Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dalam Menimgkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas V.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH……….... iv

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR BAGAN……… .... xv

HALAMAN PENYANTAAN……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….. … 10

C. Definisi Operasional ……… 13

D. Tujuan Penelitian ……….. 16

E. Asumsi Dasar……….. 17

F. Hipotesis……….. 17

G. Manfaat Penelitian ……… …….... 19

BAB II LANDASAN TEOORITIS ……….... 22

A. Belajar ………... 22

1. Pengertian Belajar dan Hakikat Belajar ……….. 22

2.Aliran Teori Belajar ………... 27

3. Ciri Belajar ……….... 29

4. Aktivitas Belajar ……… ……. 32


(2)

6. Gaya Belajar ……….. 39

B. Mengajar ……….. 42

1. Pengertian Mengajar ………... 42

2. Metode Mengajar……….. 44

C. Pembelajaran ……… 49

1. Pengertian Pembelajaran……….... 49

2. Pendekatan Pembelajaran ……… ……. 52

D. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) …………. 55

1. Landasan PBAS………... 55

2. Pengertian PBAS ……….. 63

3. Asumsi yang Mendasari PBAS ……….... 65

4. Konsep dan Tujuan PBAS ……… 69

5. Peran Guru dalam Penerapan PBAS ………... 71

6. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran ………. 73

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS…….. 74

8. Cara Mengaktifkan Siswa ……….... 77

E. Hasil Belajar Siswa ……….. 80

1. Pengertian Hasil belajar ……… 80

2. Teknik Pengukuran Hasil Belajar ……….. 80

3. Alat Pengukur Hasil belajar ……….. 85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 91

A.Metode dan Desain Penelitian ………... 91

1. Metode Penelitian ……… ……… 91

2. Desain Penelitian ………. 98


(3)

1. Populasi ……… 100

2. Sampel Penelitian………. 104

3. Lokasi Penelitian ………. 108

C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data ……….. 109

1. Teknik Observasi dan Pengamatan ……… 109

2. Tes ………. 111

a. Validitas Tes ………. 114

b. Reliabilitas Tes ……… 116

c. Tingkat Kesukaran ……… 117

d. Daya Pembeda ……… 118

D. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ……….. 120

E. Teknik Analisis Data ………. 122

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……… 126

A. Deskripsi Hasil Penelitian……… 126

1. Kegiatan Belajar siswa pada Penerapan PBAS……… 126

2. Uji Normalitas .……… ….. 135

3. Uji Beda ……….. 142

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……… …. 164

1. Efektivitas PBAS dalam Meningkatkan Hasil Belajar…… 163

2. Efek Penerapan PBAS dalam Meningkatkan Hasil Belajar 168 3. Efek Pemberian TES Awal pada Penerapan PBAS……… . 171

4. Perbedaan Efek Perlakuan PBAS dengan Efek Pemberian Tes Awal………. 174

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 182


(4)

B. Saran………. ……….... 183

DAFTAR PUSTAKA ……… ………… 186

BIODATA PENULIS………. 190


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Taksonomi Tingkah Laku……… 27 Tabel 2.2 Perbedaan Aliran Behavioristik dan Aliran Kognitif……….. 30

Tabel 2.3 Alat Pengukuran yang Digunakan untuk Mengukur Hasil

Belajar IPA ……….. 91 Tabel 3.1 Desain Penelitian Solomon Four-Group Design……….. 100 Tabel 3.1 Cuplikan Tabel Ross dan Stanley ……… 119 Tabel 4.1 Skor Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Sebelum

Penelitian……….. 127 Tabel 4.2 Skor Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Selama Kegiatan

Eksperimen……….. 128 Tabel 4.3 Skor Pre Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon 2 Kelas V-B (Kelompok

Ekeperimen 1)……….. 129 Tabel 4.4 Skor Pre Tes Siswa SD Negeri Karawang Kuluon III Kelas

V-B (Kelompok Kontrol 1)……… 130 Tabel 4.5 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon II Kelas V-B (Kelompok

Eksperimen 1)……… 131

Tabel 4.6 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Karawang Kulon III Kelas V-B (Kelompok Kontrol 1)……….. 132

Tabel 4.7 Skor Pos Tes Siswa SD Swasta Puri Artha Kelas V-B

(Kelompok Eksperimen 2)………... 133 Tabel 4.8 Skor Pos Tes Siswa SD Negeri Sirnabaya III Kelas V-B

(Kelompok Kontrol 2 )……… 134 Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Pre Tes dan Pos Tes Hasil Belajar IPA


(6)

Siswa SD Kelas V ………. 136 Tabel 4.10 Uji Kolmogorov-Smirnov Nilai Pretes dan Nilai Postes

Siswa Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon II ( Kelompok Eksperimen 1 )………. 137

Tabel 4.11 Uji Kolmogorov-Smirnov Nilai Pretes dan Nilai Postes

Siswa Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon III ( Kelompok Kontrol 1)……… 138

Tabel 4.12 Uji Kolmogorov-Smirnov Rata-rata Nilai Postes Siswa

Sekolah Dasar Swasta Puri Artha ( Kelompok Eksperimen 2 ) 140

Tabel 4.13 Uji Kolmogorov-Smirnov Rata-rata Nilai Postes Siswa Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III ( Kelompok Kontrol 2 )……….. 141

Tabel 4.14 Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Eksperimen (E.1) dan Rata-

rata Nilai Pretes Kelompok Kontrol (K.1)……… 144 Tabel 4.15 Beda Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Pretes Kelompok Kontrol (K.1) ………... 145 Tabel 4.16 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan Rata-

rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………. 147 Tabel 4.17 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………. 148 Tabel 4.18 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)…………. 150 Tabel 4.19 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)…….. 151 Tabel 4.20 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2) dan


(7)

Tabel 4.21 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)………. 154 Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)………. 156 Tabel 4.23 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.1)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)….. 157 Tabel 4.24 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)dan Rata-

rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)……… 159 Tabel 4.25 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.2)………….. 160 Tabel 4.26 Rata-rata Nilai Postes Kelompok Ekspeprimen (E.2) dan

Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)………….. 162 Tabel 4.27 Beda Rata-rata Nilai Postes Kelompok Eksperimen (E.2)

dan Rata-rata Nilai Postes Kelompok Kontrol (K.1)……… 163

Tabel 4.28 Hasil Uji-t Tentang Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) Pada Siswa Sekolah

Dasar Kelas V………. 169 Tabel 4.29 Hasil Uji-t Tentang Efek Perlakuan PBAS Pada Siswa

Sekolah Dasar Kelas V……….. 171 Tabel 4.30 Hasil Uji-t (Independent Samples Test) Tentang Efek

Tes Awal Kelompok Ekspperimen dan Kelompok Kontrol

Siswa Sekolah Dasar Kelas V……….. 175 Tabel 4.31 Hasil Uji-t (Independent Samples Test) Tentang Perbedaan Efek Perlakuan PBAS dengan Efek Tes Awal Pada Siswa


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambar Skema Uji Coba Instrumen……...……… 115 Gambar 4.1 Langkah-langkah Uji Hipotesis……….. 143 Gambar 4.1 Tahapan Uji Hipotesis………. 143


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia secara umum saat ini masih mengalami banyak masalah. Masalah tersebut menyangkut banyak faktor yang terkait dengan pendidikan, diantaranya berkaitan dengan kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan maupun kebijakan pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Secara lebih jelas masalah pendidikan tersebut khususnya pendidikan dasar meliputi beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim dalam modulnya yang berjudul Problematika Pendidikan Dasar (2007 : 21)

bahwa, ” Masalah-masalah tersebut meliputi : 1) Pemerataan, 2) Mutu, 3) Relevansi, 4) Efisiensi dan 5) Masih lemahnya manajemen/pengelolaan

pendidikan.” Dari masalah-masalah tersebut peneliti hanya memfokuskan perhatian khusus pada masalah mutu pendidikan, yang sampai saat ini mutu pendidikan Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi atau hasil belajar siswa seperti dikemukakan oleh Wasliman, Iim (2007 : 23), bahwa :

Indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi siswa. 1) Menurut laporan Bank Dunia anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu

menguasai 30 % dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. 2) Hasil studi The Third International Mathematic and Science Studi-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA,1999) memperlihatkan bahwa , diantara 38 negara peserta , prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke -32 untuk IPA, ke-34 untuk matematika. 3) Menuurut survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.


