Pengaruh PT.Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea

(1)

PENGARUH PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TERHADAP

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PORSEA

TESIS

Oleh

NISFUSA FAISAL

047004013/PSL

S

E K O L AH P

A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

PENGARUH PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TERHADAP

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PORSEA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NISFUSA FAISAL

047004013/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PORSEA

Nama Mahasiswa : Nisfusa Faisal Nomor Pokok : 047004013

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, Sp.FK) Ketua

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS) Anggota

(Ir. Syamsinar Yusuf, MS) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Desember 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, Sp.FK Anggota : 1. Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS

2. Ir. Syamsinar Yusuf, MS 3. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc 4. Dr. Retno Widhiastuti, MS


(5)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap sosial ekonomi masyarakat Porsea ini bertujuan untuk memperoleh informasi /mengidentifikasi kegiatan sosial ekonomi masyarakat sebelumnya, adanya kegiatan industri dan adanya pengaruh industri pulp dan kertas terhadap sosial ekonomi di Kecamatan Porsea terutama Desa Jonggi Manulus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga Batu, dan Desa Siantar Utara.

Tinjauan itu adalah mencari jalan keluar untuk menanggulangi pengaruh negatif serta mengembangkan pengaruh positif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan industri pulp dan kertas terhadap penduduk di kawasan industri.

Pengaruh itu meliputi terhadap tenaga kerja, pendapatan, permukiman, kesehatan dan pendidikan di lima desa tersebut yaitu Desa Jonggi Manulus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga Batu, dan Desa Siantar Utara.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan di lima desa penelitian diatas khususnya, di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara umumnya, agar pembangunan industri dijalankan akan memberi pengaruh positif yang lebih besar terhadap masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan.

Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengumpulkan beberapa pendapat dan opini masyarakat sekitar Porsea yang mengalami pengaruh keberadaan PT. Toba Pulp Lestari,Tbk untuk kemudian dianalisis dengan metode Regresi linear. Adapun alat bantu dalam mengolah data penelitian ini adalah program SPSS 14.00. Dalam penelitian lebih jauh menemukan bahwa keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mempengaruhi seperti adanya peningkatan, pendapatan, tenaga kerja, permukiman, kesehatan dan pendidikan masyarakat sekitar Porsea.

Dari sejumlah variabel tersebut secara umum hasil estimasi memperlihatkan bahwa Pendapatan, Kesempatan Kerja, Permukiman, Kesehatan, Pendidikan, mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.


(6)

ABSTRACT

The research by the title of Influence PT. Toba Pulp Lestari, Tbk to economic social Porsea society this aim to obtain; get the information/identify the economic social activity society before all, existence of industrial activity and existence of industrial influence pulp and paper to economic social in Kecamatan Porsea especially Desa Jonggi Manulus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga Batu, and Desa Siantar Utara.

The review is looking for the solution to overcome the negative influence and also develop the positive influence which generated with existence of industrial activity pulp and paper to resident in industrial area.

There influences are labour, earnings, setlement, health and education in the five countries there are Desa Jonggi Manulus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga Batu, and Desa Siantar Utara.

This research result is expected can be exploited for the execution of development in five research countries to the specially, in District Porsea Sub-Province Toba Samosir Sub-Province Sumatera Utara generally, to be development of industrial run will give the positive influence of larger ones to society for the agenda of improving the quality live and environmental.

This research use the primary data by collecting some society opinion and opinions around Porsea society the naturalness influence of existence PT. Toba Pulp Lestari, Tbk to is then analysed with Linear regression method. As for appliance assist in manage this research data is program SPSS 14.00. In research is farther find that existence PT. Toba Pulp Lestari, Tbk influence be like existence of improvement, earnings, labour, setlement, health and education of society around Porsea.

From the variables in general the result of estimation show that are earnings, opportunity of working, setlement, health, education, have the influence significan statistically to existence PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirromaanirrohiim

Penulis menyampaikan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea”. Serta shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya sekalian.

Penulis juga menyadari dalam tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar dapat menjadi lebih baik hasilnya.

Selama mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin SH. MS, Ketua Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II.


(8)

4. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

5. Bapak Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar,Sp.FK sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu dan pemikiran serta arahan kepada penulis. 6. Ir. Syamsinar Yusuf, MS sebagai Dosen Pembimbing III yang juga telah banyak

memberikan waktu dan pemikiran serta arahan kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Drs. Syahril Effendy Pasaribu, M.Si, MA, selaku Direktur Utama PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Drs. Wahril, selaku Kepala Cabang PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan yang telah banyak memberikan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Bapak Hasnan Daulay, SE, MSi, selaku Kepala Bagian Keuangan PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan dan merupakan atasan langsung penulis yang telah banyak memberikan kelapangan waktu dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.


(9)

11. Bapak Ir. Sofyan Sapar, MSi, selaku Kepala Bagian Hublang PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

12. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada Ayahanda Prof. H. Syamsul Arifin, SH, MH, Ibunda Hj. Meri Yanti, Istri tercinta Dia Nan Dinanti, SE dan Ananda tersayang Faizira Farrahdiba dan Fasya Harari Arifin yang telah memberikan do’a restunya dan dorongan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2004 Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah banyak membantu dan bersama-sama mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan tesis ini.

14. Seluruh staf dan karyawan Sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta semua pihak yang telah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda segala kebaikan yang telah diberikan. Aamiin yaa robbal’alamiin.

Medan, 19 Desember 2007 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1979 di Binjai, dari orang tua yang bernama Prof. H. Syamsul Arifin, SH, MH dan Hj. Meri Yanti.

Lulus SMA pada tahun 1998 di SMA 1 Negeri Binjai. Memperoleh gelar Sarjana Hukum tahun 2004 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dari tahun 2004 bekerja sebagai pegawai PDAM Tirtanadi di Medan.

Tahun 2004 menikah dengan Dia Nan Dinanti, SE, anak kelima dari pasangan Bapak H. Abdul Aziz, BA dan Ibu Hj. Lailatul Qadariah. Penulis telah dikaruniai dua orang anak yang bernama Faizira Farrahdiba dan Fasya Harari Arifin.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Kerangka Pikir ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... . 9

2.1. Industri ... 9

2.2. Aspek Sosial ... 10

2.3. Aspek Ekonomi ... 12

2.4. Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 13

2.5. Pembangunan Berkelanjutan ... 26

2.6. Pengaruh Pembangunan ... 29

2.7. Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4. Populasi ... 35

3.5. Sampel ... 36

3.6. Analisis Data ... 36


(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ………. 40

4.2. Gambaran Umum Responden ……….. 54

4.2.1. Umur………... 54

4.2.2. Tingkat Pendidikan... 55

4.2.3. Pekerjaan... 56

4.2.4. Lama Bermukim... 57

4.3.Pengaruh PT.Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea... 58

4.3.1. Tenaga Kerja ………... 59

4.3.2. Kesempatan Usaha ………... 61

4.3.3. Pendapatan ………... 63

4.3.4. Permukiman ………... 64

4.3.5. Pelayanan Kesehatan ………... 67

4.3.6. Pendidikan ………... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

5.1. Kesimpulan ……….. 80

5.2. Saran ……… 81


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga di Desa Sekitar PT. Toba Pulp

Lestari... 35

3.2. Skala terhadap Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk... 38

4.1. Luas Daerah Kecamatan Porsea dengan 39 Desa ... 44

4.2. Klasifikasi Kepadatan Penduduk ... 45

4.3. Keadaan Penduduk di Kecamatan Porsea dengan 39 Desa ... 46

4.4. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Kecamatan Porsea ... 48

4.5. 10 Penyakit Dominan di Puskesmas Porsea ... 54

4.6. Umur Responden ... 55

4.7. Tingkat Pendidikan Responden... 55

4.8. Pekerjaan Responden ... 56

4.9. Lama Bermukim Responden ... 57

4.10. Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari di Tengah Masyarakat ... 59

4.11. Tenaga Kerja PT. Toba Pulp Lestari ... 60

4.12. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Tenaga Kerja ... 61

4.13. Kesempatan Usaha yang Berkembang ... 62

4.14. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Kesempatan Usaha. ... 63

4.15. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Pendapatan. ... 64


(14)

4.17. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Permukiman ... 66

4.18. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Pelayanan Kesehatan .... 68

4.19. Bantuan Pendidikan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ... 69

4.20. Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari terhadap Pendidikan ... 69

4.21. Matriks Responden ... 70

4.22. Hasil Pengujian data dan Regresi ... 71

4.23. Hasil Analisis Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Pendapatan ... 73

4.24. Hasil Analisis Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Kesempatan Kerja... 74

4.25. Hasil Analisis Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Permukiman ... 75

4.26. Hasil Analisis Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Kesehatan ... 76

4.27. Hasil Analisis Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Pendidikan ... 77


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Peta Lokasi Penelitian ... .. 85 2 Gambar Yayasan SD. Bonapasogit dan Gambar Kantor Camat

Porsea... 86 3 Gambar Peneliti dan Tokoh Masyarakat dan Gambar Kantor

Kepala Desa Pangombosan ... 87 4 Gambar Pengguntingan Bibit Eukaliptus dan Gambar

Pengguntingan Bibit Eukaliptus... 88 5 Gambar Tata Letak Pabrik PT. Toba Pulp Lestari, Tbk... 89 6 Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

terhadap Pendapatan ... 90 7 Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Permukiman... 91 8 Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

terhadap Pendidikan... 92

9 Kuesioner... 93


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir peran sumberdaya alam yang berharga seperti kayu sebagai sumber konflik sudah banyak didokumentasikan di negara-negara seperti Liberia, Myanmar, Kambodja, dan Republik Demokratis Kongo. Namun demikian, setiap harinya di berbagai belahan dunia ini masih lebih banyak lagi konflik mengenai sumberdaya hutan yang terjadi di tingkat lokal.

