PERBEDAAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN BANTUAN GEOGEBRA DAN TANPA BANTUAN GEOGEBRA.

(1)

PERBEDAAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN PEMECAHAN

MASALAH DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN BANTUAN GEOGEBRA DAN

TANPA BANTUAN GEOGEBRA

TESIS

OLEH:

SINTA DAMERIA SIMANJUNTAK

081188710002

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidkan Matematika

FAKULTAS PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

PERBEDAAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN PEMECAHAN

MASALAH DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN BANTUAN GEOGEBRA DAN

TANPA BANTUAN GEOGEBRA

TESIS

OLEH:

SINTA DAMERIA SIMANJUNTAK

081188710002

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidkan Matematika

FAKULTAS PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Tesis

PERBEDAAI{ PEMAIIAMAN MATTMATIS DAN PEME CAHAN MASALAH DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM

PENIBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAI)

DENGAN BANTUAN GEOGEBRA DAN TANPA BAI{TUAN GEOGEBRA

TESIS

Oleh:

SINTA DAMERIA SIMANJT]NTAK

I\IM:

081188710002 Menyetujui Tim Pembimbing

-"qP

Prof. Dian Armanto.M.Pd..M.A..M.Sc..Ph.D

NIP. 196311101988031001 96509 0199r021001 Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

4ry*

Dr. Edi Sva*putra. M.Pd NrP.1 9570121 I 98903 1 001


(4)

PERBEDAAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN PEMECAHAN MASALAII DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAI) DENGAN BANTUAN GEOGEBRA DAN

TANPA BANTUAN GEOGtrBRA

Disusun dan diajukan oleh

SINTA DAMERIA SIMANJUNTAK 081188710002

Telah Dipertahankan di Depan panitia Ujian Tesis

Pada Tanggal2g Desember2ll2 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah satu syarat untuk Menperoreh Gelar Magister pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Medan,29 Desember 2012 Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbine

I

T

Prot nUn,lrnanto. ]}t.p

NIP.196311101988031001

-Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

@tg*

Dr. Edi Svahnutra" M.Pd NIP.19s70121 198903 I 00r

PascaSarjana 199102r001


(5)

PER.SETUJUAN

DBWAN PENGUJI

UJIAN

TESIS

MAGISTER PENDIDIKAN

NO

NAMA

Prof. Dian Armanto, M.Pd.. M.A.. M"Sc.. Ph.D NIP. 196311 10198803t 001

Prof.DM

NIP. 196509101991021 001

Dr. E. Elvis Nanitunulu. MS ts63t22st$s8031004

Pruf. Df-Pafgaulgn Siaeia!-M,:Pd

195410191980111001

Tanda Tangan

3 pr.Hasratuddin.M.Pd e

196312311991031030


(6)

i

ABSTRAK

SINTA DAMERIA SIMANJUNTAK. Perbedaan Pemahaman Matematis dan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Sikap Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan Geogebra dan Tanpa Bantuan Geogebra.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif STAD, Pemahaman Matematis, Pemecahan Masalah, Sikap, Geogebra.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang difokuskan pada kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa yang dikaitkan dengan kemampuan awal siswa dan sikap siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 4 Balige. Dengan menggunakan teknik sampling kelompok acak dua tingkat diperoleh dua kelas masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Geogebra dan pada kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif STAD tanpa bantuan Geogebra. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan awal, tes pemahaman matematis, tes pemecahan masalah dan tes sikap. Instrumen yang digunakan telah dinyatakan valid dan realibel untuk mengukur kemampuan yang akan diukur. Validitas dan reabilitas dari setiap instrumen yang diukur adalah sebagai berikut : (1) Validitas tes kemampuan pemahaman matematis untuk lima soal yang disajikan secara berurutan adalah 0,54 ; 0,73 ; 0,54 ; 0,83 ; dan 0,63 dengan reabilitas senilai 0,66, (2) Validitas tes kemampuan pemecahan masalah untuk lima soal yang disajikan secara berurutan adalah 0,44 ; 0,48 ; 0,79 ; 0,74 ; dan 0,65 dengan reabilitas senilai 0,63, (3) Validitas angket sikap siswa yang diberikan sebelum pembelajaran, yang terdiri dari 45 item skala sikap memberikan hasil 8 tes memerlukan revisi, 3 tes dibuang dan selebihnya adalah valid dengan reabilitas 0,88. Sedangkan validitas angket sikap pada kelas kontrol yang terdidri dari 20 tes skala sikap memberikan hasil dua item memerlukan revisi dan selebihnya adalah valid dengan reabilitas 0,81. Selanjutnya validitas angket sikap siswa pada kelas eksperimen dengan 20 item skala sikap memberikan hasil 3 item memerlukan revisi, 1 tes dibuang dan selebihnya adalah valid dengan reabilitas 0,80.

Analisis data yang digunakan adalah uji t, analisis varian dua arah untuk melihat interaksi dan anakova. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD dengan menggunakan software Geogebra lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan software Geogebra, (2) Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika, (3) Kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD menggunakan software Geogebra lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa software Geogebra, (4) Kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika, (5) Tidak terjadi Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa dan (6) Tidak terjadi interaksi antara sikap siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan siswa.


(7)

ii

ABSTRACT

SINTA DAMERIA SIMANJUNTAK. The Difference of Mathematical Understanding and Problem Solving Reviewed from Student Attitudes in STAD Cooperative Learning with The Help of Goegebra Software and Without The Help of Geogebra Software.

Keywords : STAD Cooperative Learning, Mathematical Understanding, Problem Solving, Attitudes, Geogebra.

This reseach is a semi-experimental that focused to capability of mathematical undestanding and capability of problem solving that have relationship to student initial capability and student attitudes. The population of this reseach is student of SMP N 4 Balige. By using cluster sampling two stage, it is obtain two class as control class and experimental class each. The treatment using STAD with the help of Geogebra was gave to experimental class and the treatment using STAD without the help of Geogebra was gave to control class. The instrument used consits of test of initial capability, test of mathematical understanding, test of problem solving and test of attitudes. Those intrument have been declared eligible content validity and reability to measure the capability. Result of the validity and reability are : (1) the validity of the five mathematical understanding test are 0,54 ; 0,73 ; 0,54 ; 0,83 and 0,63 respectively with 0,66 reability value. (2) the validity of the five problem solving test are 0,44 ; 0,47 ; 0,79 ; 0,74 and 0,65 respectively with 0,63 reability value, (3) the validity of 45 item attitudes test before treatment obtain result that 8 test need to revised, 3 test need to throw and the other remain are valid with 0,88 reability value. The validity of 20 item attitudes test for control class obtain result 2 test need to revised and the other remain are valid with 0,81 reability value. The validity of 20 item attitudes test for experimental class obtain result 3 test need to revised, 1 need to throw test and the other remain are valid with 0,80 reability value.

Data analysis was performed are t-test, variance analysis for interaction and analysis of covariance. The result of this reseach are : (1) The student ability of mathematical understanding through the implementation of STAD using GeoGebra software is better than without using GeoGebra software, (2) Mathematical understanding abilities of students who have a positive attitude toward mathematics is better than students who have a negative attitude towards mathematics, (3) The student ability of problem solving through the implementation of STAD using GeoGebra software is better than without using GeoGebra software, (4) Problem solving abilities of students who have a positive attitude toward mathematics is better than students who have a negative attitude towards mathematics, (5) There is no interaction between learning models and the initial capability toward mathematical understanding skills or problem-solving skills and (6) There is no interaction between learning models and attitudes toward mathematical understanding skills or problem-solving skills.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan pertolonganNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Dalam proses penyelesaian tesis ini, terdapat banyak hal yang harus dilalui yaitu kendala-kendala dan keterbatasan-keterbatasan dari berbagai hal dan berbagai pihak. Kendala-kendala dan keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak mampu penulis lewati jika bukan karena pertolonganNya dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Hasratuddin, M. Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika PascaSarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, ME Selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Prof. Dian Armanto,M.Pd.,M.A.,M.Sc.,Ph.D selaku pembimbing I dan Bapak . Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini. 3. Bapak Dr. Hastartuddin, M.Pd, Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS dan

Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

5. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph. D selaku Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED

6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

7. Ibu Marice Pardede, S. Pd selaku kepala sekolah SMP N 4 Balige yang telah membantu dan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan demi penyelesaian tesis penulis.


