PENERAPAN METODE WHOLE BRAIN TEACHING PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JEPANG : Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa kelas XI SMAN 16 Bandung.

(1)

PENERAPAN METODE WHOLE BRAIN TEACHING PADA

PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JEPANG

Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 16

Bandung

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh : Saiful Jabar

0902354

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Penerapan Metode

Whole Brain

Teaching

pada Pembelajaran

Kosakata Bahasa Jepang

Oleh Saiful Jabar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Saiful Jabar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Saiful Jabar

NIM : 0902354

Judul : Penerapan Metode Whole Brain Teaching pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang: Kuasi Eksperimen terhadap Kelas XI Siswa SMAN 16 Bandung.

SK Dekan No. : 166/ UN40.3/ DT/ 2014

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dra. Hj. Melia Dewi J, M. Hum., M. Pd. NIP. 196105061987032001

Drs. H. Sugihartono, M.A. NIP. 196301041988031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Dra. Neneng Sutjiati, M. Hum. NIP. 196011081986012001


(4)

PENERAPAN METODE WHOLE BRAIN TEACHING PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JEPANG

— Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa kelas XI SMAN 16 Bandung — Saiful Jabar

0902354

ABSTRAK

Kosakata merupakan hal penting dalam pembelajaran bahasa Jepang, karena semakin banyak kosakata semakin baik pula berkomunikasi. Namun dalam proses pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah, banyak siswa yang masih kesulitan dalam menguasi kosakata. Maka dari itu, penulis mengadakan penelitian penerapan metode Whole Brain Teaching pada pembelajaran kosakata bahasa Jepang untuk memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kemampuan kosakata siswa sebelum menggunakan metode Whole Brain Teaching, 2) mengetahui kemampuan kosakata siswa sesudah menggunakan metode Whole Brain Teaching, 3) mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran kosakata menggunakan metode Whole Brain teaching.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi dengan desain one group pretest-posttes design.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 16 Bandung dan sampelnya adalah 24 siswa kelas XI IPA 7 SMAN 16 Bandung. Instrumen yang digunakan yaitu, pretes, postes, dan angket.

Dari hasil analisis data, diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 52,78 postes 95,28 dan db=22, sehingga t hitung yang diperoleh sebesar 8,04. T hitung tersebut lebih besar daripada t tabel (taraf signifikasi 5% = 1,15 dan 1% = 0,23). Dengan begitu diterima yang artinya, metode Whole Brain Teaching efektif dalam meningkatkan kosakata bahasa Jepang siswa. Serta berdasarkan data yang didapat dari angket, dapat dikatakan bahwa metode Whole Brain Teachingmempunyai teknik-teknik yang mampu membuat siswa lebih fokus, lebih kreatif, serta menyenangkan sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif.


(5)

Saiful Jabar, 2014

APPLICATION OFWHOLE BRAIN TEACHING METHOD IN LEARNING JAPANESE VOCABULARY

SaifulJabar 0902354 ABSTRACT

Vocabulary is important in learning Japanese , because the more the better vocabulary to communicate. But in the process of learning Japanese at school , many students are still difficulties in mastering vocabulary. Therefore , the authors conducted research application of Whole Brain Teaching method in learning Japanese vocabulary to facilitate students in learning Japanese. This research aims to 1) know the vocabulary skills of students before using the Whole Brain Teaching method 2) know the vocabulary skills of students after using the Whole Brain Teaching method 3) find out what students say about learning vocabulary using Whole Brain teaching method.

The research method used is the method of quasi-experimental with one group pretest - posttes design. The population in this research were students of SMAN 16 Bandung and the sample was 24 students of class XI Science 7 SMAN 16 Bandung. The instrument used is the pretest , posttest , and questionnaires.

The result of data analysis showed that average value of pretest is 57,78 average value of posttest is 95,28 anddb=22, t-count was 8,04 and t-table in the level of 5% (1, 15), while level 1% as big as 0,23. This proved that t-count was bigger that t-table. This means that there was a significant difference in vocabulary skill after using whole brain teaching method in learning Japanese vocabulary. based on the results obtained from the questionnaire known that Whole brain teaching methods have techniques that can make students more focused, more creative also fun so that can produce effective learning.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR xiv

DAFTAR ISI xvi

DAFTAR TABEL xviii

DAFTAR GAMBAR xix

DAFTAR LAMPIRAN xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Definisi Operasional ... 4

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 5

F. Metode Penelitian ... 6

G. Teknik Pengumpulan Data ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Pengertian Belajar ... 9

B. Ciri-Ciri Belajar ... 10

C. Pengertian Pembelajaran ... 11

D. Metode Pembelajaran ... 11

E. Metode Whole Brain Teaching ... 12

F. Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang di SMA ... 18

G. Penelitian Terdahulu ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22


(7)

xvii

Saiful Jabar, 2014

B. Disain Eksperimen ... 22

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 23

E. Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Pengumpulan Data ... 26

G. Rancangan Eksperimen ... 30

BAB IV ANALISIS DATA ... 37

A. Deskripsi Data ... 37

B. Deskripsi Proses Tindakan Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Instrumen ... 39

D. Analisis Hasil Data Pretes dan Postes ... 41

E. Analisi Hasil Data Angket ... 45

F. Pembahasan ... 51

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 56

A. Simpulan ... 56

B. Rekomendasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(8)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Score Board ... 18 Gambar 2.2 Perbandingan Sel Otak yang Dirangsang dan Tidak Dirangsang ... 20


(9)

xix

Saiful Jabar, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Langkah Penelitian ... 24

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 25

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket ... 26

Tabel 3.4 Persiapan Pengolahan Data ... 28

Tabel 3.5 Penafsiran Analisis Angket ... 30

Tabel 4.1 Data Hasil Pretes ... 40

Tabel 4.2 Data Hasil Postes ... 41

Tabel 4.3 Analisis Data Pretes dan Postes ... 42

Tabel 4.4 Klasifikasi Perhitungan Presentasi Tiap Kategori ... 46

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Nomor 1 ... 47

Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Nomor 2 ... 47

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Nomor 3 ... 48

Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Nomor 4 ... 49

Tabel 4.9 Frekuensi Jawaban Nomor 5 ... 50


(10)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan

2. Surat Izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat 3. Surat Izin dari Dinas Pendidikan

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari SMAN 16 Bandung 5. Expert Judgement