Di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia konflik mengenai sumberdaya hutan sering sekali terjadi di tingkat lokal dan dalam skala yang cukup besar. Konflik ini tidak hanya memberi dampak yang signifikan pada penghasilan masyarakat pedesaan serta mengakibatkan habisnya hutan berikut keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, tetapi juga merupakan kekuatan politis yang sifatnya mengganggu stabilisasi terutama di daerah pedesaan di mana penegakan hukum sangat lemah dan di mana kesempatan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan tersebut sangat terbatas (Soeriaatmaja, 1989).

Pemerintah khususnya sektor kehutanan telah memiliki komitmen yang cukup tinggi untuk mengembangkan hutan tanaman dalam rangka meningkatkan potensi hutan serta mendukung penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu. Komitmen


(18)

ini telah tersosialisasikan pula kepada rakyat Indonesia dan masyarakat internasional. Oleh karena itu pengembangan hutan tanaman akan terus dijalankan, dengan senantiasa diadakan penyempurnaan baik dari segi administrasi maupun dari segi teknis pelaksanaannya (Soeriaatmaja, 1989).

Pelaksanaan pengembangan hutan tanaman merupakan salah satu bagian dari sistem pengelolaan hutan secara keseluruhan. Oleh karena itu di dalam penyelenggaraannya perlu selalu mengikuti perkembangan dalam sistem pengelolaan hutan. Secara mendasar pada masa lima tahun terakhir telah dan sedang terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam paradigma pengurusan sumberdaya hutan nasional. Antara lain pemanfaatan hutan tidak terkonsentrasi pada hasil hutan kayu seperti selama ini, peranan masyarakat sekitar hutan dengan lembaga usahanya semakin ditingkatkan, serta perlunya efisiensi usaha dalam menyongsong pasar global (Soemarwoto, 1991).

Para pelaku usaha dalam Hutan Tanaman Industri masih terdiri dari para pengusaha besar yang sebahagian masih pemain sama sebagai pemegang HPH. Penyelenggaraan pengusahaan hutan melalui sistem Hutan Penampung Hujan yang telah berjalan selama lebih dari 30 tahun telah tercatat dalam sejarah kehutanan Indonesia sebagai reputasi yang buruk. Parameter umum yang digunakan dalam penilaian atas reputasi tersebut hanya dari dua aspek saja, yaitu “aspek kelestarian” dan“aspek pemberdayaaan masyarakat lokal” (Pelly, 1991).

Masyarakat lokal yang secara fisik dan historis merupakan pihak yang berkepentingan dengan sumberdaya hutan, perlu memperoleh hak prioritas dalam


(19)

berbagai peluang usaha sektor kehutanan, termasuk dalam usaha Hutan Tanaman Industri. Sekecil apapun kapasitas manajemen yang dimiliki oleh masyarakat lokal, perlu dimanfaatkan secara prioritas dan optimal di dalam pengelolaan hutan. Diyakini bahwa dengan segala keterbatasan masyarakat lokal saat ini, maka tidak mungkin mampu melaksanakan pengelolaan sumberdaya hutan yang sangat luas dan kompleks. Oleh karena itu pemberian prioritas kepada masyarakat lokal tersebut tidak dianggap sebagai penghalang bagi investor besar dari luar. Bahkan sebaliknya upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dalam sektor kehutanan sangat memerlukan campur tangan pengusaha besar dari luar lingkungan hutan.

Secara terinci peluang-peluang usaha yang dapat menyerap kapasitas masyarakat lokal dalam pembangunan antara lain:

a. Budidaya tanaman sebagai bahan baku industri perkayuan (Pemegang HPHTI) dengan skala kecil sesuai kapasitasnya.

b. Pelaksana (kontraktor) paket kegiatan dalam pembangunan HTI oleh perusahaan besar (persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pembangunan sarana/prasarana, pemeliharaan sarana/prasarana, jasa angkutan).

c. Usaha pemasokan bahan dan alat (benih, obat-obatan, pupuk, peralatan, bahan konsumsi).

d. Usaha pembibitan/persemaian HTI.

Dengan cara kemitraan seperti tersebut di atas, maka perusahaan HTI skala besar akan memperoleh dukungan yang kuat dari masyarakat lokal, karena


(20)

keberadaannya langsung dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi setempat. Sebaliknya apabila perusahaan Hutan Tanaman Industri eksklusif, masyarakat lokal hanya berperan sebagai tenaga kerja harian (buruh) serta menjalankan pembinaan masyarakat bersifat formalitas dan belas kasihan, maka tidak heran apabila timbul rasa ketidakadilan, perasaan terjajah dan terkucilkan dari tempat kelahirannya (Simanjuntak, 1985).

Kehadiran setiap perusahaan ditengah-tengah masyarakat, sudah pasti menghidupkan harapan-harapan baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan tersebut. Demikian juga dengan kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang dulunya bernama PT. Inti Indo Rayon Utama pada tahun 1989 disambut oleh masyarakat dengan penuh pengharapan karena perusahaan diyakini dapat memenuhi harapan-harapan masyarakat sebagai berikut:

1. Dapat menampung tenaga kerja lokal.

2. Perusahaan diharapkan berperan dalam meningkatkan mutu sosial kehidupan masyarakat.

3. Perusahaan akan menjadi pelopor pemerataan pendapatan. 4. Membantu melestarikan kebudayaan dan kesenian setempat.

Kehadiran perusahaan industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk di Kabupaten Toba Samosir ditinjau dari sudut pembangunan ekonomi nasional dan daerah pada dasarnya tidak perlu dipermasalahkan karena telah memenuhi kriteria umum, yaitu:

a. Izin operasi secara resmi telah diperoleh dari Pemerintah Republik Indonesia. Secara normatif pemberian izin dapat diartikan bahwa faktor


(21)

eksternal negatif telah dipertimbangkan dan pengaturannya telah divas secara matang.

b. Aktifitas perusahaan berkenaan dengan penggalian potensi ekonomi daerah dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya tersebut.

c. Produk-produk yang dihasilkan berorientasi ekspor dan mendatangkan devisa yang tidak sedikit dan sangat diharapkan oleh negara.

Pada awalnya kehadiran perusahaan ini, masyarakat Sumatera Utara terutama yang bermukim di Kabupaten Toba Samosir menaruh harapan besar. Harapan ini bertumpu pada anggapan bahwa PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dapat berperan efektif sebagai penggerak ekonomi masyarakat, karena sering didengungkan betapa kuatnya keterkaitan perusahaan pembuat pulp ini dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Keterkaitan yang dimaksud tidak hanya penyerapan tenaga kerja langsung tetapi juga pengadaan bahan baku kayu yang dikelola melalui pola HTI-PIR serta penyalur berbagai bahan keperluan perusahaan. Pola HTI-PIR akan melibatkan cukup banyak anggota masyarakat setempat sebagai plasma (Suparmoko, 1995).

Namun fakta berbicara lain, rasa ketidakpuasan masyarakat yang bermukim di kabupaten tersebut terdengar cukup keras. Isu-isu yang dikumandangkan antara lain adalah bahwa kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dituding sebagai membawa kerugian ekonomi dengan dampak ganda negatif baik bagi masyarakat sekitar Danau Toba maupun bagi pemerintah daerah. Tuduhan lain adalah masyarakat kehilangan mata pencarian, sarana dan prasarana umum mengalami kerusakan, tatanan adat


(22)

mengalami gangguan, moral masyarakat mengalami degradasi dan konflik sosial

bermunculan (Simanjuntak, 1985). Dengan kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, sebagai salah satu perusahaan

yang beroperasi di Kabupaten Toba Samosir diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi sosialnya bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat dan ini sudah dilakukan dengan penerapan Community Development yang diberikan pada masyarakat sekitar perusahaan melalui yayasan Toba Mas dan keikutsertaan pemerintah kabupaten dengan perhitungan 1% dari nilai keuntungan perusahaan setiap tahunnya. Hal ini tidak berlebihan karena sangat minimnya perusahaan perusahaan yang beroperasi di daerah ini.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang

“Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

Porsea”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap Sosial Ekonomi masyarakat Porsea.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap sosial ekonomi masyarakat Porsea.

