GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA: STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA (1920-1966).

(1)

GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA :

STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA (1920-1966)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Ami Abdullah Fahmi 0901100

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

GERAKAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA :

STRATEGI PARTAI DALAM MENCAPAI KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA (1920-1966).

Oleh

Ami Abdullah Fahmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Ami Abdullah Fahmi2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam

Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia (1920-1966)”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana PKI menjadi partai yang sering bangkit setelah melakukan pemberontakan sehingga menjadi salah satu dari 3 kekuatan besar perpolitikan Indonesia 1960-1965. Masalah

utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana sepak terjang Partai

Komunis Indonesia dalam merebut kekuasaan politik di Indonesia (1920-1966)?. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1926? (2) Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1948? (3) Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemilihan umum 1955? (4) Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1965? Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep dari ilmu politik dan konsep pendukung lainnya. Konsep dari ilmu politik yang digunakan adalah partai politik, dan kehidupan politik. Konsep pendukung lainnya adalah konsep kondisi masyarakat dan infiltrasi. Konsep-konsep tersebut digunakan untuk mempertajam analisis penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, Semaun menjalankan taktik infiltrasi ke dalam tubuh SI namun setelah terjadi perpecahan SI dengan PKI, Semaun mengubah strategi partainya menjadi mereorganisasi buruh dan melakukan propaganda ke daerah-daerah strategi ini menyebabkan PKI melakukan gerakan pemberontakan 1926-1927. Kedua, setelah pemberontakan 1926-1927 yang gagal PKI memiliki pemimpin baru yaitu Musso, strategi yang dilakukan Musso untuk mencapai kekuasaan adalah menggabungkan semua partai yang bersifat komunis dan sosialis dalam satu partai yakni PKI, menentang politik luar negeri yang kompromistis dan membentuk Front Nasional strategi ini untuk mecapai kekuasaan di Indonesia melakukan gerakan di Madiun 1948 yang berakhir dengan kegagalan. Ketiga, setelah PKI gagal lagi mencapai kekuasaannya di Indonesia, muncul pemimpin baru yaitu Aidit yang menerapkan strategi damai untuk partainya. Strategi ini ditujukan untuk memperoleh suara di pemilu. Aidit melakukan strategi Jalan tengah yaitu mengarahkan partai untuk menjadi partai besar dan mendapatkan simpati dari masyarakat luas, tetapi sekaligus membangun struktur partai dengan kuat agar posisi partai tidak mudah goyah, strategi ini menjadi keberhasilan PKI karena PKI berhasil masuk empat besar pemenang pemilu. Keempat setelah memenangkan pemilu di tahun 1955-1957 Aidit menerapkan strategi berbeda pada tahun 1964 yang membuat PKI melakukan


(5)

pemberontakan 1965 yang menyebabkan di bubarkannya PKI dengan keputusan TAP MPRS 1966.

ABSTRACT

A paper entitled "Gerakan Partai Komunis Indonesia: Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Indonesia (1920-1966)”. Researcher background in conducting the problem is a condition of resurrection of PKI after carrying out a rebellion until it becomes one of three biggest Indonesia Politics in 1960-1965. The main problem in the paper is “How is PKI action in grabbing political power in Indonesia (1920-1966)?” The main problem then divided into four research questions; as follows (1) How is strategy pattern of PKI in arrogating political power on rebellion event of 1926? (2) How is strategy pattern of PKI in arrogating political power on rebellion event of 1948? (3) How is strategy pattern of PKI in arrogating political power on election event of 1955? (4) How is strategy pattern of PKI in arrogating political power on rebellion event of 1965? A used method is historical method by conducting four research steps such as heuristic, critic, interpretation, and historiography. Meanwhile a used technique in collecting data is literature study, investigate related literature resources. In writing the paper, researcher used interdisciplinary approach by using a concept of political science and another supported concepts. The used concept of political science is politic, political party, and political life. Whereas another used concepts are parliamentary and communist revolution. The concepts are used to sharpen research analysis. Based on research results, it can be concluded that first, Semaun operated ilfiltrasi tactics into SI organization but after disunity happened among SI and PKI, Semaun changed its party strategy become labor reorganize and conducted rebellion movement of 1926 – 1927 which was failed. Second, after the rebellion of 1926 – 1927 failed, PKI chose a new leader, it is Musso. Strategy used by Musso in purpose to reach dominance is combine all communist and socialist parties into to party, PKI, oppose (politik luar negeri, bentar ka lupa bahasa inggrisnya apa) which is compromising for domestic politics in order to conduct reorganize its structure and government apparatus and build National Front, the strategy is used to reach dominance in Indonesia by executing movement in Madiun 1948 which was ended by their failure. Third, after PKI failure in reaching dominance in Indonesia, raised a new leader, he is Aidit, who implemented tranquility strategy to his party. The strategy is tended to acquire vote in election. Aidit did a Jalan Tengah strategy; it is to direct party to become powerful party and get people sympathy, but all at once to build strong party structure in order to not loose in performing the strategy. The strategy become PKI success, as PKI was succeed get into big four of election winner. Fourth, after winning the election of 1955 – 1957, Aidit applied different strategies in 1964 which made rebellion PKI of 1965, caused dispersion of PKI by using TAP MPRS 1966.


(6)

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I: PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...9

1.5 Stuktur Organisasi Skripsi ...9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...11

2.1 Landasan Teori Marxisme ...11

2.2 Teori Politik Komunisme ...14

2.2.1 Teori Revolusi Komunisme...14

2.2.2 Model Gerakan Komunisme ...16

2.3Proses Masuknya Paham Komunisme di Indonesia. ...19

2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai PKI di Indonesia...26

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ...30

3.1 Metode Penelitian ...30

3.2 Persiapan Penelitian ...34

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ...34

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ...36

3.2.3 Proses Bimbingan ...37

3.3 Pelaksanaan Penelitian ...38

3.3.1 Heuristik ...38

3.3.2 Kritik Sumber...39

3.3.2.1 Kritik Eksternal ...40


(7)

BAB IV: STRATEGI PKI UNTUK MEMPEROLEH KEKUASAAN DI INDONESIA ...45

4.1 Kondisi dan Strategi Block Within PKI 1920-1922 ...45

4.1.1 Perpecahan SI dan PKI. ...48

4.1.2 Strategi Semaun ...51

4.1.3 Pemberontakan PKI 1926 ...56

4.1.4 Reorganisasi PKI Setelah Pemberontakan 1926 ...61

4.2 PKI Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945-1948 ...65

4.2.1 Musso Menguasai PKI ...71

4.2.2 Pemberontakan 1948...74

4.2.3 Konsolidasi PKI 1948 ...80

4.3 Strategi Aidit 1951-1959...85

4.3.1 Perekrutan Massa oleh PKI untuk Pemilu 1955 ...88

4.3.2 Posisi Partai di Pemilu 1955 ...97

4.4 Segitiga Kekuasaan Indonesia 1960-1965 ...116

4.4.1 Offensif Revolusioner ...121

4.4.2 Peristiwa Gerakan 30 september. ...131

4.4.3 Kehancuran PKI. ...139

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ...145

5.1. Kesimpulan ...145

5.2 Saran ...150

DAFTAR PUSTAKA ...151 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah negara pada esensinya adalah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama oleh sekelompok orang. Begitupun yang terjadi di Indonesia, ada tujuan-tujuan dasar yang ingin dicapai oleh masyakaratnya. Diantaranya: mencapai kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia. Tujuan tersebut termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Implikasinya kemudian tertuang dalam bentuk perangkat kebijakan pemerintah yang tujuannya diarahkan kepada pencapaian kesejahteraan masyarakat. Dalam memberikan kesajahteraan bagi masyarakat, tentunya pemerintah akan melakukan tindakan atau kebijakan yang sesuai dengan dasar negara. Dalam hal ini dasar negara Indonesia adalah Pancasila.

Tentunya karena Indonesia merupakan negara yang pancasilais, maka tujuan negara Indonesia akan sangat berbeda dengan tujuan negara menurut ajaran komunisme. Negara dalam pandangan kaum komunis dianggap sebagai “alat” untuk menciptakan perjuangan kelas, dan jika diperlukan akan menindas golongan lain. Oleh karena itu, kaum komunis dan gerakan komunis internasional dengan aliran Marxismenya mempunyai sifat sebagai berikut: (1) Merupakan gerakan internasional dan dengan demikian mempunyai jaringan internasional yang dapat saling membantu antar gerakan komunis. (2) Mempunyai kecenderungan radikal, doktriner dan tidak demokratis (Moehammad et al. (1988 : 4-5).