(9)

iv

8. Bapak I. Saragih dan Bapak Siregar selaku guru Matematika SMP Negeri 4 dan guru komputer SMP Negeri 4 yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian selama peneliti melaksanakan penelitian.

9. Secara khusus orang-orang yang penulis sayangi dan cintai melebihi apapun di dunia ini yaitu Ibunda K Siregar, Abanghanda Ronal Gading Simanjuntak dan Ediston Haro yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan semangat hari lepas hari.

10. Seluruh kerabat dan sahabat seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan bantuan lainnya kepada penulis.

Semoga Tuhan Yesus Kristus membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i kepada penulis. Kasih dan Karunia Tuhan Yesus Kristus senantiasa menyertai kita dimanapun kita berada dan kemanapun kita melangkah.

Akhir kata, kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan pada umumnya dan bagi dunia pendidikan matematika pada khususnya. Jika dalam tesis ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, penulis terlebih dahulu minta maaf. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kelaykan tesis ini. Sekian dan terimakasih. Tuhan Yesus memberkati kita.

Medan, Desember 2012 Penulis


(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 12

1.3 Pembatasan Masalah 13

1.4 Rumusan Masalah 14

1.5 Tujuan Penelitian 14

1.6 Manfaat Penelitian 15

1.7 Asumsi dan Keterbatasan 16

1.8 Definisi Operasional 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 18

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 18 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Matematika 21

2.1.2 Pemahaman Matematis 23

2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah dalam

Matematika 28

2.1.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif 45 2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 52 2.2 Aplikasi Media Teknologi Komputer dalam

Pembelajaran Matematika 56

2.2.1 Geogebra 57

2.2.2 Bahan Ajar Kesebangunan dengan Penerapan Model Pembelajaran STAD dan Geogebra 65 2.2.3 Aplikasi Geogebra dalam Kesebangunan 75 2.2.4 Penerapan Model Pembelajaran STAD dan

Geogebra dalam Pembelajaran Matematika 78 2.3 Sikap Siswa dalam pembelajaran Matematika 80

2.4 Teori Belajar Pendukung 83

2.5 Penelitian yang Relevan 87

2.6 Kerangka Konseptual 92

2.7 Hipotesis Penelitian 105

BAB III METODE PENELITIAN 107

3.1 Jenis Penelitian 107


(11)

vi

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 108

3.4 Disain Penelitian 111

3.5 Variabel Penelitian 113

3.6 Instrumen Penelitian 114

3.7 Uji Coba Instrumen 124

3.8 Bahan Ajar dan Pengembangannya 137

3.9 Prosedur Penelitian 138

3.10 Teknik Analisis Data 140

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 163

4.1 Statistik Deskripsi Hasil Tes Siswa 163 4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa 164 4.1.2 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Matematis 172 4.1.3 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah 180 4.1.4 Deskripsi Angket Sikap Siswa 184 4.2 Statistik Inferensial Data Penelitian 186

4.2.1 Pengujian Hipotesis I 188

4.2.2 Pengujian Hipotesis II 206

4.2.3 Pengujian Hipotesis III 211

4.2.4 Pengujian Hipotesis IV 227

4.2.5 Pengujian Hipotesis V 232

4.2.6 Pengujian Hipotesis VI 236

4.3 Keterbatasan Penelitian 259

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 260

5.1 Kesimpulan 260

5.2 Saran 261


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kemungkinan Kombinasi Uang Sepuluh Ribuan 35 Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 48 Tabel 2.3 Pemberian Skor Perkembangan Individu 53 Tabel 3.1 Disain Penelitian Kelompok Kontrol Non-Ekuivalen 112 Tabel 3.2 Tabel Wiener Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat 113

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Materi Prasyarat 115

Tabel 3.4 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Awal 116 Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Pemahaman Matematis 116

Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Pemecahan Masalah 118

Tabel 3.7 Skor Item Tes Sikap 121

Tabel 3.8 Kriteria Pengelompokan Sikap Siswa 122 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Skala Sikap Sebelum Perlakuan 122 Tabel 3.10 Kisi-kisi Skala Sikap Kelas Eksperimen 123 Tabel 3.11 Kisi-kisi Skala Sikap Kelas Kontrol 123 Tabel 3.12 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 124 Tabel 3.13 Hasil Validasi Tes Materi Prasyarat 125 Tabel 3.14 Hasil Validasi Tes Pemahaman Matematis 126 Tabel 3.15 Hasil Validasi Tes Pemecahan Masalah 126 Tabel 3.16 Hasil Validasi Angket Sebelum Perlakuan 126 Tabel 3.17 Hasil Validasi Angket Kelas Kontrol 128 Tabel 3.18 Hasil Validasi Kelas Angket Kelas Eksperimen 129 Tabel 3.19 Validitas Butir Soal Tes Pemahaman Matematis 131 Tabel 3.20 Validitas Butir Soal Tes Pemecahan Masalah 131 Tabel 3.21 Kesimpulan Daya Pembeda Tes Pemahaman Matematis 135 Tabel 3.22 Kesimpulan Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah 135 Tabel 3.23 Kesimpulan Tingkat Kesukaran Pemahaman Matematis 137 Tabel 3.24 Kesimpulan Tingkat Kesukaran Pemecahan Masalah 137

Tabel 3.25 Rancangan Anakova 141

Tabel 3.26 Rancangan Anava Dua Jalur Untuk Interaksi Tes Awal 155 Tabel 3.27 Rancangan Anava Dua Jalan Untuk Interaksi Sikap 156 Tabel 3.28 Keterkaitan permasalahan, hipotesis dan uji satatistik 160 Tabel 4.1 Data Statistik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 164 Tabel 4.2 Data Statistik Kemampuan Awal Kelas Kontrol 166 Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Awal Matematika 168 Tabel 4.4 Data Statistik Kemampuan Pemahaman Matematis 173 Tabel 4.5 Data Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah 180

Tabel 4.6 Data Statistik Sikap Siswa 184

Tabel 4.7 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 189 Tabel 4.8 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol 190 Tabel 4.9 Uji Normalitas Pemahaman Matematis Eksperimen 191 Tabel 4.10 Uji Normalitas Pemahaman Matematis Kelas Kontrol 191 Tabel 4.11 Uji Homogenitas Kemampuan Awal 193 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Pemahaman Matematis 194 Tabel 4.13 Koefisien Regresi Pemahaman Matematis Kelas Kontrol 195


(13)

viii

Tabel 4.14 Koefisien Regresi Pemahaman Kelas Eksperimen 195 Tabel 4.15 Anava Linearitas Pemahaman Matematis Kelas Kontrol 196 Tabel 4.16 Anava Linearitas Regresi Pemahaman Kelas Eksperimen 198 Tabel 4.17 Anava Keberartian Regresi Pemahaman Kelas Kontrol 199 Tabel 4.18 Anava Keberartian Regresi Pemahaman Kelas Eksperimen 201 Tabel 4.19 Uji Kesamaan Koefisien Regresi Pemahaman Matematis 203 Tabel 4.20 Anakova Kemampuan Pemahaman Matematis 205 Tabel 4.21 Normalitas Pemahaman Matematis Siswa Besikap Positif 208 Tabel 4.22 Normalitas Pemahaman Matematis Siswa Besikap Negatif 208 Tabel 4.23 Homogenitas Pemahaman Berdasarkan Sikap Siswa 209 Tabel 4.24 Uji Beda Rata-rata Pemahaman Berdasarkan Sikap Siswa 210 Tabel 4.25 Normalitas Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 213 Tabel 4.26 Normalitas Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 213 Tabel 4.27 Homogenitas Pemecahan Masalah 215 Tabel 4.28 Koefisien Regresi Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 216 Tabel 4.29 Koefisien Regresi Pemecahan Kelas Eksperimen 216 Tabel 4.30 Anava Linearitas Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 217 Tabel 4.31 Anava Linearitas Regresi Pemecahan Kelas Eksperimen 219 Tabel 4.32 Anava Keberartian Regresi Pemecahan Kelas Kontrol 220 Tabel 4.33 Anava Keberartian Regresi Pemecahan Kelas Eksperimen 222 Tabel 4.34 Uji Kesamaan Koefisien Regresi Pemecahan Masalah 224 Tabel 4.35 Anakova Kemampuan Pemecahan Masalah 226 Tabel 4.36 Normalitas Pemecahan Masalah Siswa Besikap Positif 228 Tabel 4.37 Normalitas Pemecahan Maslah Siswa Besikap Negatif 229 Tabel 4.38 Homogenitas Pemecahan Berdasarkan Sikap Siswa 230 Tabel 4.39 Uji Beda Rata-rata Pemecahan Berdasarkan Sikap Siswa 231 Tabel 4.40 Uji Interaksi Kemampuan Awal dan Model Terhadap

