuah komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator sampai diterima dengan baik oleh komunikan. 5) Efek

  Efek atau dampak apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sebuah pesan dikatakan memilih makna atau arti bagi orang yang menerimanya apabila pesan tersebut memiliki dampak yang dapat merubah sudut pandang oranglain misalnya cara berpikir, sikap, perilaku, dan lain-lain.

  b. Proses Komunikasi Proses komunikasi pada dasarnya merupakan cara komunikator menyampaikan suatu pesan hingga pesan tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan.

  Proses komunikasi ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang teratur agar penyampaian pesan dari komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

  Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif sesuai dengan tujuan komunikasi.

  Proses komunikasi-komunikasi yang dijelaskan dalam buku Effendy.O.U (2006:11) dalam bukunya berjudul Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek dibagi menjadi dua tahap, yakni proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder.

  1) Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada oranglain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi ini berlangsung secara tatap muka sehingga umpan balik atau fedback yang diberikan komunikan dapat diterima secara langsung oleh komunikator.

  2) Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada oranglain dengan menggunakan alat atau media. Media yang sering digunakan dalam komunikasi diantaranya surat, telepon, surat kabar, radio, televisi, dan lainnya. Proses komunikasi ini tidak terjadi secara tatap muka seperti komunikasi primer sehingga umpan balik atau feedback dalam komunikasi bermedia seperti ini menjad tertunda.

  c. Tujuan komunikasi Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. Disamping itu juga untuk mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak yakni antara perawat dan pasien secara profesional dan proporsiaonal dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien (Mahfoedz, 2009: 105). d. Fungsi komunikasi Banyak fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya fungsi komunikasi dalah untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan kepada oranglain. Menurut (Mulyana. D, 2007:5), fungsi komunikasi dibagi menjadi empat kategori, yaitu: 1) Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah untuk bersosialisasi.

  Orang yang yang pernah berkomunikasi dengan oranglain bisa dipastikan tidak mampu bersosialisasi di lingkungan. Komunikasi sosial dibagi menjadi tiga bagian penting, yaitu ;

  a) Pembentukan konsep diri Pembentukan konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat atau dilakukan melalui komunikasi.

  b) Pernyataan ekstensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ketika kita berkomunikasi dengan oranglain. Secara tidak langsung kita ingin menyatakan bahwa kita ada.

  c) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan kebahagian Selain untuk membentuk konsep diri dan menyatakan ekstensi diri, komunikasi sosial juga berfungsi sebagai kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagian. Hal ini tidak terlepas dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup tanpa oranglain.

  2) Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaaan atau emosi. Perasaan atau emosi tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.

  Perasaan peduli, simpati, gembira, sedih dapat disampaikan melalui kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal.

  3) Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut oleh para antropolog sebagai rites of

  passage , mulai dari upacara pernikahan, kelahiran, dan lain-lain. Dalam acara

  acara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritual lain seperti berdoa, dan perayaan hari lebaran. Hal hal seperti ini termasuk dalam komunikasi ritual. 4) Sebagai komunikasi instrumental

  Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong untuk mengubah sikap, menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Sebagai instrument, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk membangun hubungan.

4. Komunikasi terapeutik

  a. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan untuk tujuan terapi.

  Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang di harapkannya melalui komunikasi (Suryani, 2006). Komunikasi terapeutik juga dipersepsikan sebagi proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan oranglain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (kozier et al, 2000) b. Fungsi komunikasi terapeutik

  Dwidiyati (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat professional selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang menurut Stuart dan Sundeen (1995), meliputi : 1) Meningkatkan kemandirian klien melalui proses realisasiri diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri, 2) Identitas diri yang jelas dan rasa intergritas yang tinggi. 3) Kemamapuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung serta saling mencintai.

  4) Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

  c. Jenis komunikasi 1) Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis.

