IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMA : Eksperimen di SMA Negeri I Sumedang Kelas XI IPA.

(1)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMA (Eksperimen di SMA Negeri I Sumedang Kelas XI IPA)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

DEDEH HODIYAH

NIM : 0706667

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMA

NAMA : DEDEH HODIYAH

NIM : 0706667

ANGKATAN TAHUN : 2007

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM : MAGISTER (S-2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Prof. DR. H. Wahyudin ,M.PD. PEMBIMBING I

Dr. Turmudi, M.ED.,M.SC. PEMBIMBING II

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Prof. Jozua Sabandar, MA., Ph.D NIP 130935685


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik Siswa SMA (Eksperimen di SMA Negeri I Sumedang di Kelas XI IPA)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya-karya saya.

Bandung, Agustus 2009 Yang membuat pernyataan,


(4)

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMA (Eksperimen di SMA Negeri I Sumedang kelas XI IPA)

ABSTRAK

Dedeh Hodiyah (0706667)

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan ingin mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan koneksi matematik siswa. Serta ingin mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap strategi think-talk-write. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain pretes-postes tanpa menggunakan kelas kontrol, karena tujuannya hanya ingin mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa tanpa harus membandingkannya dengan model pembelajaran yang lain. Setelah dilakukan pembelajaran selama 6 pertemuan dilanjutkan dengan postes untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik, dilanjutkan dengan pemberian angket kepada siswa untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran think-talk-write serta pengumpulan data observasi untuk 2 orang guru (sebagai pengamat) untuk mengetahui bagaimana tanggapan para pengamat ini terhadap pembelajaran dengan strtegi think-talk-write.

Dalam pelaksanaanya peneliti membagi siswa berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu: siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarka nilai raport matematika semester I. Berdasarkan analisis dari pretes dan postes, ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes dan postes siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write baik untuk aspek berpikir kreatif maupun untuk aspek koneksi matematik.

Peningkatan nilai aspek koneksi matematik maupun aspek berpikir kreatif siswa yang berkemampuan tinggi tergolong peningkatan dengan kualitas tinggi, untuk siswa yang berkemampuan sedang tergolong kualitas yang sedang, dan siswa yang berkemampuan rendah tergolong kualitas peningkatan yang rendah.

Temuan lain dari penelitian ini adalah kemampuan kreatif berdasarkan indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman dan kelancaran, persentase siswa yang tergolong kriteria yang pandai dan istimewa lebih tinggi, tetapi untuk untuk indikator perluasan masih kurang. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write ternyata memberikan respon yang positif terlebih lagi untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi.


(5)

Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Implementasi Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Koneksi Matematik SMA”.

Tesis ini terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Literatur, Kerangka Berpikir dan Hipotesis, Bab III Metode penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan dan Bab V Kesimpulan dan Saran serta beberapa lampiran pendukung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa, serta mengetahui sejauh mana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write.

Proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak mungkin berjalan lancar jika tidak ada bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Jozua Sabandar, MA.,Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

2. Bapak Prof. DR. H. Wahyudin, M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Turmudi, M.ED.,M.SC., selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Drs. H Masduki Heryana, M.M., selaku Kepala SMA Negeri I Sumedang yang mana beliau telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi, dan meberikan kelancaran dalam penelitian ini. 5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah

Pasca Sarjan UPI angkatan 2007, dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doanya, serta secara khusus ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada suamiku tercinta dan anak-anakku tercinta yang senantiasa dengan sabar memberikan dukungannya sepenuh hati demi kelancaran penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas dan melimpahkan kemurahan-Nya kepada kita semua. Amin.


(7)

Penulis menyadari sepenuh hati, tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini.

Bandung, Agustus 2009 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 11

BAB II TINJAUAN LITERATUR, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Literatur ... 13

1. Berpikir Kreatif ... 13

2. Koneksi Matematik ... 21

3. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write ... 26

a) Think ... 26

b) Talk ... 29

c) Write ... 31

d) Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran ... 33

e) Penelitan yang Relevan ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 38


(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 41

B. Subjek Penelitian ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 42

1. Tes Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik ... 43

2. Uji Coba Instrumen ... 45

3. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 45

a. Uji Validitas ... 45

b. Uji Reliabilitas ... 48

c. Uji Daya Pembeda ... 49

d. Uji Tingkat Kesukaran ... 51

4. Angket Sikap Siswa ... 52

5. Pedoman Observasi Pelaksanaan Think-Talk-Write ... 53

D. Pengolahan Data ... 53

E. Prosedur Penelitian ... 56

F. Jadwal Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Data Pretes ... 59

2. Data Postes ... 63

3. Skala Sikap ... 82

a. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 85

b. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Think-Talk-Write ... 86

c. Sikap Siswa Terhadap Soal-soal Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik ... 88


(10)

B. Pembahasan ... 92

1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 94

2. Kemampuan Koneksi Matematik ... 96

3. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Think-Talk-Write . 98 4. Hasil Observasi ... 99

BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Temuan dan Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Pedoman Pensekoran Penilaian Kemampuan Koneksi Matematik ... 3.2. Rekapitulasi Validitas Butir soal Hasil Uji Coba ... 3.3. Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Hasil Uji Coba ... 3.4. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil Uji Coba ... 3.5. Jadwal Penelitian ... 4.1. Rekapitulasi Data Pretes ... 4.2. Rekapitulasi Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan

Tingkat Kemampuannya ... 4.3. Rekapitulasi Data Pretes Kemampuan Koneksi Matematik

Berdasarkan tingkat Kemampuannya ... 4.4. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pretes ... 4.5. Rekapitulasi Data Postes ... 4.6. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Postes ... 4.7. Persentase Peningkatan Rata-rata Nilai ... 4.8. Rekapiulasi Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan

Tingkat kemampuan ... 4.9. Rekapitulasi Data Postes Kemampuan koneksi Matematik

Berdasarkan Tingkat kemampuan ... 4.10. Rekapitulasi Aspek Berpikir Kreatif Kelas XI IPA 5 (Dengan

Wilcoxon) ... 4.11. Rekapitulasi Perbedaan Rata-rata Pretes-Postes Aspek Berpikir

Kreatif dengan Paired Sample T-Tes ... 4.12. Rekapitulasi Perbedaan Rata-rata Pretes-Postes Aspek Koneksi

Matematik dengan Paired Sample T-Tes ... 4.13. Rekapitulasi Analisis Gain Berpikir Kreatif ... 4.14. Rekapitulasi Analisis Gain Koneksi Matematik ... 4.15. Rekapitulasi Rata-rata Gain Ternormalisasi Aspek Berpikir Kreatif ..

