TRANSFORMASI NILAI DEMOKRASI ADAT MINANGKABAU MELALUI PEMBELAJARAN PKN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA :Studi PKn SMP di Padang.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB .I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Perumusan Masalah 13

C. Tujuan Penelitian 14

D. Manfaat Penelitian 15

E. Metode Penelitian 16

F. Struktur Organisasi Disertasi 18

BAB.II LANDASAN TEORI

A. Teori Tranformasi Nilai Budaya 20

1. Pendidikan Sebagai Proses Sosialisasi 21

2. Pendidikan Sebagai Proses Internalisasi 23

3. Pendidikan Sebagai Proses Enkulturisasi 24

B. Pewarisan Budaya Melalui Pendidikan 26

1. Pendidikan In Formal 27

2. Pendidikan Non Formal 28


(2)

C. Demokrasi 30

1. Pengertian Demokrasi 31

2. Sistem Politik Demokrasi 34

3. Demokrasi Pancasila 34

4. Demokrasi Pancasila Sebagai Manifestasi Kebudayaan 36

D.Kearifan Lokal Minangkabau 37

1. Adat Masyarakat Minangkabau 39

2. Sistem Sosial Dan Politik Masyarakat Minangkabau 42

3. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Miangkabau 46

4. Pemerintahan Menurut Adat Minangkabau 48

5. Demokrasi Menurut Adat Minangkabau 59

6. Prinsip-Prinsip Demokrasi Adat Minangkabau 62

E. Membangun Karakter Bangsa 70

1. Pengertian Karakter Bangsa 70

2. Membangun Karakter Bangsa 74

3. Membangun Keperibadian Bangsa 76

F. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks

Pendidikan IPS 78

1. Pendidikan IPS 78

2. Pendidikan Kewarganegaraan 90

3. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan

Pendidikan IPS 95

4. Pendikakan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan

Demokrasi 98

G. Pengembangan Model Pembelajaran Demokrasi

Berbasis demokrasi Adat Miangkabau 102

1. Teori Pengembangan Model 102


(3)

3. Landasan Teori Belajar 104

H. Landasan Filosofis 108

I. Penelitian Terdahulu 114

J. Paradigma Penelitian 119

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 120

B. Metode Penelitian 122

C. Instrumen Penelitian 135

D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 136

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 140

1. Pendapat Tokoh Masyarakat Adat Minangkabau Tentang

Nilai Demokrasi Adat Minangkabau 140

2. Pendapat Para Guru Tentang Nilai Demokrasi Adat

Minangkabau 170

3. Pendapat Generasi Muda Tentang Nilai Demokrasi Adat

Minangkabau 194

B. Pembahasan Hasil Penelitian 221

1. Demokrasi Adat Minangkabau 221

2. Faktor yang menjadi Kendala Dalam Mentransformasikan

Demokrasi Adat Minangkabau 232

3. Upaya yang Dilakukan Pendidik dalam

Mentransformasi Nilai Demokrasi Adat Minangkabau 252

4. Melalui PTK dapat Meningkatkan prestasi peserta


(4)

C.Temuan Penelitian 272

1. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Minangkabau

Terhadap Nilai Budayanya 272

2. Menipisnya Sifat Komunal Dan Kebersamaan 273

3. Krisis Kepemimpinan di Minangkabau 279

4. Tergerusnya Nilai-Nilai Demokrasi Adat

Minangkabau 284

5. Masyarakat Minangkabau Mengalami

Goncangan Budaya 289

6. Pentingnya Pengajaran Pendidikan Nilai Demokrasi

Adat Minangkabau Kepada Generasi Sekarang 292

7. Perobahan Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau

Sebagai Akibat Modernisasi Dan Globalisasi 299

8. Model Pembelajaran PKn yang Berbasiskan Nilai

Demokrasi Adat Minangkabau 305

D.Kendala Pengimplementasian Pembelajaran PKn Berbasis

Demokrasi Adat Minangkabau dalam Pembelajaran di SMP 340

BAB V KESIMPILAN. IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN PERUMUSAN DALIL

A. Kesimpulan 345

B. Implikasi Hasil Penelitian 348

C. Rekomendasi 352

D. Perumusan Dalil 356

DAFTAR PUSTAKA 358


(5)

DAFTAR TABEL

No : Tabel Halaman

1. Tabel 2.1 Perbandingan Demokrasi, Secara Umum,

Menurut Teori, dan Demokrasi Menurut Adat

Minangkabau 68

2. Tabel 4.1 Perubahan Sosial Budaya Masyarakat

Minangkabau Sebagai Akibat dari Modernisasi dan

Globalisasi 275

3. Tabel 4.2 Struktur Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Mata Pelajaran PKn berbasis Demokrasi adat Minangkabau 281


(6)

