PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MINAT KEJURUAN TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN (DKK) TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI DI MEDAN.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MINAT KEJURUAN
TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN
(DKK) TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI DI MEDAN

TESIS

Disusun Oleh:

KETRIN RINAYANTI MANULLANG
NIM. 8106122062

Program Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MINAT KEJURUAN
TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR KOMPETENSI KEJURUAN
(DKK) TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI DI MEDAN

TESIS


Disusun Oleh:

KETRIN RINAYANTI MANULLANG
NIM. 8106122062

Program Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan
2013

ABSTRACT
Manullang, Ketrin Rinayanti. NIM. 8106122062. The Effect of Instructional
Model and Vocational Interest on Learning Outcomes of Basic Vocational
Competency (BVC) of Technical Building State Vocational Senior High School
in Medan. Thesis. Educational Technology Study Program. Post Graduate School
of State University of Medan. 2013.
This study aimed to determine: (1) the differences of Basic Vocational
Competency (BVC) Applying Statics and Voltage Science learning outcomes of
students who are taught by the Problem Based Learning (PBL) Model and
students who are taught by the Cooperative Learning Model Jigsaw type, (2) the
differences of the student’s Basic Vocational Competency (BVC) Applying

Statics and Voltage Science learning outcomes who have high vocational interest
and students who have low vocational interest, and (3) the interaction between
instructional model and vocational interest in influencing the learning outcomes
Basics Vocational Competence (BVC) Applying Statics and Voltage Science
students.
This study was conducted in class X Program Expertise Building Engineering,
Architecture Engineering Competency Skills at State Vocational Senior High
School 2 and 5 Medan. The sampling technique used random sampling. This
research method used was quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The
analysis technique used is the analysis of variance Anova Two Line (Two Way
ANOVA 2x2) with a significance level α = 0.05 using the F test and further
testing using Scheffe test.
The findings of the research indicate: (1) Basic Vocational Competency (BVC)
Applying Statics and Voltage Science learning outcomes of students who are
taught by the Problem Based Learning (PBL) Model was higher as compared to
the students who are taught by the Cooperative Learning Model Jigsaw type at
significance level α = 0.05, obtained Fcount of 10.3634 and Ftable at significance
level α = 0.05 and degrees of freedom (df) (0.05) (1.59) is 1.0000, (2) Basic
Vocational Competency (BVC) Applying Statics and Voltage Science learning
outcomes of students who have high vocational interest is higher than students

who have low vocational interest at significance level α = 0.05, with a value of
Fcount is 7.0722 and Ftabel at significance level α = 0.05 and degrees of freedom (df)
(0.05) (1.59) is 1.0000, (3) there is no interaction between instructional model
with vocational interest in influencing learning outcomes of Basic Vocational
Competency (BVC) Applying Statics and Voltage Science at significance level α
= 0.05. Fcount at 0.2565 and the Ftable at significance level α = 0.05 and degrees of
freedom (df) (0.05) (1.59) is 1.0000.
The implication is that the Problem Based Learning (PBL) model can enhance
students’learning outcomes of Basic Vocational Competency (BVC) Applying
Statics and Voltage Science. It is therefore recommended teachers to use

i

instructional model Problem Based Learning (PBL) to obtain higher learning
outcomes.

ii

ABSTRAK
Manullang, Ketrin Rinayanti. NIM. 8106122062. Pengaruh Model Pembelajaran

dan Minat Kejuruan terhadap Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Teknik Bangunan SMK Negeri di Medan. Tesis. Program Studi Teknologi
Pendidikan. Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Jigsaw, (2) hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa yang memiliki minat
kejuruan tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki
minat kejuruan rendah, dan (3) interaksi antara model pembelajaran dengan
minat kejuruan dalam mempengaruhi hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas X Program Studi Keahlian Teknik
Bangunan, Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 dan
SMK Negeri 5 Medan. Teknik pengambilan sampel digunakan sampel acak.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varians Anava Dua
Jalur (Two Way Anova 2x2) dengan taraf signifikansi α = 0.05 dengan
menggunakan uji F dan uji lanjut dengan menggunakan Uji Scheffe.