6. Soal Pretes dan Postes 7. Angket

8. RPP

9. Dokumentasi


(11)

Saiful Jabar, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kosakata merupakan hal penting dalam pembelajaran bahasa karena semakin banyak kosakata semakin baik pula kita berkomunikasi. Seperti yang ditulis oleh Tarigan (2011, hlm. 2) “semakin kaya kosakata yang kita miliki,

semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa”. Ditambah lagi

dengan pernyataan menurut Asano Yuriko dalam Sudjianto dan Dahidi, Ahmad (2007, hlm. 97) yang menyebutkan bahwa “tujuan akhir pengajaran bahasa Jepang adalah agar pembelajar dapat meng-komunikasikan ide atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan cara lisan maupun tulisan, salah satu faktor penunjangnya adalah penguasaan goi yang memadai”.

Kosakata bahasa Jepang itu berbeda dengan bahasa Indonesia dari segi pelafalan, huruf, perubahan bentuk, dan lain- lain, yang membuat pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam mencerna dan menghafal kosakata bahasa Jepang.

Ada banyak cara, strategi atau metode yang bisa mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut dan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif.

Pembelajaran efektif menurut Peter Kline dalam Dryden dan Vos (2002, hlm. 22) ialah jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Sedangkan arti menyenangkan itu sendiri diartikan oleh Sugiyono dan Harianto (2012, hlm. 238):

Pembelajaran disebut menyenangkan jika suasana pembelajaran dapat menciptakan gairah belajar, menggembirakan hati siswa, membuat siswa nyaman di kelas atau tempat belajar yang lain, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh kepada belajar, artinya waktu curah perhatiannya (time on ask) tinggi.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa guru harus bisa mengelola kelas agar suasana belajar dapat menyenangkan, namun tetap kondusif, siswa menjadi nyaman dan perhatiannya terpusatkan kepada belajar sehingga curah perhatiannya tinggi dan tujuan dari pembelajaran akan mudah dicapai.


(12)

2

Terdapat salah satu metode pengelolaan kelas, yang di dalamnya terdapat teknik-teknik untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa, dan agar siswa bisa berperan aktif ketika pembelajaran berlangsung. Metode ini bernama Whole Brain Teaching.

Metode ini tidak hanya mempunyai teknik-teknik pengelolaan kelas yang dikemas secara menyenangkan saja, dilihat dari nama metode ini, Whole Brain Teaching atau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan pembelajaran seluruh otak, maka tentu saja pada metode ini seluruh otaknya berperan aktif ketika pembelajaran berlangsung. Tidak seperti misalnya pada metode ceramah yang hanya menggunakan pendengaran dan penglihatan siswa, maka bisa dibilang otak yang berfungsi untuk mendengar dan melihat saja yang berperan aktif ketika metode itu berlangsung.

Dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching ini, siswa diharapkan tetap fokus terhadap materi yang guru sampaikan serta otaknya terangsang untuk bisa bekerja secara optimal sehingga informasi yang disampaikan akan mudah dicerna dan tidak mudah lupa. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menyenangkan, suasana yang disiplin dan terorganisir dengan ketat, karena adanya peraturan di kelas. Namun dengan metode ini siswa lebih senang mengikuti aturan yang ada dari pada mengabaikannya. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran yang telah buat dan ditetapkan diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

Berdasakan hal tersebut, penulis mencoba untuk melakukan penelitian metode ini dengan judul Penerapan Metode Whole Brain Teaching pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang”.

B. Identifikasi Masalah

a. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dengan pernyataan sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan kosakata siswa sebelum menggunakan metode Whole Brain Teaching?


(13)

3

Saiful Jabar, 2014

2. Bagaimana kemampuan kosakata sesudah menggunakan metode Whole Brain Teaching?

3. Bagaimana pendapat siswa tentang pembelajaran kosakata menggunakan metode Whole Brain teaching?

b. Batasan Masalah.

Agar penelitian ini terfokus dan ruang lingkup pembahasan tidak terlalu luas, maka penelitian ini difokuskan pada penerapan metode Whole Brain Teaching pada pembelajaran kosakata bahasa Jepang di SMA. Dengan pertimbangan bahwa pembelajaran kosakata bahasa Jepang itu penting, namun kosakata bahasa Jepang sulit dicerna dan dihafal, dan dalam proses pembelajarannya kurang efektif. Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan fokus namun tetap menyenangkan dan disiplin sehingga tujuan dari pembelajaran kosakata bahasa Jepang dapat tercapai dengan baik.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa sebelum menggunakan metode Whole Brain Teaching.

2. Mengetahui kemampuan kosakata bahasa Jepang sesudah menggunakan metode Whole Brain Teaching.

3. Mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan bukan hanya tentang kelebihan, namun juga kekurangan pembelajaran dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching, agar peneliti


(14)

4

lebih optimal lagi menggunakan metode Whole Brain Teaching kedepannya.

2. Bagi siswa, pembelajaran dengan metode Whole Brain Teaching ini siswa dapat belajar kosakata dengan baik selama di dalam kelas dan kemampuan kosakata siswa pun meningkat.

3. Bagi guru, penelitian pembelajaran kosakata dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching ini bisa menjadi referensi metode bagi guru dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang dan mengetahui bagaimana menggunakan metode Whole Brain Teaching ini dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang.

4. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

D. Definisi Operasional

Judul penelitian ini ialah “Pene rapan Metode Whole Brain

Teaching pada Pe mbelajaran Kosakata Bahasa Jepang”. Maka dari itu penulis akan menjelaskan definisi dari tiap-tiap kata dalam judul tersebut.

1. Penerapan

Menurut KBBI penerapan ialah proses, cara, perbuatan menerapkan.

2. Metode

Menurut Sudaryanto dalam Sutedi (2009, hlm. 53) adalah cara yang harus dilaksanakan.

