KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI SEMSTER Kemampuan Menggunakan Mikroskop Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016.

(1)

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS

VII SMP NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI SEMSTER

GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

PUTRI MUSTIKA SARASWATI

A 420 120 140

PROGRSM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA APRIL, 2016


(2)

2

HALAMAN PERSETUJUAN

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2015/2016

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

PUTRI MUSTIKA SARASWATI

A 420 120 140

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Drs. Djumadi, M.Kes NIK. 807


(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2015/2016

OLEH

PUTRI MUSTIKA SARASWATI A 420 120 140

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Senin, 25 April 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1.

Drs. Djumadi, M.Kes

(

)

(Ketua Dewan Penguji)

2.

Triastuti Rahayu, M.Si

(

)

(Anggota I Dewan Penguji)

3.

Dra. Hariyatmi, M.Si

(

)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Harun Prayitno, M. Hum.

NIK. 196504281993031001


(4)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan

saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 14 April 2016

Putri Mustika Saraswati


(5)

5

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1

SIDOHARJO WONOGIRI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

Putri Mustika Saraswati1), Djumadi2)

Mahasiswa1), Staf Pengajar2), Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, April, 2016 putri.fertrinda@yahoo.com

Abstrak

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi dalam penelitian ini menggunakan studi kasus yang lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang diteliti. Instrumen yang digunakan yaitu penilaian kinerja dengan rubrik penilaian berskala, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 dari cara membawa mikroskop (100%), mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan (93,38%), membuat preparat (62,3%), mempersiapkan kaca objek dan kaca penutup (62,5%), mempersiapkan preparat (97,79%), mendapatkan fokus untuk perbesaran lemah (72,55%), mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat (64,21%), menggambar hasil pengamatan (61,75%), perlakuan setalah selesai pengamatan (93,62%), dan keselamatan kerja (97,05%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 adalah (80,51%), kemampuan menggunakan mikroskop tertinggi pada aspek membawa mikroskop (100%) sedangkan terendah pada aspek menggambar hasil pengamatan (61,75).

Kata Kunci: IPA, mikroskop, pembelajaran IPA

Abstracts

Microscope (Greek: micros = small and scopein = view) was a tool to see objects that were too small to see with the eyes of the rough. The purpose of this study was to determine the ability to used a microscope class VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri second semester of the 2015/2016 academic year. This type of research was descriptive qualitative. The strategy in this study used case studies that emphasize depth of understanding of the issues examined. The instrument used was the performance assessment with an assessment rubric scale, interviews, and documentation. Data analysis technique used was descriptive qualitative. Based on the results showed that the ability to used a microscope class VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri second semester of the 2015/2016 academic year by how to bring microscopes (100%), preparing microscopes for observation (93.38%), making preparations (62.3%), preparing object glass and cover glass (62.5%), preparing preparations (97.79%), get a focus on weak magnification (72.55%), get a focus on strong magnification (64.21%), draw results observations (61.75%), after the treatment was completed observations (93.62%) and safety (97.05%). Thus, it can be concluded that the ability to used a microscope class VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri second semester of the 2015/2016 academic year (80.51%), the ability highs to used a microscope aspects of bringing a microscope (100%), while the lowest in the aspects of drawing the observations (61,75%).


(6)

6

1. PENDAHULUAN

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal dari fenomena alam yang didefinisikan dengan pengetahuan sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan serta induksi. Cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tak hanya berupa kumpulan fakta namun juga mengenai proses memperoleh fakta berdasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk dapat memprediksi berbagai fenomena yang berada di dalam kehidupan sehari-hari (Zubaidah, 2014).

Menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010), IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetetahuan baru. Sebagai produk ilmiah diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur ilmiah dimaksudkan bahwa metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu pada umumnya berupa riset yang lazim disebut metode ilmiah.

Karakteristik pembelajaran IPA harus dikembangkan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu sebagai produk, proses, teknologi dan nilai-nilai. Pembelajaran IPA bukan hanya menekankan pada pemahaman konsep-konsep IPA tetapi juga membekali peserta didik keterampilan dalam melakukan pengamatan yang melibatkan semua indera, penelitian, penggunaan alat dan keterampilan berfikir (berfikir ilmiah) serta melakukan investigasi, eksplorasi, refleksi, dan representasi melalui kegiatan inkuiri (Rochintaniawati, 2009).

Dari beberapa kurikulum yang pernah berlaku sampai dengan yang sekarang keterampilan proses selalu dijadikan acuan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan keterampilan proses dapat membekali seseorang untuk mampu belajar sendiri, mengembangkan diri sendiri, menjadi modal bagi keterampilan tingkat tinggi (melakukan penelitian dan memecahkan masalah), dan merupakan bekal untuk belajar sepanjang hayat. Keterampilan proses sains yang dilatihkan kepada siswa akan mampu memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa dalam memahami alam disekitarnya. Hal seperti inilah yang diharapkan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar oleh pemerintah (Depdiknas, 2004).

Salah satu keterampilan proses sains adalah keterampilan mengobservasi (pengamatan). Observasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang memakai berbagai indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk menemukan fakta-fakta yang relevan dan memadai. Tetapi, observasi tidak harus selalu menggunakan alat indera karena alat indera memiliki keterbatasan terutama bila mengamati objek yang sangat kecil. Penggunaan alat kualitas fakta yang diperoleh. Alat bantu observasi yang dimaksud adalah mikroskop (Rustaman, 2005).