Temuan penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan
dengan siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw pada taraf signifikansi α = 0.05, diperoleh Fhitung sebesar 10.3634 dan Ftabel
pada taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) (0.05)(1,59) adalah
1.0000, (2) hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan siswa yang memiliki minat kejuruan tinggi lebih tinggi
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki minat kejuruan rendah pada
taraf signifikansi α = 0.05, dengan nilai Fhitung sebesar 7.0722 dan Ftabel pada taraf
signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) (0.05)(1,59) adalah 1.0000, (3) tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat kejuruan dalam
mempengaruhi hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan
Ilmu Statika dan Tegangan siswa pada taraf signifikansi α = 0.05. Fhitung sebesar
0.2565 dan Ftabel pada taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk)
(0.05)(1,59) adalah 1.0000.
Implikasinya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan siswa. Oleh karena itu guru mata diklat disarankan untuk


iii

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi.

iv

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 14
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 15

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 16
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 17
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 18
BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................... 20
A. Kajian Teoretis .............................................................................. 20
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan ............................................................... 20
2. Hakikat Model Pembelajaran ................................................... 26
a. Hakikat Model Problem Based Learning (PBL)
(Pembelajaran Berbasis Masalah) ...................................... 31
b. Hakikat Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw......................................................... 46
3. Hakikat Minat Kejuruan Teknik Bangunan.............................. 59
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 66
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 67
1. Perbedaan Hasil Belajar Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan antara Siswa yang Diajarkan dengan

Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dengan Siswa yang Diajar dengan Model
Pembelajarn Cooperative Learning Tipe Jigsaw ................... 67
2. Perbedaan Hasil Belajar Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan antara Siswa yang Memiliki Minat
Kejuruan Tinggi dengan Siswa yang Memiliki
Minat Kejuruan Rendah ......................................................... 72
3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Minat
Kejuruan Teknik Bangunan dalam Mempengaruhi
Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan................................ 74
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 80

viii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 81
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 81
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 81
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 82

D. Definisi Operasional ..................................................................... 82
E. Metode dan Desain Penelitian ...................................................... 84
F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................. 85
G. Pengontrolan Pelaksanaan Penelitian .......................................... 95
H. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ........................................... 98
I. Teknik Analisis Data .................................................................... 101
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 104
A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 104
B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 118
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 121
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 126
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 146
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 149
A. Simpulan ....................................................................................... 149
B. Implikasi ....................................................................................... 149
C. Saran ............................................................................................. 153
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 155
LAMPIRAN ..................................................................................................... 161
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 318


ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Hasil yang diperoleh dari Problem Based Learning ................... 38
Gambar 2.2. Hasil yang diperoleh dari Cooperative Learning ........................ 50
Gambar 2.3. Ilustrasi Tim-tim Jigsaw .............................................................. 54
Gambar 2.4. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw..................................... 55
Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning ............................................................ 106
Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Jigsaw ............................................. 108
Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Tinggi ............................ 109
Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan

(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Rendah ........................... 111
Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Tinggi yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ...................................................................................... 113
Gambar 4.6. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Tinggi yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw.................................................................. 114
Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Rendah yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ...................................................................................... 116

Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Rendah yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw.................................................................. 118

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Halaman
Tes Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan ..................... 162

Lampiran2.

Analisis Butir Tes Hasil Belajar Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika Dan
Tegangan .................................................................................. 169

Lampiran 3.

Angket Minat Kejuruan Bidang Keahlian Teknik
Bangunan ................................................................................. 186

Lampiran 4.

Analisis Butir Angket Minat Kejuruan .................................... 191

Lampiran 5.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................ 198

Lampiran 6.

Data Penelitian ......................................................................... 264

Lampiran 7.

Distribusi Frekuensi Data Penelitian ........................................ 272

Lampiran 8.

Perhitungan Rata-rata, Varians, Standar Deviasi,
Modus, dan Median .................................................................. 286

Lampiran 9.

Uji Normalitas Data Hasil Belajar Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan ............................................................... 297

Lampiran 10. Uji Homogenitas Varians ......................................................... 306
Lampiran 11. Pengujian Hipotesis .................................................................. 310
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 314

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era
globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta
APEC tentu saja telah membuka pintu bagi negara-negara lain untuk semakin
bebas masuk ke Indonesia. Hal ini tentu saja membawa dampak bagi Indonesia itu
sendiri, yakni terbukanya peluang kerja sama dengan berbagai negara. Tapi selain
itu, dampak utama dengan adanya pasar bebas yaitu semakin ketatnya persaingan
antar negara. Masing-masing negara mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM)nya untuk dapat bersaing dengan negara lainnya, termasuk juga Indonesia.
Indonesia juga harus mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk dapat
menghadapi persaingan dan memanfaatkan peluang kerja sama. Untuk dapat
menggunakan peluang kerjasama tersebut secara maksimal, Indonesia harus
mampu menciptakan sumber daya manusia yang kompeten, terampil, kompetitif,
produktif, berorientasi global, dan bertanggung jawab yang menjadi tuntutan
permintaan pasar industri. Selain itu, kualitas SDM Indonesia perlu ditingkatkan
dan dikembangkan agar dapat bersaing di tingkat regional, nasional maupun
internasional. Oleh karena itu, Indonesia harus semakin intensif menyiapkan
SDMnya.
Dengan meningkatnya kualitas SDM Indonesia, tentu akan mempengaruhi
kemajuan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Kemajuan suatu bangsa dan negara