(10)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa anak-anak di Indoensia masih rendah dalam kemampuan penalaran. Kenyataan ini merupakan konsekuensi dari pembelajaran sebelumnya yang masih berpusat pada guru. Kemampuan penalaran ini merupakan kemampuan kumulatif dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Kemampuan kumulatif ini akan berkembang bila proses pengembangan potensi siswa dilakukan melalui pengalaman langsung, yaitu melalui proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa serta mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman hidup sehari-hari.

Masalah rendahnya mutu pendidikan, tidak akan lepas dari masalah rendahnya kualitas guru itu sendiri. Masalah rendahnya kualitas guru, akan memberikan dampak langsung terhadap kualitas pembelajaran. Sedangkan prestasi siswa sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan tidak bisa mengabaikan perhatian terhadap peningkatan kualitas guru dan pembelajarannya. Terkait kualitas pembelajaran, maka sangat erat hubungannya dengan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan taktik pembelajaran.

Dalam hubungannya dengan kurikulum yang sedang digunakan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara jelas memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan termasuk guru di dalamnya untuk membentuk kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Berdasarkan uraian ini, peneliti memandang bahwa kreativitas satuan pendidikan termasuk kreativitas guru dalam mengimplementasikan kurikulum pada kegiatan


(11)

pembelajaran sangat menentukan ketercapaian target kurikulum. Berbicara pembelajaran, artinya berbicara tentang pendekatan, model, strategi, metode, teknik sampai pada yang lebih individual yaitu taktik dalam mengajar.

Sebuah pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa apabila disajikan dengan pendekatan, strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Kemampuan guru dalam memilih dan menentukan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran akan sangat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh sejumlah faktor,diantaranya adalah guru, siswa, fasilitas, kurikulum, pemerintah, industri, dunia usaha, dan masyarakat setempat. Diantara faktor-faktor tersebut guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terkait dengan masalah pembelajaran, Trianto dalam bukunya yang berjudul Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik ( 2007 : 1 ), mengemukakan bahwa:

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu ( belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya.

Dalam sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa guru adalah subkomponen pendidikan yang paling penting dan sebagai penentu. Dengan demikian guru dituntut kemampuan atau kompetensinya yang memadai dalam melaksanakan tugas pendidikan. Betapapun canggihnya alat bantu dalam pembelajaran, interpensi guru


(12)

tetap diperlukan. Perubahan yang diperlukan pada pembelajaran masa sekarang adalah pembelajaran harus bersifat konstektual dengan menekankan pada aktivitas siswa. Melalui pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan siswa memiliki pengalaman langsung dalam memecahkan masalah sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Guru dan siswa sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran, dan guru harus selalu meningkatkan kreativitasnya dalam peran sebagai fasilitator, pembimbing, sumber belajar, dan figur sosial di masyarakat. Seperti dikemukakan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab. IV pasal 8 bahwa, “ Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional ”, dan kemudian pada pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa, “ Kompetensi guru sebagai mana dimakksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Berdasarkan undang-undang tersebut bahwa guru harus memenuhi standar kualifikasi akademik dan memenuhi syarat kelayakan sebagai pendidik dengan dibuktikan oleh kepemilikan sertifikat pendidik sebagai bukti otentik dari kompetensi yang telah dimilki. Kompetensi guru secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi dan kompetensi sosial. Kompetensi yang sangat erat kaitannya dengan peran guru sebagai pelaksana teknis dalam implementasi kurikulum adalah kompetensi pedagogik.. Kompetensi tersebut memiliki lima sub kompetensi seperti pendapat Sarimaya dalam bukunya yang berjudul Sertifikasi Guru (2009 ; 19) yaitu bahwa :


(13)

Memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran, mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.

Salah satu indikator dari kompetensi tersebut diantaranya adalah menetapkan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Keterampilan atau kemampuan guru dalam menentukan dan memilih variasi strategi pembelajaran harus menjadi kemampuan yang melekat dalam pelaksanaan tugas penyusunan program pembelajaran. Djamarah mengemukakan dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (2005 : 124), bahwa “ Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu ; 1 Variasi dalam gaya mengajar, 2 Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta 3 Variasi dalam interaksi guru dengan siswa”.

Keterampilan guru dalam melakukan variasi sangat diperlukan, agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh berada dalam ruangan kelas yang serba monoton. Guru sebagai pelaksana teknis kurikulum, artinya guru sebagai pendidik harus mampu melakukan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM). Seperti halnya dikemukakan oleh Suparlan (2008 : 25) :

Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrative, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seorang yang dapat mendidik, tetapi tidak memiliki kemampuan membimbing, mengajar dan melatih, ia tidaklah dapat disebut guru yang paripurna. Selanjutnya seorang yang memiliki kemampuan mengajar, tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing dan melatih, juga tidak dapat disebut guru yang sebenarnya. Kutipan di atas memiliki makna bahwa guru harus menjadi sumber belajar yang ideal, dan mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,


(14)

karakteristik dan potensi siswa. Empat peran tersebut harus melekat dalam jiwa dan perilaku seorang guru sehingga membentuk profil guru yang ideal.

Pendapat lain tentang peran dan tugas guru dikemukan oleh Oemar

Hamalik, ( 2009 : 19 ) : “ Guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungsi menyiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan.” Pendapat Hamalik memberikan makna bahwa guru sebagai sentral pigur bagi siswa, karena dari profil dan kerja keras guru inilah akan melahirkan generasi muda yang diharapkan akan mampu membangun bangsa menjadi lebih baik.

Berkaitan dengan permasalah pendidikan seperti pada uraian di atas, peneliti sangat tertarik dengan pembangunan pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat dasar, yang akan menjadi landasan perkembangan siswa pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Fokus perhatian pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan proram-programnya yang telah dilaksanakan, maka kondisi ini akan menuntut adanya upaya kreatif dan inovatif dari para penyelenggara, praktisi pendidikan atau semua fihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan. Upaya kreatif dan inovatif belum menjadi jiwa dan budaya kehidupan guru pada umumnya. Hal tersebut disebabkan masih banyak guru yang mengajar hanya karena kewajiban sebagai konsekuensi tugas, dan belum menjadi kesadaran jiwa untuk membantu siswa dalam mengembangkan segala potensinya. Tidak sedikit guru yang mengajar tanpa membuat program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan kemampuan kreativitas, kemampuan


(15)

mengkolaborasikan model, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran sangat dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tidak ada satu metode yang efektif untuk semua mata pelajaran, karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai, baik dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri maupun karakteristik siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih tentang pembelajaran dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan karakteristik mata pelajarannya, bahwa hasil belajar IPA meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPA adalah pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah :

1. Hasil penelitiah yang dilakukan oleh Neni Hermita tahun 2007 tentang pembelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sain siswa sekolah dasar, menyimpulkan bahwa :

a. Penggunaan pembelajaran inquiri secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dibanding model pembelajaran konvensional.

b. Penggunaan model pembelajaran inquiri terbimbing secara signifikan dapat meningkatkan ketertampilan proses sain pada materi pesawat sederhana dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional.


(16)

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Sa’ariah Kanita tahun 2005 tentang: Pengembangan problem based learning berbasis ecoschool untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMP, menyimpulkan bahwa :

a. Kemampuan kognitif siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning ( PBL ) berbasis Ecoschool.

b. Kemampuan afektif siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata persentasi lebih besar dari pada selisih rata-rata persentasi kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI).

c. Kemampuan psikomotor siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis Ecoschool mempunyai selisih rata-rata lebih besar dari pada selisih rata-rata skor kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction (DI).

