FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB AL ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG.

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB

AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh :

UKEU SUKMAYANTI NIM. 1004918

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB

AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG

Oleh : Ukeu Sukmayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ukeu Sukmayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Ukeu Sukmayanti 1004918

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB

AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Permanarian Somad,M.Pd. NIP: 195404081981032001

Pembimbing II

Dr. Mussyafak Assyari,M.Pd.

NIP: 195505161981011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Konsep Dasar Tunarungu ... 7

1. Pengertian Anak Tunarungu ... 7

2. Klasifikasi Tunarungu ... 10

3. Dampak Dari Ketunarunguan ... 11

B. Konsep Dasar Komunikasi Lisan ... 15

1. Pengertian Komunikasi Lisan ... 15

2. Perolehan Bahasa Lisan Pada Anak Tunarungu ... 18

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan 23 BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 30

1. Pendekatan Penelitian ... 30

2. Metode Penelitian... 30

B. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi ... 41

2.Wawancara ... 42

3. Studi Dokumentasi ... 48

C.Pengolahan dan Analisis Data ... 49

D.Uji Validitas Data Penelitian ... 49


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A.Kesimpulan ... 97

B.Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(6)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB AL

ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG

(Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB Al-Ishlah Kabupaten Subang)

Komunikasi merupakan hal terpenting dalam pemenuhan kebutuhan manusia, begitupun halnya dengan anak tunarungu, meskipun mereka memiliki hambatan dalam pendengarannya tetapi mereka perlu juga dibina komunikasinya. Walaupun komunikasi lisan bukan satu-satunya alat komunikasi namun berbicara adalah alat komunikasi yang paling epektif dan paling banyak dipahami orang lain, tetapi pada kenyataannya keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu berbeda-beda, ada yang dapat dipahami dan ada yang tidak dapat dipahami, dari keempat siswa kelas VII yang dapat dipahami komunikasi lisannya adalah RA dan yang tidak dapat dipahami PM, EB dan AF, karena itu peneliti ingin sekali dapat mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor pendukung maupun faktor-faktor penghambat keterampilan komunikasi lisan mereka, untuk itu peneliti menggunakan metode Desktiptif Kualitatif, dan sebagai objek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII di SLB Al Ishlah Kabupaten Subang. Setelah dilakukan penelitian dengan pengambilan data melalui wawancara terhadap guru, orangtua, teman dan siswa itu sendiri, juga melalui observasi untuk mengamati bagaimana keterampilan komunikasi lisan mereka dan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung juga faktor-faktor-faktor-faktor penghambat kemampuan keterampilan komunikasi lisan mereka. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan dan hasil akhir adalah bahwa keterampilan komunikasi lisan mereka dipengaruhi oleh derajat kehilangan pendengaran, penanganan orangtua, kreativitas guru dan pengaruh dari lingkungan pergaulan dan lain sebagainya.


(7)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING ORAL COMMUNICATION SKILLS CLASS VII DEAF STUDENT IN DISTRICT SLB AL ISHLAH PURWADADI SUBANG

(Descriptive Qualitative Case Study of Deaf Students in Class VII SMPLB SLB Al-Ishlah Subang)

Communication is the cornerstone of human needs, as do the children with hearing impairment, although they have obstacles in his hearing, but they should also be fostered communication. Although oral communication is not the only means of communication but talking is a communication tool that most epektif and most widely understood other people, but in reality oral communication skills in deaf students is different, no one can understand and there that can not be understood, from the fourth seventh grade students who can understand verbal communication is RA and incomprehensible PM, EB and AF, because the researchers wanted to be able to know what the factors supporting and inhibiting factors of their oral communication skills, to the researchers used a method Qualitative desktiptif, and as an object of research is the students of class VII in SLB Al Ishlah Subang. After doing research with data collection through interviews with teachers, parents, friends and students themselves, as well as through observation to observe how their oral communication skills, and what the factors are also supporting factors inhibiting the ability of their oral communication skills. The study was conducted for 3 (three) months and the end result is that their oral communication skills are influenced by the degree of hearing loss, handling parents, teachers creativity and influence of the social environment and so forth.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan komunikasi lisan dianggap mencerminkan kemampuan

komunikasi lisan seorang anak secara keseluruhan. Komunikasi lisan terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk berkomunikasi. Hal tersebut diukur dengan membandingkan berbagai bunyi yang digunakan seseorang dengan norma-norma yang ada bagi kelompok seusianya. Tiap anak pada umumnya belajar berbicara atau berkomunikasi lisan dari ibunya, dan orang-orang di sekitarnya, makin bertambah usianya, makin terlatih pula daya mendengar dan menirukan suara-suara yang didengarnya. Dengan berulang-ulangnya situasi dan pengamatan yang diiringi dengan penangkapan bahasa lisan, maka tumbuh dan berkembang pula pengertian, apa yang diucapkan oleh orang lain. Melalui nalurinya mencoba meniru mengucapkan kata dan ujaran yang didengarnya.

Proses di atas tidak terjadi pada anak tunarungu sejak lahir, ia tidak bisa membedakan peranan utama pada kata dan kalimat yang tampak dan terbayang pada ingatannya hanya gerakan bibir dan mimik si pembicara, pada anak tunarungu yang kehilangan pendengaran sangat berat sedikit harapan ada dorongan untuk meniru suara karena tidak ada rangsangan pada indera

pendengarannya, apa itu “suara” ia tidak mengerti. Satu-satunya jalan untuk menangkap bahasa adalah melalui indera penglihatannya.

Anak kecil yang mendengar senang meniru bunyi dan suara-suara yang didengarnya, secepat itu ia tahu dan dapat membuat suara seperti yang

didengarnya walaupun tidak sempurna, peristiwa itu biasa disebut “meraban”.

Selama hidupnya anak beberapa kali mengulang satu kata atau lebih, akhirnya dia memanfaatkan kata-kata yang didengarnya dalam perkembangan


(9)

menguraikan kata-kata dalam berkomunikasi lisan, sedangkan pada anak tunarungu mengalami fase meraban sebagai awal perkembangan bicara akan tetapi perlu adanya stimulus maupun motivasi, karena itu perlu diusahakan agar anak tunarungu tersebut segera mempergunakan indera penglihatannya sebagai alat untuk mendapatkan bahasa. Melalui penglihatannya ia harus mencoba meniru dan menangkap ujaran orang lain, dan mencoba mengujarkannya kembali (berbicara). Anak tunarungu tidak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya sendiri tanpa ada orang yang melatih atau menuntunnya, karena itu perkembangan bahasa bicara selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan lainnya, sedangkan setiap orang walaupun dia tunarungu harus berusaha untuk memiliki keterampilan komunikasi yang dapat dipahami oleh orang lain agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Dalam komunikasi lisan, bahasa adalah sesuatu yang diujarkan, hal ini berarti proses penyampaian pesan yaitu berbicara dan proses penerima pesan yaitu mendengar, dan pesan harus tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh si penerima pesan dan ini dapat dinamakan proses berkomunikasi berhasil. Tetapi pada kenyataan yang terjadi setelah anak tunarungu mulai menginjak remaja,terlihat berbeda-beda tingkat kemampuan komunikasi lisan mereka. Ada yang dapat dipahami ada juga yang tidak dapat dipahami, seperti terlihat pada percakapan antar siswa kelas VII SDLB di SLB Al-Ishlah Purwadadi Kabupaten Subang yang dilaksanakan pada hari Senin, Tanggal 20 Januari 2014.