1

2

tidak bisa dilepaskan dari kemajuan bidang pendidikan. Oleh karena itu salah
satu cara yang dilakukan oleh Indonesia dalam perumusan kebijakan dalam
pengembangan SDMnya adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, terampil

dan kompeten. Pengembangan

melalui jalur pendidikan ini harus dilakukan secara komprehensif dan
berkesinambungan sehingga pendidikan itu sendiri mampu untuk menjawab
kebutuhan konsumen pendidikan, yakni masyarakat luas dan pasar industri, serta
mampu mengakomodasi kebutuhan yang beraneka ragam.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga
pendidikan formal yang memberikan bekal pengetahuan teknologi, keterampilan,
sikap dan etos kerja yang bertujuan mempersiapkan lulusan yang kelak menjadi
tenaga kerja tingkat menengah (UU No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003 Pasal 61 ayat 3). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu
jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya
untuk

siap

bekerja.

Pendidikan kejuruan

memiliki benang merah dengan

sekolah menengah kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu jenis pendidikan
nasional juga memiliki peran penting dalam menyiapkan manusia utuh, baik
sebagai tenaga kerja maupun sebagai warga masyarakat dan bangsa. Evans dan
Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau
kelompok pekerjaan. Menurut Smith Huges Act (Depdikbud, 1988: 1), pendidikan

3

kejuruan adalah pendidikan khusus yang program-programnya atau materi
pelajarannya dipilih untuk siapapun yang tertarik untuk mempersiapkan diri
bekerja sendiri, atau untuk bekerja sebagai bagian dari suatu grup kerja.
Sedangkan menurut Bradley (Depdikbud, 1988: 2), pendidikan kejuruan adalah
pendidikan, training atau retraining yang mengenai persiapan siswa dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk benar-benar bekerja,
memperbaharui keahlian, dan pengembangan lanjut dalam pekerjaan (mengingat
pekerjaan tersebut membutuhkan) sebelum tingkat baccalaureate (sarjana). Maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
membantu mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.
Pendidikan

kejuruan

bertujuan

untuk

meningkatkan

kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program
kejuruannya (BNSP, 2006). Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta
mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang
tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai
dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.
Oleh karena itu, siswa yang telah memilih untuk sekolah di SMK akan dididik
untuk mampu bersaing setelah lulus nantinya dan sekolah SMK juga harus
terus memperhatikan dan memperbaiki mutu pendidikannya. Dapat dikatakan
pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan

4

sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan
potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, SMK Negeri 2 dan 5 yang
merupakan SMK di kota Medan telah melaksanakan beberapa upaya, antara lain
peningkatan mutu proses belajar mengajar melalui strategi pembelajaran, penataan
kurikulum, mengadakan fasilitas praktik, fasilitas laboratorium dan peningkatan
kualitas pengajaran. Namun pada kenyataan, lulusan SMK tidak sepenuhnya dapat
diterima di dunia kerja. Hal ini disebabkan oleh kompetensi lulusan SMK tidak
sesuai dengan harapan dan tuntutan permintaan dunia kerja, baik dari segi
pengetahuan maupun keterampilan.
Siswa lulusan SMK sulit untuk beradaptasi dengan perkembangan
teknologi, terutama teknologi yang digunakan di dunia industri yang meliputi
sarana dan fasilitas. Rendahnya penguasaan lulusan SMK terhadap perkembangan
teknologi yang digunakan di industri tentu saja menurunkan kebutuhan pasar,
dalam hal ini perusahaan atau industri, terhadap lulusan SMK. Hal ini tentu saja
mengakibatkan terjadinya pengangguran. Tingginya angka pengangguran ini
menggambarkan rendahnya kualitas lulusan SMK. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas lulusan SMK ini adalah proses pembelajaran di
kelas yang sebagian besar masih berfokus pada guru (teacher oriented).
Pembelajaran yang teacher oriented atau disebut dengan teacher centered
learning (pembelajaran berpusat pada guru) ini menetapkan guru sebagai sumber
utama pengetahuan.