44 47 50 52 58 59 60 61 63 64 65 65 66 67 69 70 71 72 72 73


(12)

4.16. Rekapitulasi Rata-rata Gain Ternormalisasi Aspek Koneksi

Matematik ... 4.17. Rekapitulasi Rata-rata Pretes-Postes Secara Total ... 4.18. Rekapitulasi Rata-rata Pretes-Postes Berdasarkan Tingkat

Kemampuan Secara Total ... 4.19. Rekapitulasi Uji Normalitas Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Secara Total ... 4.20. Rekapitulasi Uji Perbedaan Rata-rata Pretes-Postes Berdasarkan

Tingkat Kemampuan Secara Total ... 4.21. Rekapitulasi Analisis Gain Berdasarkan Tingkat Kemampuan Secara

Total ... 4.22. Rekapitulasi Rata-rata Gain Ternormalisasi Berdasarkan Tingakt

Kemampuan Secara Total ... 4.23. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori Kemampuan Kreatif;

Pemula, Biasa, Pandai, dan Istimewa Masing-Masing Kelas ... 4.24. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori Kemampuan Kreatif;

Pemula, Biasa, Pandai, dan Istimewa Masing-masing Kelas Secara Total ... 4.25. Rekapitulasi Skor Sikap dan Skor Netral Masing-masing Kelas ... 4.26. Rekapitulasi Skor Sikap dan Skor Netral Masing-masing Kelas

Secara Total ... 74 76

76

77

78

78

79

80

82 83


(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1. Rata-rata Nilai Pretes Berpikir Kreatif ... 60

4.2. Rata-rata Nilai Pretes Koneksi Matematik ... 61

4.3. Rata-rata Postes Berpikir Kreatif ... 66

4.4. Rata-rata Postes Koneksi Matematik ... 68

4.5. Rekapitulasi Rata-rata Gain Tenormalisasi Aspek Berpikir Kreatif ... 73


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran

1. Silabus ... 2. Rencana Program Pengajaran ... 3. Lembar Aktivitas Siswa ... B. Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 3. Kisi-kisi Angket Skala Sikap ... 4. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 5. Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 6. Angket Skala Sikap ... 7. Lembar Observasi ... 8. Kriteria Assesmen ... C. Analisis Hasil Uji Coba

1. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran .. D. Data Pretes dan Postes

1. Data Pretes ... 2. Data Postes ... 3. Nilai Pretes – Postes Berdasarkan Tingkat Kemampuan ... E. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas ... 2. Uji Perbedaan Rata-rata dengan Paired Sample T Test ... 3. Uji Wilcoxon ... 4. Uji Gain ... 5. Uji Gain Ternormalisasi ...

97 100 118 133 134 135 136 137 138 140 142 144 152 156 160 172 180 192 195 207


(15)

F. Hasil Skala Sikap

1. Skor Skala Sikap ... 2. Perhitungan Skor Skala Sikap ... 3. Distribusi Skor Skala Sikap ... G. Data Dari Total Siswa

1. Dara Pretes-Postes ... 2. Nilai Gain Berdasarkan Tingkat Kemampuan ... 3. Uji Normalitas ... 4. Uji Normalitas Berdasarkan Tingkat Kemampuan... 5. Uji Perbedaan Rata-Rata ... 6. Analisis Gain (Absolut) ... 7. Analisis Gain Ternormalisasi ... 8. Data Skala Sikap ... 9. Skor Skala Sikap ... 10. Distribusi Skor Skala Sikap ... H. Lain-lain

1. Permohonan Izin Penelitian ... 2. Kunci Jawaban Berpikir Kreatif ... 3. Kunci Jawaban Koneksi Matematik ... 4. Contoh Lembar Jawab Siswa ... 5. Hasi Observasi

219 221 233

251 259 265 266 268 271 277 283 284 290

294 295 298 302


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua jenjang pendidikan, dengan harapan pendidikan matematika harus dapat menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan kehidupan masa depan. Seperti yang telah diungkapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa matematika merupakan pengetahuan yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, sudah sewajarnya matematika diberikan pada anak sejak dini.

Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan untuk memperoleh, memilih, dan mengolah informasi, sehingga sangat dibutuhkan pemikiran pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Salah satu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut adalah pelajaran matematika. Menurut Sumarmo (2002) “untuk menguasai matematika dengan baik diperlukan ketekunan, keuletan, serta rasa cinta terhadap matematika sebagai suatu sistem yang logis dan indah serta sebagai suatu proses yang aktif, dinamis dan generatif melalui kegiatan matematika (doing mathematics)”.


(17)

2 Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK, maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan. Seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini, yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum berbasis isi ke kurikulum berbasis kompetensi yang lebih dikenal dengan kurikulum 2004 dan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan adanya perubahan kurikulum tersebut mengakibatkan perubahan paradigma pada proses pembelajaran yaitu dari apa yang harus diajarkan menjadi tentang apa yang harus dikuasai peserta didik.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), mengamanatkan kepada setiap pelaku pembelajaran matematika, dalam hal ini guru dan siswa, agar senantiasa mengarahkan aktivitas belajar matematika di sekolah pada pencapaian standar-standar kompetensi yang meliputi: (1) Memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, teorema, dan ide matematika, (2) menyelesaikan masalah matematika, (3) melakukan penalaran matematika, (4) melakukan koneksi matematika dan (5) melakukan komunikasi matematika. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar matematika yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), merupakan landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kemampuan berpikir matematik telah banyak mendapat perhatian para peneliti maupun pendidik. Banyak perhatian yang difokuskan pada batasan dalam pemahaman siswa terhadap konsep dan juga pada ketrampilan berpikir, penalaran,


(18)

3 dan penyelesaian masalah matematika (Henningsen dan Stein, 1997). Gagasan aktivitas matematika yang berfokus pada kemampuan tersebut memandang matematika sebagai proses aktif, dinamik, generatif dan eksploratif. Proses matematika itu dinamakan dengan istilah bernalar dan berpikir matematika tingkat tinggi.

