PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG.

(1)

PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK KEYWORD DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSA KATA SISWA

TUNARUNGU DI SLB X LEMBANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

OLEH:

DENI NOFITA

NIM. 1204710

PRODI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

DR. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 19560818 198503 1 002

Pembimbing II

DR. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP.197004171994022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

DR. Djadja Rahardja, M.Ed NIP. 19590414 198503 1 005


(3)

PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul PENERAPAN STRATEGI MNEMONIK

KEYWORD DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DI SLB X

LEMBANG ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas dasar ini saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat penyataan

Deni Nofita NIM. 1204710


(4)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF KEYWORD MNEMONIC STRATEGY IN IMPROVING HEARING-IMPAIRED STUDENTS VOCABULARY

COMPREHENSION IN SLB X LEMBANG

(DENI NOFITA, 1204710, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)

The aim of this research is to find the application of keyword mnemonic strategy in improving hearing-impaired students’ vocabulary comprehension. One of the advantages of mnemonic strategies is to facilitate memorization. Keyword method is one of mnemonic strategies classified as linguistic mnemonic, which is aimed to facilitate memorization, especially new or foreign vocabulary, by means of connecting pictures to words whose pronunciations are similar to the words or concepts that should be memorized.

The research employed experimental method using Single Subject Research (SSR) with A-B-A design. The subjects were hearing-impaired students aged fifteen years old, namely A and DL, who were in the fifth and sixth grade of Special Needs School X Lembang, respectively. The results of the research showed that there was improvement in terms of vocabulary comprehension using keyword mnemonic strategy as measured by verbal/gesture test. The ability of subject A in re-expressing words’ definitions through verbal/gesture test during the phase of baseline 1 gained a mean level of 65%, during intervention phase 91.85%, and during baseline 2 phase 92.33%, respectively, which showed improvement.

Meanwhile, the ability of subject DL as measured by verbal/gesture test was as follows: during the phase of baseline 1, the mean level was 36.42%, intervention phase 76.28%, and baseline 2 as much as 92.33%. This means that DL’s ability as measured by verbal/gesture test improved.

The outcomes of the research demonstrate that keyword mnemonic strategy can be applied to hearing-impaired students to improve vocabulary comprehension. Therefore, it is suggested that teachers apply keyword mnemonic strategy in the classroom instruction and that future researchers can refine the shortcomings of this research, such as by measuring the ability of hearing-impaired students in re-expressing words’ definitions through writing. In addition, a test is needed with considerations of subjects’ conditions, age, and ability differences, and an involvement of a larger population.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Konsep Ketunarunguan ... 8

1. Pengertian Tunarungu ... 8

2. Klasifikasi Tunarungu ... 10

3. Dampak Ketunarunguan ... 12

B. Strategi Pembelajaran ... 17

1. Pengertian strategi pembelajaran ... 17

2. Strategi mnemonik ... 20


(6)

1. Pengertian kosakata ... 27

2. Kosakata anak tunarungu ... 28

D. Strategi Mnemonik Keyword sebagai Strategi Pembelajaran Pemahaman Kosakata bagi Anak Tunarungu ... 32

E. Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

1. Lokasi penelitian ... 37

2. Subjek penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 38

C. Rancangan Penelitian ... 39

D. Defenisi Operasional ... 44

1. Variabel bebas ... 45

2. Variabel terikat (target behavior) ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 50

G. Skema Proses Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Subjek A ... 52

2. Subjek DL ... 55

B. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60


(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 66


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi ketunarunguan ... 11

Tabel 2.2 Efektifitas strategi mnemonik dalam pembelajaran ... 26

Tabel 3.2 Skor untuk tes verbal/isyarat ... 43


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Rancangan eksperimen A-B-A ... 39 Grafik 4.1 Kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi

dan baseline 2 ... 52 Grafik 4.2 mean level pemahaman kosakata secara verbal/isyarat ... 54 Grafik 4.5 kemampuan kosakata pada fase baseline 1, intervensi dan

Baseline 2 ... 55 Grafik 4.6 mean level pemahaman kosakata subjek DL melalui tes


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka konseptual ... 34 Gambar 3.1 kartu mnemonik keyword ... 42


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 analisis data Lampiran 2 hasil uji valiasi

Lampiran 3 identitas subjek penelitian

Lampiran 4 surat keterangan telah melakukan penelitian Lampiran 5 foto penelitian


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai seorang anak adalah keterampilan berbahasa, keterampilan ini penting dalam menunjang prestasi akademik di masa yang akan datang. Kunci dari mempelajari bahasa terletak pada penguasaan dan pemahaman kosakata. Menurut Tabatabaei dan Hejazi (2011: 199) kosakata merupakan aspek mendasar dari suatu bahasa yang digunakan untuk menamakan benda, tindakan, dan gagasan sehingga manusia dapat mengekspresikan apa yang diinginkannya. Kemampuan kosakata seseorang juga menjadi pertanda dari kemampuan mentalnya yang bersifat saling mempengaruhi (Tarigan, 2011: 17). Oleh karena itu, penguasaan kosakata sangat penting dalam mempelajari suatu bahasa dan untuk perkembangan mental.

Bahasa juga berkaitan dengan perkembangan kognitif yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis individu dalam mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Kemampuan kognitif berkembang sesuai usia, mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari sesuatu yang konkret menuju yang abstrak, dari subyektif menuju ke obyektif dan dari sesuatu yang sudah di kenal menuju yang asing (Irene Athey, 1985 dalam Bunawan & Yuwati, 2000: 12).

Sementara menurut Wolery & Wolery (dalam Porter, 2002: 175) proses kognisi yang terlibat dalam mencapai suatu pemahaman mencakup kegiatan mental seperti penalaran, menyimpan informasi dan mengingat kembali serta menghadirkan stimuli. Sehingga menurut Styles (2005: 4) kajian psikologi kognitif mencakup tiga topik utama yaitu atensi, persepsi dan memori.


(13)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi merupakan suatu proses yang melibatkan aktifitas mental yang mendalam untuk membentuk suatu pemahaman dengan menggunakan persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Dan bahasa digunakan untuk memproses informasi yang diterima dari lingkungan. Sehingga berbahasa erat kaitannya dengan kemampuan kognisi.

Kemampuan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang baik. Pada anak-anak, saat mereka memperoleh sejumlah kata dan cara menggunakannya, maka dia cenderung akan memilih kata yang informatif untuk digunakan dalam situasi tertentu (Tarigan, 2011b: 19). Salah satu strategi yang banyak digunakan untuk menguasai kosakata sulit atau bahasa asing adalah dengan menggunakan strategi mnemonik. Menurut Best (Sternberg, 2009: 224) mnemonik merupakan teknik yang secara spesifik membantu kita mengingat daftar kata-kata. Strategi mnemonik juga merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan kemampuan memori dan belajar anak dengan gangguan prilaku/emosi, tunagrahita ringan, dan Learning Disabilities dalam penguasaan bahasa dan kosakata di berbagai jenjang pendidikan (Scruggs, Mastropieri, Barkeley & Marshak, 2005: 10).