Guru : “ Kamu di rumah sama siapa?”

EB : “ Baba, aya, ayi…” (tidak dapat dipahami) RA : “ Papa, mama…” (dapat dipahami)

Guru :” Kemarin kamu di rumah melakukan apa ?” EB :” Ui bau, baai, uop..pi..” (tidak dapat dipahami) RA :” Capu, pel, nyuhi tepatu…” (dapat dipahami) PM : “ Paih, pel, hapu…”(tidak dapat dipahami) AF : “ pah..” (tidak dapat dipahami)


(10)

3

EB :” au lat bau..”, sambil memegang kepala dan mengisyaratkan dia sedang bingung. (tidak dapat dipahami)

PM :” pah?” Tanya putri pada EB

EB :” manyiu ,pahap hi pah..” dia menjelaskan dengan isyarat kalau pinsilnya tidak ada. (tidak dapat dipahami)

RA :” Pincil Ehi euweuh..”. (dapat dipahami)

Guru :” AF, lihat pinsil EB?”

AF :” Buh..ba..bah..”. (tidak dapat dipahami)

Dari percakapan di atas dapat terlihat bahasa lisan mereka sangat bervariasi ada yang dapat dipahami dan ada juga yang tidak dapat dipahami oleh guru.

Dapat dipahami Tidak dapat dipahami

RA PM

EB AF

Dari deskripsi di atas dapat terlihat kemampuan komunikasi lisan mereka berbeda-beda, ada yang dapat dipahami dan ada yang tidak dapat dipahami, sedangkan derajat kehilangan pendengaran RA dan AF sama diantara 50-60dB tetapi kemampuan komunikasi lisan mereka berbeda begitu juga PM dan EB, mereka mengalami kehilangan pendengaran berat sekitar 100-110dB dan mereka pun mempunyai kemampuan komunikasi lisan yang berbeda, karena hal tersebut di atas penulis mencoba untuk mengamati mengapa kemampuan komunikasi lisan mereka tidak sama, apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi lisan mereka, sehingga dalam penelitian ini penulis

mempelajari skripsi tentang “ Sistem Komunikasi Siswa Tunarungu” (Studi Kasus

Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMPLB Kelas LAnjutan 2 di SLB B YP3 ATR 1 Cicendo dan kemudian penulis mengambil judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH PURWADADI”


(11)

B. Fokus Masalah

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada

“Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH PURWADADI? Dengan subfokus masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu Kelas VII ?

2. Apa saja yang mempengaruhi sehingga siswa memiliki keterampilan komunikasi lisan?

3. Apa saja yang menjadi hambatan bagi orangtua dan guru dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII? 4. Upaya upaya apa saja yang dilakukan oleh orangtua dan guru untuk mengatasi

hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan keterampilan komunikasi lisan pada siswatunarungu kelas VII

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu Kelas VII

3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII

4. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII


(12)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Orangtua

Bagi orangtua hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk menambah ilmu dalam melayani anak yang mempunyai kebutuhan khusus 2. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu

b. Bagi SLB B, khususnya SLB AL-ISLAH PURWADADI hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu

E.Struktur Organisasi

Dalam penulisan penelitian deskriptif kualitatif ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII terdiri dari lima Bab.

Dengan penulisan sebagai berikut :

Bab I merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian yang disertai pertanyaan penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan sistematika penulisan. Uraian dalam Bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang keseluruhan tulisan serta

batasan masalah yang diuraikan oleh penulis pembahasannya. Bab II menguraikan tentang teori pengembangan dari berbagai pertanyaan

pertanyaan masalah pada fokus penelitian yang diteliti dengan sub bab sebagai berikut :

A. Konsep Dasar Anak Tunarungu, B. Konsep Dasar Komunikasi Lisan, C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lisan.

Bab III membahas tentang metodologi Penelitian Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif dengan


(13)

susunan penulisannya meliputi Tempat Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Tehnik Analisis Data.

Dalam Bab IV membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan ini terdiri dari dua hal utama, yaitu :

1. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH Purwadadi kabupaten Subang 2. Pembahasan atau analisis dari data yang dihasilkan dari lapangan dan

mendeskripsikan.

Sedangkan dalam Bab terakhir yaitu Bab V tentang Kesimpulan dan Saran. Bab kesimpulan dan Saran ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian, penulisannya dengan cara uraian padat. Saran yang ditulis setelah kesimpulan ditujukan kepada guru dan orangtua, para pengguna hasil penelitian ini.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII, sehingga peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam dan tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif. Hal ini merujuk pada pendapat Moleong (2005:3) bahwa:

“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

prilaku yang diamati”

Lebih lanjut Nasution (2002:9) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri dengan pengamatan atau wawancara tak berstruktur sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar manusia secara mendalam dengan dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Alasan pemilihan pendekatan ini, karena sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin diperoleh dan tidak untuk menguji hipotesis tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata dengan kondisi dilapangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu.

2. Metode Penelitian

Berdasarkan fokus pembahasan dalam penelitian ini, yakni ingin mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan, siswa tunarungu kelas VII di SLB AL-ISHLAH Kabupaten Subang, maka metode


(15)

yang digunakan adalah metode deskrptif dengan menggunakan penelitian kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada dilapangan. (Sukardi, 2004:57).

Dipilihnya metode deskriptif dalam penelitian ini karena metode ini memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan menggambarkannya secara mendalam sesuai kondisi dilapangan.

a. Lokasi penelitian

Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini adalah :

Nama Sekolah : SLB AL-Ishlah PUI Purwadadi

Alamat Sekolah : Jl. Pasirbungur No. 66 Purwadadi Subang

Status Sekolah : Swasta

Ijin Operasional : No. 421-9/04/SLB-PPTSP tanggal 15 Mei2008

Status Tanah : Milik PUI

Status Bangunan : Milik PUI

Waktu Belajar : Pagi hari

Pendidik dan Tenaga Kependidikan  Kepala sekolah : 1 orang


(16)

32

 Jumlah guru : 10 orang guru sukwan

A. Keadaan Sarana dan Prasarana

1. Meubeulair dan Alat Rumah Tangga a. Meja Kepala Sekolah : 1 buah

b. Meja Guru : 4 Buah

c. Meja/Kursi Siswa : 15 Stel

d. Lemari : 2 buah

e. Rak Buku : 1 buah

f. Filling kabinet : 1 buah

g. Kursi tamu : 2 buah

h. Komputer : 3 buah

i. Leptop : 2 buah

j. Infokus : 1 buah

k. Radio/tape : 1 buah

l. Televisi : 1 buah

m. VCD : 1 buah

2. Alat keterampilan

a. Mesin Jahit : 1 Buah

b. Mesin Obras : 1 Buah

B. Kondisi Fisik Sekolah

Luas tanah : 4310 m2

Jumlah, Status Bangunan : 4 lokal

Keadaan bangunan : Rusak sedang

Ruang belajar : 3 lokal

Ruang kantor : 1 lokal

Wc : 1 lokal

Dapur : 1 lokal


(17)

C. Keadaan Siswa

Tuna Rungu 14 orang, Tuna Grahita 14 Orang dan Tuna Daksa 8 orang.