Menurut Wahidin (2009) seperti yang sering diungkapkan para pakar, setiap orang adalah kreatif walaupun tentu dengan cara pengekspresian yang berbeda. Dengan demikian kreativitas adalah suatu permasalahan yang sangat penting karena: Pertama, era globalisasi yang ditandai dengan cepatnya perubahan di berbagai bidang kehidupan memerlukan manusia-manusia yang dengan cepat mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Kedua, pembangunan yang sedang dilaksanakan di tanah air kita dalam berbagai bidang memerlukan manusia-manusia yang tangguh dan kreatif. Ketiga, program pengentasan kemiskinan yang kini keras berdengung, tentu bukan dipecahkan dengan hanya sekedar memberi pekerjaan atau tunjangan sosial melainkan bagaimana sumber daya manusia yang ada berusaha dibina untuk secara mandiri memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Keempat, dalam kaitan dengan perkembangan sains dan teknologi yang demikian cepat, tanpa kreativitas yang memadai maka sains dan teknologi yang berkembang itu hanya akan menjadi tontonan mengasyikkan yang akan terus berlalu satu demi satu tanpa bisa turut mewarnai pesatnya perkembangan IPTEK.

Munandar (dalam Wahidin, 2009) mengemukakan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu dikembangkan: Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat


(19)

4 mewujudkan dirinya, dan ini merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mewujudkannya. Kedua, sekalipun setiap orang memandang bahwa kreativitas itu perlu dikembangkan, namun perhatian terhadap pengembangan kreativitas itu belum memadai khususnya dalam pendidikan formal. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk hal ini disadari bagaimana para pendahulu kita yang kreatif telah banyak menolong manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan yang menghimpit manusia.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan kreatif, maka perlu dicari alternatif metode pembelajaran yang kondusif, bagi pengembangan hasil belajar siswa yang terkait dengan aspek-aspek yang lebih tinggi serta lebih mengaktifkan siswa belajar. Karena dengan siswa belajar lebih aktif maka ia juga akan lebih kreatif, sehingga bisa lebih tanggap terhadap masalah yang ada di sekitarnya.

Manusia kreatif sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi dan merespon secara efektif ketidakmenentuan perubahan dunia saat ini. Melalui pembelajaran matematika siswa dapat mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, penemuan, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Oleh karena itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap individu siswa agar menjadi sumber daya yang berkualitas.

Komponen berpikir kreatif adalah kemampuan yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan suatu permasalahan. Perkins (dalam Mina, 2006)


(20)

5 menyatakan bahwa kreativitas matematika identik dengan proses berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Keterkaitan antara matematika dengan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Romberg (dalam NCTM,1989) dengan menyatakan bahwa beberapa aspek berpikir tingkat tinggi yaitu pemecahan masalah matematika, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah aspek koneksi matematik. Koneksi matematik merupakan dua kata berasal dari Bahasa Inggris yaitu Mathematical Connection, yang dipopulerkan oleh National Council of Teachers of Matehematics (NCTM) dan dijadikan sebagai standar kurikulum pembelajaran matematika sekolah dasar dan menengah. NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) tahun 2000 dalam buku berjudul ’Principles and Standards for School Mathematics’ menyatakan bahwa pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi matematis (communication), keterkaitan dalam matematika (connection), dan representasi (representation) merupakan standar proses pembelajaran matematika. Adapun standar materi atau standar isi meliputi bilangan dan operasinya (number and operation), aljabar (algebra), geometri (geometry), pengukuran (measurement), dan analisis data dan peluang (data analysis and probability). Menurut NCTM baik standar materi maupun standar proses tersebut secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman dasar yang sangat dibutuhkan untuk dimiliki para siswa.


(21)

6 Sumarmo (2002) mengatakan bahwa koneksi matematik meliputi indikator-indikator berikut: mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; memahami hubungan antar topik matematika; menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; memahami representasi ekuivalen konsep yang sama; mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; menggunakan koneksi antar topik matematika dan koneksi antar topik matematika dengan topik lain.

Melalui koneksi matematik, konsep pemikiran dan wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, tidak hanya terfokus pada topik tertentu yang sedang dipelajari. Membuat koneksi merupakan standar yang jelas dalam pendidikan matematika yang juga menjadi salah satu standar utama yang disarankan NCTM (Sawada, 1966).

Dari uraian di atas jelas bahwa kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan koneksi matematik perlu mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan. Oleh karena itu untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik dalam pembelajaran matematika, perlu diupayakan suatu strategi pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik. Sehingga siswa diharapkan tumbuh daya nalarnya, berpikir logis, kritis kreatif, terbuka dan rasa ingin tahu serta mampu menggunakan koneksi antar topik dalam matematika itu sendiri maupun dengan bidang studi lain.


(22)

7 Beragam model-model pembelajaran telah dikembangkan oleh praktisi dan peneliti pendidikan dalam upaya mengatasi dan mengeliminasi masalah pendidikan yang terjadi di lapangan. Dari semua model pembelajaran itu tidak satupun dinyatakan sebagai yang terbaik, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Apapun model pembelajarannya semua itu hendaknya bermuara pada pemberian fasilitas yang bisa mendorong anak untuk belajar secara aktif. Karena kalau peneliti perhatikan, selama ini sikap anak terhadap pembelajaran, anak masih menyenangi diajar oleh guru dengan cara hanya menerangkan dan anak hanya menunggu apa yang akan diajarkan, artinya anak bersikap menjadi penerima informasi yang baik, tanpa punya inisiatif sendiri. Akibatnya siswa kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya, begitupun dengan koneksi matematik, padahal kedua aspek tersebut sangat penting dalam menyelesaikan setiap permasalahan.

Berkaitan dengan prinsip belajar aktif, maka ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan yang diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa belajar secara aktif. Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar secara aktif, misalnya dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write.