Kemampuan Pemahaman Matematis 233

Tabel 4.41 Uji Interaksi Kemampuan Awal dan Model Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah 235

Tabel 4.42 Normalitas Sikap Siswa Pada Kelas Eksperimen 237 Tabel 4.43 Normalitas Sikap Siswa Pada Kelas Eksperimen 238

Tabel 4.44 Uji Homogenitas Sikap Siswa 239

Tabel 4.45 Koefisien Regresi Pemahaman Matematis Kelas Kontrol 240 Tabel 4.46 Koefisien Regresi Pemahaman Kelas Eksperimen 240 Tabel 4.47 Koefisien Regresi Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 240 Tabel 4.48 Koefisien Regresi Pemecahan Kelas Eksperimen 241 Tabel 4.49 Anava Linearitas Pemahaman Matematis Kelas Kontrol 242 Tabel 4.50 Anava Linearitas Regresi Pemahaman Eksperimen 243 Tabel 4.51 Anava Linearitas Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 245 Tabel 4.52 Anava Linearitas Regresi Pemecahan Eksperimen 246 Tabel 4.53 Anava Keberartian Regresi Pemahaman Kelas Kontrol 248 Tabel 4.54 Anava Keberartian Regresi Pemahaman Eksperimen 249 Tabel 4.55 Anava Keberartian Regresi Pemecahan Kelas Kontrol 251 Tabel 4.56 Anava Keberartian Regresi Pemecahan Kelas Eksperimen 252 Tabel 4.57 Uji Kesamaan Regresi Pemahaman Matematis 254


(14)

ix

Tabel 4.58 Uji Kesamaan Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah 255 Tabel 4.59 Uji Interaksi Sikap dan Model Pembelajaran Terhadap

Kemampuan Pemahaman Matematis 257

Tabel 4.60 Uji Interaksi Sikap dan Model Pembelajaran Terhadap


(15)

x

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar 2.1 Interpretasi Pemahaman Instrumental dan Rasional 25

Gambar 2.2 Tampilan Layar Kerja Geogebra 59

Gambar 2.3 Bagian-bagian Layar Kerja Geogebra 60

Gambar 2.4 Toolbar yang Aktif 61

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 139

Gambar 4.1 Frekuensi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Awal Pada

Kelas Eksperimen 165

Gambar 4.2 Frekuensi Perolehan Nilai TesKemampuan Awal Pada

Kelas Kontrol 167

Gambar 4.3 Frekuensi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 174 Gambar 4.4 Frekuensi Perolehan Nilai Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 182 Gambar 4.5 Grafik Keterkaitan Kemampuan Awal dan Model

Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemahaman

Matematis 233

Gambar 4.6 Grafik Keterkaitan Kemampuan awal dan Model Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah 234

Gambar 4.7 Keterkaitan Model Pembelajaran dan SikapTerhadap

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa 256 Gambar 4.8 Keterkaitan Model Pembelajaran dan SikapTerhadap


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

Tes Materi Prasyarat 271

Acuan Pemberian Skor Tes Materi Prasyarat 277

Jawaban Tes Materi Prasyarat 279

Tes Pemahaman Matematis 282

Rubrik Penilaian Pemahaman Matematis 289

Jawaban Tes Pemahaman Matematis 291

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 295

Acuan Pemberian Skor Tes Pemecahan Masalah 306

Jawaban Tes Pemecahan Masalah 308

Angket Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Sebelum Perlakuan 312 Tes Skala Sikap Setelah Perlakuan Pada Kelas Eksperimen 319 Tes Skala Sikap Setelah Perlakuan Pada Kelas Kontrol 322 LAMPIRAN II

Lembar Aktivitas Siswa Kooperatif STAD 325

Lembar Aktivitas Siswa Kooperatif STAD dengan Geogebra 371

Buku Siswa 380

Buku Guru 407

LAMPIRAN III

Rencana Pembelajaran Kooperatif STAD 453

Rencana Pembelajaran Kooperatif STAD dengan Geogebra 477 LAMPIRAN IV

Jadwal Penelitian Kelas Kontrol 501

Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen 501

Pembagian Kelompok Kelas Kontrol 502

Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 504

LAMPIRAN V

Hasil Validai RPP 507

Hasil Validasi LAS 509

Hasil Validasi Buku Siswa 511

Hasil Validasi Buku Guru 513

Hasil Validasi Tes Materi Prasyarat 515

Hasil Validasi Tes Pemahaman Matematis 515

Hasil Validasi Tes Pemecahan Masalah 516

Hasil Validasi Angket Sebelum Perlakuan 517

Hasil Validasi Angket Kelas Kontrol 519


(17)

xii

LAMPIRAN VI

Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Matematis 529

Hasil Uji Coba Tes Pemecahan Masalah 543

Hasil Uji Coba Angket Sebelum Perlakuan Hasil Uji Coba Angket Kelas Kontrol Hasil Uji Coba Angket Kelas Eksperimen LAMPIRAN VII

Buku Pelatihan Software Geogebra 574

LAMPIRAN VIII

Nilai Tes Kemampuan Awal

Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Matematis Nilai Tes Pemecahan Masalah

Data Angket

Homogenitas Kemampuan awal

Homogenitas Kemampuan Pemahaman Matematis Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Koefisien Persamaan Linear Pemahaman Matematis Koefisien Persamaan Linear Pemecahan Masalah Lineritas Pemahaman Matematis


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan Indonesia dan prestasi siswa Indonesia di dunia internasional bila dinilai secara sekilas adalah sangat membanggakan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penghargaan yang diperoleh siswa Indonesia dalam olimpiade matematika di dunia internasional seperti IMO. Sebagai bukti adalah pada tahun 2008 di Madrid tim Olimpiade Matematika Indonesia meraih medali perak, dan dua perunggu serta dua penghargaan "honorable mention". Namun, pada kenyataannya prestasi siswa Indonesia tersebut adalah menyerupai fenomena gunung es. Jika dilihat pada sebagian kecil siswa Indonesia yang berada pada level atas, dapat dikatakan mutu dan prestasi pendidikan Indonesia sangat membanggakan. Tetapi jika dilihat pada level bawah kemampuan siswa-siswa di Indonesia masih banyak yang harus dibenahi. Ini terbukti dari hasil temuan tiga studi internasional yang mengatakan bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di bawah rata-rata skor internasional yaitu 500. Tiga studi internasional tersebut adalah PIRLS tahun 2006, PISA tahun 2006 dan TIMMS tahun 2007.

TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) adalah studi internasional empat tahunan yang diselenggarakan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) sejak tahun 1955. TIMSS menilai prestasi matematika dan sains siswa kelas 4 dan kelas 8 serta mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan sekolah, kurikulum, dan pembelajaran. Indonesia telah berpartisipasi dalam TIMSS semenjak tahun 1999, 2003, 2007 dan 2011. Pencapaian siswa Indonesia selama mengikuti TIMSS dalam Matematika dan Sains berada di bawah pencapaian siswa setingkat di beberapa negara di Asia seperti Hongkong, Japan, Korea, Taiwan, Malaysia dan Thailand. Pada tahun 2003 Indonesia menduduki peringkat 34 dari 45 negara, tahun 2007 Indonesia menduduki peringkat 36 dari 49 negara dan tahun 2011


(19)

2

peringkat Indonesia belum diketahui karena sedang menunggu hasil pada tahun 2012 ini.

PISA (Programme for International Student Assesment) adalah studi tentang program penilain siswa tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Coorporation and Development (OECD) atau organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan. PISA bertujuan untuk menilai sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar atau siswa yang berusia 15 tahun telah menguasai pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang membangun dan bertanggungjawab. PISA dilaksanakan tiap 3 tahun sekali dan berlangsung semenjak tahun 2000. Pencapaian Indonesia pada tahun 2003 adalah berada pada peringkat 38 dari 40 negara, pada tahun 2006 berada pada peringkat 53 dari 57 negara dan pada tahun 2009 berada pada peringkat 61 dari 65 negara. Dalam hal ini, pencapaian dan prestasi siswa Indonesia adalah rendah.