  Setiap orang dalam suatu komunitas berkomunikasi secara verbal dalam menyampaikan pesan atau informasi. Gaya dalam berkomunikasi disesuaikan dalam situasi, dan lawan berkomunikasi. Mengungkapkan pesan diperlukan keterampilan menggunakan kata-kata sederhana dan dapat dipahami oleh lawan komunikasi (Mahmud,2009).

  2) Komunikasi Nonverbal Kata nonverbal mengacu pada komunikasi tanpa kata seperti sikap, gerakan tubuh, gerak isyarat, dan ekspresi wajah. Seseorang dapat belajar banyak tentang perasaan orang lain apabila orang tersebut mampu memperhatikan sinyal-sinyal non verbal yang dinyatakan oleh lawan bicara. Menurut Mahmud (2009), beberapa sinyal nonverbal yang melukiskan ungkapan emosi atau perasaan yang diungkapkan oleh lawan bicara diuraikan sebagai berikut : a) Ekspresi wajah

  Wajah merupakan bagian tubuh yang ekspresif, sensitif terhadap perubahan emosi yang dapat diketahui dengan cepat. Oleh karena itu pada saat berkomunikasi, orang lebih banyak memperhatikan bagian tubuh yang lain.

  b) Sikap tubuh Apabila seseorang memperhatikan dengan baik sikap badan orang yang menjadi lawan bicara, dia dapat belajar banyak tentang sikapnya terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.

  c) Jarak fisik Jarak tubuh sebagai kriteria tingkat hubungan bervariasi dalam tiga klasifikasi, mulai dari saling berdekatan sampai dengan jarak beberapa puluh sentimeter dan satu atau dua meter.

  d) Gerak isyarat Gerakan isyarat merupakan cara komunikasi yang efektif sebagai pengganti ucapan.

  e) Nada bicara Nada bicara tertentu pada saat berbicara dapat membantu pihak lawan bicara untuk menafsirkan kata-kata dan membaca suasana hati pembicara.

  Karakter suara seperti nada, tinggi rendah suara, kuat atau lemahnya suara yang terjadi pada saat berbicra dapat mengungkapkan perasaan pembicara.

  f) Pandangan mata Pandangan mata merupakan salah satu isyarat nonverbal yang efektif. Kita dapat membuka dan menutup saluran komunikasi dengan isyarat pandangan mata. Pandangan mata dapat dijadikan tolak ukur dari sikap positif seperti rasa percaya, rasa bersahabat dan kesungguhan hati. Tetapi pandangan mata juga dapat mencerminkan sikap negatif seperti rasa curiga, rasa tidak percaya, ragu, atau sikap negatif yang lain.

  g) Penampilan diri Pada umumnya orang memperhatikan penampilan fisik dan percaya bahwa apabila seseorang mampu tampil sesuai dengan kondisi situasi tempat ia berada akan menjadikannya berbeda dan menumbuhkan rasa lebih percaya diri.

  d. Karakteristik komunikasi terapeutik Menurut Arwani (2002) ada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik antara lain :

  1) Keikhlasan (Genuines) Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.

  2) Empati (Empathy) Empati merupakan perasaan”pemahaman“ dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakn dunia pribadi klien.

  Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat – buat didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman diantara orang yang terlibat dalam komunikasi. 3) Kehangatan (Warmth)

  Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkan dalam benntuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki dan dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman menunjukan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien. Sehingga klien akan mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam.

  e. Prinsip Komunikasi Terapeutik Tujuan komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping” memiliki prinsip-prinsip dalam menerapkan komunikasi terapeutik, yang meliputi :

  1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

  2) Kominakasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.

  3) Perawat harus memahami , menghayati nilai yang diambil oleh pasien. 4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

  5) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien yang memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.

  6) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi. 7) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.

  8) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.

  9) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungann terapeutik. 10) Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, spiritual, dan gaya hidup. 11) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu. 12) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.

  13) Altruissme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.