Menurut Dzamrah dan Zain (2006, hlm. 75) metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. 3. Whole Brain Teaching

Biffle (2010, hlm. 10) mengatakan bahwa Whole Brain Teaching adalah metode yang menghasilkan kelas yang tertib dan menyenangkan, siswa mengikuti aturan kami, karena kami


(15)

5

Saiful Jabar, 2014

membuat aturan yang menyenangkan untuk diikuti. Anak-anak mengajarkan teman sebangku mereka, karena mereka senang bermain menjadi guru. Siswa bekerja keras dengan temannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pada waktu luang, karena kami membuat struktur yang membuat kerja keras ini lebih menghibur bukan membosankan.

4. Pembelajaran

Gagne dan Briggs dalam Badarudin (2010, hlm. 9) instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

5. Kosakata

Menurut Sudjianto dan Ahmad (2004, hlm. 97) kosakata atau Goi sering disamakan dengan tanggo yang artinya ialah satuan terkecil dari bahasa yang memiliki arti dan fungsi secara gramatikal.

Maka dari itu Penerapan Metode Whole Brain Teaching dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jepang ialah proses dalam menerapkan metode Whole Brain Teaching dalam pembelajaran kosakata untk membantu siswa agar dapat belajar atau mengikuti pembelajaran kosakata dengan baik sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran.

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis

a. Anggapan dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini yaitu:

1. Metode yang efektif ialah metode yang menyenangkan.

2. Pembelajaran yang efektif ialah ketika siswa fokus memperhatikan guru selama pembelajaran berlangsung.


(16)

6

4. Kurangnya stimulus pada otak membuat siswa mudah lupa akan pelajaran yang diberikan terutama kosakata bahasa Jepang.

5. Langkah- langkah pembelajaran dalam metode Whole Brain Teaching dapat membuat siswa lebih memperhatikan materi yang diberikan dan dapat berpengaruh pada kinerja otak dan melatih otak agar bisa menyimpan memori dalam waktu yang lama.

b. Hipotesis

Mardalis (1989, hlm. 48) mengatakan bahwa Hipotesa adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Sukardi (2003, hlm. 41) mengatakan hipotesis adalah alat yang mempunyai proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teroti yang relevan. Serta berfungsi untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question.

Maka dari itu, Penulis menuliskan jawaban sementara dari penelitian ini agar bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dalam penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini:

Hk : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah belajar kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching.

Ho : Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah belajar kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching.


(17)

7

Saiful Jabar, 2014

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya penelitian ini diperlukan metode penelitian. Menurut Mardalis (1989, hlm. 24) mengatakan bahwa Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam penelitian. Dan menurut Sutedi (2009, hlm. 53) metode adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang digunakan adalah one group pretest-posttes design. Yaitu satu kelompok eksperimen yang diuji cobakan dan hasil dari eksperimen dilihat dari perbedaan nilai pretes dan postes.

a. Instrumen penelitian

Menurut Sutedi (2009, hlm. 155) Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Data penelitian adalah sejumlah informasi penting yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian melalui prosedur pengelolaannya.

Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan penelitian ini digunakan 2 intrumen penelitian. Yaitu, tes dan angket.

1. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes khusus berupa tes pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap kosakata sebelum dan sesudah digunakan metode Whole Brain Teaching.

2. Angket

Angket digunakan dengan bertujuan untuk mengetahui respon atau pandangan siswa terhadap metode Whole Brain Teaching dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang.

b. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Mardalis (1989, hlm. 53) adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan


(18)

8

dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut bisa berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa.

Sampel menurut Arikunto (2006, hlm. 174) adalah sebagian atau wakil dari populasi.

Oleh karena penelitian ini ditujukan untuk siswa SMA, maka populasi yang dijadikan sumber data oleh peneliti adalah siswa kelas XI SMAN 16 Bandung. Untuk mewakili populasi tersebut agar penelitian ini dapat berhasil sesuai dengan kemampuan penulis, penulis mengambil 24 siswa kelas XI IPA 7 SMAN 16 Bandung yang dijadikan sampel penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Memberikan pretest kepada semua kelompok penelitian tentang kemampuan kosakata bahasa Jepang.

2. Memberikan perlakuan atau memberikan pengajaran kosakata dengan metode Whole Brain Taeching pada kelompok eksperimen. 3. Memberikan post-test kepada semua kelompok penelitian.

4. Memberikan angket tentang tanggapan mengenai metode Whole Brain Teaching dalam pembelajaran kosakata pada kelompok eksperimen.

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang, mengapa penelitian tentang penerapan metode Whole Brain Teaching dalam pembelajaran kosakata ini perlu dilakukan, rumusan ma salah, tujuan dan manfaat, anggapan dasar dan hipotesis, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI menjelaskan pengertian pembelajaran dan pengertian kosakata, dan menjelaskan pengert ian dan penggunaan Whole Brain Teaching dalam pembelajaran kosakata.


(19)

9

Saiful Jabar, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN menguraikan tentang metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan pengolahan data, dan yang terakhir yaitu tahap pengolahan data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN berisi tentang laporan kegiatan, data, dan hasil pengolahan, pembahasan dan disimpulkan apakah masalah penelitian terjawab atau tidak.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan untuk bisa dijadikan referensi atau pertimbangan bagi pene litian – penelitian selanjutnya.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian

Menurut Sutedi (2011, hlm. 53) dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian.

Ada banyak jenis metode penelitian, seperti penelitian sejarah, penelitian deskriptif dan penelitian eksperimen. Sama halnya dengan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kebutuhan akan pencapaian tujuan, metode penelitian yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Hal ini pernah disebutkan oleh Sutedi (2011, hlm. 54) bahwa kesesuaian antara metode penelitian dan masalah penelitian sangatlah penting. Oleh karena itu kita harus pandai memilih dan menentukan metode apa yang akan digunakan dalam pe nelitian kita. Dalam penelitian ini metode penelitian yang akan digunakan ia lah metode penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu.

Adanya keraguan tidak dapat memberikan perlakuan yang sama antara kelas kontrol dan eksperimen, yang bisa mengakibatkan data yang diperoleh diragukan kebenarannya, maka metode yang digunakan dalam penlitian ini ialah quasi eksperimen. Seperti yang dijelaskan oleh Suryabrata (2010, hlm. 92) tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimental yang sebenarnya dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.