Kedua hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian perlu dicobakan lagi berbagai pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA lainnya. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian tersebut, maka Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) sebagai pendekatan pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran IPA.

Kemampuan kreativitas dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan


(17)

indikator kualitas pembelajaran yang akan bermuara menjadi indikator sumber daya manusia sebagai hasil pembangunan bidang pendidikan. Hal yang harus mendapat perhatian dalam pembangunan pendidikan adalah perlu adanya pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap pembangunan pendidikan itu sendiri. Permasalahan pembangunan pendidikan bukanlah pembangunan fisik seperti membangun sebuah gedung yang apabila pembangunan itu selesai, akan segera dapat dirasakan mamfaat dari hasil pembangunan itu. Tetapi pembangunan pendidikan merupakan pembangunan mental yang memerlukan waktu sangat panjang dan berkesinambungan. Berfikir tentang pembangunan pendidikan berarti berfikir masalah manusia untuk 20 tahun atau 25 tahun yang akan datang. Anak-anak yang sedang dididik sekarang akan memasuki masa kehidupan yang sesungguhnya sebagai salah satu komponen bangsa pada 25 tahun yang akan datang. Pada saat itu suatu generasi akan dirasakan sebagai produk dari suatu program pendidikan.

Dalam rangka mendukung dan menunjang peningkatan mutu pendidikan, perlu disiapkan guru-guru yang berdedikasi dan profesional serta mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Pembelajaran merupakan proses utama dari semua siklus pendidikan, artinya keberhasilan pendidikan akan sangat terasa jika dilihat dari hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi bila ada aktivitas siswa, yang berinteraksi langsung baik dengan lingkungan maupun sumber belajar. Pembelajaran itu sendiri dikatakan


(18)

berkualitas apabila dapat menyajikan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat didentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan masih rendahnya mutu pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA. Masalah dalam penelitian ini terutama berkaitan dengan faktor guru, kurikulum ( perencanaan, implementasi dan evaluasi ), pembelajaran ( pendekatan, strategi, metode dan tehnik ).

1. Masalah yang berkaitan dengan guru diantaranya adalah pola fikir guru yang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun mengajar menggunakan pendekatan berpusat pada guru ( teacher centered ) dengan penekanan pada aspek kognitif dan siswa dianggap sebagai obyek dalam pembelajaran. Pola fikir seperti ini sangat sulit untuk dirubah sehingga berbagai macam pendekatan, strategi dan metode mengajar diperkenalkannya, tetapi ketika kembali di dalam kelas pembelajaran pun kembali seperti semula.

2. Masalah yang berkaitan dengan kurikulum meliputi, a) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan sering kali belum menggambarkan adanya kejelasan kompetensi dasar apa yang harus dimiliki siswa, apa yang harus dilakukan siswa, apa yang harus dipelajari siswa, bagaimana cara siswa harus mempelajarinya dan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajarnya. Masalah ini berawal dari belum adanya pemahaman yang mendalam tentang


(19)

pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi rumusan indikator hasil belajar siswa. Indikator yang dikembangkan belum dianalisis berdasarkan tingkatan kompetensi dasar dan kata kerja operasional yang digunakan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah kompetensi dasar itu termasuk tingkatan pengetahuan, tingkatan proses atau tingkatan penerapan. RPP dalam fungsinya sebagai perencanaan belum menjadi skenario kegiatan belajar siswa, sedangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam fungsinya sebagai pelaksanaan belum menjadi ajang kreativitas dan aktivitas belajar siswa. Implikasi dari semua itu, maka RPP yang dikembangkan belum memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa sebagai subjek belajar. b) Implementasi kurikulum (pelaksanaan pembelajaran) yaitu kemampuan kreativitas dan inovasi guru masih rendah sehingga pembelajaran saat ini masih cenderung monoton karena masih didominasi oleh guru ( teacher centered ) dengan metode yang tidak variatif. Kalau pun ada yang sudah menggunakan pendekatan yang berorientasi pada siswa ( Student centered ) jumlahnya masih sangat terbatas dengan kemampuan implementasi yang terbatas pula. Dalam kondisi guru seperti ini, pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa ( student centered ) menjadi kurang terarah dan kurang variatif sehingga pembelajaran tetap cenderung monoton. c) Evaluasi hasil belajar pada umumnya masih menekankan pada aspek kognitif, sedangkan kedua aspek lainnya yaitu afektif dan psikomotor kurang mendapat perhatian, akibatnya hasil belajar yang diperoleh siswa hanya sebagai pengetahuan saja, kurang


(20)

terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari sehingga kemandirian siswa dalam kehidupan sosial tidak terbentuk.

Berdasarkan pada uraian di atas diperlukan adanya pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan menemukan sendiri pemecahan masalah-masalah melalui aktivitas langsung. Tetapi meskipun demikian aktivitas siswa tersebut tidak berarti menggantikan peran dan fungsi guru. Pembelajaran yang relevan adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Banyak pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered ), diantaranya adalah Strategi Pemebelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), Strategi Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPKB), Strategi Pembelajaran Kelompok (SPK), Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL). Permasalahan dalam penelitian ini adalah pembelajaran berorientasi aktivitas siswa seperti apa yang sesuai sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, “ Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar kelas V . ” Agar rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lebih terarah, maka dirumuskan lebih rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V ?


(21)

2. Bagaimana perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional ?

3. Bagaimana efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS dalam meningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V ?

4. Bagaimana perbedaan antara efek penerapan PBAS dengan efek pemberian tes awal terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memaknai kata yang merupakan inti dari penelitian ini sehingga akan menyebabkan komunikasi kurang berhasil termasuk mengkomunikasi hasil penelitian ini, maka berikut ini penulis uraikan makna dari kata-kata tersebut dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pada kata-kata yang mengandung sifat keberagaman atau kata tersebut memiliki sifat berjenjang. 1. Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa.

a. Penerapan

Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan suatu pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam istilah kurikulum penerapan pada kontek penelitian diartikan sebagai implementasi pembelajaran.


(22)

b. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dan guru sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran. Artinya siswa aktif dan terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas fisik, mental, emosional dan intelektual. Aktivitas siswa tersebut bisa dalam bentuk kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, memecahkan masalah, menyusun laporan, dan banyak lagi aktivitas lainnya yang bisa dilakukan dalam kontek pembelajaran. Sedangkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran artinya siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam merencanakan pembelajaran mulai dari merumuskan tujuan, kegiatan belajar yang harus dilakukan, dan bagaimana evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) adalah pelaksanaan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam merencanakan program pembelajaran dan implementasinya serta evaluasi hasil belajar untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan sehingga hasil belajar tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya.


(23)

2. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar a. Meningkatkan

Meningkatkan dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya menaikan derajat menjadi lebih baik atau menjadi lebih tinggi dari sebelumnya melalui pemberian perlakuan tertentu. Kata “ sebelumnya” merupakaan keadaan yang ditetapkan berdasarkan hasil pretes. Menaikan diartikan sebagai nilai tambah yang merupakan bentuk perubahan positif dari hasil suatu perlakuan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku yang ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu yang dibuktikan dengan hasil tes prestasi belajar.

c. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). IPA dalam penelitian ini tidak memisahkan antara fisika dan biologi, tetapi keduanya tergabung sebagai sebuah mata pelajaran yang berupaya mencari tahu tentang alam secara sistematis dengan mengunakan metoda ilmiah.

d. Siswa Sekolah Dasar

Agar objek penelitian menjadi lebih terfokus, siswa SD dalam penelitian ini adalah siswa kelas V, yaitu siswa sekolah dasar yang dianggap sudah memiliki keterampilan dasar berkomunikasi atau bertanya lebih baik dan sudah belajar dalam pendekatan mata pelajaran.