Penggunaan alat bantu pengamatan seperti mikroskop menjadi sangat penting dalam kegiatan praktikum Biologi. Pengamatan langsung terhadap objek asli, misalnya sel, bakteri, atau jamur uniseluler, merupakan solusi untuk mengkonkretkan pemahaman siswa terhadap objek tersebut serta memberikan pengalaman blajar yang lebih bermakna (Trisnayanti, 2010). Sel sebagai unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat kecil. Untuk mengetahui bentuk, struktur, dan bagian-bagian lain yang terdapat dalam sel, maka mikroskop merupakan satu-satunya gerbang pembuka misteri tentang sel. Materi sel dipelajari siswa SMP kelas VII semester II. Sel merupakan materi yang cukup sulit bagi siswa, karena materi yang tersaji pada buku-buku paket cenderung abstrak, sedangkan perkembangan mental siswa SMP berada pada fase transisi dari kongkrit ke formal/abstrak (Depdiknas, 2004).

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Dalam perkembangan mikroskop mampu mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil


(7)

7

yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Pramesti, 2000).

Mikroskop yang sering digunakan di sekolah adalah mikroskop cahaya konvensional. Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar dua tingkat. Suatu lensa objektif melakukan pembesaran awal dan suatu lensa okuler ditempatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar bayangan benda untuk kedua kalinya. Perbesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran lensa objektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan biasanya ditempatkan di bawah mikroskop untuk memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari objek, sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan yang diperbesar itu (Leeson, 1996).

Penggunaan mikroskop sebagai alat dalam praktikum biologi menjadi sangat penting karena dapat mendukung keterampilan-keterampilan lain dari keterampilan proses sains. Keterampilan penggunaan mikroskop akan melibatkan tiga ranah sekaligus, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik (Sukardi, 2010). Aspek kognitif meliputi pengetahuan mengenai bagian-bagian dari mikroskop dan prosedur penggunaannya. Aspek afektif yang dimaksud menunjukkan segala sikap yang di tunjukkan selama pengamatan berlangsung. Aspek psikomotorik dalam menggunakan mikroskop menunjukkan kesanggupan siswa dalam menggunakan anggota badan sehingga menampakkan rangkaian yang teratur dan luwes.

Berdasarkan hasil penelitian Trisnayanti (2010) diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop untuk cara membawa mikroskop dan menyiapkan kaca objek 100% telah sesuai prosedur. Untuk beberapa hal masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu: adanya gelembung udara pada preparat yang dibuat (58%), tidak menggunakan alat bantu untuk menutup kaca penutup (42%), tidak menggunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dulu (33%), tidak memutar pengatur focus dengan perlahan-lahan untuk memperoleh objek pada perbesaran kuat (50%) dan pada waktu mengganti lensa objektif ujung lensa menyentuh permukaan kaca penutup (33%). Setelah selesai pengamatan 92% membersihkan kembali alat yang telah digunakan dan menyimpannya kembali dengan bersih dan rapih (83%). Adapun dalam keselamatan kerja 100% siswa tidak mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka, hanya terjadi kerusakan pada alat yang digunakan (pecahnya kaca penutup sebanyak dua buah). Kemampuan guru dalam hal membimbing kegiatan praktikum dinilai sangat baik meskipun dari aspek penguasaan konsep hanya (50%) siswa yang telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri merupakan salah satu SMP Negeri yang ada di Sidoharjo Wonogiri. Alasan peneliti memilih SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri karena peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop di sekolah yang berkembang dibandingkan sekolah-sekolah yang lainnya yang ada di Sidoharjo, sehingga nantinya penelitian ini dapat menjadi acuan untuk SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri menjadi lebih baik dalam menjalankan proses pembelajaran yang ada di sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Menggunakan Mikroskop Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016”.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Strategi dalam penelitian ini menggunakan studi kasus yang lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan menggunakan mikroskop.


(8)

8

Pengumpulan data dari penelitian ini dengan cara : (1) observasi, berupa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop, (2) wawancara, untuk mengetahui tanggapan guru IPA mengenai kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul adalah deskriptif kualitatif yaitu memadukan dan menggeneralisasikan hasil data dalam bentuk kalimat deskriptif secara terperinci dan apa adanya.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mendeskripsikan tentang kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi berupa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop dan wawancara mengenai tanggapan guru terhadap kemampuan siswa menggunakan mikroskop.

Kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 diperoleh melalui purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa-siswa kelas VIIE dari SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri yang berjumlah 34 siswa-siswa yang nantinya akan melakukan pengamatan preparat menggunakan mikroskop sebanyak tiga kali pengamatan.

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kehidupan laboratorium, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.

Tabel 1. Rekapitulasi Kemampuan Mengguanakan Mikroskop Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria interpretasi skor (Sugiyono, 2013) dengan keterangan sebagai berikut : SKB (Sangat Kurang Baik) : 25.00% - 43.75%

KB (Kurang Baik) : 43.76% - 62.50%

B (Baik) : 62.51% - 81.25%

SB (Sangat Baik) : 81.26% - 100%

Berdasarkan tabel 1, memperlihatkan bahwa kemampuan siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri dalam menggunakan mikroskop selama tiga kali praktikum sudah baik dengan persentase 80,51% (B). Kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap

No. Aspek yang diamati Rata -Rata

(%) Kriteria

1. Membawa mikroskop 100 Sangat Baik

2. Mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan 93,38 Sangat Baik 3. Membuat preparat irisan bawang merah dan

sayatan daun Rhoeo discolor 62,3 Kurang Baik

4. Mempersiapkan kaca objek dan kaca penutup 62,5 Kurang Baik

5. Mempersiapkan preparat 97,79 Sangat Baik

6. Mendapatkan fokus untuk perbesaran lemah 72,55 Baik

7. Mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat 64,21 Baik

8. Menggambar hasil pengamatan 61,75 Kurang Baik

9. Perlakuan setelah selesai pengamatan 93,62 Sangat Baik

10. Keselamatan kerja 97,05 Sangat Baik

(%) 805,15


(9)

9

tahun ajaran 2015/2016 dari cara membawa mikroskop (100%), mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan (93,38%), membuat preparat (62,3%), mempersiapkan kaca objek dan kaca penutup (62,5%), mempersiapkan preparat (97,79%), mendapatkan fokus untuk perbesaran lemah (72,55%), mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat (64,21%), menggambar hasil pengamatan (61,75%), perlakuan setalah selesai pengamatan (93,62%), dan keselamatan kerja (97,05%). Rata-rata prosentase kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop yang paling tinggi yaitu kemampuan siswa mengamati preparat awetan yang terdiri daun monokotil, akar monokotil, batang dikotil, daun dikotil, dan akar dikotil sebesar 88,35% (SB). Setiap siswa hanya mendapatkan satu bahan untuk pengamatan karena terbatasnya waktu dan mikroskop yang digunakan. Sebelumnya, siswa kelas VIIE sudah pernah melakukan pengamatan dengan menggunakan preparat awetan ini sehingga siswa sudah menguasai. Kemampuan siswa menggunakan mikroskop untuk mengamati sel bawang merah memperoleh rata-rata prosentase terendah sebesar 78,88% (B), kemudian kemampuan siswa menggunakan mikroskop untuk mengamati sel daun Rhoeo discolor sebesar 79,51% (B).

Kecakapan siswa dalam menggunakan alat dan bahan akan berimplikasi pada keterampilan yang lain. Hal ini menurut Rustaman (2007) karena keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan akan menentukan hasil dari suatu pengamatan/observasi. Menurut Jihad (2009) keterlibatan siswa dalam belajar dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini karena melalui suatu proses, siswa akan membangun suatu gagasan baru dan akan bertahan lebih lama. Kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan bahan juga ditunjang oleh pengalaman pada praktikum yang mereka dapatkan sebelumnya.

Kemampuan membawa mikroskop siswa kelas VIIE mendapatkan rata-rata prosentase yang sempurna sebesar 100% (SB). Siswa kelas VIIE sudah benar dalam membawa mikroskop yaitu menggunakan kedua tangan, tangan kanan memegang lengan mikroskop dan tangan kiri memegang kaki mikroskop. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan dengan rubrik penilaiannya yaitu meletakkan mikroskop pada meja yang datar dan kokoh, mikroskop diperiksa kelengkapannya, memutar lensa objektif untuk penggunaan perbesaran paling lemah terlebih dahulu, dan mengatur posisi cermin sambil melihat melalui okuler sehingga pemantulan optimal sebesar 93,38% (SB). Pada aspek ini siswa terkadang tidak mengecek lensa objektif pada perbesaran lemah terlebih dahulu sehingga pengamatan siswa langsung pada perbesaran kuat.

Kemampuan siswa kelas VIIE dalam membuat preparat sendiri dari bawang merah dan Rhoeo discolor memperoleh rata-rata prosentase 62,3% (KB). Dalam membuat preparat ini siswa sudah diberikan lembar tugas untuk memudahkan siswa dalam melakukan pengamatan. Siswa kelas VIIE mengalami kesulitan dalam membuat irisan bawang merah yaitu dengan cara mengambil satu lapis bawang merah dan mematahkan kearah berlawanan kemudian diambil selaput tipis berwarna ungu untuk pengamatan. Kebanyakan siswa hanya dapat mengambil selaput ungu tersebut dalam ukuran kecil sehingga dalam pengamatan dibawah mikroskop kurang jelas. Siswa mengalami kesulitan menyayat daun Rhoeo discolor dengan tipis, sehingga waktu pengamatan dibawah mikroskop tidak terlihat sel daun Rhoeo discolor.

Kemampuan mempersiapkan kaca benda dan kaca penutup memperoleh prosentase 62,5% (KB). Rubrik penilaian yang harus dipenuhi oleh siswa dari aspek ini yaitu mulai dari membersihkan kaca benda dan penutupnya sebelum dipakai dengan tissue, meletakkan hasil sayatan pada kaca benda, meneteskan sedikit air pada irisan, kaca penutup diletakkan miring kira-kira 45ᵒ dan menyentuh salah satu tepi medium, serta tidak ada gelembung udara pada obyek yang diamati. Pada pengamatan sel bawang merah prosentase yang didapat kurang baik karena siswa masih asal-asalan dalam menutup preparat dengan kaca penutup agar tidak ada gelembung udara pada objek yang diamati dan siswa terkadang saat meneteskan air pada irisan bawang merah kurang banyak sehingga terdapat gelembung udara pada preparat tersebut. Pada pengamatan daun Rhoeo

discolor sudah mengalami peningkatan dalam hal memberikan tetesan air pada preparat dan tidak ada


(10)

10

Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mempersiapkan preparat untuk pengamatan diperoleh rata-rata prosentase 97,79% (SB). Pada aspek ini sebagian siswa belum tahu cara menjepit preparat yang benar agar tidak bergeser-geser. Keluhan siswa saat menyiapkan preparat untuk pengamatan yaitu setiap mikroskop memiliki jepitan preparat yang berbeda-beda sehingga siswa bingung cara untuk menjepit preparat tersebut.