DAFTAR GAMBAR

No: Gambar Halaman

1. 2.2 Paradigma Penelitian 119

2. 3.2 Siklus Tindakan Kelas 139

3. 4.1 Rumah Gadang Minangkabau 148

4. 4.2 Rumah Gadang Bodicaniago 150

5. 4.3 Rumah Gadang Koto Piliang 150

6. 4.4 Rapat Ninik Mamak Saat Pengangkatan Penghulu 152

7. 4.5 Rapat Tungku Tigo Sajarangan dalam Mengambil

Keputusan 158

8. 4.6 Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Ceramah 308

9. 4.7 Pengarahan Guru Dalam Pembentukan Kelompok 325

10.4.8 Partisispasi Peserta Didik Dalam Tanya Jawab 327


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

No: Lampiran Halaman

1. Lampiran.1. Struktur Dalam Masyarakat Minangkabau 374

2. Lampiran. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 379

3. Lampiran. 3 Panduan Observasi / Pengamatan Guru 364

4. Lampiran .4. Hasil Tse Formatif Peserta didik 397

5. Lampiran .5. Lampiran Pedoman Wawancara 399

6. Lampiran .6.Daftar Informan 401


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa lain dalam era globalisasi ini, tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas perubahan (inovasi) sebagai akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Beberapa indikator globalisasi yang melanda bangsa Indonesia menimbulkan dampak positif dan negatif sebagai berikut; (1) Globalisasi di bidang hukum, sebagai dampak positif semakin menguatnya supremasi hukum, dan regulasi hukum, demokratisasi dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Dari sisi negative terjadinya perubahan dunia yang cepat mempengaruhi pola pikir masyarakat secara global, masyarakat sering kali mengajukan tuntutan kepada pemerintah dan jika tidak dipenuhi cenderung bertindak anarkis. (Budiyanto, :2004:19).(2) Globalisasi sosial bidang budaya, dapat meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan, teknologi. dan meningkatkan etos kerja yang tinggi, dari sisi negatif mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.dan memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya hidup individualisme, pragmatisme, hedonisme, primitive, konsumerisme. (3) Globalisasi bidang ekonomi memberi peluang kepada Indonesia untuk ikut bersaing merebut pasar perdagangan luar negeri, terutama hasil pertanian, hasil


(9)

laut, tekstil, dan bahan tambang. di bidang jasa kita mempunyai peluang menarik wisatawan mancanegara. Akibatnya, dengan masuknya perdagangan luar negeri terjadi defisit perdagangan nasional, maraknya penyelundupan dan masuknya wisatawan ke Indonesia melunturkan nilai luhur bangsa. (Robert Gilpin, 1972: 111-119).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan dalam bidang politik telah terjadi demokratisasi, dalam bidang sosial dan budaya terjadi uiversalisasi dan Bidang ekonomi terjadi liberalisasi, hal inilah yang harus dipikirkan oleh seluruh bangsa Indonesia untuk mempertahankan jati dirinya.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol. Oleh karena itu agar kalangan intelektual terutama mahasiswa sebagai calon pengganti pemimpin bangsa di masa mendatang memahami makna serta kedudukan demokrasi yang sebenarnya maka harus dilakukan suatu kajian yang bersifat ilmiah.

Secara historis, demokrasi adalah konsep yang berasal dari Yunani kuno. sejak Revolusi Perancis (1789), demokrasi berkembang menjadi sebuah konsep


(10)

yang modern dan kompleks. “ Sekalipun konsep yang kompleks, logika yang diekspresikan demokrasi modern mengandung prinsip-prinsip dasar, seperti adanya unsur kedaulatan rakyat, pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas, kemerdekaan yang dijamin UU, partisipasi warga, persamaan hak, dan sebagainya.” (Minogue dalam Kuper & Kuper, 2000: 215).

Pada zaman Yunani-Kuno, kata demokrasi digunakan untuk menunjuk pada pemerintahan oleh orang banyak, sebagai lawan dari pemerintahan oleh sekelompok orang bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa Yunani-Kuno sangat berbeda dengan bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa sekarang. ada negara-negara modern dikembangkan model demokrasi tidak langsung melalui lembaga perwakilan” (Saragih, 1988: 79).

Lembaga perwakilan memegang peranan yang penting dalam menata jalannya roda pemerintahan bagi negara demokrasi modern, walaupun pada mulanya keberadaan lembaga perwakilan bukan dimaksudkan sebagai perangkat sistem demokrasi. Hal inilah yang merupakan perbedaan secara mendasar antara negara kota dengan negara bangsa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Praktek demokrasi pada negara-negara kota tidak terdapat lembaga perwakilan, sebab demokrasi menjadi pertemuan warga kota untuk membahas masalah secara bersama-sama. Dinamika demokrasi modern, selain lembaga perwakilan yang diisi melalui pemilihan umum, masih terdapat elemen demokrasi lainnya yang mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Di sinilah arti pentingnya, interest group, presure group, tokoh masyarakat, pers dan partai politik, ikut ambil bagian dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.


(11)

Dalam perkembangannya, penerapan konsep pemisahan kekuasaan (separation of powers) meluas ke seluruh dunia dan menjadi paradigma tersendiri dalam pemikiran mengenai susunan organisasi negara modern. Menurut Sumantri, S ( 1976: 70.) “Fungsi legislatif biasanya dikaitkan dengan peran lembaga parlemen atau legislature, fungsi eksekutif dikaitkan dengan peran pemerintah dan fungsi judikatif dikaitakan dengan lembaga peradilan “. Cara kerja dan hubungan ketiga kekuasaan negara itu disebut sebagai sistem pemerintahan negara.

Menurut Mayo (1990:218) demokrasi mencakup beberapa norma atau nilai, “yaitu penyelesaian perselisihan secara damai dan melembaga, terjadinya perubahan secara damai dalam masyarakat yang sedang berubah, pergantian kepemimpinan secara teratur, pembatasan pemakaian kekerasan secara minimum , pengakuan dan penghormatan atas kenegaraan serta jaminan penegak keadilan”

Demokrasi merupakan amanah terpenting dari Pancasila. Demokrasi dalam perspektif Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan jawaban atas tantangan nyata bangsa pada masa itu dengan mengelaborasi gagasan besar dunia, namun dimaknai dengan berpijak pada kearifan budaya nusantara dan sejarah bangsa secara visioner. Dalam perspektif ini, bangsa kita telah mempraktikkan demokrasi sejak sebelum kemerdekaan. Para pendiri negara yang kemudian menemukan “Pancasila sebagai dasar negara menyebutkan bahwa yang dimaksud dasar di sini adalah philosofische grondslag, yaitu dasar kefilsafatan bagi berdirinya Negara Indonesia yang diserap dari weltanschaung, pandangan hidup bangsa yang berupa nilai-nilai fundamental, yaitu nilai-nilai keutuhan, kemanusiaan, persatuan /kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial.