Semua negara yang beraliran komunisme memiliki kecenderungan menerapkan sifat-sifat di atas. Partai di Negara komunis mempunyai kencenderungan mengikuti partai negara induk dalam menjalankan strategi politiknya. Hal ini berkaitan dengan doktrin Stalin yaitu socialism in one country (sosialisme di satu Negara).Doktrin ini


(9)

2

mengharuskan seluruh partai lokal komunis bekerja untuk kepentingan Uni Soviet (Triandarto,2004: 27).


(10)

Negara-negara komunis menerapkan kekerasan kepada rakyatnya untuk mencapai tujuan negara tanpa kelas. Di dalam perjuangan untuk mewujudkan cita-cita negara tanpa kelas tersebut, kaum komunis cenderung akan menghalalkan semua cara, salah satunya dengan menggunakan kekerasan, pemberontakan dan menindas golongan yang lain, contohnya Revolusi Bolsevick di Rusia tahun 1907 dan Revolusi China di RRC tahun 1911. Demokrasi bagi kaum komunis hanya bagi kaum proletar. Golongan yang lain tidak diberi hak untuk mengutarakan pendapatnya, apabila golongan tersebut melawan terhadap pemerintahan maka mereka ditindas, contoh untuk kasus ini adalah revolusi kebudayaan Mao Zedong.

Begitupula dengan yang terjadi di Indonesia. Komunisme di Indonesia diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam mengimplementasikan sifat marxismenya yang berorientasi internasional, PKI berkiblat ke Moscow, yang menyebabkan PKI menyesuaikan strategi yang diterapkan di Indonesia dengan merujuk pada gerakan partai komunis di Uni Soviet. Hal ini terlihat ketika soviet menerapkan garis Dimitrov yang mengubah strategi dari keras ke lunak yang diikuti oleh Aidit di Indonesia dengan berkerjasama dengan kelompok borjuis nasional bahkan dengan Belanda. Begitu pula ketika tahun 1947 melalui garis Zdanov Soviet mengubah Strategi partainya dari lunak ke keras, selanjutnya disusul oleh strategi-strategi Kruschev yang lebih moderat, PKI tetap setia mengikuti kebijakan ini (Triandarto, 2004: 28).

Gerakan PKI untuk memperoleh kekuasaan di Indonesia juga dipengaruhi oleh sifat-sifat aliran Marxisme yang ke-2 yaitu mempunyai kecenderungan radikal, doktriner dan tidak demokratis. Hal ini dalam kenyataannya menjadikan partai komunis sebagai partai yang revolusioner, partai tersebut bercorak militan dan selalu beriringan dengan pemberontakan yang dirancang untuk menjadikan negara sebagai

“surga komunis”. PKI semenjak berdiri tahun 1920 telah mewarisi tradisi

pemberontakan. Setiap gerak PKI selalu beriringan dengan letusan-letusan pemberontakan. Menurut Frank N Trager dikutip Triandarto, (2004: 1) mengemukakan bahwa :


(11)

“Pada umumnya partai komunis memiliki ciri khas sebagai partai yang revolusioner. Doktrin ideologis Marxis, mengharuskan mereka untuk selalu menganalisa setiap fenomena masyarakat dengan pandangan kepentingan, ada yang menindas di satu sisi dan ada yang tertinndas di sisi yang lain. Bahkan di Asia Tenggara sekalipun, ajaran Marxis-Leninis merupakan elemen yang penting dalam merasionalisasikan pemberontakan mereka.”

Hal di atas membuat PKI tergesa-gesa dalam mencapai tujuannya. Ketika kondisi Indonesia yang belum memungkinkan terjadinya perpindahan kekuasaan, dipaksakan terjadi sebuah perubahan melalui pemberontakan akibat semangat yang tinggi dari para pemimpin PKI. Tiga pemberontakan Komunis yang terjadi Indonesia merupakan studi kasus terbaik komunis di Asia Tenggara (Triandarto, 2004: 2).

Dalam perjalanan perpolitikan di Indonesia, PKI selalu mengubah strategi politik mereka untuk menuju panggung kekuasaan. Seperti dikemukakan oleh Arnold C. Brackman dalam papernya pedoman dasar komunisme, bahwa:

“Pada momen tertentu komunis mengikuti suatu strategi “kanan” atau “kiri”.

Strategi kanan (Right Strategy) merangkul dengan taktis kaum borjuis, kerjasama dengan musuh masyarakat, dan kolaborasi dengan imperialis, jika perlu. Strategi ini menampilkan sikap kompromi, negosiasi, dan konsiliasi. Secara berlebihan, strategi kanan ini bisa berganti menjadi apa yang orang digambarkan oleh komunis sebagai

“revisionism”. Strategi kiri dilakukan dengan memutarbalikkan kenyataan,

menggunakan sikap kasar, antikompromi, suka huru-hara, perselisihan, dan penentang. Juga suka menimbulkan kekerasan dalam skala kecil maupun besar. Pendeknya, strategi kiri menyukai konfrontasi dan kekerasan. Secara berlebihan,

strategi kiri, dalam terminology komunis bisa mengarah pada “dogmatisme” dan

“adventurisme” (Brackman,2000: 7-8).

Strategi kiri PKI di Indonesia diimplikasikan dengan adanya beberapa aksi sepihak dan pemberontakan. Aksi-aksi sepihak PKI cenderung memusat di daerah yang mayoritas penduduknya miskin dan berprofesi sebagai petani, aksi-aksi sepihak tersebut menyulut 3 pemberontakan besar yaitu pemberontakan 1926, pemberontakan 1948 dan yang paling banyak menyita perhatian adalah pemberontakan 1965 serta berujung pada dilarangnya PKI dalam percaturan politik Indonesia. Strategi kanan PKI dimulai pada tahun 1951 yang bertolak pada disahkannya garis kanan pada kongres Partai Bolsevik ke -19 pada kongres tersebut Stalin sendiri yang mencetuskan garis kanan baru yang memperbolehkan partai komunis untuk


(12)

bekerjasama dengan gerakan nasional atau gerakan komunis lainnya (Triandarto, 2004: 27).

Gerakan kanan PKI dimulai dari mengubah pendapat umum dengan menyentuh emosi rakyat, khususnya mereka yang tidak puas terhadap cara-cara penyelesaian revolusi kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan dinyatakan belum selesai karena masih berwatak borjuis bukan berwatak proletariat sosialis. Dalam parlemen strategi kanan PKI dimulai dengan mendukung kabinet Wilopo dan kemudian kabinet Ali Sastroamidjodjo. PKI mendukung PNI dalam persainganya dengan Masyumi, dengan dukungan dari PKI, PNI menjadi longgar terhadap PKI dan balik menyerang kabinet Sukiman yang anti komunisme, menjadikan PKI leluasa melebarkan sayapnya di parlemen Indonesia (Pusjarah TNI, 2009 : 38).

Pada tahun 1960 PKI menjadi kekuatan yang sangat signifikan dalam percaturan politik dan pemerintahan di Indonesia. Mereka terus menggalang kekuatan, baik dalam dan luar negeri untuk menjadikan PKI sebagai kekuatan terbesar di negeri ini. Berbagai test case mereka lakukan untuk mengukur kekuatan dan dukungan dengan melakukan tindakan provokatif seperti misalnya aksi sepihak di Bandar Betsi dan Kanigoro yang memakan korban jiwa. Dan titik puncaknya terjadi pada bulan akhir bulan September 1965 dengan melakukan pemberontakan.

Gambaran mengenai data kekuatan PKI dan underbownya dalam negeri di tahun 1960an adalah sebagai berikut : Pada tahun 1962 anggota BTI (Barisan Tani Indonesia) mencapai 5,7 juta orang, anggota SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) konon 3,3 juta orang, tahun 1963 jumlah anggota Pemuda Rakyat dan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) berkisar1,5 juta orang, Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) anggotanya 100.000 orang, sedangkan jumlah anggota PKI itu sendiri pada tahun 1962 lebih dari 2 juta orang (Ricklefs, 2010 : 561).