Pendidik dan Tenaga Kependidikan  Kepala sekolah : 1 Orang

 TU : 1 Orang

 Jumlah guru : 10 Orang

D. Keadaan Sarana dan Prasarana

1. Meubeulair dan Alat Rumah Tangga a. Meja Kepala Sekolah : 1 buah

b. Meja Guru : 4 Buah

c. Meja/Kursi Siswa : 15 Stel

d. Lemari : 2 buah

e. Rak Buku : 1 buah

f. Filling kabinet : 1 buah

g. Kursi tamu : 2 buah

h. Komputer : 3 buah

i. Leptop : 2 buah

j. Infokus : 1 buah

k. Radio/tape : 1 buah

l. Televisi : 1 buah

m. VCD : 1 buah

2. Alat keterampilan

a. Mesin Jahit : 1 Buah

b. Mesin Obras : 1 Buah

E. Keadaan Siswa


(18)

34

No. Tingkat /kelas

Siswa Jenis Kelainan

Jumlah Bagian B Bagian C Bagian C1 Bagian D

L P L P L P L P

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. TKLB SDLB/1 SDLB/II SDLB/III SDLB/IV SDLB/V SDLB/VI SMPLB/VII SMPLB/ VIII SMPLB/ IX SMALB/ X SMALB/ XI SMALB/ XII 1 - 1 - - - 5 2 - - - 1 - - - 2 - - - 1 - - - - - - - 1 - 1 1 - 6 - - - - - - - - 1 1 - 1 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - 1- 5 1 - - - - - 1 1 4 2 1 1 23 3 - - - 1 -

Jumlah 10 3 4 10 - - 2 7 36


(19)

Penelitian ini ditujukan kepada siswa tunarungu kelas VII SMPLB, terdiri dari empat (4) siswa tunarungu di SLB AL-ISHLAH Kabupaten Subang, yaitu terdiri dari :

Nama Lengkap : Rully Aditya Putra

Nama Panggilan : Rully

Derajat Kehilangan Pendengaran : 50-60 dB

Tempat/tanggal lahir : Subang, 13-12-2000

Agama : Islam

Alamat : Kp. Gardu Rt 13/06

Desa Wanakerta - Subang

Usia : 14 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak Urutan ke : 1 (satu)

Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi

Kelas : VI SDLB

Identitas Orang Tua Ayah

Nama : Agus Taman

Usia : 37 thn

Agama : Islam


(20)

36

Desa Wanakerta - Subang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Ibu

Nama : Eti Susilawati

Usia : 32 thn

Agama : Islam

Alamat : Kp. Gardu Rt 13/06

Desa Wanakerta - Subang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nama Lengkap : Putri Maloka Argadireja

Nama Panggilan : Putri

Derajat Kehilangan Pendengaran : 100-110dB

Tempat/tanggal lahir : Subang, 22-10-2001

Agama : Islam

Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03

Pasirbungur- Subang

Usia : 13 thn


(21)

Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi

Kelas : VI SDLB

Identitas Orang Tua Ayah

Nama : Drs. Apit Argadirejdja (Alm)

Usia : -

Agama : Islam

Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03

Pasirbungur- Subang

Pendidikan : DIPLOMA IV/STRATA 1

Pekerjaan : -

Ibu

Nama : Hj. Titiek Sunarti

Usia : 47 thn

Agama : Islam

Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03

Pasirbungur- Subang

Pendidikan : DIPLOMA III/SARJANA MUDA


(22)

38

Nama Lengkap : Ekky Berliana

Nama Panggilan : Ekky

Derajat Kehilangan Pendengaran : 100-110 dB

Tempat/tanggal lahir : Subang, 02 Juni 1999

Agama : Islam

Alamat : Desa Pagon

Kecamatan Purwadadi-Subang

Usia : 15 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak Urutan ke : 1 (satu) dari 2 bersaudara

Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi

Kelas : VI SDLB

Identitas Orang Tua Ayah

Nama : Dadang Suganda

Usia : 38 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Desa Pagon, Kecamatan Purwadadi

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Ibu

Nama : Nunung

Usia : 33 Tahun

Agama : islam

Alamat : Desa Pagon, Kecamatan Purwadadi

Pendidikan : SLTA


(23)

Nama Lengkap : Agni Fauziah

Nama Panggilan : Agni

Derajat Kehilangan Pendengaran : 50-60 dB

Tempat/tanggal lahir : Subang, 13-07-1998

Agama : Islam

Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02

Desa Purwadadi Barat - Subang

Usia : 16 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Urutan ke : 3 (tiga)

Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi

Kelas : VII

Identitas Orang Tua Ayah

Nama : Oman Nurohman

Usia : 47 thn

Agama : Islam

Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02


(24)

40

Pekerjaan : Wiraswasta

Ibu

Nama : Eti Suhaeti

Usia : 42 thn

Agama : Islam

Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02

Desa Purwadai Barat - Subang

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Spradley (1979) dalam Basrowi & Suwandi (2008: 93) merupakan sumber informasi, sedangkan moleong (2005) mengemukakan bahwa subjek penelitian ialah orang dalam pada latar penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut snawball sampling yang dilakukan secara

berurutan”.

Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive yang berhubungan dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian atau purposive. Subjek penelitian tersebut terdiri dari siswa tunarungu kelas VII, guru, dan orang tua murid.


(25)

B.Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan terhadap :

a. Anak, yaitu mengamati keterampilan komunikasi lisan masing-masing anak dilihat dari cara dia berkomunikasi melalui berbicara dengan guru, teman dan lingkungan sekitar dalam percakapan sehari-hari di sekolah.

b. Guru, yaitu mengamati perlakuan guru terhadap siswa dalam mengembangkan komunikasi lisannya di sekolah dan metode yang digunakan dalam berkomunikasi dengan siswa

c. Peralatan yang menunjang,yaitu mengamati peralatan yang menunjang dalam pengembangan komunikasi lisan anak, seperti ABM, fasilitas belajar BKPBI, artikulasi dsb.

d. Kondisi anak, melihat catatan yang ada di sekolah mengenai derajat kehilangan pendengaran, tingkat kecerdasan, dan mengamati motivasi belajar siswa.

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan metode-metode lain (Nasution, 1997:122). Observasi merupakan suatu aktifitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilapangan.

Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial yang terjadi dengan melakukan pengamatan dan pencatatan untuk mendapatkan gambaran yang nyata mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi lisan siswa tunarungu. Peneliti melakukan observasi mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII di SLB AL-ISHLAH .