(24)

Dari uraian tersebut, maka yang dimaksud meningkatkan hasil belajar adalah memberikan penambahan nilai sebagai nilai lebih dari hasil suatu perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dibanding dengan perlakuan sebelumnya atau pembelajaran yang telah biasa dilakukan oleh guru yang disebut pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa sekolah dasar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, secara umum adalah mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Secara lebih khusus penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mendapatkan gambaran tentang hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V dengan menggunakan PBAS.

2. Mendapatkan gambaran tentang perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

3. Mendapatkan gambaran efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

4. Mendapatakan gambaran tentang perbedaan efek penerapan PBAS dengan efek pemberian tes awal terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V.


(25)

E. Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan sesuatu yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi, paling tidak bagi masalah yang akan diteliti saat ini. Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Berorientasi aktivitas siswa (PBAS) sesuai dengan karakter mata pelajaran IPA dan perkembangan kreativitas maupun perkembangan belajar siswa saat ini sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran dengan proses ekplorasi dan elaborasi (PBAS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran konvensional.

3. Tes hasil belajar yang diberikan sebelumnya dapat memberikan kontribusi terhadap tes hasil belajar berikutnya.

4. Proses pembelajaran memberikan efek lebih tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibanding dengan pemberian tes awal.

F.Hipotesis Penelitian

Penelitian eksperimen bersifat menguji efek dari suatu variabel terhadap variabel lainnya sebagai mana dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, maka perlu dirumuskan hipotesis yang bertujuan untuk memberikan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut .


(26)

1. Untuk menjawab pertanyaan pertama dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

Ho : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan tidak dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Sekolah Dasar kelas V.

2. Untuk menjawab pertanyaan kedua dalam penelitian ini, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

a.Hipotesis nol:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA siswa yang diberi perlakuan PBAS dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

3. Untuk menjawab pertanyaan ketiga dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

Ho : Tidak terdapat efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V.


(27)

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat efek pemberian tes awal pada penerapan PBAS terhadap peningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa SD kelas V. 4. Untuk menjawab pertanyaan keempat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis Nol :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V.

b. Hipotesis kerja :

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara efek perlakuan PBAS dengan efek pemberian tes awal dalam meningkatkan hasil be;lajar mata pelajar IPA siswa SD kelas V.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang cukup penting terhadap pembangunan pendidikan terutama dalam bidang pengembangan strategi pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat membantu mengembangkan konsep ilmu yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran efektif dan inovatif yang sesuai dengan kontek belajar masa sekarang.


(28)

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengembangan wawasan tentang interaksi belajar siswa yang diharapkan dalam standar proses pendidikan terkait dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Memberikan pemahaman tentang keyakinan bahwa pembelajaran di sekolah

akan efektif apabila dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dan memiliki keterkaitan dengan kehidupan siswa secara nyata.

2. Manfaat Praktis

a. Khusus untuk para guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan menyajikan materi pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa secara kolaboratif dan melibatkan siswa di dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil belajar.

b. Bagi para siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi secara optimal melalui berbagai kegiatan dan aktivitas belajar secara langsung dalam memecahkan masalah, kerjasama, menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi sekolah, diharapkan akan memberikan citra positif sebagai implikasi dari proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan lebih dalam

tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga dapat membuat kolaborasi metode, strategi, teknik, media dan alat


(29)

pembelajaran yang sesuai serta memberikan kemudahan bagi para pembelajar.

e. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

f. Bagi fihak terkait seperti komite sekolah, KKG dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan, dan pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

g. Bagi pengawas dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan dan data ilmiah akademik dalam melakukan pembinaan dan pembimbingan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik oleh kepala sekolah maupun oleh guru-guru berkaitan dengan hasil belajar siswa.

h. Kepala sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan sumber data untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru sehubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.


(30)

(31)

91 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian dalam kehidupan sehari hari atau kehidupan masyarakat awam pada umumnya lebih cenderung memiliki pengertian mengamati, menelaah, membandingkan dan menghubungkan. Sedangkan dalam kehidupan akademis penelitian memiliki pengertian yang bervariasi tergantung latar belakang dan pengalamannya. Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan ( 2008 ; 5 ) bahwa, “ Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” Dalam pengertian ini penelitian menggambarkan suatu kegiatan yang sistematis mulai dari proses pengumpulan data sampai pada analisis data secara logis dan ilmiah untuk mencapai tujuan yang jelas. Agar pelaksanaan penelitian menjadi lebih terarah dan lebih jelas prosedurnya, maka perlu ditentukan metode serta desain penelitian yang digunakan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sukmadinata ( 2008:52 ) mengemukakan pengertian metode penelitian sebagai berikut, “ Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.” Berdasarkan pengertian ini, maka suatu pelaksanaan penelitian harus memiliki latar belakang


(32)

masalah, fenomena yang ada, masalah-masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, perubahan-perubahan dan perkembangan yang dihadapi. Setiap permasalahan penelitian yang berbeda memerlukan metode penelitian yang berbeda pula, sehingga dalam menentukan metode penelitian yang tepat diperlukan suatu desain atau rancangan penelitian. Desain atau rancangan penelitian ini akan memberikan petunjukan sistematis atau menggambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan, waktu pelaksanaan penelitian, sumber data, untuk apa data itu dikumpulkan, bagaimana cara mengumpulkan data tersebut, serta bagaimana data itu diolah dan dianalisis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang bertujuan untuk menguji pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain atau menguji bagaimana hubungan sebab akibat antara variabel yang satu dengan variabel ang lainnya. Metode penelitian eksperimen memiliki perbedaan yang jelas dibanding dengan metode penelitian lainnya, yaitu adanya pengontrolan terhadap variabel penelitian dan adanya pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Sukmadinata ( 2008 : 194 ) mengemukakan bahwa, “ Penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal, pertama penelitian aksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab akibat.” Penelitian eksperimen dalam pembelajaran merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari suatu perlakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan, metode, strategi atau media tertentu.


(33)

Penelitian eksperimen dilakukan dengan cara membandingkan satu kelompok eksperimen atau lebih yang diberi perlakukan, dengan satu kelompok pembanding atau lebih yang tidak diberi perlakuan. Penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu eksperimen murni ( true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah ( weak experimental), eksperimen subyek tunggal ( single subyect experimental).

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni (true experimental) yaitu eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen terutama yang berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Pada penelitian eksperimen paling sedikit ada dua kelompok sampel yang telah dianggap memiliki karakteristik sama atau hampir sama yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan kedua kelompok tersebut adalah jenis perlakuan yang diberikan. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus (variabel yang akan diuji akibatnya) sedang pada kelompok kontrol diberikan perlakuan secara konvensional atau yang biasa dilakukan sebelumnya. Dalam eksperimen murni semua variabel yang akan diuji pengaruhnya, dikontrol atau disamakan karakteristiknya. Variabel-variabel tersebut diuji dan diukur perubahannya dengan cara membandingkan kondisi awal sampel sebelum diberikan perlakuan dengan kondisi akhir sampel setelah diberikan perlakukan. Sampel-sampel yang dijadikan obyek dalam penelitian harus memiliki karakteristik yang sama, karena


(34)

hasil dari penelitian ini akan digeneralisasikan keberlakuan terhadap obyek yang sejenis diluar sampel penelitian.

Dalam penelitian eksperimen, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur hasil suatu perlakuan atau manipulasi terhadap sampel penelitian. Ada yang mengatakan bahwa proses pengumpulan data dikatakan melalui penelitian jika dilakukan dengan cara eksperimen. Meskipun pendapat ini tidak benar sepenuhnya, tetapi penelitian eksperimen merupakan penelitian yang memiliki ciri khas tersendiri yaitu adanya manipulasi atau perlakukan yang perubahannya selalu dikontrol dan dibandingkan dengan sampel lainnya. Pengontrolan dan pembandingan dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi itu memang merupakan akibat dari suatu perlakuan atau bukan. Maksimalisasi obyektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka , pengolahan statistik , struktur dan percobaan terkontrol. Metode ini bersifat validation atau menguji sutu variabel atau lebih terhadap variabel lain.

Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas ( independent variables ), dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan

sebagai variabel terikat ( dependent variables ).

Penelitian eksperimen bersifat menguji, sehingga semua variabel yang diuji harus diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang sudah distandarisasikan atau dibakukan. Pembakuan instrumen dan pengolahan hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik inferensial-parametrik. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perubahan yang terjadi merupakan akibat dari perubahan pada variabel bebas atau perlakuan, oleh


(35)

karena itu semua variabel di luar variabel bebas harus dikontrol. Pengontrolan variabel dilakukan dengan men yamakan karakteristik sampel dalam variabel-variabel tersebut.

Penelitian eksperimen murni membutuhan beberapa syarat, diantaranya

seperti dikemukakan oleh Arikunto (2009:208) yaitu sebagai berikut, “ Memaksimalkan varian yang berhubungan dengan hipotesis, meminimalkan

varian ekstra, meminimalkan kesalahan.” Agar dapat mendekati terpenuhinya syarat tersebut, maka dalam menentukan sampel penelitian maupun dalam penentuan posisi kelompok dilakukan tehnik random. Dalam bidang pendidikan metode kesperimen murni memang sangat sulit untuk dilakukan, karena untuk mendapatkan sampel yang memiliki karakteristik yang yama sangat sulit. tetapi dengan dasar pertimbangan tertentu serta argumentasi yang kuat dan logis, maka metode eksperimen murni dapat dilakukan dalam bidang pendidikan karena tidak semua variabel harus diuji pada saat itu. Hal ini seperti dikemukakan oleh Sukmadinata (2008 :197) bahwa :

Dengan mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapatkan kelompok random ( memiliki karakteristik yang sama ) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu. Beberapa variabel lain seperti kecerdasan, bakat, sikap, minat dan motivasi, latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman bekerja dapat dicari berdasarkan studi dokumenter.

Dalam kutipan di atas bahwa variabel-variabel tertentu dengan tanpa pengujian pada saat penelitian akan dilakukan, dapat dicari dari dokumen/data pribadi atau dokumen lainnya yang terkait dengan sampel. Dalam penelitian ini variabel yang didasarkan pada studi dokumenter untuk mendapatkan sampel diantaranya adalah; 1) Tingkat kecerdasan ( dari prestasi belajar semester


(36)

sebelumnya), 2) Latar belakang sosial ekonomi ( dari status kepegawaian orang tua yaitu tetap/tidak tetap), 3) Tingkat usia ( dari tahun kelahiran), 4) Minat, disiplin dan motivasi ( dari kehadiran siswa), 5) Derajat kesehatan ( mengidap penyakit kronis/tidak, dari data pribadi siswa), 6) Tempat tinggal sekarang ( orang tua kandung/bukan, dari data pribadi siswa), 7) Asuhan dalam keluarga ( kedua orang tua kandung lengkap/tidak lengkap, dari data pribadi siswa), 8) Jarak dari kesekolah (satu kelurahan dengan sekolah/tidak lebih dari dua km atau diluar kelurahan/lebih dari dua km). Dengan delapan variabel yang sama kiranya sampel dalam penelitian ini dapat dianggap cukup memiliki karakteristik yang mendekati pada tingkat representatife sebagai salah satu persyaratan dalam penelitian eksperimen bidang penndidikan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sujana ( 1989:24 ) mengemukakan bahwa :

Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori , yakni variabel bebas dan variabel terikat atau vsriabel independen dan variabel dependen. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk mengetahui intensitasnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas , oleh sebab itu variabel terikat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas.

Dari kutipan di atas bahwa variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi sedemikian rupa untuk memberikan pengaruh terhadap variabel terikat, sehingga dapat diketahui intensitas atau pengaruh yang ditimbulkan terhadap variabel terikat. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat merupakan dampak atau intensitas dari variabel bebas. Perubahan inilah yang menjadi standar untuk menentukan variabel bebas itu signifikan atau tidak.


(37)

Kemudian Sarwono (2009:16) mengemukakan pengertian variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut :

Variabel bebas merupakan variabel yang variabilitasnya diukur , dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel tergantung adalah variabel yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.

Menurut Sarwono, variabel bebas maupun variabel terikat, keduanya sama-sama diukur. Variabel bebas diukur berapa intensitasnya yang ditimbulkan terhadap suatu gejala obyek yang diteliti. Sedangkan variabel terikat diukur berapa intensitas dampak yang ditimbulkan oleh variabel bebas.

Berdasarkan pada kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang diukur intensitas pengaruh, intensitas hubungan untuk diketahui signifikansinya terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti. Variabel terikat diukur perubahannya untuk menentukan berapa intensitas pengaruh atau intensitas hubungan yang dapat ditimbulkan oleh variabel bebas. Perubahan tersebut diketahui minimal dengan menentukan selisih hasil pretes dengan hasil postes.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ), sedangkan sebagai variabel terikat atau variabel tergantung adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar mata pelajaran IPA yang terdiri dari hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Variabel yang akan diuji pengaruhnya adalah pembelajaran berorientasi aktivitas siswa sebagai variabel bebas ( independent


(38)

variable ) terhadap hasil belajar IPA sebagai variabel terikat ( dependent

variable ).

Kemudian untuk menguji tingkat keefektifan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, maka eksperimen dalam penelitian ini dilakukan terhadap empat kelompok siswa yang memiliki karakteristik serta jenjang yang sama ( representative ) hampir mendekati sama, yaitu siswa SD kelas V pada empat sekolah dasar. Untuk mendapatkan sampel yang hapir sama dalam penelitian ini, memilih sekolah yang diperkirakan memiliki karakter lingkungan yang mirif, yaitu lingkungan masyarakat yang pada umumnya berkehidupan sebagai pegawai, baik pegawai swasta maupun pegawai negeri. Keempat kelompok tersebut dilakukan pengundian untuk menentukan posisi kelompok dalam penelitian, yaitu dua kelompok diposisikan sebagai kelompok eksperimen, satu kelompok sebagai kelompok kontrol, dan satu kelompok sebagai kelompok pembanding. Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan dengan PBAS, tetapi dengan perlakuan sebagai mana biasa oleh guru sebelumnya.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu pedoman langkah-langkah proses yang harus dilakukan dalam melakukan analisis data hasil penelitian. Melalui desain penelitian ini, peneliti dapat melakukan langkah-langkah yang sistematis dalam melakukan analisis data. Arikunto (2009:2010) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Penelitian mengemukakan tiga desain eksperimen murni yaitu,


(39)

“ 1. Pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan, 2. Pretest-posttest control group design dengan dua macam perlakuan, 3. Solomon

four-group design.” Dalam penelitian ini desain eksperimen murni yang

digunakan adalah Solomon Four Group Design. Pada desain ini terdapat empat kelompok siswa yang akan dijadikan sampel penelitian, yaitu dua kelompok eksperimen, satu kelompok kontrol dan satu kelompok pembanding. Menggunakan desain eksperimen Solomon Four Group Design, dapat dianalisis efek dari semua variabel yang terkait ( program/perlakuan, tes awal, variabel terkait lainnya ).