Selain fakta yang terdapat dalam TIMSS dan PISA yang mengungkapkan tentang rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia, sebuah tulisan yang terdapat pada Kompas 21 Januari 2010 juga menegaskan bahwa kemampuan matematika Indonesia belum mencapai standar yang baik. Pernyataan ini didasarkan atas penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Muchlis pada tahun 2007. Ahmad Muchlis merupakan dosen Matematika ITB dan juga merupakan pembimbing Olimpiade Matematika Indonesia. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 diperoleh sebanyak 52 persen siswa yang disurvei berada di kategori terendah atau lower quarter. Hal ini berarti sisanya tidak mencapai standar yang terendah sekalipun. Iwan Pranoto yaitu pakar matematika dari Institut Teknologi Bandung dalam Kompas 31 Januari 2011 juga mengungkapkankan jika dihitung dari skala 6 maka kemampuan matematika siswa Indonesia hanya berada di level kedua. Beliau juga menambahkan bahwa dalam faktanya presentase siswa Indonesia yang berada di bawah level ke dua sangat besar yaitu sekitar 76,6 % dan siswa yang berada pada level 5 dan 6 secara statistik tidak ada. Hal ini berarti menurut definisi level profisiensi matematika


(20)

3

dari OECD, siswa di bawah level dua dianggap tidak akan mampu berfungsi efektif di kehidupan abad ke-21.

Kemampuan matematis jika dikaitkan dengan daya matematis, dapat dikatakan bahwa dengan kemampuan matematis yang baik akan diperoleh daya matematis yang baik. Memiliki daya matematis yang baik adalah puncak dari pembelajaran matematika. Menurut Pinellas County Schools Division of Curriculum and Instruction Secondary Mathematics, daya matematis meliputi : (1) standard proses (process standards) yaitu tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran. Standar proses meliputi, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berargumentasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan membuat koneksi (connection) dan kemampuan representasi, (2) Ruang lingkup materi (content strands) adalah kompetensi dasar yang disyaratkan oleh kurikulum sesuai dengan tingkat pembelajaran siswa, (3) Kemampuan Matematis (Mathematical Abilities) adalah pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk dapat melakukan manipulasi matematika meliputi pemahaman konsep dan pengetahuan prosedural.

Daya matematis dalam pembelajaran matematika terdiri atas 4 standar isi atau ruang lingkup materi yaitu bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, serta statistika dan peluang. Menurut Abdussakir, geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika sekolah menengah karena banyak konsep yang termuat di dalamnya begitu juga aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari. Beliau menambahkan ternyata pada faktanya dilapangan, hasil belajar geometri siswa masih rendah dan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi geometri tersebut. Dari sudut pandang psikologi, geometri itu sendiri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan lingkungan untuk mempelajari struktur matematika.


(21)

4

Dalam kaitannya dengan siswa menengah, geometri dan pengukuran dipelajari pada kelas VII semester dua dengan kompetensi dasar memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya, memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Pada kelas VIII semester satu dengan standar kompetensi menggunakan teorema pythagoras dalam pemecahan masalah; kelas VIII semester dua dengan standar kompetensi menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya, memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Sedangkan pada kelas IX geometri dan pengukuran dipelajari pada semester satu dengan standar kompetensi memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah, memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya.

Geometri dan pengukuran dalam penyajiannya memerlukan banyak waktu karena geometri dan pengukuran merupakan cabang matematika yang mempelajari pola-pola visual, cabang matematika yang menghubungkan matematika dengan dunia fisik atau dunia nyata, dan merupakan suatu cara penyajian fenomena yang tidak tampak atau tidak bersifat fisik. Dengan demikian materi ini memerlukan imajinasi yang tinggi sehingga dalam penyajiannya memerlukan alat untuk mempermudah siswa dalam memahami. Karena pada umumnya geometri dan pengukuran berhubungan dengan hal yang visual maka untuk menyajikan gambar dalam proses pembelajaran sering menimbulkan masalah bagi siswa dan guru. Jika dilihat dari segi guru, tidak semua guru dapat menggambar dengan baik sehingga siswa dapat melihat dan mengimajinasikan materi yang dipelajari. Demikian juga sebaliknya tidak semua siswa dapat menggambar dengan baik sehingga gambar yang dihasilkan oleh siswa sesuai dengan pemahaman dan standar kompetensi yang diharapkan.

Kesulitan yang disebutkan diatas dapat ditemukan pada standar kompetensi memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah, karena dalam materi ini diperlukan banyak gambar dan penarikan kesimpulan. Dalam pencapaian standar kompetensi ini, jika dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggambar di papan tulis atau kertas akan


(22)

5

memakan waktu yang banyak sehingga memungkinkan siswa untuk tidak sempat memperdalam pemahaman matematis mereka dan siswa juga tidak akan memiliki kesempatan untuk memecahkan masalah- masalah tidak rutin untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mereka. Disamping itu, jika pencapaian standar kompetensi ini dilakukan dengan cara manual maka ada kemungkinan siswa hanya dapat melakukan hapalan rumus atau hapalan sifat-sifat bangun yang sebangun.

Salah satu bagian dari daya matematis yang menjadi tuntutan TIMSS dan PISA adalah kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah. Dalam PISA kedua kemampuan tersebut tercakup dalam penilaian komponen proses yang dirangkum dalam tujuh hal penting kemampuan proses yaitu (1) komunikasi; (2) matematising (me ngubah masalah dunia nyata ke dalam masalah matematika; (3) representasi; (4) memberi alasan dan argumen, (5) menggunakan strategi memecahkan masalah, (6) kemampuan menggunakan simbol, dan (7) menggunakan alat-alat matematika. Dalam TIMSS kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah tercakup dalam domain penilaian kognitif yang mencakup pengetahuan, penerapan dan penalaran. Kemampuan pemahaman matematis yang dimaksud dalam penelitian ini yang bersesuaian dengan tuntutan PISA dan TIMSS adalah pemahaman matematis yang mengacu pada definisi Bloom yaitu pemahaman translasi (pengubahan), interpretasi (penyajian) dan ekstrapolasi (meramalkan kecenderungan). Sedangkan kemampuan pemecahan masalah yang juga bersesuaian dengan dengan tuntutan TIMSS dan PISA dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah yang mengacu pada Polya yaitu kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah- langkah pemecahan masalah yaitu : (1) memahami masalah; (2) merencanakan penyelesaian atau strategi penyelesaian yang sesuai; (3) melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan; (4) memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh.

Dengan melihat aspek penilaian yang ditetapkan oleh TIMMS dan PISA, maka kemampuan matematika siswa SMP yang rendah tersebut pada garis


(23)

6

besarnya mengacu kepada kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah. Pemahaman matematis yang baik ada lah modal untuk melakukan pemecahan masalah yang baik juga. Mustahil bagi seorang siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah matematika tanpa memiliki pemahaman matematis terhadap masalah matematika tersebut. Sehingga hasil penilaian dari TIMSS dan PISA tersebut dengan kata lain memberikan arti bahwa kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah Indonesia adalah rendah. Hal yang sama tentang rendahnya kemampuan pemecahan masalah Indonesia didukung oleh pendapat Mucarno yang mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika karena belum terbiasa dengan bentuk soal pemecahan masalah.

Iwan Pranoto mengungkapkan bahwa tren global pendidikan matematika saat ini sedang diarahkan pada expert thinking yang mencakup kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keingintahuan. Sementara itu pengajaran matematika di tanah air saat ini dinilai tidak relevan dengan tren global tersebut. Pendidikan di Indonesia masih bertumpu pada aspek kognisi atau knowledge dan bukan pemecahan masalah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Didi Suryadi seorang dosen program studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia dalam kompas 21 Januari 2010 yang mengatakan bahwa praktik pendidikan di tanah air seolah-olah telah melawan arus global. Sementara itu di banyak negara maju seperti Singapura pendidikan sains khususnya Matematika telah diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah.