Jumlah tersebut naik signifikan setelah PKI ikut memperjuangkan merebut Papua di antaranya Aidit dan Nyoto menjadi Anggota Front Nasional yang menggantikan Front Nasional Pembebasan Irian Barat, dengan kekuatan memobilisasi demontrasi-demonstrasi massa PKI ikut ambil bagian dalam rangka


(13)

merebut Papua, hal lain adalah permintaan bantuan Indonesia untuk melancarkan serangan militer ke Papua kepada Soviet diperoleh angka bantuan sebesar 700 juta dolar AS yang diberikan Soviet secara berkala pada Indonesia yaitu 250 juta dolar AS pada tahun 1960 saat kunjungan Khrushchev ke Jakarta dan pada tahun 1961 450 juta AS setelah Nasution pulang dari Moskow.

Pada tahun 1960an terdapat 3 kekuatan besar yang sangat berpengaruh di Indonesia yaitu PKI, presiden Soekarno, dan TNI AD, sejak adanya konsep Nasakom, membuat hubungan PKI dengan Presiden Soekarno menjadi hubungan simbiosis mutualisme, Soekarno membutuhkan PKI untuk menjalankan politik nasakom yang mengandung gagasan bahwa PNI (untuk nasionalisme), NU (untuk agama), dan PKI (untuk komunisme) agar dapat bersama-sama berperan dalam pemerintahan disegala tingkatan, sehingga menghasilkan suatu sistem yang antara lain akan didasarkan pada koalisi kekuatan-kekuatan politik yang berpusat di Jawa (Ricklefs, 2010 : 556).

PKI membutuhkan Soekarno sebagai pelindung mereka dalam menjalankan roda kepartaiannya yang eksistensinya ditentang oleh TNI-AD yang sejak dahulu berprinsip bahwa paham komunis tidak sesuai dengan alam masyarakat Indonesia khusunya dalam sila pertama Pancasila. Soekarno melindungi PKI antara lain pada saat PKI dibatasi gerakannya oleh TNI-AD pada semester kedua tahun 1960, yang menghasilkan reaksi PKI yang melancarkan tuduhan-tuduhan kepada kabinet, terutama kepada Subandrio yang dituduh menghina Cina, dan terhadap pihak tentara yang masih belum menumpas pemberontakan PRRI. Anggota politbiro PKI ditangkap dan diperiksa oleh tentara, kegiatan PKI di tiga daerah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan dilarang oleh pangdam masing-masing. Presiden Soekarno mendesak Nasution supaya membebaskan anggota politbiro dan mencabut larangan terhadap PKI di tiga daerah (Ricklefs, 2010: 557).

Ada beberapa hal yang menjadi landasan penulis untuk mengambil judul diatas yang pertama adalah pola strategi yang diterapkan oleh PKI dalam mencapai kekuasaan di Indonesia yang selalu berubah-ubah di seriap zaman, strategi yang


(14)

menarik adalah strategi kiri dan kanan yang diterapkan PKI pada tahun 1950, kedua strategi PKI, baik strategi kiri maupun strategi kanan bertujuan untuk menarik kembali simpati rakyat setelah PKI melakukan pemberontakan, dan mencoba mencapai kekuasaannya di Indonesia hal ini terlihat jelas setelah PKI melakukan pemberontakan 1926, dan pemberontakan 1948. Strategi ini mencapai puncak kejayaan ketika PKI di bawah D.N Aidit, Nyoto dan Mh Lukman yang dikenal dengan Three Mustketer, strategi yang dicanangkan oleh Three Mustketer

membuahkan hasil 7 tahun setelah peristiwa Madiun Affair, PKI kembali menunjukkan eksistensinya sebagai partai yang berpengaruh di Indonesia (Sumarkidjo, 2000: 81)

Hal ini ditunjukan pada hasil pemilu 1955. Partai yang harusnya terpuruk pada Pemilu 1955 justru menjadi salah satu partai besar. Pada pemilu tersebut PKI berhasil menduduki tempat ke-4 setelah PNI, Masyumi, dan Nahdatul Ulama. Bahkan dalam pemilihan daerah di Jawa pada Juni-Agustus 1957 PKI berhasil mengungguli semua partai lain dengan menduduki posisi nomor satu. Hal tersebut membuktikan bahwa setelah Pemilu tahun 1955 PKI makin diterima di masyarakat dan berhasil menjadi salah satu partai terbesar yang ada di Indonesia pada masanya (Subhan 1996 : 58).

Pemasalahan strategi yang diterapkan oleh PKI dalam memperoleh kekuasaannya di Indonesia menurut penulis sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal menarik tersebut terutama terjadi pada kurun waktu 1949-1955. Pada kurun waktu tersebut PKI berhasil membuktikan keberhasilan strategi yang diterapkannya dengan sukses meraih posisi 4 besar pada pemilu tahun 1955. Keberhasilan PKI tersebut pada akhirnya memberikan kesan bahwa masyarakat Indonesia seolah-olah lupa terhadap berbagai tindakan kekerasan yang telah dilakukan oleh PKI pada masa sebelumnya. Dosa yang dilakukan oleh PKI seolah lenyap tertelan propaganda-propaganda yang dilancarkan oleh para pimpinan CC (Committee Central) PKI.

Hal menarik lainnya yang menjadi landasan penulis menulis skripsi ini adalah mengenai pertentangan 3 kekuatan besar pada tahun 1960an di Indonesia antara PKI,


(15)

Presiden Soekarno, dan TNI AD menghasilkan suatu segitiga politik yang berkembang menjadi persaingan menancapkan pengaruhnya di Indonesia, menariknya pertentangann ini berakhir dengan terjadinya Gerakan 30 September yang menghancurkan PKI. Intrik-intrik politik di antara ketiga kekuatan besar ini menarik untuk dibahas untuk menguatkan pembahasan tentang posisi dan strategi politik PKI dalam mencapai kekuasaan politik di Indonesia.

Selanjutnya kenyataannya dilapangan dikalangan generasi muda, PKI umumnya diterima dengan ngeri ataupun takjub: juga sebuah mitos. Mereka tidak pernah mendapatkan pelajaran sejarah yang memberikan analisa yang kritis. Mereka sangat repas, dan mudah terjebak oleh keyakinan-keyakinan yang cepat, dan ketika mereka tak putus-putusnya mendengar suara agar tetap waspada pada bahaya PKI, mereka mempunyai gambaran ganjil tentang partai yang telah dinyatakan terkubur bahkan sebelum mereka lahir itu, menghasilkan keraguan dalam benaknya tentang eksistensi PKI di Indonesia. Masalah ini haruslah kaji secara menyeluruh sehingga tidak menimbulkan kebutaan sejarah bagi masyarakat yang mengakibatkan munculnya pemahaman-pemahaman lain yang bisa memecah belah Indonesia, hal ini cukup beralasan karena dari temuan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran komunisme sangat bertentangan dengan ajaran Pancasila namun karena kemiskinan di masyarakat pada waktu itu, ajaran komunis dapat berkembang pesat dengan strategi membagi-bagikan tanah terhadap masyarakat miskin.

Hal-hal yang telah disampaikan di atas, kemudian dijadikan dasar oleh penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai sepak terjang PKI di Indonesia. Dengan demikian penulis memilih untuk mengangkat judul “Gerakan Partai Komunis

Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia (1920-1966)”.


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan pokoknya adalah “Bagaimana sepak terjang Partai Komunis Indonesia dalam merebut kekuasaan politik di Indonesia (1920-1966)?”

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1926 ?

2. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1948?

3. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemilihan umum 1955?

4. Bagaimana pola strategi PKI dalam merebut kekuasaan politik pada peristiwa pemberontakan 1965?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui strategi Semaun sebagai pemimpin PKI dalam melakukan kup terhadap pemerintah kolonial Belanda di sini akan dijelaskan mengenai perstiwa di Jawa dan peristiwa kup di Sumatera.

2. Menjelaskan strategi Musso sebagai pemimpin PKI dalam melakukan kup terhadap negara Indonesia dengan strategi mempengaruhi angkatan darat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan kudeta di madiun.


(17)

3. Mendeskripsikan strategi D.N Aidit sebagai pemimpin PKI dalam membangun citra partai dan mengembangkan partai sampai menjadi 4 besar di pemilu 1955 di antaranya perekrutan masa, strategi aliansi PKI.

4. Mengetahui strategi D.N Aidit sebagai pemimpin PKI mengembangkan partai setelah pemilu 1955, pengaruh PKI terhadap Presiden Soekarno, pola segitiga antara PKI Angkatan Darat dan Presiden Soekarno, isu Dewan Jendral dan kudeta 1965.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perjalanan PKI dan eksistensinya di Indonesia dari tahun 1920-1966.