1.4. Hipotesis

Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat Porsea seperti pendapatan, tenaga kerja, permukiman, kesehatan dan pendidikan masyarakat sekitar Porsea.

1.5. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, manfaat diharapkan adalah:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut dan mempunyai arti penting bagi penemuan konsep-konsep mengenai pembangunan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat di daerah, yang wilayah dan sumberdaya alam yang dimiliki dimanfaatkan oleh perusahaan swasta.


(24)

2. Secara praktis

Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha dalam upaya pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui perkembangan sosial ekonomi masyarakat Porsea.

1.6. Kerangka Pikir

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

Penerapan

Pengembangan Bermasyarakat

Pendapatan Tenaga Kerja Permukiman Kesehatan Pendidikan

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Porsea


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri

Ketika strategi pembangunan mulai dipikirkan pada masa awal sesudah kemerdekaan, maka para pemimpin perumus kebijaksanaan dan perencanaan atau tekhnokrat di negara negara sedang berkembang, pada umumnya lebih tertarik pada gagasan industrialisasi.

Industrialisasi yang diwujudkan dengan pendirian pabrik-pabrik besar dan modern, bagi para politisi dan negarawan merupakan simbol kemajuan dan pembangunan (Gunnar, 1990).

Ada alasan alasan yang lebih rasional mengapa sektor industri dianggap lebih penting untuk dikembangkan, yaitu:

a. Karena penanaman modal di sektor pertanian dinilai kurang menguntungkan, dengan perkataan lain, marginal rate of return dari sektor pertanian diperkirakan rendah, lagi pula karena tekanan perkembangan penduduk yang terus menerus, maka bidang ini akan terkena hukum hasil yang makin kecil (diminishing return).

b. Karena sektor pertanian dianggap lamban pertumbuhannya, antara lain disebabkan karena terdapatnya hambatan sosial dan institusional yang sulit diubah, setidak-tidaknya dalam tempo cepat (Rahardjo, 1990).


(26)

Oleh sebab itu industrialisasi diharapkan dapat berperan sebagai dinamisator yang akan membawa seluruh sektor perekonomian pada tingkat laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Sebenarnya harapan yang ditumpahkan kepada sektor industri ini cukup banyak, misalnya dengan barang-barang yang tidak saja baik kualitasnya, tetapi terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Sudah menjadi keharusan bagi industri untuk menyediakan prasarana dan sarana untuk kelancaran kegiatannya (berproduksi). Untuk membangun suatu industri pemerintah telah menentukan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri. Dengan demikian pembangunan industri selain mewujudkan struktur ekonomi yang makin seimbang antara industri dan pertanian, juga diarahkan agar di dalam sektor itu sendiri terwujud keseimbangan dan keserasian antara kelompok dan jenis usaha industri antara industri pemenuhan dalam negeri dan untuk ekspor antara industri padat modal dan industri padat karya dan sebagainya (Amsyari, 1993).

Perkembangan industri yang cukup pesat telah memunculkan berbagai macam teknologi yang membawa dampak terhadap lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan pembangunan industri berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Wajib dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan industri terhadap lingkungan (Tresna, 2000).

2.2. Aspek Sosial

Tanggung jawab sosial merupakan kewajiban perusahaan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang melindungi dan menyumbang terhadap kesejahteraan


(27)

masyarakat. Walaupun ada beberapa pengertian dan interpretasi yang lebih speksi dari tanggungjawab sosial, namun tanggungjawab sosial perusahaan selalu dibentuk oleh budayanya dan periode histories di mana perusahaan beroperasi. Kegiatan sosial yang telah disumbangkan perusahaan belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masih adanya kekurangan kekurangan yang timbul selama perusahaan beroperasi. Mungkin perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi di bidang tanggungjawab sosial ini, akan tetapi cara atau prosedur yang dilakukan selama ini tidak langsung dirasakan masyarakat luas melainkan hanya kepada golongan masyarakat tertentu saja (Pelly, 1991).

Prinsip yang dapat diambil adalah prisnsip pelayan. Prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kewajiban untuk melihat bahwa keinginan masyarakat dilayani dengan tindakan perusahaan, dan dengan tindakan ini laba akan tersalur langsung kepada masyarakat. Di bawah prinsip ini, kelompok masyarakat akan melawan perusahaan yang mempunyai sikap anti persaingan dan anti sosial. Prinsip lain yang dapat diambil adalah prinsi amal (derma) yang menyarankan bahwa orang yang berkecukupan harus memberi kepada orang-orang yang tidak punya. Di bawah prinsip ini, individu dan komunitas perusahaan dapat mendorong penggunaan sebagian kekuasaan dan kekayaan mereka untuk kegiatan sosial, dalam konteks ini baik manajemen maupun karyawan perusahaan haru memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat, bukannya melalui suatu birokrasi yang akan memangkasnya.

Kedua prinsip ini merupakan suatu pemikiran dasar bagi perusahaan untuk merubah sikap supaya lebih baik dan bukan hanya akan melayani kelompok tertentu


(28)

saja melainkan harus melayani semua kelompok masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Namun demikian dengan suatu paradigma yang baru dengan didukung oleh komitmen yang tinggi perusahaan dapat merubah kelemahan kelemahan yang berhubungan dengan tanggungjawab sosialnya (Pelly, 1991).

2.3. Aspek Ekonomi

Keberadaan suatu perusahan akan dapat meningkat pertumbuhan ekonomi. Perusahaan adalah suatu manifestasi dari suatu investasi yang mengharapkan pengembalian (return) dimasa mendatang, dengan investasi ini berbagai sumberdaya dapat didayagunakan untuk mendukung kontinuitas dan pengembangan yang akan datang. Perusahaan tentu harus memberdayakan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja, tekhnologi sebagai pengolah, sumberdaya alam sebagai bahan akan diolah, tanah sebagai tempat fasilitas dan lain sebagainya. Dengan mendayagunakan ini, perusahaan mengharapkan pendapatan yang akan digunakan untuk memberdayakan semu sumberdaya yang dipergunakannya. Oleh karena itu dengan kegiatan yang dilakukannya berbagai pihak akan dapat memperoleh kontribusi sesuai dengan kedudukannya. Misalnya pemerintah akan memperoleh kontribusi pajak, tenaga kerja akan memperoleh pendapatan, masyarakat akan memperoleh peluang pendapatan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang timbul dengan kehadiran suatu perusahaan (Suparmoko, 1995).


(29)

Sehubungan dengan keberadaan suatu perusahaan, perekonomian akan dapat meningkat karena didorong oleh berbagai kebutuhan yang muncul dan oleh karena berbagai kontribusi. Akan tetapi bisa sebaliknya terjadi jika tidak dibarengi dengan tanggungjawab sosial yang tinggi dari perusahaan karena banyak perusahaan hanya selau berorientasi terhadap laba tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang cukup berpengaruh.

Ditinjau dari sudut ekonomi, keberadaan sebuah perusahaan juga dapat dimanfaatkan untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan merancang jenis pajak yang sesuai dengan kegiatan operasinya. Bila dihubungkan dengan pelaksanan otonomi daerah di wilayah Republik Indonesia, maka setiap industri atau perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai penyumbang bagi daerah dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah dan peningkatan sarana dan prasarana pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat luas (Pelly, 1991).

2.4. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPLH), disebutkan bahwa “pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup”.


(30)

Berdasarkan bunyi Pasal 1 angka 2 UUPLH, pengelolaan lingkungan hidup merupakan:

1. Upaya terpadu untuk “melestarikan fungsi lingkungan hidup”, yaitu memelihara kelangsungan lingkungan hidup, sehingga mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain serta melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap serangan dari luar;

2. Upaya tersebut dirumuskan dalam berbagai kegiatan yang merupakan langkah kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup Indonesia didasarkan pada asas (prinsip) tertentu bahwa pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

Apabila dalam proses pembangunan itu terjadi dampak yang kurang baik terhadap lingkungan maka haruslah dilakukan upaya untuk meniadakan atau mengurangi dampak negatif tersebut, sehingga keadaan lingkungan menjadi serasi dan seimbang lagi. Dalam hal ini yang dilestarikan bukanlah “lingkungan” melainkan “kemampuan lingkungan”. Kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang inilah yang perlu dilestarikan, sehingga setiap perubahan yang diadakan selalu disertai dengan upaya mencapai keserasian dan keseimbangan lingkungan pada tingkat yang baru (UU No. 23 Tahun 1997).


(31)

Istilah “pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang” membawa kepada keserasian antara “pembangunan” dan “lingkungan”, sehingga kedua pengertian itu, yaitu pembangunan dan lingkungan tidak dipertentangkan satu dengan yang lain. Adapun “pelestarian lingkungan” yang bermakna melestarikan lingkungan itu digunakan dalam rangka pelestarian alam dan kawasan suaka alam (Hardjasoemantri, 2000).

Terdapat istilah “pelestarian fungsi lingkungan”, yang bermakna adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Asas dan tujuan pengelolaan lingkungan bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Hardjasoemantri, 2000).