B. Disain Eksperimen

Desain eksperimen yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu One Group Pretest-posttest design. Desain ini hanya satu kelompok yang diuji coba pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain


(21)

24

Saiful Jabar, 2014

Teaching tanpa adanya kelas kontrol dan data diambil dari hasil pretes dan postes.

Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.1

Langkah Penelitian Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

(Arikunto, 2006, hlm. 85) Keterangan:

O1 : Pretes

X : Pembelajaran dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching

O2 : Postes

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Arikunto (2006, hlm. 130) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini ialah siswa kelas XI SMAN 16 Bandung tahun pelajaran 2013/2014.

2. Sampel

Sampel menurut Arikunto (2006, hlm. 174) adalah sebagian atau wakil populasi. Maka sampel pada penelitian ini adalah 24 siswa kelas XI SMAN 16 Bandung.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm. 203) intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebik baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes dan angket.


(22)

25

1. Tes

Arifin (2011, hlm. 226) mengatakan bahwa tes adalah suatu tek nik pengukuran yang didalamnyaterdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan dan dijawab oleh responden. Tes yan digunakan pada penelitian ini ialah pretes dan postesseperti yang telah dituliskan dalam disain penelitian. Pretes menurut Djiwandono (2011, hlm. 94) digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan awal peserta tes sebelum atau pada awal kegiatan pembelajaran. Sedangkan postes yang juga menurut Djiwandono (2011, hlm. 94) bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan pembelajar dalam bidang pembelajaran pada akhir program, baik secara keseluruhan maupun secara perseorangan.

Sama seperti keterangan di atas bahwa dalam penelitian ini pretes digunakan untuk mengukur kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa sebelum menggunakan metode Whole Brain Teaching dan postes digunakan untuk mengukur kemampuan kosakata bahasa Jepang sesudah menggunakan metode Whole Brain Teaching. Karena perbedaan atau perbandingan kemampuan hasil pretes dan postes yang dicari dalam penelitian ini, agar dapat mengetahui efektif atau tidaknya metode Whole Brain Teaching dalam pembelajaran bahasa Jepang.

Tabel 3.2

Kisi - kisi soal pretes dan postes

Kompetensi Dasar Indokator No.

Soal

siswa mampu menyambaikan secara lisan maupun tulisan beberapa nama alat transportasi dan bepergian ke suatu tempat

menggunakan alat transportasi.

Siswa mampu mengartikan kosakata baik dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang atau sebaliknya. Dibagi menjadi lima bagian soal:

Bagian Pertama:

Mencocokan gambar dengan kosakata

yang ada pada pilihan jawaban 1 – 5 Bagian kedua:

Mengartikan kosakata bahasa Indonesia dengan memilih kosakata bahasa Jepang yang ada pada pilihan jawaban


(23)

26

Saiful Jabar, 2014

Bagian ketiga:

Mengartikan kosakata bahasa Jepang dengan memilih kosakata bahasa Indonesia yang ada pada pilihan jawaban

10 – 15 Bagian keempat:

Melengkapi kalimat sesuai kontek dengan memilih jawaban pada pilihan jawaban

15 – 18 Bagian kelima:

Menjelaskan gambar dengan memilih

kalimat pada pilihan jawaban 18 - 20 2. Angket

Menurut Arifin (2011, hlm. 228) angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan dan pernyataan untuk menjaring data atau infoemasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.

Sesuai dengan pengertian angket di atas, angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching dalam bentuk angket tertutup yang di dalam nya terdapat 10 pertanyaan pilihan ganda. Karena menurut Sutedi (2011, hlm. 164) angket tertutup yaitu angket yang alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keluasan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Angket

Variabel Penelitian Indikator No. Soal Kesan siswa terhadap

metode Whole Brain Teaching

Kesan siswa selama dan sesudah pembelajaran dengan metode Whole Brain Teaching

1, 2 dan 6

Efektifitas metode Whole Brain

- Teknik “class-yes” dapat membuat perhatian siswa terfokus


(24)

27

Teaching pada guru

- Teknik “teach-okay” dapat membuat siswa berfikir kreatif untuk membuat cara yang baik dalam menerangkan kembali kepada temannya sehingga temannya mengerti apa yang ia terangkan.

- Teknik “score board” dapat memotivasi siswa untuk bisa lebih baik lagi dalam belajar

4

5

E. Pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Melakukan studi tentang Whole Brain Teaching dan landasan teori lainnya yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2. Observasi pemilihan sampel. 3. Melakukan pretes.

4. Memberikan materi pelajaran dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching.

5. Melakukan postes. 6. Memberikan angket.

7. Mengolah data hasil pretes, postes, dan angket.

F. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini, data diolah dari hasil pretes, postes dan angket. Teknik-teknik pengolahan data tersebut ialah sebagai berikut.


(25)

28

Saiful Jabar, 2014

1. Pengolahan data pretes dan postes

Hasil penelitian ini dilihat dari perbedaan antara postes dan pretes. Dengan cara membandingkan hasil postes dan pretes menggunakan rumus statistik komparasional. Rumus yang digunakan ialah:

Keterangan:

- = mean dari hasil postes - = mean dari hasil pretes

- = Standar eror perbedaan mean x dan y

Langkah-langkah untuk mencari t hitung ialah sebagai berikut. a. Membuat tabel persiapan

Tabel 3.4

Tabel Persiapan Pengolahan Data No. Sampel X Y

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

M

Keterangan:

1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut sampel.

2. Kolom (2) diisi dengan skor yang diperoleh dari postes. 3. Kolom (3) diisi dengan skor yang diperoleh dari pretes.

4. Kolom (4) diisi dengan deviasi dari skor X. Caranya hitung terlebih dahulu mean dari X, kemudian tiap skor tersebut berapa selisihnya dengan mean tadi sehingga untuk kolom (4) ini akan terdapat angka negatif dan positif, dan jika dijumlahkan akan nol. 5. Kolom (5) diisi dengan deviasi dari skor Y. Caranya hitung

terlebih dahulu mean dari Y, kemudian tiap skor tersebut berapa selisihnya dengan mean tadi sehingga untuk kolom (4) ini akan terdapat angka negatif dan positif, dan jika dijumlahkan akan nol. 6. Kolom (6) diisi dengan pengkuadratan dari angka-angka pada

kolom (4)

7. Kolom (7) diisi dengan pengkuadratan dari angka- angka pada kolom (5)


(26)

29

b. Mencari mean kedua variabel.