Strategi mnemonik mengandung banyak metode. Byrne (2008) membandingkan metode loci, peg-word, keyword, akronim, menghubungkan melalui cerita, pengkategorian dan pembuatan skema kepada anak. Ia menyimpulkan metode loci, peg-word dan keyword memiliki tingkat elaborasi dan organisasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya. Namun menurut Scruggs dan Mastropieri dalam kegiatan pembelajaran bagi anak yang mengalami masalah belajar dan prilaku lebih efektif dengan menggunakan metode keyword, pegword dan letter strategies. Metode keyword paling efektif dan mudah digunakan anak dalam menghubungkan pengetahuan utama dengan


(14)

informasi baru seperti kosakata, nama atau beberapa fakta dan konsep yang harus dipelajari dan diingat (Reynolds & Fletchers-Janzen, 2007: 1372).

Bolich & McLaughlin (2001) mencobakan strategi mnemonik kepada anak learning disabilities dengan menggunakan enam belas kartu bergambar yang terdiri dari delapan kata konkrit dan delapan kata abstrak. Dari penelitian tersebut muncul gagasan apakah strategi ini dapat diterapkan pada anak tunarungu yang pada umumnya mengalami masalah dalam berbahasa. Karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi, berfikir dan belajar (Schirmer dalam Friend, 2005: 378). Hambatan berbahasa pada anak tunarungu terdapat dalam sintaksis, morphologi dan kosakata (Moores 2001, dalam Moores & Martin, 2006: 47). Goetzinger dan Rousey (1959) menemukan bahwa kemampuan pemahaman kosakata dan paragraph pada anak tunarungu berada di bawah anak usia empat belas tahun. Myklebust (1964) juga menyatakan bahwa kemampuan kosakata pada anak mendengar usia sembilan tahun lebih tinggi dibandingkan anak tunarungu usia lima belas tahun. (dalam Moores, 1982: 290). Hal yang serupa diutarakan Somad (2009) bahwa anak tunarungu sangat miskin akan kosakata yang timbul akibat dari kehilangan/kekurang-mampuan mereka dalam menangkap rangsangan bunyi dari lingkungan sekitar, terutama yang mengalami ketunarunguan prabahasa, dan mereka juga mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

Saat mengikuti pendidikan formal, kemampuan akademik yang ditampilkan siswa tunarungu cenderung berada di bawah anak mendengar, begitu juga dengan hasil pengukuran intelegensinya. Hal ini disebabkan karena kegiatan belajar dan instrumen yang digunakan cenderung membutuhkan kemampuan berbahasa. Namun menurut Moores dan Scheetz (2001) kemampuan kognitif anak tunarungu saat di ukur dengan menggunakan instrumen non verbal diketahui tidak terdapat perbedaan yang mencolok dengan anak mendengar (Friend, 2005: 378).

Kemampuan ingatan jangka pendek anak tunarungu, menurut Blair (1957), saat diukur dengan menggunakan materi non verbal berupa warna, bentuk/desain,


(15)

gambar dan angka yang disajikan secara serempak dan berurutan. ternyata tidak ada perbedaan dengan anak mendengar untuk materi yang disajikan secara serempak, namun pada materi yang disajikan secara berurutan kemampuan anak tunarungu lebih rendah dibandingkan anak mendengar (Bunawan & Yuwati, 2000: 19). Sementara daya ingat jangka panjang pada anak tunarungu dalam menerapkan strategi untuk mengingat tidak jauh berbeda dengan anak mendengar (Liben, 1985 dalam Bunawan & Yuwati, 2000: 21). Dengan demikian, anak tunarungu memiliki kemampuan dan cara mengingat yang tidak jauh berbeda dengan anak mendengar.

Menurut Furth (1973) dalam Alimin (2008) dengan berdasarkan teori Piaget menjelaskan bahwa keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunarungu bukan disebabkan oleh rendahnya kecerdasan atau kurangnya keterampilan lingguistik tapi kurangnya latihan dan pengalaman. Karena struktur kebahasaan sudah ada di otak manusia sejak lahir, sehingga jika anak diberi pengalaman berbahasa, maka kemampuan bahasanya akan berkembang (Chomsky, 1975 dalam Lewis, 2003: 100). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan bahasa, pengalaman berbahasa penting diberikan kepada anak tunarungu melalui latihan.

Fakta empirik menunjukkan bahwa mayoritas anak tunarungu di kelas tinggi sudah bisa membaca, namun kadang mereka tidak mengerti makna dari bacaan tersebut. Terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami bacaan juga bisa disebabkan karena terbatasnya kosakata yang dikuasainya akibat dari kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menguasai bidang akademik lainnya, karena bahasa memegang peranan penting dalam proses kognitif.

Menurut keterangan dari guru kelas, pemahaman kosakata diajarkan kepada anak tunarungu tidak dengan menggunakan strategi khusus. Kosakata dijelaskan kepada anak dalam bentuk gambar, isyarat dan tulisan dalam setiap mata pelajaran. Sementara untuk defenisi kata dari kosakata tersebut tidak


(16)

disampaikan kepada anak, sehingga anak cenderung memahami konsep kata tanpa memahami dengan jelas makna dari kata tersebut. Jadi tidak jarang anak mengalami verbalisme, yaitu suatu kondisi dimana anak hanya menghapal kata-kata tanpa mengetahui makna kata-kata tersebut. Kondisi ini sering dijumpai pada siswa tunarungu, dimana ia mampu mengucapkan dan menuliskan suatu kata namun tidak memahami makna kata yang ditulis atau diucapkannya. Hal di atas menyebabkan anak tunarungu kurang mampu membuat atau menghubungkan kata-kata, sehingga kemampuan berbahasa dan daya abstraksi siswa tunarungu kurang berkembang dengan optimal.

Tujuan dari menguasai kosakata adalah untuk memahami bahasa, dan dengan memahami bahasa kita bisa menguasai keterampilan berbahasa yang penting dalam kehidupan. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil dalam berbahasa.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, subjek DL dan subjek A tergolong tunarungu sedang atau masih mempunyai sisa pendengaran. Subjek DL masih terbatas hanya pada apa yang dilihat/visual, sedangkan subjek A termasuk cepat menangkap pelajaran namun masih kesulitan dalam memahami kata-kata yang bersifat abstrak. Kemampuan anak tunarungu (subjek A dan DL) dalam membaca juga tidak lancar dan lafal yang belum jelas. Dan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, mereka cenderung lebih banyak menggunakan isyarat dibandingkan ujaran dan mengabaikan kaidah kebahasaan meskipun mereka telah bisa membaca.