Asas pengelolaan lingkungan hidup tidak lagi berasaskan pelestarian kemampuan fungsi lingkungan hidup tetapi dilaksanakan berdasarkan pada asas tanggungjawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat.

Berdasarkan asas tanggungjawab negara, disatu sisi, negara menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan. Sedangkan di lain sisi, negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dalam wilayah yurisdiksinya yang menimbulkan


(32)

kerugian terhadap wilayah yurisdiksi negara lain serta melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah Indonesia.

Asas berkelanjutan mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggungjawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggungjawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan itu sendiri. Dengan asas manfaat mengandung makna bahwa segala usaha dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (Suparmoko, 1995).

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup yaitu untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Pengertian pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah merupakan upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan pula bagi kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan (UU No. 23 Tahun 1997).


(33)

Sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, yaitu:

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan kesimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.

Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagian hidup akan dapat tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan kesimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir, dan kebahagiaan bathin.

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.

Sasaran ini bermaksud menciptakan manusia dan masyarakat Indonesia yang berbudaya dan cinta pada lingkungan hidup, sehingga memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan.

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Sasaran ini mengingatkan kita bahwa pemanfaatan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat bukan saja dinikmati oleh generasi masa kini saja, melainkan harus pula dinikmati oleh generasi masa depan, yang merupakan warisan untuk anak cucu kita, artinya pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan secara lestari dan berkelanjutan.


(34)

4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

5. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. Sasaran ini memiliki arti yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya tidak terbarui (nonrenewable resource), sehingga aspek-aspek seperti kehematan, daya guna serta hasil guna menjadi mutlak diperhatikan di samping aspek daur ulang (recycling) yang senantiasa harus diusahakan dengan menggunakan bermacam-macam teknologi sederhana atau teknologi pedesaan (rural technology). Pengendalian pemanfaatan sumber daya secara bijaksana tidak hanya ditujukan kepada penghematan sumber daya tidak terbarui, tetapi juga kepada pencarian sumberdaya alternatif lainnya guna memperoleh energi. Sumberdaya lainnya dapat berupa “biogas, biomassa, energi angin (windenergy), energi surya (solar energy), Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), energi nuklir dan lain-lain” (Hardjasoemantri, 2000).

6. Terlindunginya negara kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (UU No. 23 Tahun 1997).

Sasaran yang terakhir ini sebagai wujud hak dari negara yang berdaulat seperti Indonesia untuk melindungi dirinya dari dampak pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukan oleh negara lain. Oleh karena itu, untuk menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang bersifat transnasional diperlukan kerjasama dengan negara lain.


(35)

Oleh karena itu, lingkungan hidup harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi peningkatan kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Pelaksanaan suatu usaha dan/atau kegiatan wajib diikuti dengan upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan terhadap lingkungan hidup itu (UU No. 23 Tahun 1997).

Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pengertian orang di sini meliputi orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum. Lingkungan yang baik dan sehat akan menjamin orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum untuk menikmati lingkungan hidup yang tertata apik (asri) dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga terwujud lingkungan yang harmoni di mana manusia Indonesia dapat berkembang dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis. Secara tidak langsung, pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan suatu lingkungan yang baik dan sehat tersebut. Dengan adanya hak asasi sosial atau hak subjektif ini, maka setiap warga negara berhak menuntut negara untuk mewujudkan suatu lingkungan yang baik dan sehat (Hardjasoemantri, 2000).

Apa yang dinamakan hak-hak subjektif (subjective right) adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Dengan hak-hak subjektif memberikan kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat


(36)

didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya. Tuntutan tersebut mempunyai 2 (dua) fungsi yang berbeda, yaitu fungsi pertama, yaitu yang dikaitkan pada hak membela diri terhadap gangguan dari luar yang menimbulkan kerugian pada lingkungannya, sedangkan fungsi yang kedua dikaitkan pada hak menuntut dilakukannya sesuatu tindakan agar lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki (Hardjasoemantri, 2000).

Penegakan peraturan perundang-undangan perlu sekali bagi perlindungan hukum lingkungan hidup seseorang. Perlindungan ini biasanya dilaksanakan melalui proses peradilan. Akan tetapi, adapula kemungkinan-kemungkinan lain guna penegakan hukum lingkungan, seperti misalnya hak untuk berperan serta dalam prosedur administratif atau untuk mengajukan permohonan banding kepada lembaga-lembaga administratif yang lebih tinggi (Hardjasoemantri, 2000).

Kewajiban mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat bukan saja beban pemerintah, melainkan kewajiban setiap individu, kelompok orang atau badan hukum untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan atau pencemarannya.

Ada tiga kewajiban yang harus dilakukan atau dibebankan kepada setiap orang, kelompok orang atau badan hukum, yaitu:

1. Kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, jadi bukan memelihara kelestarian lingkungan hidup, melainkan memelihara kelestarian “fungsi lingkungan hidup”, sebab lingkungan hidup bersifat dinamis.


(37)

2. Kewajiban mencegah terjadi atau timbulnya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

3. Kewajiban menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang terjadi atau timbul.

Kewajiban-kewajiban pemerintah dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, meliputi:

1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup di sini adalah pihak-pihak yang berwenang, yaitu pemerintah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya.

2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggungjawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan, bimbingan, serta pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia. 3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan

antara masyarakat dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Peran masyarakat di sini mencakup keikutsertaan, baik dalam upaya maupun proses pengambilan keputusan tentang pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Dalam rangka peran masyarakat dikembangkan kemitraan para pelaku pengelolaan lingkungan


(38)

hidup, yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat termasuk antara lain lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi keilmuan.

4. Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

5. Mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Perangkat yang bersifat preemtif adalah tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan, seperti tata ruang dan AMDAL. Adapun preventif adalah tindakan tingkatan pelaksanaan melalui penataan baku mutu limbah dan/atau instrumen ekonomi. Sedangkan proaktif adalah tindakan pada tingkat produksi dengan menerapkan standarisasi lingkungan hidup seperti ISO 14000. Perangkat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat preemtif, preventif dan proaktif misalnya pengembangan dan penerapan teknologi akrab lingkungan hidup, penerapan asuransi lingkungan hidup dan audit lingkungan hidup yang dilakukan secara sukarela oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan guna meningkatkan kinerja.

6. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup. 7. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup. 8. Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada


(39)

9. Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup (Bapedaldasu, 2002).

Sebagaimana dikemukakan di atas, atas dasar Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, maka bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Perkataan dikuasai bukan berarti dimiliki, melainkan adalah pengertian yang memberikan wewenang kepada negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia pada tingkatan yang tertinggi untuk mengatur pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Penguasaan sumberdaya alam oleh negara tersebut dimaksudkan untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam oleh negara tersebut harus mendatangkan keuntungan bagi rakyat banyak secara keseluruhan, bukan hanya dinikmati oleh segelintir atau sekelompok rakyat saja atau sebaliknya malahan menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak.

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya. Titik keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup tersebut terletak pada kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, antara lain:

1. Pemerintah menggariskan kebijaksanaan dan melakukan tindakan yang mendorong ditingkatkannya upaya pelestarian lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan.


(40)

2. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Pengaturan kewenangan pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang antara lain adalah:

1. Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

2. Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing, masyarakat serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup.

3. Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumberdaya alam non hayati, perlindungan sumberdaya alam buatan, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

4. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud di atas, dikoordinir oleh Menteri.

Dalam rangka penyusunan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang wajib diperhatikan secara rasional dan proporsional potensi, aspirasi, dan kebutuhan, serta nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Misalnya, perhatian terhadap masyarakat adat yang hidup dan


(41)

kehidupannya bertumpu kepada sumberdaya alam yang terdapat di sekitarnya (UU No. 23 Tahun 1997).

Jelaslah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban atau harus memperhatikan dan mengindahkan secara rasional dan proporsional nilai-nilai agama, adat istiadat, potensi, aspirasi dan nilai-nilai yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dalam rangka menyusun dan menetapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang. Ketentuan ini bermaksud untuk melindungi dan mempertahankan kelestarian kebiasaan masyarakat hukum adat dan konsep agama dalam pengelolaan sumber daya alam atau lingkungan hidup, serta sekaligus mengukuhkan pengakuan hak hukum bagi masyarakat hukum adat dan masyarakat sekitar atas lingkungan hidupnya. Selama ini hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal selalu dikalahkan oleh kepentingan pembangunan nasional maupun daerah, yang membawa akibat pada terganggunya ikatan masyarakat hukum adat dan masyarakat lokal terhadap lingkungan hidup sekitarnya yang merupakan wadah bagi mereka dalam melakukan kegiatan bersama.

Menyatukan antara kewenangan penetapan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup dengan kewenangan penetapan kebijaksanaan nasional penataan ruang sekaligus dalam satu tangan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai keterpaduan (integrasi) dalam penetapan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang. Baik pengelolaan lingkungan hidup maupun penataan ruang, kedua-duanya mempunyai keterkaitan dan saling mempengaruhi.


