PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) DI KOTA BANDUNG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh:

Daniel Kasidi NIM. 1005724

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

(SMAN) DI KOTA BANDUNG

Oleh Daniel Kasidi

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPendidikanIlmuPe ngetahuanSosial

© Daniel Kasidi 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Oktober 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhyaatausebagian, dengandicetakulang, difoto kopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis.


(3)

DANIEL KASIDI 1005724

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001

Dosen Pembimbing II

Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd. NIP. 19550210 198002 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd. NIP. 19620304 198704 2 001


(4)

(5)

vii

Daniel Kasidi, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. PreferensiMasyarakat ... 8

B. Sekolah ... 15

C. Lokasi Sekolah ... 23

1. Aksesibilitas ... 23

2. Waktu dan Jarak Tempuh ... 24

D. Sosial Ekonomi Orang Tua... 26

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 27

2. Pendapatan Orang Tua ... 27

E. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 29

B. PopulasidanSampel ... 29

C. VariabelPenelitian ... 37

D. DefinisiOperasional... 38


(6)

viii

Daniel Kasidi, 2014

F. Teknikpengumpulan Data dan Analisis Data ... 44

1. Teknik Pengumpulan Data ... 44

2. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum LokasiPenelitian ... 48

1. KondisiFisik ... 48

2. KondisiSosial Ekonomi ... 49

3. KondisiPendidikan... 53

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

1. Karakteristik Sekolah Menengah Atas Negeri ... 56

2. Karakteristik Peserta Didik ... 61

3. Karakteristik Orang Tua ... 64

C. Analisis Data ... 68

1. Uji Normalitas ... 68

2. Uji Hipotesis ... 69

D. Pembahasan ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

Daniel Kasidi, 2014

Daniel Kasidi (1005724) ABSTRAK

Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. Pentingnya pendidikan menyebabkan masyarakat semakinselektifdalam memilih sekolah yang sesuai, termasuk pada jenjang sekolah menengah atas negeri di kota Bandung. Kota Bandung memiliki 27 sekolah menengah atas negeri yang tersebar pada 30 kecamatan. Preferensi masyarakat dalam memilih sekolah dipengaruhi oleh tiga faktor penting, yaitu kondisi sekolah, lokasi sekolah dan kondisi sosial ekonomi orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri di kota Bandung. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI yang tersebar pada 27 sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung. Sampel pada penelitian ini terbagi tiga jenis yaitu sekolah, peserta didik dan orang tua. Untuk sampel sekolah dipilih sepuluh sekolah dari 27 sekolah menengah atas negeri yang ada, sampel peserta didik diambil sebanyak 90 peserta didik, dan orang tua juga sebanyak 90 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner, wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis korelasi koefisien spearman rank dengan bantuan SPSS versi 19.Hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi sekolah yang meliput aspek sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM).Sedangkan faktor kondisi sekolah padaaspek prestasi sekolah tidak terdapat hubungan. Faktor lokasi yang meliputi aspek waktu dan jarak tempuh serta aksesibilitas juga memiliki hubungan yang signifikan dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah. Faktor kondisi sosial ekonomi orang tua yang meliputi tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua tidak terdapat hubungan dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) adalah faktor kondisi sekolah yang meliputi sarana prasarana dan sumber daya manusia (SDM) serta faktor lokasi yang meliputi aksesibilitas dan waktu serta jarak tempuh. Tetapi untuk aspek prestasi serta faktor sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua tidak terdapat korelasi. Direkomendasikan untuk seluruh sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung agar lebih meningkatkansistem pengajaran yang dimiliki sehingga aspek prestasi dapat menjadi salah satu faktor bagi masyarakat dalam memilih sekolah. Kata Kunci : Pendidikan, Preferensi, Masyarakat


(8)

Daniel Kasidi, 2014

Daniel Kasidi (1005724) ABSTRACT

Education became one of the basic needs for society. The importance ofeducation led public to more selective in choosing the appropriate school, including the high school level in the Bandung City. Bandung has 27 state high schools in 30 districts. Public preferences when choosing a school is influenced by three important factors are condition of the school, school’s location and

parent’s socio-economic conditions. The purpose of this research is to know how much the relationship between these three factors with public preference to public high school in the city state. This research used descriptive method.The population ofthis research were allstudentsof class XIweredisperedin27statehigh schools(SMAN) in Bandung. The sampleinthis research divided intothreetypesschools, pupilsand parents. Tenschoolsselectedfor thesampleof27secondaryschoolsoverthe existingstate, sampleswere takenas much as90learnerspupils, and parentsare alsoas many as90people. Research’s instrumentssuch asquestionnaires, interviews, observationanddocumentation.Data were analyzed usingSpearmanrankcoefficientcorrelationanalysiswith19thversion of SPSS.Analysis resultsshow thatthere is asignificant relationshipbetweenschool conditionswhichcoveraspects ofinfrastructure andhuman resources(HR).While thecondition ofschoolfactorsonschoolachievementaspectthere is no relationship.Locationfactorsinclude aspects oftimeand distance,as well asaccessibility alsohas asignificant correlationwith thepreferencesof theschoolcommunity. Factor ofsocio-economic conditionswhich includethe level ofparentaleducationandparental incomethere was no correlationwith thepreferencesof theschoolcommunity.The Recommendedfor theentirestatehigh school(SMAN) in the cityin order tofurther improve theteaching systemowned bythataspectof achievementmaybe onefactorin choosinga schoolfor the society.


(9)

1

Daniel Kasidi, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Salah satu usaha dalam mencapai tujuan pembangunan nasional tentunya dilakukan dalam bidang pendidikan. Sudjana (dalam Alamsyah, 1989:24) menjelaskan bahwa pendidikan dalam arti umum adalah komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Belajar berarti upaya seseorang untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang diperlukan bagi pengembangan diri dalam mencapai kedewasaan.

Oleh karena itu, kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan yang penting. Malcoms Knowles (dalam Alamsyah, 1989:25) menyatakan bahwa kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang perlu dimiliki oleh seseorang dengan jalan belajar demi kemajuan dirinya sendiri, kemajuan lembaga yang ia miliki dan untuk kemajuan masyarakatnya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting tidak hanya untuk suatu individu, namun juga untuk kemajuan suatu lembaga, masyarakat dan juga tentu untuk negara.

Menurut Nawawi dan Hadari (dalam Alamsyah, 1989:26),sistem kependidikan nasional di suatu negara lebih dititik beratkanpada pengaturan penyelenggaraan pendidikan formal yaitu dalam bentuk persekolahan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah merupakan faktor yang penting dalam pendidikan. Sekolah merupakan salah satu satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 10 dikatakan bahwa satuan pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 1 ayat 11, pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Sehingga sekolah tergolong pada jalur pendidikan formal.


(10)

Daniel Kasidi, 2014

Ditengah perkembangan zaman yang semakin modern ini, masyarakat dituntut untuk memilih jalur pendidikan yang tepat dan sesuai. Dan sekolah merupakan wadah yang harus ditempuh terlebih dahulu sebelum menggapai jenjang-jenjang kehidupan selanjutnya, baik itu akan melanjutkan pendidikan menuju perguruan tinggi atau langsung bekerja.

Dan salah satu pilihan yang cukup pelik untuk masa depan adalah ketika harus memilih arah atau tujuan setelah lulus dari sekolah menengah pertama atau sederajat. Terdapat 2 pilihan umum yang harus dicermati dengan baik, yaitu memilih untuk melanjutkan menuju sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK). Dua jenjang yang sama namun berbeda Proses dan Tujuan. Namun kedua pilihan tersebut merupakan hal-hal yang punya nilai positif untuk masa depan.

Pengertian sekolah menengah atas (SMA) dijelaskan pada Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan:

Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Bersekolah di Sekolah menengah atas yang favorit tentunya menjadi impian dari setiap peserta didik dan orang tua. Dengan bersekolah ditempat yang baik, maka kemampuan peserta didik dapat meningkat karena didukung oleh sistem pengajaran yang baik dan tentunya fasilitas-fasilitas yang mumpuni. Ditambah lagi dengan persaingan dengan murid-murid lain tentu akan menjadi motivasi tersendiri untuk meningkatkan kemampuan menjadi lebih baik lagi. Namun ditengah persaingan sekolah-sekolah favorit yang ada di Indonesia terdapat hal-hal yang cukup menyita perhatian, yaitu sekolah menengah atas favorit didominasi oleh sekolah menengah atas negeri.

