PENDEKATAN INDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Sumedang.
PENDEKATAN INDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Sumedang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Bahasa Jepang
Oleh :
Eulis Herliawati M 1101119
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG SEKOLAH MENENGAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENDEKATAN INDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG
(Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA I SMAN I Sumedang)
Oleh
Eulis Herliawati M
S.Pd IKIP BANDUNG 1994
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Eulis Herliawati M 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN/PERSETUJUAN
Disetujui dan disyahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed. NIP. 196605071996011001
Pembimbing II
Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed. NIP. 195201281982031002
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Jepang SPs UPI
Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed. NIP. 195201281982031002
(4)
ABSTRAK
Selama ini pengajaran tata bahasa Jepang dilakukan dengan pendekatan deduktif, yaitu diawali dengan menyajikan pola kalimat kemudian penjelasan disertai dengan contohnya. Pendekatan ini cenderung hanya mengisi kepala siswa dengan informasi tentang tata bahasa Jepang, sehingga siswa cenderung menjadi objek belaka. Padahal kurikulum yang berlaku menuntut siswa untuk memiliki daya nalar yang tinggi serta berpikir kritis.
Dalam penelitian ini penulis mencoba pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang pada siswa SMAN I Sumedang untuk mengetahui apakah pendekatan ini lebih baik daripada pendekatan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen pada kelas XI IPA-1, sedangkan kelas kontrolnya kelas XI IPA-2 diterapkan pendekatan deduktif.
Hasil analisis data diketahui bahwa kelas eksperimen jauh lebih baik pemahaman tata bahasanya dibanding kelas kontrol, sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Selain itu, pendekatan deduktif mendapat sambutan positif dari para siswa karena dianggap dapat meningkatkan motivasi, lebih memahami materi yang diberikan, dan pemahaman tersebut bertahan lebih lama lagi. Masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti seperti penerapan teknik induktif dalam bidang yang lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis.
(5)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………
...
…………
i
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah………...………. 5
C. Tujuan Penelitian………..……… . 6
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Populasi dan Sampel Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan... 8
BAB II KAJIAN TEORI... 9
A. Kurikulum dan Bahasa Jepang di SMA... 9
1. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Jepang... 10
2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Jepang... 10
3. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Jepang... 12
4. Standar Kompetensi... 12
5. Rambu- Rambu Kurikulum 2004... 13
B. Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa... 14
1. Pendekatan Pembelajaran Bahasa... ... 15
(6)
b. Pendekatan Nativisme... 16
c. Pendekatan Kognitif... 16
d. Pendekatan Struktural... 17
e. Pendekatan Kontekstual... 17
f. Pendekatan Komunikatif... 17
2. Metode Pengajaran Bahasa... 18
a. Motede Tata Bahasa... 19
b. Metode Terjemahan... 22
c. Metode Audio Lingual... 22
d. Metode langsung... 27
e. Metode Respon Fisik Total... 29
f. Metode Eklektik... 31
g. Metode Student Team Achievement Division... 33
h. Metode Jigsaw………. 35
3. Teknik Pembelajaran Bahasa……….... 36
a. Teknik Ceramah………..… 38
b. Teknik Tanya Jawab... 38
c. Teknik Diskusi... 38
d. Teknik Pemberian Tugas... 39
e. Teknik Bermain Peran... 39
C. Teori Belajar ... 40
(7)
b. Teori Gestalt... 40
c. Teori Kognitivisme... 41
d. Teori Konstruktivisme... 42
e. Teori Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)... 42
f. Contextual Teaching and Learning (CTL)... 43
D. Penerapan Teknik Deduktif dan Induktif Dalam Pengajaran Bahasa Jepang……….. 44
E. Hasil Penelitian Terdahulu……… 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
A. Metode yang Digunakan... 51
B. Teknik Pengumpulan Data... 51
1. Jenis Data dan Instrumen Penelitian... 51
2. Sumber Data (Populasi dan Sampel)……….… 52
C. Teknik Analisa Data……….. 52
D. Hasil Uji Coba Instrumen………. 54
E. Prosedur Penelitian………...………. 56
BAB IV ANALISIS
DATA DAN PEMBAHASAN………
..
….