2. Menambah pengetahuan mengenai strategi politik dan pemikiran yang dicetuskan para pemimpin CC PKI diantaranya Alimin, Musso dan D.N Aidit untuk memajukan PKI.

3. Mengetahui pengaruh negara komunis Rusia dan RRC terhadap strategi yang dijalankan oleh para pemimpin CC PKI.

4. Sebagai perluasan materi mata pelajaran sejarah kelas XII yang ada pada standar kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru, dengan kompetensi dasar 1.3. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI).

1.5 Struktur Organisasi Skripsi.

Adapun struktur organisasi skripsi. yang akan dilakukan oleh penulis adalah: Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai bagaimana keadaan PKI dari awal kemunculan hingga dilarang di


(18)

Indonesia 1966. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan rumusan dan batasan masalah sehingga dapat dikaji secara khusus dalam penulisan ini. Pada akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan karya ilmiah ini.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dipaparkan mengenai konsep-konsep,sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijeaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu mengenai PKI.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.

Bab IV Strategi PKI untuk memperoleh kekuasaan. Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai sepak terjang PKI pada tahun 1920-1966 ,dimulai dari munculnya PKI, strategi-strategi PKI dalam eksistensinya menegakan negara komunis Indonesia dari mulai strategi pemberontakan 1926, strategi pemberontakan 1948, strategi pemilihan umum 1955, dan strategi pemberontakan 1965.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam batasan masalah.


(19)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji mengenai Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1966). Metode yang digunakan adalah metode historis, sistematikanya akan dijelaskan oleh uraian berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Gottschalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan dan menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.

Sementara itu, menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 96) dikemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.


(20)

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan (Abdurahman, 2007:64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Sjamsuddin (2007:86), heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber ini yakni dengan mencari sumber lisan maupun tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk pengkajian permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini sumber berupa sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet yang berhubungan dengan strategi politik PKI di Indonesia.

2. Kritik dan analisis sumber

Tahap kedua setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan penelitian yang dikaji adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, Browsing internet, sumber-sumber tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang


(21)

menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.

Abdurahman (2007: 68), menjelaskan bahwa verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. Senada dengan hal tersebut, Sjamsuddin (2007:105) menambahkan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Dengan demikian kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah. Kedua kritik akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Selain itu, menurut Abdurahman (2007: 68-69) aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? Khusus mengenai buku, penulis akan melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Selain kritik eksternal dalam penelitian historis dikenal juga kritik Internal.

Adapun kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain.


(22)

Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

3. Interpretasi

Setelah melalui kritik sumber, tahapan penelitian selanjutnya adalah Interpretasi. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap di mana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003:100).

Dalam interpretasi dikenal adanya kesubjektivitsan dari sejarahwan untuk menfsirkan sumber. Menurut Kuntowijoyo (2003:101) mengemukakan bahwa:

interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai sumber subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.

Gottschalk dikutip Ismaun (2005:56) menambahkan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, sebagai berikut:

Pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi


(23)

suatu perkembangan. Sedangkan Ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu sosioogi dan ilmu politik.

4. Historiografi

Menurut Abdurahman (2007:76), historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Dalam proses Heuristik penulis mengkaji dan menganalisis permasalahan yang diangkat dengan :

1) Studi kepustakaan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, maupun internet yang memang dipandang relevan dengan permasalahan dalam penelitian penulis.

2) Studi dokumentasi berupa arsip-arsip serta dokumen lain yang berhubungan dan mendukung permasalahan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, seluruh kegiatan penulis secara garis besar dapat digolongkan dalam tiga tahap yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.


(24)

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis terhadap mata kuliah Sejarah Kolonialisme Barat di Indonesia, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia dan Sejarah Indonesia pada masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin yang merupakan mata kuliah yang pernah diikuti oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah Indonesia, khususnya tentang sebuah organisasi politik yang telah ada di empat masa dalam pembabakan sejarah Indonesia.

Terlepas dari rasa ketertarikan pada mata kuliah Sejarah Indonesia tersebut, penulis juga diharapkan membuat proposal skripsi ketika akan memasuki semester 6 oleh pembimbing akademik yaitu Ibu Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M. Pd. Pembuatan proposal skripsi pada semester 6 diharapkan memudahkan dan mempercepat studi penulis. Pertama kali penulis mendapatkan ide tentang menulis mengenai Partai Komunis Indonesia ketika mengikuti mata kuliah Simulasi pembelajaran sejarah yang diampu oleh Drs. Achmad Iryadi.

Penulis dan kelompok melakukanan simulasi untuk pembelajaran kelas XII semester 1 dengan merujuk pada Standar kompetensi 1.1 Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan Kompetisi Dasar 1.3 Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam memperta¬hankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI). Kelompok kami membahas mengenai PKI dari tahun 1948 sampai pada tahun 1965. Ketika akhir pembelajaran timbul suatu pertanyaan yaitu mengapa PKI setelah Pemberontakan 1948 bisa menjadi empat besar pemenang pemilu 1955. Bapak Achmad Iryadi mengajurkan kepada penulis untuk mengambil


(25)

judul tersebut untuk skripsi karena bahasannya menarik dan banyak sumber untuk dijadikan referensi.

Setelah itu, penulis mencoba membuat proposal berdasarkan referensi yang ditemukan di Perpustakaan Himas (Himpunan Jurusan Sejarah) dan dari referensi internet, proposal penulis konsultasikan kepada dosen pembimbing akademik. Beliau menyetujui topik PKI pada tahun 1948-1955 yang diajukan oleh penulis. Namun untuk isi dari proposal beliau menyarankan untuk mengubah latar belakang dan lebih banyak membaca referensi mengenai topik yang akan dikaji.

Memasuki semester ke-7 penulis dihadapkan pada mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Pada perkuliahan ini penulis mulai fokus untuk mencari referensi mengenai topik yang akan dikaji dan berkonsultasi dengan Bapak Moch Eryk Kamsori, S.Pd dan beliau menyarankan untuk mencari referensi skripsi atau tesis yang berkaitan dengan PKI tahun 1948-1955. Setelah mencari melalui internet salah satu referensi penulis ada di Universitas Indonesia (UI) sebuah skripsi karya Gatot Triandanto. Penulis merencanakan untuk mengunjungi perpustakaan UI bersama rekan penulis Rizki Akhirudin. Selain menemukan Skripsi Gatot, penulis juga menemukan buku yang relevan dengan topik, yaitu Mendung di atas Istana Merdeka.

Setelah melakukan perjalanan ke UI bulan September, penulis langsung merevisi proposal yang telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk tampil pada Mata Kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Proposal yang penulis ajukan mendapat apresiasi dari Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum yang hadir untuk memberikan masukan terhadap proposal yang dipresentasikan. Masukan dari dosen tersebut untuk mengubah judul yang tadinya Sepak Terjang Partai Komunis Indonesia 1948-1955 menjadi Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1948-1955). Setelah itu beliau menyarankan untuk berkonsultasi dengan Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Setelah berkonsultasi


(26)

dengan Bapak Ayi. Pada bulan Desember penulis disetujui untuk mengajukan judul tersebut untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tanggal 11 Januari 2013, penulis melaksanakan seminar proposal skripsi. Dalam seminar proposal tersebut penulis mendapatkan banyak masukan dari para dosen yang hadir. Berdasarkan masukan dari Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum

selaku calon pembimbing I, judul proposal yang sebelumnya “Gerakan Partai

Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1948-1955)”, agar diganti menjadi menjadi “Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1965)”. Selain perbaikan judul, masukan lain yang diterima oleh penulis dari calon pembimbing I adalah agar membaca referensi bahasa asing sehingga penulis lebih kaya untuk menuliskan karya ilmiahnya dan supaya lebih memudahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi.

Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No. 001/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum dan Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1) Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, dan (8) Struktur Organisasi Skripsi.


(27)

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini membuka jalan penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Drs. Andi Suwirta, M.Hum selaku pembimbing I dan Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.

Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan ini dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan pertama bimbingan dilakukan pada tanggal 7 Februari 2013 sebulan setelah Seminar Proposal Skripsi penulis. Proses bimbingan ini sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini. Dari pembimbing tersebut, penulis banyak memperoleh pengetahuan mengenai kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut.