(26)

42

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap :

a. Anak, dengan cara bertanya kepada anak sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan keterampilan mereka dalam berkomunikasi lisan.

b. Orangtua, yaitu dengan memberikan instrumen dan bertanya secara langsung kepada orang tua mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pola asuh orangtua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan anak, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan komunikasi lisan anak, dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut

c. Guru, memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada guru mengenai metode komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan siswa, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa dan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data yang faktual. Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi, (2008:127) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.

Adapun tujuan dari wawancara seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1997:73), yaitu:

“tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, tentang bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak kita ketahui melalui observasi”.


(27)

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

( Studi Deskriptif kualitatif di SLB AL-ISHLAH KAB. SUBANG )

Fokus Penelitian Ruang

Lingkup

Subjek Teknik

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan pada siswa kelas VII

SMPLB SLB AL-ISHLAH Purwadadi Kabupaten Subang

Kondisi objektif keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII

Siswa Wawancara

Observasi Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII Orangtua Guru Teman Wawancara Observasi :

Derajat kehilangan pendengaran, Tingkat kecerdasan, Motivasi belajar siswa Faktor-Faktor yang menghambat keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII Orang tua Guru Wawancara Observasi Upaya-Upaya untuk mengatasi hambatan keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII Orang tua Guru Wawancara Observasi


(28)

44

INSTRUMEN WAWANCARA

Topik Subjek Pertanyaan Wawancara

Topik I Rully A,Agni F, Putri M, Ekky B

Siapakah namamu? Rumahmu dimana?

Kamu punya adik?siapa namanya? Kamu punya kakak? Siapa namanya? Kamu suka apa?

Kamu suka makanan apa? Siapa nama ibumu? Siapa nama ayahmu? Berapa umurmu?

Kamu suka lihat sepak Bola? Dimana? Di rumah suka apa saja?

Siapa nama teman di rumah? Apakah temanmu bisa mendengar Kamu sering mengobrol dengan ibu? Kamu sering mengobrol dengan bapak? Kamu sering ngobrol dengan teman?

Topik 2 Orang Tua Dengan siapa anak ibu bergaul di rumah? Dengan sesama anak tunarungu atau anak pada umumnya?

Siapa saja yang lebih dekat dengan anak?ibu atau bapak?ataukah saudara yang lainnya?dan bagaimana selama ini mereka berkomunikasi dengan anak ibu?

Apakah anak ibu dari sejak kecil sudah bergaul dan sering menggunakan alat bicaranya untuk mengungkapkan sesuatu?


(29)

Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar anak dapat berkomunikasi lisan?

Apakah ibu sudah melakukan percobaan seperti melatih pernafasan anak?

Dengan cara apa ibu melatih pernafasan anak?

Apakah ibu juga sudah melakukan cara lain selain melatih pernafasan?

Seperti apa latihan yang selama ini sudak

dilakukan oleh anak dalam

mengembangkan keterampilan komunikasi lisannya?

Selain latihan-latihan apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu untuk mengembangkan komunikasi anak?

Hambatan Apa saja yang ibu hadapi dalam mengembangkan komunikasi lisan anak?

Sementara itu apa yang ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?


(30)

46

Topik 3 Guru Bagaimana pendekatan ibu kepada siswa pada saat mengajar?

Metode komunikasi apa yang digunakan pada siswa?

Apakah siswa belajar artikulasi dan BKPBI secara khusus dan berkesinambungan?

Bagaimana cara ibu menanamkan motivasi belajar setiap siswa?

Siapakah yang paling bersemangat belajar di anatara siswa kelas VII?

Di sekolah metode komunikasi apa yang paling utama diajarkan pada anak tunarungu?

Siapakah di antara anak tunarungu yang paling senang belajar berkomunikasi lisan? Upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu agar siswa dapat berkomunikasi lisan dengan baik?

Apakah ibu sudah melatih pernafasan pada siswa ? berkelanjutankah latihan tersebut?


(31)

mengembangkan keterampilan komunikasi lisannya?

Selama ini hambatan apa saja yang ibu temui untuk mengembangkan komunikasi lisan anak dan upaya-paya apa yang ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

Topik 4 Teman Bagaimana cara kamu mengobrol dengannya?

Apakah dia mengerti ketika kamu mengucapkan sesuatu padanya tanpa menggunakan isyarat atau gerak tubuh?

Apakah dia sering mengajak mengobrol?

Apa yang dilakukannya ketika kamu tidak mengerti saat dia mengungkapkan sesuatu?

Apakah dia banyak bertanya tentang sesuatu yang ingin diketahuinya saat bermain?

Apakah dia selalu ingin belajar berbicara dengan kamu?


(32)

48

3. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, Basrowi dan Suwandi (2008:158) mengatakan bahwa metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang mengahasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan.

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari data primer dan sekunder, sumber yang berupa data primer berupa kata-kata atau tindakan yang dapat diperoleh dari situasi alami yang terjadi dilingkungan sekolah, baik dari guru mapun para siswa. Data sekunder berupa dokumen tertulis dan foto-foto.

Studi dokumenter dilakukan terhadap dokumen-dokumen tertulis misalnya: 1) buku data siswa, 2) catatan mengenai derajat kehilangan pendengaran dan tingkat kecerdasan,3)arsip-arsip lain yang ada disekolah, terutama yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini digunakan tidak hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh melalui sumber data primer, akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, menguji, menafsirkan, menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Studi Literatur

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti, karena teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan


(33)

benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menunjang masalah yang akan diteliti. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan literatur yang berkaitan erat dengan keterampilan komunikasi lisan..

C.Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Sugiono (2010:244), mengemukakan bahwa: analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sisematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melaksanakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Untuk data yang diperoleh hasil wawancara, observasi, catatan peneliti, kajian litelatur dan studi dokumentasi akan diolah serta dianalisis sehingga data-data tersebut dapat memiliki arti agar dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian tersebut.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur maka peneliti melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, studi literatur. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.

D.Uji Validitas Data Penelitian

Validitas data dilakukan untuk membuktikan kesesuian apa yang telah diamati dengan fakta yang sesungguhnya terjadi dilapangan, validitas data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik :


(34)

50

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang masa observasi sangat diperlukan karena dengan waktu yang lebih lama dilapangan peneliti akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji absah tidaknya suatu data penelitian baik yang disebabkan oleh peneliti itu sendiri atau oleh subjek penelitian. Usaha peneliti dalam memperpanjang masa observasi yaitu dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin, misalnya dengan melakukan pertemuan berupa percakapan informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih memahami kondisi sumber data. 2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan kembali secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Triangulasi

Triangulasi menurut sugiono (2010:372) merupakan ’pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu’.

Menurut sugiono (2010:247) ada tiga macam triangulasi antara lain:

a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari melalui beberapa sumber. b. Triangulasi teknik yaitu, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu dilaksanakan dalam rangka pengujian kredibilitas yang dapat dilakukan dengan cara pengecekan wawancara, observasi dalam waktu dan situasi yang berbeda.