Salah satu manfaat strategi mnemonik adalah memudahkan dalam mengingat. Metode keyword merupakan salah satu strategi mnemonik yang dikelompokkan dalam mnemonik lingguistik. Diharapkan dengan menggunakan strategi ini keterampilan kompensatoris dan kesadaran lingguistik anak tunarungu akan meningkat. Sehingga hambatan belajar akan berkurang dan bisa membangkitkan motivasi anak untuk lebih giat belajar dan memperoleh hasil belajar yang optimal.


(17)

B. Identifikasi Masalah

1. Ketunarunguan berdampak pada terbatasnya kemampuan bahasa, bicara dan komunikasinya. Oleh karena itu, agar kemampuan bahasa pada siswa tunarungu meningkat, maka dibutuhkan strategi khusus dalam menguasai kosakata.

2. Strategi mnemonik merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan kosakata, baik yang bersifat abstrak maupun konkrit pada anak berkebutuhan khusus.

3. Hambatan kemampuan bahasa anak tunarungu lebih disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan latihan berbahasa. Oleh karena itu metode keyword yang dikategorikan ke dalam mnemonik lingguistik dapat memberikan pengalaman dan latihan berbahasa siswa tunarungu.

C. Batasan Masalah

1. Tunarungu mengalami masalah dalam berbahasa, yang terdiri dari sintaksis, morfologi dan kosakata. Penelitian ini dibatasi pada kemampuan anak tunarungu dalam memahami makna dari suatu kosakata.

2. Kosakata memiliki penggunaan yang berbeda-beda untuk bidang tertentu, seperti bidang teknik, sains, matematika dan sebagainya. Kosakata yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari suatu wacana melalui identifikasi kata-kata sulit atau belum dipahami oleh anak yang terdiri dari kata konkit dan abstrak.

3. Diantara strategi mnemonik terdapat metode loci, metode keyword, metode kata penghubung, akronim dan akrostik. Penelitian ini menggunakan strategi mnemonik keyword untuk mengingat pengertian dari defenisi kata sulit pada siswa tunarungu.


(18)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah penerapan strategi mnemonik keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang?”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki tujuan dan manfaat berikut ini : 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan strategi mnemonik keyword dalam meningkatkan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang..

b. Untuk mengetahui pemahaman kosakata siswa tunarungu sebelum, selama dan sesudah diberikan intervensi.

2. Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi guru diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan konsep kosakata pada siswa tunarungu dengan menggunakan strategi mnemonik keyword.

b. Strategi mnemonik keyword merupakan salah satu strategi untuk mengingat definisi sepuluh kosakata melalui strategi mnemonik teknik keyword yang belum pernah dicobakan pada anak tunarungu. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa untuk mengetahui dampak strategi tersebut terhadap kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu. c. Bagi peneliti dapat menambah wawasan , pengetahuan dan ketrampilan


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah di SLB X Lembang dengan subjek penelitian siswa tunarungu kelas V dan VI. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau, juga karena di SLB tersebut melayani 14 orang siswa tunarungu yang tersebar di jenjang SDLB sampai SMALB, disamping jenis kecacatan yang lain.

Berdasarkan keterangan dari guru kemampuan pemahaman kosakata siswa di SLB tersebut masih sangat terbatas terutama yang berada di kelas dasar, jadi untuk itu diperlukan strategi khusus untuk menanamkan konsep dari suatu kosakata kepada anak. Selama ini menurut penjelasan guru bahwa strategi mnemonik keyword belum pernah diterapkan kepada siswa.

2. Subjek penelitian

Subjek berjumlah dua orang, satu perempuan (DL) dan satu orang laki-laki (A) dengan gangguan pendengaran tingkat sedang. Kemampuan bahasa kedua subjek cukup baik dengan menggunakan bahasa isyarat alami, Subjek D belum banyak memahami kosakata, masih sebatas apa yang dilihat, sedangkan subjek A termasuk cepat menangkap materi pelajaran tapi masih mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata yang bersifat abstrak. Bahasa ekspresifnya masih terbatas dan belum menggunakan kaidah kebahasaan yang benar, hanya berupa kata-kata dengan bahasa isyarat, verbal yang belum jelas pengucapannya serta belum terstruktur. Kemampuan bahasa reseptif kedua siswa tersebut hampir sama, masih ditemui kesalahan menginterpretasikan pertanyaan yang disampaikan pada mereka dalam percakapan. Misalnya saat diajukan pertanyaan “apa yang kamu kerjakan di rumah setelah pulang sekolah?” ada yang menjawab “pulang”, “makan”. Setelah diberikan


(20)

penjelasan tambahan tentang aktifitas yang biasanya dilakukan di rumah dengan contoh, baru kemudian mereka bisa memahami pertanyaan yang diajukan tersebut.

B. Metode penelitian

Sebuah fenomena yang terjadi pada anak dengan gangguan pendengaran, yaitu anak bisa membaca tapi tidak mengetahui makna yang di baca. Melalui penerapan strategi mnemonik ini diharapkan anak tunarungu dapat dengan mudah memahami apa yang mereka baca dengan cara-cara tertentu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (single subject) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan, (intervensi) yang diberikan. Dalam hubungan ini peneliti memanipulasi suatu perlakuan (intervensi), kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis (Faisal, 1982 : 76).

Alasan peneliti menggunakan pendekatan SSR dalam penelitian ini adalah pertama karena bervariasinya kemampuan siswa tunarungu dan yang kedua jumlah populasi yang terbatas sehingga metode SSR penelitian ini dipandang tepat untuk ABK.

Uji validasi konten tentang kemampuan siswa dalam mengingat definisi kosakata melalui mnemonik keyword dilakukan di SLB B Negeri Cicendo pada 3 orang subjek dengan mengujicobakan sepuluh kosakata masing-masing dengan empat gambar dan keyword yang berbeda.

1. Item instrument terdiri dari sepuluh kosakata

2. Kemudian dicari empat keyword dan gambar yang berbeda untuk mencari item yang paling mudah dikuasai oleh siswa dalam memahami suatu kosakata

3. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut kemudian dirancang instrumen penelitian yang akan diterapkan dalam pelaksanaan penelitian.satu kosakata mnemonik yang dianggap paling mudah.