58
A. Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen……….. 58
B. Analisis Data………..…….. 60
(8)
2. Analisis Data Hasil Penyebaran Angket……….…… 65
C. Pembahasan………. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 71
A. Kesimpulan... 71
B. Saran... 72
DAFTAR PUSTAKA... 73
LAMPIRAN... 76
Rancangan Pembelajaran... 76
Pelaksanaan Pembelajaran ... 88
Power Point Pembelajaran... 119
Instrumen Tes... 124
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia sebagai makhluk pengembang tugas kekholifahan di bumi akan menjadi dinamis untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan juga bisa dianggap sebagai cara yang paling penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia yaitu sebagai makhluk yang harus dididik, makhluk yang dapat dididik dan makhluk yang dapat mendidik. Salah satu wujud dari proses pendidikan adalah adanya kegiatan belajar.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi setelah seseorang menempuh proses belajar, perlu adanya evaluasi. Begitu pula halnya dengan siswa yang mengikuti suatu proses pendidikan selalu diadakan penilaian untuk mengukur ketercapaian hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas lulusan pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa jauh guru itu mampu mengelola dan mengolah segala komponen pendidikan melalui proses pembelajaran. Meskipun sarananya lengkap tetapi jika guru tidak mampu mengolah sarana melalui proses pembelajaran, maka kualitas pendidikan akan terasa hambar. Ibarat makanan, guru adalah juru masak yang senantiasa memiliki
(10)
2
kemampuan meramu bumbu sehingga makanan menjadi lezat.
Pembelajaran juga mempunyai pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi baik atau rendah mutunya. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan seorang pengajar atau guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga menghasilkan sesuai dengan apa yang diinginkan pada tujuan pendidikan.
Mulyasa (2008: 162) menjelaskan bahwa “guru merupakan faktor penting yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil
tidaknya peserta didik dalam belajar”.
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (fasilitate
of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
belajar yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan terbuka. Murid menjadi aktif, suasana belajar tidak membosankan.
Guru yang profesional dituntut untuk mampu memilih pendekatan pembelajaran yang bagaimana yang bisa membuat siswa menjadi aktif. Dalam konteks ini sebuah pembelajaran akan berjalan dengan baik, jika berlangsung interaksi yang intens antara siswa, sumber belajar, dan lingkungan yang telah direkayasa sedemikian rupa oleh guru dan sekolah. Sekarang dan ke depan, sekolah diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental (Kunandar, 2007: 37). Dengan demikian, persaingan dalam semua aspek kehidupan ini membutuhkan guru yang visioner, kompeten, berdedikasi tinggi dan mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif.
(11)
3
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, aktifitas pembelajaran diarahkan untuk memperdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan, dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik (Majid, 2008: 24).
Proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pembelajaran, dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. Artinya jika guru menguasai materi pelajaran diharuskan menguasai metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik (Sagala, 2003: 64).
Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada sebuah pemikiran, bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Sekolah menjadi dunia nyata baginya. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Peserta didik membutuhkan guru sebagai pengarah dan pembimbing, sehingga siswa menjadi aktif. Rohani (2004: 9-10)
mengatakan bahwa “guru hanyalah merangsang keaktifan siswa dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengelola dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing”. Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik harus aktif. Guru idealnya dapat memilih dan menggunakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, kreatif dan mandiri.
(12)
4
Proses pembelajaran pada lazimnya disampaikan dengan metode tradisional. Strategi pembelajaran tradisional lebih sering menggunakan metode ceramah dengan kondisi siswa yang pasif menerima keterangan atau kaidah dari guru melalui hafalan, mendengar dan mencatat yang pada akhirnya proses pembelajaran menjadi kurang efektif.
Pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran pilihan di SMA yang diberikan agar siswa memiliki kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, memberikan pendapat, dan menulis secara baik (Kurikulum 2004). Bahasa Jepang diberikan sebagai alat untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Demikian, tuntutan pelajaran bahasa Jepang berdasarkan kurikulum 2004 yang sebagian besar masih diberlakukan pada beberapa sekolah.