5

Oleh karena itu perlu dilakukan pembaharuan pendidikan. Upaya
pembaharuan pendidikan harus dilakukan secara terus-menerus, dan harus
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan
ekonomi, dan perubahan dalam masyarakat. Khususnya dalam pendidikan
kejuruan, telah banyak upaya pembaharuan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah menengah kejuruan (SMK) yang telah dilakukan selama ini, termasuk
salah satu di antaranya adalah upaya pengembangan kurikulum SMK.
Kurikulum merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas
mutu lulusan lembaga pendidikan kejuruan. Kurikulum yang diimplementasikan
di SMK saat ini adalah model pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Spektrum. Kurikulum ini menuntut kemampuan guru dalam memberikan
pengalaman belajar dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Kurikulum Spektrum SMK diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa SMK dengan mengikutsertakan nilai karakter di
dalam bagian kurikulum itu sendiri.
Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah
Kejuruan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK berisi mata
pelajaran wajib, mata diklat kejuruan, muatan lokal, dan pengembangan diri. Mata
pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran (dikelompokkan dalam
Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan) yang bertujuan untuk
menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan
menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

6

Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)

Menerapkan Ilmu Statika dan

Tegangan adalah salah satu bidang studi yang diajarkan di SMK Jurusan
Bangunan untuk kelas X. Bidang studi ini memberikan teori dan pengetahuan
dasar dalam menghitung kekuatan suatu konstruksi yang menahan gaya-gaya yang
bekerja. Dalam kurikulum SMK KTSP spektrum pokok bahasan mata diklat
Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan di
kelas X pada semester I adalah: (1) menjelaskan besaran vektor, sistem satuan,
dan hukum Newton (2) menerapkan besaran vektor pada gaya, momen dan kopel
(3) membuat diagram gaya normal, momen gaya, kopel pada konstruksi
bangunan, (4) menerapkan teori kesetimbangan, (5) menerapkan teori tegangan
pada konstruksi bangunan.
Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan adalah mata diklat yang termasuk dalam mata diklat Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Program Keahlian Teknik Bangunan yang menuntut daya
analisa tinggi peserta didik untuk memecahkan masalah kestatikaan beserta
perhitungannya. Hal ini berarti untuk menguasai kompetensi berikutnya, siswa
harus dapat menguasai mata diklat ini karena Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan merupakan dasar untuk mempelajari
materi kompetensi-kompetensi berikutnya di dalam program keahlian teknik
bangunan. Dengan demikian, mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan merupakan mata diklat yang penting bagi
siswa

program keahlian teknik bangunan, dan mereka harus mampu untuk

menguasainya.

7

Namun pada kenyataanya, banyak siswa jurusan teknik bangunan
mengalami kesulitan untuk mempelajari dan menguasai mata diklat Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan ini. Hal ini
karena karakteristik mata diklat ini yang sarat dengan perhitungan dan analisis.
Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan guru dalam menyampaikan materi
mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan yang masih teacher oriented juga mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dengan melihat pentingnya mata diklat ini maka diharapkan semua siswa
Program Studi Keahlian Teknik Bangunan, Kompetensi Keahlian Teknik Gambar
Bangunan memiliki kemampuan yang baik dalam bidang tersebut. Namun
kenyataannya belum semua siswa menguasai mata diklat Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan. Hal ini dapat diketahui
dari hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Perhitungan Statika Bangunan kelas
X semester I tahun pelajaran 2011/2012 SMK N 5 Medan sebagai berikut: dari 28
siswa, yang memperoleh nilai dengan rata-rata 70 sebanyak 18 orang (64,28%),
nilai 72,5 sebanyak 4 orang (14,29%), nilai 75 sebanyak 4 orang (14,29%), dan
nilai 77,5 sebanyak 2 orang (7,14%). Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
siswa kelas X Jurusan Teknik Bangunan hanya mendapatkan nilai C (70-79). Dari
keterangan tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa masih rendah.
Maka untuk memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan, seorang
guru harus mampu mengenali dan mengetahui karakteristik siswa, sebab
karakteristik siswa

akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dan

8

keberhasilan pembelajaran mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan. Dengan mengetahui karakteristik
tersebut maka guru dapat mendesain pembelajarannya dengan sebaik-baiknya.
Salah satu karakteristik siswa yang dapat dinilai guru mata diklat adalah minat
siswa, dalam hal ini adalah minat kejuruan Teknik Bangunan.
Minat kejuruan akan mendorong siswa untuk terus belajar dan menggali
informasi yang mereka perlukan untuk menguasai kompetensi-kompetensi
kejuruan sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian mereka.
Dengan adanya minat kejuruan yang dimiliki oleh siswa, maka dapat membantu
siswa untuk memecahkan persoalan-persolan yang mereka temui dalam proses
belajar mereka sehingga mereka dapat mencapai keahlian dan kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajarannya di kelas sesuai dengan jurusannya. Dengan
memiliki keterampilan dan kompetensi jurusan yang baik, maka siswa SMK dapat
lebih siap untuk masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka keberadaan sekolah kejuruan diharapkan mampu mengajar dan
mendidik para siswanya dan menciptakan lulusan yang berkualitas sebagai
sumber daya manusia yang mampu bersaing serta mampu menerapkan
keahliannya dalam dunia kerja.
Dengan mengetahui minat kejuruan Teknik Bangunan yang dimiliki siswa,
maka guru dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi mata
diklat yang sedang diajarkan dan juga tingkat ketertarikan siswa terhadap mata
diklat

yang

sedang

diajarkan.

Dengan

begitu

guru

dapat

mendesain

pembelajarannya di kelas dengan baik. Minat kejuruan ini juga dapat

9

diidentifikasi dari masuknya siswa ke SMK dan melanjutkan studi mereka di
SMK. Siswa yang berminat melanjutkan studi ke SMK semakin meningkat setiap
tahunnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari data berikut.
Tabel 1.1. Angka Melanjutkan Menurut Jenjang Pendidikan Di
Medan
Jumlah Siswa Pada Tingkat
Pendidikan

Lulusan pada

Siswa Baru Tingkat I pada

Jenjang SMP/MTS

Jenjang SMA/SMK/Ma

(orang)

tahun 2010

Tahun Ajaran

(orang)
2009/2010

41.002

45.064

(Sumber: Program Kerja Pembangunan Bidang Sosial Budaya Kota Medan Tahun
Anggaran 2011).

Dengan demikian tingkat capaian kinerja Angka Melanjutkan (AM) dari
SMP/MTs/ ke SMA/SMK/MA di kota Medan 109,91 %.

Persentase ini

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 9,91 %
(Program Kerja Pembangunan Bidang Sosial Budaya Kota Medan Tahun
Anggaran 2011). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa baru tingkat SMK
juga

mengalami peningkatan. Peningkatan ini tentu saja didukung oleh usaha

pemerintah
depan.
hal
ingin
pada

yang

Pemerintah
ini

juga

didorong

meningkatkan
tahun

mempromosikan

SMK sebagai

sekolah masa

ingin menyetarakan jumlah SMA dan SMK,
oleh

rasio

keinginan
perbandingan

pemerintah
SMA

2011 ini masih 35:65 menjadi 60:40

dan

SMK,

yang
yakni

pada tahun 2015

(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/12/08/70508/2015_jumlah_s
mk_lebih_banyak_dari_smu/).

10

Dengan meningkatnya jumlah siswa SMK, hal ini tentu saja merupakan
tantangan bagi para tenaga pendidik, khususnya guru. Selain untuk memperoleh
hasil belajar seperti yang diharapkan, guru harus mampu mendesain pembelajaran
yang efektif dan berpusat pada siswa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang mampu mengikutsertakan dan memberdayakan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengajarkan materi pembelajaran dalam berbagai pendekatan
metode pengajaran. Dengan demikian diharapkan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran akan meningkat. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan adalah dengan
menerapkan model pembelajaran inovatif yang memusatkan pembelajaran pada
siswa (student centered learning), seperti model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Cooperative Learning Tipe Jigsaw.
Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2009:77). Pada Cooperative Learning Tipe Jigsaw, siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat hingga enam
orang, heterogen, dan bekerjasama, saling ketergantungan yang positif, dan
bertanggung jawab secara mandiri. Kelompok-kelompok yang terbentuk ini
disebut kelompok asal. Masing-masing anggota kelompok diberikan satu tugas
atau satu bagian materi untuk dikerjakan dan dianalisis. Para siswa dari masing-