3.3.1 Heuristik

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah dimulai sekitar bulan September 2012. Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan strategi PKI untuk merebut kekuasaanya di Indonesia, baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel internet yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Dalam pencarian sumber-sumber tersebut, penulis mendatangi berbagai perpustakaan dan toko buku. Adapun perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis


(28)

adalah sebagai berikut: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Perpustakaan HIMAS dan Perpustakaan Universitas Indonesia di Depok. Sedangkan toko buku yang didatangi adalah toko buku Palasari, Gramedia, dan Toga Mas serta pedagang buku bekas di jalan Dewi Sartika. Selain di tempat-tempat tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber melalui browsing di internet sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai penelitian yang dikaji. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:

1. Pada bulan September 2012, penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas Indonesia. Pada perpustakaan ini penulis menemukan buku yang ditulis oleh Atmadji Sumarkidjo (2000).

2. Masih pada bulan September 2012, penulis juga mengunjungi Perpustakaan HIMAS UPI. Di perpustakaan ini penulis menemukan buku yang berhubungan dengan PKI yang disusun oleh tim dari Pusjarah TNI (2009).

3. Pada bulan Januari 2013, penulis memperoleh buku karangan Antonie C.A. Dake (2002) dan buku karangan tim Institut Studi Arus Informasi (1995) di sebuah toko online Stanlie book di internet.

4. Pada bulan Februari 2013, penulis memperoleh buku karangan Arnold C Brackman (1963) di sebuah toko online barang antik di internet. 5. Pada bulan Februari 2013, penulis menemukan ebook karangan Harry

J. Benda dan Ruth T. McVey (1960) , buku karangan Benedict R. Anderson and Ruth T. McVey (1971) dan karangan Swift Ann (1989) pada situs http://ebooks.library.cornell.edu.

6. Pada bulan Maret 2013 penulis memperoleh buku Subhan Sd (1996) dari perpustakaan UGM (Universitas Gajah Mada).

7. Pada bulan Maret 2013 penulis memperoleh 2 PDF buku yang ada di internet mengenai PKI yang di tulis oleh Soe Hok Gie (1999) dan (2005).


(29)

3.3.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, dan menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri. Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer contohnya adalah buku karya Arnold C Brackman (1963) dan buku karya Kahin (1995) Sedangkan buku yang digolongkan kepada sumber sekunder diantaranya adalah: buku karya M.C Ricklefs (2008), buku karangan Soe Hok Gie (1999) dan (2005). buku karya Subhan Sd. Buku karya Antonie C.A. Dake (2002) dan lain-lain. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.

Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak.


(30)

Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku yang ditulis oleh Arnold C Brackman (1963). Brackman merupakan seorang mantan wartawan, yang bertugas di Indonesia pada masa revolusi sebagai Kepala Biro Indonesia dari sebuah Kantor Berita Amerika United Press. Dia merupakan salah satu penulis luar negeri yang menulis tentang komunisme di Indonesia bukunya yang di sebutkan di atas merupakan salah satu karya terbaik beliau. Sehingga ketika proses bimbingan pertama, pembimbing 1 merekomendasikan penulis untuk membaca buku tersebut.

Kritik eksternal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Soe Hok Gie (1999). Gie adalah seorang sejarawan lulusan Universitas Indonesia yang menerbitkan 2 buku bertemakan komunisme di Indonesia. Buku pertama bercerita tentang komunis pada awal kemunculannya di Indonesia, selanjutnya buku orang-orang kiri di persimpangan jalan di tulis Gie untuk memfokuskan kajiannya pada PKI ketika pemberontakan 1948.

Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa karya-karya yang ditulis oleh Brackman maupun Gie bisa dipergunakan sebagai sumber untuk mempermudah penulis dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini, karena kiprah mereka di bidang penulisan komunisme di Indonesia sudah tidak bisa diragukan lagi.

3.2.2.2. Kritik Internal

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber, dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Contoh kritik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Pusjarah TNI (2009) dengan buku yang ditulis oleh Subhan Sd (1996). Dalam bukunya, Pusjarah TNI banyak menjelaskan mengenai peranan PKI dalam konsolidasi setelah peristiwa madiun 1948. Buku tersebut


(31)

diperkuat oleh buku yang ditulis oleh Subhan Sd yang juga banyak menguraikan mengenai gerakan PKI pada tahun 1950-1955 yang disertai oleh data dan fakta mengenai hasil pemilu yang secara terperinci.

Kritik internal selanjutnya yaitu membandingkan isi buku karya Soe Hok Gie (1999) dengan buku karya Arnold C Brackman (1963). Gie mengungkapkan bahwa masuknya komunisme ke Indonesia tidak hanya tentang kesamaan nasib dan adanya kelas ploletar dan kelas borjuis tetapi dititikberatkan pada nasib rakyat yang makin terpuruk ketika stategi pintu terbuka di terapkan di Indonesia sehingga membuat para kapitalis asing mengeruk kekayaan Indonesia dan tenaga rakyat di peras untuk kapitalisme. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Brackman, strategi pintu terbuka membuat SI dengan mudah disusupi oleh PKI. Hal ini karena watak dari SI yang anti kolonialisme dan anti kapitalisme asing untuk nantinya menanampkan ajaran marxisme yang sama - sama anti kapitalisme.

Dalam proses ini, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua buku tersebut. Penulis harus menilai apakah buku-buku tersebut banyak memuat unsur subjektivitas penulisnya atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan untuk meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga interpretasi penulis akan lebih objektif.

3.3.3 Interpretasi

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Gerakan Partai

Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1965)”, interpretasi yang penulis lakukan adalah melakukan penafsiran terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur. Contoh lain dalam interpretasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai perubahan yang dilakukan oleh PKI dalam mengganti kaum ploletarnya dari buruh menjadi kaum tani yang berdasarkan pada Lenin yang mengungkapkan bahwa di negara agraris kaum ploletar dapat dianalogikan sebagai massa pokok adalah petani bukan buruh.


(32)

Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi dan politik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.

Bantuan ilmu politik akan banyak berkaitan dengan partai politik, dan rekrutmen politik. Partai politik menurut Ljiphart dikutip Supardan (2008 : 506). Partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha memenangkan jabatan politik dalam suatu persaingan di daerah pemilihan dengan satu maupun lebih organisasi serupa. Partai politik yang dimaksud dalam penelitian penulis adalah PKI.

Rekrutmen politik ini berkaitan dengan bagaimana para partisipan atau peserta sampai terakomodasi dalam suatu keanggotaan institusi politik, dari mana asal mereka, dengan jalan apa saja, gagasan-gagasan, keterampilan-keterampilan yang disaratkan, dan hubungan apa yang mereka peroleh atau mereke korbankan. Dengan kata lain rekrutmen politik adalah suatu proses pertahanan sistem yang dilembagakan, yang sebagian besar dipelajari melalui sistem pemagangan (Supardan, 2008 : 505).

Dalam hal rekrutmen politik dalam skripsi yang penulis bahas berkaitan dengan cara-cara PKI untuk mendapatkan banyak massa dan militan untuk melaksanakan misi jangka panjang maupun jangka pendek. Rekrutmen politik PKI yang paling berhasil dilakukan jaman kepemimpinan Aidit. Dalam waktu yang sebentar Aidit dapat menemukan sebuah program rekrutmen kader yang effektif dan dalam jangka pendek dibuktikan dengan masuknya PKI sebagai 4 besar pemenang pemilu 1955.

3.3.4 Historiografi

Tahap historiografi merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan


(33)

Kekuasaan Politik di Indonesia (1920-1965)”. Skripsi ini penulis susun dengan gaya bahasa yang sederhana, ilmiah dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan sistem Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan Karya ilmiah UPI 2012.

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri atau bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi.

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab. Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian. Bab dua terdiri dari tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan dan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan pustaka memaparkan mengenai masuknya paham komunisme ke Indonesia. Sedangkan teori yang dibahas adalah teori revolusi komunisme dan model-model revolusi komusisme.

Bab tiga terdiri dari metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan langkah-langkah dan prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis secara lengkap. Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi, dan analisis. Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap permasalahan secara keseluruhan.


(34)

(35)

145

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Gerakan Partai Komunis Indonesia : Strategi Partai Dalam Mencapai Kekuasaan Politik Di Indonesia (1920-1966). Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Pertama, strategi Semaun untuk merebut kekuasan politik adalah warisan lanjutan yang telah dilakukan oleh Sneevliet sebelumnya. Semaun meneruskan strategi Block within yang telah dilakukan oleh Sneevlieet yaitu infiltrasi PKI kedalam SI untuk terjadinya percepatan ekspansi pengaruh partai komunis dalam gerakan revolusi nasional. Adanya persamaan dalan tubuh PKI dan SI yang sama-sama anti kolonialisme dan imprealisme merupakan salah satu alasan mengapa SI didekati dan disusupi oleh PKI di samping banyaknya anggota SI saat itu yang menjadi daya tarik untuk PKI meluaskan pengaruhnya di masyarakat Indonesia. Mudahnya akses untuk masuk terhadap suatu organisasi dimanfaatkan betul oleh PKI.

