CAMPUR KODE MASYARAKAT BATAK TOBA DI PASAR PORSEA KECAMATAN PORSEA.

CAMPUR KODE MASYARAKAT BATAK TOBA
DI PASAR PORSEA KECAMATAN PORSEA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

RUBEN SITORUS
NIM 2113210028

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatNyalah, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi

ini berjudul “Campur Kode Masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea
Kecamatan Porsea”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr.Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan
dalam penulisan skripsi ini.
4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.
6. Drs. Malan Lubis, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik.
7. Fitriani Lubis,S.Pd.,M.Pd., dan Suprakisno, S.Pd.,M.Pd., Dosen Pengarah.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

ii


9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Mahiden Sitorus dan Nursita
Manurung atas segala doa, kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1.
10. Kepada kakak terkasih (Martha Marlina br Sitorus) dan abang ipar (Tonni
Haloho) yang membantu penulis dari segi materi dan mendoakan penulis.
11. Saudara-saudara penulis, Power Sitorus, Maju Darwin Sitorus, kakak Incah br
Sitorus, Iwan Julkifli Sitorus dan adik penulis satu-satunya Supriady Sitorus
yang selalu memberi semangat dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Nondik 2011 yang telah mendukung penulis dan
memberikan

semangat

kepada

penulis,

Ebenezer


Simorangkir,

Iren

Rajagukguk, Listy Arini Hutauruk, Domi Siburian, Oktavius Sembiring, Boy
Syaputra Surbakti, Adnan Nasution, dan yang lainnya.
13. Teman-teman satu kos penulis, Erwin, Abednego, Josua, Elprida, Lidya, dan
Desi, atas segala motivasi yang diberikan.
14. Kepada seluruh jemaat GSRI Serdang Medan yang selalu membimbing dan
mendoakan penulis selama menjalani proses perkuliahan.
15. Kepada bapak Camat Kecamatan Porsea yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian kepada penulis.
Biarlah kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan berupa
berkat kemudahan.Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Medan, September 2015
Penulis,

Ruben Sitorus
NIM 2113210028
iii


ABSTRAK
Ruben Sitorus. NIM 2113210028. Campur Kode Masyarakat Batak Toba di
Pasar Porsea Kecamatan Porsea. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia/S-1.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud dan faktor penyebab terjadinya
campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan
Porsea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik rekam, simak, dan pilah.
Teknik analisis data adalah mengidentifikasi data, mentraskrip data ke dalam bentuk
tulisan, mendeskripsikan data, kemudian mengemukakan faktor penyebab campur
kode, selanjutnya memberikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan 4 (empat) wujud campur kode dalam masyarakat Batak
Toba di pasarPorseayaitu, penyisapanberwujud kata, penyisapanberwujudfrasa,
penyisipan berwujud kata ulang, dan penyisipan berwujud ungkapan atau idiom.
Faktor penyebab terjadinya campur kode masyarakat Batak Toba di pasar Porsea
adalah faktor kebiasaan, tidak adanya padanan kata yang tepat, adanya keinginan
untuk menjelaskan, dan adanya keinginan penutur untuk lebih prestise.
Kata kunci :Campurkode, Batak Toba


i

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………..

i

KATA PENGANTAR………....…..………………………………….

ii

DAFTAR ISI...............…………...…………………………………....

iv

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................


1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

1

B. Identifikasi Masalah .............................................................

5

C. Batasan Masalah ...................................................................

6

D. Rumusan Masalah .................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ...................................................................


6

F. Manfaat Penelitian ..................................................................

7

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PERTANYAAN PENELITIAN ................................................

8

A. Landasan Teoretis..... ..............................................................

8

1. Pengertian Sosiolinguistik....................................................

8

2. Kedwibahasaan.....................................................................


10

3. Kode .....................................................................................

12

4. Alih Kode.............................................................................

13

5. Campur Kode........................................................................

14

6. Faktor-faktor Penyebab Campur Kode…………………….

18

7. Konteks Tutur .......................................................................


19

iv

8. Etnik Batak Toba…………….……………………………... 22
9. Bahasa Batak Toba................................................................