E.Prosedur Penelitian di Lapangan

Dalam setiap proses penelitian kualitatif batas antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya sulit dinyatakan secara tegas. Hal itu sejalan dengan sifat


(35)

perubahan sepanjang penelitian dilaksanakan. Mengenai tahap penelitian, yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Pra penelitian:

Tahap ini meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain penelitian, melaksanakan bimbingan intensif, menentukkan lokasi penelitian, mengurus perizinan, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan penelitian lapangan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini diawali dengan survey pendahuluan ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran awal yang sesuai dengan fokus kajian penelitian. Setelah itu, peneliti mempelajari latar lokasi (setting) subjek yang diteliti, melakukan pengamatan, wawancara, membuat catatan lapangan, mengambil pola kejadian secara langsung, dan mengumpulkan berbagai dokumen yang relevan. Dalam kegiatan ini juga peneliti melakukan kegiatan analisis data secara bertahap.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan telah terkumpul. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk mengelola dan menganalisis data yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Sugiono (2010:335) menyatakan bahwa:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari , serta membuat kesimpulan sehingga akan mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain”.

Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, menghitung serta mencari kaitan isi dan data yang telah diperoleh dengan maksud mendapatkan maknanya. Untuk

memudahkan analisis, Nasution (1996:14) menjelaskan bahwa: ”dalam penelitian


(36)

52

atau tema, jadi ada penemuan dan kelak dapat dikembangkan menjadi sebuah

teori”.

Adapun proses berjalannya analisis data menurut Sieddel (Moleong,2008:248) adalah sebagai berikut :

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

c. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai studi tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan

komunikasi Lisan Pada SiswaTunarungu Kelas VII”” (Studi Deskriptif Kualitatif di SLB AL ISHLAH Kabupaten Subang) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kondisi Objektif Keterampilan Komunikasi Lisan Siswa Tunarungu Kelas VII di SLB Al Ishlah

Siswa-siswi kelas VII di SLB AL ISHLAH mempunyai keterampilan komunikasi yang beragam, dari keempat siswa-siswi tersebut keterampilan komunikasi lisannya ada yang dapat dipahami oleh guru yaitu RA dan ada juga yang tidak dapat dipahami oleh guru yaitu PM, EB dan AF, tetapi siswa yang komunikasi lisannya dapat dipahami, bahasa yang digunakan banyak menggunakan bahasa sunda sehingga anak tunarungu yang lain yang hanya menguasai bahasa Indonesia kurang mengerti apa yang disampaikan oleh temannya tersebut, seperti pada saat dia mengatakan

pada temannya kata “wawah” yang artinya baju, temannya yang hanya

mengerti bahasa Indonesia tidak mengerti apa yang diucapkan siswa tersebut walaupun siswa tersebut berbicara dengan baik, sedangkan keterampilan komunikasi lisan siswa yang lainnya yaitu yang tidak dapat dipahami dalam pengucapannya tetapi dalam penguasaan bahasanya cukup bagus sehingga pada saat orang tidak mengerti bahasa yang diucapkan dia menulisnya, walaupun bicaranya tidak dapat dipahami tetapi dalam berkomunikasi dia selalu menggunakan alat bicaranya sehingga lama kelamaan orang yang di sekitarnya agak mengerti apa yang dia ucapkan karena seringnya dia mengucapkan kata-kata. Keterampilan


(38)

98

komunikasi lisan siswa yang lainnya yang juga tidak dapat dipahami, dia berbicara hanya seperti meraban saja seperti ba,ba,baa tau ah,uh dsb. Dia sangat sulit untuk mengucapkan kata apalagi kalimat, dia dalam berkomunikasi lisan sangat tidak dapat dimengerti oleh orang di sekelilingnya ditambah lagi penguasaan bahasanya sangat kurang, sehingga menambah kesulitan dia untuk berkomunikasi lisan, dan untuk subjek yang keempat lebih tidak dipahami dari subjek ketiga, dimana apapun yang disampaikan oleh orang lain dia selalu mengikuti ucapan akhir dari lawan bicaranya dan tidak mengerti apa yang diungkapkan lawan bicaranya. Jadi, kondisi objektif kemampuan keterampilan komunikasi lisan pada siswa kelas VII sangat beragam, ada yang dapat dipahami dan tidak dapat dipahami sedangkan kondisi kehilangan pendengaran mereka sama, dua siswa sama-sama kehilangan pendengaran sedang dan dua siswa kehilangan pendengaran berat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII di SLB Al Ishlah

a. Faktor Internal, yaitu:

1). Derajat kehilangan pendengaran

Berpengaruh kepada keterampilan komunikasi lisan anak, dimana anak yang kehilangan pendengaran ringan cenderung lebih mudah untuk belajar mengucapkan kata-kata, karena dengan dibantu ABM maka dia dapat memanfaatkan sisa pendengarannya untuk memperoleh kata-kata. Di sini siswa kelas VII yang berjumlah empat orang, dua anak mengalami kehilangan pendengaran sedang yaitu RA dan AF, dan yang lainnya mengalami kehilangan pendengaran berat, yaitu EB dan PM.

2). Tingkat Kecerdasan

Tingkat kecerdasan sangat berpengaruh pula dalam pemerolehan bahasa anak sehingga mempermudah dalam berkomunikasi lisan, karena bahasa merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh besar


(39)

dalam keberhasilan komunikasi lisan dalam mencapai tujuan, dan anak yang memiliki kecerdasan tinggi tentu akan mudah dalam mempelajari suatu bahasa. RA dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar dan informasi dari guru merupakan siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi begitu pula dengan PM, sedangkan EB dan AF dilihat dari nilai rata-rata belajar dan informasi dari guru, tingkat kecerdasannya lebih rendah dari RA dan PM.

3). Motivasi Belajar

Ini pun sangat berpengaruh kepada keterampilan komunikasi lisan anak, karena anak yang rajin berlatih dan belajar tentu akan sangat selalu bersemangat belajar untuk memperkaya kosakatanya, sehingga kemampuan berbahasanya akan semakin berkembang dan tentu saja hal itu akan berdampak pada kemampuan keterampilan komunikasi lisannya. Disini yang mempunyai motivasi belajar tinggi dalam pelajaran berbahasa yaitu RA dan PM, sedangkan EB dan AF dalam mata pelajaran yang berhubungan dengan bahasa maupun latihan berbicara sering mengeluh malas dan kurang bergairah.

b. Faktor Eksternal, yaitu :

1). Faktor penanganan dari orangtua

Orangtua yang melakukan penanganan dari sejak usia dini secara cepat dan tepat akan sangat berpengaruh pada keterampilan komunikasi lisan anak, seperti mencari penyebab apa yang menjadikan anak kehilangan pendengaran, sehingga mungkin akan mencari solusinya, setelah diketahui melalui beberapa pemeriksaan para ahli maka akan disimpulkan bagaimana keputusan terakhir, apa yang terjadi pada anak , apakah anak harus melakukan operasi pada alat pendengarannya ataukah anak harus menggunakan ABM sehingga mungkin langkah selanjutnya adalah melakukan terapi wicara pada anak, selain itu peran orangtua dalam memperlakukan anak, dimana anak diajak berkomunikasi seperti anak pada umumnya, mungkin akan


(40)

100

membiasakan anak untuk berkomunikasi secara lisan atau hanya dengan isyarat, begitu pula bimbingan orangtua saat di rumah seperti mengajarkan kata-kata pada anak pada setiap kesempatan, atau dengan cara menempel gambar beserta tulisan namanya di setiap dinding atau pintu rumah, tentu semua itu akan mempunyai kontribusi yang cukup besar pada kekayaan bahasa anak tersebut.