Dalam prakteknya, pengajaran bahasa Jepang di SMA lebih menekankan terhadap pada kemampuan berbicara dan menyimak yang didasari oleh penguasaan materi tata bahasa. Penyampaian materi tata bahasa masih memegang peranan penting yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan dalam berkomunikasi tadi. Para guru dalam pengajaran materi tata bahasa Jepang umumnya masih mengunakan pendekatan deduktif karena buku-buku ajar yang digunakannya menyajikan materi seperti itu. Penulis mengamati bahwa pengajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif memang lebih cepat bisa diserap oleh siswa, tetapi kurang merangsang siswa untuk memunculkan sifat kritis dan meningkatkan daya nalar. Karena mereka biasa disuapi dengan cara diberi informasi oleh para guru.
(13)
5
tentang materi tata bahasa secara deduktif, yaitu dengan cara menyajikan pola kalimat, kemudian diberikan contoh dan diakhiri dengan latihan. Kelemahan dari pendekatan deduktif ini daya nalar siswa kurang, siswa cenderung pasif karena siswa hanya menerima pelajaran dan mengikuti latihan sesuai dengan instruksi guru, sehingga daya kreasi siswa pun kurang.
Dengan melihat fenomena seperti ini, peneliti ingin menyajikan suatu pendekatan yang bisa membuat siswa menjadi aktif, daya nalar meningkat sehingga kreasi siswapun meningkat. Sesuai dengan instruksi dari pemerintah agar siswa mempunyai daya nalar yang tinggi, serta memiliki kemampuan mencipta atau menyimpulkan sesuatu hal. Kalau siswa sudah aktif maka kecenderungan kemampuanpun akan meningkat.
Hal ini dibuktikan oleh peneliti sebelumnya Darmilah (2008) skripsi yang
berjudul “Model Pembelajaran Induktif dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Di SMP”. Hasil rata-rata pretest di kelas eksperimen 6,93 dan rata-rata pos testnya 11,13. Sedangkan rata-rata pre test di kelas kontrol 6,60 dan rata-rata pos test-nya 7,15. Nilai rata-rata post test kelas eksperimen jauh lebih baik dari nilai rata-rata post test kelas kontrol.
Dengan melihat hasil penelitian terdahulu peneliti ingin menerapkan di pelajaran bahasa Jepang khususnya di pelajaran tata bahasa menggunakan pendekatan induktif. Penulis mengambil pelajaran tata bahasa karena tata bahasa adalah mata pelajaran yang paling banyak diajarkan pada pelajaran bahasa Asing untuk anak SMA. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba menerapkan pendekatan induktif dalam pengajaran bahasa Jepang pada siswa SMA.
(14)
6
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa terhadap materi tata bahasa Jepang dengan diterapkannya pendekatan induktif? Dari masalah umum ini penulis menjabarkannya lagi ke dalam beberapa rumusan masalah berikut.
1. Bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa setelah diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang?
2. Bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa setelah diterapkan pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang?
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan pendekatan induktif dan deduktif pada diri siswa?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pendekatan induktif?
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian dalam lingkup materi tata bahasa Jepang yang diberikan pada siswa kelas XI SMA pada semester II berdasarkan kurikulum 2004.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apakah ada perbedaan yang signifikan tingkat penguasaan siswa terhadap tata bahasa Jepang setelah diterapkan pendekatan induktif dibanding dengan pendekatan deduktif. Secara rinci dijabarkan lagi ke dalam beberapa tujuan berikut.
(15)
7
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa setelah diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang.
2. Mendeskripsikan bagaimana penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa setelah digunakan pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang.
3. Melihat ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan pendekatan induktif dan deduktif pada diri siswa.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pendekatan induktif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, terutama dalam bidang pendidikan bahasa Jepang. Secara teoritis diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bidang pendidikan, khususnya teori yang berhubungan dengan metode dan pendekatan dalam pengajaran bahasa Jepang di sekolah.
Secara praktis diharapkan dapat menunjukkan kelebihan dan kekurangan peranan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang khususnya di SMA. Selama ini pengajaran tata bahasa umumnya disajikan dengan pendekatan deduktif yang diduga kurang membantu dalam merangsang munculnya kreatifitas dan daya nalar siswa karena hanya dijejali dengan informasi saja. Pendekatan induktif berperan sebaliknya, siswa dituntut untuk berpikir kritis dan menggunakan daya nalar untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan. Dengan demikian, harapan kurikulum akan munculnya kreatiftas dan daya nalar siswa melalui pendekatan ini dapat dilatih.