Skema desain eksperimen Solomon Four-Group Design digambarkan oleh Arikunto ( 2009 : 210 ) dalam bukunya Manajemen Penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Solomon Four-Group Design

Kelompok Eksperimen (E.1) O1 X O2 Kelompok Kontrol ( K.1 ) O1 O2 Kelompok Eksperimen ( E.2 ) X O2 Kelompok Kontrol ( K.2) O2

Keterangan : O 1 = Pretes

X = Perlakukan dengan PBAS O 2 = Postes


(40)

Data skor yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan desain ini, akan dianalisis untuk menentukan efek dari variabel yang terkait yaitu program PBAS dan tes awal. Analisis tersebut dilakukan sebagai berikut :

a. Dari kelompok eksperimen ( E.1) dengan kelompok kontrol ( K.1 ) dapat diketahui efek perlakuan tetapi dipertanyakan adanya efek tes awal.

b. Dari kelompok eksperimen ( E.1 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek tes awal, sekaligus perlakuan.

c. Dari kelompok eksperimen ( E.2 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek perlakuan saja.

d. Dari kelompok eksperimen ( E.1 ) dengan kelompok eksperimen ( E.2 ) dapat diketahui efek tes awal tetapi ada juga efek perlakuan.

e. Dari kelompok kontrol ( K.1 ) dengan kelompok pembanding ( K.2) dapat diketahui efek tes awal.

f. Dari kelompok eksperimen ( E.2 ) dengan kelompok kontrol ( K.1 ) dapat diketahui perbedaan efek tes awal dengan efek perlakuan.

B. Populasi, Sampel Penelitian dan Lokasi 1. Populasi

Dalam penelitian perlu diadakan pembatasan terhadap populasi yang diteliti. Pembatasan populasi tersebut dilakukan agar pelaksanaan penelitian memiliki ruang lingkup yang jelas. Menurut Ary, dkk ( 1985 ) dalam Sukardi (2008:53) memberikan definisi, “ Population members of well defined class of people, events or obyects”. Artinya bahwa populasi adalah anggota kelas yang


(41)

didefinisikan baik orang, peristiwa atau obyek. Sedangkan Sugiyono ( 2009:80 ) memberikan pengertian bahwa :

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu. Jadi populasi menurut Sugiyono keberlakuannya dapat dikenakan oleh subyek atau obyek lainnya diluar wilayah penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang sama dengan subyek atau obyek yang diteliti. Artinya hasil penelitian akan memberikan manfaat yang lebih luas dari pada wilayah populasi penelitian itu sendiri. Populasi dalam penelitian perlu ditetapkan karakteristik dan sifat-sifatnya secara jelas. Hal ini diperlukan untuk menentukan generalisasi keberlakuan hasil penelitian. Terkait dengan masalah populasi Sukardi ( 2008:53 ) mengemukakan bahwa, “ Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.” Menurut Sukardi populasi keberlakuannya adalah mencakup semua subyek atau obyek yang berada dalam satu tempat yang sama dan sudah direncanakan sebelum penelitian itu dilakukan. Kesimpulan dari hasil penelitian tentang subyek atau obyek di suatu tempat tidak berlaku untuk subyek atau obyek ditempat lainnya. Hal ini dimungkinkan karena subyek atau obyek yang sama atau sejenis yang berada ditempat yang berbeda akan memiliki karakteristik dan kebiasaan hidup yang berbeda. Jadi wilayah atau populasi harus jelas batasnya


(42)

sebelum penelitian dilakukan sebagai daerah atau wilayah keberlakukan hasil penelitian.

Kemudian Sukmadinata (2008:250) dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan mengemukakan bahwa :

Dalam penelitian, populasi ini dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target atau “ target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Orang-orang, lembaga, organisasi , benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subyek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut obyek penelitian.

Pendapat Sukmadinata tentang populasi ini mengandung pengertian bahwa keberlakuan hasil penelitian hanya berlaku untuk populasi yang memang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu populasi yang sudah ditargetkan dalam penelitian. Subyek atau obyek yang sama tetapi tidak termasuk dalam ketentuan populasi target dalam penelitian, maka populasi tersebut tidak bisa dikenai kesimpulan hasil penelitian.

Berkaitan dengan masalah populasi Arikunto ( 2006:130 ) dalam bukunya berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis mengemukakan bahwa, “ Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. ” Pendapat ini tidak membatasi populasi dalam suatu wilayah tertentu atau sifat serta karakteristik tertentu pula, sehingga hasil penelitian dapat diberlakukan untuk semua subyek penelitian.


(43)

Berdasarkan kajian terhadap beberapa pendapat di atas maka populasi

adalah seluruh data dan keadaan yang menjadi perhatian peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan berkaitan dengan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data dalam bentuk jumlah maupun sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek penelitian. Populasi dibedakan menjadi populasi umum, populasi target dan populasi akses. Populasi umum merupakan seluruh subyek dan obyek yang memiliki kulitas dan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti. Populasi target adalah populasi yang ditetapkan dan direncanakan dalam penelitian dengan alasan kuat memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi terukur. Sedangkan populasi akses adalah populasi yang dapat ditemui sebagai sasaran penelitian baik sebagai kelompok kontrol maupun sebagai kelompok eksperimen. Populasi akses atau populasi terukur ini merupakan populasi yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian dan telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam penelitian. Jika penelitian dilakukan terhadap seluruh populasi maka penelitian itu disebut penelitian populasi, sedangkan apabila penelitian itu dilakukan terhadap sebagian populasi maka penelitian itu disebut penelitian sampel.

Sebagai populasi umum dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar negeri sebanyak 38 kelas dari kelas satu sampai kelas enam, dan sebagai populasi targetnya adalah siswa sekolah dasar kelas lima pada :

a. Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon II . b. Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon III .


(44)

c. Sekolah Dasar Swasta Puri Artha Telukjambe. d. Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III Telukjambe. 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah anggota populasi yang dengan persyaratan tertentu dapat mewakili populasi. Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa, “ Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Menurut pengertian ini sampel harus memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang sama dengan populasi penelitian, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan keberlakuannya. Sugiyono (2009:81) mengemukakan pendapatnya tentang sampel yaitu sebagai berikut :

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi itu besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang karakteristiknya dimiliki oleh populasi secara keseluruhan, sehingga kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian terhadap sampel merupakan kesimpulan yang dapat diberlakukan terhadap seluruh populasi. Melalui sampel ini dapat diambil kesimpulan dengan biaya yang lebih hemat dan waktu yang lebih singkat, tetapi diyakini dapat mewakili sejumlah populasinya.

Seperti dijelaskan di atas bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel karena peneliti tidak melakukan penelitian terhadap seluruh populasi. Penelitian sampel dilakukan dengan tuuan untuk menggeneralisasikan


(45)

hasil penelitian. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.” Berdasarkan pengertian tentang sampel di atas, bahwa sampel penelitian harus memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian terhadap sampel tersebut akan diberlakukan secara umum terhadap populasi.

Dalam penelitian pendidikan, sampel harus memenuhi syarat kecukupan ( jumlah ) dan representatif ( mewakili karakteristik populasi ), sehingga sampel yang dipilih benar-benar mewakili populasi yang diteliti. Artinya karakteristik yang dimiliki oleh populasi juga dimiliki oleh sampel. Kedua syarat tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil penelitian akan digeneralisasikan keberlakuannya. Dalam penelitian pendidikan untuk mendapatkan kelompok sampel yang memenuhi kedua syarat itu sangat sulit, tetapi kesulitan tersebut dapat diminimalisir sehingga kelompok sampel tersebut bisa mendekati terpenuhinya syarat tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Sukmadinata ( 2008 : 197 ) dalam bukunya Metodologi Penelitian, bahwa :

Tidak berarti menutup kemungkinan melakukan eksperimen (murni) pada bidang sosial, dengan mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapatkan kelompok random ( memiliki karakteristik yang sama ) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu.

