PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Pelayanan Publik Bidang Pendidikan (Studi Kasus : Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Dan 2012).

(1)

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP

OUTCOMES

PELAYANAN PUBLIK BIDANG

PENDIDIKAN

(Studi Kasus : Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh: UMI KHOTIJAH NIM : B200110008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP

OUTCOMES PELAYANAN PUBLIK BIDANG

PENDIDIKAN

(Studi Kasus : Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012)

UMI KHOTIJAH B 200 110 008

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

e-mail : ummy_khotijah@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan dan pengeluaran terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Data penelitian yang digunakan adalah data panel yang mencakup 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa tengah pada tahun 2011 dan 2012. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Variabel yang diteliti pengaruhnya terhadap angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah adalah desentralisasi fiskal, PDRB perkapita, jumlah penduduk, jumlah sekolah dan rasio murid per guru.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan dan pengeluaran tidak berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

Kata kunci: desentralisasi fiskal, angka partisipasi sekolah (APS) SMP, angka putus sekolah (APtS) SMP.

A. PENDAHULUAN

Pada awal tahun 2001 Indonesia melakukan perombakkan besar-besaran terhadap sistem pengelolahan pemerintahan. Proses pelaksanaannya diawali dengan


(4)

penyempurnaan tatanan politik pemerintahan terhadap UU No. 22 Tahun 1999 diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang menggantikan UU No. 25 Tahun 1999. Berdasarkan peraturan undang-undang tersebut, muncullah kebijakan baru pemerintah yang dikenal dengan otonomi daerah yang kemudian diberlakukanlah sistem desentralisasi fiskal.

Desentralisasi fiskal dianggap sebagai alat untuk mendekatkan pengembalian kebijakan penyediaan barang publik agar lebih efisien dan sesuai dengan permintaan masyarakat diharapkan mampu membuka akses barang publik. Di Indonesia desentralisasi fiskal tercermin dalam kebijakan pendapatan asli daerah dan pengeluaran pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. (Bakti dan Kodoatie, 2012)

Perubahan sistem keuangan yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan mampu memberikan manfaat diberbagai sektor, seperti sektor publik, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Manfaatnya antara lain: Pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong perataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengembalian keputusan publik ketingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. (Shah, 1997 dalam Mardiasmo, 2002)

Dalam rangka memenuhi penyediaan pelayanan publik bidang pendidikan pemerintah daerah telah mengalokasikan belanja pendidikan melalui belanja urusan pendidikan. Belanja urusan pendidikan merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan berhak diterima secara minimal oleh masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang SISDIKNAS 2003.


(5)

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal, jumlah penduduk, PDRB per kapita, jumlah sekolah dan rasio murid per guru terhadap angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah periode 2011 dan 2012.

B. TINJAUAN PUSTAKA Desentralisasi Fiskal

Menurut Elmi (2002) desentralisasi fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal substainability) dan memberikan stimulus terhadap aktivitas perekonomian masyarakat, maka dengan kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.

Teori Pendapatan Asli Daerah

Mulyana. dkk (2006) mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah adalah bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Teori Pengeluaran Daerah

Menurut Kawedar. dkk (2008) pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD.


(6)

C. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah periode 2011 dan 2012. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah periode 2011 dan 2012.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2007) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan adanya gabungan data runtun waktu (time series) dengan data antar daerah (cross section) atau yang disebut data panel (panel data). Dalam penelitian ini menggunakan data dari periode 2010 dan 2011 yang terdiri dari 35 kabupaten/kota. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau diperoleh dari pihak lain.

Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah ditingkat SMP. Sedangkan variabel independen yang berpengaruh terhadap outcomes bidang pendidikan adalah variabel desentralisasi fiskal yang dilihat melalui sisi pendapatan dan desentralisasi fiskal dari sisi pengeluaran. Selain itu, digunakan pula variabel kontrol berupa PDRB perkapita, jumlah penduduk, jumlah sekolah dan rasio murid per guru.


(7)

D. METODE ANALISI DATA 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan swekness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19).

2. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Data dikatakan normal jika nilai signifikan > 0,05 (Ghozali, 2005).

Uji Multikolinearitas

Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, dalam penelitian ini dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 berarti tidak terjadi multikoliniearitas (Ghozali, 2011).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. (Ghozali, 2011).


(8)

Model yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji durbin Watson (DW). DW digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau sistematis (Ghozali, 2011).

3. Uji Hipotesis

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS versi 17. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari desentralisasi fiskal terhadap Angka Partisipasi dan Angka Putus Sekolah tingkat SMP.