(42)

2.5. Pembangunan Berkelanjutan

Sejak tahun 1980-an agenda politik lingkungan hidup mulai dipusatkan pada apa yang dikenal hingga sekarang sebagai paradigma pembangunan berkelanjutan. Mulai pertama, istilah ini muncul dalam World Conservation Strategy dari The International Union for the Conservation of Nature (1980), lalu dipakai oleh Lester R. Brown (1981) dalam buku Building a Sustainable Society. Istilah tersebut kemudian menjadi sangat popular melalui Laporan Brundtland, Our Common Future

(1987).

Tahun 1992, merupakan puncak dari proses politik, yang akhirnya pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil. Paradigma pembangunan berkelanjutan telah diterima sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua negara di dunia.

Pembangunan berkelanjutan, pada satu sisi, harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan, oleh karena itu hak-hak asasi manusia kini dan masa depan, Oleh karena itu, hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial budaya dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan berkelanjutan.

Prinsip-prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi beberapa hal: 1. Pemerataan dan keadilan sosial

Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan akan datang yang berupa pemerataan distribusi


(43)

sumber lahan, faktor produksi dan ekonomi yang berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteraan semua lapisan masyarakat.

2. Menghargai keanekaragaman (diversity)

Keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya perlu dijaga. Keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang. Pemeliharaan kenekaragaman budaya akan mendorong perlakukan merata pada setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.

3. Menggunakan pendekatan integratif

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara bermanfaat dan merusak. Oleh karena itu, pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleksnya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan menggunakan cara-cara yang lebih integratif dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Perspektif jangka panjang

Merupakan perspektif pembangunan berkelanjutan yang seringkali diabaikan, karena masyarakat biasanya cenderung menilai masa kini lebih utama dari masa akan datang. Oleh karena itu, persepsi semacam itu perlu diubah (Absori, 2000).

Pembangunan berkelanjutan mengharuskan kita mengelola sumber alam serasional mungkin. Ini berarti bahwa keempat kelompok sumber alam, seperti kelompok sumber alam pertambangan, hutan pelestarian alam, hutan lindung dan


(44)

hutan produksi bisa diolah, asalkan secara rasional dan bijaksana. Untuk itu diperlukan pendekatan pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup, yaitu

eco-development. Pendekatan ini tidak menolak diubah dan diolahnya sumber alam untuk pembangunan dan kesejahteraan manusia. Tetapi kesejahteraan mengandung makna lebih luas, mencakup tidak hanya kesejahteraan materiil, pemenuhan kebutuhan generasi kini, tetapi juga mencakup kesejahteraan non fisik, mutu kualitas hidup dengan lingkungan hidup yang layak dihidupi (liveable environment) dan jaminan bahwa kesejahteraan terpeliharanya kesinambungan bagi generasi depan. Harus dicegah agar kesejahteraan generasi masa kini dicapai dengan menghancurkan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan generasi masa depan. Dalam pendekatan ini berlaku adil, “apa yang diambil dari alam harus kembali kepada alam, sekurang-kurangnya diganti dengan hal berperan serupa kepada alam (Hardjasoemantri, 2000).

Paradigma pembangunan berkelanjutan adalah sebuah kritik pembangunan di satu pihak, tetapi di pihak lain adalah sebuah teori normatif yang menyodorkan praksis pembangunan yang baru sebagai jalan keluar dari kegagalan

developmentalism selama ini. Dalam arti itu, paradigma pembangunan berkelanjutan tidak sekedar sebuah kritik pembangunan, melainkan juga adalah sebuah kritik ideologi pembangunan, yaitu ideologi developmentalism. Sebagai teori normatif ia mendesak bangsa Indonesia untuk meninggalkan sikap yang menjadikan pembangunan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan pembangunan nasional. Ia mendesak bangsa Indonesia untuk segera memberi perhatian yang sama besarnya


(45)

bagi pembangunan sosial-budaya dan lingkungan, kalau tidak mau lagi terulang krisis sosial-budaya dan krisis lingkungan yang dialami sekarang ini (Fandlei, 1992).

2.6.

Pengaruh Pembangunan

Pembangunan dipandang sebagai proses multi dimensional akan meliputi aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat, yaitu aspek ekonomi dan aspek non ekonomi pembangunan baik bersifat fisik maupun non fisik dari suatu masyarakat merupakan gabungan pembangunan sosial, ekonomi dan kelembagaan untuk kehidupan yang lebih baik dan terkandung nilai-nilai hakiki kebutuhan manusia (Salim, 1980).

Proses pembangunan menimbulkan gerak mobilitas sehingga kelompok masyarakat satu berhubungan, bahkan kadang-kadang bisa bertumburan dengan kelompok lain, sehingga berlangsung pula nilai-nilai sosial satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan ini timbullah ketidakmampuan keseimbangan (disequilibrium) dalam sistem nilai sosial (Salim, 1980).

Ketidaksinambungan itu mengganggu kemampuan perorangan untuk melangsungkan hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Proyek besar mempunyai kemampuan untuk menimbulkan kegoncangan dan ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup sosial itu. Baik pembangunan dengan lompatan besar maupun pembangunan proyek besar sama-sama mempengaruhi lingkungan hidup sosial. Ketidakseimbangan yang terjadi di sini bisa menimbulkan pengaruh sosial berupa


(46)

timbulnya kelompok masyarakat yang terganggu kemampuannya untuk melangsungkan hidup di tengah-tengah masyarakat yang berubah cepat (Salim, 1980).

Pembangunan selalu mengandung resiko terganggunya lingkungan hidup, gangguan keselarasan antara manusia dengan lingkungannya. Namun tanpa pembangunan maka pelayanan umum tidak akan cukup memenuhi keperluan penduduk yang terus bertambah, sehingga akan berakibat kepada kemiskinan yang semakin meluas yang akhirnya juga mendorong pada kerusakan lingkungan, karena penduduk akan mengusahakan sumber daya alam secara berlebihan (Salim, 1980).

Pembangunan suatu proyek sejak dalam perencanaan memang sudah bertujuan untuk menambah pendapatan (value added), lebih lanjut untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam aspek sosial masyarakat. Masyarakat yang dimaksud di sini tentunya seluruh masyarakat dari suatu daerah, negara atau mungkin seluruh dunia. Tetapi kenyataannya justru masyarakat yang berada di sekitar proyek dilupakan atau lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan dengan masyarakat yang letaknya jauh dari proyek (Amsyari, 1993).

Secara keseluruhan dampak sosial ekonomi sering menjadi negatif. Itulah sebabnya dalam pengendalian dampak suatu proyek berupa dampak negatif pada fisik kimia, biologi dan sosial ekonomi dan budaya dihindari atau dikurangi. Demikian juga dampak sosial ekonomi harus diusahakan mencari untuk meningkatkannya sehingga dampak sosial ekonomi secara keseluruhan dapat berbentuk positif, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat (Amsyari, 1993).


(47)

Pihak pengusaha perlu mengusahakan hubungan kerja yang serasi dan bertanggungjawab dalam arti masing-masing bidang kesejahteraan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, agama, kesempatan kerja dan kesejahteraan sosial dalam arti sempit.

Pada hakekatnya, pembangunan suatu proyek sejak dalam perencanaan memang sudah bertujuan untuk meningkatkan sosial ekonomi dari suatu masyarakat, sehingga rencana teoritis dampak setiap proyek haruslah positif bagi seluruh masyarakat.

Adapun komponen-komponen yang sangat penting memberikan pengaruh terhadap masyarakat adalah:

a. Penyerapan tenaga kerja.

b. Berkembangnya struktur ekonomi. c. Peningkatan pendapatan masyarakat. d. Perubahan lapangan pekerjaan. e. Kesehatan masyarakat.

Perubahan pendugaan pengaruh sosial ekonomi sebaiknya disampaikan dalam bentuk hubungan antara satu komponen dengan komponen lain sehingga mencerminkan suatu bentuk perubahan sosial ekonomi dari masyarakat keseluruhan dan dapat dikembangkan lagi kelanjutan dimasa berikutnya apabila terjadi perubahan sosial ekonomi tersebut (Amsyari, 1993).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek fisik dan biologis akan memberikan dampak pada aspek sosial. Dengan demikian perubahan-perubahan yang


(48)

terjadi pada aspek sosial dari suatu pembangunan secara simultan akan diperkuat oleh perubahan yang terjadi pada aspek-aspek fisik dan biologis (Amsyari, 1993).

Cara pendugaan pengaruh komponen sosial ekonomi dapat diklasifikasikan atas dasar dua kelompok, yaitu kelompok ekstrapolasi dan kelompok normatif. Kedua kelompok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kelompok ekstrapolasi yang dasarnya melakukan pendugaan yang didasarkan pada kondisi masa yang lalu dan masa kini secara konsisten

Adanya data sosial ekonomi dalam kurun waktu tertentu akan dapat dipergunakan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang secara linier atas dasar trend yang ada.

b. Kelompok normatif merupakan metode yang dilaksanakan dengan cara menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih dahulu, kemudian untuk mencapai sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap kondisi sosial ekonomi, pada saat ini dan waktu-waktu mendatang hingga kurun waktu yang ditentukan (Amsyari, 1993).