Sekolah menengah atas di Indonesia pada umumnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu negeri dan swasta. Dan seiring dengan berjalannya sistem pendidikan hingga saat ini, timbul pola pikiryang salah tentang kedua bagian


(11)

Daniel Kasidi, 2014

tersebut. Para masyarakat umumnya menilai bahwa SMA negeri hanya untuk kalangan mereka yang berprestasi sedangkan SMA swasta merupakan tempat mereka yang tidak lulus tes masuk SMA negeri. Bila ada beberapa SMA swasta yang favorit, sekolah tersebut hanya untuk mereka yang “berada”. Adanya pola pikir tersebutlah yang menyebabkan masyarakat pada umumnya berjuang untuk masuk menuju sekolah menengah atas negeri dibandingkan untuk masuk sekolah menengah atas swasta.

Adanya mindset bahwa sekolah menegah atas negeri merupakan sekolah favorit tentu membuat para peserta didik berusaha keras untuk menempuh pendidikan di tempat tersebut. Selain lebih menjanjikan untuk masa depan, tentu biaya untuk sekolah menengah atas negeri dinilai lebih terjangkau. Hal itu dikarenakan sekolah menengah atas negeri mendapat bantuan pemerintah, berbeda dengan sekolah menengah swasta yang bersifat mandiri (dana sekolah berasal dari yayasan).

Dalam rangka menyukseskan salah satu dari enam misi kota Bandung yaitu memantapkan kecerdasan warga kota Bandung, tentu pemerintah juga tidak tinggal diam. Pembenahan sistem pendidikan terkhusus di sekolah menengah atas juga digencarkan oleh pihak pemerintah guna merealisasikan visi tersebut, sehingga seluruh peserta didik mendapatkan pembelajaran yang baik.

Beragamnya sekolah menengah di kota Bandung, baik sekolah menengah atas dan kejuruan tentu menjadi pilihan yang cukup rumit untuk masyarakat, terlebih lagi untuk peserta didik lulusan sekolah menengah pertama dan sederajat. Sejalan dengan hal tersebut, pihak sekolah tentu juga sibuk untuk membenahi sarana dan prasarana yang dimiliki, tentunya untuk menarik minat dari masyarakat untuk memilih sekolah tersebut. Namun terlepas dari itu, tentu pilihan tersebut ada pada masyarakat sendiri.

Kota bandung memiliki 27 sekolah menengah atas negeri, 2 Madrasah Aliyah, sedangkan untuk sekolah menengah atas swasta sendiri berjumlah 151 . Sekolah menengah atas negeri merupakan pilihan yang paling sangat diminati


(12)

Daniel Kasidi, 2014

oleh masyarakat kota Bandung. Hal ini dapat dilihat pada tabel jumlah murid sekolah menengah atas di kota Bandung berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung 3 Tahun Terakhir

Tahun Negeri Swasta

2012 25.531 19.623

2011 26.421 28.668

2010 24.446 26.438

Sumber : Bandung dalam angka 2013

Bila dilihat dari data diatas, dapat dianalisis bahwa 29 sekolah menengah atas negeri (termasuk MA) mampu menyaingi 151 sekolah menengah atas swasta. Bahkan pada tahun 2012 sendiri, jumlah peserta didik yang ada pada sekolah menengah atas negeri lebih besar dibandingkan dengan jumlah peserta didik pada sekolah menengah atas swasta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat kota Bandung cenderung memilih sekolah menengah atas negeri dibandingkan swasta.

Pada tahun 2013, kota Bandung masih menggunakan klaster (tingkatan) untuk sistem pendaftaran pada sekolah menengah atas negeri (SMAN). Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung 2013, sekolah menengah atas negeri di kota Bandung dibagi menjadi 3 jenis klaster yaitu klaster I, klaster II dan klaster III. Sekolah level atas (klaster I), sekolah level sedang (klaster II), dan sekolah level bawah (klaster III).Penentuan klaster sekolah ditetapkan berdasarkan prestasi sekolah yang diperoleh dalam ujian nasional dan standar nilai (passing grade) dalam penerimaan siswa baru.Hal tersebut sempat menjadi perbincangan seluruh pihak sekolah menengah atas negeri pada saat itu, namun akhirnya sistem klaster tersebut resmi dihapuskan oleh pihak dinas kota Bandung pada tahun 2014 dikarenakan menimbulkan banyak sekali kesenjangan yang ditimbulkan oleh sistem tersebut.


(13)

Daniel Kasidi, 2014

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 666 Tahun 2014,dijelaskan bahwa dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2014 para calon peserta didik akan diberi 2 pilihan untuk memilih sekolah. Pilihan pertama berdasarkan kesukaan dari calon peserta didik tersebut dan pada pilihan kedua akan diarahkan berbasis wilayah, yang artinya harus berdekatan dengan tempat kediaman dari sang peserta didik tersebut. Berdasarkan keputusan tersebut, tentu akan membuat para calon peserta didik dan juga para orang tua lebih memikirkan lagi apasaja yang perlu diperhatikan dalam memilih sekolah yang tepat.

Maryati (2009 : 116) menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor penting yang memiliki hubungan eratdengan preferensi masyarakat terhadap suatu sekolah, yaitu faktor kondisi sekolah, lokasi sekolah dan juga sosial ekonomi orang tua. Dan bila berbicara tentang faktor lokasi, tentu sudah tidak asing lagi dengan Geografi karena akan sangat dekat kaitannya dengan pendekatan keruangan.

Berdasarkan pernyataan–pernyataan diatas peneliti mengangkat penelitian ini dengan topik permasalahan “ Preferensi Masyarakat Terhadap Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) Di Kota Bandung”.Penelitian ini akan dilaksanakan lebih lanjut dan diharap mendapatkan solusi yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan yang sudah dijelaskan pada Latar Belakang, maka dapat diambil beberapa rumusan permasalahan, antara lain :

1. Seberapabesarkahhubungan antarakondisi sekolahdengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung?

2. Seberapabesarkahhubungan antaralokasi sekolahdenganpreferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung?


(14)

Daniel Kasidi, 2014

3. Seberapabesarkahhubungan sosial ekonomi orang tua dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari masalah-masalah yang dirumuskan, maka penelitian bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisaseberapabesar hubunganantara kondisi sekolahdenganpreferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

2. Untuk menganalisaseberapabesar hubungan antaralokasisekolah dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

3. Untuk menganalisaseberapabesarhubunganantara sosial ekonomi orang tuadengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak yang

terkait. Manfaatpenelitianterbagimenjadi 2

bagianyaitumanfaatteoritisdanmanfaatpraktis.Berikutadalahmanfaatteoritisdanpra ktispadapenelitianini, antara lain :

1. ManfaatTeoritis

a. Memberikankontribusidansumbanganterhadapkonseppengembanga nkeilmuan.


(15)

Daniel Kasidi, 2014

b. Memberikankontribusidansumbanganterhadapkonseppengembanga npendidikan.

c. Memberikankontribusidansumbanganterhadapkomseppreferensi d. Memberikankontribusidansumbanganterhadapkonseppengembanga

nsekolah.

e. Memberikankontribusidansumbanganterhadappengetahuanmasyara kattentangsekolahmenengahatasnegeri di kota Bandung

2. ManfaatPraktis

a. Sebagaibahanmasukanbagisekolahmenengahatasnegeri (SMAN) di kota Bandung agar preferensimasyarakatmeningkat.

b. SebagaibahanmasukanuntukDinasPendidikan Kota Bandung

dalammelakukanpemerataanpendidikan di

setiapsekolahmenengahatasnegeri di kota Bandung.

c. Sebagaibahanmasukanuntukmasyarakatdalammemilihsekolahmene ngahatasnegeri (SMAN) yang tepat.


(16)

8

Daniel Kasidi, 2014

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Preferensi Masyarakat Terhadap Sekolah

Preferensi berasal dari kata preference (Inggris) yang artinya „lebih suka.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), preferensi diterjemahkan sebagai kecenderungan untuk memilih sesuatu dari pada yang lain.Menurut Porteus (dalam Saputra, 2000:10), Preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat keputusan seorang individu. Dan komponen-komponen tersebut adalah perception (Persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference (Kecenderungan), dan satisfaction (kepuasan). Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Setiap individu memiliki preferensi dalam menentukan berbagai pilihan untuk kebutuhannya. Simamora (2004:87) mengungkapkan bahwa preferensi dapat dibentuk melalui pola pikir konsumen (individu) yang didasari oleh 2 hal, yaitu pengalaman yang diperolehnya dan kepercayaan turun temurun. Bila dikaitkan dalam preferensi terhadap sekolah, pengalaman yang diperoleh akan lebih dirasakan oleh orang tua. Sehingga orang tua tentu memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan sekolah yang tepat untuk anaknya. Dan untuk kepercayaan turun temurun lebih dikaitkan dengan keluarga dan lingkungan yang ada disekitar peserta didik.