(21)

C. Rancangan penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan subjek tunggal (single subject research) dengan menggunakan desain A – B – A seperti gambar di bawah ini:

Grafik 3.1

Rancangan eksperimen A – B – A

Keterangan:

A1 = Kondisi awal atau baseline merupakan kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali pengertian dari suatu kosakata. Pada baseline ini subjek tidak diberi intervensi. Subjek diminta memperhatikan penjelasan defenisi sepuluh kosakata melalui verbal dan isyarat tanpa diperkenalkan dengan strategi mnemonik keyword dalam rentang waktu yang tidak dibatasi. Kemudian dilakukan tes secara lisan/ isyarat untuk mengetahui kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali defenisi kosakata tersebut. Baseline 1 terdiri dari tujuh sesi, dimana setiap sesi dihitung per hari.

B = Subjek diberi perlakuan (intervensi) berupa cara mengingat pengertian atau defenisi dari sepuluh kosakata dengan menggunakan kartu

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Sesi per hari

B


(22)

bergambar yang berisikan kosakata yang dipelajari, keyword dalam kurung dan pengertiannya. Subjek pertama-tama diminta untuk mengamati kartu gambar dengan keyword dan definisi kosakata, pada saat bersamaaan peneliti menjelaskan hubungan antara kosakata, keyword, definisi dan gambar. Kegiatan tersebut dilakukan selama satu menit pergambar. Tes yang digunakan sama dengan tahapan baseline yaitu secara isyarat/verbal. Fase intervensi ini terdiri dari tujuh sesi, dimana setiap sesi dilakukan per hari.

A2= merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek dalam pemahaman kosakata, tahap ini dilakukan pengetesan sebagaimana pada baseline pertama untuk mengetahui sejauh mana intervensi dengan strategi mnemonik keyword dapat berpengaruh terhadap pemahaman kosakata anak tunarungu. Baseline 2 ini terdiri dari tiga sesi yang merujuk per hari.

Tahapan dalam eksperimen dengan subjek tunggal ini adalah sebagai berikut: 1. Prosedur baseline 1

Fase ini bertujuan untuk menentukan kemampuan subjek dalam mengingat pengertian atau defenisi sepuluh kosakata dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti memjelaskan dengan verbal/isyarat dan memperlihatkan suatu gambar dengan kosakata dan pengertiannya, subjek diminta untuk mengingat defenisi kata.

b. Subjek memperhatikan konsep kata, defenisinya dan gambar dalam rentang waktu satu menit yang diukur dengan stopwatch yang di bantu oleh guru.

c. Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh kosakata dan defenisinya yang akan diingat subjek.

d. Sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata tersebut secara verbal maupun isyarat.


(23)

e. Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata dilakukan perekaman audio visual (video).

f. Setiap kata dari defenisi kosakata yang bisa diungkapkan subjek secara verbal maupun isyarat diberi skor satu yang kemudian dipresentasekan.

g. Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2. Prosedur Intervensi

Tahapan dalam intervensi ini tidak jauh berbeda dengan tahap di baseline, yang membedakannya hanya dalam penggunaan keyword untuk mengingat defenisi kata, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan.

a) Peneliti mempersiapkan ruang kelas dan mengatur posisi tempat duduk untuk siswa agar mudah mengikuti prosedur penelitian. b) Peneliti menyediakan sepuluh gambar yang memuat kosakata,

keyword dalam tanda kurung dan defenisi kata yang akan diingat subjek

b. Kegiatan inti

a) Peneliti memberikan penjelasan tentang kata dan defenisinya, kemudian menjelaskan keyword dan hubungannya dengan gambar, dan terakhir subjek diminta untuk mengingat keyword dan defenisi kata. Semua prosedur tersebut disampaikan secara verbal dan isyarat. Misalnya untuk kata “enak”.


(24)

Gambar 3.1 Kartu mnemonik keyword

Pertama-tama defenisi dari kata enak dijelaskan kepada subjek, yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa anak kecil senang pada makanan dengan rasa yang sedap dan lezat seperti permen, ice cream, kembang gula. Terakhir subjek diminta untuk mengingat seorang anak dan defenisi kata enak

b) Setiap sesi dilaksanakan dengan memperkenalkan sepuluh kosakata, defenisinya, dan hubungannya dengan keyword

c. Kegiatan akhir

a) Setiap sesi diakhiri dengan mengukur kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali defenisi dari sepuluh kosakata tesebut secara verbal maupun isyarat.

b) Selama subjek mengungkapkan kembali defenisi kata, dilakukan perekaman audio visual pada subjek.

c) Durasi waktu dalam mengungkapkan kembali defenisi kata oleh subjek tidak dibatasi.

d) Setiap kata yang terkandung dalam defenisi kata yang bisa diungkapkan kembali oleh subjek diberi skor satu. Seperti contoh


(25)

pada kata “enak” terkandung lima kata yaitu “rasa yang sedap dan lezat”. Satu skor diberikan untuk setiap kata tersebut yang kemudian diakumulasikan untuk mendapatkan hasil presentase.

NO KOSAKATA DEFINISI SKOR

MAKSIMAL 1 Berat Besar ukurannya di antara

sejenisnya

5

2 Dekat Tidak jauh jarak atau antaranya

5

3 Bersatu Berkumpul atau bergabung menjadi satu

5

4 Derita Sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di hati

7

5 Enak Rasa yang sedap dan lezat 5 6 Kekar Tubuh yang tegap dan kuat 5 7 Mimpi Sesuatu yang dilihat, dialami

dan dirasakan dalam tidur

8

8 Rangkul Melingkarkan lengan pada pundak, memeluk

5

9 Sebar Berserak, bertabur 2

10 Terbang Bergerak atau melayang di udara dengan tenaga sayap atau mesin

10

TOTAL SKOR 57

Tabel 3.2

Skor untuk tes verbal/isyarat

e) Defenisi kata yang diperkenalkan kepada subjek bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.