  14) Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

  15) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

  Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan perawat akan menggunakan dirinya sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan kepekaan terhadap kebutuhan oranglain sangat diperlukan dalam therapeutic use of

  self. Mediri secara menggunakan diri sendiri terapeutik memerlukan integrasi dari ketiga kemampuan tersebut (Dwidayanti, 2008).

  f. Teknik komunikasi terapeutik Menurut Stuart dan Sundeen (1995), teknik komunikasi terdiri dari:

  1) Mendengarkan (Listening) Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan menngetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memebri kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. 2) Pertanyaan terbuka (Broad opening)

  Memberi inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak respon klien. 3) Mengulang (Restarting)

  Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan klien.

  4) Penerimaan (acceptance) Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal itu, perawat harus sadar terhadap ekspresi nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari memutar mata ke atas, menggelengkan kepala, mengerutkan atau memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.

  5) Klarifikasi Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klien. 6) Refleksi

  Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk memelihara pendekatan yang tidak menilai. 7) Asertif

  Menurut Smith (1992) dalam Nurjananah (2001) asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak oranglain. 8) Memfokuskan

  Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas. 9) Membagi persepsi

  Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.

  10) Identifikasi “tema” Merupakan teknik dengan mencari latarbelakang masalah klien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting. 11) Diam

  Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.

  Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai mengerti atau marah. 12) Informing

  Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkaan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Kurangnya pemberian informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat saat memberikan informasi. 13) Humor

  Humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal dikarenakan tertawa mengurangi stress ketegangan dan rasa sakit akibat stress, serta meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.

  14) Saran Teknik yang bertujuan member alternatif ide untuk pemecahan masalah.

  Teknik ini tidak dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

  g. Tahapan dalam komunikasi terapeutik Dalam komunikasi terapeutik ada emapat tahap, dimana pada setiap tahap mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan sundeen, 2007).

  1) Fase pra interaksi Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien. 2) Fase orientasi Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama kalinya.

  Hal utama yang perlu dikaji adalah alas an klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat dengan klien. Dalam memulai hubungan tugas utama adalah mebina rasa percaya, penerimaan dan pengertian komunikasi yang tebuka dan perumusan kontrak dengan klien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagian berikut : memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif) memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini adalah terbina hubungan saling percaya.

  3) Fase kerja Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah member kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interkasi yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien. 4) Fase terminasi

  Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik), mengakhiri wawancara dengan acara yang baik.

  h. Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik Menurut (Roselina E, 2009) mengidentifikasi lima sikap atau acara untuk dapat menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfsilitasi komunikasi terapeutik :

  1) Berhadapan Posisi ini memiliki bahwa saya siap untuk anda.

  2) Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

  3) Membungkuk kearah klien Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

  4) Memperlihatkan sikap terbuka Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

  5) Tetap rileks Tetap dapat menghadirkan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi dalammemberikan respon kepada pasien, meskipun dalam situsi yang menyenangkan. i. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

  Menurut (Potter dan Perry dalam Nurjannhah, 2001) dalam melakukan sebuah komunikasi salah satunya komunikasi yang terapeutik dapat dipengaruhi beberapa hal antaralain : 1) Perkembangan

  Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan. Agar dapat berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut.

  2) Persepsi Suatu pandangan pribadi seorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.

  Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

  3) Gender Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.

  4) Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. 5) Latar belakang sosial budaya Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.

  Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi. 6) Emosi

  Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang, akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan oranglain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarga agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat. selain itu, perawat perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

  7) Pengetahuan Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.

  Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

  Hal tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik. Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat, dan proses yang akan dilakukan. Perawat juga mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien secara professional.

  8) Peran dan Hubungan Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas, komunikasi antar perawat klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme. 9) Lingkungan

  Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapakan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.

  10) Jarak Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol. Untuk itu perawat perlu perhitungkan jarak yang tetap pada saat melakukan hubungan dengan klien. 11) Masa Bekerja

  Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan baik komunikasinya.

5. Kepuasan

  a. Pengertian kepuasan pasien Kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono, 2005:195). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

  Indonesia, Kepuasan adalah puas yang berarti merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya).

  Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen, yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah dirasakannya. Minat seseorang untuk berperilaku membeli dipengaruhi oleh sikap, tapi minat untuk menggunaakan kembali jasa pelayanan keperawatan akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya yang lampau waktu memakai jasa yang sama. Minat pasien untuk menggunakan rumah sakit sangat besar dipengaruhi oleh pengalaman kepuasan dalam menerima pelayanan (Lamiri, 2008).

  Tjiptono (2006) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan. Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa .

  b. Macam kepuasan pasien Secara umum macam kepuasan ada dua yaitu kepuasan yangmengacu pada ketersediaan pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan yang lainnya yaitu kepuasan yang hanya mengacu pada kenyamanan pasien. Efektifitas pelayanan serta keamanan tindakan (Azwa, 2008).

  Pada dasarnya kepuasan merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya (Marpuah, 2005).

  c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Klien Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati, 2005 & Rangkuti, 2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. 1) Faktor Kebudayaan

  Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan orang.

  Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah geografi. Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan variabel lainnya.

  2) Faktor Sosial Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.

  3) Faktor Pribadi Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri.

  Usia mempunyai dimensi kronologis dan intelektual, artinya berdimensi kronologis karena bersifat progres berjalan terus dan tidak akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan kematangan/ kedewasaan seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit kardiovaskuler dengan peningkatan usia. 4) Faktor pendidikan

  Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang dialami seseorang. Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri. Selain itu. pendidikan juga berkaitan dengan harapan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. 5) Faktor Psikologi

  Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan haus, ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan penghargaan.

  Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan (Sutojo, 2003).

  Menurut Kotler (2005 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pendekatan dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima, outcomes pengobatan dan perawatan yang diterima, prosedur perjanjian, waktu tunggu. Oleh karena itu kepuasan pasien merupakan respon kebutuhan pasien terhadap keistimewaan suatu kualitas produk jasa atau pelayanan.

  d. Kepuasan yang mengacu pada Penerapan Standar dan Kode Etik Profesi Kepuasan pemakai jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar (2006) ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai: 1) Hubungan perawat dengan pasien.

  Terbinanya hubungan bidan dengan pasien yang baik adalah salah satu dari kewajiban etik adalah amat diharapkan setiap pasiennya secara pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal ingin diketahui oleh pasien. 2) Kenyaman pelayanan

  Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi terpenting menyangkut sikap serta tindakan bidan ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

  3) Kebebasan melakukan pilihan Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu bila kebebasan memilih ini dapat diberikan dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan. 4) Pengetahuan dan kompetensi teknis

  Secara umum disebut semakin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

  5) Efektifitas pelayanan Semakin efektif pelayanan kesehatan makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

  6) Keamanan tindakan Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tindakan ini harus diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien bukanlah pelayanan yang baik dan tidak boleh dilakukan.

  e. Aspek-aspek kualitas pelayanan pengukuran kepuasan pasien Menurut (Purwanto, 2007), aspek- aspek kepuasan yang diukur adalah: kenyataan, kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati.

  1) Kenyataan : meliputi fasilitas fisik, peralatan dan penampilan petugas, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kesiapan dan kebersihan alat.

  Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan seperti menilai gedung, peralatan, seragam, yaitu hal-hal yang menimbulkan kenikmatan bila dilihat. 2) Kehandalan : yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan dengan segera, tepat waktu dan benar misalnya penerimaan yang cepat, pelayanan pemeriksaan dan perawatan yang cepat dan tepat. Kehandalan juga merupakan kemampuan bidan dalam pelayanan yang akurat atau tidak ada kesalahan 3) Ketanggapan : yaitu kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan pasien termasuk kemampuan petugas untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan dan tindakan cepat pada saat dibutuhkan. 4) Jaminan : yaitu kepercayaan pasien terhadap jaminan kesembuhan dan keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk pengetahuan termasuk pengetahuan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan pelayanan nifas. Aspek ini juga mencakup kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan. 5) Empati : meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan klien yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap pasien.