(16)
8
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMAN I Sumedang kelas XI, sedangkan sampelnya dipilih siswa kelas XI IPA I dan XI IPA VII.
F. Sistematika Penulisan
Pada bagian berikutnya sususunan tesis ini terdiri atas atas bab II sampai dengan bab V. Pada bab II disajikan tentang kajian teori yang di dalamnya membahas tentang kurikulum SMA pendekatan dan metode pembelajaran, serta penelitian terdahulu.
Bab III menyajikan metode penelitian yang di dalamnya memuat jenis metode yang digunakan, rancangan eksperimen, teknik pengumpulan data termasuk instrumen penelitian yang digunakannya, teknik analisis data dan cara pengambilan kesimpulan penelitian ini.
Bab IV memuat hasil analisis data dan pembahasan yang ditujukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada teknik yang telah disajikan pada bab III. Bab V terdiri atas bagian simpulan dan saran.
(17)
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan
Penelitian ini berusaha untuk melihat efektifitas penerapan teknik induktif dibanding dengan teknik deduktif yang selama ini digunakan dalam pengajaran materi tata bahasa Jepang di SMAN I Sumedang. Oleh karena itu, metode yang digunakannya adalah metode eksperimental.
Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan terhadap kelas XI IPA I, sedangkan sebagai kelas kontrolnya dilakukan terhadap kelas XI IPA VII. Kelas eksperimen diberi perlakukan dengan cara menggunakan teknik induktif, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan melalui teknik deduktif yang biasa digunakan dalam pengajaran materi tata bahasa Jepang.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa prestasi siswa tentang pemahamannya terhadap materi tata bahasa Jepang yang bersumber dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini diperlukan informasi tentang tanggapan, kesan dan pesan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan teknik induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang. Oleh karena itu, ada dua jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
(18)
52
penelitian ini, yaitu yang berupa tes dan angket. Tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif, sedangkan angket digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif.
2. Sumber Data (Populasi dan Sampel)
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari para siswa, yaitu siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berupa prestasi atau tingkat pemahaman terhadap penguasaan materi tata bahasa Jepang setelah diberikan perlakuan. Sementara itu, untuk data kualitatif hanya bersumber dari kelas eksperimen saja, karena hanya berupa kesan dan tanggapan siswa terhadap penerapan teknik induktif.
Oleh karena itu, populasi penelitian ini adalah siswa SMAN I sumedang yang mempelajari bahasa Jepang, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas XI IPA I dan IPA VII. Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik purposif (bertujuan). Sutedi (2009) menjelaskan bahwa teknik penyampelan purposif dapat dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan yang dianggap logis.
Adapun alasan dipilihnya kedua kelas XI IPA tersebut dengan beberapa pertimbangan berikut.
a. Kedua kelas ini memiliki kemampuan yang hampir seimbang berdasarkan hasil pengukuran atau prestasi pada semester sebelumnya.
b. Jumlah jam belajar pada kedua kelas ini sama dengan guru yang sama pula. c. Keaktifan kedua kelas tersebut dalam kegiatan belajar mengajar juga relatif sama.
C. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik komparansional untuk mencari perbandingan mean kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(19)
53
Mengingat dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yaitu nilai hasil tes kelas eksperimen dan nilai hasil tes kelas kontrol, maka statistik yang digunakannya melalui pengukuran nilai t-hitung. Dengan demikian tarap signifikasinya akan dilihat dengan cara membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.
Langkah-langkah perhitungan yang ditempuhnya secara manual mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sutedi (2009), yaitu melalui tahap-tahap berikut. 1. Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut.
x
M =
1 N x 2 N y
My
2. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus berikut.
2 1 2 Mx N x
Sdx 2
2 2
My N
y
Sdy
3. Mencari standar error mean kedua variabel tersebut dengan rum−us berikut.
1 N Sd SEM x x 2 N Sd SEMy y
4. Mencari standar error perbedaan mean X dan Y, dengan rumus berikut. SEMxy SEMX−SEMY
5. Mencari nilai t hitung dengan rumus berikut.
SEMxy
M
M
t
o
x
y6. Memberikan interpretasi dengan terhadap nilai t-hitung tersebut dengan menguji hipotesis kerja (Hk) dan hipotesis nol (Ho).
7. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel melalui derajat kebebasan berikut. db = (NX + NY) – 1
(20)
54
Untuk melihat keakuratan hasil dari analisis data tersebut akan diperkuat juga dengan program statistik lainnya. Adapun untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh melalui angket akan dilakukan dengan cara analisis kritis dengan melihat beberapa hal yang terjadi di lapangan melalui catatan-catatan selama eksperimen berlangsung.
D. Hasil Uji Coba Instrumen
Soal yang dibuat untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi tata bahasa setelah diberikan perlakuan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol ada 20 butir soal yang terdiri atas soal menyelesaikan kalimat, mengisi partikel, dan soal benar-salah.
Untuk mengukur tingkat kesukaran dari setiap butir soal digunakan rumus berikut. SkA+SkB – (2n X Skmin)
Tk =
2 n x (Skmak– Skmin)
Keterangan:
TK : Tingkat kesukaran
SkA : Jumlah skor jawaban kelompok atas SkB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah n : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah Skmak : Skor maksimal
Skmin : Skor minimal
Adapun untuk mengukur daya pembeda (DP) dari setiap butir soal digunakan rumus berikut.
SkA+SkB DP =
n (Skmak– Skmin)
(21)
55
DP : Daya Pembeda
SkA : Jumlah skor jawaban kelompok atas SkB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah n : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah Skmak : Skor maksimal
Skmin : Skor minimal
Dari hasil perhitungan dengan kedua rumus di atas diperoleh daya pembeda dan tingkat kesukaran seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan TK dan DP Instrumen Tes
No
Soal Indek TK Tafsiran Indek DP Tafsiran Keterangan 1 0,8125 Mudah 0,3750 Sedang Revisi 2 0,6875 Sedang 0,6250 Sedang Pakai 3 0,6250 Sedang 0,7500 Sedang Pakai 4 0,6250 Sedang 0,7500 Sedang Pakai 5 0,5313 Sedang 0,9375 Tinggi Pakai 6 0,7969 Sedang 0,4063 Sedang Revisi 7 0,5625 Sedang 0,8750 Tinggi Pakai 8 0,5781 Sedang 0,8438 Sedang Pakai 9 0,6563 Sedang 0,6875 Sedang Pakai 10 0,5625 Sedang 0,8750 Tinggi Pakai 11 0,6563 Sedang 0,6875 Sedang Pakai 12 0,6406 Sedang 0,7188 Sedang Pakai 13 0,5000 Sedang 1,0000 Tinggi Pakai 14 0,6406 Sedang 0,7188 Sedang Pakai 15 0,6719 Sedang 0,6563 Sedang Pakai 16 0,6719 Sedang 0,6563 Sedang Pakai 17 0,6094 Sedang 0,7813 Tinggi Pakai 18 0,7500 Sedang 0,5000 Sedang Revisi 19 0,7031 Sedang 0,5938 Sedang Pakai 20 0,5781 Sedang 0,8438 Tinggi Pakai
Selanjutnya untuk menguji validitas dan reliabilitasnya digunakan rumus koefisien
Alpha Cronbach berikut.
k ∑Si2 r = 1- k – 1 St2
(22)
56
Keterangan:
r : Angka koefisien korelasi yang dicari k : Jumlah butir soal
∑Si2
: Jumlah varian seluruh butir soal St2 : Varian total
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh indek korelasi sebesar 0,96 sehingga dapat dikategorikan ke dalam validitas dan reliabilitas yang sangat tinggi.
Kemudian penulis merevisi bagian soal yang dianggap perlu diperbaiki sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang dianggap layak.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dirancang dan ditempuh dalam penelitian adalah sebagi berikut.
1. Penentuan materi dan bahan ajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak lima pertemuan. Materi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan verba IMASU dan ARIMASU yang digunakan untuk menyatakan keberadaan sesuatu nomina.
b. Penggunaan partikel NI dan DE yang digunakan untuk menyatakan tempat keberadaan dan tempat terjadinya sesuatu kegiatan.
c. Penggunaan verba bentuk V-TE IMASU. d. Kalimat adjektival dengan berbagai variasinya. e. Penggunaan verba yang berarti ‘memakai’.
(23)
57
eksperimen.