(26)

D. Defenisi Operasional 1. Variabel bebas

Variabel bebas dapat juga diartikan sebagai penyebab munculnya variabel lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan strategi mnemonik keyword. Strategi mnemonik keyword merupakan cara untuk pengkodean agar dapat dengan mudah membantu proses penyimpanan dan mengingat kembali, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek. Karena sistem tersebut memungkinkan kita menyimpan informasi di dalam memori, sehingga akan mampu memperolehnya kembali sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Metode keyword merupakan salah satu metode yang ada dalam mnemonik melalui menghubungkan kata, ide, dan khayalan untuk membentuk imajinasi interaktif yang mengaitkan bunyi dan makna kata dengan bunyi dan makna kata yang mudah dikenal dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Mengaitkan secara verbal dengan visual kata yang berlafal mirip dengan kosakata yang harus diingat. Misalnya kata “enak” dengan keyword “anak” dan bahwa anak kecil senang pada makanan dengan rasa yang sedap dan lezat seperti permen, ice cream, kembang gula. Terakhir subjek diminta untuk mengingat seorang anak dan defenisi kata enak. Pemilihan kata untuk keyword lebih ditekankan pada kesamaan bunyi, baik pada awal, tengah maupun akhir kata.

b. Kata keyword merupakan kata yang bersifat konkrit.

c. Kata yang digunakan untuk keyword sudah dikenal anak (familiar). Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu gambar yang memuat kosakata, keyword dalam kurung dan defenisi kata dan gambar yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata dan gambar yang bisa menunjukkan keadaan dari defenisi kata di atas kertas ukuran A4. Pemilihan keyword dilakukan dengan cara mencari kata yang memiliki kemiripan bunyi dengan kosakata. Yang diperkenalkan pada penelitian ini adalah prilaku


(27)

subjek dalam mengingat defenisi kata dan mampu mengungkapkannya kembali. Dalam penelitian ini yang diamati adalah prilaku subjek dalam memahami dan mengingat sepuluh defenisi kata. Setiap kosakata diperlihatkan kepada subjek selama satu menit sambil memperhatikan penjelasan peneliti untuk setiap gambar.

2. Variabel terikat (target behavior)

Variabel terikat atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu di SLB X Lembang. Pemahaman kosakata dalam penelitian ini adalah kemampuan mengungkapkan kembali defenisi dari kosakata secara lisan/ isyarat.

Kosakata yang diujicobakan di ambil melalui identifikasi bacaan dari buku bahasa indonesia kelas V yang sebelumnya dilakukan oleh subjek dengan mencari kata-kata yang belum mereka pahami. Tujuannya untuk menentukan kemampuan subjek dalam mengingat definisi dari sepuluh kosa kata dengan cara subjek diminta untuk mengungkapkan kembali definisi dari kasakata tersebut secara verbal/isyarat.

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengujicobakan pada 3 siswa SLB Cicendo. Tujuannya adalah untuk mencari sepuluh keyword dan gambar yang mudah dipahami oleh anak dan mudah dijelaskan oleh peneliti. Peneliti menyadiakan 4 keyword dan gambar yang berbeda untuk satu kosakata dan hasilnya, sepuluh keyword dan gambar yang mudah dipahami siswa diterapkan dalam penelitian (terlampir).

Pengukuran dilakukan dengan persentase, dengan cara setiap kata yang bisa diungkapkan anak diberi skor 1 selanjutnya diakumulasikan dan dipersentasekan dalam bentuk tampilan grafik.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar soal-soal yang terdiri dari sepuluh kosakata mnemonik. Rekaman video digunakan


(28)

untuk mengamati kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali defenisi kosakata yang di teliti. Pertimbangan penggunaan alat ini adalah agar dapat mengamati sedetail mungkin kemampuan subjek dalam mengingat kembali kosakata. Pertimbangan lainnya karena adanya keterbatasan subjek dalam mengutarakan secara verbal untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu, dengan pertimbangan subjek akan mampu mengungkapkan kembali defenisi kosakata dengan bahasa isyarat maka rekaman video digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Hasil rekaman tersebut akan dicermati dan dinilai dengan memberikan skor terhadap kata yang bisa diungkapkan subjek. Skor satu untuk setiap kata yang terdapat dalam defenisi kata yang bisa diungkapkan subjek melalui verbal maupun isyarat.

Selanjutnya skor yang terkumpul diakumulasikan dan kemudian diubah ke dalam bentuk presentase dengan rumus:

P = F X 100% N

Keterangan: P = Presentase

N = Jumlah skor tertinggi F = Jumlah skor yang di dapat

Misalnya untuk defenisi kosakata enak adalah rasa yang sedap dan lezat. Setiap kata dari defenisi kosakata tersebut diberi skor 1. Untuk tes lisan, maka jumlah skor maksimalnya adalah lima (5). Jika subjek mampu mengungkapkan tiga (3) kata dari defenisi tersebut, maka skor perolehan subjek adalah tiga (3). Setiap perolehan skor subjek untuk tiap defenisi kosakata selanjutnya diakumulasikan dan dipresentasekan. Sepuluh defenisi kosakata yang diteliti memiliki skor total 57 dengan rumus:

P = N X 100 57


(29)

Kisi-kisi instrumen

NO GAMBAR KOSAKATA DAN

DEFINISI KEYWORD CARA MENJELASKAN

SKOR MAKSIMAL

1. Berat (ks)

Besar ukurannya di antara jenisnya

Beduk Definisi kata berat dijelaskan kepada subjek. Berat yaitu besar ukurannya diantara jenisnya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, ada dua beduk, yang satu lebih besar ukurannya dari yang lain. Yang ukurannya besar lebih berat dari yang kecil.

5

2. Bersatu (ks)

Berkumpul atau bergabung menjadi satu

Bantu Definisi kata bersatu dijelaskan kepada subjek. Bersatu yaitu berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang sedang mengangkat rumah bersama. Dengan bersatu maka kita menjadi kuat mengangkat beban berat.

5

3. Dekat

tidak jauh jarak atau antaranya

Ikat Pertama-tama defenisi dari kata dekat dijelaskan kepada subjek, yaitu tidak jauh jarak atau antaranya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, bahwa mengikat sepatu harus dari dekat


(30)

4. Derita (ks)

Sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di hati

Jelita Definisi kata derita dijelaskan kepada subjek, yaitu sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, orang yang jelita juga pernah mengalami derita

7

5. Enak (ks)

Rasa yang sedap dan lezat

Anak Definisi kata enak dijelaskan kepada subjek, yaitu rasa yang sedap dan lezat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, anak-anak menyukai permen, ice cream, kembang gula yang rasanya manis.

5

6. Kekar (ks)

Tubuh yang tegap dan kuat

Jangkar Definisi kata kekar dijelaskan kepada subjek, yaitu tubuh yang tegap dan kuat. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, jangkar kapal hanya bisa ditarik oleh orang kuat.

5

7. Mimpi (kk)

Sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur

Api Definisi kata mimpi dijelaskan kepada subjek, mimpi adalah sesuatu yang dilihat, dialami dan dirasakan dalam tidur. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar seseorang yang sedang tidur


(31)

8. Rangkul (kk)

Melingkarkan lengan pada pundak, memeluk

Pikul Definisi kata rangkul dijelaskan kepada subjek, rangkul adalah melingkarkan lengan pada pundak, memeluk. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, tukang pikul sebelum pergi bekerja memeluk anaknya.

5

9. Sebar (kk)

Berserak, bertabur

Lembar Definisi kata sebar dijelaskan kepada subjek, sebar adalah berserak atau bertabur, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar. Orang kaya memiliki uang berlembar-lembar dimana-mana.