Salah satu aspek dari expert thingking adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak terpisah dari kemampuan pemahaman matematis. Dengan pemahaman matematis yang baik, akan diperoleh kemampuan pemecahan masalah yang baik juga. Dengan tujuan mengembangkan kemampuan pemahaman matematis serta kemampuan pemecahan masalah siswa secara khusus dalam standar kompetensi ini maka pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat adalah sangat perlu. Dalam proses pembelajaran ini, pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah


(24)

7

pendekatan pembelajaran kooperatif. Pendekatan pembelajaran ini dipilih karena pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain dan yang tidak peduli dengan orang lain. Pendekatan pembelajaran ini akan mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatannya seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya (peer teaching). Isjoni (2010) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, mamun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan kooperatif karena dengan mencampurkan siswa dengan kemampuan yang beragam, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi oleh siswa yang lebih dan siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Dengan demikian jika ditemukan kelas yang memiliki kemampuan yang beragam maka pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk diterapkan. Isjoni (2010) dalam bukunya juga menyebutkan keunggulan-keunggulan dari pembelajaran kooperatif sebagai berikut : (1) pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah suatu pandangan kelompok; (2) pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk meraih keberhasilan dalam belajar yang melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir (thingking skill) dan keterampilan sosial (social skill); (3) memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis; (4) menimbulkan motivasi yang tinggi pada siswa karena didorong dan didukung oleh rekan sebaya.

Dari segi peningkatan pemahaman siswa, pendekatan pembelajaran ini dipilih karena melalui pendekatan pembelajaran kooperatif akan diperoleh kompetensi berikut yaitu : (1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu; (2) kemampuan menerapkan konsep atau pemecahan masalah; (3) kemampuan menghasilkan


(25)

8

sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi objek kajian, juga dapat dikembangkan; (4) softskill kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggungjawab, serta bekerja sama. Selanjutnya jika dikaitkan dengan pemecahan masalah, pendekatan pembelajaran kooperatif dipilih karena pemecahan masalah memerlukan kerja sama. Manfaat kerja sama dalam pemecahan masalah adalah untuk memiliki keinginan dalam hal mencoba cara yang berbeda, mengembangkan sikap fleksibel dan menyesuaikan denga n cara yang lain, mencari alternatif cara jika suatu cara tidak bekerja, membandingkan suatu cara dengan cara yang lain, memperoleh kejelasan pengertian melalui saran dan pendapat orang lain dan saling memberikan semangat untuk menyelesaikan persoalan. Selain karena alasan yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti memilih pendekatan pembelajaran kooperatif karena materi yang sesuai disajikan dalam pembelajaran kooperatif adalah materi yang menuntut pemahaman-pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep atau prinsip serta masalah-masalah aktual. Materi keterampilan untuk menerapkan suatu konsep dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Jadi, dengan melihat kompetensi yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan pembelajaran ini, diharapkan hasil akhir dari pembelajaran akan memberi kontribusi positif dalam peningkatan pemahaman dan pemecahan masalah siswa.

Model pembelajaran kooperatif memiliki 5 variasi model pembelajaran. Namun model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Alasan peneliti memilih tipe STAD dalam penelitian ini karena menurut Slavin (2009) dalam bukunya yang berjudul

”Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik” mengatakan bahwa model yang

paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan strategi kooperatif adalah tipe STAD. Selaian itu, tipe STAD juga sesuai dengan paradigma baru pendidikan matematika dimana guru adalah sebagai fasilitator. Karena guru adalah sebagai fasilitator maka dalam pembelajaran ini siswa akan dibimbing untuk membangun pengetahuannya sendiri tentang kompetensi dasar yang hendak dicapai. Alasan terakhir mengapa peneliti memilih tipe STAD dalam penelitian ini adalah karena tipe STAD lebih teratur dan terkontrol serta lebih


(26)

9

terstruktur dalam pelaksanaannya. Jika dalam pembelajaran terjadi peluasan pembahasan, guru sebagai mediator akan lebih mudah mengontrol dan membatasi jika dibandingkan dengan tipe pembelajaran yang lain yang lebih banyak memungkinkan perluasan pembahasan yang tidak perlu. Dengan demikian waktu yang terbatas dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal.

Dalam penelitian ini, siswa dalam satu kelompok hanya terdiri dari 3 orang karena peneliti merencanakan tiap kelompok terdiri dari 1 orang berkemampuan tinggi, 1 orang berkemampuan sedang dan 1 orang berkemampuan rendah. Karena pembelajaran kooperatif menuntut keanggotaan yang heterogen, anggota kelompok yang terdiri dari 3 orang tersebut juga akan dipertimbangkan berdasarkan jenis kelamin, etnis dan warna kulitnya.

Dalam model pembelajaran ini penggunaan aplikasi software dirasakan perlu. Hal tersebut sesuai dengan alasan yang dinyatakan oleh Olsen dalam

tulisannya yang berjudul ” Top Ten Reason for Using Computers and Calculators

to Help Student Learn Mathematics ” yaitu : (1) dengan teknologi siswa dapat

melihat perubahan; (2) teknologi dapat menciptakan representasi yang tidak mungkin diciptakan dengan menggunakan papan tulis atau kertas; (3) siswa memiliki akses yang lebih dekat dengan masalah nyata; (4) siswa memiliki akses yang lebih untuk melakukan investigasi; (5) teknologi dapat menggabungkan isi pembelajaran; (6) siswa dapat melihat pola; (7) teknologi membantu siswa menuju pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajaran yang aktif; (8) siswa dapat fokus pada permasalahan dan seluruh proses pembelajaran tanpa harus bosan dengan perhitungan-perhitungan yang tidak perlu; (9) siswa berada dalam dunia nyata; (10) teknologi lebih cepat dan lebih akurat.

Selain karena alasan yang dinyatakan oleh Olsen tersebut, penggunaan media seperti komputer dalam pembelajaran juga sejalan dengan pemahaman teori belajar dari paham behaviorisme dan paham konstruktivisme. Saat ini, teori belajar yang dianjurkan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran adalah teori belajar yang sesuai dengan paham kontruktivisme. Namun walaupun demikian, penggunaan media juga telah didukung oleh paham behaviorisme yaitu paham yang muncul sebelum paham konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme


(27)

10

berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media atau alat. Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan teknologi komputer dengan aplikasi software Geogebra. Salah satu alasan sehingga peneliti memilih menggunakan software Geogebra karena software ini diciptakan khusus untuk menolong kesulitan siswa menengah atau SMP. Software ini diciptakan oleh Markus Hohenwarter di universitas Salzburg pada tahun 2004. Beberapa alasan terinci sehingga software Geogebra dipilih dalam penelitian ini adalah : (1) tool pada Geogebra adalah sederhana, tidak rumit dan tidak banyak sehingga tidak akan membuat siswa kebingungan; (2) setiap tampilan pada geometri window direpresentasikan dalam aljabar window dalam bentuk persamaan sehingga dapat mempermudah siswa jika ingin mengeskplorasi sifat-sifat, pola dari sesuatu hal; (3) fungsi atau kordinat titik dapat langsung dimasukkan dalam Input file dan akan tampil dalam geometri window. Dengan demikian dari Input file fungsi atau kordinat titik tersebut dapat diubah-ubah untuk eksplorasi; (4) dalam geometri window gambar dapat diubah-ubah secara dinamik sehingga dapat diamati; (5) dalam aljabar window, persamaan dapat diedit untuk menghasilkan tampilan geometri yang diharapkan sehingga memungkinkan juga untuk melakukan eksplorasi.

Sikap siswa terhadap matematika dengan bantuan Geogebra dalam penelitian ini juga akan dipertimbangkan. Sikap positif siswa terhadap matematika adalah salah satu tujuan dari pendidikan matematika di Indonesia. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 (Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa tujuan nomor 5 pelajaran

matematika di sekolah adalah agar para siswa : “Memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin ta hu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam


(28)

11

Sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu konsep, kumpulan idea atau kelompok individu. Matematika dapat diartikan suatu konsep atau ide abstrak yang penalarannya dilakukan secara deduktif aksiomatik. Sehingga matematika tersebut dapat disikapi oleh siswa secara berbeda-beda dengan kemungkinan akan menerima atau menolak matematika itu sendiri.