3. Pelaksanaan pembelajaran atau pemberian perlakukan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
4. Refleksi hasil pembelajaran pada setiap selesai satu kali perlakuan, sekaligus menyempurnakan RPP untuk eksperimen berikutnya.
5. Pelaksanaan tes akhir untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi tata bahasa pada kelas eskperimen dan kelas kontrol.
6. Penyebaran angket pada kelas eksperimen.
Demikian gambaran prosedur kerja penelitian yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ini.
(24)
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1.Penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa kelas eksperimen setelah diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang cukup baik dengan skor rata-rata 79,29.
2.Penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa kelas kontrol setelah diterapkan pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang sangat kurang dengan skor rata-rata 48, 39.
3.Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan induktif dan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan pendekatan deduktif.
4.Tanggapan siswa kelas eskperimen terhadap penerapan pendekatan induktif cukup baik dan mendapat sambutan positif karena dapat memperkuat pemahaman, meningkatkan berpikir kritis, dan meningkatkan motivasi belajar.
Demikian simpulan penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang dirumuskan pada bab I.
(25)
72
B. Saran
Penelitian ini mencoba menerapkan teknik atau pendekatan induktif dalam pengajaran materi tata bahasa Jepang pada siswa SMAN I Sumedang yang hasilnya selain dapat meningkatkan prestasi juga dapat meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan penguatan pemahaman terhadap materi tata bahasa Jepang. Selain itu, penerapan teknik ini mendapat tanggapan positif dari para siswa. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti seperti berikut.
1. Perlu adanya variasi penerapan pendekatan, khususnya dalam pengajaran materi tata bahasa, karena pendekatan deduktif yang selama ini selalu digunakan oleh guru dapat menimbulkan kejenuhan dan kurang menumbuhkan motivasi belajar. Namun masih perlu diteliti lebih lanjut tentang materi apa saja yang dapat disajikan dan atau yang kurang tepat jika disajikan dengan pendekatan induktif.
2. Kegiatan penelitian ini banyak menggunakan teknik diskusi dalam prakteknya, tetapi sangat memakan waktu yang cukup lama karena kurang berimbangkan kemampuan dan keberanian setiap anggota kelompoknya untuk menyampaikan ide dan pendapatnya. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang banyak melibatkan kegiatan siswa dibanding kegiatan guru di kelas guna meningkatkan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mencoba menerapan teknik induktif dalam keterampilan berbahasa yang lainnya.
(26)
Daftar Pustaka
Akbari CH, Rudi Miftah Farid. 2012. Penerapan Model Pembelajaran berfikir Induktif
Dengan Pendekatan Guided Discovery Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa MA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Anisa, Eli. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Induktif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Darmilah. 2008. Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan
meningkatkan hasil belajar siswa di SMP. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Asmani, Ma’mur Jamal. 7 Tips Aplikasi PAKEM. 2011. Jogyakarta: Diva Press.
Danasasmita, Wawan. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung: Rizki Press.
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2008. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
De Porter, Bobbi, Reardon Mark & Singer Sarah. Quantum Teaching. 2000. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Furqon, Ph. D. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Joyce Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Kobayashi, Mina. 2001. Yoku Wakaru Kyoujuhou. Tokyo: Aruku.
(27)
Kurikulum SMA 2004.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Makmun, H Abin Syamsudin, Prof, Dr, MA. 2012. Psikologi Kependidikan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya ... Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Richard, jack C and Rogers, Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language
Teaching. Cambrige: Cambrige University Press.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rusman, Dr, M.Pd. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kharisma Putra Utama.
... Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyosari, H. Punaji, Prof. Dr. M.Ed. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sudjianto. 2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc. Sudjianto & Dahidi, Ahmad. 2012. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi:
Kesaint Blanc.
(28)
Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. ……….. 2007. Nihongo no Bunpou. Bandung: Humaniora.
……….. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Sutedi, Dedi dan Adimiharja, Mulyana. 2011. Bahan Ajar PLPG : Bahasa Jepang SMTA.
(Panitia Pelakasana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, Uiversitas Pendidikan Indonesia).
The Japan Foundation 2013.
Uno, Hamzah B, Prof. Dr. M.Pd. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Akasara.
(1)
57
eksperimen.