  f. Metode Pengukuran Kepuasan Menurut Kotler (2000), ada berbagai metode dalam pengukuran kepuasan yaitu:

  1) Sistem keluhan dan saran Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara menerima saran, keluhan dan masukan pelanggan mengenai produk atau jasa layanan. Jika penanganan keluhan, saran dan masukan ini baik dan cepat, maka pelanggan akan merasa puas, sebaliknya jika tidak maka pelanggan akan kecewa. Contohnya dengan menggunakan formulir, kotak saran, kartu komentar, hotline grafis dengan nomor tertentu dan alamat email atau formulir elektronik pada website.

  2) Riset kepuasan pelanggan Model ini berusaha menggali tingkat kepuasan dengan survei kepada pelanggan mengenai jasa yang selama ini mereka gunakan. Jika lapangan yang sebenarnya mengenai sikap pelanggan terhadap sikap produk atau jasa yang digunakan. Dalam melakukan survei kepuasan pelanggan peneliti dapat melakukan pengukuran secara langsung dengan pertanyaan tertentu pada kuisioner yang diberikan pada responden atau dengan cara responden diberi pertanyaan yang dapat mengungkapkan besarnya pengaharapan terhadap atribut jasa dibandingkan dengan apa yang dialami. 3) Ghost shoping

  Model yang ketiga mirip dengan marketing intelegence yaitu pihak pemberijasa mempelajari jasa dari pesaingnya dengan cara berpura-pura sebagai pembeli atau pengguna jasa dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan cara melayani keluhan, kelemahan dan kekuatan produk jasa dengan melakukan studi terhadap bekas pelanggan mereka.

  g. Indeks Kepuasan Masyarakat Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

  Kep/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Instansi Pemerintah yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja unit pelayanan didalam instansi pemerintah.

  Dalam penyusunan IKM digunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Kuesioner disusun berdasarkan tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarkat. Kuesioner dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu :

  Bagian 1 : Identitas responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan danpekerjaan yang berguna untuk menganalisis profil responden. Bagian 2 : Identitas pencacah, berisi data pencacah (apabila kuesioner diisi oleh masyarakat,bagian ini tidak di isi). Bagian 3 : Mutu pelayanan publik adalah pendapat penerima pelayanan yang memuat kesimpulan atau pendapat responden terhadap unsur-unsur pelayanan yang dinilai. Setelah data dari responden terkumpul, maka nilai indeks kepuasan masyarakat yang diperoleh, dapat dikonversikan sesuai dengan tabel berikut.

  Nilai Persepsi

  Nilai Interval

  IKM Nilai interval konversi IKM

  Mutu Pelayanan

  Kinerja unit pelayanan 1 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak baik 2 1,76

  43,76

  C Kurang baik 3 2,51

  • – 2,50
  • – 62,50
  • – 3,25
  • – 81,25
  • – 4,00
  • – 100,00

  62,51

  B Baik 4 3,26

  81,26

  A Sangat baik

B. Kerangka Teori

  Komunikasi terapeutik Kepuasan Pasien

  1. Tangible

  2. Reliability

  1. Verbal

  2. Non verbal

  3. Responsiveness Percakapan

  a. Ekspresi wajah atau tertulis b. Sikap tubuh

  4. Assurance

  c. Jarak fisik

  5. Emphaty

  d. Gerak isyarat

  e. Nada bicara

  f. Pandangan mata

  g. Penampilan diri Kerangka teori 2.1 Sumber : Mahmud (2009), Muadi (2009), dan Purwanto (2007).

C. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Komunikasi Terapeutik

  Kepuasan Pasien Skema 2.2 Kerangka Konsep D.

   Hipotesa

  Berdasarkan landasan teori dan dan kerangka konsep penelitian, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  Ho :

  Tidak terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016.

  Ha :

  Terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016.