Sikap siswa terhadap matematika dapat berupa sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif adalah sikap yang dapat membantu siswa untuk menghargai mata pelajaran matematika dan membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya. Sebaliknya sikap negatif adalah kebalikan dari sikap positif itu sendiri yaitu sikap yang tidak dapat membantu siswa untuk menghargai mata pelajaran matematika dan tidak dapat membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya. Contoh sikap negatif siswa adalah adanya sebagian siswa tidak menyukai matematika. Penyebabnya di antaranya adalah persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasar pendapat orang lain, pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran yang kurang menarik hati siswa, pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru, persepsi yang terbentuk oleh kegagalan mempelajari matematika dan tidak mengetahui kegunaan matematika.

Agar siswa dapat menerima pelajaran matematika perlu ditanamkan sikap positif siswa terhadap matematika. Untuk menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika perlu diperhatikan bagaimana cara penyampaian matematika supaya menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan dan dapat dirasakan memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari- hari. Salah satu cara menumbuhkan sikap positif tersebut adalah melalui pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian, sikap positif terhadap matematika yang dimiliki siswa tersebut secara otomatis akan memberi pengaruh terhadap meningkatnya kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Pemahaman matematis, pemecahan masalah dan sikap adalah tujuan pendidikan matematika yang penting dalam pembelajaran matematika. Untuk


(29)

12

mencapai tiga hal tersebut, tidak lepas dari pemilihan model pembelajaran yang tepat yang dapat membantu siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator. Disisi lain, matematika sebagai ilmu abstrak memerlukan media dalam penyajiannya sehingga matematika dapat terlihat semakin nyata bagi setiap siswa, menyenangkan dan mudah dipahami. Media komputer yang dilengkapi dengan software Geogebra adalah media yang efektif untuk membantu pembelajaran siswa karena Software Geogebra adalah software yang sederhana, mudah dipahami, mudah digunakan dan mudah diamati oleh siswa dalam rangka membangun pengetahuannya. Dengan demikian, pembelajaran matematika akan menjadi menggairahkan dan tidak menakutkan bagi siswa. Sehingga diharapkan akan timbul sikap positif siswa terhadap matematika. Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk meneliti tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan teknologi komputer yang berorientasi pada aplikasi software Geogebra dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah jika ditinjau dari sikap siswa yang peneliti

kemas dalam judul penelitian ”Perbedaan Pemahaman Matematis dan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Sikap Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Bantuan Geogebra dan Tanpa Bantuan Geogebra”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Prestasi siswa dan mutu pendidikan di Indonesia menyerupai fenomena gunung es.

2. Prestasi siswa Indonesai rendah berdasarkan tiga hasil studi internasional yaitu PIRLS 2006, PISA 2006 dan PISA 2007.

3. Kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP di Indonesia rendah.

4. Hasil belajar Geometri siswa rendah.

5. Pendidikan matematika Indonesia berlawanan dengan tren global. 6. Siswa hanya terbiasa menyelesaikan soal-soal rutin bukan soal non rutin.


(30)

13

7. Pembelajaran geometri tanpa menggunakan alat bantu memerlukan waktu lama dan tidak maksimal.

8. Siswa cenderung memiliki sikap negatif terhadap matematika.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi, subjek penelitian, waktu penelitian dan variabel-variabel penelitian. Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri 4 Balige. Penelitian ini melibatkan siswa kelas IX. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas, varaiabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini dalah penerapan strategi pembelajaran STAD dengan berbantuan software Geogebra dengan pembanding pembelajaran STAD tanpa berbantuan software Geogebra dan sikap siswa yang terdiri atas sikap positif dan sikap negatif. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kemampuan materi prasayat. Variabel terikat dalam penelitian ini ada sebanyak dua yaitu kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil dengan meneliti permasalahan sebagai berikut :

1. Pemahaman matematis siswa SMP masih rendah.

2. Sikap siswa berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa.

3. Kemampuan pemecahan masalah siswa SMP masih rendah.

4. Sikap siswa berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. 5. Interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap

kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa.

6. Interaksi antara model pembelajarn dan sikap siswa terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa.


(31)

14

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD dengan menggunakan software Geogebra lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa menggunakan software Geogebra?

2. Apakah pemahaman matematis siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika?

3. Apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD menggunakan software Geogebra lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa software Geogebra?

4. Apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika?

5. Apakah terjadi interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa?

6. Apakah terjadi interaksi siginifikan antara sikap siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menelaah kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD dengan menggunakan software Geogebra dan siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan software Geogebra.


(32)

15

2. Menelaah kemampuan pemahaman matematis siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika dan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika.

3. Menelaah kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD menggunakan software Geogebra dan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa software Geogebra.

4. Menelaah kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika dan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika.

5. Menelaah interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa.

6. Menelaah interaksi antara sikap siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya terutama siswa, guru dan peneliti. Bagi para siswa diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah, menimb ulkan sikap positif siswa terhadap matematika, menambah pengalaman belajar bagi siswa dan menambah pengetahuan siswa tentang penggunaan software matematika dalam membantu belajar matematika. Bagi guru penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan pengelolaan pembelajaran matematika, memberi informasi bahwa belajar menggunakan software matematika dapat menjadi pilihan pembelajaran yang menyenangkan di kelas dan yang terakhir penelitian ini juga bermanfaat untuk memberi informasi bahwa sikap siswa terhadap matematika dapat berubah dari yang negatif menjadi positif dengan pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti


(33)

16

dalam pengelolaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

1.7 Asumsi dan Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Balige. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa siswa yang menjadi subjek penelitian sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tes kemampuan awal, tes pemahaman matematis, tes pemecahan masalah dan angket sikap siswa dalam materi Kesebanguna Bangun Datar. Selanjutnya siswa berperan aktif dalam kegiatan kelompok dan tidak didominasi oleh seorang anggota saja dan peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dalam Penelitian ini, penulis berperan sebagai motivator dan fasilitator hanya pada materi yang disajikan. Penulis juga menyediakan perangkat pembelajaran seperti soal materi prasyarat, soal tes pemahaman matematis, soal tes pemecahan masalah, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa dan Lembar Aktivitas Siswa dan angket sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.

1.8 Definisi Operasional

Berikut ini adalah istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dengan tujuan agar tidak terjadi salah paham terhadap beberapa istilah yang digunakan di dalam penelitian sehingga penelitian menjadi terarah. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Geogebra

Geogebra adalah sebuah program berupa software geometri dinamik yang menggabungkan antara aljabar dan geometri. Software ini dapat mengkontruksi titik, vektor segmen, garis, konik, dan fungsi yang dapat diubah secara dinamik.

2. STAD adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antar siswa dengan siswa dan antar siswa dengan guru untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasi materi pembelajaran.


(34)

17

3. Pemahaman Matematis.

Pemahaman matematis dalam penelitian ini mengacu pada Bloom (dalam Hasanah, 2004) yang meliputi pemahaman interpretasi, translasi dan ekstrapolasi.

4. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah- langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah; (2) merencanakan penyelesaian atau strategi penyelesaian yang sesuai; (3) melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang direncanakan; (4) memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh. 5. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika adalah suatu

kecenderungan seseorang untuk menolak atau menerima sesuatu konsep, kumpulan ide ataupun kumpulan individu dalam proses pembelajaran matematika. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika terbagi atas dua jenis yaitu sikap positif yang berupa penerimaan atas suatu konsep atau ide atau individu dalam matematika dan sikap negatif yang berupa penolakan terhadap suatu ide atau konsep atau individu dalam matematika. Dalam hal ini, alat yang digunakan untuk mengukur sikap siswa adalah angket. Angket sikap siswa terhadap pembelajaran matematika diberikan sebelum perlakuan.

6. Pretes adalah tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Dalam penelitian ini, pretes yang dimaksud mencakup materi prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari materi yang akan dibahas dalam penelitian.

7. Interaksi merupakan pengaruh antara variabel bebas terhadap salah satu kategori sampel.


(35)

260

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran kooperatif type STAD tanpa berbantuan Geogebra dan dengan berbantuan Geogebra yang menekankan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan pemecahan masalah dengan mempertimbangkan kemampuan awal dan sikap siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD dengan menggunakan software Geogebra lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa menggunakan software Geogebra.

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika.

3. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan STAD menggunakan Software Geogebra lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran STAD tanpa software Geogebra.

4. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif terhadap matematika.