Kegiatan pembangunan tidak dapat dilihat sebagai hal yang mengakibatkan pengaruh sosial secara terpisah, melainkan sebagai hasil dari proses timbal balik yang kompleks antara berbagai aspek individu, kelompok dan organisasi. Dengan demikian analisis aspek sosial harus dilihat sekaligus sebagai alat perspective and pedictive planning (Amsyari, 1993).


(49)

2.7.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Djanimar (1996), Kegiatan Industri Pulp dan Kertas serta Dampak terhadap Sosial Ekonomi di Kecamatan Siak Sri Indrapura Propinsi Riau, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan pembangunan industri, untuk mengindentifikasi kegiatan sosial ekonomi masyarakat sebelum adanya kegiatan industri dan dengan adanya dampak industri pulp dan kertas terhadap sosial ekonomi di Kecamatan Siak terutama Desa Prawang, Desa Pinang Sebatang dan Desa Kuala Gasib.

Hasil penelitian ini adalah kegiatan industri pulp dan kertas di Desa Prawang berdampak positif terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Desa Prawang, Desa Pinang Sebatang dan Desa Kula Gasib dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan industri. Dampak positif yang dialami penduduk sebesar 71,25% dari jumlah penduduk. Dampak positif yang dialami penduduk mencakup seluruh komponen sosial ekonomi, yaitu komponen sumber mata pencaharian penduduk, pendapatan, pendidikan, kesempatan kerja, kesehatan (gizi keluarga, sumber air, pola penyakit, pengelolaan sampah dan perumahan). Diantara lingkungan sosial ekonomi tersebut, komponen persepsi masyarakat merupakan dampak positif sangat besar yaitu sebesar 90%.

Penduduk sekitar juga merasakan dampak negatif yaitu komponen partisipasi sosial yang berdampak negatif sebesar 71.25% kemudian diikuti oleh komponen


(50)

kesempatan kerja dan kesehatan sebesar 2,5% sampai dengan 16,5% (Djanimar, 1996).


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.

Lokasi dan Jadwal Penelitian

1.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan:

1.

Desa Lumban Sitorus.

2.

Desa Banjar Ganjang.

3.

Desa Pangombosan.

4.

Desa Tangga Batu.

5.

Desa Siantar Utara.

Di sekitar PT. Toba Pulp Lestari,

Tbk karena perusahaan ini


(52)

mempunyai kegiatan di daerah

tempat penelitian yang tentunya

akan memberikan pengaruh

terhadap masyarakat di sekitarnya

dan juga kepada pemerintah daerah.

Oleh karena itu wilayah studi adalah

desa-desa seperti yang telah

disebutkan di atas.


(53)

Rencana penelitian dilakukan

selama 3 (tiga) bulan yaitu Agustus

– Oktober 2007.

3.2.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diambil dari lapangan serta data sekunder yang berasal dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dan Pemerintah Kabupaten Tobasa serta dari Badan Pusat Statistik.

3.3.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dan dilakukan dengan instrumen kuesioner.

b. Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari buku-buku tertulis dilakukan dengan cara penelitian perpustakaan yakni melalui buku-buku bacaan, referensi, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, dokumen dan lain lain yang relavan terhadap masalah yang sedang diteliti.


(54)

3.4.

Populasi

Populasi data adalah data kependudukan di Desa Jonggi Manulus, Desa Banjar Ganjang, Desa Pangombosan, Desa Tangga Batu, Desa Siantar Utara, sebanyak 6.265 jiwa dan 1.503 kepala keluarga.

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga di Desa sekitar PT. Toba Pulp Lestari No. Desa Luas

(KM2)

Jumlah (Jiwa)

Rumah Tangga

1. Jonggi Manulus 3,85 433 96

2. Banjar Ganjang 3,5 710 177

3. Pangombosan 3,48 3.000 700

4. Tangga Batu 5,39 1.310 327

5. Siantar Utara 3,02 812 203

Jumlah 19.24 6.265 1.503

Sumber: Kecamatan Porsea dalam angka 2006

3.5.

Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling dengan kerangka sampelnya pengambilan sampel wilayah (area sampling) yang dibagi kedalam berapa segmen wilayah yang merupakan batas sekitar daerah penelitian.

Observasi dilakukan dengan teknik pengamatan tak berstruktur, khususnya untuk memperoleh data kualitatif, sedangkan wawancara dengan responden untuk memperoleh data kuantitatif (Nazir, 1988).

Frame sampel adalah seluruh rumah tangga di daerah studi dengan jumlah sampel minimal diambil sebanyak 100 rumah tangga yang terdiri dari:


(55)

a. Desa Jonggi Manulus 15 Kepala Keluarga. b. Desa Banjar Ganjang 20 Kepala Keluarga. c. Desa Pangombosan 25 Kepala Keluarga. d. Desa Tangga Batu 20 Kepala Keluarga. e. Desa Siantar Utara 20 Kepala keluarga.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.6.

Analisis Data

Bahan data primer yang diperoleh melalui kuesioner (daftar pertanyaan) dan wawancara tertulis maupun lisan dan dari bahan data sekunder studi perpustakaan yang dikumpulkan, kemudian dilakukan inventarisasi, pemilihan untuk semua bahan yang akan diperiksa. Setelah proses inventarisasi, pemilahan dan pemeriksaan selesai, kemudian dievaluasi. Apabila evaluasi selesai, dilakukan pengelompokan data melalui tabel-tabel sederhana, sesuai dengan data yang sejenis dan yang dikehendaki secara kualitatif untuk kepentingan deskripsi analisis terhadap semua bahan-bahan data yang terinventarisasi secara kualitatif tadi.

Data primer tersebut dianalisis sesuai substansinya dan dari hasil inventarisasi dan tabulasi data temuan di lapangan, kemudian di buat metode kualitatif yang dibuatkan beberapa tabel dan dipilah-pilah sebagai data deskriptif sesuai dengan tanggapan responden dan informan (Nazir, 1988).


(56)

Penelitian ini diambil dari bahan data primer melalui kuesioner berupa data-data responden bersifat deskriptif dan dari pertanyaan tertulis dan lisan 50 yang terinventarisasi dipergunakan tabel-tabel sederhana. Dalam memperoleh data primer tersebut dengan menyediakan jawaban-jawaban dengan kategori sangat buruk, buruk, sedang dan baik. Kategori tersebut di atas mempunyai makna jika baik telah memenuhi keseluruhan indikator dari substansi dari keadaan serta kondisi yang terdapat di daerah tersebut, misalnya untuk pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap pemukiman ditetapkan baik karena keseluruhan aspek dari pengaruh tersebut sangat positif. Sedangkan baik indikatornya memenuhi 80 dari kategori baik demikian dengan kategori indikatornya 60 kemudian kategori buruk indikatornya tidak memenuhi 30 kemudian indikator sangat buruk di bawah 20 (Fandeli, 1992).

Dari hasil penelitian metode kualitatif yang telah didiskripsikan secara analisis, yang meliputi aspek-aspek yang penting sesuai dengan pokok permasalahan, guna mengungkapkan kebenaran secara yuridis dengan menggunakan kalimat yang teratur, mengunakan cara induktif dan deduktif (khusus ke umum dan umum ke khusus).

Tabel 3.2. Skala terhadap Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Skala

Macam Penilaian

Nilai Kisaran Tafsiran

Peningkatan Ekonomi 1 2 3 4 5

1 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Sangat Buruk Buruk

Sedang Baik

Sangat Baik Lapangan Pekerjaan 1 1 - 20 Sangat Buruk


(57)

2 3 4 5

21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Buruk Sedang Baik

Sangat Baik

Kegiatan Sosial 1

2 3 4 5

1 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Sangat Buruk Buruk

Sedang Baik

Sangat Baik Kegiatan Olah Raga 1

2 3 4 5

1 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Sangat Buruk Buruk

Sedang Baik

Sangat Baik Sumber: Fandeli, 1992.

3.7. Pengujian Hasil Penelitian

Keberadaan perusahaan PT. Toba Pulp Lestari di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, permukiman, kesehatan dan pendidikan masyarakat sekitar Porsea, keadaan ini didorong dengan dilaksanakannya program community development yang dijalankan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya.

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 5 buah variabel yaitu: Peningkatan Pendapatan (X1), Kesempatan Kerja (X2), Permukiman (X3), Kesehatan (X4) dan Pendidikan (X5).

Penelitian ini dibatasi hanya dengan 5 buah hipotesa. Pengujian hipotesa bertujuan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.


(58)

Adapun hipotesa yang akan diteliti adalah:

Hipotesa I: Terdapat pengaruh yang nyata antara keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap pendapatan masyarakat sekitar.