Dari hasil wawancara tampak bahwa orangtua yang berusaha menangani anak dengan baik yaitu RA dan PM, dimana dengan segala cara orangtua memberikan perhatian dan tindakan-tindakan semampunya untuk membantu anak dalam meningkatkan kemampuan komunikasi lisannya, berbeda dengan orangtua dari EB dan AF yang asrah dengan keadaan dan tidak berusaha memberi tindakan apapun, mereka hanya memperlakukan anak dengan diam saja.

2). Penanganan Guru

Orang kedua yang terdekat bagi anak selain orangtua adalah guru, dimana guru sangat berperan dalam pendidikan komunikasi anak, anak yang sejak dini mendapat pendidikan tentu berbeda dengan anak yang terlambat mendapatkan pendidikan, selain itu juga guru akan selalu melatih, bagaimana anak yang kehilangan pendengaran dapat mengoptimalkan sisa pendengarannya, baik itu dengan menggunakan fasilitas lengkap maupun dengan media dan metode yang sederhana, dan apabila latihan BKPBI dan artikulasi itu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, tentu akan memberi dampak yang positif pada komunikasi anak tunarungu baik yang kurang dengar maupun anak yang kehilangan pendengaran total. Tetapi semua usaha yang dilakukan oleh guru akan sia-sia apabila siswanya sama sekali tidak mempunyai motivasi belajar, sehingga apapun yang guru perintahkan siswa tidak mau mengikuti dengan sungguh-sungguh. Dan guru di SLB Al-Ishlah ini mengemukakan jika siswa kelas VII yang motivasi belajarnya cukup tinggi yaitu RA dan PM, sedangkan siswa yang lainnya lebih terlihat kurang antusias dalam belajar, walaupun berbagai cara diusahakan


(41)

tetapi mereka selalu terlihat murung dan kurang aktif dalam proses belajar.

3). Faktor Lingkungan (saudara,teman)

Teman juga berpengaruh pada keterampilan komunikasi lisan karena dapat menimbulkan kebiasaan dalam berkomunikasi, seperti bila anak setiap hari berkomunikasi secara lisan dengan lawan bicaranya maka dia akan terbiasa berkomunikasi lisan tapi jika anak terbiasa lawan bicaranya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat, maka anak akan terbiasa menggunakan isyarat dalam berkomunikasinya, begitu pula untuk anak tunarungu yang tidak diperbolehkan berteman mungkin akan tertinggal kemampuan keterampilan komunikasinya berbeda dengan anak yang bergaul atau berteman, karena dengan secara langsung maupun tidak langsung anak yang mempunyai teman atau bergaul akan meniru atau mengikuti kebiasaan temannya, untuk itu usahakan agar anak bergaul juga dengan anak pada umumnya, agar dia memperoleh bahasa dari orang-orang di sekelilingnya.

Siswa kelas VII ternyata semuanya selain di sekolah mereka bergaul dengan anak-anak normal, tetapi menurut teman dan saudara-saudara yang sering bersama dengan mereka AF tidak pernah berbicara, dia sangat pendiam dan jika diberi pertanyaan dengan bahasa lisan dia tidak mengerti dengan isyaratpun harus berulang-ulang, sedangkan RA menurut teman-temannya , dia sangat supel dan percaya diri, dia selalu berbicara walaupun kalimat yang digunakan pendek-pendek, sedangkan PM juga sering berbicara hanya sangat tidak dipahami bahasanya tetapi dia menjelaskan dengan tulisan dan EB tidak jauh berbeda dengan AF yang jarang bicara hanya EB selalu menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

4). Terapi Wicara

Anak tunarungu berbeda dengan anak pada umumnya karena hambatan dalam pendengarannya maka anak tunarungu harus dilatih berbicara dari sejak dia dapat meraban, berbeda dengan anak pada


(42)

102

umumnya yang dapat berkembang sendiri tanpa harus melalui proses latihan. Sehingga kemampuan berbahasa lisan anak tunarungu yang memperoleh latihan dari sejak dini akan berbeda dengan kemampuan berbahasa lisan anak tunarungu yang tidak pernah memperoleh latihan berbicara. RA dan PM pernah melakukan terapi wicara walaupun hanya sebentar sedangkan EB dan AF belum pernah melakukan terapi wicara hanya pernah ke THT dan setelah itu tidak melakukan apa-apa lagi.

3. Hambatan-Hambatan yang dihadapi oleh orangtua dan guru

a. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi oleh Orang Tua adalah : 1). Ekonomi,

faktor ekonomi sangat berpengaruh pada penanganan anak, karena orangtua tidak dapat memberikan pelayanan yang terbaik pada anak dikarenakan karena kurangnya biaya, seperti tidak dapat membelikan ABM, tidak dapat membawa ke terapi, dan kurangnya perhatian karena sibuk mencari nafkah.

2). Tempat tinggal terpencil,

karena jauhnya jarak ke tempat terapi menjadikan orang tua sulit untuk membawa anak secara teratur dibawa ke tempat terapi, selain biaya, tentu saja harus mengorbankan waktu dan tenaga dan itu tidak mudah bagi orangtua yang mempunyai tempat tinggal terpencil untuk mengembangkan komunikasi lisan anak ke tempat terapi wicara atau yang lainnya.

3). Kurangnya pengetahuan,

bagi orangtua yang awam terhadap anak tunarungu tentu saja sulit untuk memberikan pelayanan terbaik pada anaknya, bingung harus berbuat apa dan akhirnya memberikan penanganan yang salah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.

4) Lingkungan yang tidak mendukung,

kadang ada orangtua yang menginginkan anaknya berkomunikasi sama dengan anak pada umumnya yaitu dengan menggunakan bahasa lisan dan tidak ingin anaknya didiskriminasi atau dibedakan dengan menggunakan


(43)

bahasa isyarat dalam beromunikasi tetapi lingkungan yang tidak mendukung yang selalu menggunakan gerak tangan saja dapat menghambat apa yang diinginkan oleh orangtua.

b. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Guru Adalah :

1) Bahasa, siswa yang di rumahnya menggunakan bahasa yang berbeda dengan yang digunakan di sekolah, merupakan suatu penghambat juga, misalnya, siswa di rumah menggunakan bahasa sunda ketika guru menyampaikan materi pada siswa dengan bahasa Indonesia anak kurang mengerti, seperti halnya pada Rully, dia artikulasinya bagus dalam berbicarapun masih dapat dimengerti hanya dalam penggunaan bahasa lebih banyak bahasa sunda seperti mengucapkan “baju”,dia

mengucapkan “wawah”, mengucapkan “tidak ada”, dia mengucapkan “euweuh”, mengucapkan “mandi”, dia mengucapkan “ibak” dsb. Bagi

guru mungkin masih bisa diatasi tetapi bila Rully berbicara dengan temannya yang tidak mengerti bahasa sunda itu menjadi penghambat dalam pencapaian komunikasi.