(12)

Menurut Alfian mengenai kriteria ideologi yang baik (Alfian, 1978: 187).

Suatu ideologi akan mampu bertahan dan berfungsi dengan baik bila memenuhi sekurangnya tiga syarat. (1) merupakan pencerminan realita yang hidup dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya, paling kurang pada saat-saat kelahirannya.(2) kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat akan kehidupan bersama dan masa depan yang lebih cerah,(3) kemampuannya mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perrkembangan masyarakat.

Keunggulan lain dari Pancasila yang sering tidak kita sadari adalah rumusan teks Pancasila yang dibuat sederhana, singkat dan padat sehingga mudah dihapal oleh masyarakat hampir segala strata dan lapisan. Ini dimaksudkan agar Pancasila mudah dikenal dan diingat serta mudah menjangkau masyarakat seluas-luasnya. Bersamaan dengan itu di balik teks yang singkat tersebut terkandung nilai-nilai fundamental yang memerlukan pemahaman seksama.Pancasila dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh karena Pancasila akan mengalami kerancuan bila sila-silanya diantitesiskan satu sama lain atau dipahami terpisah sendiri-sendiri. “Setiap sila memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain, sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan” (Notonagoro, 1975: 52).

Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dasar Demokrasi Pancasila Kedaulatan Rakyat (Pembukaan UUD ‘45) Negara yang berkedaulatan – Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Makna Demokrasi Pancasila keikutsertaan rakyat kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara ditentukan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia, Demokrasi Pancasila berlaku semenjak Orde Baru. Demokrasi Pancasila dijiwai,


(13)

disemangati dan didasari nilai-nilai pancasila. Dalam demokrasi pancasila rakyat adalah subjek demokrasi, yaitu rakyat sebagai keseluruhan berhak ikut serta aktif “menentukan” keinginan-keinginan dan juga sebagai pelaksana dari keinginan- itu, yang disalurkan melalui lembaga perwakilan yang dibentuk melalui Pemilu

Pada masa Orde Baru, seluruh organ struktur politik lokal diatur secara terpusat dan seragam tanpa mengindahkan heterogenitas system politik lokal yang telah ada jauh sebelum konsep kebangsaan Indonesia. “Nagari yang tadinya berdaulat bergerak dalam system demokratis dan otonom dihapus lalu diganti dengan sistem pemerintah desa, suatu konsep yang diadopsi dari Jawa” ( Adnan 2003:65). Terbitnya Undang Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa menjadi salah satu tanda bahwa sistem sentralistik membuat nagari-nagari mengalami pemecahan “telah menghancurkan institusi tradisional di tingkat lokal yang sudah ada beratus tahun lamanya” (Zed M dkk 1996 :21).

Pragmatisme politik warisan Orde Baru tidak banyak membawa kemajuan bagi transformasi politik lokal, birokrasi yang belum banyak berubah juga dapat menjelaskan prakondisi distorsi politik lokal pasca orde baru, sepenuhnya merupakan warisan rezim masa lalu. “Memang intervensi politik terhadap birokrasi seperti di era orde baru sudah berkurang di era reformasi tapi kultur lama masih dianggap kental dalam penyelenggaraan pemerintah daerah” ( Prasejo 2005:31).

Secara Antropologis Minangkabau termasuk suku bangsa yang serumpun dengan suku-suku bangsa lainnya di Nusantara, hal itu dilihat beberapa kesamaan dalam rumpun bahasa, budaya, ras dan agama, namun dalam hal tertentu orang


(14)

Minangkabau memiliki kekhususan dari segi aspek budaya politik yang tumbuh berkembang dalam masyarakat memiliki khazanah budaya yang sama dengan nilai-nilai demokrasi. Dengan terjadinya globalisasi dan modernisasi konstruksi Ideal masyarakat Minangkabau tidak berjalan menurut realitas sesungguhnya, tidak terimplementasikan nilai –nilai demokrasi di tingkat nagari dan masyarakat.

Meskipun di lapangan sosial misalnya dalam pemilihan kepala kaum di ( datuak/penghulu), masih muncul nilai-nilai kesamaan dan keterbukaan, tapi secara umum pola-pola semacam itu meredup di seluruh ranah Minangkabau. Merasuknya sistem birokrasi yang kaku dan hierarkis dan kemudian bersentuhan langsung dengan tatanan sosial Minangkabau, ditambah pula trauma sosial politik pasca-PRRI, membuat feodalisme tumbuh subur. Salah satu konsekuensinya, suara-suara kritis dari masyarakat Minangkabau mulai meredup di bawah kendali otoriterianisme negara. Secara institusional, elemen-elemen sub-ordinasi negara muncul sebagai fenomena sosial politik. Lembaga-lembaga yang muncul, formal maupun informal, umumnya tidak lebih sebagai representasi negara. “Akibatnya, corak pemimpin yang muncul pun tidak hanya feodalistis tapi juga cenderung elitis. Kalaupun ada kritisisme dari masyarakat lokal, secara umum hal itu tak mampu lagi mengubah tatanan sosial politik yang sedang mapan. “( Abdullah T 2005:17)

Di Minangkabau, eksistensi penghulu sebagai elit tradisional hingga kini juga patut digugat, mereka kerap dituding menggerogoti kaumnya dengan kecenderungan pada tindakan menjual tanah pusaka dan tanah ulayat tanpa memperhitungkan implikasi buruk bagi kehidupan anak kemenakannya sendiri.


(15)

Peranan perempuan, yang dalam sistem matrilineal menjadi penjaga harta pusaka, dipinggirkan ( Bahar, 2004: 30).