Perubahan mulai terjadi ketika SI dan PKI pecah oleh kebijakan disiplin partai. Setelah disiplin partai diberlakukan organisasi PKI mengalami kemunduran, untuk mengembalikan kejayaan PKI Semaun sebagai pemimpin PKI mencari alternatife perjuangannya dengan pergi ke Moskow untuk mempelajari doktrin-doktrin komunisme dari negara asalnya. Setelah tiba di Indonesia Semaun menerapkan strategi yang berdasarkan kondisi Indonesia pada waktu itu. Indonesia telah mengalami kelesuan dalam kegiatan buruh karena banyaknya buruh yang ditangkap oleh pemerintah. Maka Semaun mencanangkan program untuk mereorganisasi buruh


(36)

146

dengan berkunjung ke berbagai daerah di Jawa. Kunjungan Semaun ke daerah berhasil membawa buruh menjadi kekuatan yang baru. Strategi lainnya adalah melakukan propaganda-propaganda ke daerah-daerah hasilnya dapat terlihat


(37)

berkembangnya ajaran komunisme di desa-desa. Namun, karena adanya ketimpangan-ketimpangan pemikiran antara propagandis dan orang-orang di daerah maka terjadi kejadian-kejadian aksi sepihak, pemogokan semakin sering terjadi dan tuntutan mendirikan Republik Soviet Indonesia menjadikan para pemimpin PKI melakukan pemberontakan yabg terjadi tahun 1926 sampai 1927.

Pemberontakan tersebut mengalami kegagalan karena persiapan pemberontak hanya seminggu sebelum hari pemberontakan. Persiapan yang terkesan terburu buru dan kekuatan massa yang kurang cakap dan kurang besar menyebabkan kegagalan pemberontakan ini. Pemimpin PKI banyak yang menanggung dampak dari pemberontakan ini Alimin mengembara menjadi petugas komintern, Semaun dibuang ke Asia Tengah, Musso diharuskan masuk sekolah partai di Moskow, Darsono harus

“bertobat” mengakui segala kesalahanya kepada pimpinan tertingginya Stalin.

Setelah pemberontakan 1926-1927 gagal maka kondisi PKI limbung karena para pemimpin mereka ditangkap dan dihukum mati. Sebagai Induk dari semua partai komunis Komintern mengirimkan utusan untuk mengecek keberadaan PKI pada tahun 1935 dikirimlah Musso untuk mengecek keadaan PKI. Selama 6 bulan Musso mengecek PKI Musso telah berhasil membentuk PKI 35 dan PKM (Partai Komunis Moeda) yang dipersiapkan untuk lebih memperkuat PKI. Setelah lama berselang Musso kembali lagi ke Indonesia sebagai utusan Komintern kedatangan Musso membawa angin segar terhadap PKI karena pada waktu itu PKI dalam hal ini FDR tengah berselisih dengan pemerintah.

Kedua, Strategi Musso ketika datang kembali ke Indonesia adalah menggabungkan semua partai yang bersifat komunis dan sosialis dalam satu partai yakni PKI, menentang politik luar negeri yang kompromistis untuk politik dalam negeri agar diadakan pembenahan struktur dan aparatur pemerintahan dan membentuk Front Nasional. Penggabungan partai berhaluan komunis dan sosialis berhasil dilaksanakan dengan baik PKI muncul sebagai partai yang menjadi corong masyarakat, kejadian-kejadian Re-Ra (reorganisasi dan rasionalisasi) yang menyebabkan 60.000 orang tentara di rumahkan, harga-harga semakin memuncak


(38)

dikarenakan adanya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda, serta kegelisahan buruh dan para prajurit yang dirasionalisasi menjadi alat yang di gunakan PKI Musso untuk dimanfatkan sebagai pendukung Revolusi.

Revolusi kembali gagal merupakan kegagalan pertama revolusi sosial yang didambakan oleh PKI. Kegagalan ini berdasarkan beberapa faktor. Para pemimpin PKI terlalu dini melakukan aksi, ketika mereka belum siap, proses penggabungan partai-partai unsur dasar FDR (Front demokrasi rakyat) ke PKI yang monolitik baru dimulai ketika pemberontakan itu pecah, sebagian besar anggota Partai Sosialis, Partai Buruh, SOBSI, dan Pesindo menentang aksi revolusioner menentang pemerintah, partai-partai FDR termasuk cabang PKI cabang di Bodjonegoro secara terang-terangan mendukung Soekarno dan Hatta, pemimpin PKI secara terbuka berani menentang Soekarno dan Hatta sebagai simbol kemerdekaan republik, dan Kebanyakan tanah yang dijanjikan PKI merupakan tanah komunal yang pada dasarnya tanah nyang dipakai untuk kepentingan umum bukan kepentingan tuan tanah,

Reorganisasi mulai dilakukan setelah kegagalan kup 1948, Agresi militer Belanda dua, pemerintah mengganggap komunis tidak lagi merupakan sebuah tantangan politik yang serius setelah para pemimpinnya meninggal. Pemerintah merasa dirinya dalam posisi yang lebih baik untuk mengendalikan PKI legal dibanding PKI ilegal. Ada semangat Lincoln, setelah berakhirnya perang, maka saling memaafkan antar saudara harus diutamakan untuk membangun kesatuan bangsa, sebagian pemimpin juga percaya bahwa kaum komunis akan menyadari kesalahanya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu di masa yang kan datang, PNI mengganggap PKI sebagai sekutu yang diperlukan untuk menetralisir modal asing (Belanda) yang beroperasi di Indonesia, selanjutnya alasan Indonesia berkaitan denga citra Indonesia di dunia luar untuk membuktikan Indonesia sudah dewasa dalam pengambilan keputusan dan penghayatan demokrasi, apabila di Barat partai komunis tidak dilarang kenapa di Indonesia dilarang, selain itu ada pendapat dari Dr. Buntaran Martoatmodjo bahwa apabila PKI dilarang di Indonesia ada indikasi Indonesia


(39)

memihak salah satu blok dalam perang dingin Alimin tampil untuk mereorganisasi PKI.

Strategi Alimin melihat PKI struktur kepartaiannya hancur setelah peristiwa 1948 adalah menghimpun kembali kekuatan komunis yang tercerai-berai, salah satu caranya adalah menghidupkan kembali CC PKI selanjutnya Alimin membawa PKI menggalang kekuatan jalan menjadika PKI menjadi partai kader yang menginginkan kader-kader yang cakap yang biasa membangun partai dari keterpurukan. Partai juga diarahkan menganut jalan tengah dengan menjalankan strategi kiri yang flexible. Namun munculnya Aidit membuat Alimin tersingkir dan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Aidit.

Ketiga, Strategi Aidit terbagi dua bagian yaitu strategi yang dilakukan Aidit dari 1951 sampai 1959 dan dari 1959 sampai 1965, untuk strategi pertama adalah untuk memenangkan dukungan massa pada pemilu 1955. Aidit melakukan Strategi Jalan tengah yaitu mengarahkan partai untuk menjadi partai besar dan mendapatkan simpati dari masyarakat luas, tetapi sekaligus membangun struktur partai dengan kuat agar posisi partai tidak mudah goyah dalam menjalankan strategi ini Aidit tetap melakukan aksi-aksi pemogokan yang berakibat pada kejadian Revolusi Agustus yang membuat Aidit menerapkan garis baru dengan cara yang lebih damai. Garis-garis pedoman strategi yang baru: pembentukan front nasional, likuidasi Darul Islam, dan perkembangan massa komunis.

Strategi Aidit ini dalam tahapannya adalah merekrut massa sebanyak-banyaknya untuk dukungan pemilu. Petani didekati, buruh di perkuat, orang-orang Tionghoa di perdayakan dan dilindungi, kaum abangan di susupi. Hasilnya dapat ditebak PKI bisa memasuki 4 besar pemenang pemilu 1955. Malah untuk pemilihan DPRD di daerah-daerah PKI menjadi partai dominan.