2). Fasilitas, sebenarnya lebih bagus apabila dalam latihan artikulasi maupun latihan optimalisasi pendengaran, ada ABM untuk siswa, ada ruangan kedap suara, ada alat-alat musik, speech trainer atau pun sarana lainnya yang menunjang untuk latihan, tetapi walaupun fasilitas tidak lengkap bukan berarti tidak ada latihan untuk siswa, tetapi guru harus kreatif atau mencari fasilitas penggantinya.

3). Kurang kerja sama antara guru dan orangtua, hal in pun menghambat apa yang ingin dimaksimalkan oleh guru, tanpa adnya bantuan dari orangtua, apapun yang dilakukan oleh guru akan terasa sangat sulit, karena, waktu yang dimiliki oleh guru untuk melatih siswanya sangat terbatas, sehingga orangtua perlu membantu memaksimalkan kemampuan anak, memenuhi kebutuhan anak dan mengatasi hambatan yang dihadapi secara bersama-sama.

4). Malas, terkadang siswa malas untuk mengikuti perintah yang diberikan guru sehingga apa yang direncanakan oleh guru tidak


(44)

104

terlaksana karena anak itu sendiri tidak mau mengikuti, misalnya ketika dilatih berbicara, siswa mengeluh capek atau merasa sakit jika harus terus menerus berbicara, itu terjadi karena mungkin alat bicaranya jarang digunakan.

5). Guru mengalami kesulitan ketika mengajarkan kata-kata sifat kepada siswa tunarungu, karena tidak dapat ditunjukan bentuk konkritnya berbeda dengan kata benda yang bias dibantu dengan gambar atau langsung menunjukan bendanya.

4. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu kelas VII di SLB Al Ishlah

a. Upaya yang dilakukan oleh orangtua

Banyak orangtua yang dapat menerima kekurangan yang ada pada anak dan tidak sedikit juga yang kurang menerima kekurangan yang ada pada anak dan akhirnya mentelantarkannya tanpa memberikan pelayanan yang khusus, begitupun pada keterampilan komunikasi lisan anak tunarungu, ada orangtua yang benar-benar mengupayakan anaknya untuk berkomunikasi lisan dengan baik ada pula yang membiarkannya untuk berkomunikasi hanya dengan isyarat saja, upaya-upaya yang dilakukannya seperti :

1). Membiasakan anak untuk selalu berkomunikasi secara lisan/berbicara 2). Membawa anak ke terapi wicara dan untuk yang di daerah terpencil

berusaha dengan melatih bicara di rumah dan di sekolah 3). Memasangkan ABM, bila tidak mampu membeli, mengajukan

permohonan bantuan melalui sekolah 4). Selalu mengajarkan kata-kata setiap harinya

5). Memeriksakan kondisi pendengaran anak kepada ahlinya

6). Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media untuk bagaimana mengembangkan keterampilan komunikasi lisan anak. 7). Selalu mengajak anak mengobrol


(45)

b. Upaya yang dilakukan oleh guru

1).Selalu berkomunikasi dan bekerja sama dengan orangtua dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan anak

2).Melakukan latihan artikulasi semaksimal mungkin

3).Selalu kreatif dalam menciptakan tehnik maupun alat untuk berlatih BKPBI

4).Selalu mengajak siswa mengobrol pada setiap ada waktu dan kesempatan

5).Terus melatih pengucapan kata-kata dan memperkaya kosakata

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi pelayanan untuk siswa tunarungu dengan meningkatkan fasilitas untuk pembelajaran BKPBI dan Artikulasi serta berusaha untuk memakaikan ABM kepada siswa yang derajat kehilangan pendengarannya berat..

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara guru dan orangtua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak juga upaya untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan anak..

2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih mengembangkan kemempuan komunikasi pada diri siswa khususnya dilingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam rangka membina komunikasi siswa.


(46)

106

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tentang keterampilan komunikasi siswa.

c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesional guru.

1. Untuk seluruh staf guru khususnya guru Bahasa Indonesia

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam bahasa untuk berkomunikasi, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat mengembangkan komunikasi siswa terutama komunikasi lisan, seperti :

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan untuk siswa berlatih komunikasi terutama komunikasi lisan, terus memperkaya perbendaharaan kata-kata, agar anak lebih memahami bahasa yang digunakan terutama bahasa Indonesia.

b. Terus menumbuhkan motivasi belajar siswa terutama dalam berkomunikasi, dan menyelaraskan komunikasi mereka sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa dan derajat kehilangan pendengaran mereka..

2. Untuk Orang Tua

Bagi semua orangtua anak tunarungu diharapkan agar dapat membantu para guru untuk melatih kemampuan komunikasi anak tunarungu dengan cara bekerja sama dengan guru untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak dan bersama sama berupaya untuk meningkatlkan keterampilan komunikasinya terutama komunikasi lisan, dan sebaiknya orangtua tidak selalu pasrah dengan keadaan yang ada tetapi harus terus berusaha meminimalkan kekurangan atau ketidakmampuan anak.


(47)

5. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan keterampilan komunikasi terutama komunikasi lisan. Biasakanlah diri kita untuk senatiasa berusaha belajar dan jauh dari rasa malas, dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru bila sedang berada di sekolah dan sesuai petunjuk orangtua bila di rumah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

6. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek pada terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Bunawan, I. dan yuwati (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Dinas Pendidikan Luar Biasa(2009), Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program

Khusus BKPBI. Bandung : Dinas Pendidikan Luar Biasa

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (2011).Media Pembelajaran untuk Anak

Dengan Gangguan Pendengaran. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983/1984) Pendidikan Anak

Tunarungu. Jakarta ; Depdikbud

Kuswandi, D. (2006). Bina Komunikasi Persepsi Bunyi Dan Irama.Bandung: Bintang Putera Perdana

Laura Dyer,MCD,CCC-SLP (2009)Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.

Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 226-228.

Rusyani E,Modul 1. Konsep Dasar Artikulasi Dan Optimalisasi Fungsi

Pendengaran

Sadjaah, E dan Sukarja,D(1995).Bina Bicara, Persepsi Bunyi Dan Irama. Bandung: Depdikbud

Saadjah, E dan Sukardja, D. (1996). Artikulasi dan teori bunyi. Jakarta

Somad, P. dan Hernawati, T. 1996. Ortipedagogik Anak Tunarungu. Bandung Zaenal Alimin (2014) Hambatan Belajar Dan Hambatan Perkembangan Pada


(1)

bahasa isyarat dalam beromunikasi tetapi lingkungan yang tidak mendukung yang selalu menggunakan gerak tangan saja dapat menghambat apa yang diinginkan oleh orangtua.

b. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Guru Adalah :

1) Bahasa, siswa yang di rumahnya menggunakan bahasa yang berbeda dengan yang digunakan di sekolah, merupakan suatu penghambat juga, misalnya, siswa di rumah menggunakan bahasa sunda ketika guru menyampaikan materi pada siswa dengan bahasa Indonesia anak kurang mengerti, seperti halnya pada Rully, dia artikulasinya bagus dalam berbicarapun masih dapat dimengerti hanya dalam penggunaan bahasa lebih banyak bahasa sunda seperti mengucapkan “baju”,dia mengucapkan “wawah”, mengucapkan “tidak ada”, dia mengucapkan “euweuh”, mengucapkan “mandi”, dia mengucapkan “ibak” dsb. Bagi guru mungkin masih bisa diatasi tetapi bila Rully berbicara dengan temannya yang tidak mengerti bahasa sunda itu menjadi penghambat dalam pencapaian komunikasi.