Pendapat di atas menerangkan bahwa untuk mendapatkan sampel eksperimen yang mendekati dapat diupayakan untuk mendekati persyaratan eksperimen atau mirif dengan sampel eksperimen yang ideal. Karena berdasarkan pertimbangan yang rasional demi terlaksananya penelitian, beberapa karakter


(46)

tersebut untuk tidak diukur pada saat itu. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakter yang dianggap berkaitan dengan penentuan sampel dan dianggap sama berdasarkan studi dokumenter, yaitu 1) Tingkat kecerdasan ( dari prestasi belajar semester sebelumnya), 2) Latar belakang sosial ekonomi ( dari status kepegawaian orang tua yaitu tetap/tidak tetap), 3) Tingkat usia ( dari tahun kelahiran), 4) Minat, disiplin dan motivasi ( dari kehadiran siswa), 5) Derajat kesehatan ( mengidap penyakit kronis/tidak), 6) Tempat tinggal sekarang ( orang tua kandung/bukan), 7) Asuhan dalam keluarga ( kedua orang tua kandung lengkap/tidak lengkap), 8) Jarak dari sekolah (satu kelurahan dengan sekolah/tidak lebih dari 2 km atau diluar kelurahan/lebih dari 2 km). Setelah kelompok tersebut memenuhi kedelapan karakteristik di atas, kemudian diambil secara acak sebagai sampel penelitian sebanyak 20 siswa sebagai kelompok baru (sampel penelitian) dari masing-masing sekolah. Dalam menentukan posisi kelompok sampel untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen 1, eksperimen 2, kelompok kontrol dan kelompok pembanding dilakukan pula dengan cara random atau diundi, karena keempat kelompok tersebut sudah dianggap representative dan memiliki hak yang sama untuk semua posisi dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya eksperimen dilakukan dengan cara menyesuaikan waktu penelitian dengan jadwal pelajaran TIK atau atau kegiatan ekstrakurikuler. Dengan cara seperti ini anggota kelas yang tidak dijadikan sampel penelitian, pada saat yang bersamaan mereka belajar di ruang komputer atau diruang lain. Pengaturan ini berdasarkan kesepakan fihak sekolah agar kegiatan penelitian tidak terlalu mengganggu kegiatan belajar seperti


(47)

biasanya. Siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian tersebut dianggap sama berdasarkan delapan karakteristik seperti dibawah ini.

1) Tingkat kecerdasan ( dari prestasi belajar semester sebelumnya).

2) Latar belakang sosial ekonomi ( dari status kepegawaian orang tua yaitu tetap/tidak tetap).

3) Tingkat usia ( dari tahun kelahiran) = 11 tahun.

4) Minat, disiplin dan motivasi ( dari kehadiran siswa ) = di atas 90 %. 5) Derajat kesehatan ( mengidap penyakit kronis/tidak) = Pernah/tidak. 6) Tempat tinggal sekarang ( Orang Tua Kandung/bukan ) = OTK/Bukan. 7) Asuhan dalam keluarga ( kedua orang tua kandung lengkap/tidak lengkap). 8) Jarak dari sekolah = Dekat (Tidak lebih dari 2 km atau dalam satu kelurahan)/

Jauh (Lebih dari 2 km atau diluar kelurahan).

Setelah dipilih berdasarkan delapan karakteristik tersebut, selanjutnya diambil sebanyak 20 orang siswa dari tiap SD kelompok sampel itu untuk dijadikan sampel eksperimen. Pengambilannya dilakukan secara random atau diundi. Data selengkapkan dapat dilihat pada lampiran.4.

Anggota populasi yang dijadikan sampel dan posisi dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Karawang Kulon II, sebagai kelompok eksperimen ( E.1).

b. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Swasta Puri Artha Telukjambe, sebagai kelompok eksperimen ( E.2).


(48)

c. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Karawang Kulon III, sebagai kelompok kontrol ( K.1 ).

d. 20 orang siswa sekolah dasar kelas lima SD Negeri Sirnabaya III Telukjambe, sebagai kelompok kontrol ( K.2 ).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada empat sekolah dasar negeri dan swasta di Kabupaten Karawang. Penentuan SD sebagai sekolah sebagai kelompok sampel ditetapkan dengan mempertimbangkan persyaratan yang diperlukan dalam penelitian eksperimen, yaitu sampel berasal dari latar belakang yang sama. Berdasarkan pertimbangan ini, maka SD yang ditetapkan sebagai obyek penelitian diambil dari dua kecamatan maju di Kabupaten Karawang, yaitu Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan Telukjambe Timur. Setelah ditetapkan SD tersebut selanjutnya ditetapkan posisi dalam penelitian, yaitu sebagai kelompok eksperimen 1 ( E.1 ), kelompok eksperimen 2 ( E.2 ), kelopmpok kontrol ( K ) dan kelompok pembanding ( P ). Penetapan posisi ini dilakukan secara random yaitu dengan cara diundi, sehingga setiap kelompok sampel memiliki peluang yang sama terhadap status kelompok dalam penelitian, yaitu :

1. Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon II Kecamatan Karawang Barat sebagai kelompok eksperimen ( E.1).

2. Sekolah Dasar Swasta Puri Artha Kecamatan Telukjambe Timur sebagai kelompok eksperimen ( E.2 ).

3. Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon III Kecamatan Karawang Barat sebagai kelompok kontrol ( K.1).


(49)

4. Sekolah Dasar Negeri Sirnabaya III Kecamatan Telukjambe Timur sebagai kelompok kontrol( K.2 ).

C. Teknih dan Alat Pengumpulan Data 1. Observasi atau Pengamatan

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Purwanto, M.Ngalim dalam bukunya Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (2009:149) mengemukakan bahwa, “ Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.” Observasi ini merupakan teknik penilaian yang tidak hanya menekankan pada aspek proses belajar atau proses terjadinya tingkah laku, tetapi melalui observasi ini akan dapat dilakukan pengukuran atau penilaian hasil dan proses belajar siswa yang dilakukan secara

langsung dengan melakukan pencatatan terhadap apa yang dilihat. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat bagaimana aktivitas

siswa dalam penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS). Pelaksanaan observasi dilakukan langsung dengan mengamati kegiatan belajar siswa di dalam kelas selama kegiatan eksperimen berlangsung, Dalam pelaksanaannya observasi dapat dilakukan dengan beberapa tehnik yaitu :


(50)

a. Observasi Sehari-hari ( Daily Observation )

Tehnik observasi ini dilakukan secara insidental terhadap suatu kegiatan, perilaku yang menonjol dan tidak direncanakan secara khusus. Pelaksanaan observasi biasanya tidak menggunakan pedoman observasi karena pelaksanaan dilakukan tidak secara khusus tetapi sambil melakukan pekerjaan atau tugas rutin. Observasi dapat dilakukan oleh orang yang banyak berhubungan dengan

yang diobservasi. Hasil observasi dengan teknik ini disebeut catatan anekdot ( anecdotal record ).

b. Observasi Sistematis ( Systematic Observation )

Tehnik observasi ini dilakukan melalui perencanaan dan dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang memuat pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku atau hal lain yang akan diobservasi, dan memuat pula tujuan observasi, subyek observasi, lokasi serta waktu pelaksanaan observasi. Observasi ini dapat dilakukan dengan cara partisipatif maupun nonpartisipatif.

c. Observasi Partisipatif ( Partisipative Observation )

Tehnik observasi ini dilakukan secara terencana dengan menggunakan pedoman observasi. Dalam proses pengumpulan data pada tehnik ini observer bergabung secara langsung melakukan kegiatan yang sedang dilakukan oleh subyek observasi. Kelebihan tehnik ini adalah subyek tidak merasa sedang diobservasi, sehingga tidak terjadi perilaku yang dibuat-buat.


(51)

d. Observasi Non Partisipatif ( Non Partisipative Observation )

Pada tehnik observasi ini observer tidak secara langsung bergabung dalam kegiatan siswa, tetapi berada diluar itu bahkan lebih baik dilakukan dari jauh, agar tidak mengahasilkan data yang bias karena terjadi perilaku yang dibuat-buat.

Adapun observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur ( structured observation ) yaitu dengan menggunakan sebuah daftar yang telah

disusun sebagai pedoman observasi yang memuat jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai. Sedangkan tehnik pelaksanaan dilakukan dengan tehnik observasi nonpartisipatif. Penggunaan teknik observasi ini didasarkan pada pertimbangan agar pelaksanaan observasi dapat dilakukan dengan terprogram, terarah dengan waktu yang tidak lama.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik observasi tersebut dilakukan dengan cara observasi partisipasi yaitu pengamatan langsung melibatkan diri dalam proses kegiatan yang sedang dilakukan olej siswa.