Menurut Gibson dalam Walgito (dalam Maryati 2009:24) persepsi adalah suatu prosespemberian arti atau proses kognitif dari seseorang terhadap lingkungannya, yangdipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Dengandemikian setiap orang akan berbeda cara pandang dan penafsirannya terhadap suatu objek/fenomena tertentu. Persepsi berkaitan pula dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang suatu fenomena pada saat tertentu dan mencakup pula pada aspek kognitif/pengetahuan. Jadi persepsi mencakup penafsiran objek/tanda dari sudut pandang individu yang bersangkutan dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan


(17)

Daniel Kasidi, 2014

sikap. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persepsi sangat dipengaruhi beberapa faktor antra lain: faktor situasi, kebutuhan dan keinginan juga keadaan emosi. Pada dasarnya perilaku seseorang atau apa yang dilakukan seseorang selalu bersumber dari persepsinya terhadap sesuatu dalam menilai diri dan lingkungannya. Perilaku bermula dari penginderaan yang ditafsirkan, kemudian muncul perasaan/ emosi yang menimbulkan harapan dan akhirnya menghasilkan tindakan.

Seorang pakar dalam bidang marketing menyatakan persepsi sebagai proses seorang individu memilih informasi, mengorganisir, menafsirkan masukan-masukan info untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia (Kotler dalam Maryati, 2009 : 25). Pakar lain dalam bidang psikologi menyatakan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penginterpretasian informasi dari organ-organ indera (Malcom Hardy dalam Maryati, 2009 : 25). Sementara untuk maksud yang sama pakar psikologi lain, Mahmud Dimyati (dalam Maryati, 2009:25) menyatakan persepsi sebagai proses penafsiran stimulus yang tidak ada dalam otak.

Persepsi dinyatakan sebagai proses menafsirkan sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi merupakan penafsiran realitas dan masing-masing orang memandang dari sudut perspektif yang berbeda (Winardi, 1991). Sedangkan Winarto (1998) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan penafsiran unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Dari berbagai konsep tentang persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses perjalanan sejak dikenalnya suatu objek melalui organ-organ indera sampai diperolehnya gambaran yang jelas dan dapat dimengerti serta diterimanya objek tersebut.

Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan mengenai objek, orang, atau peristiwa. Petty, cocopio,


(18)

Daniel Kasidi, 2014

1986 dalamAzwar S(2000 : 6), Sikapadalahevaluasiumum yang dibuatmanusiaterhadapdirinyasendiri,orang lain, obyekatauissu.Sikapmencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu.

Manifestasisikaptidakdapatlangsungdilihat,

tetapihanyadapatditafsirkanterlebihdahuludariperilaku yang tertutup.Sikapmerupakankesiapanataukesediaanuntukbertindakdanbukanmeru

pakanpelaksana motif

tertentu.Dapatdiartikanjugasikapadalahkecenderunganbertindak, berpikir, berpersepsi, danmerasadalammenghadapiobjek, ide, situasi, ataunilai.Sikapbukanlahperilaku,

tetapimerupakankecenderunganuntukberperilakudengancaratertentuterhadapo bjeksikap.Sikaprelatiflebihmenetapataujarangmengalamiperubahan.Terdapat 3 komponen sikap, yaitu:

1. komponen kognitif sikap (merupakan segmen pendapat atau keyakinan dari sikap),

2. komponen afektif sikap (segmen emosional atau perasaan dari sikap) dan 3. komponen perilaku sikap, (merupakan maksud untuk berperilaku dalam

cara tertentu terhadapa seseorang atau sesuatu).

Nilaimengandungunsurpertimbangan yang mengembangagasan-gagasanseorangindividumengenaiapa yang benar, baik, dandiinginkan. Nilaimempunyaiatributisimaupunintensitas.Atributisimengatakanbahwabentu

kperilakuataubentuk-akhirkeberadaannyaadalahpenting.Atributintensitasmenjelaskanseberapapenti

nghalitu.Ketikakitamemperingatkannilai-nilaiindividuberdasarkanintensitasnya, kitaperolehsistemnilai orang tersebut.Secaraumumdapatdikatakannilaiiturelatifstabildankokoh.Nilaisebagai modal

tingkahlakuataucarabertindaksecaraeksplisitmaupunimplisitmelibatkanfungsi aktualisasidiri.


(19)

Daniel Kasidi, 2014

kecenderunganterhadapkesatuanpersepsidankeyakinan yang lebihbaikuntukmelengkapikejelasandankonsepsi.

Kepuasan atau satisfaction umumnya dipakai dalam bidang ekonomi terkhusus dalam kegiatan jual beli dan jasa. Kata kepuasan atau satisfaction

berasal dari bahasa Latin “satis” yangberarti cukup baik, memadai dan facio

yang berarti melakukan atau membuat.Menurut pakar pemasaran Kotler dan Keller (2009), menandakan bahwakepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karenamembandingkan kinerja yang dipresepsikan produk (atau hasil) terhadapekspektasi mereka. Apabila kinerja berada di atas presepsi konsumen, makakonsumen akan sangat puas dan demikian pula sebaliknya apabila kinerja yangada berada di bawah presepsi konsumen, maka konsumen akan kecewa. Haltersebut ditambahkan kembali oleh Kotler dan Keller (2009) yaitu konsumen yangsangat puas biasanya akan tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagiketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk yanglama, membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepadaorang lain dan tidak terlalu sensitif terhadap harga. Namun sebaliknya apabilakonsumen kecewa dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan yaitumenurunkan jumlah konsumen karena konsumen tidak tertarik lagi untukmenggunakan jasa maupun produk suatu perusahaan sehingga akan berdampakpada penurunan laba.

Zeithmal dan Bitner (2003) mengemukakan bahwa kepuasan adalah konsepyang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan, namun jugadipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu konsumen akan merasa puas apabilamereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yangdiharapkan.

2. Kualitas produk, yaitu konsumen akan merasa puas apabila hasilmereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.


(20)

Daniel Kasidi, 2014

3. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapimenetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebihtinggi kepada konsumen.

4. Faktor situasi, yaitu keadaan atau kondisi yang dialami oleh konsumen.

5. Faktor pribadi dari konsumen, yaitu karakteristik konsumen yangmencakup kebutuhan pribadi.

Berdasarkan penjelasan setiap komponen-komponen tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan dan pengaruh dalam setiap komponennya. Persepsi pada umumnya dipengaruhi oleh nilai dan tentuya persepsi akan sangat berpengaruh dalam penentuan kecenderungan, kepuasan dan sikap seseorang. Komponen sikap dipengaruhi oleh persepsi dan nilai serta sangat mempengaruhi preferensi dan kepuasan seseorang. Komponen kepuasan dipengaruhi oleh nilai, persepsi, sikap dan preferensi, namun pada akhirnya kepuasan seseorang akan sebuah objek akan mempengaruhi pandangan individu lainnya atau dapat dikatakan mendorong seseorang untuk memilih objek tersebut.

Sedangkan untuk komponen preferensi atau kecenderungan dipengaruhi oleh nilai, sikap serta persepsi. Artinya kecenderungan akan ada setelah individu memiliki persepsi sendiri, nilai dan juga sikap terhadap objek yang akan dipilihnya. Preferensi sendiri akan mempengaruhi bagaimana kepuasan dari objek yang telah dipilih nantinya. Selain itu preferensi juga dipengaruhi faktor lainnya yaitu motivasi atau dorongan dari lingkungan sekitar. Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Bernard Berendoom dan Gary A Stainer dalam Sedarmayanti (dalam Maryati 2009:25), mendifinisikan motivasi adalah kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan. Sedangkan motivasi diri menurut Hidayat (dalam Maryati, 2009:25) adalah suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan atas perbuatan


(21)

Daniel Kasidi, 2014

tersebut. Motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semua sama dengan motive yang asalnya dari kata motivasi. Menurut Nawawi (2001), bahwa kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar. Dari setiap penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap komponen-komponen penentu keputusan individu. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa suatu individu tentu memerlukan pendapat atau dorongan individu lainnya untuk memutuskan suatu pilihan.

Maryati (2009:27) mengungkapkan bahwa preferensi bersekolah adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk bersekolah atau tidak bersekolah yag dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu kondisi sekolah, lokasi sekolah dan sosial ekonomi orang tua. Dan dijelaskan lagi oleh Maryati bahwa preferensi masyarakat terhadap sekolah terbentuk melalui 2 tahap yaitu kesukaan dan pemilihan sekolah.