Hipotesa II: Terdapat pengaruh yang nyata antara keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap tenaga kerja masyarakat sekitar.

Hipotesa III: Terdapat pengaruh yang nyata antara keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap permukiman masyarakat sekitar.

Hipotesa IV: Terdapat pengaruh yang nyata antara keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap kesehatan masyarakat sekitar.

Hipotesa V: Terdapat pengaruh yang nyata antara keberadaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terhadap pendidikan masyarakat sekitar.


(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Perusahaan

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk berlokasi di Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Perusahaan ini beroperasi sejak tahun 1983 yang dulunya bernama PT. Inti Indo Rayon Utama. Sebagai suatu Badan Usaha Penanaman Modal Asing yang memproduksi Pulp dan Rayon, di dalam perkembangannya masih terjadi kontroversi di masyarakat sekitar akibat adanya perbedaan dalam hal kepentingan, sudut pandang dan pengetahuan informasi, serta masih adanya keragu-raguan terhadap komitmen pihak PT. Toba Pulp Lestari dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi Pulp dan Rayon. Pulp adalah bahan mentah berserat untuk pembuatan kertas. Pengubahan pulp secara kimia untuk produk lain disebut dissolving pulp. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menggunakan teknologi

metode kraft. Proses pemasakan kayu dengan metode Kraft menimbulkan gas berbau yang merupakan senyawa belerang organik, oleh karena itu pengendalian gas ini merupakan pekerjaan yang sangat penting karena meskipun jumlahnya sangat sedikit dan tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan tetapi mengganggu kenyamanan.

Pelaksanaan pengusahaan hutan tanaman industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk diberikan izin berdasarkan:


(60)

1. Keputusan Menteri Kehutanan No. 235/KPTS-IV/1984 tanggal 19 Nopember 1984 tentang Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) Pinus Tanaman Reboisasi di Propinsi Sumatera Utara seluas ± 86.000 ha.

2. Keputusan Menteri Kehutanan No. 493/KPTS-II/1992 tanggal 1 Juni 1992 tentang Pemberian Hak Pengusahaan Tanaman Hutan Industri (HPHTI) seluas ± 269.060 ha.

Dari areal Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) seluas 86.000 ha tersebut, potensi yang dimanfaatkan kayunya hanya seluas 23.000 Ha. Dari areal yang dimanfaatkan tersebut sebagian berada di dalam areal HPHTI yang telah memperoleh SK HPHTI dan sisanya seluas 15.756 ha di luar areal kerja HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Dengan demikian areal kerja PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah seluas 284.816 ha yang terdiri areal HPHTI seluas 269.060 ha dan di luar HPHTI 15.756 ha.

Dalam pelaksanaan peningkatan mutu sosial masyarakat, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk telah melaksanakan realisasi kontribusi sosial antara lain:

1. Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi.

2. Pemberian bantuan alat-alat olah raga kepada sekolah dan desa sekitar pabrik.

3. Pembangunan Gapura Kota Porsea dan pembangunan halte-halte bus di tempat-tempat strategis.

4. Partisipasi bantuan dana untuk pembangunan gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya yang diusulkan oleh masyarakat.


(61)

5. Bantuan bibit penghijauan dan pohon produktif untuk program penghijauan yang dilaksanakan oleh masyarakat atau lembaga.

6. Pemberian bea siswa untuk siswa SLTA berprestasi di Kecamatan Porsea dan pemberian bea siswa untuk tingkat SD, SLTP, SLTA untuk masyarakat di sekitar wilayah sektor Forestry.

7. Bantuan lainnya yang merupakan kontribusi sosial kepada masyarakat sekitar pabrik.

Dalam pelaksanaannya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk saat ini telah merencanakan melaksanakan visi dan misi yang baru, berlandaskan paradigma baru seperti pelaksanaan program Community Development peningkatan program kemitraan usaha dengan pengusaha lokal.

Dilandasi paradigma tersebut, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk melaksanakan: a. Mengadakan perubahan manajemen.

b. Bertumpu pada penguasaan penyelenggaraan agribisnis pulp dengan teknologi pengelolaan bahan baku secara lestari, teknologi proses produksi yang inovatif, dan pengembangan kesejahteraan bersama yang cerdas, adil dan makmur.

c. Memastikan keberlanjutan bahan baku dengan mempersiapkan penyediaan bahan bakunya secara mandiri, baik dalam bentuk HTI yang dikelola oleh perusahaan dari masyarakat.


(62)

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki luas 7834 ha yang berlokasi di desa Pangombosan/Sosor ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Porsea mempunyai luas wilayah 109,30 km2,

Sejak operasinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 1998 sudah menebangi ± 100.000 Ha hutan di Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Dairi, Simalungun. Penebangan hutan alam seluas tersebut mengakibatkan terganggunya siklus hidrologi disertai berbagai kerusakan lingkungan dan juga mengurangi daya tampung tanah terhadap air yang pada akhirnya mengakibatkan erosi. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk proses utama adalah pembuatan Pulp yang berbahan baku tanaman dengan melakukan proses pembuburan. Dalam mengantisipasi banyaknya penebangan dari pohon-pohon pinus PT. Toba Pulp Lestari, Tbk melaksanakan penanaman pohon Eucalyptus yang merupakan jenis cepat tumbuh dan dapat dikelola secara coppice system (pemangkasan) yang tentu saja jahu lebih efisien dari pada reflanting.

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dalam pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi masyarakat membuat sistem pengelolaan hutan HTI pola PIR dengan melibatkan masyarakat sebagi plasma. Adapun jumlah peserta PIR adalah sebanyak 3.014 KK dengan luas areal HTI pola PIR seluas 8.963 Ha.

Dalam pengoperasiannya menggunakan ± 250 kendaraan berat dengan tonase 10-14 ton. Lokasi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk berada di sekitar 39 desa/kelurahan dan berpenduduk sebanyak 29.924 jiwa yang terdiri dari beberapa desa terlihat pada Tabel 4.1. berikut ini:


(63)

Tabel 4.1. Luas Daerah Kecamatan Porsea dengan 39 Desa

No Desa/Kelurahan Luas (Km2)

1. Narumonda V 0,68

2. Narumonda VI 0,6

3. Narumonda VII 0,73

4. Narumonda VIII 0,55

5. Siantar Sitio-tio 2,05

6. Narumonda I 0,91

7. Narumonda II 0,41

8. Narumonda III 1,06

9. Narumonda IV 0,80

10. Parparean I 0,73

11. Parparean II 0,72

12. Parparean III 0,63

13. Parparean IV 0,62

14. Gala2 Pangkailan 3,15

15. SiantarTongatonga II 2,7

16. Siantar Dangsina 3,05

17. Siantar Tongatonga I 4,3

18. Siantar Siqordang 4,35

19. Siantar Utara 3,02

20. Dolok Nauli 3,95

21. Jonggi Manulus 3,85

22. Banjar Ganjang 3,5

23. Pangombusan 3,48

24. Lumban Sitorus 2,08

25. Bius Gu Barat 5,74

26. Pasar Porsea 0,08

27. Patane III 3,01

28. Patane IV 2,16

29. Patane II 2,01

30. Patane I 3,02

31. Raut Bosi 6,43

32. Amborgang 5,4

33. Nalela 3,4

34. Silamosik I 3,45

35. Silamosik II 3,24

36. Lumban Huala 7,83

37. Lumban Gurning 3,08

38. Tangga batu II 7.14

39. Tangga batu I 5,39

Jumlah 109,3


(64)

Dari desa-desa tersebut yang paling terdekat dari lokasi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah:

1. Desa Jonggi manulus. 2. Desa Banjar Ganjang. 3. Desa Pangombosan. 4. Desa Tangga Batu. 5. Desa Siantar Utara.

Dari keseluruhan Kecamatan Porsea dengan 39 desa/kelurahan berpenduduk sebanyak 29.924 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang laki-laki 12.072 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan 12.334 jiwa. Jumlah penduduk untuk desa Pangombusan berjumlah 3.000 jiwa dengan luas wilayah 3,48 km2 serta kepadatan penduduk 862 jiwa/km2, termasuk dalam klasifikasi penduduk yang sangat padat. Dengan jumlah penduduk laki-laki 1.570 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan 1.430 jiwa dapat terlihat dari Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2. Klasifikasi Kepadatan Penduduk

No Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Golongan Daerah

1 1 - 50 Tidak padat

2 51 - 250 Kurang padat

3 251 - 400 Cukup padat

4 > 400 Sangat padat

Sumber: Hukum Agraria Indonesia, Jakarta 1988

Penyebaran penduduk di Kecamatan Porsea pada tahun 2004, dengan kepadatan penduduk 272 jiwa/km2, sedangkan penduduk terpadat adalah di desa


(65)

Pasar Porsea mencapai 19.063 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh keramaian dan kedekatan ke kota kecamatan serta adanya industri/pabrik di daerah tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Keadaan Penduduk di Kecamatan Porsea dengan 39 Desa