11

masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk
kelompok anggota yang benar-benar baru. Kelompok yang dibentuk ini disebut
kelompok ahli. Dalam Jigsaw, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pada model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw ini, hanya
siswa yang berada dalam kelompok ahli yang berusaha keras untuk memecahkan
masalah yang ada, sementara siswa dalam kelompok asal hanya menerima
pemecahan masalah dari siswa kelompok ahli tanpa harus berusaha berpikir untuk
memecahkan masalah tersebut. Hal ini tentu saja dapat semakin meningkatkan
pengetahuan baru untuk siswa dalam kelompok ahli, tetapi tidak bagi siswa dalam
kelompok asal. Oleh karena itu diperlukan sebuah model pembelajaran lain yang
mendorong siswa untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
kemampuan inkuiri dan keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian,
membuat siswa mahir memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri
serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran
berbasis masalah.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran
berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa secara
aktif dan mandiri dalam pengkonstruksian pengetahuan mereka. PBL adalah
pengembangan sesuai konteks di dalam lingkungan pembelajaran yang aktif, tidak
pasif. Dalam PBL, informasi dipelajari berkaitan dengan masalah yang umum

12

dijumpai sehingga pengingatan informasi dapat berlangsung dengan cepat jika
orang tersebut dihadapkan pada masalah yang serupa di lingkungan praktik, yang
artinya

dengan PBL siswa dapat memecahkan masalah dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran dengan cara pengaktifan
pengetahuan sebelumnya dan menerapkan pengetahuan baru yang diperolehnya.
Dengan adanya pendekatan kontekstual dalam PBL atau pembelajaran berbasis
masalah, maka pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna karena siswa secara
mandiri mengkonstruk pengetahuannya dengan cara meleburkan pengetahuan
yang baru diperoleh dengan pembelajaran lama.
Dalam PBL, setiap siswa bertanggungjawab terhadap pembelajarannya
sendiri, dan guru serta siswa lain bertanggungjawab untuk saling membantu guna
mencapai pembelajaran yang optimal. Dengan tugas dan tanggungjawab tersebut
maka setiap siswa secara mandiri akan terus-menerus belajar dan menggali
informasi, dan menggunakan kerangka berpikir kritis dan analitis dalam
memecahkan persoalan. Kemampuan berpikir kritis dan analitis ini tentu saja
dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan setiap tantangan dan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari mereka, yakni dengan melakukan pendekatan yang
sistemik. Hal ini karena model PBL merupakan model pembelajaran kontekstual,
dimana pengembangan pengetahuan sesuai konteks di dalam lingkungan
pembelajaran aktif, yang artinya masalah yang ditemui di dunia nyata dibawa ke
dalam kelas untuk dipecahkan.

13

Dengan

pembelajaran

kontekstual

tersebut

maka

siswa

dapat

bereksplorasi, bereksperimen, berargumentasi, dan mengintegrasikan serta
mengaplikasikan pemahaman mereka untuk memecahkan masalah tersebut
dengan melakukan penyelidikan dan penelitian sehingga mereka memperoleh
pengetahuan baru yang bermakna setelah mereka meneliti dan bereksplorasi.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah dapat menawarkan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dengan
kompleksitas, melihat ambiguitas dan belajar untuk mengelola ambiguitas yang
berlaku dalam kehidupan profesional (Savin, 2000:1).
Dengan

latar belakang

tersebut diatas diharapkan para stake holder

pendidikan, khususnya guru, harus mampu dan terampil dalam memilih model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat
meningkatkan minat kejuruan siswa tersebut. Dengan meningkatnya minat
kejuruan yang dimiliki oleh siswa, hal ini tentu saja dapat meningkatkan
penguasaan siswa untuk mencapai keahlian dan kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Teknik Bangunan
sebagai sebuah institusi pendidikan harus mampu memfasilitasi proses
pembelajaran tersebut sehingga dapat menciptakan kualitas pendidikan yang
lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik, khususnya siswa SMK
Program Keahlian Teknik Bangunan, agar mereka memiliki kompetensikompetensi dan keahlian yang optimal di bidang kejuruan mereka sehingga
mereka benar-benar kompeten dan siap masuk ke dunia kerja. Dalam hal ini
penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar “Pengaruh Model Pembelajaran