Kuatnya motif ekonomi politik di balik eksistensi dan peranan pemangku adat ikut mendistorsi nilai-nilai demokrasi di Minangkabau tanpa ada mekanisme yang bisa mengkritisi para pemimpin tradisional, dalam konteks pembangunan karakter bangsa. Ada kritik mendasar terhadap daerah Minangkabau, sejak Orde Baru sampai era reformasi, orang Minangkabau patuh pada kemauan rezim otokratis di Jakarta tidak ada lagi kritisisme Minangkabau sebagaimana ditunjukkan pada masa sebelumnya. Golkar menang besar di daerah ini jauh melampaui angka kemenangan partai itu di tingkat nasional, feodalisme baru juga muncul, tidak hanya di Istana Pagaruyung, tetapi juga di birokrasi dan kampus.

Naim ( 1986: 39 ) mengemukkan bahwa:” generasi muda Minangkabau, sejalan dengan perkembangan zaman timbul aplikasi tindakan yang tidak sesuai dengan aturan adat, masyarakat Minangkabau sudah tidak memahami sistem nilai dan keluhuran budaya mereka sendiri “. Fenomena yang terjadi semakin jelas mengisyaratkan, bahwa kebudayaan Minangkabau tampaknya tidak lagi menjadi sumber inspirasi dalam keseharian masyarakatnya. Sehingga dalam keberlangsungan proses sosialisasi dan interaksi dalam kehidupan, mereka seringkali tidak tampak tampil dalam identitas keminangannya. Seorang putra Minangkabau pada hari ini akan lebih mendambakan profesinya, ketimbang dari identitas keminangannya. Mereka lebih dikenal sebagai seorang dokter, pengacara, pejabat pemerintah, dosen dan lain – lain. Pada hal dimasa lalu, setiap


(16)

orang Minangkabau akan lebih dikenal dalam identitas keminangannya, misalnya H.Chaidir Latief Dt.Bandaro, pada saat sekarang rasanya jarang kita memanggilnyam dengan Dt Bandaro, tapi gelar sarjana hukum yang beliau sandang tampak lebih bersinar. Bila persoalan ini dikaji lebih jauh maka dapat dilihat bahwa telah terjadi pergeseran nilai budaya Minangkabau tersebut, menurut asumsi sangat berkaitan dengan kemerosotan moral orang Minang.

Hal ini mungkin karena pengaruh praktek birokrasi pemerintahan desa masa lalu kurang demokratis, secara sosiologi antropologis nagari merupakan kesatuan bentuk bagi berbagai perangkat tatanan sosial budaya,” Nagari adalah lambang mikrokosmik dan sebuah makrokosmik yang lebih luas “(Naim 986: 31)

Menurut Manan I (1995: 23 ) “Nagari merupakan republik kecil dengan teritorial yang jelas bagi anggota- anggotanya, mempunyai pemerintah tersendiri, secara otonom dan mempunyai adat sendiri yang mengatur tata kehidupan anggotanya” . Sebagai sebuah republik kecil nagari mempunyai perangkat pemerintahan demokratis memiliki lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif, mempunyai aturan sendiri yang disebut dengan adat istiadat, adanya jaminan hak azazi manusia. Manakala sistem yang berlaku menyebabkan terjadinya pergerakan pendulum kebudayaan yang menjauhi kutup budaya Minangkabau secara bertahap masyarakat Minangkabau mengalami pelapukan budaya, fungsi dan peranan sosial “tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin “ (tungku tiga sejerangan dan tali tiga sepilin ) mengalami krisis akibatnya hubungan mamak dan kemenakan mulai menjarak, ninik mamak kurang mengayomi anak kemenakan, alim ulama sangat terbatas kemampuannya mensiarkan ajaran akhlakul karimah dan ajaran


(17)

islam secara mendalam cerdik pandai kurang mampu menegakkan supremasi hukum, terlalu tingginya kekuasaan pemerintahan terhadap hukum lokal, tidak banyak peranan sosial dari orang empat jinih ( ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, bundo kanduang) dan generasi muda kehilangan identitas dan jati diri. Ketika persoalan yang selama ini berada dalam wilayah hukum adat, telah pula bergeser ke dalam pengaturan hukum positif maka adat terkesan mandul. Pada saat itulah segala institusi tradisional, unsur kepemimpinan tradisional dan hukum adat, sudah tidak lagi ditempatkan pada posisi yang sebenarnya.

Jika hal seperti ini dibiarkan terus berlanjut maka budaya nilai demokrasi Minangkabau yang ditanamkan sejak nenek moyang dulu dan selama ini telah di jalani, dipelihara secara utuh akan menjadi musnah serta tidak dikenal lagi oleh generasi selanjutnya, masalah inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang Nilai Demokrasi Adat Minangkabau dan ditransformasikan melalui pembelajaran PKn dalam membangun karakter bangsa, karena generasi muda harus mengenal dan mempelajari budaya yang merupakan warisan nenek moyang.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan nilai budaya Minangkabau yang selama ini kurang dikenal oleh masyarakat akan menjadi landasan dalam hidup bermasyarakat bagi generasi berikutya terutama dalam hal bagaimana berlaku adil ketika mengambil keputusan, bagaimana bertingkah laku yang demokratis, sesuai dengan nilai moral budaya bangsa, dan bagaimana peranan serta fungsi ninik mamak dalam budaya minangkabau sesuai dengan konsep adat “ Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah “.