23

10. Masyarakat Batak Toba….…………………………........... 24
11. Situasi Sosiologis di pasar Porsea Kecamatan Porsea.......... 25
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 26
C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 28
A. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………... 28
B. Subyek dan Obyek Penelitian .................................................... 28
C. Metode penelitian ...................................................................... 29
D. Instrumen Penelitian ................................................................. 29
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………. 30

F. Teknik Analisis Data ................................................................

31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……..……. 32
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 32
1. Wujud campur kode masyarakat Batak Toba di pasar porsea
Kecamatan Porsea................................................................ 32
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode
masyarakat Batak Toba di pasar porsea Kecamatan
Porsea................................................. .................................... 37
B. Pembahasan............................................................ ...................... 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………….
A. Simpulan……………………………………………………

v

55
55


B. Saran………………………………………………………

55

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

57

LAMPIRAN.............................................................................................

58

vi

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang menjadi bagian vital dalam
kelangsungan hidup manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi
dan bertukar informasi dengan sesamanya. Berbagai ragam bahasa digunakan oleh
manusia di dalam kehidupan mereka. Bagi masyarakat Indonesia, bahasa
Indonesia menjadi bahasa persatuan dalam berkomunikasi.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis. Setiap suku tersebut
masing-masing mempunyai kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Dalam
keberagaman suku ini, pada umumnya masyarakat di Indonesia memiliki
keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih, yakni bahasa daerah sebagai
bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pada umumnya
masyarakat Indonesia akan menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi
dengan orang dari suku yang lain dan akan menggunakan bahasa daerahnya ketika
berkomunikasi dengan orang yang satu suku dengannya dan mengerti dengan
bahasa daerahnya. Seperti yang disampaikan Weinreich (dalam Umar, 2011:24)
penggunaan tiga bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya
dengan orang lain secara sosiolinguistik disebut multilingualisme. Sementara
penggunaan dua bahasa oleh penutur disebut bilingualisme. Hal ini sangat sesuai
dengan masyarakat Indonesia yang berlatar belakang suku dan budaya yang
beragam yang selanjutnya disebut sebagai masyarakat bilingual.

1

2

Kemampuan masyarakat dalam menggunakan dua bahasa atau lebih tidak
menutup kemungkinan mereka mencampur dua bahasa yang berbeda dalam
berinteraksi. Penggunaan bahasa daerah yang sering dicampur dengan bahasa
Indonesia atau sebaliknya sering dilakukan oleh penutur ketika berbicara dengan
mitra tuturnya. Kemampuan masyarakat Indonesia dalam menguasai dua bahasa
atau lebih tidak terlepas dari latar belakang suku yang beragam dengan bahasa
daerah sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu. Fenomena percampuran dua
bahasa yang berbeda dalam kalangan masyarakat ini jelas berdampak terhadap
perkembangan suatu bahasa

sehingga

sangat

memungkinkan terjadinya

penyerapan terhadap bahasa tertentu dan akan digunakan secara terus menerus
oleh penuturnya.
Salah satu suku yang ada di Indonesia ini adalah suku Batak Toba yang
juga mempunyai bahasa daerah sendiri yaitu bahasa Batak Toba. Masyarakat
Batak Toba yang tinggal di daerah Porsea masih menggunakan bahasa Batak Toba
sebagai bahasa pengantar sehari-hari dalam berkomunikasi. Akan tetapi,
masyarakat Batak Toba yang berada di Kecamatan Porsea selaku penutur bahasa
tersebut tidak mutlak 100% menggunakan bahasa daerah. Meskipun Kecamatan
Porsea ini dihuni oleh mayoritas suku Batak Toba, tetapi banyak sekali
percampuran antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Indonesia yang diujarkan
ketika mereka berbicara. Dalam kajian bahasa, fenomena ini disebut “campur
kode” yang termasuk dalam kajian sosiolinguistik.
Salah satu tempat berkumpul dan tempat yang ramai dikunjungi oleh
masyarakat di Kecamatan Porsea adalah pasar porsea. Pasar Porsea merupakan