2). Fasilitas, sebenarnya lebih bagus apabila dalam latihan artikulasi maupun latihan optimalisasi pendengaran, ada ABM untuk siswa, ada ruangan kedap suara, ada alat-alat musik, speech trainer atau pun sarana lainnya yang menunjang untuk latihan, tetapi walaupun fasilitas tidak lengkap bukan berarti tidak ada latihan untuk siswa, tetapi guru harus kreatif atau mencari fasilitas penggantinya.

3). Kurang kerja sama antara guru dan orangtua, hal in pun menghambat apa yang ingin dimaksimalkan oleh guru, tanpa adnya bantuan dari orangtua, apapun yang dilakukan oleh guru akan terasa sangat sulit, karena, waktu yang dimiliki oleh guru untuk melatih siswanya sangat terbatas, sehingga orangtua perlu membantu memaksimalkan kemampuan anak, memenuhi kebutuhan anak dan mengatasi hambatan yang dihadapi secara bersama-sama.

4). Malas, terkadang siswa malas untuk mengikuti perintah yang diberikan guru sehingga apa yang direncanakan oleh guru tidak


(2)

terlaksana karena anak itu sendiri tidak mau mengikuti, misalnya ketika dilatih berbicara, siswa mengeluh capek atau merasa sakit jika harus terus menerus berbicara, itu terjadi karena mungkin alat bicaranya jarang digunakan.

5). Guru mengalami kesulitan ketika mengajarkan kata-kata sifat kepada siswa tunarungu, karena tidak dapat ditunjukan bentuk konkritnya berbeda dengan kata benda yang bias dibantu dengan gambar atau langsung menunjukan bendanya.

4. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu kelas VII di SLB Al Ishlah

a. Upaya yang dilakukan oleh orangtua

Banyak orangtua yang dapat menerima kekurangan yang ada pada anak dan tidak sedikit juga yang kurang menerima kekurangan yang ada pada anak dan akhirnya mentelantarkannya tanpa memberikan pelayanan yang khusus, begitupun pada keterampilan komunikasi lisan anak tunarungu, ada orangtua yang benar-benar mengupayakan anaknya untuk berkomunikasi lisan dengan baik ada pula yang membiarkannya untuk berkomunikasi hanya dengan isyarat saja, upaya-upaya yang dilakukannya seperti :

1). Membiasakan anak untuk selalu berkomunikasi secara lisan/berbicara 2). Membawa anak ke terapi wicara dan untuk yang di daerah terpencil

berusaha dengan melatih bicara di rumah dan di sekolah 3). Memasangkan ABM, bila tidak mampu membeli, mengajukan

permohonan bantuan melalui sekolah 4). Selalu mengajarkan kata-kata setiap harinya

5). Memeriksakan kondisi pendengaran anak kepada ahlinya

6). Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media untuk bagaimana mengembangkan keterampilan komunikasi lisan anak.


(3)

b. Upaya yang dilakukan oleh guru

1).Selalu berkomunikasi dan bekerja sama dengan orangtua dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan anak

2).Melakukan latihan artikulasi semaksimal mungkin

3).Selalu kreatif dalam menciptakan tehnik maupun alat untuk berlatih BKPBI

4).Selalu mengajak siswa mengobrol pada setiap ada waktu dan kesempatan

5).Terus melatih pengucapan kata-kata dan memperkaya kosakata

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi pelayanan untuk siswa tunarungu dengan meningkatkan fasilitas untuk pembelajaran BKPBI dan Artikulasi serta berusaha untuk memakaikan ABM kepada siswa yang derajat kehilangan pendengarannya berat..

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara guru dan orangtua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak juga upaya untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan anak..

2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih mengembangkan kemempuan komunikasi pada diri siswa khususnya dilingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam rangka membina komunikasi siswa.


(4)

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tentang keterampilan komunikasi siswa.

c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesional guru.

1. Untuk seluruh staf guru khususnya guru Bahasa Indonesia

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam bahasa untuk berkomunikasi, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat mengembangkan komunikasi siswa terutama komunikasi lisan, seperti :

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan untuk siswa berlatih komunikasi terutama komunikasi lisan, terus memperkaya perbendaharaan kata-kata, agar anak lebih memahami bahasa yang digunakan terutama bahasa Indonesia.

b. Terus menumbuhkan motivasi belajar siswa terutama dalam berkomunikasi, dan menyelaraskan komunikasi mereka sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa dan derajat kehilangan pendengaran mereka..

2. Untuk Orang Tua

Bagi semua orangtua anak tunarungu diharapkan agar dapat membantu para guru untuk melatih kemampuan komunikasi anak tunarungu dengan cara bekerja sama dengan guru untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak dan bersama sama berupaya untuk meningkatlkan keterampilan komunikasinya terutama komunikasi lisan, dan sebaiknya orangtua tidak selalu pasrah dengan keadaan yang ada tetapi harus terus berusaha meminimalkan kekurangan atau ketidakmampuan anak.


(5)

5. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan keterampilan komunikasi terutama komunikasi lisan. Biasakanlah diri kita untuk senatiasa berusaha belajar dan jauh dari rasa malas, dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru bila sedang berada di sekolah dan sesuai petunjuk orangtua bila di rumah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

6. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek pada terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus.


(6)

Rineka Cipta.

Bunawan, I. dan yuwati (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Dinas Pendidikan Luar Biasa(2009), Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program Khusus BKPBI. Bandung : Dinas Pendidikan Luar Biasa

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (2011).Media Pembelajaran untuk Anak Dengan Gangguan Pendengaran. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983/1984) Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta ; Depdikbud

Kuswandi, D. (2006). Bina Komunikasi Persepsi Bunyi Dan Irama.Bandung: Bintang Putera Perdana

Laura Dyer,MCD,CCC-SLP (2009)Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.

Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 226-228.

Rusyani E,Modul 1. Konsep Dasar Artikulasi Dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran

Sadjaah, E dan Sukarja,D(1995).Bina Bicara, Persepsi Bunyi Dan Irama. Bandung: Depdikbud

Saadjah, E dan Sukardja, D. (1996). Artikulasi dan teori bunyi. Jakarta

Somad, P. dan Hernawati, T. 1996. Ortipedagogik Anak Tunarungu. Bandung Zaenal Alimin (2014) Hambatan Belajar Dan Hambatan Perkembangan Pada