(18)

Dilihat dari letak geografis, Minangkabau mempunyai potensi yang cukup baik dalam bidang pendidikan terutama bila dikaitkan dengan nilai demokrasi Budaya Minangkabau. Minangkabau sejak dahulu hingga sekarang, tatanan kehidupan masyarakatnya sangat ideal karena didasari nilai-nilai, norma-norma adat dan agama Islam yang menyeluruh, dalam satu ungkapan adat berbunyi: “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Fenomena sekarang terlihat norma lama yang luhur mulai agak memudar, sementara tatanan baru belum pula terbentuk. Nilai-nilai kehidupan pada mulanya bersifat kebersamaan di masa sekarang agak cendrung bersifat individual. Nilai-nilai kehidupan selama ini tumbuh di nagari, sekarang kecendrungan masyarakat lebih suka hidup di perkotaan. Pada masa dulu norma kehidupan berpegang kepada budi dan rasa malu, sekarang cenderung mulai meninggalkan sifat tenggang rasa, dan fenomena seperti itu sering menjadikan adat Minangkabau yang mempunyai banyak sekali nilai-nilai ideal itu mulai jadi bahan cercaan.

Nilai-nilai universal dalam masyarakat Minangkabau berkaitan dengan nilai-nilai adat dan syarak dapat dikategorikan ke dalam 6 kelompok, yaitu: (1) nilai-nilai ketuhanan, (2) nilai-nilai kemanusiaan, (3) nilai-nilai persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah / kesatuan dan persatuan, (4) nilai musyawarah dan demokrasi, (5) rasa-periksa / akhlak / budi pekerti, (6) gotong royong / sosial kemasyarakatan. Keenam nilai-nilai tersebut sangat dipahami oleh para ninik mamak pemangku adat Minangkabau akan menjadi prilakunya sehari-hari, karena ninik mamak adalah suri teladan (contoh ) bagi anak kemenakannya. Berdasarkan permaslahan inilah peneliti mencoba mentransformasikan


(19)

nilai demokrasi adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn di persekolahan. dalam membangun karakter bangsa yang benar-benar memahami dan menjunjung tinggi budaya bangsa. Penelitian ini akan menjawab pemahaman peserta didik tentang hidup berdemokrasi dan bagaimana nilai demokrasi yang ada dalam budaya masyarakat Minangkabau.

Pendidik yang sedang mendalami Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan budaya bangsa seperti yang dinyatakan dalam Amandemen Undang – Undang Dasar Negara Repoblik Indonesia tahun 1945 fasal 31 ayat 3 menyatakan bahwa: tujuan pendidikan nasional adalah "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."

Penjabaran lebih lanjut tentang pendidikan Nasional dalam UU no. 20 /2003 fasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk menjadikan manusia sesuai dengan tujuan yang diinginkan UU no20 /2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diperlukan berbagai bentuk


(20)

pembinaan, seperti pembinaan disiplin melalui pendidikan nilai demokrasi yang didalamnya mencakup nilai sosial, politik, ekonomi. Sebagai suatu nilai demokrasi tidak dapat diberikan secara built- up diberikan langsung kepada seseorang baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Demokrasi terbentuk dalam diri seseorang melalui proses sosial yang berlangsung relatif lama dan tergantung pada sarana dan prasaran serta suasana lingkungan pendukung individu atau kelompok masyarakat bertempat tinggal, keterpaduan kondisi inilah yang membentuk nilai dan perilaku demokrasi dalam diri manusia. Sekolah sebagai wahana pendidikan nilai merupakan salah satu lingkungan vital dalam sosialisasi nilai-nilai dan perilaku demokrasi serta berkembangnya kehidupan yang demokratis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan ruang lingkup penelitian, maka masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian : Bagaimana Nilai Demokrasi Adat Minangkabau tersebut dapat diterapkan dan diwariskan kepada generasi sekarang melalui pembelajaran PKn yang berbasiskan Demokrasi Adat Minangkabau dalam membangun karakter bangsa. Berdasarkan masalah tersebut selanjutnya dirumuskan pertanyaan penelitian:

1. Bagaimanakah demokrasi Adat Minangkabau menurut Tokoh Masyarakat


(21)

2. Faktor apakah yang menjadi kendala dalam mentransformasikan Demokrasi Adat Minangkabau

3. Bagaimana upaya para pendidik untuk mentranformasi nilai Demokrasi Adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn kepada generasi muda dalam membangun karakter bangsa?

4. Apakah melalui Penelitian Tindakan Kelas, Pembelajaran PKn berbasis Nilai Demokrasi Adat Minangkabau dalam membangun Karakter Bangsa dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan cukup signifikan untuk meningkatkan kinerja guru yang profesioanal ?.

C. Tujuan Penelitian

Ditinjau dari sudut ruang lingkup, tujuan penelitian ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penelitian yaitu mengkaji perubahan nilai demokrasi adat Minangkabau dan mengapa nilai Demokrasi Adat Minangkabau kurang dikenal oleh generasi sekarang serta upaya apa yang bisa dilakukan agar nilai Demokrasi Adat Minangkabau menjadi pedoman bagi generasi sekarang dalam bersikap dan bertingkah laku

Tujuan khusus sebagaimana rumusan masalah penelitian di atas, meliputi:

1. Pengungkapan demokrasi adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama dalam membangun karakter bangsa

2. Penggalian dan analisis faktor apa yang menjadi kendala dalam mentransformasi nilai Demokrasi adat Minangkabau


(22)

3. Penemuan dan menganalisis peluang untuk melakukan transformasi nilai Demokrasi adat Minangkabau melaui pendidikan berdasarkan pengalaman individu siswa, berfikir, memutuskan, mengingat, dan perilaku fisik lainnya. 4. Pengungkapan dan mengimplementasikan pembelajaran demokrasi adat

Minangkabau dengan pendekatan transformatif yang dikembangkan dalam pembelajaran di SMP.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis. Manfaat teoritis dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menanam kan jiwa demokrasi kepada masyarakat dan generasi penerus

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemikir dan peneliti lebih lanjut, apabila dirasakan dalam penelitian ini terdapat aspek-aspek yang belum tergali dengan sempurna.