Keempat, Strategi Aidit mulai berubah ketika menghadapi gejolak politik 1960-1965, Aidit menyadari bahwa PKI menjadi partai yang diperhitungkan dan menjadi satu-satunya partai yang memasuki segitiga kekuasaan pada masa itu karena pengaruh Presiden Suekarno dengan Nasakomnya PKI makin besar pengaruhnya di


(40)

Indonesia. Pada periode ini Aidit masih menggunakan taktik Moskow PKI yaitu “transisi damai menuju komunisme”. Dasar strateginya adalah teori perubahan yang damai menuju komunisme. Dalam menjalankan garis Moskow, PKI akan menginfiltrasi departemen-departemen pemerintahan yang utama dan melakukan mobilisasi besar-besaran para anggotanya, didukung oleh ormas-ormas. Namun PKI telah merumuskan strategi Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP) yang menurut mereka akan mempercepat revolusi.

Metode Kombinasi Tiga bentuk perjuangan telah mengarahkan PKI menuju strategi ofensif revolusioner dengan menyerang partai politik saingannya Partai Murba dan PNI, menginfiltrasi ABRI, mengusulkan Angkatan Kelima, dan aksi-aksi sepihak yang dilakukan PKI telah menabur benih-benih dendam yang nanti dituainya setelah peristiwa Gerakan 30 September. Terjadi perubahan taktik Strategi yang dilakukan oleh Aidit pada pertengahan tahun 1964 yaitu mengikuti Strategi Mao berhaluan Peking yaitu revolusi Indonesia pada dasarnya bersifat agraris, dan bahwa kekuatan utamanya haruslah merupakan suatu pemberontakan bersenjata dari kaum tani, strateginya menghendaki dikepungnya kota-kota oleh desa-desa, dan dihancurkannya semua aparat Negara yang lama.

Pemilihan strategi ini berdasarkan kondisi berikut ini. Pertama, PKI akan menunggu lama, lebih kurang 10 tahun dari pemilu pertengahan tahun 1960an sebelum partai berkuasa penuh. Kedua, faktor Grand Strategy blok komunis yang mendesak untuk dilakukan, yaitu membawa segera kawasan Asia Tenggara memihak blok Timur. Ketiga perjuangan komunis di Indocina diperkirakan akan memakan waktu lama, sehingga mendahulukan Indonesia menjadi Negara komunis akan menguntungkan strategi Blok Timur di kawasan Asia Tenggara maka dipersiapkanlah kudeta tahun 1965.

Pemberontakan 1965 gagal karena berbagai faktor kesalahan dalam penentuan jumlah pasukan yang terlibat operasi. Senjata yang dipergunakan juga tidak dipersiapkan dengan baik, lolosanya jenderal A.H Nasution dalam penyergapan pada pagi hari buta, dan keterlambatan penjemputan Soekarno untuk di bawa ke Halim,


(41)

dan rencana tahap dua pembentukan Dewan Revolusi yang akan membubarkan Kabinet Dwikora dan menggantikannya dengan Kabinet Gotong Royong, dan menurunkan jabatan presiden Soekarno apabila menolak membubarkan Kabinet Dwikora tidak berjalan menjadi titik tolak kegagalan pemberontakan 1965.

5.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi pada pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas karena materi penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Materi dari penelitian ini sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas XII program IPS semester I yaitu dengan SK menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan KD Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI). Selain itu SKKD kelas XI program IPS semester II yaitu SK Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan KD Menganalisis hubungan antar perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaa.

Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. pembahasan tersebut ialah mengenai hasil dan pengaruh PKI di Jawa Barat. Jawa Barat ketika pemilu 1957 PKI menduduki posisi kedua pada pemilihan DPRD Jawa Barat dan pemilihan Dewan Kota Bandung pemenangnya PKI namun anehnya di Jawa Barat tidak ada pembantaian besar-besaran seperti daerah lain sehingga penulis merekomendasikan peneliti yang lain untuk mengkaji permasalahn PKI di Jawa Barat.


(42)

151

Daftar Pustaka

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Aidit, D. N. (1959)”Hari Depan Gerakan Tani Indonesia” dalam Pilihan Tulisan, Djakarta: Jajasan Pembaruan.

Aidit, D. N. (1964.) Kaum Tani Mengganjang Setan-setan Desa (Laporan singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani Djawa Barat),Djakarta: Jajasan Pembaruan.

Alfian. (1971). Hasil Pemilihan Umum 1955 Untuk Dewan Perwakilan Rakyat , Djakarta : Lembaga Ekonomi dan Kemasjarakatan Nasional.

Anderson dan McVey (1971) A preliminary analysis of the October 1, 1965, coup

in Indonesia [Online]. Tersedia :

http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/text-idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip052 [15 Juni 2013].

Anderson, B. (2006). Java in a Time of Revolution: Occupation And Resistance,

1944-1946. [Online]. Tersedia :

http://books.google.co.id/books?id=87totx4p3ZcC&pg=PA217&lpg=PA21 7&dq=Jusuf+was+also+attached+for+a+time&source=bl&ots=1ZpGPtS0p0 &sig=bmAwhhkDzZjlywiePU01K6K6Uec&hl=id&sa=X&ei=c6fiUdrXKci nrgf3qoGgDw&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=Jusuf%20was%20al so%20attached%20for%20a%20time&f=false [10 Juli 2012].

Anwar, R (2006). Soekarno Tentara, PKI. Segitiga kekuasaan sebelum prahara politik 1961-1965, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bari, A.F. (2008). Strategi PKI terhadap petani dan pengaruhnya di Jawa Timur 1953-1965. Skripsi.Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia(tidak diterbitkan).


(43)

152

Benda, H J dan McVey. (1960) , The Communist uprisings of 1926-1927 in

Indonesia [Online]. Tersedia :


(44)

idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip025 [15 Juni 2013].

Brackman A C. (2000). Cornell Paper: Di Balik Kolapsnya PKI. Yogyakarta: elstReba.

Brackman, A C. (1963). Indonesian Communism: a history. New York, Frederick A. Praeger inc.

Cribb, R B. (1990). The Indonesian Killings Of 1965-1966: Studies From Java And Bali. Clayton: Centre of Southeast Asian Studies, Monash University. [Monash Papers on Southeast Asia No.21].

Dake, A. C. (2002). In The Spirit Of The Red Banteng Indonesian Communist Between Moskow And Peking. Jakarta: Aksara Karunia.

Edman, P. (2005). Komunisme Ala Aidit, Kisah Partai Komunis Indonesia Di Bawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965. Center for Information Analysis.

Fic, V, M. (2007). Kudeta 1 Oktober 1965 Sebuah Studi Tentang Konspirasi,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Gie, S H (1969). Simpang kiri dari sebuah djalan. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (tidak diterbitkan).

Gie, S H. (1999). Di bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Gie, S H. (2005). Orang-orang di persimpangan kiri jalan . Yogyakarta :Bentang Pustaka.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.


(45)

Jackson, R., & Sorensen, G. (2005). Pengantar Studi Hubungan Internasional.(D. Suryadipura, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kahin, G.McT. (1995). Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Kasdi, A. (1990). Kaum Merah Menjarah : Aksi Sepihak BTI/PKI Jawa Timur (1960-1965), Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Magnis-Suseno, Franz. (2003), Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Malaka, T. (1922). Pidato Komunisme dan Pan-Islamisme. [Online]. Tersedia: http://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/1922-PanIslamisme.htm [16 Maret 2013].

Malaka, T. (2000). Aksi Massa. Jakarta :Teplok Press.

Mariana, T. (1989). Razia Agustus 1951: konfilik antara nasionalis islam dan komunis. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia(tidak diterbitkan).

McVey, R, T. (2006). The Rise of Indonesian Communism. Jakarta: Equinox pub.

McVey, R.T. (2010). Kemunculan Komunisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.

Moehammad, G et al,(1988). Rangkaian Peristiwa: Pemberontakan Komunis di Indonesia.Yogyakarta: LSIK.


(46)

Mudhofir A. (1988). Kamus Teori Dan Aliran Dalam Filsafat.Yogyakarta : Liberty.

Muhtarom, I (2012). Dari Serdang Bedagai Sampai Medan. Tempo (7 Oktober 2012).

Mulyana, S (2008). Kesadaran Nasional : dari kolonialisme sampai kemerdekaan, jilid 1. Yogyakarta: LKiS.

Poesponegoro, M.D. dan Nugroho Notosusanto (1993). Sejarah Nasional Indonesia IV,V. Jakarta: Balai Pustaka.

Poeze, H. A. (2011). Madiun 1948: PKI Bergerak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Pringgodigdo, A.K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Pusjarah TNI. (2009). Komunisme di Indonesia jilid 1-5. Jakarta : Pusjarah &YKCB.