3

pasar tradisional tempat jual beli berbagai kebutuhan pokok yang berada di tengah
kota Porsea. Sebagai sebuah pasar dengan tempat yang strategis, tentu saja tempat
ini banyak didatangi oleh orang-orang suku Batak Toba dan yang bukan suku
Batak Toba untuk mencoba peluang kerja sebagai pedagang. Kebanyakan
pendatang itu adalah orang dengan suku Minang, Padang, Nias, Karo, Jawa, dan
Sunda. Para pendatang tersebut menggunakan bahasa

Indonesia untuk

berkomunikasi dengan orang batak yang tinggal disana, demikian juga sebaliknya
orang batak menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan para
pendatang tersebut. Akibat adanya dua penutur bahasa yang berbeda sehingga
pengalihan satu bahasa ke bahasa yang lain dan percampuran dua bahasa yang
berbeda pun tidak dapat terelakkan.
Tindak bahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa di pasar Porsea sering
terjadi campur kode/percampuran dua bahasa. Percampuran tersebut biasa terjadi
karena pelaku tindak bahasa menguasai dua bahasa atau bisa juga dilakukan
dengan sengaja kerena belum menguasai suatu bahasa kemudian mencari padanan
kata yang tidak dimengerti tersebut. Selain karena tidak menguasai bahasa,
campur kode juga biasa dilakukan untuk mempermudah atau memperlancar tindak
komunikasi yang dilakukan oleh pelaku tindak komunikasi.
Peristiwa kebahasaan seperti yang terjadi dikalangan masyarakat ini dapat
dikaji melalui pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik membahas aspek-aspek
kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
bahasa yang berkaitan faktor-faktor kemasyarakatan (Umar, 2011:13). Deskripsi
yang disampaikan menjelaskan bahwa sosiolinguistik melihat pemakaian bahasa

4

sebagai fenomena sosial seperti yang telah dijelaskan di atas. Sosiolinguistik
memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sestem komunikasi, serta
merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.
Dalam peristiwa kontak bahasa pada masyarakat bilingual seperti
Indonesia, sering terdapat peristiwa peristiwa kebahasaan yang merupakan objek
kajian sosiolinguistik antara lain alih kode, campur kode, dan interferensi. Campur
kode merupakan gejala dalam bahasa yang memang tidak dapat dihindari oleh
penutur bilingual. Campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan
saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain
secara konsisten (Appel, dalam Agustina dan Chaer, 2004: 107).
Berikut adalah contoh campur kode dalam percakapan masyarakat Batak
Toba di Kecamatan Porsea.
Namanisan jeruk on poang, songon teh manis
(Manis sekali jeruk ini, seperti teh manis)
Contoh di atas menunjukkan terjadinya campur kode antara bahasa Batak
Toba dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena penggunaan bahasa
Indonesia yang cenderung meningkat sehingga mereka sering menggunakan
bahasa Indonesia untuk menggantikan kata tertentu dalam bahasa batak sehingga
lama kelamaan mereka terbiasa menggunakan kata itu. padahal kata manis dalam
bahasa Batak Toba adalah tonggi dan frasa teh manis merupakan jenis minuman
yang langsung diserap dari bahasa Indonesia.
Masalah yang menjadi perhatian bahwa masyarakat Batak Toba yang
tinggal di porsea cenderung tidak mengerti jika berkomunikasi dengan bahasa
batak secara total. Hal ini tidak hanya terjadi pada kalangan anak-anak saja, tetapi