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi guru mata pelajaran PKn hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber

informasi mengenai nilai –nilai demokrasi yang ditemui dalam budaya lokal. 2. Bagi para peserta didik hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan nya

tentang demokrasi dalam pembelajaran PKn

3. Bagi Kepala Sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur sebagai upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran PKn dan mewujudkan pengembangan kompetensi professional guru


(23)

4. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengambilan kebijakan pendidikan ,diharapkan akan menjadi salah satu masukan dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pembinaan guru

5. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menanamkan rasa cinta para peserta didik terhadap budaya bangsa dan dapat menghargai nilai-nilai luhur bangsa kita sendiri

6. Bagi pemuka Adat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk melestarikan nilai Demokrasi adat Minangkabau

7. Bagi Peneliti sendiri hasil penelitian ini menambah pengetahuan peneliti khususnya tentang nilai yang ada dalam budaya masyarakat Minangkabau dan sehubungan dengan pembelajaran PKn peneliti bisa memperluas pengetahuan tentang Demokrasi dan membuat model pembelajaran PKn yang berbasis Demokrasi Adat Minangkabau

8. Bagi para peneliti selanjutnya , khususnya para dosen pengelola program studi PKn dan PIPS, hendaknya dapat mengembangkan lebih lanjut melalui penelitian yang lebih komprehensif, melibatkan para guru secara langsung dalam proses penelitian sejak proses awal. Para dosen hendaknya berkolaborasi dengan guru- guru PKn melalui model penelitian tindakan kelas, atau model penelitian lain yang ditujukan untuk inovasi pembelajaran PKn di sekolah

E. Metode Penelitian


(24)

pada bagian terdahulu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode etnografi, dengan alasan dapat menggali informasi nilai Demokrasi Adat Minangkabau yang berkembang di tengah masyarakat Minangkabau ( Spradley 2006: 13). Dengan kata lain, kebudayaan merupakan hasil belajar manusia termasuk di dalamnya tingkah laku, karena itu, etnografi sebagai pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial budaya melalui deskripsi yang holistik. (Spradley 2007: 5). Sebagai metode penelitian kualitatif, etnografi dilakukan untuk tujuan tertentu. Spradley mengungkapkan beberapa tujuan penelitian etnografi,sbb: (1) Untuk memahami rumpun manusia dalam hal ini, etnografi berperan menginformasikan teori-teori ikatan budaya; menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk menemukan teori grounded.(2) etnografi juga berperan untuk membantu memahami masyarakat yang kompleks. (3) melalui etnografi dapat diperoleh gambaran berkenaan nilai Demokrasi Adat Minangkabau secara umum ditengah masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk simbol, kepercayaan, keterampilan, artifak, pengetahuan lokal, dan perilaku sehari-hari ( Geetz dan Le Comte 1991:58, 1984). Untuk menguji efektivitas model pembelajaran dilakukan melalui penelitian tindakan kelas ( PTK) atau yang sudah dikenal dengan sebutan

classroom action research . Pada dasarnya PTK ini bermula dari action research

yang didefinisikan oleh Elliot(1991) sebagai situasi studi sosial dengan sebuah pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian.


(25)

Propinsi Sumatera Barat, dengan alasan masih adanya kekuasaan yang berada ditangan keturunan raja dan disisi lain daerah ini sekarang maju pesat dengan dibangun pelabuhan Udara Internasional Minangkabau. Hal ini sangat mempengaruhi budaya yang selama ini kekuasaan berada ditangan keturunan Dt Rajo Sampono yang tetap menjalankan nilai- nilai demokrasi menurut adat Minangkabau secara murni.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Langkah akhir yang ditempuh dalam penelitian ini adalah menulis laporan hasil penelitian. organisasi penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan, dibagian ini dikemukakan masalah penelitian yang dilengkapi

dengan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian

2. Kerangka Teori, disini dikemukakan berbagai teori dan definisi yang dikemukakan para pakar yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti untuk dijadikan landasan berpikir yang dapat memberikan pemahaman universal bagi para peneliti lain yang menjadikan disertasi ini sebagai bahan kajian dalam penelitian yang dilakukannya.

3. Metode Penelitian, pada bagian ini dijelaskan pendekatan, metode dan teknik etnografis yang diterapkan dalam penelitian ini , baik dalam memperoleh data- data maupun menganalisa data sehingga didapatkan pola transformasi sitem nilai budaya yang dapat diterapkan di sekolah


(26)

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bagian ini dikemukakan seluruh data yang signifikan dan relevan dengan tujuan penelitian dan pembahasan semua temuan untuk sampai kepada pembentukan pola transformasi sistem nilai budaya yang dapat diterapkan di sekolah.

5. Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi, bagian ini merupakan bagian akhir dari penulisan laporan, yang mampu memberi gambaran yang bermakna dari hasil penelitian.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Sabjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Propinsi Sumatera Barat dengan ibukota Padang, setiap daerah mempunyai situasi dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak bagi tumbuhnya nilai-nilai budaya demokrasi Minangkabau. Penelitian ini menitik beratkan pada daerah pinggiran kota tepatnya di pinggiran ibu kota Propinsi yaitu di Nagari Kataping yang secara geografis termasuk Kabupaten Padang Pariaman karena pada dasarnya daerah ini masih dikenal adanya kekuasaan ditangan keturunan raja dan disisi lain daerah ini sekarang maju pesat dengan dibangun pelabuhan Udara Internasional Minangkabau.

Dalam hal pengembangan dari hasil penelitian ini dilakukan pada SMP negri 7 Padang yang terletak diantara kota dan perbatasan kota, alasan diambil sekolah tersebut sebagai tempat melakukan penelitian karena peserta didik dari sekolah itu terdiri dari barmacam- macam suku bangsa di Indonesia dan tidak hanya berasal dari suku Minangkabau saja, melalui hal tersebut dapat dilihat apakah pembelajaran tentang Nilai Demokrasi Adat Minangkabau hanya di ketahui oleh masyarakat Minangkabau saja atau juga diketahui oleh masyarakat lainnya yang berada di Minangkabau.