Keterangan:

- = jumlah skor X - = jumlah skor Y

- N = jumlah siswa yang mengikuti tes

c. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y

√ √

d. Mencari standar eror mean kedua variabel

√ e. Mencari standar eror perbedaan mean X dan Y

√ f. Mencari nilai t-hitung

g. Memberikan interpretasi terhadap nilai t hitung

Merumuskan hipotesis kerja (Hk) dan hipotesis nol (Ho):

Hk : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa antara sebelum dan sesudah belajar kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode


(27)

30

Saiful Jabar, 2014

Whole Brain Teaching.

Ho : Tidak adanya perbedaan pada kemampuan kosakata bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah belajar kosakata bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching.

h. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel Signifikasi dengan derajat kebebasan:

df atau db = N-1 = 24 – 1 = 23

Taraf signifikasi 5% t tabel = 1,15 Taraf signifikasi 1% t tabel = 0,23

2. Pengolahan data angket

Rumus yang digunakan untuk menghitung presentasi dari hasil angket yang dikemukakan oleh Sudjiono (2001, hlm. 40-41) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P : Presentase jawaban

f : Frekuensi jawaban responden n : Jumlah responden

Tabel 3.5

Penafsiran Analisis Angket 0% Tidak ada seorangpun 1% - 5% Hampir tidak ada 6% - 25% Sebagian kecil 26% - 49% Hampir setengahnya


(28)

31

50% Setengahnya

51% - 75% Lebih dari setengah 76% - 95% Sebagian besar 96% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

G. Rancangan Eksperimen

Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran atau prosedur penelitian pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching:

1. Hari Pertama

a) Memberi penjelasan kepada siswa tentang tujuan penelitian pembelajaran dengan menggunakan metode Whole Brain Teaching. b) Memberi penjelasan tentang tata cara pembelajaran dengan

menggunakan metode Whole Brain Teaching.

1) Jika guru mengucapkan kata “class”, maka siswa mejawab

dengan mengucapkan “yes”. Jika diucapkan oleh guru dua kali

seperti “class-class”, maka siswa pun menjawab dengan “ yes-yes”.

2) Guru akan menuliskan materi yang akan dijelaskan pada papan tulis.

3) Guru memberikan penjelasan dalam waktu kurang dari 5 menit dengan cara membagi materi- materi tersebut ke dalam beberapa bagian penjelasan.

4) Selanjutnya siswa yang akan mengulangi penjelasan tersebut dengan cara menjelaskan kembali kepada temannya.

5) Kegiatan nomor (4) dimulai setelah guru memberikan aba-aba

dengan mengucapkan kata “teach” dan siswa menjawab

dengan kata “okay”.

6) Menjelaskan aturan-aturan yang ada pada metode Whole Brain Teaching:


(29)

32

Saiful Jabar, 2014

- Follow direction quickly

- Raise your hand for permission to speak

- Raise your hand for permission to leave you seat. - Make a smart choises

- Keep your teacher happy

7) Guru membuat papan nilai atau “score board” yang terdiri dari 2 kolom nilai, nilai baik dan nilai buruk. Jika siswa tidak bisa mengikuti langkah- langkah pembelajran di atas dengan baik, maka akan diberi nilai pada papan nilai.

8) Jumlah nilai baik dan buruk tersebut akan berpengaruh pada jumlah evaluasi yang akan diberikan pada akhir pembelajaran. c) Memberikan pretes.

2. Hari Kedua (pelaksanaan treatment)

a) Menuliskan materi di papan tulis. Materi yang diberikan pada pertemuan pertama ialah sebagai berikut.

1) Pola kalimat

2) Kosakata

- Alat Transportasi: (kuruma)(basu) イク (baiku)(jitensha)(densha) ね(fune) う (hikouki) タ ク シ ー(takusii) ア ン コッ (angkotto)

- Nama Tempat: うち(uchi)(gakkou), ん う (ginkou).

Alat Transportasi (de)(ikimasu)

Nama Tempat (he) (ikimasu)


(30)

33

b) Membuka pelajaran. “class” kata yang harus diucapkan ketika akan memulai berbicara, karena kata ini merupakan teknik untuk menarik perhatian dari siswa.

c) Menerangkan tujuan pembelajaran dari pertemuan pertama.

d) Masuk kepada penjelasan materi selama kurang dari 5 menit. Yang pertama ialah menjelaskan arti dari pola kalimat “ (de)

(ikimasu)”. Bahwa pola kalimat tersebut digunakan ketika akan

menjelaskan tentang “pergi dengan menggunakan alat transportasi”. e) Memberikan contoh kalimat dengan alat transportasinya dalam

bahasa Indonesia, misalnya: mobil (de)(ikimasu) motor (de)(ikimasu) taksi (de)(ikimasu).

f) Masuk kepada teknik berikutnya yaitu “teach-okay”. Dan

mempersilahkan siswa untuk menunjukan kemampuannya dalam

menjelaskan kembali materi di atas (poin “d” sampai “e”) kepada

teman sebangkunya.

g) Memperhatikan para siswa yang sedang menjelaskan kepada temannya tersebut.

h) Jika waktu untuk sesi tersebut selesai, kurang lebih sekitar 2-3 menit, guru menarik kembali perhatian para siswa dengan

mengucapkan kata “class”.

i) Jika keadaan tidak kondusif seperti siswa terlalu aktif dan mengeluarkan suara yang terlalu keras maka guru menarik kembali

perhatian mereka dengan mengucapkan kata “class”.

j) Mengkonfirmasikan kemampuan siswa tentang materi yang sudah mereka terangkan. Jika dirasa semua siswa sudah mengerti dan melakukan sesi tersebut dengan baik, maka guru memberikan poin pada score board yang bergambar senyum, yang artinya bernilai baik, dan siswa harus berterimakasih dengan mengeluarkan suara


(31)

34

Saiful Jabar, 2014

k) Jika poin (i) terjadi, maka guru memberikan nilai pada yang bergambar sedih pada score board yang artinya itu adalah nilai jelek bagi siswa, dan siswa harus mengeluarkan suara dengan intonasi sedih untuk mengekspresikan ketidak puasan tersebut. Setelah itu, menjelaskan kembali tata cara “teach-okay” dan memulai lagi poin (f).