5

juga remaja bahkan orang dewasa. Perlakuan masyarakat Batak Toba terhadap
bahasa daerahnya yang selalu mencampur bahasa lain dengan bahasa daerahnya
ketika berkomunikasi secara terus menerus tidak menutup kemungkinan
terjadinya penggunaan bahas yang berbeda, artinya ada kelompok kata tertentu
yang digantikan oleh bahasa yang lain (mis: kata raut dalam bahasa Batak Toba
sudah digantikan oleh kata piso untuk menyebutkan pisau).
Masih banyak fenomena kebahasaan yang terkait dengan campur kode
yang terjadi pada percakapan masyarakat Batak Toba di Kecamatan Porsea.
Percakapan yang mereka lakukan sehari- hari dalam campuran bahasa Batak Toba
dengan bahasa Indonesia menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diteliti dari
kajian sosiolinguistik. Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul: “Campur Kode Masyarakat Batak Toba di Pasar
Porsea Kecamatan Porsea”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar
Porsea Kecamatan Porsea.
2. Adanya interferensi dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar porsea
Kecamatan Porsea.
3. Fungsi campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar
porsea Kecamatan Porsea.

6

4. Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Porsea tidak mutlak 100%
menggunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi.

C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembatasan, maka peneliti membatasi
masalah agar cakupannya menjadi lebih fokus. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini mencakup wujud dan faktor terjadinya campur kode masyarakat
Batak Toba di pasar Porsea.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wujud campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di
pasar Porsea Kecamatan Porsea?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam percakapan
masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui wujud campur kode dalam percakapan masyarakat Batak
Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode
dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea.

7

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas khasanah ilmu
pengetahuan di bidang liguistik serta menambah wawasan penulis, pembaca, dan
peneliti bahasa khususnya bahasa Batak Toba.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan mampu meningkatkan kecermatan penutur bahasa
dalam berkomunikasi.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang campur
kode yang terjadi pada percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea
Kecamatan Porsea.
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan batu loncatan untuk
penelitian selanjutnya.

55

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data campur kode masyarakat Batak Toba di
pasar Porsea Kecamatan Porsea, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Wujud campur kode dalam bahasa Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan
Porsea yaitu, penyisipan berwujud kata (21 penyisipan), penyisipan
berwujud frasa (8 penyisipan), penyisipan berwujud kata ulang (3
penyisipan), penyisipan berwujud ungkapan (2 penyisipan).
2. Faktor penyebab campur kode masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea
adalah faktor kebiasaan, tidak adanya padanan kata yang tepat dalam
bahasa Bahasa Batak Toba, adanya keinginan penutur untuk menjelaskan,
dan adanya keinginan penutur untuk menunjukkan prestise.

B. Saran
1. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai campur kode
masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea, kiranya perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut karena bahasa selalu mengalami
perubahan dan perkembangan, sehingga didapatkan hasil penelitian yang
terus berkesinambungan.

55

56

2. Sebaiknya penutur bahasa Batak Toba yang berada di pasar Porsea
Kecamatan Porsea lebih cermat dalam berkomunikasi agar kedudukan
bahasa daerahnya tetap bertahan.
3. Bagi penutur bahasa Batak Toba yang ada di Porsea hendaknya
memperhatikan kembali kosakata dalam bahasa Batak Toba yang telah
jarang digunakan agar tidak menjadi hilang dari masyarakat penuturnya.

55

DAFTAR PUSTAKA
A.Chaedar Alwasilah. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Adisaputra, Abdurahman. 2010. Ancangan Terhadap Kebertahanan Bahasa
Melayu Langkat : Studi Pada Komunitas Remaja di Stabat Kabupaten
Langkat. Denpasar: Universitas Udayana.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rafika
Aditama.
Chaer, Abdul dan Lionel Agustina. 2004. Sosioliguistik: Suatu Perkenalan Awal,
Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed 3. Jakarta. Balai Pustaka.
Fathur, Rokhman. 2013. Sosioliguistik. Yogyakarta: Graham ilmu.
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus linguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nababan, P.W.J. 1989. Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa dalam PELLBA 2.
Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.
Nazir, Muhammad. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks
Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: Percetakan KBI.
Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, kode dan alih kode. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
wacana Press.
Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta. Pusat Bahasa.
Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.
Umar, Azhar. 2011. Sosiolinguistik: Studi Deskriptif tentang Hubungan Bahasa
dengan Masyarakat. Medan: Unimed.

57