Strategi ini terdiri dari tiga fase yaitu fase think, fase talk, dan fase write. Pada fase think siswa diberikan permasalahan yang terdapat pada Lembar Aktivitas Siswa, kemudian siswa membaca permasalahan dan memikirkan kemungkinan jawaban dari permasalahan tersebut. Pada fase ini siswa bekerja secara individu, sehingga pada fase ini diharapkan siswa tertantang oleh


(23)

8 permasalahan yang ada pada Lembar Aktivitas Siswa tersebut, sehingga siswa tumbuh daya kreativitasnya dan juga daya koneksi matematiknya. Karena pada fase ini siswa berusaha mengkonstruksi sendiri pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selanjutnya fase talk, pada fase ini siswa mendiskusikan apa-apa yang didapat pada fase think, siswa bekerja secara berkelompok, dan diharapkan siswa terlibat aktif dalam berdiskusi. Dengan adanya sharing pendapat dengan anggota kelompok diharapkan juga muncul koneksi-koneksi antar berbagai topik antar berbagai proses ataupun koneksi dengan mata pelajaran lain. Fase yang ketiga adalah fase write, pada fase ini siswa bekerja secara individu lagi, dan diharapkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri ide-ide yang didapat dari hasil diskusinya. Pada fase ini diharapkan akan tumbuh daya kreativitas siswa dalam menuangkan ide-ide yang didapat pada fase talk dan menuliskannya dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

Strategi pembelajaran Think-Talk-Write memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan. Dengan demikian diharapkan kreativitas siswa lebih meningkat, begitupun juga dengan koneksi matematiknya.

Berlandaskan latar belakang masalah tersebut maka penulis berminat untuk melakukan penelitian dengan menggunakan strategi pembelajaran Think– Talk–Write, sedangkan aspek yang akan diukur adalah aspek kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik, dengan alasan bahwa strategi ini bisa membangun cara berpikir kreatif siswa dan cara siswa menggunakan koneksi dalam


(24)

topik-9 topik matematik, mengorganisasikan ide-ide serta menguji ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Implementasi Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah implementasi strategi pembelajaran Think – Talk – Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa SMA?”

Rumusan masalah di atas dapat diperinci sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa?

2. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa?

3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write?


(25)

10 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menelaah dan mendeskripsikan apakah pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Untuk menelaah dan mendeskripsikan apakah pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.

3. Untuk menelaah bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik yang berakibat pada peningkatan prestasi belajar siswa. 2. Strategi pembelajaran ini dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan

pendekatan pembelajaran matematika, dan menjadikan suatu alternatif strategi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran di kelas bisa lebih meningkat. Disamping itu strategi ini dapat memberikan suasana belajar yang dapat membawa siswa memperoleh dan memahami konsep matematika secara optimal.


(26)

11 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

mengembangkan/menerapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write di kelas- kelas lain.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Strategi pembelajaran Think – Talk – Write (variabel bebas 1), Berpikir Kreatif ( variabel terikat 1), dan Koneksi Matematik (variabel terikat 2).

Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Komponen kreativitas yang dapat diases yaitu: kelancaran (fluency); kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide, keluwesan atau fleksibilitas (flexibility); kemampuan menghasilkan ide-ide beragam, kerincian atau elaborasi (elaboration); kemampuan mengembangkan, membumbui, atau mengeluarkan sebuah ide, orisinalitas (originality); kemampuan untuk menghasilkan ide yang tak biasa di antara kebanyakan atau jarang.

2. Koneksi matematik merupakan kegiatan yang meliputi: mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur; memahami hubungan antar topik matematik; menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; memahami representasi ekuivalen konsep yang sama; mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik lain.


(27)

12 3. Strategi Think –Talk –Write merupakan rangkaian pembelajaran yang terdiri

dari tiga tahap yaitu:

a. Think: siswa secara individu membaca Lembaran Aktivitas Siswa (LAS), memikirkan kemungkinan jawabannya dan ditulis dalam catatan kecil. b. Talk: siswa mengkomunikasikan hasil membacanya pada tahap think

melalui diskusi dalam kelompoknya.

c. Write: siswa menuliskan kembali hasil diskusi pada Lembar Aktivitas Siswa.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk eksperimen dengan hanya mengambil satu kelompok eksperimen sebagai sampel, tanpa mengambil kelompok kontrol. Dengan alasan bahwa penelitian ini hanya ingin melihat sejauh mana pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa. Tanpa harus membandingkannya dengan strategi pembelajaran yang lain.

Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran dengan strategi think-talk-write. Dalam pelaksanannya diberikan tes awal dan tes akhir. Dengan demikian desain penelitian ini adalah desain kelompok eksperimen pretes – postes (Ruseffendi, 1998 ) sebagai berikut :

O

X

O

Keterangan : O = Pretes – Postes yang diberikan pada kelas eksperimen. X= Pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write Untuk melihat berhasil tidaknya strategi think-talk-write, yaitu dengan membandingkan skor postes dengan skor pretes. Walaupun begitu ada kemungkinan lebih baiknya skor postes dari pada skor pretes, bukan karena strategi think-talk-write, tetapi karena masalah lain, misalnya karena kematangan, karena lebih kenal dengan soal-soal atau karena pengaruh lingkungan (Ruseffendi, 1998). Tetapi dalam hal ini karena keterbatasan penulis, dalam penelitian ini


(29)

42 permasalahan-permasalahan lain yang mempengaruhi siswa tersebut dieliminir artinya penulis tidak memperhatikan faktor-faktor tersebut. Penulis hanya memperhatikan perlakuan yang diberikan saja, yaitu strategi pembelajaran think-talk-write. Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, artinya peluang H0 diterima secara kebetulan itu kurang dari 0,05.

Kelas yang digunakan adalah kelas yang sudah terbentuk, sebagai kelompok sampel penelitian. Sedangkan pemilihan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara acak. Untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa, maka diberikan dulu pretes sebelum pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write. Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok siswa yang berkemampuan tingkat tinggi, sedang dan rendah. Adapun dasar pengelompokkannya adalah berdasarkan nilai raport matematika semester I, karena dalam mengambil kesimpulannya akan dikaji berdasarkan kelompok yang berbeda.

B. Subjek Penelitian

Mengingat keterbatasan penulis, maka subjek populasi penelitian diambil dari siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sumedang. Dengan alasan agar hasil penelitian lebih bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah peneliti. Di samping itu juga keheterogenan kemampuan siswa pada sekolah ini sesuai untuk dijadikan subjek penelitian. Sedangkan subjek sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 5 dan kelas XI IPA 6 yang diambil tidak secara acak.


(30)

43 C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tiga macam instrumen, yaitu soal tes hasil belajar yang terdiri dari soal untuk menguji kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik, skala sikap siswa terhadap pembelajaran dan format observasi selama proses pembelajaran dengan strategi Think – Talk - Write. Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dibuat Rencana Program Pengajaran dan Lembar Aktivitas Siswa.

1. Tes Kreatif Matematik dan Koneksi Matematik

Instrumen ini digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematik. Sebelum pembuatan instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal berikut indikatornya yang dilanjutkan dengan menentukan kriteria assesmen untuk menilai kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa. Adapun jenis soal yang dipakai adalah soal uraian, dengan pertimbangan bahwa soal uraian memiliki keunggulan dibandingkan dengan soal objektif, sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1993: 104) ”tes tipe uraian memiliki keunggulan yaitu akan timbulnya sikap kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah menguasai materi betul-betullah yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar”. Kisi-kisi dan soal tes secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B 1 halaman 143 dan Lampiran B 2 halaman 144.

Adapun pemberian tes ini dilakukan pada awal dan akhir pembelajaran. Tes awal bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kreatif


(31)

44 dan kemampuan koneksi matematik yang telah dimiliki siswa. Karena dalam mengambil kesimpulan akan dilihat sesuai dengan tingkatan kemampuan siswa. Sedangkan tes pada akhir pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan koneksi matematik siswa, sekaligus untuk melihat apakah peningkatannya signifikan atau tidak.

Tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 5 soal dan kemampuan koneksi matematik juga 5 soal. Adapun materi yang akan diberikan yaitu mengenai fungsi naik dan fungsi turun, nilai stasioner dan aplikasi turunan dalam kehidupan sehari-hari.

Kriteria assesmen atau penskoran kemampuan berpikir kreatif diambil dari Feldman (2001), yang meliputi kemampuan pemahaman, fleksibilitas, elaborasi, kelancaran, dan perluasan. Kriteria assesmen dapat dilihat pada Lampiran B 8 halaman 152. Sedangkan untuk penilaian kemampuan koneksi matematik digunakan pedomam pensekoran yang dimodifikasi dari Quest et al . (2009) pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Kriteria Penskoran Koneksi Matematik

No Reaksi terhadap soal/masalah Skor

1.

2.

3.

Tidak ada jawaban/menjawab tidak sesuai dengan

pertanyaan/tidak ada yang benar.

Jawaban hampir tidak mirip/sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan masalah.

Jawaban ada beberapa yang mirip dengan pertanyaan, persoalan 0

1


(32)

45

4.

5.

atau dengan masalah tapi koneksinya tidak jelas.

Jawaban mirip atau sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan masalah tapi kurang lengkap.

Jawaban mirip atau sesuai dengan pertanyaan, persoalan atau dengan masalah secara lengkap.

3

4

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen diujicobakan secara formal, terlebih dahulu instrumen diuji cobakan terhadap beberapa orang siswa, yang dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2009, untuk melihat apakah instrumen tersebut sudah layak diujicobakan atau belum. Setelah direvisi dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, baru kemudian instrumen tersebut diujicobakan secara formal di kelas. Uji coba instrumen dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 Maret 2009.

3. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik

Untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari instrumen yang telah diujicobakan, peneliti menggunakan program Anates. Adapun program tersebut seandainya dihitung secara manual akan sama dengan rumus-rumus yang akan dibahas berikut ini:

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan itu mampu mengukur apa yang harus diukur, maka dilakukan uji validitas instrumen.


(33)

46 Validitas empiris dilihat dengan menghitung korelasi. Sedangkan rumus korelasi yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment Pearson.

(

)

( )

{

}

{

( )

}

∑ ∑

− − − = 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy

Dengan N = banyaknya sampel

x = skor setiap item soal yang diperoleh siswa

y = skor total seluruh item soal yang diperoleh siswa

Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi digunakan uji-t dengan formula: 2 1 2 xy xy r N r t − −

= Sudjana (2005:380)

Koefisien korelasi menunjukkan korelasi antar skor-skor setiap butir soal dengan skor total yang diperoleh siswa. Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2002, h. 245) adalah sebagai berikut :

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel

dari distribusi t dengan taraf keberartianα = 0,05 dan derajat kebebasan dk = N – 1. Dengan demikian derajat kebebasannya adalah dk = 30 – 1 = 29.


(34)

47 Hasil perhitungan dengan program Anates disajikan dalam Tabel 3.1. Sedangkan kriterianya dipakai kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto yang telah dibahas sebelumnya.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba:

NO

Soal Berpikir Kreatif Soal Koneksi Matematik Nilai

rhit Interpretasi Signifikan

Nilai

rhit Interpretasi Signifikan

1 0,691 Tinggi Signifikan 0,672 Tinggi Signifikan 2 0,648 Tinggi Signifikan 0,671 Tinggi Signifikan 3 0,580 Cukup Signifikan 0,610 Tinggi Signifikan 4 0,609 Tinggi Signifikan 0,682 Tinggi Signifikan 5 0,682 Tinggi Signifikan 0,767 Tinggi Sangat

Signifikan

Hasil analisis validitas uji coba selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C 1 halaman 154 dan Lampiran C 2 halaman 158.

Dari tabel terlihat bahwa dari 5 soal untuk mengukur aspek kemampuan berpikir kreatif ternyata semuanya signifikan dengan interpretasi nomor 1, 2, 4, dan 5 tergolong korelasi yang tinggi sedangkan nomor 3 terdolong korelasi yang cukup. Dengan demikian kelima soal tersebut valid dan layak dipakai untuk penelitian.