3. Pelaksanaan pembelajaran atau pemberian perlakukan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
4. Refleksi hasil pembelajaran pada setiap selesai satu kali perlakuan, sekaligus menyempurnakan RPP untuk eksperimen berikutnya.
5. Pelaksanaan tes akhir untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi tata bahasa pada kelas eskperimen dan kelas kontrol.
6. Penyebaran angket pada kelas eksperimen.
Demikian gambaran prosedur kerja penelitian yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ini.
(2)
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
1.Penguasaan materi tata bahasa Jepang para siswa kelas eksperimen setelah diterapkan pendekatan induktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang cukup baik dengan skor rata-rata 79,29.
2.Penguasaan materi tata bahasa Jepang siswa kelas kontrol setelah diterapkan pendekatan deduktif dalam pengajaran tata bahasa Jepang sangat kurang dengan skor rata-rata 48, 39.
3.Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan induktif dan hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan pendekatan deduktif.
4.Tanggapan siswa kelas eskperimen terhadap penerapan pendekatan induktif cukup baik dan mendapat sambutan positif karena dapat memperkuat pemahaman, meningkatkan berpikir kritis, dan meningkatkan motivasi belajar.
Demikian simpulan penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang dirumuskan pada bab I.
(3)
72
B. Saran
Penelitian ini mencoba menerapkan teknik atau pendekatan induktif dalam pengajaran materi tata bahasa Jepang pada siswa SMAN I Sumedang yang hasilnya selain dapat meningkatkan prestasi juga dapat meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berpikir kritis, dan penguatan pemahaman terhadap materi tata bahasa Jepang. Selain itu, penerapan teknik ini mendapat tanggapan positif dari para siswa. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti seperti berikut.
1. Perlu adanya variasi penerapan pendekatan, khususnya dalam pengajaran materi tata bahasa, karena pendekatan deduktif yang selama ini selalu digunakan oleh guru dapat menimbulkan kejenuhan dan kurang menumbuhkan motivasi belajar. Namun masih perlu diteliti lebih lanjut tentang materi apa saja yang dapat disajikan dan atau yang kurang tepat jika disajikan dengan pendekatan induktif.
2. Kegiatan penelitian ini banyak menggunakan teknik diskusi dalam prakteknya, tetapi sangat memakan waktu yang cukup lama karena kurang berimbangkan kemampuan dan keberanian setiap anggota kelompoknya untuk menyampaikan ide dan pendapatnya. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang banyak melibatkan kegiatan siswa dibanding kegiatan guru di kelas guna meningkatkan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan yang mencoba menerapan teknik induktif dalam keterampilan berbahasa yang lainnya.
(4)
Daftar Pustaka
Akbari CH, Rudi Miftah Farid. 2012. Penerapan Model Pembelajaran berfikir Induktif Dengan Pendekatan Guided Discovery Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa MA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Anisa, Eli. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Induktif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Darmilah. 2008. Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan meningkatkan hasil belajar siswa di SMP. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Asmani, Ma’mur Jamal. 7 Tips Aplikasi PAKEM. 2011. Jogyakarta: Diva Press.
Danasasmita, Wawan. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung: Rizki Press.
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2008. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
De Porter, Bobbi, Reardon Mark & Singer Sarah. Quantum Teaching. 2000. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Furqon, Ph. D. 2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Joyce Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Kobayashi, Mina. 2001. Yoku Wakaru Kyoujuhou. Tokyo: Aruku.
(5)
Kurikulum SMA 2004.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Makmun, H Abin Syamsudin, Prof, Dr, MA. 2012. Psikologi Kependidikan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya ... Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Richard, jack C and Rogers, Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambrige: Cambrige University Press.
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rusman, Dr, M.Pd. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kharisma Putra Utama.
... Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyosari, H. Punaji, Prof. Dr. M.Ed. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sudjianto. 2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc. Sudjianto & Dahidi, Ahmad. 2012. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi:
Kesaint Blanc.
(6)
Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
……….. 2007. Nihongo no Bunpou. Bandung: Humaniora.
……….. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Sutedi, Dedi dan Adimiharja, Mulyana. 2011. Bahan Ajar PLPG : Bahasa Jepang SMTA. (Panitia Pelakasana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, Uiversitas Pendidikan Indonesia).
The Japan Foundation 2013.
Uno, Hamzah B, Prof. Dr. M.Pd. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Akasara.