l) Jika siswa masih ada yang belum mengerti, maka guru memulai kemabali penjelasan dari poin (e).

m) Memberikan variasi dalam pengajaran, misalnya dengan sedikit cerita motivasi, atau sedikit review dari sesi “teach-okay” yang sudah berlangsung, atau memberikan sedikit gerakan- gerakan ringan yang harus diikuti oleh siswa.

n) Jika dirasa poin (m) perlu diulangi, untuk mengetahui apakah siswa memperhatikan atau tidak, pada poin ini guru bisa melak ukan

kembali sesi “teach-okay” dengan menceritakan poin (m) kepada teman sebangkunya.

o) Masuk kepada penjelasan materi yang kedua selama kurang dari 5 menit. Materi kali ini ialah penjelasan tentang arti kosakata alat transportasi dan nama tempat yang sudah ditulis pada papan tulis. p) Memberikan contoh kalimat. わ た (watashiwa)

(kuruma de) い (ikimasu) わた (watashi wa) う(gakkou) (he) (kuruma) (de) い (ikimasu).

q) Masuk kepada teknik berikutnya yaitu “teach-okay”. Dan

mempersilahkan siswa untuk menunjukan kemampuannya dalam

menjelaskan kembali materi di atas (poin “o” sampai “p”) kepada teman sebangkunya.

r) Memperhatikan para siswa yang sedang menjelaskan kepada temannya tersebut.

s) Mengulangi kegiatan poin (g) sampai (n). t) Memberikan soal evaluasi.


(32)

35

u) Menutup pelajaran.

3. Hari ketiga (treatment kedua)

a) Menuliskan materi di papan tulis. Materi yang diberikan pada pertemuan pertama ialah sebagai berikut.

3) Pola kalimat

4) Kosakata

- Nama Tempat: (shokudo)

(toshositsu) ス コ (masukomi) い ん (shokuinsitsu) (jimusitsu) う ち う (kouchousitsu) ほ ん (hokensitsu) せい い

(seitokaisitsu) た いい ん (taiikukan) う い (koutei).

b) Membuka pelajaran. “class” kata yang harus diucapkan ketika akan memulai berbicara, karena kata ini merupakan teknik untuk menarik perhatian dari siswa.

c) Review pelajaran sebelumnya.

d) Menerangkan tujuan pembelajaran dari pertemuan pertama.

e) Masuk kepada penjelasan materi selama kurang dari 5 menit. Yang

pertama ialah menjelaskan arti dari pola kalimat “K B (kara) KB (made) Alat Transportasi (de)(ikimasu)”. Bahwa pola kalimat tersebut digunakan ketika akan menjelaskan

tentang “dari satu tempat sampai tempai yang lain saya pergi menggunakan alat transportasi”.

KB. Tempat (kara) KB. Tempat

(made) Alat Transportasi (de)


(33)

36

Saiful Jabar, 2014

f) Memberikan contoh kalimat dengan alat transportasinya dalam bahasa Indonesia, misalnya: う ち (uchi kara)(gakkou) (made) (basu de) (ikimasu)

g) Masuk kepada teknik berikutnya yaitu “teach-okay”. Dan

mempersilahkan siswa untuk menunjukan kemampuannya dalam

menjelaskan kembali materi di atas (poin “e” sampai “f”) kepada teman sebangkunya.

h) Memperhatikan para siswa yang sedang menjelaskan kepada temannya tersebut.

i) Memberi penilaian tentang kegiatan di atas pada score board. j) Memberikan sedikit hiburan dengan cerita motivasi, atau dengan

sedikit gerakan-gerakan yang harus diikuti siswa.

k) Masuk kepada penjelasan materi yang kedua selama kurang dari 5 menit. Materi kali ini ialah penjelasan tentang arti kosakata. Guru menjelaskan arti 5 kosakata dari 10 kosakata di atas tadi, sisanya dilakukan pada penjelasan materi selanjutnya.

l) “teach-okay”. Siswa harus menjelaskan kembali 5 kosakata tadi dengan menggunakan pola kalimat pertemuan kedua.

m) Memperhatikan para siswa yang sedang menjelaskan kepada temannya tersebut.

n) Memberi penilain tentang kegiatan di atas pada score board. Sama

seperti pertemuan sebelumnya, jika teknik “teach-okay” berjalan lancar maka dilanjutkan pada penjelasan materi, jika tidak berjalan lancar atau dirasa siswa masih membutuhkan pengulangan, maka

kegiatan “teach-okay” diulang kembali maksimal sebanyak 3 kali. o) Menjelaskan kosakata yang masih tersisa. Langkah- langkah

selanjutnya sama seperti poin (k) sampai (m). p) Memberikan soal evaluasi.


(34)

37

4. Hari keempat (treatment ketiga)

Langkah- langkah pembelajaran pada hari keempat ini sama seperti hari- hari sebelumnya. Hanya mengganti materi yang akan diberikan, dan materi yang akan diberikan pada pertemuan kali ini ialah:

- Pola Kalimat

わた (watashi wa) う ち uchi kara(gakkou made) (basu de)

(juppun kakarimasu)

- Kosakata: ー (depaato) ス ー ー (suupaa) い ち (ichiba) え い ん (eigakan) う いん (biyouin) ういん (byouin) う ん (yuubinkyoku) いさ

(keisatsusho) (geshuku) うえん (kouen) う えん (doubutsuen) い ん (kaigan) (umi)

(yama).

5. Hari kelima


(35)

Saiful Jabar, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Dilihat dari hasil penelitian dan analisis data statistik, dinyatakan bahwa penerapan Metode Whole Brain Teaching efektif meningkatkan kemapuan bahasa Jepang siswa kelas XI SMAN 16 Bandung. Hal ini dapat dikemukakan dalam kesimpulan seperti berikut:

1. Perolehan nilai rata-rata siswa dalam penguasaan materi sebelum pembelajaran menggunakan metode Whole Brain Teaching dilakukan dilihat dari hasil pretes dengan nilai rata-rata sebesar 52,78.