2

10. Terbang (kk)

Bergerak atau melayang di udara dengan tenaga sayap atau mesin

Kumbang Definisi kata dijelaskan kepada subjek, terbang adalah bergerak atau melayang diudara dengan tenaga sayap atau mesin. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan hubungan keyword dengan gambar, kumbang yang sedang terbang di atas bunga.

10

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen


(32)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data digunakan sebagai tahap terakhir dalam penelitian sebelum di tarik suatu kesimpulan. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, 2006:65). Pengaruh intervensi terhadap prilaku yang diamati juga dilakukan guna melihat sejauh mana intervensi berhasil merubah target behaviour. Terkait penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh penerapan strategi mnemonik terhadap pemahaman defenisi suatu kosakata anak tunarungu. Data ditampilkan dalam bentuk grafik garis agar lebih memperjelas prilaku subjek. Terdapat beberapa komponen dalam pembuatan grafik (Sunanto, 2006:36) sebagai berikut:

1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan variabel bebas (sesi, hari, tanggal). Dalam penelitian ini absis yang digunakan adalah untuk menunjukkan banyaknya sesi yang dilakukan pada subjek.

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi). Dalam penelitian ini ordinat menunjukkan kemampuan pemahaman defenisi suatu kosakata dalam bentuk persen. 3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal

satuan bebas dan terikat.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 25%, 50%, 70%).

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.


(33)

G. Skema Proses Penelitian

INTERVENSI PRESENTASE

@ TES PENGOLAHAN DATA

ANALISIS HASIL PENELITIAN

MNEMONIK KEYWORD

DALAM PEMAHAMAN KOSAKATA

STUDI PENDAHULUAN

1. WAWANCARA 2. OBSERVASI

3. IDENTIFIKASI KATA SULIT SUBJEK

RANCANGAN

MNEMONIK KEYWORD

1. DAFTAR KATA DAN DEFENISINYA

2. MENCARI KEYWORD

3. MENCARI GAMBAR ANALISIS STUDI

PENDAHULUAN

BASELINE 1 (A1)

UJI VALIDASI

BASELINE 2 (A2) SESI 1, 2 ...

TES/SESI SUBJEK

1& 2

SESI 1, 2 ...

TES/SESI SUBJEK

1& 2

SESI 1, 2 ...

TES/SESI SUBJEK


(34)

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa strategi mnemonik keyword dalam penelitian ini berpengaruh terhadap pemahaman kosakata siswa tunarungu A dan DL yang berusia 15 tahun. Kemampuan pemahaman kosakata kedua subjek meningkat setelah diberikan intervensi dengan strategi mnemonik keyword. Kemampuan kedua subjek tersebut diukur melalui tes secara verbal / isyarat. Kedua subjek dituntut untuk mampu mengungkapkan kembali defenisi sepuluh kosakata yang berdasarkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan benar, baik secara verbal/isyarat. Hasil keseluruhan penelitian ini dalam setiap fase adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan awal kedua subjek bervariasi dalam mengingat defenisi kosakata selama fase baseline 1, namun cenderung meningkat. Peningkatan selama fase baseline 1 ini disebabkan subjek telah menyesuaikan dengan tes yang diberikan. Pada tes secara lisan/isyarat kedua subjek juga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena selama baseline peneliti menjelaskan defenisi sepuluh kosakata secara verbal/isyarat namun tidak menghubungkannya dengan keyword dan gambar. Pertimbangan ini peneliti ambil berdasarkan penjelasan dari guru kelas bahwa kedua subjek banyak menggunakan bahasa isyarat yang tidak baku (bukan sistem isyarat bahasa indonesia/SIBI). Sehingga untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data, terutama dalam tes secara verbal/isyarat maka penting diberikan penjelasan melalui isyarat baku sebelum dilakukan tes.


(36)

2. Kemampuan kedua subjek selama diberikan intervensi cenderung meningkat dari fase sebelumnya yang dapat dilihat pada mean level yang diperoleh kedua subjek. Intervensi diberikan berupa sepuluh kosakata beserta defenisinya, keyword dan gambar yang diukur melalui tes verbal/isyarat. Perbedaan yang terlihat sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kedua subjek adalah kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali secara verbal/isyarat defenisi suatu kosakata lebih teratur, berurutan dan banyaknya jumlah kata yang bisa diungkapkan kembali oleh mereka yang bisa dilihat pada mean level kedua subjek. 3. Pada kedua subjek terjadi perubahan antara sebelum diberikan intervensi

dengan setelah intervensi, hal ini membuktikan bahwa strategi mnemonik keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata mereka.

B. Saran

Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran yang hendaknya dikuasai oleh guru. Namun jauh lebih penting untuk mengajarkan bagaimana cara balajar yang tepat agar setiap siswa memiliki strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Strategi mnemonik merupakan salah satu strategi belajar yang memegang peranan penting dalam perkembangan peradaban manusia sejak zaman Yunani kuno dan masih tetap digunakan dalam kehidupan manusia modern. Teknik keyword merupakan salah satu bagian dari strategi menemonik yang digunakan untuk memudahkan mengingat suatu informasi dan ternyata bisa diterapkan pada dua orang subjek yang mengalami ketunarunguan untuk meningkatkan pemahaman kosakata mereka. Oleh karena itu, saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:


(37)

1. Bagi guru

Strategi mnemonik keyword dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran oleh guru, terutama dalam pembelajaran kosakata pada siswa tunarungu. Dengan menghadirkan mnemonik keyword di dalam kelas diharapkan siswa tunarungu mampu mengembangkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya sendiri. Dengan demikan guru telah mengajarkan bagaimana cara belajar kepada siswa, bukan hanya menyampaikan materi pelajaran semata. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas guru untuk mempelajari strategi mnemonik, khususnya teknik keyword yang selama ini belum digunakan dalam pembelajaran kosakata pada siswa tunarungu.

2. Peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penerapan strategi mnemonik keyword dengan menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali defenisi suatu kosakata. Disamping itu dibutuhkan pengujian dengan mempertimbangkan kondisi subjek, usia dan perbedaan kemampuan serta dengan melibatkan populasi yang lebih luas.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, D., & Sugiarto, M. (1999/2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tunarungu Untuk SLB B. Jakarta: Depdikbud.

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [12 desember 2012].

Bambang S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta :Yayasan Pangudi Luhur. Lustrum.

Bolich, Barbara dan McLaughlin, T. F. (2001). “The Use of Mnemonic Strategies as

Instructional Tools for Children with Learning Disabilities”. International Journal of Education. 16, (2), 39 – 47.

Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa pada Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama

Bunawan, L. (2004). “Hekekat Ketunarunguan dan Implikasi dalam Pendidikan”. Makalah Pelatihan Dosen Pendidikan Luar Biasa, tidak diterbitkan..