(28)

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan rancangan penelitian pendekatan kualitatatif metode etnografi dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang menjadi subjek

penelitian adalah, peristiwa, manusia dan situasi yang dapat diobservasi ( Alwasiah 2003). Penelitian ini memiliki subjek penelitian berdasarkan

purposive sampling dengan tujuan supaya betul-betul bisa memberikan informasi

penting yang bertalian dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Tokoh Adat , yang terdiri dari penghulu, ninik mamak b. Alim Ulama

c. Pemuka Masyarakat yang terdiri dari unsur pemerintah nagari, Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau . Kerapatan Adat Nagari dan urang mudo d. Guru PKn dan Guru IPS

e. Generasi muda

3. Data Penelitian

Data penelitian yang dihimpun dalam penelitian ini berupa perkataan, tindakan, dokumen, situasi, dan peristiwa yang dapat diobservasi, berkenaan dengan kinerja guru dan siswa, termasuk interaksi sosial yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Secara lebih terperinci data penelitian yang dikumpulkan berupa:

a. Perkataan


(29)

peserta didik dan antara peserta didik. Data ini diperoleh melalui observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, dan diskusi balikan antara peneliti dan guru sebagai peneliti mitra

b. Aktivitas

Aktivitas berupa tindakan interaktif antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik, serta tindakan guru dalam mengambil keputusan intruksional, dan reaksi (tidakan). Data ini diperoleh dari observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

c. Dokumen

Materi ajar yang digunakan sebagai data disini adalah berupa teks atau bahan-bahan tertulis yang dibuat oleh guru dan peneliti, yang berkenaan dengan pembelajaran yang dilaksanakan, atau lembar LKS dan lembar refleksi yang dibuat oleh siswa dan yang dibuat oleh guru sebagai mitra peneliti dan peneliti, berupa catatan lapangan, lembar panduan observasi.

B. Metode Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan suatu model pembelajaran demokrasi adat Minangkabau yang secara empirik dianggap valid. Berdasarkan tujuan yang ditetapkan tersebut, maka studi ini akan dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dan metode Etnografi, alasan menggunakan penelitian Etnografi adalah untuk mendiskripsikan suatu kebudayaan, (Spradley 1997: :3).

Tujuan Etnografi adalah memahami sudut pandangan penduduk asli, lingkungan dan kehidupan untuk mendapatkan pandangan tentang dunianya oleh karena itu penelitian ini melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar, melihat, mendengar, berbicara,


(30)

berpikir dan betindak dengan cara-cara yang berbeda tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat.”

Spradley memfokuskan secara khusus pembuatan kesimpulan dari apa yang dikatakan orang. Wawancara dianggap lebih mampu menjelajah susunan pemikiran masyarakat yang sedang diamati. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti other culture (lain budaya) masyarakat kecil yang terisolasi, namun juga, masyarakat

multicultural di seluruh dunia. Pemikiran ini kemudian dia rangkum dalam “Alur

Penelitian Maju Bertahap”. Inti dari “Etnografi ” ini adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas atau yang sudah dikenal dengan classroom action research. Wiraatmadja (2002:127) menyatakan bahwa:

Penelitian Tindakan Kelas mendorong guru untuk selalu meningkatkan kerjanya dengan refleksi, selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengemansipasikan peserta didiknya dari pembelajaran yang “teacher

centered” dan mendorong peserta didiknya untuk “discovery”, yakni

mencari sendiri, sampai mampu berdiri mandiri dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan diluar otootoritas gurunya. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan tradisi penelitian kualitatif

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tradisi penelitian kualitatif, karena yang menjadi kajian adalah meneliti masalah sosial dan kemanusiaan di bidang pendidikan, dimana peneliti membangun sebuah gambaran ( kelas) yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan informan dan keseluruhan studi berlangsung dalam situasi yang


(31)

alamiah /wajar. PTK sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidi- kan yang secara langsung menyentuh permasalahan di lapangan, terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas yang bersangkutan. PTK akan lebih membantu guru dalam mengungkapkan kebermaknaan dari banyak hal tentang wacana dari isi pengajaran yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh guru yang bersangkutan, kemampuannya untuk menstransfer ilmu pengetahuan tersebut termasuk aplikasinya pada siatuasi baru, pemahaman ini dan keterampilan dalam meningkatkan pembelajaran siswa. Ia juga memberikan solusi untuk teknik pengajaran yang sebaiknya digunakan adalah dengan menggunakan teknik

problem solving, dengan eksperimen, dengan cooperative learning. atau discovery, atau dengan membangun konsep siswa sendiri sehingga menumbuhkan

suasana atau iklim belajar yang kondusif di dalam kelas, memperbaiki teknik bertanya guru, serta teknik dan upaya lain untuk selalu mengaktifkan dan melibatkan para siswa dalam partisipasi belajar.

Penelitian ini merupakan bentuk tindakan bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial untuk tujuan memperbaiki dan memahami pekerjaan dimana situasi pekerjaan itu dilakukan. Penelitian ini didasarkan atas analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan untuk segera dikaji dan ditindaklanjuti secara reflektif,

kolaboratif, dan partisipatif.