2. Perolehan nilai rata-rata siswa dalam penguasaan materi meningkat setelah pembelajaran menggunakan metode Whole Brain Teaching dilakukan, dilihat dari hasil postes dengan nilai rata-rata sebesar 95,28.

3. Tanggapan menurut para siswa, metode Whole Brain Teaching dapat membuat siswa lebih fokus ketika pembelajaran berlangsung, lebih kreatif dalam mencari strategi mengajarkan kembali kepada siswa lain, agar siswa tersebut dan siswa lainnya dapat menguasai materi dengan baik, dan lebih bersemangat dalam mempelajari kosakata bahasa Jepang pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan karena banyak variasi dari guru baik dari intonasi suara dan erakan-gerakan, serta keterlibatan siswa secara langsung dengan pembelajaran tersebut. Pada metode ini juga terdapat teknik penilaian yang membuat keadaan kelas tetap kondusif.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode Whole Brain Teaching pada pembelajaran kosakata bahasa Jepang, penulis memberikan


(36)

57

merekomendasikan mengenai penerapan metode Whole Brain Teaching untuk pembelajaran bahasa Jepang ke depannya. Rekomendasi yang akan penulis sampaikan ialah sebagai berikut:

1. Metode ini bisa dijadikan metode alternatif bagi guru dalam meningkatkan kemampuan bahasa Jepang siswa karena telah terbukti keefektifitasannya.

2. Guru juga harus lebih kreatif dalam mengaplikasikan metode ini misalnya dengan membuat gerakan-gerakan, dan intonasi- intonasi suara yang lebih unik, agar hasil yang didapat bisa lebih baik lagi. 3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan metode Whole Brain

Teaching diteliti dengan menggunakan metode eksperimen murni, yaitu ada nya kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk lebih membuktikan efektifitas dari metode Whole Brain Teaching.

4. Mengadakan penelitian dengan metode Whole Brain Teaching tidak hanya pada kemampuan kosakata, melainkan pada keterampilan lain seperti 会話

k a i w a

(berbicara), 読解

d o k k a i

(membaca dan pemahaman), dan lain-lain.


(37)

Saiful Jabar, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2006a). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2007b). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dryden, Gordon, dan Vos, Jeannete. (1999). Revolisi Cara Belajar Bagian I. Bandung: Kaifa.

Dzamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia

Hamalik, Oemar. (2003a). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. (2010b). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hisyam, Zaini., Muntre, Bernawi, dan Aryani, Sekar Ayu. (2008). Stratergi

Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Jaya, Novian Triwidia. (2010). Hypno Teaching “Bukan Sekedar Mengajar”. Jakarta: D-Brain.

Jensen, Eric. (2011). Pemelajaran Berbasis-Otak. Jakarta: Indeks.

Jones, Vern dan Jones, Louise. (2012). Manajemen Kelas Komprehensif Edisi ke-9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Mardalis. (1989). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Angkasa.

Marno dan Idris. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

McCrone, John. (2003). Menyingkap Kerja Otak. Jakarta: Erlangga.

Musrofi, Muhammad. (2008). Melejitkan Potensi Otak. Yogyakarta: pustaka Insan Madani.


(38)

59

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seto, Mario. (2009). Bagaimana Otak Bekerja. Yogyakarta: Bookmarks.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjianto dan Dahidi, Ahmad. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesainc Blank.

Sudjiono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa. Suryono dan hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Sutedi, Dedi. (2011). Pengantar Penelitian Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sprenger, Marlie. (2011). Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:

Erlangga.

Tarigan, Henri Guntur. (1984). Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

Badarudin. (2010). Hakikat Belajar dan Pembelajaran. (online). Diakses di:

http://masbadarudin.blogspot.com/2010/03/hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html [10 September 2013]

Biffle, Chris. (2008a). Power Teacher Training Manual. (E-book). Diakses di: http://www.wholebrainteaching.com/index.php/doc_download/10-whole-brain-teachers-training- manual.html [28 November 2012]

Biffle, Chris. (2010b). Whole Brain Teaching for Challenging Kids. (E-Book).

Diakses di:

http://www.wholebrainteaching.com/index.php?option=com_docman&tas k=doc_download&gid=32&Itemid=223 [10 September 2013]

Biffle, Chris. (2012c). Whole Brain Teaching, LLC – Milestones. Diakses di :

http://www.wholebrainteaching.com/index.php/whole-brain-teching/goodies/whole-brain-teaching- llc- milestones.html [28 November 2012]


(39)

60

Saiful Jabar, 2014

Biffle, Chris. (2012d). Whole Brain Teaching. Diakses di: http://www.funderstanding.com/curriculum/whole-brain-teaching/ [28 Novemver 2012]

Suwarno, Agus. (2010). Power Teaching Sebuah Metode Belajar Alternatif. http://goeswarno.blogspot.com/2010/09/power-teaching-sebuah- metode-belajar.html [4 Oktober 2013]

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses di: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/undang- undang-no-20-tentang-sisdiknas.pdf [30 Mei 2014]

________. (2009). Strategi Pembelajaran Whole Brain Teaching. Diakses di:


(1)

37

4. Hari keempat (treatment ketiga)

Langkah- langkah pembelajaran pada hari keempat ini sama seperti hari- hari sebelumnya. Hanya mengganti materi yang akan diberikan, dan materi yang akan diberikan pada pertemuan kali ini ialah:

- Pola Kalimat

わた (watashi wa) う ち uchi kara

(gakkou made) (basu de)

(juppun kakarimasu)

- Kosakata: ー (depaato) ス ー ー (suupaa) い ち

(ichiba) え い ん (eigakan) う いん (biyouin)

ういん (byouin) う ん (yuubinkyoku) いさ

(keisatsusho) (geshuku) うえん (kouen)

えん (doubutsuen) い ん (kaigan) (umi)

(yama).

5. Hari kelima


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Dilihat dari hasil penelitian dan analisis data statistik, dinyatakan bahwa penerapan Metode Whole Brain Teaching efektif meningkatkan kemapuan bahasa Jepang siswa kelas XI SMAN 16 Bandung. Hal ini dapat dikemukakan dalam kesimpulan seperti berikut:

1. Perolehan nilai rata-rata siswa dalam penguasaan materi sebelum pembelajaran menggunakan metode Whole Brain Teaching dilakukan dilihat dari hasil pretes dengan nilai rata-rata sebesar 52,78.

2. Perolehan nilai rata-rata siswa dalam penguasaan materi meningkat setelah pembelajaran menggunakan metode Whole Brain Teaching dilakukan, dilihat dari hasil postes dengan nilai rata-rata sebesar 95,28.

3. Tanggapan menurut para siswa, metode Whole Brain Teaching dapat membuat siswa lebih fokus ketika pembelajaran berlangsung, lebih kreatif dalam mencari strategi mengajarkan kembali kepada siswa lain, agar siswa tersebut dan siswa lainnya dapat menguasai materi dengan baik, dan lebih bersemangat dalam mempelajari kosakata bahasa Jepang pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan karena banyak variasi dari guru baik dari intonasi suara dan erakan-gerakan, serta keterlibatan siswa secara langsung dengan pembelajaran tersebut. Pada metode ini juga terdapat teknik penilaian yang membuat keadaan kelas tetap kondusif.

B. Rekomendasi


(3)

57

merekomendasikan mengenai penerapan metode Whole Brain Teaching untuk pembelajaran bahasa Jepang ke depannya. Rekomendasi yang akan penulis sampaikan ialah sebagai berikut:

1. Metode ini bisa dijadikan metode alternatif bagi guru dalam meningkatkan kemampuan bahasa Jepang siswa karena telah terbukti keefektifitasannya.

2. Guru juga harus lebih kreatif dalam mengaplikasikan metode ini misalnya dengan membuat gerakan-gerakan, dan intonasi- intonasi suara yang lebih unik, agar hasil yang didapat bisa lebih baik lagi. 3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan metode Whole Brain

Teaching diteliti dengan menggunakan metode eksperimen murni,

yaitu ada nya kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk lebih membuktikan efektifitas dari metode Whole Brain Teaching.

4. Mengadakan penelitian dengan metode Whole Brain Teaching tidak hanya pada kemampuan kosakata, melainkan pada keterampilan lain seperti 会話

k a i w a

(berbicara), 読解 d o k k a i

(membaca dan pemahaman), dan lain-lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2006a). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2007b). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dryden, Gordon, dan Vos, Jeannete. (1999). Revolisi Cara Belajar Bagian I. Bandung: Kaifa.

Dzamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia

Hamalik, Oemar. (2003a). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. (2010b). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hisyam, Zaini., Muntre, Bernawi, dan Aryani, Sekar Ayu. (2008). Stratergi

Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Jaya, Novian Triwidia. (2010). Hypno Teaching “Bukan Sekedar Mengajar”. Jakarta: D-Brain.

Jensen, Eric. (2011). Pemelajaran Berbasis-Otak. Jakarta: Indeks.

Jones, Vern dan Jones, Louise. (2012). Manajemen Kelas Komprehensif Edisi

ke-9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Mardalis. (1989). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Angkasa.

Marno dan Idris. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

McCrone, John. (2003). Menyingkap Kerja Otak. Jakarta: Erlangga.


(5)

59

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seto, Mario. (2009). Bagaimana Otak Bekerja. Yogyakarta: Bookmarks.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjianto dan Dahidi, Ahmad. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesainc Blank.

Sudjiono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa. Suryono dan hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Sutedi, Dedi. (2011). Pengantar Penelitian Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sprenger, Marlie. (2011). Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta:

Erlangga.

Tarigan, Henri Guntur. (1984). Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

Badarudin. (2010). Hakikat Belajar dan Pembelajaran. (online). Diakses di:

http://masbadarudin.blogspot.com/2010/03/hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html [10 September 2013]

Biffle, Chris. (2008a). Power Teacher Training Manual. (E-book). Diakses di: http://www.wholebrainteaching.com/index.php/doc_download/10-whole-brain-teachers-training- manual.html [28 November 2012]

Biffle, Chris. (2010b). Whole Brain Teaching for Challenging Kids. (E-Book).

Diakses di:

http://www.wholebrainteaching.com/index.php?option=com_docman&tas k=doc_download&gid=32&Itemid=223 [10 September 2013]

Biffle, Chris. (2012c). Whole Brain Teaching, LLC – Milestones. Diakses di :

http://www.wholebrainteaching.com/index.php/whole-brain-teching/goodies/whole-brain-teaching- llc- milestones.html [28 November 2012]


(6)

60

Biffle, Chris. (2012d). Whole Brain Teaching. Diakses di: http://www.funderstanding.com/curriculum/whole-brain-teaching/ [28 Novemver 2012]

Suwarno, Agus. (2010). Power Teaching Sebuah Metode Belajar Alternatif. http://goeswarno.blogspot.com/2010/09/power-teaching-sebuah- metode-belajar.html [4 Oktober 2013]

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses

di: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/undang- undang-no-20-tentang-sisdiknas.pdf [30 Mei 2014]

________. (2009). Strategi Pembelajaran Whole Brain Teaching. Diakses di:


Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS PENERAPAN MODEL BRAIN BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS : Kuasi Eksperimen Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Geografi di SMAN 10 Bandung.

0 3 37

PENERAPAN METODE CARD SORT DALAM PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 47

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER DALAM PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA JEPANG : Eksperimen terhadap siswa kelas XI SMAN 15 Bandung.

0 2 55

PENGARUH PENERAPAN METODE CARD SORT TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA ARAB: Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII MTs. Baabussalaam Bandung.

0 0 50

PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 23 BANDUNG.

4 3 25

PENGARUH METODE BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA ARAB : Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA PGII 2 Bandung.

1 1 57

Efektivitas Penggunaan Papan Monopoli Dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang : Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMAN 1 Pangalengan.

1 1 36

KORELASI PENGGUNAAN METODE GLEEN DOMAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MENGHAFAL KOSAKATA BAHASA ARAB : STUDI EKSPERIMEN TERHADAP SISWA SMAN 1 BANDUNG KELAS XI TA.2009/2010.

0 1 35

PENERAPAN METODE WHOLE BRAIN TEACHING PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JEPANG : Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa kelas XI SMAN 16 Bandung - repository UPI S JEP 0902354 Title

0 1 3

MODEL PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN TEACHING

0 0 3