Byrne, John., H. (eds). (2008). Learning and Memory; A Comprehensive Reference. San Diego USA: Elsevier.

Depdikbud. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk AnakTunarungu untuk SLB B. Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud.

Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djamarah, S. B., dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rieneka Cipta.

Donovan, M. S., & Cross, C. T. (ed). (2002). Minority Students in Special and Gifted Education Washington, DC : National Academy Press.

Edwards, Lindsey & Crocker, Susan. (2008). Psychological Processes in Deaf Children with Complex Needs : An Evidence-Based Practical Guide. London: Jessica Kingsley Publishers.

Eggen, P dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran; Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir (Edisi Keenam). Jakarta: PT. Indeks.


(39)

Faisal. (1982). Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Friend, Marilyn. (2005). Special Education; Contemporary Perspectives for School Proffesionals. Boston: Pearson Education.

Gregory, Susan. Et.al. (ed). (1998) Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.

Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (eds). (2006). Exceptional Learners; Introduction to Special Education (Tenth Edition). Boston: Pearson Education.

Hernawati, Tati.(2007). “Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Bicara Anak Tunarunggu”. JASSI_anakku. 7. (1). 101 - 110.

Irving, M. M., Nti. M., & Johson, W. (2007). “Meeting The Needs of Special Learners in

Science”. International Journals of Special Education. 22. (3). 109-118.

Kemis dan Heryati, Iis Sri. (2011). Media Pembelajaran untuk Anak dengan Gangguan Pendengaran. Bandung; Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Lewis, Vicky. (2003). Developmental and Disabilitiy; Second Edition. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Marschark, Marc and Hauser, Peter C. (ed.). (2008). Deaf Cognition : Foundations and Outcomes. New York: Oxford University Press, Inc.

Marschark, Marc. (2007). Raising and Educating A Deaf Child: A Comprehensive Guide to Choices, Controversies, and Decisions Faced by Parents and Educators (2nd Ed). New York: Oxford University Press, Inc.

Moores, D. F. (1982). Educating The Deaf; Psychology, Principles, and Practices (Second Edition). Massachusetts: Houghton Mifflin Company.

Moores, D. F., & Martin, D. S. (eds.). (2006). Deaf Learners; Developments Curriculum and Instruction. USA: Gallaudet University Press

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana. Porter, Louise. (2002). Educating Young Children with additional Need. Australia: Allen

& Unwin.

Reid, Gavin. (2005). Learning Styles and Inclusion. London: Paul Chapman Publishing. Reynolds, C. R., & Fletcher-Janzen, E. (eds). (2007). Encyclopedia of Special Education


(40)

Sacks, Arlene.(2009). Special Education: A Reference Handbook [2nd Ed.]. New York: Grey House Publishing, Inc.

Scruggs, T. E., Mastropieri, M. A., Barkeley, S. L., & Marshak, L. (2010). “Mnemonic Strategies; Evidence-Based Practice and Practice-Based Evidence”. Intervention in School and Clinic. 46. (2). 79 - 86.

Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology; Theory and Practice (8th Edition). Boston; Pearson Edcation Inc.

Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad, Permanarian. (2009). Dampak Ketunarunguan. [online]. Tersedia: http://permanariansomad.blogspot.com.2009/11/dampakketunarunguan.html. [3 januari 2013].

Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Special Diversity. (2008). My Experience with My Children.

Sternberg, Robert. J. (2009). Cognitive Psychology (Fifth Edition). Belmont USA: Wadsworth Cengage Learning.

Styles, Elizabeth. A. (2005). Attention,Perception, and Memory; An Intergarted Introduction. New York: Psychology Press, Taylor & Francis Group.

Sunanto, Juang., Takeuchi, Koji., dan Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tabatabaei, O,. & Hejazi, N. H. (2011). “Gender Diferences in Vocabulary Instruction

Using Keyword Method (Lingusitic Mnemonics)”. Canadian Social Science. 7. (5). 198 - 204.

Tarigan, Hendry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata (edisi revisi). Bandung: Angkasa. Tarigan, Hendry Guntur. (2011b). Pengajaran Pemerolehan Bahasa (edisi revisi).

Bandung: Angkasa.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif; Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(41)

(1)

2. Kemampuan kedua subjek selama diberikan intervensi cenderung meningkat dari fase sebelumnya yang dapat dilihat pada mean level yang diperoleh kedua subjek. Intervensi diberikan berupa sepuluh kosakata beserta defenisinya, keyword dan gambar yang diukur melalui tes verbal/isyarat. Perbedaan yang terlihat sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kedua subjek adalah kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali secara verbal/isyarat defenisi suatu kosakata lebih teratur, berurutan dan banyaknya jumlah kata yang bisa diungkapkan kembali oleh mereka yang bisa dilihat pada mean level kedua subjek. 3. Pada kedua subjek terjadi perubahan antara sebelum diberikan intervensi

dengan setelah intervensi, hal ini membuktikan bahwa strategi mnemonik keyword dapat meningkatkan pemahaman kosakata mereka.

B. Saran

Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran yang hendaknya dikuasai oleh guru. Namun jauh lebih penting untuk mengajarkan bagaimana cara balajar yang tepat agar setiap siswa memiliki strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Strategi mnemonik merupakan salah satu strategi belajar yang memegang peranan penting dalam perkembangan peradaban manusia sejak zaman Yunani kuno dan masih tetap digunakan dalam kehidupan manusia modern. Teknik keyword merupakan salah satu bagian dari strategi menemonik yang digunakan untuk memudahkan mengingat suatu informasi dan ternyata bisa diterapkan pada dua orang subjek yang mengalami ketunarunguan untuk meningkatkan pemahaman kosakata mereka. Oleh karena itu, saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:


(2)

1. Bagi guru

Strategi mnemonik keyword dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran oleh guru, terutama dalam pembelajaran kosakata pada siswa tunarungu. Dengan menghadirkan mnemonik keyword di dalam kelas diharapkan siswa tunarungu mampu mengembangkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya sendiri. Dengan demikan guru telah mengajarkan bagaimana cara belajar kepada siswa, bukan hanya menyampaikan materi pelajaran semata. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas guru untuk mempelajari strategi mnemonik, khususnya teknik keyword yang selama ini belum digunakan dalam pembelajaran kosakata pada siswa tunarungu.

2. Peneliti selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada penerapan strategi mnemonik keyword dengan menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan subjek dalam mengungkapkan kembali defenisi suatu kosakata. Disamping itu dibutuhkan pengujian dengan mempertimbangkan kondisi subjek, usia dan perbedaan kemampuan serta dengan melibatkan populasi yang lebih luas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, D., & Sugiarto, M. (1999/2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara Untuk Anak Tunarungu Untuk SLB B. Jakarta: Depdikbud.

