Tinjauan Yuridis Kriminologis terhadap Praktik Pemberian Pelayanan Seks kepada Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri dalam Rangka Mencegah Tindak Pidana Korupsi.
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS-KRIMINOLOGIS TERHADAP PRAKTIK
PEMBERIAN PELAYANAN SEKS KEPADA PENYELENGGARA
NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI DALAM RANGKA MENCEGAH
TINDAK PIDANA KORUPSI
SANDY ALETTA SINAGA
110110090183
Berbagai macam bentuk korupsi semakin berkembang dan saat ini
fenomena baru yang menjadi sorotan adalah pemberian pelayanan seks
kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri yang dapat
mengganggu independensi kinerjanya. Penelitian ini hendak menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik ini serta mengetahui
apakah peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya UndangUndang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya Pasal 12 B
yang melarang mengenai gratifikasi sudah mengakomodir praktik ini.
Metode penelitian yang digunakan bersifat Yuridis-Kriminologis
yang menitikberatkan pada data primair dan data sekunder berupa bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier seperti peraturan perundangundangan, buku, literatur, surat kabar, dan penelitian lapangan yang
selanjutnya dianalisis. Penelitian ini juga dibantu dengan teori – teori
dalam Ilmu Kriminologi seperti Teori Diferensiasi Asosiasi, Teori Kontrol,
serta Teori Sub-Kultur dan Teori Konflik Budaya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya praktik ini yang jika dikelompokkan secara
garis besar terbagi menjadi dua, yakni faktor internal penyelenggara
negara/pegawai negeri yang memiliki personal control yang lemah
sehingga dalam memenuhi kebutuhan seksnya memilih melalui cara-cara
yang menyimpang dan faktor eksternal yang dilihat dari keadaan keluarga
yang tidak harmonis dan lingkungan kerja para penyelenggara negara
atau pegawai negeri yang sudah akrab dengan praktik ini, serta ditambah
dengan keberadaan norma hukum yang tidak tegas melarangnya
sehingga tidak memberikan preventif umum bagi penyelenggara
negara/pegawai negeri. Selain itu, diperoleh pula hasil bahwa UndangUndang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
khususnya Pasal 12 B belum mengakomodir praktik ini.
iv
ABSTRACT
JURIDICAL-CRIMINOLOGICAL REVIEW OVER THE PRACTICE OF
PROVISION OF SEXUAL SERVICE TO STATE OFFICIALS AND CIVIL
SERVANTS IN ORDER TO PREVENT CORRUPTION
SANDY ALETTA SINAGA
110110090183
Many forms of corruption are getting various and nowadays we
face new form of corruption. That is a practice of provision of sexual
service to state officials and civil servants which can interfere their
independency. This research will analyze what factors causing this
practice and if Indonesia’s provision, Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, especially Article 12 B about
gratification also prohibits this practice.
This research uses juridical-criminological methods which emphasis
on primary data and secondary data which include primary legal object,
secondary legal material, and tertiary legal material such as regulation,
books, literature, newspapers, and field research which will be analyzed in
the end. This research also uses Criminology Theory such as Differential
Association Theory, Control Theory, Sub-Culture Theory, and Culture
Conflict Theory.
The results of this research found that this practice is caused by two
big factors, first internal factor from the public officers who have weak
personal control so they fulfill their sexual need in the wrong way. Second,
external factor viewed by the inharmonious situation of their family, work
environments which are common with this practice, and there is no written
law that prohibits strictly which is actually can take a role as preventive
function. Beside that, through this research is also found that UndangUndang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001,
especially Article 12 B have not prohibited this practice hence the doers
can not be punished by this rule.
v
TINJAUAN YURIDIS-KRIMINOLOGIS TERHADAP PRAKTIK
PEMBERIAN PELAYANAN SEKS KEPADA PENYELENGGARA
NEGARA ATAU PEGAWAI NEGERI DALAM RANGKA MENCEGAH
TINDAK PIDANA KORUPSI
SANDY ALETTA SINAGA
110110090183
Berbagai macam bentuk korupsi semakin berkembang dan saat ini
fenomena baru yang menjadi sorotan adalah pemberian pelayanan seks
kepada penyelenggara negara atau pegawai negeri yang dapat
mengganggu independensi kinerjanya. Penelitian ini hendak menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik ini serta mengetahui
apakah peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya UndangUndang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya Pasal 12 B
yang melarang mengenai gratifikasi sudah mengakomodir praktik ini.
Metode penelitian yang digunakan bersifat Yuridis-Kriminologis
yang menitikberatkan pada data primair dan data sekunder berupa bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier seperti peraturan perundangundangan, buku, literatur, surat kabar, dan penelitian lapangan yang
selanjutnya dianalisis. Penelitian ini juga dibantu dengan teori – teori
dalam Ilmu Kriminologi seperti Teori Diferensiasi Asosiasi, Teori Kontrol,
serta Teori Sub-Kultur dan Teori Konflik Budaya.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya praktik ini yang jika dikelompokkan secara
garis besar terbagi menjadi dua, yakni faktor internal penyelenggara
negara/pegawai negeri yang memiliki personal control yang lemah
sehingga dalam memenuhi kebutuhan seksnya memilih melalui cara-cara
yang menyimpang dan faktor eksternal yang dilihat dari keadaan keluarga
yang tidak harmonis dan lingkungan kerja para penyelenggara negara
atau pegawai negeri yang sudah akrab dengan praktik ini, serta ditambah
dengan keberadaan norma hukum yang tidak tegas melarangnya
sehingga tidak memberikan preventif umum bagi penyelenggara
negara/pegawai negeri. Selain itu, diperoleh pula hasil bahwa UndangUndang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia
khususnya Pasal 12 B belum mengakomodir praktik ini.
iv
ABSTRACT
JURIDICAL-CRIMINOLOGICAL REVIEW OVER THE PRACTICE OF
PROVISION OF SEXUAL SERVICE TO STATE OFFICIALS AND CIVIL
SERVANTS IN ORDER TO PREVENT CORRUPTION
SANDY ALETTA SINAGA
110110090183
Many forms of corruption are getting various and nowadays we
face new form of corruption. That is a practice of provision of sexual
service to state officials and civil servants which can interfere their
independency. This research will analyze what factors causing this
practice and if Indonesia’s provision, Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, especially Article 12 B about
gratification also prohibits this practice.
This research uses juridical-criminological methods which emphasis
on primary data and secondary data which include primary legal object,
secondary legal material, and tertiary legal material such as regulation,
books, literature, newspapers, and field research which will be analyzed in
the end. This research also uses Criminology Theory such as Differential
Association Theory, Control Theory, Sub-Culture Theory, and Culture
Conflict Theory.
The results of this research found that this practice is caused by two
big factors, first internal factor from the public officers who have weak
personal control so they fulfill their sexual need in the wrong way. Second,
external factor viewed by the inharmonious situation of their family, work
environments which are common with this practice, and there is no written
law that prohibits strictly which is actually can take a role as preventive
function. Beside that, through this research is also found that UndangUndang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001,
especially Article 12 B have not prohibited this practice hence the doers
can not be punished by this rule.
v