5. Tidak terjadi interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa .

6. Tidak terjadi interaksi yang signifikan antara sikap siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman matematis atau kemampuan pemecahan masalah siswa


(36)

261

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran kooperatif berbantuan Geogebra yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut : 1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan bantuan software Geogebra adalah baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

b. Menumbuhkan dan menanamkan sikap positif dalam diri setiap siswa adalah penting dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kesulitan dalam belajar matematika yang bersifat abstrak juga dapat dibantu dengan menggunakan media yang relevan. Salah satunya adalah software Geogebra. Kedua tindakan diatas dapat memberikan kesan yang positif terhadap pembelajaran matematika. Dengan demikian, ketika guru ingin meingkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa, penanaman sikap positif siswa terhadap pembelajaran adalah penting. c. Pembelajaran kooperatif STAD dengan menggunakan bantuan software

Geogebra adalah baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


(37)

262

d. Sama halnya dengan kemampuan pemahaman matematis, ketika guru ingin meingkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, penanaman sikap positif siswa terhadap pembelajaran adalah penting.

e. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara signifikan adalah baik digunakan terhadap semua kelompok siswa baik siswa yang kelompok siswa yang berkemampuan rendah, sedang ataupun tinggi.

f. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara signifikan adalah baik digunakan terhadap siswa yang memiliki sikap positif ataupun negatif. 2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran kooperatif STAD dengan berbantuan Geogebra dengan menekankan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematis masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematis siswa.

b. Pembelajaran kooperatif STAD dengan berbantuan Geogebra dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematis siswa pada pokok bahasan kesebangunan sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.


(38)

263

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Geogebra dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematis siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Geogebra dalam meningkatkan kemampuan matematika lain dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di sekolah.


(39)

264

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir, 2011. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. (Online).

(http://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-

geometri-sesuai-teori- van- hiele-lengkap/, diakses 14 Mei 2012).

Agus, Nuniek Avianti. 2008. Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah 3. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional.

Ahmad, Defri. 2010. Kemampuan Matematis. (Online). (http://id.shvoong.com/exact-sciences/1961504-ke ma mpuan-mate mat is/, diakses 11 Januari 2011).

Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assessment (Eight Edition). Boston: Allyn and Bacon.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Biswal, Bhabagrahi dan Pramod Chandra Dash. (2009). Statistics In Education and Psychology. Delhi : Dominant Publishers and Distributors.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Intrumen Tes dan Non Tes dengan Manual, Kalkulator, Komputer.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djumanta, Wahyudin dan Dwi Susanti. 2008. Belajar Matematika Aktif dan Menyenangklan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Efendi, Ridwan. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia Dalam TIMSS. (Online).

(http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar%20HFI%202010/CD%20Procee


(40)

265

Erlina. 2010. Supermedia Mencari dan Menampilkan Sumber Mengajar dari Internet. Jakarta: Erlangga.

____________. Geogebra Tutorial. (Online).

(http://wiki.geogebra.org/en/Tutorial%3AMain_Page, diakses 18

Desember 2009).

Fergusson, G.A. 1989. Statistical Analisys In Psychology and Education, Sixth Edition, Singapore: Mc. Graw-Hill International Book Co.

Hasanah, A. 2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik . Bandung: Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Harmiati, Erni dan Agustin Rahayu. 2008. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Keruangan Siswa Melalui Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Komputer. Yogyakarta: Dinas pendidikan kota Yogyakarta.

Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. (Online).

(

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/, diakses 06 Maret 2011)

Isjoni, 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Jimbon. 2010. Pengajaran Matematika Salah Konsep. (Online). (http://edukasi.ko mpas.com/read/2010/ 01/ 21/ 07034329/Pengaja ran.Matemat ika .Sa lah. Konsep, diakses 15 Mei 2011).

Kadijevich, Djordje. 2008. TIMSS 2003: Relating Dimensions Of Mathematics Attitude To Mathematics Achievement : Serbia: Mathematical Institute of the Serbian Academy of Sciences and Arts


(41)

266

Karno. T. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: FIP IKIP

Kusmana, Agus. 2010. Aspek-Aspek Pemahaman Konsep. (Online).

(

http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html, diakses 6 Maret 2011).

Latief, M. 2011. 76,6 % Siswa SMP “Buta” Matematika. (Online). (http://properti.kompas.co m/read/2011/01/31/19444535/76.6.Persen.Siswa.SMP.Buta. Matematika, diakses 15 Mei 2011).

Lungan, Richard. 2006. Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lu, Yu-Wen Allison. 2008. Linking Geometry and Algebra: A multiple-case study

of Upper-Secondary mathematics teachers’conceptions and practices

Geogebra in England and Taiwan. Cambridge: University of Cambridge.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manurung, Sri Lestari. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Geogebra. Medan: Universitas Negeri Medan.

Marzuki, Ahmad. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Masduki, Ichwan dan Budi Utomo. 2007. Matematika IX untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_______. Mathematical Power For All Student K-1. (Online).

(http://fcit.usf.edu/fcat8m/resource/mathpowr/fullpower.pdf, diakses 15 Mei 2011).

Mehanovic, Sanela. 2011. The Potential and Challenges of the Use of Dynamic


(42)

267

Work with Integrals in Geogebra Based Environments. Sweden : Department of Mathematics Linkoping University.

Mehdiyev, Rafiq. 2009. Exploring students’ learning experiences when using a Dynamic Geometry Software (DGS) tool in geometry class at a secondary school in Azerbaijan. Netherlands: Universitas van Amsterdam.

Muncarno. 2008. Penerapan Model Penyelesaian Soal Cerita dengan Langkah-langkah Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SMP, Lampung : LPMP Lampung.

Muslich, Masnur. 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konsteksual. Jakarta : Bumi Aksara.

Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.

Netter, John, dkk. 2005.Applied Linear Statistical Models, New York : McGraw Hill.

Nicolaidou, Maria, George Philippou. 2003. Attitudes Towards Mathematics, Self-Efficacy and Achievement In Problem Solving, European Research In Mathematics Education III

NK, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

______. 2010. Pengajaran Matematika Salah Konsep. (Online).

(http://matsmpmalangkota.blogspot.com/2010/01/pengajaran-

matematika-salah-konsep.html, diakses 8 Januari 2011).

_______. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. (Onine). (http://s3.amazonaws.com/ppt-download/standarisi-

111012132653-phpapp02.ppt?response-content-disposition=attachment&Signature=bvlaWGmr7d3cKxDSPi9%2B%2BnX 4REY%3D&Expires=1338224480&AWSAccessKeyId=AKIAI6DXMW

X6TBWAHQCQ, diakses 12 Desember 2009).

______. Peringkat Indonesia di TIMSS. (Online).

(http://jardiknas.kemdiknas.go.id/index.php?option=com_kunena&Itemid

=437&func=view&catid=31&id=1572, diakses 8 januari 2011).


(43)

268

Purba, Glory. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Type STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang Berorientasikan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Medan: Universitas Negeri Medan.

Rahayuningsih, Sri Utami. 2008. Psikologi Umum 2. (Online). http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=psiko logi%20u mu m%202%20%E2%80% 93%20bab%201%3A%20sikap%20%28attitude%29&source=web&cd=1&ved=0CEw QFjAA&url=http%3A%2F%2Fnurul_q.staff.gunadarma.ac.id%2FDown loads%2Ffiles

%2F9095%2Fbab1-sikap-1.pdf&e i=jzXxT_atKsXWrQeDwd29DQ&usg=AFQjCNFzRg6v Bj3X7iPZNEWA4e 2 ATY1h VQ&cad=rja, diakses 28 Juni 2012.

Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, H.E.T. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainny. Semarang : IKIP Semarang Press.

Samani, Muchlas. 2008. Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Seltman, Howard J. 2012. Experimental Design and Analysis.

Setiawan dkk. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya : Program Pascasarjana IKIP Surabaya.

Shadiq, Fadjar. Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap Dalam

Pembelajaran Matematika. (Online).

(http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/12/08-afektif_limas_1.pdf,

diakses 10 Juni 2011).

Sinaga, B. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana IKIP Surabaya.


(44)

269

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhiny. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : PT Indeks.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Stone, Randi. 2009. Cara-cara Terbaik Mengajarkan Matematika. Jakarta : Indeks.

Sudijono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sudijon, Anas. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sudjana. 1983. Teknik Analisi Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung:

Tarsito.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, E dan Winataputra U. 1993. Strategi Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.