Setelah disiapkan preparat yang akan diamati kemudian mencari fokus untuk perbesaran yang lemah terlebih dahulu yaitu dengan perbesaran 4x10. Rata-rata kemampuan siswa kelas VIIE menggunakan mikroskop untuk mendapatkan fokus pada perbesaran lemah diperoleh sebesar 72,55% (B). Siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan bayangan yang dicari ini dikarenakan preparat yang dibuat oleh siswa kurang besar dan terlalu tebal sehingga saat pengamatan sulit untuk dicari. Siswa juga kurang dalam menggunakan makrometer dan mikometer untuk mendapatkan fokus yang lebih jelas. Selanjutnya, untuk mendapatkan fokus yang lebih jelas dengan menggunakan perbesaran yang lebih kuat yaitu dengan menggunakan perbesaran 10x10. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat sebesar 64,21% (B). Dari hasil mendapatkan bayangan yang jelas dari perbesaran lemah hingga kuat, siswa kelas VIIE sudah baik dalam mengamati preparat yang dicari.

Setelah mendapatkan bayangan yang didapat siswa menggambarkan hasil pengamatan pada lembar tugas yang diberikan kepada siswa. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam menggambar hasil pengamatan memperoleh prosentase sebesar 61,75 (KB). Siswa mengalami kesulitan ketika menggambar bayangan yang ada di mikroskop karena yang digambar tidak sesuai dengan yang diamati dan kadang-kadang juga menggambar gelembung udara yang ada dipreparat. Perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan yaitu mikroskop diatur kembali ke posisi semula, membersihkan alat-alat yang telah digunakan, membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan yang telah dipakai, dan mengembalikan alat yang telah bersih dengan rapi. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan sebesar 93,62% (SB). Sebagian siswa VIIE kurang memperhatikan kebersihan meja seperti kotoran bekas dari bawang merah, daun Rhoeo discolor, dan tissue tidak dibuang pada tempatnya, serta tidak mengembalikan alat dan bahan pada tempatnya. Tetapi secara keseluruhan aspek perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan sudah sangat baik. Pada praktikum menggunakan mikroskop harus menjaga keselamatan kerja demi kelancaran saat praktikum. Kemampuan siswa kelas VIIE menjaga keselamatan kerja saat praktikum sebesar 97,05% (SB).

Dari hasil penilaian kinerja selama tiga kali pengamatan, kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 sudah baik. Ini dikarenakan di SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri tidak hanya dituntut dalam segi kognitif saja tetapi siswa juga harus dilatih keterampilan dalam melakukan sesuatu, contohnya praktikum pada mata pelajaran IPA Bilogi. Dengan adanya pelaksanaan praktikum siswa merasa dirinya ikut berperan serta, sehingga dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa.

Hasil penelitian Trisnayanti (2010) diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop untuk cara membawa mikroskop dan menyiapkan kaca objek 100% telah sesuai prosedur. Untuk beberapa hal masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu: adanya gelembung udara pada preparat yang dibuat (58%), tidak menggunakan alat bantu untuk menutup kaca penutup (42%), tidak menggunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dulu (33%),tidak memutar pengatur focus dengan perlahan-lahan untuk memperoleh objek pada perbesaran kuat (50%) dan pada waktu mengganti lensa objektif ujung lensa menyentuh permukaan kaca penutup (33%). Setelah selesai pengamatan 92% membersihkan kembali alat yang telah digunakan dan menyimpannya kembali dengan bersih dan rapih (83%). Adapun dalam keselamatan kerja 100% siswa tidak mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka, hanya terjadi kerusakan pada alat yang digunakan (pecahnya kaca penutup sebanyak dua buah) .Kemampuan guru dalam hal membimbing kegiatan praktikum dinilai sangat baik meskipun dari aspek penguasaan konsep hanya 50 % siswa yang telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).


(11)

11

Dari hasil penelitian Abdullah (2014), melakukan penelitian terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 8 Banda Aceh terhadap analisis keterampilan psikomotorik menggunakan mikroskop yaitu sebanyak 20 siswa (64,5%) terampil membawa mikroskop dan 10 orang siswa (32,3%) sangat terampil membawa mikroskop. Pada aspek membuat preparat bawang merah sebanyak 31 orang siswa (100%) tidak terampil. 31 orang siswa yang menjadi sampel penelitian, sebanyak 9 orang siswa (29%) masuk dalam kategori kurang terampil, dan 22 orang siswa (71%) masuk dalam kategori terampil pada menggunakan mikroskop.

Dari hasil kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 didukung dengan hasil wawancara terhadap guru yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan praktikum siswa dalam menggunakan mikroskop sudah baik, karena disetiap pelajaran yang memungkinkan praktikum akan dilakukan praktikum di laboratorium. Guru juga melatih keterampilan siswa dalam menggunakan mikrosko, sehingga jika ada praktikum selalu dilaksanakan dengan baik. Kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop sudah baik karena siswa disini sangat bersemangat dalam mengikuti praktikum, sehingga siswa langsung bisa menggunakan mikroskop dan ketika guru memberikan contoh menggunakan mikroskop siswa mudah memahami dan menerapkan menggunakan mikroskop. kesulitan yang dialami siswa kelas VII dalam menggunakan mikroskop yaitu merupakan hal baru untuk siswa karena sebelumnya di sekolah dasar belum tahu tentang mikroskop, jumlah mikroskop yang masih terbatas, kurangnya pencahayaan pada ruang laboratorium, dan sulitnya mencari bayangan objek pada mikroskop. Kendala dalam menggunakan mikroskop yaitu terbatasnya jumlah mikroskop yang digunakan menyebabkan siswa harus bergantian dengan temannya dan kurangnya pencahayaan pada tempat laboratorium. Usaha guru IPA dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop dengan cara menyediakan lembar kerja sederhana yang mudah dipahami siswa, menggunakan preparat awetan untuk mempermudah siswa dalam belajar pengamatan pada mikroskop, memberikan pengarahan dahulu sebelum menggunakan mikroskop agar siswa dapat lebih paham.dan penanyangan pada LCD tentang cara menggunakan mikroskop. Sarana dan prasarana sudah menunjang proses pembelajaraan saat praktikum hanya saja penggunaan mikroskop harus bergantian.