14

dan Minat

Kejuruan Terhadap Hasil Belajar Mata Diklat Dasar Kompetensi

Kejuruan (DKK) Teknik Bangunan Di SMK Negeri 5 Medan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalahmasalah esensial dalam dunia pendidikan yang dapat diidentifikasi, yaitu
rendahnya mutu pendidikan. Hal ini dapat diidentifikasi dari rendahnya hasil
belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil belajar yang rendah tersebut,
maka akan muncul berbagai pertanyaan menyangkut latar belakang rendahnya
hasil belajar mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan sebagai berikut: (1) apa saja faktor yang mempengaruhi
hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan?, (2) Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan selama ini?, (3)
Apakah model pembelajaran dan penyampaian bahan ajar mata diklat DKK
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan kurang menarik perhatian siswa?, (4)
Apakah model pembelajaran mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan kurang menarik perhatian siswa?, (5) Apakah kelengkapan sarana dan
prasarana dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?, (6) Apakah minat kejuruan
Teknik Bangunan dapat mempengaruhi hasil belajar mata diklat DKK
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan kurang menarik perhatian siswa?, (7)
Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan atau sumber daya guru mata diklat DKK
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan terhadap hasil belajar siswa?, (8) Apakah
bahan penunjang yang dimiliki guru untuk membantu siswa dalam pembelajaran

15

mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan?, (9) Apakah
penggunaan model pembelajaran sesuai dengan minat kejuruan Teknik Bangunan
yang dimiliki oleh siswa?, (10) Apakah ada hubungan antara model pembelajaran
dengan hasil belajar mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan?,
(11) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan kemampuan belajar peserta didik pada mata diklat Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan?, (12)
Apakah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan belajar peserta didik pada mata diklat DKK
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan?, (13) Apakah ada perbedaan antara
siswa yang memiliki minat kejuruan Teknik Bangunan yang tinggi dengan siswa
yang memiliki minat kejuruan Teknik Bangunan yang rendah?, (14) Apakah
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat kejuruan Teknik
Bangunan terhadap hasil belajar pada mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika
dan Tegangan?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
menunjukkan ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa mata
diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan. Mengingat keterbatasan
yang ada pada peneliti, baik dari segi kemampuan, waktu, dan biaya, maka
penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup:

16

1. Model pembelajaran yaitu model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam
mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan pada siswa kelas X Program Keahlian Teknik Bangunan,
Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan Di SMK Negeri 2 dan SMK
Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Minat kejuruan Teknik Bangunan siswa, yang dibatasi hanya pada minat
kejuruan tinggi dan minat kejuruan rendah.
3. Hasil belajar mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan
Ilmu Statika dan Tegangan pada siswa kelas X Program Keahlian Teknik
Bangunan, Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan Di SMK Negeri 2
dan SMK Negeri 5 Medan Medan sesuai dengan kurikulum Spetrum KTSP.
Pengukuran hasil belajar sesuai dengan kemampuan ranah kognitif dari Bloom
pada kategori

mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3),

menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6).

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah hasil belajar mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dibanding dengan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw?

17

2. Apakah hasil belajar mata diklat DKK Menerapkan Ilmu Statika dan
Tegangan siswa yang memiliki minat kejuruan Teknik Bangunan yang tinggi
lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki minat kejuruan Teknik
Bangunan yang rendah?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan minat kejuruan Teknik
Bangunan terhadap hasil belajar mata diklat DKK Menerapkan Menerapkan
Ilmu Statika dan Tegangan?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan
masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.
2. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki minat kejuruan Teknik Bangunan
yang tinggi dengan siswa yang memiliki minat kejuruan Teknik Bangunan
yang rendah.
3. Interaksi antara model pembelajaran dan minat kejuruan Teknik Bangunan
dalam mempengaruhi hasil belajar mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan
(DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan.

18

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Melatih dan menambah khasanah pengetahuan penulis dalam membuat karya
ilmiah.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi seberapa besar pengaruh model pembelajaran dan
minat kejuruan Teknik Bangunan terhadap hasil belajar mata diklat Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
pada siswa kelas X Program Studi Keahlian Teknik Bangunan,
Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 dan SMK
Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru
bidang studi Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika
dan Tegangan untuk menentukan model pembelajaran yang digunakan
pada mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu
Statika dan Tegangan, sebagai upaya memperbaiki proses belajar
mengajar.
3. Sebagai masukan kepada pengelola SMK Negeri maupun Swasta dalam
pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan Kejuruan, khususnya bagi
guru-guru SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 5 Medan.
4. Sebagai masukan bagi SMK sebagai lembaga pendidikan Kejuruan dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

19

5. Sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan meneliti setelah

penelitian ini nantinya.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab IV, maka
kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika
dan Tegangan Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.
2. Hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika
dan Tegangan Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Tinggi Lebih Tinggi
dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki Minat Kejuruan Rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat kejuruan
dalam mempengaruhi hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan siswa.