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa) Penduduk Laki-laki (jiwa) Penduduk wanita (jiwa) Rasio Jenis Kelamin (%)

1 Narumonda V 568 835,3 276 292 94,5

2 Narumonda VI 520 866,7 258 262 93,5

3 Narumonda VII 451 617,8 263 188 139

4 Narumonda VIII 270 490,9 149 121 123

5 Siantar Sitio-tio 312 152,2 152 160 95

6 Narumonda I 655 719,8 322 333 96,6

7 Narumonda II 259 631,7 127 132 96,2

8 Narumonda III 425 400,9 207 218 94,9

9 Narumonda IV 626 782,5 311 315 98,7

10 Parparean I 501 686,3 236 265 89

11 Parparean II 820 1.138,9 392 428 91,5

12 Parparean III 1.085 1.722,2 531 554 95,8

13 Parparean IV 507 817,7 247 260 95

14 Gala2 Pangkailan 230 73 108 122 88,5

15 Siantar Tongatonga II 320 118,5 138 182 75,8 16 Siantar Dangsina 397 130,2 180 217 82,9 17 Siantar Tongatonga I 910 211,6 447 463 96,5

18 Siantar Siqordang 235 54 126 109 115,5

19 Siantar Utara 812 268,9 397 415 95,6

20 Dolok Nauli 628 159 311 317 98,1

21 Jonggi Manulus 433 112,5 196 237 82,7

22 Banjar Ganjang 710 202,9 342 366 93,4

23 Pangombusan 3.000 862,1 1.570 1.430 109,7

24 Lumban Sitorus 540 259,6 264 614 95,6

25 Bius Gu Barat 1.266 220,6 623 473 96,8

26 Pasar Porsea 1.525 19.062,5 738 767 96,2 27 Patane III 2.240 744,2 1.000 1.240 80,6

28 Patane IV 1.195 553,2 680 614 110,7

29 Patane II 906 450,7 433 473 91,5

30 Patane I 1.448 479,5 718 743 96,6

31 Raut Bosi 590 91,8 292 998 29,2


(66)

Lanjutan Tabel 4.3

33 Nalela 480 141,2 244 236 103,4

34 Silamosik I 450 130,4 229 221 103,6

35 Silamosik II 524 161,7 261 263 99,2

36 Lumban Huala 910 116,2 437 473 92,4

37 Lumban Gurning 610 198,1 299 311 96,1

38 Tangga Batu II 670 93,8 317 353 89,8

39 Tangga Batu I 1,310 209,6 660 650 101,5

Jumlah 29.924 272,1 14.786 15.928 92,8

Sumber: Kecamatan Porsea dalam angka 2006

Rasio jenis kelamin di Kecamatan Porsea rata-rata 92,8%, menunjukkan bahwa Jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan Jumlah penduduk laki-laki, atau setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 jiwa laki-laki. Data tahun 2003 memperlihatkan angka pertumbuhan penduduk di Kecamatan Porsea relatif cukup rendah, penduduk Porsea tahun 1993 sebanyak 23.101 jiwa dan penduduk pada tahun 2003 sebanyak 29.924 jiwa, maka diperkirakan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2%. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh urbanisasi penduduk dari desa ke kota Kecamatan untuk memperoleh kesempatan bekerja terutama di perusahaan (PT. Toba Pulp Lestari, Tbk). Namun menurut penduduk di sekitar perusahaan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan beroperasi kembali pabrik, banyak memberikan kontribusi pada aspek ketenagakerjaan yaitu dengan kemitraan, yang menampung hampir 13.000 jiwa, serta mengutamakan dan memprioritas penduduk setempat.

Struktur penduduk berdasarkan usia di Kecamatan Porsea, dalam kelompok usia anak-anak/sekolah (0-14 thn) sebanyak 9.195 jiwa, sedangkan usia tua (di atas 55 thn) sebanyak 4.489 jiwa, dan usia produktif atau usia bekerja yaitu usia anatara 15-54 tahun sebesar 16.240 jiwa. Berdasarkan data kecamatan bahwa penduduk yang datang sebanyak 69 jiwa, yang pergi 8 jiwa, setiap tahun terdapat

peningkatan kelompok usia kerja (produktif), peningkatan ini mengindikasikan akan terjadi penambahan jumlah tenaga kerja. Penambahan jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan, maka akan meningkat angka pengangguran.


(1)

LAMPIRAN 6

Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Pendapatan.

Correlations

PT.TPL

Pendapatan

PT.TPL Pearson Correlation Sig.(2-tailed)

N

1 . 100

.788** .000 100 Pendapatan Pearson Correlation

Sig.(2-tailed) - N

.788** .000 100

1 . 100 ** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Tenaga Kerja.

Correlations

PT.TPL

Kesempatan

PT.TPL Pearson Correlation Sig.(2-tailed) N

1 . 100

.846** .000 100 Tenaga

Kerja

Pearson Correlation Sig.(2-tailed) - N

.846** .000 100

1 . 100 ** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

LAMPIRAN 7

Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Permukiman.


(2)

PT.TPL

Permukiman

PT.TPL Pearson Correlation Sig.(2-tailed) N

1 . 100

.708** .000 100 Permukiman Pearson Correlation

Sig.(2-tailed) - N

.708** .000 100

1 . 100 ** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Kesehatan.

Correlations

PT.TPL

Kesehatan

PT.TPL Pearson Correlation Sig.(2-tailed) N

1 . 100

.804** .000 100 Kesehatan Pearson Correlation

Sig.(2-tailed) - N

.804** .000 100

1 . 100 ** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

LAMPIRAN 8

Hasil Analisa Statistik Pengaruh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Terhadap Pendidikan.


(3)

PT.TPL Pearson Correlation Sig.(2-tailed)

N

1 . 100

.733** .000 100 Pendidikan Pearson Correlation

Sig.(2-tailed) - N

.733** .000 100

1 . 100 ** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)


(4)

L

LAAMMPPIIRRAANN99

K

K

U

U

E

E

S

S

I

I

O

O

N

N

E

E

R

R

I

I

d

d

e

e

n

n

t

t

i

i

t

t

a

a

s

s

R

R

e

e

s

s

p

p

o

o

n

n

d

d

e

e

n

n

N

Naammaa ::……… D

Deessaa ::………

J

JnnssKKeellaammiinn :: PPrriiaa WWaanniittaa P

Peekkeerrjjaaaann :: PPNNSS P

PeeggaawwaaiiKKeemmiittrraaaannKKeehhuuttaannaann P

Peennssiiuunnaann P

Peeddaaggaanngg//WWiirraasswwaassttaa P

Peennggaanngggguurraann K

KaarryyaawwaannPPIIRR K

KaarryyaawwaannAAnnggkkuuttaannKKaayyuu U

Ummuurr ::………....TTaahhuunn S

Sttaattuuss :: KKaawwiinn TTiiddaakkKKaawwiinn J

JllhhKKeelluuaarrggaa ::………OOrraanngg

P

Peennddiiddiikkaann :: TTiiddaakkTTaammaattSSDD S

SDD S SMMPP S SLLTTAA

P

PeerrgguurruuaannTTiinnggggii


(5)

1

1.. AAppaakkaahh KKeebbeerraaddaaaann TToobbaa PPuullpp LLeessttaarrii m

meemmbbeerrii ppeennddaappaattaann yyaanngg ddaappaatt mmeemmbbiiaayyaaii

k

keeppeerrlluuaannhhiidduuppssaauuddaarraa??

Ya

Ya hanya 50%

Ya hanya 25%

Hanya memberi tambahan pendapatan

Tidak sama

sekali

2. Apakah keberadaan Toba Pulp Lestari mampu menyerap tenaga kerja

masyarakat sekitar?

Ya hanya 50%

Ya hanya 40%

Ya hanya 30%

Ya hanya 20%

Tidak sama sekali

3.Apakah Keberadaan Toba Pulp Lestari dapat membantu pembangunan

permukiman masyarakat sekitar?

Y

Yaa,,ssaannggaattmmeemmbbaannttuu

Y

Yaa,,HHaannyyaaPPeennyyeeddiiaaaann M

Maatteerriiaall

M

MeemmbbeerriiKKeesseemmppaattaann

P

Peennggeemmbbaannggaann P

Peemmuukkiimmaann

T

Tiiddaakkmmeemmbbaannttuu p

peennggeemmbbaannggaann p

peemmuukkiimmaann

M

Meenngghhaammbbaatt P

Peemmbbaanngguunnaann

P


(6)

4

4.. AAppaakkaahh TToobbaa PPuullpp LLeessttaarrii melaksanakan pengobatan gratis terhadap masyarakat sekitar?

Ya, 1 bulan sekali

Ya, 3 bulan sekali

Ya, 6 bulan sekali

Ya, 12 bulan sekali

Tidak pernah

5. Apakah Keberadaan Toba Pulp Lestari

membantu pembangunan pendidikan sekolah di lingkungan masyarakat sekitar?

Ya, Pembangunan gedung sekolah

Ya, membantu beasiswa

Ya, membantu penyedian

perlengkapan sekolah

Tidak membantu