Rambe, S. (2003). Pemikiran Politik Tan Malaka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricklefs, MC. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu.

Roosa, J. (2008). Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra.

Sanit, A. (2000). Badai Revolusi: Sketsa Kekuatan Politik PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(47)

Sedayu, A (2012). Ada Daftar dari Kodim. Tempo (7 Oktober 2012).

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Subhan Sd, (1996). Langkah Merah: Gerakan PKI 1950-1955. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Sulistyo, H.(2000). Palu Arit di Ladang Tebu, Jakarta: KPG.

Sumarkidjo, A. (2000). Mendung di Atas Istana Merdeka. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Suwirta. (2000). “Mengkritisi Peristiwa G30s 1965: Dominasi Wacana Sejarah Orde Baru Dalam Sorotan”. Dalam Jurnal Sosiohumanika [Online], vol 01

(02). 34 Halaman. Tersedia : http://www.sosiohumanika-jpssk.com/sh_files/File/andi.upi.sosio.nov.2008-2.ok.pdf [9 Juni 2013].

Suwirta. (2008). “Dinamika Kehidupan Pers di Indonesia pada Tahun 1950– 1965: Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Nasional”. Dalam Jurnal

Historia : Jurnal Pendidikan Sejarah [Online], vol 01 (01). 10 Halaman.

Tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196210091990 011-SUWIRTA/e.artikel.suwirta.historia.juni.2000.ok.pdf [29 Mei 2013].

Swift, A (1989) The road to Madiun : the Indonesian Communist uprising of 1948

[Online]. Tersedia : http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/text-idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip069 [15 Juni 2013].

Triandarto, G. (2004). Perubahan Strategi PKI 1950-1955. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (tidak diterbitkan).


(48)

Triwarsono, H. (2012). Tentara, Santri,Dan Tragedi Kediri. Tempo (7 Oktober 2012).

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vlekke, B. H. M.(2010). Nusantara:Sejarah Indonesia (terj. Samsudin Berlian). Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia & Freedom Institut.

Wirawan, W. (2007). “Aksi Partai Komunis Indonesia 1926-1965”. Dalam Jurnal Historia [Online], vol 21 (01). 15 Halaman. Tersedia : http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21 no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%20192 6%20wahyu%20wirawan.pdf [29 Mei 2013].

Wulan, G. A. (2013). PKI di Balik G 30 S/1965: Ditinjau Dari Taktik Dan Strategi Gerakan Komunisme di Indonesia (Dalam Perspektif Sejarah) [Online]. Tersedia: http://soeharto.co/pki-di-balik-g-30-s1965 [ 5 Mei 2013]


(1)

Benda, H J dan McVey. (1960) , The Communist uprisings of 1926-1927 in

Indonesia [Online]. Tersedia :


(2)

idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip025 [15 Juni 2013].

Brackman A C. (2000). Cornell Paper: Di Balik Kolapsnya PKI. Yogyakarta: elstReba.

Brackman, A C. (1963). Indonesian Communism: a history. New York, Frederick A. Praeger inc.

Cribb, R B. (1990). The Indonesian Killings Of 1965-1966: Studies From Java And Bali. Clayton: Centre of Southeast Asian Studies, Monash University. [Monash Papers on Southeast Asia No.21].

Dake, A. C. (2002). In The Spirit Of The Red Banteng Indonesian Communist Between Moskow And Peking. Jakarta: Aksara Karunia.

Edman, P. (2005). Komunisme Ala Aidit, Kisah Partai Komunis Indonesia Di Bawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965. Center for Information Analysis.

Fic, V, M. (2007). Kudeta 1 Oktober 1965 Sebuah Studi Tentang Konspirasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Gie, S H (1969). Simpang kiri dari sebuah djalan. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (tidak diterbitkan).

Gie, S H. (1999). Di bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Gie, S H. (2005). Orang-orang di persimpangan kiri jalan . Yogyakarta :Bentang Pustaka.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.


(3)

Jackson, R., & Sorensen, G. (2005). Pengantar Studi Hubungan Internasional.(D. Suryadipura, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kahin, G.McT. (1995). Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Kasdi, A. (1990). Kaum Merah Menjarah : Aksi Sepihak BTI/PKI Jawa Timur (1960-1965), Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Magnis-Suseno, Franz. (2003), Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Malaka, T. (1922). Pidato Komunisme dan Pan-Islamisme. [Online]. Tersedia: http://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/1922-PanIslamisme.htm [16 Maret 2013].

Malaka, T. (2000). Aksi Massa. Jakarta :Teplok Press.

Mariana, T. (1989). Razia Agustus 1951: konfilik antara nasionalis islam dan komunis. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia(tidak diterbitkan).

McVey, R, T. (2006). The Rise of Indonesian Communism. Jakarta: Equinox pub.

McVey, R.T. (2010). Kemunculan Komunisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.

Moehammad, G et al,(1988). Rangkaian Peristiwa: Pemberontakan Komunis di Indonesia.Yogyakarta: LSIK.


(4)

Mudhofir A. (1988). Kamus Teori Dan Aliran Dalam Filsafat.Yogyakarta : Liberty.

Muhtarom, I (2012). Dari Serdang Bedagai Sampai Medan. Tempo (7 Oktober 2012).

Mulyana, S (2008). Kesadaran Nasional : dari kolonialisme sampai kemerdekaan, jilid 1. Yogyakarta: LKiS.

Poesponegoro, M.D. dan Nugroho Notosusanto (1993). Sejarah Nasional Indonesia IV,V. Jakarta: Balai Pustaka.

Poeze, H. A. (2011). Madiun 1948: PKI Bergerak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Pringgodigdo, A.K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Pusjarah TNI. (2009). Komunisme di Indonesia jilid 1-5. Jakarta : Pusjarah &YKCB.

Rambe, S. (2003). Pemikiran Politik Tan Malaka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricklefs, MC. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu.

Roosa, J. (2008). Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra.

Sanit, A. (2000). Badai Revolusi: Sketsa Kekuatan Politik PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

Sedayu, A (2012). Ada Daftar dari Kodim. Tempo (7 Oktober 2012).

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Subhan Sd, (1996). Langkah Merah: Gerakan PKI 1950-1955. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Sulistyo, H.(2000). Palu Arit di Ladang Tebu, Jakarta: KPG.

Sumarkidjo, A. (2000). Mendung di Atas Istana Merdeka. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Suwirta. (2000). “Mengkritisi Peristiwa G30s 1965: Dominasi Wacana Sejarah Orde Baru Dalam Sorotan”. Dalam Jurnal Sosiohumanika [Online], vol 01

(02). 34 Halaman. Tersedia : http://www.sosiohumanika-jpssk.com/sh_files/File/andi.upi.sosio.nov.2008-2.ok.pdf [9 Juni 2013].

Suwirta. (2008). “Dinamika Kehidupan Pers di Indonesia pada Tahun 1950– 1965: Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab Nasional”. Dalam Jurnal

Historia : Jurnal Pendidikan Sejarah [Online], vol 01 (01). 10 Halaman.

Tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196210091990 011-SUWIRTA/e.artikel.suwirta.historia.juni.2000.ok.pdf [29 Mei 2013].

Swift, A (1989) The road to Madiun : the Indonesian Communist uprising of 1948 [Online]. Tersedia : http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/text-idx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;subview=short;idno=cmip069 [15 Juni 2013].

Triandarto, G. (2004). Perubahan Strategi PKI 1950-1955. Skripsi. Jakarta : Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (tidak diterbitkan).


(6)

Triwarsono, H. (2012). Tentara, Santri,Dan Tragedi Kediri. Tempo (7 Oktober 2012).

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vlekke, B. H. M.(2010). Nusantara:Sejarah Indonesia (terj. Samsudin Berlian). Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia & Freedom Institut.

Wirawan, W. (2007). “Aksi Partai Komunis Indonesia 1926-1965”. Dalam Jurnal Historia [Online], vol 21 (01). 15 Halaman. Tersedia : http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21 no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%20192 6%20wahyu%20wirawan.pdf [29 Mei 2013].

Wulan, G. A. (2013). PKI di Balik G 30 S/1965: Ditinjau Dari Taktik Dan Strategi Gerakan Komunisme di Indonesia (Dalam Perspektif Sejarah) [Online]. Tersedia: http://soeharto.co/pki-di-balik-g-30-s1965 [ 5 Mei 2013]