Estimasi dalam model persamaan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap outcomes bidang pendidikan merupakan pengembangan model dari Bakti (2012). Maka pengembangan model ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

APS = a1 + a2DECPAD + a3Y + a4Pop + aJS + aRMG + u (1)

APS = b1 + b2DECEXP + b3Y + b4Pop + bJS + bRMG + u (2)

APtS = c1+ c2DECPAD + c3Y + c5Pop + c6JS + cRMG +u (3)

APtSr = d1+d2DECEXP+d3Y + d5Pop + d6JS + dRMG + u (4)

Dimana :

APS = Angka Partisipasi Sekolah

APtSr = Angka Putus Sekolah

DECPAD = Derajat desentralisasi fiskal yang diukur melalui sisi pendapatan


(9)

Y = Produk domestik regional bruto

Pop = Jumlah penduduk perempuan

JS = Jumlah sekolah

RMG = Ratio Murid per Guru

u = error terms

Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Uji signifikan simultan (uji statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011).

Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2011).

E. PEMBAHASAN

1. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECPAD) terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS)


(10)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECPAD sebesar 0,181 dengan parameter positif. Artinya apabila DECPAD meningkat sebesar satu satuan, maka angka partisipasi sekolah akan meningkat sebesar 0,181.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bakti et al (2012) yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan daerah ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah perempuan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Variabel kontrol pada model pertama yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah adalah rasio murid per guru. Hasil ini sesuai dengan penelitian Salinas Paula, Pena (2007) dalam Huda dan Sasana mengungkapkan bahwa ketersediaan guru di suatu daerah dengan tingkat partisipasi sekolah mempunyai hubungan yang positif yang berarti dengan ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap partisipasi sekolah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

2. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECEXP) terhadap Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECEXP sebesar -0,087 dengan parameter negatif. Artinya apabila DECEXP menurun sebesar satu satuan, maka angka partisipasi sekolah akan menurun sebesar -0,087.


(11)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda et al (2012) yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dengan belanja daerah ditemukan tidak signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di Provinsi DKI Jakarta.

Variabel kontrol pada model kedua yang memiliki pengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah antara lain PDRB per kapita dan rasio murid per guru.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

3. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECPAD) terhadap Angka Putus Sekolah (APtS)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECPAD sebesar 0,021 dengan parameter positif. Artinya apabila DECPAD meningkat sebesar satu satuan, maka angka putus sekolah akan meningkat sebesar 0,021.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Agustina (2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan derajat desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pendapatan, karena dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki pengaruh yang signifikan.


(12)

Variabel kontrol dalam model ketiga yang memiliki pengaruh signifikan yaitu rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap angka putus sekolah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

4. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECEXP) terhadap Angka Putus Sekolah (APtS)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECEXP sebesar 0,026 dengan parameter positif. Artinya apabila DECEXP meningkat sebesar satu satuan, maka angka putus sekolah meningkat sebesar 0,026.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Agustina (2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan derajat desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pengeluaran, karena dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki pengaruh yang signifikan.

Variabel kontrol dalam model keempat yang memiliki pengaruh signifikan hanya rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap angka putus sekolah.


(13)

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran tidak berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

F. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 dan 2012 dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011

Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP. Variabel kontrol seperti PDRB perkapita, jumlah penduduk dan jumlah sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah sebagai variabel dependen. Untuk variabel kontrol yang lain yaitu PDRB perkapita ditemukan hasil yang berbeda dari sisi pendapatan menunjukkan bahwa PDRB per kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah namun dari sisi pengeluaran PDRB per kapita memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah. Sedangkan rasio murid per guru ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di lihat dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Daerah dengan angka partisipasi tertinggi berada di Kota Salatiga dan terendah berada di Kabupaten Brebes.

2. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011


(14)

Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP. Variabel kontrol dalam persamaan ini yaitu PDRB per kapita, jumlah penduduk dan jumlah sekolah tidak berpengaruh terhadap angka putus sekolah tingkat SMP, sedangkan rasio murid per guru memiliki pengaruh terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Angka putus sekolah tertinggi berada di Kabupaten Semarang dan terendah berada di beberapa daerah yang memiliki angka putus sekolah nol persen.

G. KETERBATASAN

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :

1. Data dalam rentang waktu penelitian hanya dilakukan selama dua tahun di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah belum mampu menjelaskan secara menyeluruh proses desentralisasi fiskal terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah.

2. Terbatasnya data dalam menganalisa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

H. SARAN

Berdasarkan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang ingin diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya data rentang waktu penelitian harap ditambah sehingga hasilnya dapat memperkuat penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan varaiabel kontrol lain yang mungkin dapat memiliki pengaruh dalam mengukur outcomes pelayanan publik bidang


(15)

pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah seperti variabel rasio murid per kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dina. 2011. Analisi Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Angka Kematian Bayi dan Angka Melanjutkan SMP/MTs Periode 2007-2009. Sekripsi S1 dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2011 s/d 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2012 dan 2013. Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012. Publikasi Digital BPS Provinsi Jawa Tengah.