B. Implikasi
1. Implikasi terhadap Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran
Temuan penelitian ini adalah bahwa hasil belajar Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan Siswa yang Diajar
dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw. Hal ini memberikan petunjuk bahwa Model Pembelajaran

149

150

Problem Based Learning (PBL) lebih tepat digunakan dalam pembelajaran Dasar
Kompetensi Kejuruan (DKK) Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan.
Dalam model pembelajaran PBL, setiap siswa didorong untuk dapat
mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan cara meleburkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada dengan pengetahuan yang baru. Dalam proses pemecahan
masalah yang disajikan, siswa akan mengidentifikasi dan menggali berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan
karakteristik yang menekankan setiap siswa untuk aktif dalam pembelajarannya,
maka materi dalam PBL disusun dengan struktur yang dapat mendukung proses
kemandirian belajar para siswa sehingga mereka dapat mengembangkan
pemikiran kritis, pembelajaran mandiri, keterampilan dan sikap terhadap proses
kelompok. Sedangkan pada model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw lebih menekankan bagaimana siswa untuk berinteraksi sosial dan
menghargai perbedaan karakteristik individu yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, maka guru harus merancang skenario dan model
pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran pada akhirnya dapat tercapai. Model pembelajaran yang dirancang
juga harus memperhatikan minat kejuruan yang dimiliki oleh siswa. Model
pembelajaran harus dapat menggabungkan keahlian materi dan minat kejuruan
siswa. Minat kejuruan siswa akan mendorong siswa untuk mempelajari dan
menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan agar mereka benar-benar ahli di
kejuruannya.

151

Untuk itu dalam pelaksanaan dalam pembelajaran, guru harus benar-benar
terampil dan memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan materi dan kelas.
Selain mampu mendesain pembelajaran, guru juga harus mampu mengidentifikasi
minat kejuruan siswa, sehingga siswa dapat optimal dalam belajarnya dan
menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan di bidangnya. Semakin tinggi minat
kejuruan siswa, maka akan semakin besar dorongan siswa tersebut untuk terus
belajar dan kompeten di bidangnya. Oleh karena itu, desain pembelajaran yang
telah dirancang diharapkan memperhatikan minat kejuruan siswa sehingga proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan proses
belajar siswa lebih bermakna.

2. Implikasi terhadap Guru Mata Diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)
Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan
Pengorganisasian dalam model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw menuntut guru
untuk lebih kreatif dan cermat dalam memimpin dan mengembangkan
pembelajaran yang struktur. Dalam PBL, guru harus mampu membantu siswa
untuk mengaktifkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan
menemukan pengetahuan baru. Guru harus mampu memfasilitasi proses belajar
siswa untuk menemukan pengetahuan tersebut dengan menyediakan scaffolding
dalam pembelajaran sehingga dapat menyokong proses pembelajaran siswa.
Selain itu, guru juga harus mampu menjadi fasilitator dan pembimbing
serta penasihat dalam pembelajaran. Guru harus mampu mengajak siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran dan berinteraksi dengan proses pembelajaran

152

kelompok. Dengan begitu, terciptalah suasana belajar kondusif yang dapat
mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

3. Implikasi terhadap Peran Guru
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered learning). Tuntutan kedua model ini
adalah dapat memberdayakan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa turut
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Meskipun begitu, kedua model ini
memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu guru harus mampu dan terampil dalam mengaplikasikan modelmodel pembelajaran tersebut di dalam pembelajaran.
Model pembelajaran PBL yang bertitik pusat pada sebuah masalah, akan
mendorong siswa untuk mengelaborasi dan merestrukturisasi pengetahuan mereka
agar sesuai dengan masalah yang disajikan. Dengan begitu mereka akan dapat
mengembangkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dengan
skematis, keterampilan dan sikap terhadap proses kelompok, pembelajaran
mandiri, pemikiran kritis, refleksi kritis, dan mengelola informasi. Sedangkan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw lebih menekankan
bagaimana siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial kelompoknya dan
menghargai perbedaan karakteristik individu. Berdasarkan hal tersebut, guru harus
mampu menggabungkan keahlian materi dengan karakteristik siswa, dalam hal ini

153

adalah minat kejuruan siswa, sehingga dapat membentuk suasana untuk
pembelajaran yang kondusif.

4. Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
inovatif yang memberdayakan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, kedua model pembelajaran tersebut perlu diperkenalkan kepada
mahasiswa-mahasiswa yang menimba ilmu di jurusan kependidikan dan yang
akan menjadi calon pendidik di sekolah. Dengan mampu menguasai dan
mengaplikasikan model pembelajaran tersebut, diharapkan calon pendidik
memiliki kemampuan mendesain d