Sugiyono, D.R. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suilaiman, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperime. Jakarta: Rineka Cipta.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sutrisno, 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kreativitas Siswa dalam Belajar Matematika dengan Model Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas IX. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tim MKBPM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

Erlina. 2010. Supermedia Mencari dan Menampilkan Sumber Mengajar dari Internet. Jakarta: Erlangga.

____________. Geogebra Tutorial. (Online).

(http://wiki.geogebra.org/en/Tutorial%3AMain_Page, diakses 18 Desember 2009).

Fergusson, G.A. 1989. Statistical Analisys In Psychology and Education, Sixth Edition, Singapore: Mc. Graw-Hill International Book Co.

Hasanah, A. 2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematik . Bandung: Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Harmiati, Erni dan Agustin Rahayu. 2008. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Keruangan Siswa Melalui Pembelajaran Geometri Berbantuan Program Komputer. Yogyakarta: Dinas pendidikan kota Yogyakarta.

Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf. 2010. Mutu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. (Online). (http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/, diakses 06 Maret 2011)

Isjoni, 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Jimbon. 2010. Pengajaran Matematika Salah Konsep. (Online). (http://edukasi.ko mpas.com/read/2010/ 01/ 21/ 07034329/Pengaja ran.Matemat ika .Sa lah. Konsep, diakses 15 Mei 2011).

Kadijevich, Djordje. 2008. TIMSS 2003: Relating Dimensions Of Mathematics Attitude To Mathematics Achievement : Serbia: Mathematical Institute of the Serbian Academy of Sciences and Arts


(2)

Karno. T. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: FIP IKIP

Kusmana, Agus. 2010. Aspek-Aspek Pemahaman Konsep. (Online). (http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html, diakses 6 Maret 2011).

Latief, M. 2011. 76,6 % Siswa SMP “Buta” Matematika. (Online). (http://properti.kompas.co m/read/2011/01/31/19444535/76.6.Persen.Siswa.SMP.Buta. Matematika, diakses 15 Mei 2011).

Lungan, Richard. 2006. Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lu, Yu-Wen Allison. 2008. Linking Geometry and Algebra: A multiple-case study of Upper-Secondary mathematics teachers’conceptions and practices Geogebra in England and Taiwan. Cambridge: University of Cambridge.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manurung, Sri Lestari. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Geogebra. Medan: Universitas Negeri Medan.

Marzuki, Ahmad. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Masduki, Ichwan dan Budi Utomo. 2007. Matematika IX untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_______. Mathematical Power For All Student K-1. (Online). (http://fcit.usf.edu/fcat8m/resource/mathpowr/fullpower.pdf, diakses 15 Mei 2011).

Mehanovic, Sanela. 2011. The Potential and Challenges of the Use of Dynamic Software in Upper Secondary Mathematics Students’ and Teachers’


(3)

Work with Integrals in Geogebra Based Environments. Sweden : Department of Mathematics Linkoping University.

Mehdiyev, Rafiq. 2009. Exploring students’ learning experiences when using a Dynamic Geometry Software (DGS) tool in geometry class at a secondary school in Azerbaijan. Netherlands: Universitas van Amsterdam.

Muncarno. 2008. Penerapan Model Penyelesaian Soal Cerita dengan Langkah-langkah Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SMP, Lampung : LPMP Lampung.

Muslich, Masnur. 2008. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konsteksual. Jakarta : Bumi Aksara.

Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.

Netter, John, dkk. 2005.Applied Linear Statistical Models, New York : McGraw Hill.

Nicolaidou, Maria, George Philippou. 2003. Attitudes Towards Mathematics, Self-Efficacy and Achievement In Problem Solving, European Research In Mathematics Education III

NK, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

______. 2010. Pengajaran Matematika Salah Konsep. (Online). (http://matsmpmalangkota.blogspot.com/2010/01/pengajaran- matematika-salah-konsep.html, diakses 8 Januari 2011).

_______. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. (Onine). (http://s3.amazonaws.com/ppt-download/standarisi-

111012132653-phpapp02.ppt?response-content-disposition=attachment&Signature=bvlaWGmr7d3cKxDSPi9%2B%2BnX 4REY%3D&Expires=1338224480&AWSAccessKeyId=AKIAI6DXMW X6TBWAHQCQ, diakses 12 Desember 2009).

______. Peringkat Indonesia di TIMSS. (Online). (http://jardiknas.kemdiknas.go.id/index.php?option=com_kunena&Itemid =437&func=view&catid=31&id=1572, diakses 8 januari 2011).


(4)

Purba, Glory. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Type STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang Berorientasikan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Medan: Universitas Negeri Medan.

Rahayuningsih, Sri Utami. 2008. Psikologi Umum 2. (Online).

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=psiko logi%20u mu m%202%20%E2%80% 93%20bab%201%3A%20sikap%20%28attitude%29&source=web&cd=1&ved=0CEw QFjAA&url=http%3A%2F%2Fnurul_q.staff.gunadarma.ac.id%2FDown loads%2Ffiles

%2F9095%2Fbab1-sikap-1.pdf&e i=jzXxT_atKsXWrQeDwd29DQ&usg=AFQjCNFzRg6v Bj3X7iPZNEWA4e 2 ATY1h VQ&cad=rja, diakses 28 Juni 2012.

Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, H.E.T. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainny. Semarang : IKIP Semarang Press.

Samani, Muchlas. 2008. Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Seltman, Howard J. 2012. Experimental Design and Analysis.

Setiawan dkk. 1997. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya : Program Pascasarjana IKIP Surabaya.

Shadiq, Fadjar. Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap Dalam

Pembelajaran Matematika. (Online).

(http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/12/08-afektif_limas_1.pdf, diakses 10 Juni 2011).

Sinaga, B. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana IKIP Surabaya.


(5)

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhiny. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : PT Indeks.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Stone, Randi. 2009. Cara-cara Terbaik Mengajarkan Matematika. Jakarta : Indeks.

Sudijono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sudijon, Anas. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sudjana. 1983. Teknik Analisi Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung:

Tarsito.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, E dan Winataputra U. 1993. Strategi Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.

Sugiyono, D.R. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktinya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suilaiman, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperime. Jakarta: Rineka Cipta.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sutrisno, 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kreativitas Siswa dalam Belajar Matematika dengan Model Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas IX. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tim MKBPM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Tim Supermath, 2007. Strategi Pemecahan Masalah Matematika SD. Jakarta : Literatur Media Sukses.

Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Olsen, James. Top Ten Reason for Using Computers and Calculators to Help Student Learn Mathematic. (Online). (http://faculty.wiu.edu/JR-Olsen/wiu/tea/top10tech.ppt, diakses 22 Mei 2011).

Van De Walle, John. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan dan Pengajaran (edisi keenam). Jakarta : Erlangga. Whardani, Sri dan Rumiati. 2011. Modul Matematika SMP Program Bermutu

Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP : Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Yudhi, 2010. Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika. (Online), (http://www.pembelajaranmatematika.tk/news/sikap-positif-siswa-terhadap- matematika/, diakses 22 Mei 2011)

Zakaria, Effandi, dkk. 2010. The Effect of Cooperative Learning on Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics. Malaysia: Department of Methodology and Educational Practise University Kebangsaan Malaysia.

________. Tehnik Pengukuran Skala. (Online)

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/risetbisnis_pdf/06_bab_4_s kala.pdf, diakses 28 Juni 2012.

_______. (Online).

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=bab-1-5%20angket%20matematika&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CEsQFjAA&url =http%3A%2F%2Farniatiu.files.wordpress.com%2F2010%2F12%2Fbab-1-

5.docx&ei=wzTxT9K3EI7rrQfxvYm-DQ&usg=AFQjCNEkuH5aOADyLTS2WKhJm4VtnuF6Ag&cad=rja, diakses 28 Juni 201


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA.

0 6 47

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN TANPA GEOGEBRA DI SMPN 22 MEDAN.

2 6 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF MATEMATIS SISWA MTS.

0 2 43

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP, SPASIAL MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP.

5 21 49

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN BANTUAN MEDIA SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN GEOMETRI SISWA SMP.

3 4 34

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBATUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 41

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BIDAK BANTUAN INDIVIDUAL DALAM KELOMPOK.

0 1 52

Pengaruh Pembelajaran Berbatuan Geogebra terhadap Pemahaman Konsep Matematis ditinjau dari Gaya Kognitif

0 0 8

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI KELAS

0 0 100