Ahmad, Afridian Wirahadi. 2010. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Bidang Kesehatan: Studi Empiris di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Bakti, Galih Pramilu dan Kodoatie, Johanna Maria 2012. “Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Angka Melek Huruf Perempuan dan Angka Partisipasi

Perempuan di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Diponegoro Journal of Economic. Vol 1, No 1, Tahun 2012, Halaman1-7. .

Darise, Nurlan. 2006. Pengelolaan Keungan DAERAH. Penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Gorontalo.

Elmi, Bachrul. 2002. Kebijakan Desentralisasi Fiskal Kaitannya dengan Hutang Luar Negeri Pemerintah Daerah Otonom. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 6. No.4. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang.

Huda, Noval Akhmad dan Sasana, Hadi. 2013. “Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Outcome Pelayanan Publik Bidang Pendidikan (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta)”. Diponegoro Journal of Economic. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Hal 1.

Kwedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Siti Handayanti. 2008. “ Akuntansi Sektor Publik : Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit UNDIP. Semaranag.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta, Hal.25

Prasetya, Ferry. 2012. MODUL EKONOMI PUBLIK, BAGIAN V: TEORI Pengeluaran Pemerintah. FEB Universitas Brawijaya. Malang.

Purusa, Mahocca Swangga dan Sasana, Hadi. 2013. IMLIKASI DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP AKABA DAN APM SD/MI DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007-2010. Vol. 2. No. 1. Hal 1-12.


(16)

Salinas, Paula dan Sole-Olle, Albert. 2009. “Evaluating the effects of desentralisazion on educational outcomes in Spain,” Working Papers in Economia 228, Universitat de Barcelona. Espai de Recerca on Economia.

Saragih, Juri Panglima. 2011. “DESENTRALISASI FISKAL DAN KEUANGAN DAERAH DALAM OTONOMI. Ghalian Indonesia. Jakarta.

Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuahn Ekonomi terhadap Kesenjangan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa tengah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 4 No. 7

Sianturi, Y. Simonsen. 2011. “Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera)”. Sekripsi S1 dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Soebagiyo, Daryono. 2013. “Perekonomian Indonesia”. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung

Suparmoko. 2003. EKONOMI PUBLIK Edisi Pertama. Andi Yogyakarta.

Suyanto. 2010. “Flaypaper Effect Theory Dalam Implementasi Kabijakan Desentralisasi Fiskal’. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.11, No. 73-74

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang “Perlindungan Anak” Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang “Otonomi Daerah” Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintah Daerah”

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan


(1)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda et al (2012) yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dengan belanja daerah ditemukan tidak signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di Provinsi DKI Jakarta.

Variabel kontrol pada model kedua yang memiliki pengaruh signifikan terhadap angka partisipasi sekolah antara lain PDRB per kapita dan rasio murid per guru.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

3. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECPAD) terhadap Angka Putus Sekolah (APtS)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECPAD sebesar 0,021 dengan parameter positif. Artinya apabila DECPAD meningkat sebesar satu satuan, maka angka putus sekolah akan meningkat sebesar 0,021.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Agustina (2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan derajat desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pendapatan, karena dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki pengaruh yang signifikan.


(2)

Variabel kontrol dalam model ketiga yang memiliki pengaruh signifikan yaitu rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap angka putus sekolah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

4. Pengaruh Desentralisasi Fiskal (DECEXP) terhadap Angka Putus Sekolah (APtS)

Berdasarkan hasil regresi berganda pada persamaan pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pendapatan terhadap angka partisipasi sekolah tidak memiliki pengaruh signifikan. Hal ini ditunjukkan pada nilai koefisien DECEXP sebesar 0,026 dengan parameter positif. Artinya apabila DECEXP meningkat sebesar satu satuan, maka angka putus sekolah meningkat sebesar 0,026.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Agustina (2011) bahwa indikator desentralisasi yang tepat dalam menggambarkan derajat desentralisasi fiskal adalah indikator yang diestimasi dari sisi pengeluaran, karena dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa angka melanjutkan sekolah yang diukur dari sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel lainnya yang diukur menggunakan rasio pendapatan semua memiliki pengaruh yang signifikan.

Variabel kontrol dalam model keempat yang memiliki pengaruh signifikan hanya rasio murid per guru. Artinya ketersediaan guru di suatu daerah berpengaruh terhadap angka putus sekolah.