2. Tes

Dalam dunia pendidikan istilah tes bukanlah hal yang baru, karena tes merupakan bagian dari kegiatan evaluasi. Tes merupakan prosedur yang sistematis dimana individu yang di tes dipresentasikan dengan suatu set stimulasi

jawaban mereka yang dapat menunjukan kedalam angka. Arifin, Zaenal ( 2009:118 ) mengemukakan bahwa :

Tes merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.


(52)

Dari kutipan tersebut bahwa tes bertujuan untuk mengukur perubahan aspek perilaku siswa. Melalui tes dapat diketahui seberapa besar perubahan yang terjadi setelah siswa mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini tes dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat keefektifan pendekatan pembelajaran yang diteliti. Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah hasil belajar. Oleh karena itu tes yang dilakukan adalah tes hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan atau kemampuan peserta didik berkenaan dengan bahan atau kompetensi yang telah dipelajarinya. Tes hasil belajar memiliki beberapa fungsi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes dilakuan sebelum perlakuan ( pretes ) dan setelah perlakuan ( postes ) terhadap kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan postes dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.

Sebelum digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian, instrumen tes yang telah disusun diuji terlebih dahulu tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan cara diuji cobakan pada siswa diluar sampel penelitian yang memiliki karakteristik sama dengan sampel. Dengan diuji cobakannya instrumen tes tersebut diharapkan akan teruji kesahihan dan keajegannya, sehingga dapat memperoleh data hasil penelitian yang dapat dipercaya.


(1)

Isjoni, J (2009). KTSP Sebagai Pembelajaran Visoner. Bandung : Alfabeta.

Jacobsen, David A, ( 2009). Methods For Teaching /Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK – SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jasmine, Julia (2007). Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk

Implementasi Multiple Intelegences. Bandung : Nuansa.

Joyce, Bruce, ( 2009 ). Models Of Teaching/ Model-model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komar, Oong (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung : Pustaka Setia. Mahmud, (2006). Psikologi Pendidikan Mutakhir.Bandung : Sahifa.

Margono,S,( 2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Muchith, Saekhan (2002). Pembelajaran Kontekstual. Semarang : RaSAIL Media Group.

Muslich, Mansur (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Purwanto, M.ngalim (2009). Prinsip-Prinsip dan Tehnik Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ridwan (2009). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik. Bandung : Alfabeta. Rita L.atkinson, (1983). Pengantar psikologi edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga. Rusman, (2008). Manajemen Kurikulum Seri Manajemn sekolah Bermutu.

Bandung : Mulia Mandiri Press.

Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Bandung : Mulia Mandiri Press.

Sadullah, Uyoh (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(2)

Sarimaya, Farida (2009). Sertifikasi Guru. Bandung : Yrama Widya . Sarimaya, Farida, (2009). Sertifikasi Guru. Bandung : Yrama Widya.

Sarwono, Jonathan (2009). Statistik Itu Mudah, Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik menggunakan SPSS 16. Yogyakarta : C.V. Andi Offset.

Silberman, Melvin L. (2009). Active Learning. Bandung : Nusa Media. Edisi revisi

Slavin, Robert E,(2010). Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media

Slameto, (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soepeno, Bambang (2002). Statistika Terapan Dalam Penelitian ilmu-ilmu sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana, (1999). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Bandung : CV. Alfabeta.

Sujana, Nana (2009). Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Sukardi, (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan,Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sukmadinata, N syaodih (2004). Kurikulum Dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih,(2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih,(2007). Bimbingan Dan Konseling Dalam Praktek. Mastro.

Sukmadinata, Nana Syaodih,(2008). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sumantri, Mulyani (2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Uinversitas terbuka.


(3)

Suparlan, (2008). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat Publisihing.

Surapranata, Sumarna (2004). Panduan Penulisan Tes Teertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Suriasumantri, S. Jujun (1993). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Suryabrata, Sumadi (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Susiliana, Rudi (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembang MKDU Kurikulum dan Pembelajaran, Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan FIP-UPI.

Susilo, Muhamad Joko (2008). Kuurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Syaripudin, Tatang 92006). Landasan Pendidikan Sekaolah Dasar. Bandung :

Percikan Ilmu.

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Kencana Group.

Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustaka published.

Waha, abdul azis 92008). Metode Dan Model-model mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : ALFABETA.

Wasliman, Iim (2007). Modul Problemtikan Pendidikan Dasar. Bandung : Progra Magister Pendidikan Dasar SPS UPI.

Yamin, Martinis (2007). Profesionnalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Pers.

Yamin, Martinis (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Pers.

Yamin, Martinis (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta : Gaung Persada Pers.


(4)

BIODATA PENULIS

S. Rohmat, S.Pd. , lahir di Karawang pada tanggal 5 Juni 1968 dari pasangan Alm.Bapak Kemat Salim dengan almh. Hj. Ati. Rohmat dilahirkan sebagai putra kelima dari Sembilan bersaudara, sebuah keluarga pegawai negeri yang hidup sederhana. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Langensari Telukjambe Karawang tahun 1982, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Telukjambe Karawang tahun 1985, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Karawang tahun 1988. Setelah malang melintang diperantauan Sumatera Selatan selama hampir satu tahun, akhirnya kembali kampung kelahihan karena diterima pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa IKIP Bandung tahun 1989 dan lulus pada tahun 1994, Program Sertifikasi Guru Agama Sekolah Luar Biasa pada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung lulus tahun 2007. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Program Magister S.2, pada Program Studi Pengembangan Kurikulum.

Penulis menikah pada tahun 1996 dengan Euis Komariah, S.Pd. lulusan Universitas Pasundan Bandung dan dikarunia dua orang buah kasih yaitu


(5)

Muhammad Aziz Muslim lahir di Karawang tanggal 13 Nopember 1997 dan Rahmah Dwi Lutfillah lahir di Karawang tanggal 24 September 2007.

Perjalanan karir, pada tahun 1995 penulis dipercaya oleh masyarakat untuk membuka dan mengelola rintisan Taman Kanak-Kanak Islam dengan nama Raudhatul Athfal Nurul Huda, dan sampai sekarang sekolah tersebut telah berkembang menjadi dua unit satuan pendidikan. Pada tahun 1996 penulis dipercaya untuk mengelolan keuangan di SMP swasta Tunas Utama Karawang, satu tahun kemudian diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sekolah tersebut dengan tugas sebagai kepala sekolah mulai dari TP.1996/1997 sampai TP.2004/2005. Mulai tahun 2003 penulis diangkat menjadi guru bantu pada Sekolah Luar Biasa bagian B ( Tuna Rungu ) di Karawang, dan satu tahun kemudian diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Barat dengan tugas mengajar di SLB Negeri Purwakata hingga sekarang. Tahun 2010 hingga sekarang bergabung mengelola Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Darul Hasanah Karawang sebagai bidang pendidikan. Pada tahun 2008 melanjutkan kuliah program Magister di Sekolah Pasca Sarjana UPI pada Prodi Pengembangan Kurikulum, lulus tahun 2010.

Banndung, Juli 2010

S. R o h m a t NIM : 0808272


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan

1 9 103

Pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

2 10 101

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI KELAS V SD NEGERI 106161 PASAR IV TIMUR MEDAN ESTATE TAHUN AJARAN 2013/2014.

1 9 20

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI NO.060851 KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN.

0 1 18

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VA SDN. CISITU 2 KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG:Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN. Cisitu II.

0 1 36

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD TEUPIN PANAH

0 0 11

(ABSTRAK) PENGARUH KADAR PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH.

0 0 2

PENGARUH KADAR PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH.

0 6 141

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

0 0 11

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNYANYI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KRAKAL TAHUN AJARAN 2016/2017 - UNS Institutional Repository

1 0 17