Kemudian juga untuk mengukur aspek kemampuan koneksi matematik terdiri dari 5 soal. Pada tabel 3.2. terlihat bahwa nomor 1, 2, 3, 4 ternyata signifikan dan nomor 5 sangat signifikan. Sedangkan tingkat korelasi yang


(35)

48 didapat semua nomor mempunyai interpretasi yang tinggi. Dengan demikian kelima soal untuk mengukur aspek koneksi matematikapun valid, sehingga instrumen layak untuk dipakai dalam penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Selain uji validitas diperlukan juga uji reliabilitas. Untuk mengetahui apakah sebuah tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Sedangkan rumus yang dipakai adalah rumus Cronbach-Alpha.         −       −

=

2

2

11 . 1

1 t b k k r σ σ

r 11 = reliabilitas insrumen k = banyak butir soal

σb2

= jumlah varians butir soal σt 2 = varians total

Interpretasi nilai r 11 mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi, 1991b: 191): r11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah

0,20 < r 11 ≤0,40 reliabilitas : rendah 0,40 < r 11 ≤ 0,70 reliabilitas : sedang 0,70 < r 11 ≤ 0,90 reliabilitas : tinggi


(36)

49 Untuk lebih meyakinkan, nilai r 11 juga dikonsultasikan pada tabel r product moment, dengan mengambil taraf signifikan 0,05, dengan kriteria:

Jika r 11 ≤ r tabel , maka instrumen tidak reliabel Jika r 11 > r tabel , maka instrumen reliabel

Untuk r 11 negatif, berapapun nilainya, menunjukkan bahwa instrumen tidak reliabel.

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen ini didapat:

r 11 = 0,59 , untuk soal berpikir kreatif dengan interpretasi sedang. r 11 = 0,78 , untuk soal koneksi matematik dengan interpretasi tinggi. Hasil uji coba selengkapnya dapat dilihat pada tabel yang ada pada lampiran C 1.

c. Uji Daya Pembeda

Untuk melihat apakah instrumen yang digunakan mampu membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang, digunakan juga uji daya pembeda dengan cara menghitung indeks daya beda. Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung indeks daya beda adalah sebagai berikut :

% 100 × − =

A B A p

I S S D

DenganDp = Indeks daya beda

SA = Jumlah skor kelompok atas (27% kelompok atas)

SB = Jumlah skor kelompok bawah (27% kelompok bawah)


(37)

50 Interpretasi Indeks daya beda (Karno To, 1996) adalah sebagai berikut:

Negatif – 9% Sangat Jelek 10 % – 19% Jelek

20 %– 29% Cukup

30% – 49% Baik

50% ke atas Sangat Baik

Tabel 3.3

Rekapitulasi Daya Pembeda Butir soal Hasil Uji Coba

No Soal

Soal Berpikir Kreatif Soal Koneksi Matematik Nilai daya

pembeda Interpretasi

Nilai daya

pembeda Interpretasi

1 0,35 Baik 0,37 Baik

2 0,25 Cukup 0,35 Baik

3 0,175 Jelek 0,325 Baik

4 0,35 Baik 0,325 Baik

5 0,10 Jelek 0,6 Sangat Baik

Hasil perhitungan Indeks daya beda dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran C 1 halaman 154 dan C 2 halaman 158.

Pada tabel terlihat bahwa dari kelima soal untuk mengukur aspek kemampuan berpikir kreatif ternyata ada dua soal yaitu nomor 3 dan 5 daya


(38)

51 pembedanya mempunyai kriteria yang jelek, tetapi peneliti tidak membuang soal tersebut tetapi dilakukan sedikit revisi dari soal tersebut.

Selanjutnya dari kelima soal untuk mengukur aspek kemampuan koneksi matematik nomor 1, 2, 3, dan 4 mempunyai kriteria yang baik, dan nomor 5 mempunyai kriteria yang sangat baik.

d. Uji Tingkat Kesukaran

Hal penting yang harus diperhatikan juga dalam pengujian instrumen adalah uji tingkat kesukaran setiap item soal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

B A

B A k

I

I

S

S

I

+

+

=

dengan Ik = Indeks Kesukaran

SA = Jumlah skor kelompok atas (27% dari seluruh siswa)

SB = Jumlah skor kelompok bawah (27% dari seluruh siswa)

IA = Jumlah skor ideal yang dapat diperoleh kelompok atas

IB = Jumlah skor ideal yang dapat diperoleh kelompok bawah

Interpretasi indeks tingkat kesukaran (Karno To, 1996) adalah sebagai berikut:

0 % – 15% Sangat Sukar 16% – 30% Sukar 31% – 70% Sedang

71% – 85% Mudah


(39)

52 Tabel 3.4

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir soal Hasil Uji Coba

No Soal

Soal Berpikir Kreatif Soal Koneksi Matematik Nilai Tk

Kesukaran Interpretasi

Nilai Tk

Kesukaran Interpretasi

1 0,275 Sukar 0,686 Sedang

2 0,35 Sedang 0,561 Sedang

3 0,462 Sedang 0,072 Sukar

4 0,825 Mudah 0,719 Mudah

5 0,30 Sukar 0,586 Sedang

Hasil perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada Lampiran C 1 halaman 156 dan Lampiran C 2 halaman 160.

Dari tabel tersebut penyebaran tingkat kesukaran dari instrumen tersebut seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.

4. Angket Sikap Siswa

Untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write, dipakai model skala Likert. Sikap siswa yang dilihat meliputi sikap terhadap pembelajaran matematika, sikap terhadap strategi pembelajaran think-talk-write. Dalam perangkat skala sikap setiap pernyataan diberikan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Untuk melihat kecenderungan sikap siswa, apakah bersikap positif atau tidak, diberikan penskoran. Hasil perhitungan skor skala sikap secara lengkap


(40)

53 dapat dilihat pada lampiran F 2 halaman 231. Sedangkan kisi-kisi angket sikap siswa dapat dilihat pada Lampiran B 3 halaman 145, dan distribusi skor skala sikap siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran F 3 halaman 243.

5. Pedoman Observasi Pelaksanaan Think-Talk-Write

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write berlangsung, baik selama proses pembelajaran maupun pelaksanaan tes, digunakan format observasi. Adapun sebagai observernya diambil dari 2 orang guru. Format observasi lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B 7 halaman 150.

D. Pengolahan Data

Untuk menganalisis data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa peneliti menggunakan program SPSS. Adapun perhitungan-perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata skor hasil pretes dan postes dengan rumus:

n x x n i i

− = 1 Ruseffendi (1993:102)

2. Menghitung standar deviasi skor tes akhir/postes dengan menggunakan rumus:

( )

= − − = n k i n x x S 1 2


(41)

54 3. Menguji normalitas data skor pretes dan skor postes dengan uji Chi Kuadrat:

(

)

2

0 2

− = e e f f f

χ Ruseffendi (1992:358)

observasi frekwensi

f0 =

estimasi frekwensi

fe =

Uji normalitas data skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen menggunakan rumus hipotesis:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dalam SPSS yang dipakai untuk menguji apakah suatu data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah Uji Kolmogorov-Smirnov (Akbar, 2005).

4. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan pretes dan postes one group design, maka menggunakan rumus sebagai berikut:

) 1 ( 2 − =

N N d x Md

t Arikunto (275)

Md = mean dari perbedaan pretes dengan postes xd = deviasi masing-masing subjek

x2d =jumlah kuadrat deviasi N = Subjek pada sampel


(42)

55 Untuk mengambil kesimpulan, nilai t hasil perhitungan dibandingkan dengan t yang ada pada tabel. Jika thitung > dari ttabel maka perbedaan nilai pretes dengan postes adalah signifikan.

Dalam program SPSS untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group digunakan Analisa Paired Sample T-Test (Wahyono, 2004). Analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau sampel yang berpasangan. Adapun dasar pengambilan keputusan dari Analisa Paired Sample T-Test adalah:

H0 : Rata-rata pretes dan postes adalah identik H1 : Rata-rata pretes dan postes adalah tidak identik

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, tetapi jika < 0,05 maka H0 ditolak 5. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik untuk dua sampel yang tidak saling bebas pengganti uji-t yaitu uji Wilcoxon.

( )(

+1

)(

2 +1

) ( )

/ 24 − = N N N J J

z α Ruseffendi (1993:506)

6. Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi:

pre ideal pre pos s s s s g − −

= Meltzer, (2002)

Keterangan: spre =skorpretes ;spos =skorpostes ;sIdeal =skorIdeal Kategori : Tinggi jika g > 0,7 ; Sedang : 0,3 < g < 0,7 ; dan Rendah: g < 0,3.


(43)

56 E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaanya, dan disajikan dalam bagan sebagai berikut:

Kelompok Eksperimen

Strategi Pembelajaran

Think – Talk – Write

Observasi

Skala Sikap Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Eksperimen dan Pretes

Analisis Data Pelaksanaan

Postes

Penulisan Laporan


(44)

57 F. Jadwal Penelitian

Tabel 3.5. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Feb Mart Apr Mei Jun Jul

1. Menyusun Instrumen 2. Uji Coba Instrumen

3.

Pelaksanaan Eksperimen termasuk pretes dan postes 4. Menganalisis data


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran, pengamatan dan analisis data yang diperoleh selama penelitian pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write, maka peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara signifikan.

2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa secara signifikan

3. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi think-talk-write memberikan respon yang positif terlebih lagi untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi.

B. Temuan dan Saran

Dalam penelitian ini banyak hal-hal yang penulis temukan yang perlu diangkat, seperti misalnya: Pertama, dari data keseluruhan siswa, ternyata strategi pembelajaran think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik dengan kualitas yang tinggi untuk siswa yang berkemampuan tingkat tinggi, kualitas sedang untuk siswa yang berkemampuan sedang dan kualitas yang rendah untuk siswa yang berkemampuan rendah. Kedua, kemampuan kreatif berdasarkan indikator fleksibilitas, elaborasi, pemahaman, dan


(46)

101 kelancaran, proporsi siswa yang tergolong kriteria pandai dan istimewa tergolong tinggi, tetapi untuk indikator perluasan masih tergolong kurang.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka dengan demikian diharapkan strategi pembelajaran think-talk-write, dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran. Selain itu juga strategi pembelajaran think-talk-write dapat digunakan untuk memacu siswa dalam berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan, dan dapat menggunakan koneksi matematik dalam pelajaran matematika itu sendiri maupun dalam mata pelajaran yang lain. Dan bagi yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan strategi think-talk-write, disarankan menelaah kemampuan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik dengan kualitas peningkatan yang tinggi. Disarankan juga dalam pelaksanaan penelitian agar pengaturan waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi TTW (eksperimen di SMUN Kelas I Bandung ): Desertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Akbar, A.(2005). Menggunakan SPSS Bagi Peneliti Pemula. Bandung: M25.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Aryani, R.S.T. (2006). Upaya meningkatkan Kemampuan penalaran matematik Siswa SMP Melalui Strategi Think – Talk – Write . Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Awaludin, (2007). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematis Pada Siswa Dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open Ended Dalam Kelompok Kecil Dengan Pemberian Tugas Tambahan. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Budiarto, M.T. dan Hartono, (2002). Proses Berpikir Pembentuk Struktur Bangun Datar, Prosiding Konferensi Nasional Matematika XI, Edisi Khusus.

Campbell, D.(1986). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.

Dahar, R.W. (1989). Teori – teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Huinker, D. & Laughlin, C. (1996). Talk Your Way into Writing . In P.C. Elliot, and M.J kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K – 12 and Beyond,USA: NCTM.


(48)

103 Helmaheri, (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997). Mathematical Task and Student Cognition: Classroom based factors that Support and inhibit Hight level Thinking and Reasoning, JRME,28,524-549.

Herliani, A. (2006). Mengembangkan Pembelajaran berbasis komputer untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa SMA. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Juniawati, N. (2005). Pengaruh strategi Think – Talk – write Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kusuma, D.A. (2003). Meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dengan menggunakan metode inquiri. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Marlina, A. (2005). Pembelajaran matematika melalui strategi Think – Talk – Write dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, S.C.U., Munandar A.S. dan Semiawan, C. (1990). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education. Disertasi Doktor, Universitas Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(49)

104 Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa (Eksperimen pada MAN Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mudzakir, H.S. (2006). Strategi Pembelajaran TTW Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada siswa kelas II SMP di Kab Garut). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, U. (2002). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Mina, E. (2006). Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung.Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

National Council of Teacher of Mathematics, (2000). Principles and Standarts for School Mathematics, Reaston , VA: NCTM.

New Jersey State Board of Education, (1996). The New Jersey Mathematics Curriculum Framework was developed to provide information, guidance, and assistance to teacher and curriculum developers in implementin the mathematics standards. [Online]. Tersedia: http://dimacs.rutgers.edu/nj_ math_coaltion/framework/acrobat/chap01-4.pdf.[21 Maret 2009].

Noer. S.H. (2007). Pembelajaran Open Ended untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pujiastuti, H. (2008). Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatka kemampuan koneksi dan representasi Matematik Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(50)

105 Quest, HS. et al. (2009). Standars and scoring Criteria for Mathematics Tasks,

[Online]. Tersedia: http://www.smallschoolsproject.org/PDF/meetings/ma-task_rubric.pdf.[21 Maret 2009]

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran Kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar siswa SMA. Disertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T.(1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semararang.

Romberg, T. (1992). Classroom Intruction that Fosters Matematical Thinking and Problem Solving: Connections between Theory and Practice New York: MacMilan Publishing Company.

Sawada, D. (1996). Mathematics as Connection Making in Japanese Elementary School. School Science and Mathematics. Vol 96 (5).

Sarbani,B. (2008), Standar Proses Pembelajaran Matematika,[Online].Tersedia: http ://bambangsarbani.blogspot.com./2008_10_01_archive html.[27 Desember 2008]

Sudjana, (1996). Metode Statistika. Tarsito: Bandung.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Guru dan Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian. IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.


(51)

106 Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam menerapkan

kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Seminar Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada siswa Sekolah Menengah dan mahasiswa, Calon Guru. Makalah pada seminar Nasional PMIPA UPI Bandung.

Silver, E.A & Smith, M.S. (1996). “Building Discourse Communities in Mathematics Classroom : A Worthwhile but challenging Journey “ In P.C. Elliot, dan M.J Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Methematics, K – 12 and Beyond, Reston. VA : NCTM.

Torrance, E.P. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association.

Wahyono,T. (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Wahidin, D. (2009). Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia

http://didin-uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html. [17 Juli 2009]


(1)

101 kelancaran, proporsi siswa yang tergolong kriteria pandai dan istimewa tergolong tinggi, tetapi untuk indikator perluasan masih tergolong kurang.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka dengan demikian diharapkan strategi pembelajaran think-talk-write, dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran. Selain itu juga strategi pembelajaran think-talk-write dapat digunakan untuk memacu siswa dalam berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan, dan dapat menggunakan koneksi matematik dalam pelajaran matematika itu sendiri maupun dalam mata pelajaran yang lain. Dan bagi yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan strategi think-talk-write, disarankan menelaah kemampuan siswa yang berkemampuan sedang dan rendah agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan koneksi matematik dengan kualitas peningkatan yang tinggi. Disarankan juga dalam pelaksanaan penelitian agar pengaturan waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi TTW (eksperimen di SMUN Kelas I Bandung ): Desertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Akbar, A.(2005). Menggunakan SPSS Bagi Peneliti Pemula. Bandung: M25.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Aryani, R.S.T. (2006). Upaya meningkatkan Kemampuan penalaran matematik Siswa SMP Melalui Strategi Think – Talk – Write . Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Awaludin, (2007). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematis Pada Siswa Dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open Ended Dalam Kelompok Kecil Dengan Pemberian Tugas Tambahan. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Budiarto, M.T. dan Hartono, (2002). Proses Berpikir Pembentuk Struktur Bangun Datar, Prosiding Konferensi Nasional Matematika XI, Edisi Khusus.

Campbell, D.(1986). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.

Dahar, R.W. (1989). Teori – teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Huinker, D. & Laughlin, C. (1996). Talk Your Way into Writing . In P.C. Elliot, and M.J kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K – 12 and Beyond,USA: NCTM.


(3)

103 Helmaheri, (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997). Mathematical Task and Student Cognition: Classroom based factors that Support and inhibit Hight level Thinking and Reasoning, JRME,28,524-549.

Herliani, A. (2006). Mengembangkan Pembelajaran berbasis komputer untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa SMA. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Juniawati, N. (2005). Pengaruh strategi Think – Talk – write Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kusuma, D.A. (2003). Meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dengan menggunakan metode inquiri. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Marlina, A. (2005). Pembelajaran matematika melalui strategi Think – Talk – Write dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, S.C.U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, S.C.U., Munandar A.S. dan Semiawan, C. (1990). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education. Disertasi Doktor, Universitas Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(4)

Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa (Eksperimen pada MAN Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mudzakir, H.S. (2006). Strategi Pembelajaran TTW Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada siswa kelas II SMP di Kab Garut). Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munandar, U. (2002). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Mina, E. (2006). Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Bandung.Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

National Council of Teacher of Mathematics, (2000). Principles and Standarts for School Mathematics, Reaston , VA: NCTM.

New Jersey State Board of Education, (1996). The New Jersey Mathematics Curriculum Framework was developed to provide information, guidance, and assistance to teacher and curriculum developers in implementin the mathematics standards. [Online]. Tersedia: http://dimacs.rutgers.edu/nj_ math_coaltion/framework/acrobat/chap01-4.pdf.[21 Maret 2009].

Noer. S.H. (2007). Pembelajaran Open Ended untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan berpikir kreatif. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Pujiastuti, H. (2008). Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatka kemampuan koneksi dan representasi Matematik Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

105 Quest, HS. et al. (2009). Standars and scoring Criteria for Mathematics Tasks,

[Online]. Tersedia: http://www.smallschoolsproject.org/PDF/meetings/ma-task_rubric.pdf.[21 Maret 2009]

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh pembelajaran Kontekstual terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar siswa SMA. Disertasi PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T.(1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semararang.

Romberg, T. (1992). Classroom Intruction that Fosters Matematical Thinking and Problem Solving: Connections between Theory and Practice New York: MacMilan Publishing Company.

Sawada, D. (1996). Mathematics as Connection Making in Japanese Elementary School. School Science and Mathematics. Vol 96 (5).

Sarbani,B. (2008), Standar Proses Pembelajaran Matematika,[Online].Tersedia: http ://bambangsarbani.blogspot.com./2008_10_01_archive html.[27 Desember 2008]

Sudjana, (1996). Metode Statistika. Tarsito: Bandung.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Guru dan Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian. IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam menerapkan kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Seminar Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Ketrampilan Membaca pada siswa Sekolah Menengah dan mahasiswa, Calon Guru. Makalah pada seminar Nasional PMIPA UPI Bandung.

Silver, E.A & Smith, M.S. (1996). “Building Discourse Communities in Mathematics Classroom : A Worthwhile but challenging Journey “ In P.C. Elliot, dan M.J Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Methematics, K – 12 and Beyond, Reston. VA : NCTM.

Torrance, E.P. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association.

Wahyono,T. (2004). Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Wahidin, D. (2009). Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia

http://didin-uninus.blogspot.com/2009/03/berpikir-kreatif.html. [17 Juli 2009]