(3)

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiskal yang diukur dari sisi pengeluaran tidak berpengaruh signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

F. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 dan 2012 dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011

Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah tingkat SMP. Variabel kontrol seperti PDRB perkapita, jumlah penduduk dan jumlah sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah sebagai variabel dependen. Untuk variabel kontrol yang lain yaitu PDRB perkapita ditemukan hasil yang berbeda dari sisi pendapatan menunjukkan bahwa PDRB per kapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah namun dari sisi pengeluaran PDRB per kapita memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka partisipasi sekolah. Sedangkan rasio murid per guru ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka partisipasi sekolah di lihat dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Daerah dengan angka partisipasi tertinggi berada di Kota Salatiga dan terendah berada di Kabupaten Brebes.

2. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 dan 2011


(4)

Berdasarkan hasil olah data menggunakan analisis regresi linier berganda diketahui variabel desentralisasi fiskal baik melalui sisi pendapatan maupun sisi pengeluaran tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap angka putus sekolah tingkat SMP. Variabel kontrol dalam persamaan ini yaitu PDRB per kapita, jumlah penduduk dan jumlah sekolah tidak berpengaruh terhadap angka putus sekolah tingkat SMP, sedangkan rasio murid per guru memiliki pengaruh terhadap angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Angka putus sekolah tertinggi berada di Kabupaten Semarang dan terendah berada di beberapa daerah yang memiliki angka putus sekolah nol persen.

G. KETERBATASAN

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :

1. Data dalam rentang waktu penelitian hanya dilakukan selama dua tahun di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah belum mampu menjelaskan secara menyeluruh proses desentralisasi fiskal terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah.

2. Terbatasnya data dalam menganalisa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap outcomes pelayanan publik bidang pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

H. SARAN

Berdasarkan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang ingin diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya data rentang waktu penelitian harap ditambah sehingga hasilnya dapat memperkuat penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan varaiabel kontrol lain yang mungkin dapat memiliki pengaruh dalam mengukur outcomes pelayanan publik bidang


(5)

pendidikan yaitu angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah tingkat SMP di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah seperti variabel rasio murid per kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dina. 2011. Analisi Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Angka Kematian Bayi dan Angka Melanjutkan SMP/MTs Periode 2007-2009. Sekripsi S1 dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2011 s/d 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2012 dan 2013. Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 dan 2012. Publikasi Digital BPS Provinsi Jawa Tengah.

Ahmad, Afridian Wirahadi. 2010. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Bidang Kesehatan: Studi Empiris di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Bakti, Galih Pramilu dan Kodoatie, Johanna Maria 2012. “Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Angka Melek Huruf Perempuan dan Angka Partisipasi Perempuan di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Diponegoro Journal of Economic. Vol 1, No 1, Tahun 2012, Halaman1-7. .

Darise, Nurlan. 2006. Pengelolaan Keungan DAERAH. Penerbit PT. INDEKS Kelompok Gramedia. Gorontalo.

Elmi, Bachrul. 2002. Kebijakan Desentralisasi Fiskal Kaitannya dengan Hutang Luar Negeri Pemerintah Daerah Otonom. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 6. No.4. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang.

Huda, Noval Akhmad dan Sasana, Hadi. 2013. “Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Outcome Pelayanan Publik Bidang Pendidikan (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta)”. Diponegoro Journal of Economic. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Hal 1.

Kwedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Siti Handayanti. 2008. “ Akuntansi Sektor Publik : Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Penerbit UNDIP. Semaranag.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta, Hal.25

Prasetya, Ferry. 2012. MODUL EKONOMI PUBLIK, BAGIAN V: TEORI Pengeluaran Pemerintah. FEB Universitas Brawijaya. Malang.

Purusa, Mahocca Swangga dan Sasana, Hadi. 2013. IMLIKASI DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP AKABA DAN APM SD/MI DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007-2010. Vol. 2. No. 1. Hal 1-12.


(6)

Salinas, Paula dan Sole-Olle, Albert. 2009. “Evaluating the effects of desentralisazion on educational outcomes in Spain,” Working Papers in Economia 228, Universitat de Barcelona. Espai de Recerca on Economia.

Saragih, Juri Panglima. 2011. “DESENTRALISASI FISKAL DAN KEUANGAN DAERAH

DALAM OTONOMI. Ghalian Indonesia. Jakarta.

Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuahn Ekonomi terhadap Kesenjangan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa tengah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 2 4 No. 7

Sianturi, Y. Simonsen. 2011. “Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera)”. Sekripsi S1 dipublikasikan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Soebagiyo, Daryono. 2013. “Perekonomian Indonesia”. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung

Suparmoko. 2003. EKONOMI PUBLIK Edisi Pertama. Andi Yogyakarta.

Suyanto. 2010. “Flaypaper Effect Theory Dalam Implementasi Kabijakan Desentralisasi Fiskal’. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.11, No. 73-74

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang “Perlindungan Anak” Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang “Otonomi Daerah” Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang “Pemerintah Daerah”

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah”