PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VA SDN. CISITU 2 KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG:Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN. Cisitu II.

(1)

A. Latar Belakang Masalah

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di SD merupakan mata pelajaran yang dikemas secara terpadu dari bahan kajian sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, psikologi, dan ekologi. Salah satu tujuan utama pembelajaran IPS adalah membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan di masa yang akan datang.

Upaya untuk mencapai tujuan di atas dapat ditempuh melalui pengembangan kemampuan siswa dalam praktek pembelajaran yang menyeluruh dan terpadu.

Pembelajaran yang baik harus mempunyai tujuan membelajarkan siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Hal ini berarti, sistem pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar, bukannya sebagai objek belajar.

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya faktor guru, siswa, sarana, alat dan media, serta faktor lingkungan.


(2)

2   

Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peranan guru di SD tak mungkin digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan siswa SD masih memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa untuk mengembangkan segala kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, selain mengajar guru harus bertindak juga sebagai model, teman pendamping, pemberi motivasi (motivator), dan penyedia bahan pembelajaran (fasilitator). Selain itu, guru harus mampu merancang pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dirancang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar, yaitu : perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

Dari ketujuh prinsip belajar di atas yang jarang dilakukan oleh guru adalah melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya aktif mendengarkan guru, kurang aktif dalam mencari informasi yang menunjang pembelajaran, dan kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai sumber belajar. Sehingga pembelajaran berlangsung kurang bermakna. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam semua pembelajaran, termasuk di dalamnya pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Misalnya, hasil test formatif siswa kelas VA SDN. Cisitu 2, Kecamatan Coblong, Kota Bandung pada Kompetensi Dasar (KD) 2.3. Menghargai Jasa dan peranan tokoh dalam


(3)

memproklamasikan kemerdekaan dari 28 siswanya ada 8 orang yang memperoleh nilai akhir di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu sebesar 60. Ini berarti ada 28,5% siswa yang tidak tuntas belajarnya sehingga harus diberikan remedial atau perbaikan.

Faktor penyebabnya antara lain :

1. Dalam pembelajaran selalu menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) atau guru berperan lebih banyak dibandingkan siswanya yaitu hampir 75%, sehingga proses pembelajaran berlangsung kurang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.

2. Tidak menggunakan tehnik/strategi/metode yang memberikan peluang bagi siswa untuk mencari atau menemukan pemahamannya sendiri tentang materi pelajaran. Hanya menggunakan metode ceramah, latihan dan penugasan saja.

3. Siswa diperlakukan sebagai objek belajar, bukan sebagai subjek belajar. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya guru memberikan latihan-latihan kepada siswa untuk mencari/menemukan informasi sendiri tentang materi pelajaran, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang atau belum optimal.

4. Kurang memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, siswa hanya belajar di dalam kelas.


(4)

4   

5. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran IPS. Guru hanya menggunakan alat peraga yang terbatas seperti globe dan peta.

Kebermaknaan pembelajaran dapat diperoleh apabila siswa mengalami sendiri. Hal ini sejalan dengan pengertian bahwa kegiatan belajar mengajar yang bermutu berorientasi pada keaktifan, kreativitas, dan kemandirian siswa. Siswa perlu melakukan pengamatan, merumuskan dugaan awal, melakukan percobaan pengujian, menarik kesimpulan, dan melaporkan hasil temuannya secara langsung dengan bimbingan guru yang bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Dengan kata lain diperlukan partisipasi belajar siswa sehingga kebermaknaan bisa dicapai.

Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan upaya perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS).

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VA Sekolah Dasar Negeri Cisitu 2, Kecamatan Coblong, Kota Bandung melalui pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS).


(5)

Dalam penelitian ini terdapat beberapa rincian masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana merencanakan atau mempersiapkan Pembelajaran

Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2 ?

2. Bagaimana melaksanakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2 ? 3. Apakah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2 ?

4. Hambatan dan kesulitan apa yang dialami guru dalam melaksanakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

“Mengetahui sampai sejauhmana penggunaan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2, Kecamatan Coblong, Kota Bandung”.


(6)

6   

1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam merencanakan atau mempersiapkan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2.

2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2.

3. Untuk mengetahui sampai sejauh mana Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VA SADN. Cisitu 2.

4. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mendeskripsikan hambatan dan kesulitan apa yang dialami dalam melaksanakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di kelas VA SDN. Cisitu 2.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Bagi siswa :

a. Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan sehingga muncul antusiasme dan semangat untuk belajar, serta meningkatkan rasa ingin tahu (curiosity);

b. Meningkatkan partisipasi belajar siswa sehingga informasi yang diperoleh bermakna (meaningful learning) dan terekam dalam dirinya;


(7)

c. Mengembangkan kemampuan menemukan, mendokumentasikan, dan mengorganisasi informasi yang didapat;

d. Mengembangkan kemampuan komunikasi verbal maupun non-verbal(tulis,sikap).

2. Bagi Guru :

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran;

b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan profesionalisme guru dalam mengajar;

c. Mengembangkan kreatifitas

d. Meningkatkan interaksi antara guru dan siswa; e. Meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi sekolah :

a. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya mata pelajaran IPS.

b. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.

E. Definisi Istilah

a.Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang memadukan secara interdisplin konsep-konsep ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) dengan tujuan memberikan pendidikan kewarganegaraan.


(8)

8   

b.Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari proses interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses yang terarah kepada pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh siswa setelah berakhirnya suatu proses belajar atau merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

d.Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

Sistem pembelajaran yang dilakukan guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek belajar. Hal ini berarti siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Selain itu peneliti juga menggunakan penelitian tindakan (action research) yaitu penelitian yang diarahkan pada pemecahan


(9)

masalah-masalah yang dihadapi di dalam kelas dan difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan.Penelitian tindakan kelas (PTK) akan dirancang sebanyak 3 siklus.

Instrument penelitiannya peneliti membuat pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu,benar-salah,dapat berbentuk tes pilihan jamak (multiple choice) benar-salah (true-false) menjodohkan (matching choice),jawaban singkat (short answer) ataupun tes isian (completion tes).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah mengumpulkan hasil tes tulis, wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN Cisitu 2, Jln sangkuriang No.87, Kec Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat dengan mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 5A tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Hal ini dilakukan dengan alasan :

1. Peneliti mengajar di SDN Cisitu 2 kelas VA.

2. Untuk memperbaiki kualitas atau mutu hasil pembelajaran IPS dikelas VA SDN. CISITU 2 agar hasilnya mencapai > 60


(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN Cisitu 2, Jln sangkuriang No.87, Kec Coblong, Bandung, Jawa Barat dengan mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) aspek sejarah.

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 5A tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Adapun karakteristik siswa kelas V menurut tahapan perkembangannya adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan fisik

Kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah (refined motor skill), tetapi berat badan siswa laki-laki lebih ramping daripada siswa perempuan karena masa adoselen perempuan lebih cepat daripada laki-laki. Gerakan-gerakan yang dilakukan siswa sudah mulai mengarah pada gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, serta sudah mampu menjaga keseimbangan dengan tepat. Demikian pula, dalam usia ini aktivitas permainan fisik seperti main bola, umpet-umpetan sambil berlari-lari, main loncat tinggi cenderung bertambah, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Permainan-permainan yang dilakukan tersebut umumnya sangat diminati oleh siswa pada


(11)

usia itu. Di samping itu, aktivitas partisipasi dalam perlombaan atau latihan tetap banyak diminati oleh siswa. Pada usia ini siswa dianggap memiliki perkembangan yang sesuai untuk melakukan kegiatan motorik halus dan kompleks.

b. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial siswa pada tingkat sekolah dasar sudah terasa ada pemisahan kelompok jenis kelamin (separation of the sexes) sehingga dalam pengelompokkan, siswa lebih senang berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai menurut kriteria pengelompokan belajar. Rasa kepemimpinannya sangat tinggi dan ini perlu dikembangkan supaya siswa lebih mampu mengatur diri sendiri dan mengatur orang lain. Rasa kerja sama dan empati sudah mulai tumbuh dalam usia ini walaupun konflik dan rasa persaingan tetap masih berlangsung dalam dirinya. Pada usia ini sudah dapat ditumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan sosial siswa. Pada kelas tinggi di sekolah dasar sudah mulai mengenal dan mampu melakukan tugas dan tanggung jawab dalam kelas atau kelompok, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota.

c. Perkembangan bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa yang halus dan kompleks. Siswa di kelas tinggi rata-rata perbendaharaan kosa katanya


(12)

37   

meningkat menjadi sekitar 50.000 kata. Di samping itu, dalam usia ini siswa sudah mulai berpikir dalam menggunakan kata-kata. Pada kelas tinggi di sekolah dasar gaya bicaranya sudah bergeser dari gaya bicara egosentris (egocentric style) ke gaya bicara sosial (social speech) d. Perkembangan kognitif

Menurut teori perkembangan kognitif (Jean Piaget), siswa kelas V ini termasuk dalam peringkat concrete operational (6-12 tahun), yaitu anak telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal yang konkrit secara logis. Perkembangan kognitif pada peringkat operasi konkrit memberikan kecakapan anak untuk berkenaan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan, dan kuantitas. Konsep klasifikasi, ialah kecakapan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama. Konsep hubungan ialah kematangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah asalkan tidak ditambah atau dikurangi. Pada tahap ini siswa sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, menghubungkan, menisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi. Kemampuan berpikir operasional konkret (concrete operational) merupakan suatu kemampuan prasyarat untuk menuju pada kemampuan formal operasional.


(13)

Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa sekolah dasar adalah kemampuan bertindak menjadi orang baik. Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain uang dianggap berbuat baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila orang lain merasa senang. Tidak hanya itu, pada usia sekolah dasar siswa harus mampu berperilaku baik menurut orang lain seperti menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial. Menurut teori perkembangan (S. Kohlberg), hal seperti itu disebut sebagai tingkat konvensional (conventional stage) yang termasuk pada tahap orientasi anak yang baik dan orientasi terhadap keteraturan dan otoritas. Bahkan pada tahap ini dapat dotanamkan rasa kebersamaan, kemampuan saling menghargai.

f. Perkembangan ekspresif

Pola perkembangan ekspresif siswa sekolah dasar dapat dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan seni (art). Siswa sekolah dasar sudah menyadari aturan dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia ini sudah mulai membina hobinya. Dalam dirinya sudah timbul keinginan menjadi orang yang terkenal. Misalnya, sudah mulai belajar musik, bernyanyi, olah raga bahkan bela diri. Akan tetapi dalam bermain siswa selalu memilih permainan berdasarkan posisi gender, misalnya siswa laki-laki lebih senang bermain sepak bola. Sementara itu, siswa pada usia itu merasa bahwa dirinya sudah kurang


(14)

39   

diperhatikan. Siswa yang lain mungkin akan terlihat aktif menjadi anggota sebuah tim atau dalam suatu permainan.

Sedangkan karakteristik pembelajaran di kelas V adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi hingga penerapannya.

Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas V, diantaranya ceramah, tanya jawab, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan. Inkuiri, pemecahan masalah, dan diskaveri. Siswa dapat dibimbing dengan menggunakan pembelajaran konstruktivis yaitu mencari, menemukan, menggolongkan, menyusun, melakukan, mengkaji, dan menyimpulkan sendiri atau berkelompok dari substansi yang dipelajarinya. Selain itu menurut teori perkembangan kognitif menunjukkan bahwa siswa kelas V sudah memiliki kemampuan berpikir tinggi atau berpikir ilmiah. Dengan demikian pada kelas V sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah.

Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas V dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain. Selain itu, dalam proses pembelajaran diupayakan agar siswa mampu melakukan pemecahan


(15)

masalah melalui kerja saintifik, menghasilkan teknologi bermanfaat yang ramah lingkungan, serta melakukan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

B. Desain Penelitian

a) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44). Rapoport (1970, dalam Hopkins,1993) mengartikan penelitian tindakan kelas untuk membantuseseorang dalam mengatasi secara praktis perrsoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu social dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Sedangkan Kemmis (1983) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari : a) kegiatan praktek social atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.


(16)

41   

Ebbut (1985, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Elliot (1991) melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi social dengan kemungkinan tindakanb untuk memperbaiki kualitas situasi social tersebut.

Penelitian tindakan kelas oleh guru dapat merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru. Dewey (1933) mengartikan berpikir reflektif dalam pengalaman pendidikan sebagai selalu aktif, ulet, dan selalu mempertimbangkan segala bentuk pengetahuan yang akan diajarkan berdasarkan keyakinan adanya alasan-alasan yang mendukung dan memikirkan kesimpulan dan akibat-akibatnya ke mana pengetahuan itu akan membawa peserta didik (Dewey dalam Thrnton, 1994:5). Sebagai contoh, dalam pendidikan IPS tanpa berpikir reflektif seorang guru cenderung mengajar dengan hanya menyampaikan pengetahuan hafalan saja berupa sejumlah informasi tentang tahun-tahun dan peristiwa, dengan kemungkinan besar tidak relevan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Sedangkan tindakan reflektif guru dalam praktek sehari-harinya, yang harus banyak melakukan pengambilan kesimpulan, dan untuk


(17)

mencapai kesimpulan yang benar itu ia perlu bereksperimen dan melakukan tes. Logika pertumbuhan menyuruhnya ia memikirkan saran-saran perbaikan, mengujinya melalui pengamatan objek dan peristiwa, mengambil kesimpulan, mencobanya dalam tindakan, yang membuktikan kehandalan perbaikan itu, atau menyambut perbaikan, atau menolaknya sama sekali (Dewey, 1933 dalam Mathinson, 1994:23).

Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

b) Pentingnya PTK bagi guru

Guru mengajar berdasarkan perolehan pengetahuan di lembaga pendidikannya berdasarkan hasil penelitian orang lain. Ia tidak perlu melakukan penelitian sendiri, karena pengetahuan mengenai pendidikan sudah banyak dihasilkan para ahli dan para peneliti. Hal inilah yang sesungguhnya perlu dipertanyakan; mengapa suara guru tidak terdengar dalam kegiatan penelitian? Siapa yang menentukan yang akan meneliti? Mengapa pengetahuan guru yang dihasilkan dari dalam kelas oleh para praktisi dianggap kurang bermutu dan tidak diindahkan dalam literatur.


(18)

43   

Selama ini pengetahuan dihasilkan oleh para ahli dan para profesor di universitas melalui penelitian tradisional. Hasilnya diterbitkan dan dibaca dalam literature ini sangat informative, akan tetapi jarang suara guru terdengar dari literature ini (Janne dalam Ross, 1994:60). Hal ini disebabkan kendala yang ditimbulkan oleh organisasi dan budaya sekolah yang menciptakan kondisi guru dengan citra yang rendah, dalam status social, pekerjaan berat, dan standard performans yang rendah pula (Richert 1992, Ross 1992, Smyth 1992, Jenne, 1994:60) Jawaban yang paling utama terhadap pertanyaan mengapa guru harus melakukan penelitian tindakan kelas ialah untuk mengubah citra dan meningkatkan keterampilan profesional guru. Istilah “profesional” sepertinya meningkatkan kedudukan guru dan dosen, akan tetapi sekaligus mereka sendiri bertanya-tanya apa sebenarnya makna profesional itu. Seorang guru atau dosen yang profesional adalah yang selalu mengembangkan diri untuk memenuhi tuntutan dalam tugasnya sebagai pendidik. Pengembangan diri itu meliputi semua aspek guru atau dosen dalam kemampuannya sebagai pendidik, termasuk untuk menentukan dan mengambil keputusan yang sesuai dengan profesinya (professional judgement), dan untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu cara untuk meningkatkan cara mengasjar. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk inkuiri pendidikan. Di dalam pelaksanaannya gagasan atau permasalah guru atau dosen diuji dan dikembangkan dalam bentuk tindakan. Guru dan dosen sebagai


(19)

pengembang kurikulum di kelas dapat melakukan tindakan-tindakan yang tergolong ke arah proses pembaharuan kurikulum, karena penelitian tindakan kelas :

(a) Merupakan sebuah proses yang diprakarsai guru atau dosen untuk menanggapi situasi praktis tertentu yang harus mereka hadapi.

(b) Situasi tersebut merupakan pelaksanaan bagian dari kurikulum yang terganggu fan menimbulkan persoalan bagi guru atau dosen, misalnya karena penolakan peserta didik yang tidak mau belajar.

(c) Apabila tindakan dalam penelitian tindakan kelas itu merupakan upaya dalam inovasi pembelajaran, dan ternyata menimbulkan respons yang kontroversial di kalangan staf guru atau dosen lainnya karena dipandang bertentangan dengan hakikat belajar, mengajar, dan evaluasi selama ini, maka penelitian tindakan kelas dapat membantu memberikan kepastian tentang manfaatnya kepada staf guru atau dosen tersebut.

(d) Permasalahan atau isu-isu yang didiskusikan berlangsung dalam wacana yang bebas dan terbuka , ditandai oleh rasa toleransi dan menghormati pendapat orang lain, dan tidak dibatasi oleh wewenang pimpinan dalam menerima hasil-hasil penelitian.


(20)

45   

(e) Proposal penelitian yang mengusulkan perubahan dianggap sebagai hipotesis kerja yang harus diujikan terlebih dahulu dalam praktek, sebagai pertanggungjawaban atau akuntabilitas terhadap staf pengajar lainnya.

(f) Penelitian ini merupakan pendekatan yang akar rumput atau grass roots sifatnya, memakai pendekatan “bottom-up” dan bukan “top-down” dalam mengembangkan kurikulum, yang seyogyanya difasilitasi oleh pimpinan lembaga pendidikan yang bersangkutan (Elliot, 191:9).

Memang biasanya berbagai kebijakan pendidikan berlangsung dari atas ke bawah, melalui keputusan menteri, dilanjutkan dengan instruksi kepada dinas

pendidikan di daerah, diteruskan dengan instruksi kepada kepala sekolah, kemudian baru dilaksanakan di lapangan oleh guru di kelas. Pendekatan seperti inilah yang memberikan citra sekolah sebagai pabrik yang bekerja dengan dasar masukan-keluaran atau “input-output”, para peserta didik sebagai materi masukan, guru atau dosen sebagai petugas yang mengolah materi dalam proses produksi yang disebut kurikulum, dan pimpinan sekolah sebagai manajer pabrik (Hopkins, 1993:34).

Penelitian tindakan kelas akan mengubah citra ini, karena akan membebaskan guru dan dosen dari posisi pengolah di dalam pabrik menjadi otonom dalam kelas, dan guru atau dosen dalam peranannya sebagai peneliti akan bersifat membebaskan atau “liberating”, atau “emancipating”, yang berarti meningkatkan kepada kesetaraan (dengan kepala sekolah, pengawas, orangtua


(21)

peserta didik, kurikulum, buku teks, dan lain-lain), serta mengembalikan rasa percaya diri dan selanjutnya harga diri.

Guru atau dosen sebagai peneliti, selain akan menampilkan citra diri yang profesional, juga akan menyeimbangkan kecenderungan birokratisasi pendidikan dengan pertumbuhan yang berbasis sekolah/kelas/ruang perkuliahan yang lebih memperhatikan kebutuhan dan kepentingan lokal. Para pimpinan sekolah, atau para pejabat dalam dinas pendidikan harus mengakui dan menerima hasil-hasil penelitian guru/dosen/peneliti di kelas sebagai upaya kontribusi ke arah perbaikan kemampuan mereka untuk keterampilan profesi mereka , dan kualitas pendidikan pada umumnya. Hal ini disebabkan adanya pengawasan atau kontrol etika pada para peneliti untuk melaksanakan penelitian yang baik/benar di dalam langkah-langkahnya seperti di dalam pengungkapan permasalahan, pernyataan atau statement yang menjadi landasan dalam pencarian solusi, dan prosedur penelitian sehingga penelitian tersebut mengandung kebenaran-kebenaran yang tidak diragukan.

Penyusunan desain penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan :

1) Menentukan permasalahan dan fokus permasalahan

Masalah penelitian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VA Sekolah Dasar Negeri Cisitu 2, Kecamatan Coblong, Kota Bandung melalui pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS).


(22)

47   

2) Prosedur pengumpulan data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.

a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

b. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self- report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.


(23)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur (structured interview) dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen setiap responden yaitu berupa hasil test pada pembelajaran IPS dan angket.

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru lain sebagai mitra dalam penelitian. Tim akan bekerja sama secara kolaboratif dan partisipatif, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan


(24)

49   

dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi-diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan, kemudian melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus pertama, untuk kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi atau pembetulan, ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan seterusnya.

Guru yang dijadikan sebagai mitra dalam penelitian ini adalah Siti Kuswati guru kelas IV SDN. Cisitu 2.

3) Analisis Data Lapangan

Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Selanjutnya, interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hal ini sangat perlu dilakukan agar :

1. Data dapat dibaca dengan mudah, 2. Peneliti dapat memaknai data tersebut, 3. Data dapat diinterpretasikan, serta 4. Pertanyaan penelitian dapat terjawab.

Analisis data dilakukan secara kualitatif-deskirtif dengan cara mililih, memilah, mengelompokkan data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Penyajian


(25)

hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis.

4) Validitas dan Realibitas Penelitian

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda “ antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

Pengujian validitas dan realibitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang perilaku murid, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke guru, teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya. Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan , dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok.


(26)

51   

Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka pemberi data diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.

5) Penyusunan Laporan PTK

Setelah berbagai kegiatan penelitian berakhir, selanjutnya peneliti dituntut untuk menyususn laporan penelitian. Ada berbagai format laporan yang dapat ditulis oleh peneliti, berbentuk narasi kronologis, sintesis topik atau konsep, atau laporan penyelesaian masalah yang disusun menurut masalah, isu, atau pertanyaan-pertanyaan kunci. Apapun format laporan yang dipilih, sebaiknya laporan itu ditulis dengan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Laporan hendaknya dapat meyakinkan pembaca, bahwa apa yang ditulis menggambarkan kenyataan yang dikaji, didukung oleh data yang akurat, tuntas, dan mewakili banyak perspektif, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

6) Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat instrumen penelitian berupa : 1. Tes tulis untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman siswa

tentang materi yang diajarkan.

2. Lembar observasi untuk mencatat hal-hal yang terjadi di dalam proses pembelajaran.


(27)

4. Angket tak berstruktur atau terbuka yaitu angket yang alternatif jawabannya merupakan pendapat responden sendiri.

7) Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dirancang sebanyak 3 siklus. Adapun tahap-tahap penelitiannya adalah sebagai berikut :

a) Tahap perencanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :

1. Menentukan kompetensi dasar yang akan disampaikan pada waktu pelaksanaan kegiatan. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.3. Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Materi pokok/pembelajaran : peristiwa sekitar proklamasi.

2. Merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.

Siklus I materinya tentang peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi, dan detik-detik proklamasi kemerdekaan.

Siklus II materinya tentang nilai-nilai kepahlawanan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.


(28)

53   

Siklus III materinya tentang cara-cara menghargai jasa para pahlawan dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

3. Membuat instrument penelitian dari lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pembelajaran berorientasi aktivitas siswa diaplikasikan dan angket.

4. Membuat media pembelajaran yang diperlukan, termasuk lembar kerja siswa (LKS) dan soal evaluasi.

b). Tahap pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah mengaplikasikan scenario pembelajaran atau RPP yang telah dibuat disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti kegiatan refleksi. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :

Siklus I

- RPP satu dilaksanakan pada tanggal 13 April 2010 - RPP dua dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010.

Siklus II

- RPP tiga dilaksanakan pada tanggal 27 April 2010 - RPP empat dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2010


(29)

Siklus III

- RPP lima dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2010.

c). Tahap observasi

Pelaksanaan tahap observasi bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan.Observasi secara lebih operasional adalah semua kegiatan untuk menganalisa, merekam, dan mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang dicapai oleh tindakan yangt direncanakan ataupun sampingnya (Kasbolah,1998).

Kegiatan inti dari tahap ini adalah menghimpun data melalui alat pengumpul data (instrument) untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang diperoleh selama kegiatan tindakan berlangsung dalam upaya memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang

Siklus I

- Tahap observasi satu dilaksanakan pada tanggal 13 April 2010

- Tahap observasi dua dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010.


(30)

55   

Siklus II

- Tahap observasi dilaksanakan pada tanggal 27 April 2010

- Tahap observasi empat dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2010

Siklus III

- Tahap observasi lima dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2010.

d). Tahap analisis dan refleksi

Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil observasi guru dapat merefleksi dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus (tindakan) berikutnya.

e). Tahap perencanaan tindakan lanjutan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah merumuskan rencana tindakan lanjutan bila hasil refleksi belum cukup memuaskan atau ingin disempurnakan dengan memperbaiki atau memodifikasi tindakan sebelumnya


(31)

Berikut alur penelitian dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) model Kemmis dan Mc Taggart (1988)yang diadopsi oleh Udin S. Sa’ud (2006)

Gambar Satu Pelaksanaan Tindakan dalam PTK (Sa’ud, 2006)        Observasi 

       refleksi 

Perencanan Tindakan 

Rencana Tindakan  Pelaksanaan Tindakan 


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data yang diperoleh dari proses pengolahan dan analisis data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan yaitu tentang penggunaan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS di kelas VA SDN.Cisitu 2 Kecamatan Coblong Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa :

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS memerlukan perencanaan yang cukup matang karena dalam pendekatan ini guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa; memilih metode dan media yang tepat disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai serta materi pelajaran; serta mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa belajar.

2. Pelaksanaan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) yang dilakukan peneliti dengan menggunakan multimetode (role playing, diskusi kelas, diskusi kelompok) dan multimedia (gambar dan audiovisual) berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari


(33)

pelaksanaannya yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh peneliti.

3. Setelah peneliti menggunakan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS ternyata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum peneliti menggunakan pendekatan ini.

4. Walaupun hasil belajar rata-rata siswa meningkat, namun dalam perencanaan dan pelaksanaannya peneliti mengalami beberapa hambatan atau kesulitan diantaranya :

1) Dalam perencanaan memerlukan waktu yang relatif lama karena harus memilih metode, media, dan evaluasi yang tepat disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran.

2) Keterbatasan sarana dan prasarana.

3) Dalam penggunaan media audiovisual memerlukan waktu yang cukup lama dalam persiapan dan pelaksanaannya karena peneliti memerlukan bantuan dari guru lain agar terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan media tersebut.

4) Masih ada siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran. 5) Masih ada siswa yang tidak mau mengemukakan pendapat atau


(34)

92   

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dan hasil observasi di lapangan, peneliti bisa memberikan beberapa saran untuk penggunaan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu sebagai berikut :

a. Untuk guru :

a) Berdasarkan pada konsep pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) yang lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka guru IPS sebaiknya mencoba berbagai metode yang dalam pelaksanaannya menggambarkan aktivitas siswa yang tinggi dengan tujuan agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih baik lagi. b) Guru IPS harus selalu meningkatkan kinerjanya dengan cara mau

melakukan atau mencoba menggunakan berbagai inovasi pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan mutu/kualitas hasil belajar siswa.

c) Guru harus berperan sebagai motivator, fasilitator, dan organisator yang baik dalam upaya mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa agar mencapai hasil yang lebih optimal.

b. Untuk pihak sekolah, masyarakat, dan semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya bisa


(35)

menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan cara turut berpartisipasi secara aktif membantu kinerja para guru, misalnya dengan menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran dan pengadaan media pembelajaran IPS yang lebih lengkap dengan harapan kualitas/mutu pendidikan dapat meningkat. Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme guru hendaknya pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan hendaknya bisa memberikan pelatihan bagi guru-guru tentang berbagai inovasi dalam pembelajaran agar pengetahuan dan wawasan guru menjadi bertambah serta diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar.


(36)

94   

 

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Aqib, Z. (2007), Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung : CV. Yrama Widya

Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Hadi, A. dan Haryono, (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung :

Pustaka Setia

Hernawan, Herry, A. dan Resmini, N. (2009). Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Ischak, Sugandi,D. dan Sardjiyo, (2008) . Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group

Sapriya dan Istianti, T. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung : UPI Press

Surya, M. (2003), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung : Yayasan Bhakti Winaya

Sa’ud, Syaefudin, U. (2007), Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung : UPI Press


(1)

56   

Berikut alur penelitian dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) model Kemmis dan Mc Taggart (1988)yang diadopsi oleh Udin S. Sa’ud (2006)

Gambar Satu Pelaksanaan Tindakan dalam PTK (Sa’ud, 2006)        Observasi 

       refleksi 

Perencanan Tindakan 

Rencana Tindakan  Pelaksanaan Tindakan 


(2)

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data yang diperoleh dari proses pengolahan dan analisis data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan yaitu tentang penggunaan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS di kelas VA SDN.Cisitu 2 Kecamatan Coblong Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa :

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS memerlukan perencanaan yang cukup matang karena dalam pendekatan ini guru dituntut untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa; memilih metode dan media yang tepat disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai serta materi pelajaran; serta mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa belajar.

2. Pelaksanaan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) yang dilakukan peneliti dengan menggunakan multimetode (role playing, diskusi kelas, diskusi kelompok) dan multimedia (gambar dan audiovisual) berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari


(3)

91   

pelaksanaannya yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh peneliti.

3. Setelah peneliti menggunakan pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam pembelajaran IPS ternyata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum peneliti menggunakan pendekatan ini.

4. Walaupun hasil belajar rata-rata siswa meningkat, namun dalam perencanaan dan pelaksanaannya peneliti mengalami beberapa hambatan atau kesulitan diantaranya :

1) Dalam perencanaan memerlukan waktu yang relatif lama karena harus memilih metode, media, dan evaluasi yang tepat disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran.

2) Keterbatasan sarana dan prasarana.

3) Dalam penggunaan media audiovisual memerlukan waktu yang cukup lama dalam persiapan dan pelaksanaannya karena peneliti memerlukan bantuan dari guru lain agar terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan media tersebut.

4) Masih ada siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran. 5) Masih ada siswa yang tidak mau mengemukakan pendapat atau


(4)

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dan hasil observasi di lapangan, peneliti bisa memberikan beberapa saran untuk penggunaan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu sebagai berikut :

a. Untuk guru :

a) Berdasarkan pada konsep pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) yang lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka guru IPS sebaiknya mencoba berbagai metode yang dalam pelaksanaannya menggambarkan aktivitas siswa yang tinggi dengan tujuan agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih baik lagi. b) Guru IPS harus selalu meningkatkan kinerjanya dengan cara mau

melakukan atau mencoba menggunakan berbagai inovasi pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan mutu/kualitas hasil belajar siswa.

c) Guru harus berperan sebagai motivator, fasilitator, dan organisator yang baik dalam upaya mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa agar mencapai hasil yang lebih optimal.

b. Untuk pihak sekolah, masyarakat, dan semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya bisa


(5)

93   

menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan cara turut berpartisipasi secara aktif membantu kinerja para guru, misalnya dengan menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran dan pengadaan media pembelajaran IPS yang lebih lengkap dengan harapan kualitas/mutu pendidikan dapat meningkat. Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme guru hendaknya pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan hendaknya bisa memberikan pelatihan bagi guru-guru tentang berbagai inovasi dalam pembelajaran agar pengetahuan dan wawasan guru menjadi bertambah serta diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar.


(6)

 

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Aqib, Z. (2007), Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung : CV. Yrama Widya

Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Hadi, A. dan Haryono, (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung :

Pustaka Setia

Hernawan, Herry, A. dan Resmini, N. (2009). Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Ischak, Sugandi,D. dan Sardjiyo, (2008) . Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group

Sapriya dan Istianti, T. (2007). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Bandung : UPI Press

Surya, M. (2003), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung : Yayasan Bhakti Winaya

Sa’ud, Syaefudin, U. (2007), Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung : UPI Press


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan

1 9 103

Pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.

2 10 101

Penggunaan Media Pembelajaran “Multimedia Presentasi” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Atom Karbon Dan Senyawa Hidrokarbon (Penelitian Tindakan Kelas Di Sma Negeri 1 Jasinga)

1 7 311

UPAYA MENINGKATKAN NILAI-NILAI KERJASAMA DAN SPORTIVITAS MELALUI PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas v sdn cisitu 2 bandung.

1 4 47

MENINGKATKAN KETERAMPILAN LEMPAR-TANGKAP BOLA KECIL MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL BOY-BOYAN PADA SISWA KELAS V SDN CISITU 2 KOTA BANDUNG.

4 31 46

MODIFIKASI PEMBELAJARAN PERMAINAN FUTSAL UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU AKTIF BELAJAR : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Di Sdn Cisitu I Kota Bandung.

1 4 39

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM MELALUI KONSEP BERMAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS IV DI SDN CISITU 1.

0 1 33

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KEBUGARAN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGIKUTI AKTIVITAS PEMBELAJARAN KEBUGARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CISITU I KOTA BANDUNG.

0 2 38

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN BASIC GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS V SDN CISITU 1.

0 0 29

Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dalam Menimgkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas V.

0 0 80