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan yaitu kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 (80,51%), kemampuan menggunakan mikroskop tertinggi pada aspek membawa mikroskop (100%) sedangkan terendah pada aspek menggambar hasil pengamatan (61,75%).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Ridha Marvira. (2014). “Analisis Keterampilan Psikomotorik Dalam Menggunakan Mikroskop Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Banda Aceh”. Jesbio, Vol. III No. 5, November 2014.

Depdiknas. (2004). Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat SLTP.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo Leeson, C.R. (1996). Buku Teks Histologi. Jakarta : EGC.


(12)

12

Rochintaniawati, D., Wulan, A.R., dan Sriyati, S. (2009).Kebutuhan Guru Sekolah Dasar di Cimahi dan Kabupaten Bandung dalam Melangsungkan Pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian, 10(2), 1-11. Rustaman, N., dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

__________. (2007) . Keterampilan Proses Sains. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif Jilid 4 Nomor 2. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

_______. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2010). Profil Keterampilan Kerja Laboratorium IPA Siswa SMP dalam Praktikum Biologi, Thesis. Bandung : UPI. Diakses pada tanggal 8 Maret 2016.

Trisnayanti, L., Sukarsih, E., Hamdiyati, E. (2010). Pembelajaran Materi Tingkat Organisasi Kehidupan melalui Kegiatan Praktikum di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedang. Diakses pada 16 November 2015, dari

http://file.upi.edu/Direktoria/FMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-YANTI_HAMDIYATI/makalah_semnas.leni.YANTI_H.pdf

Wulan, A.R., dkk. (2010). Model Kesulitan Belajar Siswa SD dan SMP. Makalah Workshop Hasil Penelitian Mutu Pendidikan Pusat Penilaian Pendidikan. Jakarta, 22 November

Yuningsih, Neni. (2013). Penggunaan Asesmen Kinerja untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Siswa SMP dalam Menggunakan Mikroskop. Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Zubaidah, S., Susriyati M., Lia Y., dan Darsono S. (2014). Buku Guru IPA untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


(1)

7

yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Pramesti, 2000).

Mikroskop yang sering digunakan di sekolah adalah mikroskop cahaya konvensional. Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar dua tingkat. Suatu lensa objektif melakukan pembesaran awal dan suatu lensa okuler ditempatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar bayangan benda untuk kedua kalinya. Perbesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran lensa objektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan biasanya ditempatkan di bawah mikroskop untuk memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari objek, sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan yang diperbesar itu (Leeson, 1996).

Penggunaan mikroskop sebagai alat dalam praktikum biologi menjadi sangat penting karena dapat mendukung keterampilan-keterampilan lain dari keterampilan proses sains. Keterampilan penggunaan mikroskop akan melibatkan tiga ranah sekaligus, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik (Sukardi, 2010). Aspek kognitif meliputi pengetahuan mengenai bagian-bagian dari mikroskop dan prosedur penggunaannya. Aspek afektif yang dimaksud menunjukkan segala sikap yang di tunjukkan selama pengamatan berlangsung. Aspek psikomotorik dalam menggunakan mikroskop menunjukkan kesanggupan siswa dalam menggunakan anggota badan sehingga menampakkan rangkaian yang teratur dan luwes.

Berdasarkan hasil penelitian Trisnayanti (2010) diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop untuk cara membawa mikroskop dan menyiapkan kaca objek 100% telah sesuai prosedur. Untuk beberapa hal masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu: adanya gelembung udara pada preparat yang dibuat (58%), tidak menggunakan alat bantu untuk menutup kaca penutup (42%), tidak menggunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dulu (33%), tidak memutar pengatur focus dengan perlahan-lahan untuk memperoleh objek pada perbesaran kuat (50%) dan pada waktu mengganti lensa objektif ujung lensa menyentuh permukaan kaca penutup (33%). Setelah selesai pengamatan 92% membersihkan kembali alat yang telah digunakan dan menyimpannya kembali dengan bersih dan rapih (83%). Adapun dalam keselamatan kerja 100% siswa tidak mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka, hanya terjadi kerusakan pada alat yang digunakan (pecahnya kaca penutup sebanyak dua buah). Kemampuan guru dalam hal membimbing kegiatan praktikum dinilai sangat baik meskipun dari aspek penguasaan konsep hanya (50%) siswa yang telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri merupakan salah satu SMP Negeri yang ada di Sidoharjo Wonogiri. Alasan peneliti memilih SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri karena peneliti tertarik untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop di sekolah yang berkembang dibandingkan sekolah-sekolah yang lainnya yang ada di Sidoharjo, sehingga nantinya penelitian ini dapat menjadi acuan untuk SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri menjadi lebih baik dalam menjalankan proses pembelajaran yang ada di sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Menggunakan Mikroskop Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016”.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Strategi dalam penelitian ini menggunakan studi kasus yang lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan menggunakan mikroskop.


(2)

8

Pengumpulan data dari penelitian ini dengan cara : (1) observasi, berupa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop, (2) wawancara, untuk mengetahui tanggapan guru IPA mengenai kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang terkumpul adalah deskriptif kualitatif yaitu memadukan dan menggeneralisasikan hasil data dalam bentuk kalimat deskriptif secara terperinci dan apa adanya.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mendeskripsikan tentang kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi berupa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop dan wawancara mengenai tanggapan guru terhadap kemampuan siswa menggunakan mikroskop.

Kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 diperoleh melalui purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa-siswa kelas VIIE dari SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri yang berjumlah 34 siswa-siswa yang nantinya akan melakukan pengamatan preparat menggunakan mikroskop sebanyak tiga kali pengamatan.

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kehidupan laboratorium, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.

Tabel 1. Rekapitulasi Kemampuan Mengguanakan Mikroskop Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016

Kriteria interpretasi skor (Sugiyono, 2013) dengan keterangan sebagai berikut : SKB (Sangat Kurang Baik) : 25.00% - 43.75%

KB (Kurang Baik) : 43.76% - 62.50%

B (Baik) : 62.51% - 81.25%

SB (Sangat Baik) : 81.26% - 100%

Berdasarkan tabel 1, memperlihatkan bahwa kemampuan siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri dalam menggunakan mikroskop selama tiga kali praktikum sudah baik dengan persentase 80,51% (B). Kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap

No. Aspek yang diamati Rata -Rata

(%) Kriteria

1. Membawa mikroskop 100 Sangat Baik

2. Mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan 93,38 Sangat Baik 3. Membuat preparat irisan bawang merah dan

sayatan daun Rhoeo discolor 62,3 Kurang Baik 4. Mempersiapkan kaca objek dan kaca penutup 62,5 Kurang Baik

5. Mempersiapkan preparat 97,79 Sangat Baik

6. Mendapatkan fokus untuk perbesaran lemah 72,55 Baik 7. Mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat 64,21 Baik 8. Menggambar hasil pengamatan 61,75 Kurang Baik 9. Perlakuan setelah selesai pengamatan 93,62 Sangat Baik

10. Keselamatan kerja 97,05 Sangat Baik

(%) 805,15


(3)

9

tahun ajaran 2015/2016 dari cara membawa mikroskop (100%), mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan (93,38%), membuat preparat (62,3%), mempersiapkan kaca objek dan kaca penutup (62,5%), mempersiapkan preparat (97,79%), mendapatkan fokus untuk perbesaran lemah (72,55%), mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat (64,21%), menggambar hasil pengamatan (61,75%), perlakuan setalah selesai pengamatan (93,62%), dan keselamatan kerja (97,05%). Rata-rata prosentase kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop yang paling tinggi yaitu kemampuan siswa mengamati preparat awetan yang terdiri daun monokotil, akar monokotil, batang dikotil, daun dikotil, dan akar dikotil sebesar 88,35% (SB). Setiap siswa hanya mendapatkan satu bahan untuk pengamatan karena terbatasnya waktu dan mikroskop yang digunakan. Sebelumnya, siswa kelas VIIE sudah pernah melakukan pengamatan dengan menggunakan preparat awetan ini sehingga siswa sudah menguasai. Kemampuan siswa menggunakan mikroskop untuk mengamati sel bawang merah memperoleh rata-rata prosentase terendah sebesar 78,88% (B), kemudian kemampuan siswa menggunakan mikroskop untuk mengamati sel daun Rhoeo discolor sebesar 79,51% (B).

Kecakapan siswa dalam menggunakan alat dan bahan akan berimplikasi pada keterampilan yang lain. Hal ini menurut Rustaman (2007) karena keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan akan menentukan hasil dari suatu pengamatan/observasi. Menurut Jihad (2009) keterlibatan siswa dalam belajar dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini karena melalui suatu proses, siswa akan membangun suatu gagasan baru dan akan bertahan lebih lama. Kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan bahan juga ditunjang oleh pengalaman pada praktikum yang mereka dapatkan sebelumnya.

Kemampuan membawa mikroskop siswa kelas VIIE mendapatkan rata-rata prosentase yang sempurna sebesar 100% (SB). Siswa kelas VIIE sudah benar dalam membawa mikroskop yaitu menggunakan kedua tangan, tangan kanan memegang lengan mikroskop dan tangan kiri memegang kaki mikroskop. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mempersiapkan mikroskop untuk pengamatan dengan rubrik penilaiannya yaitu meletakkan mikroskop pada meja yang datar dan kokoh, mikroskop diperiksa kelengkapannya, memutar lensa objektif untuk penggunaan perbesaran paling lemah terlebih dahulu, dan mengatur posisi cermin sambil melihat melalui okuler sehingga pemantulan optimal sebesar 93,38% (SB). Pada aspek ini siswa terkadang tidak mengecek lensa objektif pada perbesaran lemah terlebih dahulu sehingga pengamatan siswa langsung pada perbesaran kuat.

Kemampuan siswa kelas VIIE dalam membuat preparat sendiri dari bawang merah dan Rhoeo discolor memperoleh rata-rata prosentase 62,3% (KB). Dalam membuat preparat ini siswa sudah diberikan lembar tugas untuk memudahkan siswa dalam melakukan pengamatan. Siswa kelas VIIE mengalami kesulitan dalam membuat irisan bawang merah yaitu dengan cara mengambil satu lapis bawang merah dan mematahkan kearah berlawanan kemudian diambil selaput tipis berwarna ungu untuk pengamatan. Kebanyakan siswa hanya dapat mengambil selaput ungu tersebut dalam ukuran kecil sehingga dalam pengamatan dibawah mikroskop kurang jelas. Siswa mengalami kesulitan menyayat daun Rhoeo discolor dengan tipis, sehingga waktu pengamatan dibawah mikroskop tidak terlihat sel daun Rhoeo discolor.

Kemampuan mempersiapkan kaca benda dan kaca penutup memperoleh prosentase 62,5% (KB). Rubrik penilaian yang harus dipenuhi oleh siswa dari aspek ini yaitu mulai dari membersihkan kaca benda dan penutupnya sebelum dipakai dengan tissue, meletakkan hasil sayatan pada kaca benda, meneteskan sedikit air pada irisan, kaca penutup diletakkan miring kira-kira 45ᵒ dan menyentuh salah satu tepi medium, serta tidak ada gelembung udara pada obyek yang diamati. Pada pengamatan sel bawang merah prosentase yang didapat kurang baik karena siswa masih asal-asalan dalam menutup preparat dengan kaca penutup agar tidak ada gelembung udara pada objek yang diamati dan siswa terkadang saat meneteskan air pada irisan bawang merah kurang banyak sehingga terdapat gelembung udara pada preparat tersebut. Pada pengamatan daun Rhoeo discolor sudah mengalami peningkatan dalam hal memberikan tetesan air pada preparat dan tidak ada gelembung udara pada preparat yang digunakan, tetapi belum semua siswa dapat memenuhi target ini.


(4)

10

Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mempersiapkan preparat untuk pengamatan diperoleh rata-rata prosentase 97,79% (SB). Pada aspek ini sebagian siswa belum tahu cara menjepit preparat yang benar agar tidak bergeser-geser. Keluhan siswa saat menyiapkan preparat untuk pengamatan yaitu setiap mikroskop memiliki jepitan preparat yang berbeda-beda sehingga siswa bingung cara untuk menjepit preparat tersebut.

Setelah disiapkan preparat yang akan diamati kemudian mencari fokus untuk perbesaran yang lemah terlebih dahulu yaitu dengan perbesaran 4x10. Rata-rata kemampuan siswa kelas VIIE menggunakan mikroskop untuk mendapatkan fokus pada perbesaran lemah diperoleh sebesar 72,55% (B). Siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan bayangan yang dicari ini dikarenakan preparat yang dibuat oleh siswa kurang besar dan terlalu tebal sehingga saat pengamatan sulit untuk dicari. Siswa juga kurang dalam menggunakan makrometer dan mikometer untuk mendapatkan fokus yang lebih jelas. Selanjutnya, untuk mendapatkan fokus yang lebih jelas dengan menggunakan perbesaran yang lebih kuat yaitu dengan menggunakan perbesaran 10x10. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam mendapatkan fokus untuk perbesaran kuat sebesar 64,21% (B). Dari hasil mendapatkan bayangan yang jelas dari perbesaran lemah hingga kuat, siswa kelas VIIE sudah baik dalam mengamati preparat yang dicari.

Setelah mendapatkan bayangan yang didapat siswa menggambarkan hasil pengamatan pada lembar tugas yang diberikan kepada siswa. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam menggambar hasil pengamatan memperoleh prosentase sebesar 61,75 (KB). Siswa mengalami kesulitan ketika menggambar bayangan yang ada di mikroskop karena yang digambar tidak sesuai dengan yang diamati dan kadang-kadang juga menggambar gelembung udara yang ada dipreparat. Perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan yaitu mikroskop diatur kembali ke posisi semula, membersihkan alat-alat yang telah digunakan, membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan yang telah dipakai, dan mengembalikan alat yang telah bersih dengan rapi. Kemampuan siswa kelas VIIE dalam perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan sebesar 93,62% (SB). Sebagian siswa VIIE kurang memperhatikan kebersihan meja seperti kotoran bekas dari bawang merah, daun Rhoeo discolor, dan tissue tidak dibuang pada tempatnya, serta tidak mengembalikan alat dan bahan pada tempatnya. Tetapi secara keseluruhan aspek perlakuan setelah selesai melakukan pengamatan sudah sangat baik. Pada praktikum menggunakan mikroskop harus menjaga keselamatan kerja demi kelancaran saat praktikum. Kemampuan siswa kelas VIIE menjaga keselamatan kerja saat praktikum sebesar 97,05% (SB).

Dari hasil penilaian kinerja selama tiga kali pengamatan, kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 sudah baik. Ini dikarenakan di SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri tidak hanya dituntut dalam segi kognitif saja tetapi siswa juga harus dilatih keterampilan dalam melakukan sesuatu, contohnya praktikum pada mata pelajaran IPA Bilogi. Dengan adanya pelaksanaan praktikum siswa merasa dirinya ikut berperan serta, sehingga dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa.

Hasil penelitian Trisnayanti (2010) diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop untuk cara membawa mikroskop dan menyiapkan kaca objek 100% telah sesuai prosedur. Untuk beberapa hal masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu: adanya gelembung udara pada preparat yang dibuat (58%), tidak menggunakan alat bantu untuk menutup kaca penutup (42%), tidak menggunakan lensa objektif dengan perbesaran kecil terlebih dulu (33%),tidak memutar pengatur focus dengan perlahan-lahan untuk memperoleh objek pada perbesaran kuat (50%) dan pada waktu mengganti lensa objektif ujung lensa menyentuh permukaan kaca penutup (33%). Setelah selesai pengamatan 92% membersihkan kembali alat yang telah digunakan dan menyimpannya kembali dengan bersih dan rapih (83%). Adapun dalam keselamatan kerja 100% siswa tidak mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka, hanya terjadi kerusakan pada alat yang digunakan (pecahnya kaca penutup sebanyak dua buah) .Kemampuan guru dalam hal membimbing kegiatan praktikum dinilai sangat baik meskipun dari aspek penguasaan konsep hanya 50 % siswa yang telah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).


(5)

11

Dari hasil penelitian Abdullah (2014), melakukan penelitian terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 8 Banda Aceh terhadap analisis keterampilan psikomotorik menggunakan mikroskop yaitu sebanyak 20 siswa (64,5%) terampil membawa mikroskop dan 10 orang siswa (32,3%) sangat terampil membawa mikroskop. Pada aspek membuat preparat bawang merah sebanyak 31 orang siswa (100%) tidak terampil. 31 orang siswa yang menjadi sampel penelitian, sebanyak 9 orang siswa (29%) masuk dalam kategori kurang terampil, dan 22 orang siswa (71%) masuk dalam kategori terampil pada menggunakan mikroskop.

Dari hasil kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 didukung dengan hasil wawancara terhadap guru yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan praktikum siswa dalam menggunakan mikroskop sudah baik, karena disetiap pelajaran yang memungkinkan praktikum akan dilakukan praktikum di laboratorium. Guru juga melatih keterampilan siswa dalam menggunakan mikrosko, sehingga jika ada praktikum selalu dilaksanakan dengan baik. Kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop sudah baik karena siswa disini sangat bersemangat dalam mengikuti praktikum, sehingga siswa langsung bisa menggunakan mikroskop dan ketika guru memberikan contoh menggunakan mikroskop siswa mudah memahami dan menerapkan menggunakan mikroskop. kesulitan yang dialami siswa kelas VII dalam menggunakan mikroskop yaitu merupakan hal baru untuk siswa karena sebelumnya di sekolah dasar belum tahu tentang mikroskop, jumlah mikroskop yang masih terbatas, kurangnya pencahayaan pada ruang laboratorium, dan sulitnya mencari bayangan objek pada mikroskop. Kendala dalam menggunakan mikroskop yaitu terbatasnya jumlah mikroskop yang digunakan menyebabkan siswa harus bergantian dengan temannya dan kurangnya pencahayaan pada tempat laboratorium. Usaha guru IPA dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan mikroskop dengan cara menyediakan lembar kerja sederhana yang mudah dipahami siswa, menggunakan preparat awetan untuk mempermudah siswa dalam belajar pengamatan pada mikroskop, memberikan pengarahan dahulu sebelum menggunakan mikroskop agar siswa dapat lebih paham.dan penanyangan pada LCD tentang cara menggunakan mikroskop. Sarana dan prasarana sudah menunjang proses pembelajaraan saat praktikum hanya saja penggunaan mikroskop harus bergantian.

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan yaitu kemampuan menggunakan mikroskop siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sidoharjo Wonogiri semester genap tahun ajaran 2015/2016 (80,51%), kemampuan menggunakan mikroskop tertinggi pada aspek membawa mikroskop (100%) sedangkan terendah pada aspek menggambar hasil pengamatan (61,75%).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Ridha Marvira. (2014). “Analisis Keterampilan Psikomotorik Dalam Menggunakan Mikroskop Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Banda Aceh”. Jesbio, Vol. III No. 5, November 2014.

Depdiknas. (2004). Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat SLTP.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo Leeson, C.R. (1996). Buku Teks Histologi. Jakarta : EGC.


(6)

12

Rochintaniawati, D., Wulan, A.R., dan Sriyati, S. (2009).Kebutuhan Guru Sekolah Dasar di Cimahi dan Kabupaten Bandung dalam Melangsungkan Pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian, 10(2), 1-11. Rustaman, N., dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

__________. (2007) . Keterampilan Proses Sains. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif Jilid 4 Nomor 2. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

_______. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2010). Profil Keterampilan Kerja Laboratorium IPA Siswa SMP dalam Praktikum Biologi, Thesis. Bandung : UPI. Diakses pada tanggal 8 Maret 2016.

Trisnayanti, L., Sukarsih, E., Hamdiyati, E. (2010). Pembelajaran Materi Tingkat Organisasi Kehidupan melalui Kegiatan Praktikum di SMP Negeri 2 Paseh Kabupaten Sumedang. Diakses pada 16 November 2015, dari

http://file.upi.edu/Direktoria/FMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-YANTI_HAMDIYATI/makalah_semnas.leni.YANTI_H.pdf

Wulan, A.R., dkk. (2010). Model Kesulitan Belajar Siswa SD dan SMP. Makalah Workshop Hasil Penelitian Mutu Pendidikan Pusat Penilaian Pendidikan. Jakarta, 22 November

Yuningsih, Neni. (2013). Penggunaan Asesmen Kinerja untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Siswa SMP dalam Menggunakan Mikroskop. Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Zubaidah, S., Susriyati M., Lia Y., dan Darsono S. (2014). Buku Guru IPA untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Dokumen yang terkait

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Rogojampi Tahun Pelajaran 2014/2015

1 34 152

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Rogojampi Tahun Pelajaran 2014/2015

0 20 6

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Liwa Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 23 121

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN MATERI SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Ajaran 2012/2013)

1 8 46

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian Kuantitatif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 75