1. Kesukaan yang dimaksud adalah pengelompokan sekolah-sekolah yang menjadi favorit atau kesukaan dari peserta didik ataupun orang tua.

2. Pemilihan sekolah lebih mengarah pada penetapan atau keputusan dari pengelompokan sekolah favorit yang sudah ditentukan sebelumnya. Dan hal tersebut tentunya akan dikaitkan dengan faktor-faktor yang berpengaruh.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa kedua tahap preferensi tersebut sesuai dengan 3 komponen penentu keputusan seseorang dalam memilih sesuatu yaitu nilai, sikap dan juga persepsi.

Menurut Ralph Linton (dalam Soekanto, 2007:22), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka


(22)

Daniel Kasidi, 2014

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.Ditambahkan kembali oleh Soekanto (2007:21), agak sukar untuk menentukan memberikan suatu batasan tentang masyarakat karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup peelbagai faktor sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, masih ada juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa para ahli diatas, Preferensi masyarakat dapat diartikan pilihan dan kesukaan dari kumpulan manusia pada suatu daerah terhadap hal-hal tertentu, baik berkaitan dalam hal ekonomi, politik, sosial, dan juga pendidikan.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional , dijelaskan bahwa Masyarakat adalah Kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat merupakan element yang sangat penting dalam dunia pendidikan di Indonesia, terkhusus menyangkut sekolah.

Ihsan (2011 :

110-111)menyebutkanbahwapengaruhdanperanmasyarakatterhadappendidikanada lahsebagaiberikut :

a. Sebagaiarahdalammenentukantujuan.

b. Sebagaimasukandalammenentukan proses belajarmengajar. c. Sebagaisumberbelajar

d. Sebagaipemberidanadanfasilitaslainnya

e. Sebagailaboratoriumgunapengembangandanpenelitiansekolah. SedangkanHasbullah

(2012:124)menyebutkanbahwaperanmasyarakatterhadapsekolahadalahsebaga iberikut:

a. Masyarakatberperansertadalammendirikandanmembiayaisekolah. b. Masyarakatberperandalammengawasipendidikan agar

sekolahtetapmembantudanmendukungcita-citadankebutuhanmasyarakat.


(23)

Daniel Kasidi, 2014

c. Masyarakatlah yang ikutmenyediakantempatpendidikansepertigedung- gedungsekolah, perpustakaan, AULA dll.

d. Masyarakatlah yang menyediakanberbagaisumberuntuksekolah.

Sekolahbisamelibatkanmasyarakat yang

memilikikeahliankhusussepertipetani, pedagang, polisi, dokterdll. e. Masyarakatsebagaisumberpelajaranataulaboratoriumtempatbelajar.

selainbuku-bukupelajaran, masyarakatjugamemberikanbahanpelajaran yang banyaksekalisepertiindustri, perumahan, transport, perkebunan, pertambangandll.

Peran lain dari Masyarakat adalah sebagai peserta didik sendiri. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional , dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyrakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

B. Sekolah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta menerima dan memberi pelajaran. Selama di sekolah, peserta didik mendapatkan pengajaran, bimbingan dan pendidikan yang dilakukan oleh para tenaga pendidik.

Sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia. Terdapat 2 jenjang yang dapat ditempuh dalam dunia sekolah, yaitu:

1. Pendidikan Dasar

Dalam UU no.20 tahun 2003 pasal 17 dijelaskan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidayah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.


(24)

Daniel Kasidi, 2014

2. Sekolah Menengah

Dalam UU no.20 tahun 2003 pasal 18 dijelaskan pula bahwa pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Dan untuk pengkategorian pendidikan dasar dan menengah menurut UU no.20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 antara lain:

1. Sekolah Formal Standar (sekolah potensial/rintisan)

Yaitu kategori sekolah yang masih relatif lebuh banyak kelemahan atau kekurangan untuk memnugi kriteria sekolah yang sesuai dengan standar nasional pendidikan sebagaimana yang telah diamanatkan pada undang-undang dan peraturan pemerintah. Lebih jelas lagi dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari standar nasional pendidikan.

2. Sekolah Formal Mandiri (sekolah standar nasional)

Yaitu kategori sekolah yang sudah atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan.

3. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Yaitu kategori sekolah yang sudah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu atau setara dengan negara maju.

Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, tentu pengelolaan sekolah juga haruslah baik, dan dalam pengelolaan suatu sekolah, harus terdapat sebuah standarisasi yang benar. Standarisasi yang telah ditetapkan bagi pendidikan di Indonesia merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi lembaga atau sekolah untuk menjadi sekolah yang baik.Semua standar


(25)

Daniel Kasidi, 2014

tersebut sudah teruang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Pada peraaturan tersebut dijelaskan bahwa standar nasional meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

1. Standar Isi

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 5 dijelaskan bahwa Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang atau jenis pendidikan tertentu.

Standar isi juga memuat tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan atau akademik.

a. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Dijelaskan pada Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 6 , kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusu pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian;

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Kelompok mata pelajaran estetika;

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Dan pada pasal 8 kemudian dijelaskan lagi bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dan kompetensi yang


(26)

Daniel Kasidi, 2014

dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar (tertuang dalam setiap silabus dan RPP pendidik).

b. Beban Belajar

Beban belajar untuk SMA sebagaimana dijelaskan pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 10 menggunakan jam pembelajaran setiap minggu dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing.

c. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 16 menjelaskan bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah (SMA) berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Dan kemudian, dijelaskan lebih lanjut pada pasal 17, bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan menengah (SMA) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SMA.

Dan ditengah kemajuan pendidikan hingga saat ini, kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah Kurikulum 2013. Dijelaskan pada situs Kementrian Pendidikan dan Budaya (2012) bahwa implementasi Kurikulum 2013 masih dilaksanakan secara bertahap.

Terdapat setidaknya 3 persiapan yang harus dijalankan untuk implementasi kurikulum ini, antara lain :


(27)

Daniel Kasidi, 2014

1. Berkait dengan buku induk untuk pegangan guru dan murid. Hal ini dikarenakan bila kurikulum mengalami perbaikan, maka kedua buku tersebut haruslah diperbaharui sesuai kurikulum yang ada.

2. Pelatihan guru. Dikarenakan implementasi kurikulum masih dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru-guru pun akan dilakukan secara bertahap.

3. Dan yang terakhir adalah tata kelola. Kementrian sudah memikirkan tentang tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Maka dengan begitu pula, tata kelola untuk kurikulum pun akan berubah, contohnya, untuk administrasi buku raport siswa. Karena terdapat 4 standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport punharus berubah pula. d. Kalender Pendidikan atau Akademik

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 18 , dijelaskan bahwa kalender pendidikan atau akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur (berbentuk jeda tengah semester selama-lamanua satu minggu dan jeda antar semester).

2. Standar Proses

Sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 19 dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakrsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.


(28)

Daniel Kasidi, 2014

Dan pada pasal 19 dijelaskan bahwa setiap sekolah atau satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 25, dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan digunakana sebagai pedoman penlaian dalam penentuan kelulusan peserta didikdari satuan pendidikan atau sekolah. Sebagaimana dijelaskan pula bahwa standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. Dan kompetensi lulusan haruslah mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Pada pasal 26 ayat 2 dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan untuk sekolah menengah atas adalah bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 28 dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetens sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Untuk kualifikasi pendidik SMA/MA , atau bentuk lain yang sederajat memiliki :

a. Kualikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1)

b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajar yang diajarkan


(29)

Daniel Kasidi, 2014

Dijelaskan pula bahwa Tenaga kependidikan pada tingkat Sekolah menengah atas sekurang-kurang terdiri atas Kepala Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah.

5. Sarana dan Prasarana

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 42 dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan atau sekolah diharuskan memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Dan untuk prasarana, dijelaskan bahwa sekolah wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah) , ruang pendidik (guru) , ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Dan dijelaskan pula lebih lanjut dalam Permendiknas No.24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (SMA/MA) dijelaskan bahwa sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) harus memiliki :

1. Ruang Kelas

2. Ruang Perpustakaan

3. Ruang laboratorium biologi 4. Ruang laboratorium fisika 5. Ruang laboratorium kimia 6. Ruang laboratorium komputer 7. Ruang laboratorium bahasa


(30)

Daniel Kasidi, 2014

8. Ruang pimpinan 9. Ruang guru 10.Ruang tata usaha 11.Tempat beribadah 12.Ruang konseling 13.Ruang UKS

14.Ruang organisasi kesiswaan 15.Jemban

16.Gudang

17.Ruang sirkulasi

18.Tempat bermain/olahraga 6. Standar Pengelolaan

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 49, dijelaskan pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditujukan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

Dan pada setiap sekolah dipimpin oleh seorang kepala sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan. Dan pada satuan pendidikan SMA/MA sederajat melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh 3 wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana serta kesiswaan. 7. Standar Pembiayaan

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 62 dijelaskan pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi yang dimaksud meliputi biaya penyediaan sarana dan prasaran, pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap.

Biaya operasi mencakup tentang gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tidak langsung.


(31)

Daniel Kasidi, 2014

Biaya personal yang dimaksud meliputi biata biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 63 dijelaskan pula bahwa penilaian pendidikan ada satuan pendidikan menengah terdiri atas :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

C. Lokasi Sekolah

Sumaatmadja (dalam Riswandi, 2009:10) menjelaskan bahwa lokasi suatu benda dalam ruang dapat menjelaskan dan memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi.

Menurut Djojodipuro (dalam Maryati,2009:41) , teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

1. Aksesibilitas

Keterjangkauanadalahjarak yang

mampudicapaidenganmaksimumdarisatuwilayahkewilayah lain. Keterjangkauantidakhanyatergantungpadajaraktetapijugatergantungpa dasaranadanprasaranapenunjang.

Menurut Black dalam Tamin(dalam Maryati, 2009:37), Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dapat diartikan juga suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan


(32)

Daniel Kasidi, 2014

berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi .

Menuruut Tarigan (dalam Syahrizal, 2010:8), Aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

2. Waktu dan Jarak Tempuh Perjalanan

Menurut Tamin (dalam Maryati, 2009:40), Waktu dan jarak yang dibutuhkan dalam menempuh perjalanan sangat bervariasi, dan hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas. Berikut ini merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan di Amerika dilihat dari tingkat aksesibilitas menurut waktu yang wajar atau standar waktu yang dianggap sebagai perjalanan yang masih nyaman, dan jika melebihi waktu tersebut dinyatakan perjalanan tidak nyaman. Dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Pergerakan Waktu Terhadap Perjalanan

Pergerakan Waktu

Pergerakan Keterangan

Waktu tempuh berkendaraan (menit) dengan jumlah penduduk (dalam ribuan) <200 200-1000 >1000 Bekerja Pagi, Jam

Puncak. Sore

Rata-rata waktu perjalanan ke

tempat kerja

40 45 60

Berbelanja Siang hari

Pusat Perbelanjaan

Regional 45 45 45

Pusat Perbelanjaan

Lokal 30 30 30

Aktifitas Kesehatan

Sepanjang hari

Rumah Sakit


(33)

Daniel Kasidi, 2014

Sumber : Tamin (dalam Maryati, 2009:40)

Bila melihat data pada tabel diatas dan dikaitkan dengan kondisi dari kota Bandung saat ini, pada umumnya seorang peserta didik yang memakai kendaraan dapat menempuh sekolahnya dalam waktu 45 menit. Dan bila waktu yang ditempuh lebih dari 45 menit, maka dapat dikatakan perjalanan tidak nyaman.

Dalam analisis kota atau rencana kota menurut Jayadinata ( dalam Syahrizal, 2010:8), dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak. Standar jarak atau lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2

Standar Jarak dalam Kota

Sumber :Jayadinata (dalam Syahrizal, 2010:8)

Berdasarkan data pada tabel diatas ini, dapat dilihat bahwa peserta didik sekolah menengah atas yang berjalan kaki dari tempat

Pelayanan

Kesehatan Lokal 30 30 30

Aktifitas

Sosial Siang hari Pelayanan Sosial 30 30 45

Pendidikan Sepanjang hari

Dari sekolah yang

terdekat 40 45 45

Pusat Kota Sepanjang hari

Waktu menuju

pusat kota 40 45 45

No Prasarana Jarak dari Tempat Tinggal

(Berjalan Kaki)

1 Pusat Tempat Kerja 20 menit s.d 30 menit

2 Pusat Kota (Pasar dan sebagainya) 30 menit s.d 45 menit

3 Pasar Lokal ¾ km atau 10 menit

4 Sekolah Dasar (SD) ¾ km atau 10 menit

5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 ½ km atau 20 menit

6 Sekolah Menengah Atas (SMA) 20 atau 30 menit

7 Tempat Bermain Anak atau Taman ¾ km atau 20 menit

8 Tempat Olahraga (Rekreasi) 1 ½ km atau 20 menit


(34)

Daniel Kasidi, 2014

kediamannya menuju sekolah harus menempuh waktu selama 20-30 menit. Peserta didik akan mengalami beberapa resiko bila jarak dari tempat kediamannya menuju sekolah lebih dari standar waktu tersebut, seperti harus bangun lebih awal dari yang lainnya untuk berangkat sekolah, menguras stamina lebih banyak dikarenakan jarak yang jauh, dan lain-lain. Dan dari beberapa resiko tersebut, memungkinkan berdampak pada proses belajar peserta didik nantinya.

D. Sosial Ekonomi Orang Tua

Menurut Maryati (2009:27), kondisi sosial ekonomi masyarakat (siswa) meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, struktur keluarga, dan ketersediaan fasilitas pendidikan di rumah, termasuk buku-buku dan komputer. Kondisi sosial ekonomi sekolah diukur oleh kualitas infrastruktur sekolah, seperti ketersediaan alat-alat penunjang proses pembelajaran, kondisi gedung sekolah, kualifikasi guru, ketersediaan komputer, dan perangkat lunak penunjang proses pembelajaran, rasio guru dan murid, waktu yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, disiplin, dan rasa aman di sekolah, serta dukungan orangtua terhadap sekolah.

Menurut Willms (2006) dari UNESCO Institute for Statistics, faktor sosial ekonomi amat dominan dalam menentukan keberhasilan siswa, meski bukan satusatunya. Secara umum, kemampuan membaca siswa di negara-negara yang tergabung dalam The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), yang berpendapatan tinggi lebih baik ketimbang di negara-negara non- OECD, yang mayoritas berpendapatan rendah, kecuali Singapura dan Hongkong. Ditunjukkan pula, kesenjangan prestasi siswa di negara-negara non-OECD lebih lebar ketimbang di negara-negara OECD. Bahkan, prestasi siswa dari keluarga berpenghasilan tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah masih tertinggal dibanding siswa dari keluarga berpenghasilan tinggi yang tinggal di negara-negara makmur.

Kondisi sosial ekonomi sekolah juga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam membaca, di luar kontribusi faktor sosial ekonomi siswa. Secara


(35)

Daniel Kasidi, 2014

umum, siswa akan memiliki peluang lebih besar untuk berprestasi bila sekolah mereka memiliki kondisi sosial ekonomi lebih baik. Sebaliknya, mereka cenderung berprestasi lebih rendah dari yang semestinya, bila sekolah memiliki kondisi sosial ekonomi lebih lemah.

Dalam hal ini, kelompok yang paling dirugikan adalah siswa dari keluarga berpenghasilan rendah yang belajar di sekolah-sekolah yang memprihatinkan. Orangtua mereka tidak memiliki kemampuan ekonomi memadai untuk mengompensasi rendahnya mutu pendidikan yang diterima anak-anak mereka di sekolah.

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Susilowati (dalam Maryati, 2009:28) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak. Pendidikan masyarakat yang rendah menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang rendah, dimana akan sangat merugikan secara individu maupun negara, karena hal tersebut dapat merupakan suatu pemborosan dana dan daya yang berakibat pada tingkat produktivitas yang dihasilkan.

Kemudian Susilowati menambahkan perlu disadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat penghasilan keluarga, uang pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas menunjukkan adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah dalam program pembangunan ekonominya.

2. Pendapatan Orang tua.

Maryati (2009 : 30) menyatakan bahwa Faktor pendapatan masyarakat seringkali berpengaruh dalam penentuan suatu kebutuhan untuk hidup, termasuk dalam bidang pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat sangat tergantung dengan kondisi ekonomi atau tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu masyarakat maka biasanya semakin tinggi pula tingkat pendidikannya. Seringkali yang menjadi permasalahan adalah ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah atau sering dikenal dengan istilah miskin. Upaya untuk mengatasi


(36)

Daniel Kasidi, 2014

masalah pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat perlu dilakukan identifikasi mengenai pembagian kategori jenjang pendapatan.

E. Hipotesis

Widi (dalam Sari, 2012:39) menjelaskan, hipotesis merupakan penjelasan atau pernyataan yang disarankan tentang suatu fenomena, atau suatu usulan penjelasan yang berasal tentang kemungkinan adanya hubungan antar fenomena.

Menurut Arikunto (2010 : 112-113), hipotesis terbagi atas 2 jenis yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja (Ha) menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel x terhadap variabel y.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha (Hipotesis Kerja) :

1. Ada hubungan yang signifikan antara kondisi sekolah dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

2. Ada hubungan yang signifikan antara lokasi dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi orang tua dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

Ho (Hipotesis nol) :

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi sekolah dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.


(37)

Daniel Kasidi, 2014

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lokasi dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.

3. Tidak ada hubungan yang signifikanantara sosial ekonomi orang tua dengan preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung.


(38)

29

Daniel Kasidi, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Peneleitian

MenurutArikunto (2010:203), metodepenelitianadalahcara yang

digunakanolehpenelitidalammenggunakan data

penelitiannya.Penelitianinimenggunakanpendekatanpenelitiandeskriptifaso siatif.PenelitiandeskriptifmenurutSugiyono (2013:5) adalahpenelitian yang dilakukanuntukmengetahuinilaivariabelmandiri, baiksatuvariabelataulebih

(independen) tanpamembuatperbandingan,

ataumenghubungkandenganvariabel yang lain.

SedangkanpenelitianasosiatifmenurutSugiyono (2013:5) adalahpenelitian yang

bertujuanuntukmengetahuihubunganantaraduavariabelataulebih.Penelitian asosiatifmerupakanpenelitianuntukmengetahuihubunganantaraduavariabel

(ataulebih) tersebut. Di

manahubunganantaravariabeldalampenelitianakandianalisisdenganmenggu nakanukuran-ukuranstatistika yang relevanatas data tersebutuntukmengujihipotesis.Tujuanpenulismenggunakanmetodedeskript ifdenganpendekatanpenilitianasosiatifiniadalahuntukmengungkapakanfakt or apasajakah yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap sekolah menengah atas negerti (SMAN) di kota Bandung.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2010:173), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi untuk penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi wilayah pada penelitian ini yaitu seluruh sekolah menengah atas negeri (SMAN) yang ada di kota Bandung secara keseluruhan yaitu sebanyak 27 sekolah.Sedangkan


(39)

Daniel Kasidi, 2014

populasi manusianya adalah seluruh peserta didik kelas XI (sebelas) yang ada di 27 sekolah tersebut yaitu sebanyak 9.578 peserta didik. Peneliti hanya menetapkan seluruh kelas XI saja dikarenakan kelas XI adalahtahap awal dimana peserta didik merasakan jenjang sekolah menengah atas. Dan peserta didik kelas XI merupakan sasaran yang paling tepat dibandingkan kelas X dan XII dikarenakan pada tahap ini peserta didik sudah merasakan setiap fasilitas yang ada pada sekolah yang ditempatinya.

Wilayah (Rayon)

Populasi Nama Sekolah

Jumlah Peserta didik

kelas XI

Bandung Utara

SMA NEGERI 1 360

SMA NEGERI 3 324

SMA NEGERI 5 341

SMA NEGERI 14 358

SMA NEGERI 19 316

Bandung Barat

SMA NEGERI 2 347

SMA NEGERI 4 367

SMA NEGERI 6 356

SMA NEGERI 13 293

SMA NEGERI 15 304

SMA NEGERI 27 333

Bandung Timur

SMA NEGERI 8 404

SMA NEGERI 10 396

SMA NEGERI 12 324

SMA NEGERI 16 437

SMA NEGERI 20 351

SMA NEGERI 21 324

SMA NEGERI 22 374

SMA NEGERI 23 365

SMA NEGERI 24 360

SMA NEGERI 25 396

SMA NEGERI 26 280

Bandung Selatan

SMA NEGERI 7 320

SMA NEGERI 9 370


(40)

Daniel Kasidi, 2014

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Sampel penelitian menurut Arikunto (2010:174) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini yaitu Sampel proporsi atau proportional sampling.

Sampel proporsi atau proportional sampling adalah teknik yang dipakai untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata dan sampel wilayah, dimana untuk memperoleh sampel yang representif pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Sampeluntuk penelitian ini terbagi 2 jenis yaitu sampel sekolah dan sampel peserta didik.

1. Sampel Sekolah

Sampel sekolah pada penelitian ini adalah sekolah menengah atas negeri (SMAN) yang ada di kota Bandung berdasarkan klasifikasi 4 rayon, yaitu rayon Bandung utara, timur, selatan dan barat.Dan berdasarkan Penghitungan peneliti, pada setiap rayon nantinya akan diambil beberapa sekolah sebagai sampel dengan presentase sebesar 40 dari jumlah sekolah yang ada setiap rayon.

Bandung Utara :40

100× 5 = 2

Bandung Barat:40

100 × 6 = 2,4(dibulatkan menjadi 2)

Bandung Timur :40

100× 11 = 4,4 (dibulatkan menjadi 4)

Bandung Selatan:40

100 × 5 = 2

Berdasarkan penghitungan diatas, maka total seluruh sampel sekolah pada penelitian ini sebanyak 10 sekolah menengah atas negeri

SMA NEGERI 17 351

SMA NEGERI 18 395


(41)

Daniel Kasidi, 2014

(SMAN). Dan untuk penetapan sekolah menengah atas negeri yang akan diteliti, dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.2 Sampel Sekolah

Sumber : Hasil Penelitian 2014

2. Sampel Peserta Didik

Untuk penghitungan sampel peserta didik pada penelitian ini, dipakai rumus yang dikemukakan oleh Dixon dan B.Leach ,

n= Z x V C ²

Keterangan : n = Jumlah sampel

z = Confidence level, nilai confidence level 95% yaitu 1,96 v = Variabel yang dapat diperoleh dengan rumus :

Wilayah (Rayon)

Sampel Nama Sekolah

Jumlah Peserta didik

kelas XI

Bandung Utara SMA NEGERI 5 341

SMA NEGERI 14 358

Bandung Barat SMA NEGERI 2 347

SMA NEGERI 15 304

Bandung Timur

SMA NEGERI 8 404

SMA NEGERI 16 437 SMA NEGERI 20 351 SMA NEGERI 22 374 Bandung Selatan SMA NEGERI 11 432 SMA NEGERI 17 351


(42)

Daniel Kasidi, 2014

v = (100− )

C = Confidence limit/batas kepercayaan (%). Dalam penelitian ini akan mengambil 10%

Untuk menghitung dengan rumus Dixon dan B. Leach tersebut, pertama akan di hitung presantase karakteristik sampel yang dianggap benar ( ) terlebih dahulu.

= Peserta didik kelas XI pada Sampel Sekolah

Peserta didik kelas XI pada Populasi Penelitian x 100 %

= 3699

9578 x 100 % = 38,62 %

Setelahdidapatnila ( ) dilanjutkan dengan menentukan variabel : v = (100− )

v = 38,62 (100− 38,62) v = 38,62 (61,38)

v = 2370,4950 v = 48,60= 49%

SetelahnilaidariVariabelsudahdidapatkan,

makadapatdihitungjumlahsampelnyadenganrumus : n = Z x V

C ²

n = 1,96 x 49

10 ²

n = 96,04

10 ²

n = 9,604 ² n =92,24 = 92


(43)

Daniel Kasidi, 2014

Denganhasilsampeldemikian, makasampelpeserta didikakanmenjadi92. Adapununtukmenghitungjumlahsampel yang sebenarnya, makadibuatkoreksidenganmenggunakanrumus:

n′= n

1 + n

N

Keterangan:

n′ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi

n = Jumlahsampel yang telahdihitungmenggunakan rumuspertama

N = Jumlahpeserta didik pada sampel sekolah

n′= n

1 + n

N

n′= 92

1 + 92

3699

n′= 92

1 + 0,0248

n′= 92

1,0248

n′= 89,7 n′ = 90

Dengandemikian, total sampel peserta didik yang akandiambilpadapenelitianiniadalah90 orang. Namun dikarenakan sampel peserta didik berasal dari 10 sekolah menengah atas negeri (SMAN) yang berbeda, maka penyebaran sampel adalah sebagai berikut :

n =

Peserta Didik kelas XI pada sekolah

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn


(44)

Daniel Kasidi, 2014

a. Penentuan sampel pada SMA Negeri 5 Bandung

n

5

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 5

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

5

=

341 3699 x90

n5 = 8

b. Penentuan sampel pada SMA Negeri 14 Bandung

n

14

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 14

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

14

=

358 3699 x90

n5 = 9

c. Penentuan sampel pada SMA Negeri 2 Bandung

n

2

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 2

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

2

=

347 3699 x90

n2 = 8

d. Penentuan sampel pada SMA Negeri 15 Bandung

n

15

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 15

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

15

=

304 3699 x90

n15 = 7

e. Penentuan sampel pada SMA Negeri 8 Bandung

n

8

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 8

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

8

=

404 3699 x90

n8 = 10

f. Penentuan sampel pada SMA Negeri 16 Bandung

n

16

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 16

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn


(45)

Daniel Kasidi, 2014

n

16

=

437 3699 x90

n16 = 11

g. Penentuan sampel pada SMA Negeri 20 Bandung

n

20

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 20

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

20

=

351 3699 x90

n20 = 9

h. Penentuan sampel pada SMA Negeri 22 Bandung

n

22

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 22

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

22

=

374 3699 x90

n22 = 9

i. Penentuan sampel pada SMA Negeri 11 Bandung

n

11

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 11

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

11

=

432 3699 x90

n5 = 11

j. Penentuan sampel pada SMA Negeri 17 Bandung

n

17

=

Peserta Didik kelas XI pada SMAN 17

Peserta didik kelas XI pada Sampel sekolah xn

n

17

=

351 3699 x90

n17 = 8

Untuk lebih jelasnya penghitungan sampel peserta didik pada setiap sampel sekolah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Sampel Peserta Didik


(46)

Daniel Kasidi, 2014

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Namun tidak hanya peserta didik, tetapi peneliti juga akan mengambil orang tua peserta didik tersebut sebagai sampel. Seperti diketahui bahwa peran orang tua tentu sangat berpengaruh besar terhadap peserta didik dalam menentukan pemilihan sekolahnya, sehingga peneliti menetapkan orang tua dari sampel peserta didik tersebut menjadi sampel tambahan.

C. Variabel Penelitian

SelanjutnyamenurutMenurutArikunto (2010:189), Variabeladalah

“Objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas

(independent), dan variabel terikat (dependent).

Sari (2012:42) menyatakan bahwa variabel (X) yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini mencakup 3 faktor, yaitu faktor lokasi ( mencakup aksesibilitas dan lokasi strategis), faktor kondisi sekolah (mencakup sarana prasarana sekolah, prestasi sekolah, dan SDM yang ada pada sekolah tersebut).Variabel (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Preferensi masyarakat terhadap sekolah.

Nama Sekolah Jumlah

Bandung Utara SMA NEGERI 5 8

SMA NEGERI 14 9

Bandung Barat SMA NEGERI 2 8

SMA NEGERI 15 7

Bandung Timur

SMA NEGERI 8 10

SMA NEGERI 16 11

SMA NEGERI 20 9

SMA NEGERI 22 9

Bandung Selatan SMA NEGERI 11 11

SMA NEGERI 17 8


(47)

Daniel Kasidi, 2014

Tabel 3.4 Variabel Penelitian

Sumbe

r : Hasil Penelitian 2014

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan tentang pokok ataupun batasan-batasan masalahdanvariabel yang ada dalam penelitian. Maka penulis menguraikan batasan operasional dalama penelitian ini sebagai berikut :

1. Preferensi

Menurut Proteus (dalamSaputra, 2010 : 10) , preferensi merupakan bagian dari komponen pembuat keputusan seorang individu.

2. Preferensi Bersekolah

Menurut Maryati (2009:23), Preferensi bersekolah adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk bersekolah atau tidak bersekolah yag dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

3. Masyarakat

Menurut Ralph Linton (dalam Soekanto, 2007:22), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

Variabel Bebas (X) Variable Terikat (Y)

Faktor Lokasi Sekolah 1. Aksesibilitas

2. Jarak dan waktu tempuh Faktor Kondisi Sekolah

1. Sarana dan prasarana sekolah 2. Prestasi sekolah

3. Sumber Daya Manusia

Faktor Sosial Ekonomi Orang Tua

1. Tingkat pendidikan orang tua 2. Pendapatan orang tua

Preferensi Masyarakat Terhadap Sekolah 1. Pemilihan Sekolah 2. Kesukaan


(48)

Daniel Kasidi, 2014

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

4. Preferensi Masyarakat

Pilihan dan kesukaan dari kumpulan manusia pada suatu daerah terhadap hal-hal tertentu, baik berkaitan dalam hal ekonomi, politik, sosial, dan juga pendidikan

5. Kondisi Sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana para peserta didik dapat belajar berbagai perihal kehidupan. Selama di sekolah, peserta didik mendapatkan pengajaran, bimbingan dan pendidikan yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Dalam penelitian ini, faktor sekolah yang dapat diteliti adalah sarana prasarana sekolah dan prestasi sekolah.

a. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 42 dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan atau sekolah diharuskan memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Dan dijelaskan pula lebih lanjut dalam Permendiknas No.24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (SMA/MA) dijelaskan bahwa sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) harus memiliki :

1. Ruang Kelas

2. Ruang Perpustakaan

3. Ruang laboratorium biologi 4. Ruang laboratorium fisika 5. Ruang laboratorium kimia 6. Ruang laboratorium komputer 7. Ruang laboratorium bahasa


(49)

Daniel Kasidi, 2014

8. Ruang pimpinan 9. Ruang guru 10.Ruang tata usaha 11.Tempat beribadah 12.Ruang konseling 13.Ruang UKS

14.Ruang organisasi kesiswaan 15.Jemban

16.Gudang

17.Ruang sirkulasi

18.Tempat bermain/olahraga b. Prestasi Sekolah

Suherman (2011) mengungkapkan bahwa prestasi sekolah dapat diartikansebagaipenilaianhasilbelajardari proses kegiatanbelajarmengajar yang dinyatakandalambentuksimbol, angka, hurufmaupunkalimat yang dapatmencerminkanhasil yang sudahdicapaiolehsetiapsiswadalamperiodeselamamasihdalambang kusekolahsehinggadapatmembawaperubahanbaikdarisegikognitif,

afektif, danpsikomotorik yang

dinyatakandalamangkamenurutkemampuansiswadalammengerjak antespelajaran. Prestasi sekolah terbagi menjadi 2 jenis yaitu prestasi akademik dan nonakademik. Prestasi akademik berkaitan dengan pembelajaran sedangkan bukan akademik berdasarkan kegiatan-kegiatan diluar pembelajaran seperti sekolah hijau, sekolah budaya, dan masih banyak hal lagi.

c. Sumber Daya Manusia

Sumberdayamanusia yang

terlibatdalamkegiatansekolahterdiriatastenagapendidikdantenagak ependidikan.BerdasarkanPada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 28 dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetens sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.


(50)

Daniel Kasidi, 2014

Dijelaskan pula bahwa tenaga kependidikan pada tingkat Sekolah menengah atas sekurang-kurang terdiri atas Kepala Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah.

6. Sekolah Menengah Atas

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 18 tentang pendidikan menengah, dijelaskan bahwa Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu jenjang formal setelah melanjutkan pendidikan dasar. Pada jenjang pendidikan menengah terdapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

7. Peserta Didik

BerdasarkanUU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional , dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyrakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

8. Lokasi

Sumaatmadja (dalam Riswandi, 2009:10) menjelaskan bahwa lokasi suatu benda dalam ruang dapat menjelaskan dan memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi.

a. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dapat diartikan juga suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (menurut Black dalam Tamin 2000:32).


(51)

Daniel Kasidi, 2014

Menurut Tamin (dalam Maryati, 2009:40), Waktu dan jarak yang dibutuhkan dalam menempuh perjalanan sangat bervariasi, dan hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas.

9. Sosial Ekonomi

Maryati (2009:27) menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat (siswa), antara lain, meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, struktur keluarga, dan ketersediaan fasilitas pendidikan di rumah, termasuk buku-buku dan komputer. Kondisi sosial ekonomi sekolah diukur oleh kualitas infrastruktur sekolah, seperti ketersediaan alat-alat penunjang proses pembelajaran, kondisi gedung sekolah, kualifikasi guru, ketersediaan komputer, dan perangkat lunak penunjang proses pembelajaran, rasio guru dan murid, waktu yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, disiplin, dan rasa aman di sekolah, serta dukungan orangtua terhadap sekolah .

a. Tingkat pendidikan orang tua

Susilowati (dalam Maryati, 2009:28) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak. Pendidikan masyarakat yang rendah menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang rendah, dimana akan sangat merugikan secara individu maupun negara, karena hal tersebut dapat merupakan suatu pemborosan dana dan daya yang berakibat pada tingkat produktivitas yang dihasilkan.