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar. [online]. Tersedia: http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [12 desember 2012].

Bambang S. (2003). Pendidikan Tunarungu. Jakarta :Yayasan Pangudi Luhur. Lustrum. Bolich, Barbara dan McLaughlin, T. F. (2001). “The Use of Mnemonic Strategies as

Instructional Tools for Children with Learning Disabilities”. International Journal of Education. 16, (2), 39 – 47.

Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa pada Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama

Bunawan, L. (2004). “Hekekat Ketunarunguan dan Implikasi dalam Pendidikan”. Makalah Pelatihan Dosen Pendidikan Luar Biasa, tidak diterbitkan..

Byrne, John., H. (eds). (2008). Learning and Memory; A Comprehensive Reference. San Diego USA: Elsevier.

Depdikbud. (2000). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk AnakTunarungu untuk SLB B. Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud.

Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djamarah, S. B., dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Rieneka Cipta.

Donovan, M. S., & Cross, C. T. (ed). (2002). Minority Students in Special and Gifted Education Washington, DC : National Academy Press.

Edwards, Lindsey & Crocker, Susan. (2008). Psychological Processes in Deaf Children with Complex Needs : An Evidence-Based Practical Guide. London: Jessica Kingsley Publishers.

Eggen, P dan Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran; Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir (Edisi Keenam). Jakarta: PT. Indeks.


(4)

Faisal. (1982). Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.

Friend, Marilyn. (2005). Special Education; Contemporary Perspectives for School Proffesionals. Boston: Pearson Education.

Gregory, Susan. Et.al. (ed). (1998) Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.

Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (eds). (2006). Exceptional Learners; Introduction to Special Education (Tenth Edition). Boston: Pearson Education.

Hernawati, Tati.(2007). “Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Bicara Anak Tunarunggu”. JASSI_anakku. 7. (1). 101 - 110.

Irving, M. M., Nti. M., & Johson, W. (2007). “Meeting The Needs of Special Learners in Science”. International Journals of Special Education. 22. (3). 109-118.

Kemis dan Heryati, Iis Sri. (2011). Media Pembelajaran untuk Anak dengan Gangguan Pendengaran. Bandung; Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Lewis, Vicky. (2003). Developmental and Disabilitiy; Second Edition. United Kingdom: Blackwell Publishing.

Marschark, Marc and Hauser, Peter C. (ed.). (2008). Deaf Cognition : Foundations and Outcomes. New York: Oxford University Press, Inc.

Marschark, Marc. (2007). Raising and Educating A Deaf Child: A Comprehensive Guide to Choices, Controversies, and Decisions Faced by Parents and Educators (2nd Ed). New York: Oxford University Press, Inc.

Moores, D. F. (1982). Educating The Deaf; Psychology, Principles, and Practices (Second Edition). Massachusetts: Houghton Mifflin Company.

Moores, D. F., & Martin, D. S. (eds.). (2006). Deaf Learners; Developments Curriculum and Instruction. USA: Gallaudet University Press

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana. Porter, Louise. (2002). Educating Young Children with additional Need. Australia: Allen

& Unwin.

Reid, Gavin. (2005). Learning Styles and Inclusion. London: Paul Chapman Publishing. Reynolds, C. R., & Fletcher-Janzen, E. (eds). (2007). Encyclopedia of Special Education


(5)

Sacks, Arlene.(2009). Special Education: A Reference Handbook [2nd Ed.]. New York: Grey House Publishing, Inc.

Scruggs, T. E., Mastropieri, M. A., Barkeley, S. L., & Marshak, L. (2010). “Mnemonic Strategies; Evidence-Based Practice and Practice-Based Evidence”. Intervention in School and Clinic. 46. (2). 79 - 86.

Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology; Theory and Practice (8th Edition). Boston; Pearson Edcation Inc.

Somad, P. dan Herawati, T. (1996). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Tinggi.

Somad, Permanarian. (2009). Dampak Ketunarunguan. [online]. Tersedia: http://permanariansomad.blogspot.com.2009/11/dampakketunarunguan.html. [3 januari 2013].

Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Special Diversity. (2008). My Experience with My Children.

Sternberg, Robert. J. (2009). Cognitive Psychology (Fifth Edition). Belmont USA: Wadsworth Cengage Learning.

Styles, Elizabeth. A. (2005). Attention,Perception, and Memory; An Intergarted Introduction. New York: Psychology Press, Taylor & Francis Group.

Sunanto, Juang., Takeuchi, Koji., dan Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Tabatabaei, O,. & Hejazi, N. H. (2011). “Gender Diferences in Vocabulary Instruction

Using Keyword Method (Lingusitic Mnemonics)”. Canadian Social Science. 7. (5).

198 - 204.

Tarigan, Hendry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata (edisi revisi). Bandung: Angkasa. Tarigan, Hendry Guntur. (2011b). Pengajaran Pemerolehan Bahasa (edisi revisi).

Bandung: Angkasa.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif; Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN APLIKASI POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOSA KATA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB DI SLB ANGKASA SULAIMAN KABUPATEN BANDUNG.

0 1 16

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DII DI SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 29

PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN NILAI TEMPAT DALAM MATEMATIKA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS IV SDLB DI SLB B SUKAPURA BANDUNG.

0 1 32

PENGARUH METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE STORY TELLING DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA KERJA BAHASA INGGRIS PADA SISWA TUNARUNGU TINGKAT SMALB KELAS X DI SLB NEGERI CIAMIS : Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMALB di SLB NEGERI CIAMIS.

0 0 59

PENGGUNAAN KATA SAPAAN OLEH SISWA TUNARUNGU DALAM PERISTIWA TUTUR :Studi Deskriptif Pada Siswa Tunarungu SMPLB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.

0 1 29

PROGRAM PEMBELAJARAN KOSA KATA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II SDLB-B DI SLB NEGERI SUBANG.

0 0 46

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KWL (KNOW-WANT-LEARNED) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SEDERHANA PADA SISWA TUNARUNGU : Eksperimen pada Siswa Tunarungu Kelas II SDLB di SLB-X.

0 2 36

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATAN PEMAHAMAN KOSA KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

Upaya Meningkatkan Kosa Kata Anak Tunarungu Melalui Media Variasi Gambar Pada Siswa Kelas V/B Di SLB Negeri Surakarta | Sugiarti | Prosiding Ilmu Pendidikan 7730 16245 1 SM

0 0 7

PENGGUNAAN APLIKASI POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOSA KATA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SDLB DI SLB ANGKASA SULAIMAN KABUPATEN BANDUNG - repository UPI S PLB 1004952 Title

0 0 3