Kemudian Susilowati menambahkan perlu disadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat penghasilan keluarga, uang pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri. Sumber daya manusia yang berkualitas menunjukkan adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah dalam program pembangunan ekonominya.


(52)

Daniel Kasidi, 2014

Maryati (2009 : 30) menyatakan bahwa Faktor pendapatan masyarakat seringkali berhubungan dalam penentuan suatu kebutuhan untuk hidup, termasuk dalam bidang pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat sangat tergantung dengan kondisi ekonomi atau tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu masyarakat maka biasanya semakin tinggi pula tingkat pendidikannya. Seringkali yang menjadi permasalahan adalah ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah

atau sering dikenal dengan istilah miskin. Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat perlu dilakukan identifikasi mengenai pembagian kategori jenjang pendapatan.

E. Instrumen Penelitian

Arikunto (2010:262) mengatakan bahwa instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk penelitian. Lebih lagi dijelaskan bahwa instrumen penelitian mencakup angket, tes, skala bertingkat, pedoman wawancara, pedoman observasi dan check-list. Agar dalam meneliti diperoleh kesimpulan yang benar, maka data yang didapat harus benar pula. Untuk itu diperlukan instrumen yang baik melalui proses validitas dan reliabelitas.

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR INSTRUMEN RESPONDEN

NOMOR ITEM


(53)

Daniel Kasidi, 2014

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Terdapat2 jenis kuesioner yang diberikan untuk para reponden. Kuesioner yang pertama diberikan untuk peserta didik dan yang kedua diberikan untuk para orang tua. Untuk kuesioner para peserta didik terdapat 19 pertanyaan yang diberikan, dan setelah dilakukan validitas terdapat 10 pertanyaan yang tidak valid dan 9 pertanyaan yang valid. Dikarenakan akan keterbatasan dari data yang didapat, maka dari 10 pertanyaan yang tidak valid telah diperbaiki 6 pertanyaan dan 4 pertanyaan yang tidak valid lainnya telah dihapus. Sedangkan pada kuesioner untuk orang tua terdapat 12 pertanyaan. Dan setelah dilakukan proses validasi, terdapat 5 pertanyaan tidak valid dan 7 pertanyaan valid. Dari 5 pertanyaan

„ 1 Bebas Kondisi Sekolah Sarana dan prasarana sekolah

Kuesioner Peserta Didik 1-4

Wawancara Sekolah 1-2

Lembar

Observasi Sekolah 1

Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah

Kuesioner Peserta Didik 5-7

Wawancara Sekolah 3

Lembar

Observasi Sekolah 2 Prestasi

Sekolah

Kuesioner Peserta Didik 8-9

Wawancara Sekolah 4

Lokasi

Aksesibilitas

Kuesioner Peserta Didik 15-19 Lembar

Observasi Sekolah 3

Waktu dan

jarak tempuh Kuesioner Peserta Didik 10-13

Sosial Ekonomi

Tingkat pendidikan orang tua

Kuesioner Orang Tua 20-22 Kondisi

Ekonomi keluarga

Kuesioner Orang Tua 23-27

2 Terikat Preferensi Pemilihan Kuesioner Orang Tua 28-30


(1)

Lembar Observasi

1. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Keterangan : I : Sangat Baik II : Baik

III : Cukup Baik IV : Tidak Baik V : Sangat Tidak Baik

No Fasilitas Keadaan Keterangan

I II III IV V

1 Ruang Kelas

2 Perpustakaan

3 Loboratorium Biologi

4 Laboratorium Fisika

5 Laboratorium Kimia

6 Laboratorium Komputer

7 Laboratorium Bahasa

8 Ruang Pimpinan

9 Ruang Guru

10 Ruang Tata Usaha 11 Tempat Beribadah 12 Ruang Konseling 13 Ruang UKS 14 Ruang OSIS 15 Toilet 16 Gudang

17 Ruang Sirkulasi

18 Tempat Bermain/Olahraga 19


(2)

2. Keadaan Tenaga Pendidik atau Guru

No Mata Peelajaran Keadaan

Keterangan

Tersedia Kurang

1 Agama

2 PPKN

3 Matematika

4 Bahasa Indonesia

5 Bahasa Inggris

6 Seni Budaya

7 Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan

8 Biologi

9 Fisika

10 Kimia 11 Geografi 12 Sejarah 13 Sosiologi 14 Ekonomi 15 Bahasa asing 16 Pramuka 17


(3)

3. Keadaan Lokasi di Sekitar Sekolah

No Objek Keterangan

1 Jalan raya

2 Jalan-jalan kecil disekitar sekolah

3 Kondisi halte

4 Bangunan disekitar (pemukiman, pabrik, mall, dll)


(4)

UNTUK ORANG TUA

Nama Lengkap : Jenis Kelamin : L/P

Alamat Lengkap :

Status Pernikahan : a. Sudah Menikah b. Janda c. Duda

Usia :

Jumlah anak :

C. Sosial Ekonomi

1. Jenis pendidikan yang pernah ditempuh

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP/MTs

d. SMA/SMK/MA

e. Perguruan Tinggi

2. Menurut anda, apakah sekolah tempat anak anda saat ini sesuai dengan apa yang anda

inginkan (perihal pembelajaran dan pengajaran)?

a. Ya b. Tidak

3. Menurut pendapat anda, bagaimanakah kualitas sekolah tempat anak anda saat ini

(perihal pembelajaran dan pengajaran)?

a. Sangat baik d. Kurang baik

b. Baik e. Sangat kurang baik

c. Cukup baik

4. Apakah pekerjaan anda saat ini?

...

5. Berapakah pendapat anda dalam sebulan (dalam Rupiah) ?

a. < 500.000

b. >500.000 – 1.000.000

c. >1.000.000 – 5.000.0000

d. > 5.000.000

6. Berapakah dana yang anda keluarkan untuk biaya sekolah anak anda (SPP,

perlengkapan sekolah, kegiatan-kegiatan sekolah, dan uang saku) setiap bulannya?

a. < 100.000

b. >100.000 – 250.000

c. >250.000 – 500.000

d. > 500.000

7. Menurut anda, apakah biaya yang anda keluarkan untuk keperluan sekolah tersebut


(5)

8. Apakah dengan memperhatikan perekonomian keluarga anda menjadi alasan anda untuk menyekolahkan anak anda di sekolah ini?

a. Ya b. Tidak

D. Preferensi

9. Apakah pengaruh dari faktor keadaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan

prestasi pada sekolah yang membuat anda cenderung memilih sekolah untuk anak anda?

a. Sangat berpengaruh d. Tidak berpengaruh

b. Berpengaruh e. Sangat tidak berpengaruh

c. Cukup berpengaruh

10.Apakah pengaruh dari faktor waktu dan jarak tempuh serta mudah diakses melalui

angkutan umum yang membuat anda cenderung memilih sekolah untuk anak anda?

a. Sangat berpengaruh d. Tidak berpengaruh

b. Berpengaruh e. Sangat tidak berpengaruh

c. Cukup berpengaruh

11.Apakah dikarenakan pengaruh dari faktor sosial dan ekonomi yang membuat anda

cenderung memilih sekolah untuk anak anda?

a. Sangat berpengaruh d. Tidak berpengaruh

b. Berpengaruh e. Sangat tidak berpengaruh

c. Cukup berpengaruh

12.Sebutkan 3 sekolah menengah atas negeri (SMAN) di kota Bandung yang menjadi

kesukaan anda! 1.

2. 3.


(6)

WAWANCARA

Nama :

Jabatan :

Nomor kontak :

1. Fasilitas apa saja yang ada di sekolah ini :

a. Ruang Kelas s. Ruang konseling

b. Ruang Perpustakaan t. Ruang UKS

c. Ruang laboratorium biologi u. Ruang organisasi Kesiswaan

d. Ruang laboratorium fisika v. Jemban (Toilet)

e. Ruang laboratorium kimia w. Gudang

f. Ruang laboratorium komputer x. Ruang sirkulasi

g. Ruang laboratorium bahasa y. Tempat bermain/olahraga

h. Ruang pimpinan z. Lainnya ...

i. Ruang guru

j. Ruang tata usaha

k. Tempat beribadah

l. Ruang konseling

m. Ruang UKS

n. Ruang organisasi kesiswaan

o. Jemban

p. Gudang

q. Ruang sirkulasi

r. Tempat bermain/olahraga

2. Bagaimanakah keadaan dari setiap fasilitas tersebut?

3. Bagaimanakah keadaan pendidik di sekolah ini?

4. Apa sajakah prestasi yang sudah didapat beberapa tahun belakangan?

5. Dari ketiga faktor diatas (sarana prasarana, SDM, dan prestasi), faktor apakah yang