Secara instrumental penelitian tindakan ini merupakan pendekatan khusus dalam penelitian kelas serta merupakan kombinasi antra prosedur penelitian dan


(32)

tindakan substansif. Sebagai prosedur penelitian tindakan, adanya suatu kajian reflektif diri secara inkuiri, partisipasi, dan kolaboratif tehadap latar alamiah dan implikasinya dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan substansif ciri-ciri penelitian tindakan dengan suatu intervensi skala kecil berupa pengembangan pembelajaran dengan memfungsikan kealamiahan latar sebagai upaya diri melakukan peningkatan kualitas tindakan dan iklim sosial kelas selama pengembangan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu yang terkandung dalam PTK adalah suatu bentuk penelitian yan bersifat reflektif dengan melakukan tindakan nyata agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Alasan pemilihan penggunaan metode PTK dalam penelitian ini karena dalam kajian penelitian etnografi pada intinya hanya bisa mendiskripsikan upaya pemahaman terhadap sebuah situasi sosial untuk menarik hipotesis dari usaha tersebut. Dalam Penelitian tindakan bukan hanya bidang keilmuan sosial saja tapi juga melibatkan unsur kependidikan ( educational action research ) sehingga metoda yang dipilih adalah metoda penelitian tindakan kelas dimana PTK, dapat senantiasa menempatkan sentralisasi dan otonomi peran professional guru dalam proses refleksi diri terhadap kinerja dan aktivitas mengajar guru.

Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri yang dilakukan seseorang dalam situasi sosial tertentu untuk memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan , penyesuaian dan pembauran. Artinya PTK merupakan suatu rangkaian penelitian yang mengikuti langkah-langkah (a spiral of step ) dan setiap langkah-langkah terdiri dari empat tahap, yakni tahap


(33)

perncanaan, tindakan, obsrvasi dan refleksi. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Wiraatmadja (2002) yang menyebutkan “PTK “ merupakan serangkaian spiral atau siklus tindakan penelitian yang terdiri dari urutan perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan ( observe ), dan refleksi (reflect).

1.Langkah-Langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spradley (1997:65)

a. Penentuan Informan, dalam menetapkan informan ada bebarapa hal yang harus diperhatikan, orang yang diambil sebagai informan harus benar- benar mengerti budayanya dengan baik dan adanya keterlibatan langsung dengan budaya tersebut selain itu orang yang dijadikan informan harus mempunyai waktu yang cukup untuk memberi penjelasan dalam peneneliti ini digunakan beberapa orang informan inti yang terdiri dari Penghulu, Ninik Mamak , Cerdik Pandai, Alim Ulama , Pemuka Masyarakat dan Pejabat Pemerintah yang mempunyai hubungan dengan masalah kebudayaan.

b. Melakukan wawancara kepada informan. Dalam melalukan wawancara dilakukan dengan rasa kekeluargaan sebelum melakukan wawancara memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa asli karena peneliti mempunyai bahasa yang sama dengan daerah yang diteliti, kemudian dijelaskan apa maksud tujuan dari peneliti melakukan wawancara ini, dalam pelaksaan wawancara dilakukan perekaman dan catatan dalam penjelasan dengan pertanyaan yang bersifat deskriptif , Struktural, dan kontras dalam melakukan wawancara penulis tetap menjaga kode etik dari wawancara tidak


(34)

mennyebabkan orang tersinggung dan tidak menimbulkan suatu kecurigaan karena hal ini akan menggangu kelancaran dari wawancara yang peneliti lakukan.

c. Membuat Catatan Etnografis. yang berisikan tentang hal yang menurut penulis sangat penting dan bisa dianalisis atau diint diinterpretasi, hal ini dilakukan pada kertas biasa dan cukup sederhana dan yang paling utama penulis catat adalah identitas informan yang terdiri, nama, pekerjaan, umur dan posisi dalam kelembagaan masyarakat nagari, hal ini sangat penting untuk dapat mengetahui secara jelas tentang budaya demokrasi pada masyarakat tersebut. d. Mengajukan pertanyaan deskriptif. Pada saat mengajukan pertanyaan ini

peneliti memulai kerjasama dengan maksud tertentu untuk melestarikan budaya tradisi yang kita miliki agar jangan sampai punah dan tidak dikenal oleh generasi penerus kita dengan jalan membuat penjelasan berulang dari apa yang telah disampaikan oleh informan.

e. Melalukan analisis wawancara. Hasil wawancara yang peneliti peroleh di analisis dengan mengaitkan simbol dan makna yang disampaikan informan, juga memberi simbol – simbol budaya serta melakukan identifikasi dari aturan penyajian yang mendasar. Dengan analisis ini memungkinkan kita untuk menemukan berbagai permasalahan yang akan ditanyakan pada wawancara selanjutnya.

f. Melakukan Analisis Domain. Peneliti membuat suatu kesimpulan dari apa yang dinyatakan informan. istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantic yang jelas, dengan menggunakan konsep-konsep relasional,


(35)

hubungan, semantik tersembunyi oleh istilah- istilah penduduk asli yang lebih nyata untuk benda atau tindakan, upaya mendengarkan dan menganalisis pembicaraan termasuk apa yang dikatakan oleh informan selama wawancara dapat dibandingkan dengan pengamatan masyarakat secara bersama.

g. Mengajukan pertanyaan struktural. Yakni pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan deskriptif , yang disesuaikan dengan informan, dihubungkan dengan jenis pertanyaan lain dan terus-menerus diulang secara baik. Pertanyaan tidak terlalu difokuskan pada suatu masalah tetapi diselingi dengan masalah lain yang hampir dapat dikatakan acak, hal ini akan menghindarkan informan dari perasaan bosan tapi juga mengurangi kegelisahan yang ditimbulkan oleh efek seperti ujian yang diciptakan oleh pertayaan kontras dan struktural. Masing-masing prinsip berikut akan berperan sebagai petunjuk untuk menggunakan pertanyaan struktural.

h. Analisis Taksonomi. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah diajukan. Ada lima langkah penting membuat taksonomi, yaitu: (a) pilih sebuah domain analisis taksonomi,(b) identifikasi kerangka substitusi yang tepat untuk analisis, (c) cari subset di antara beberapa istilah tercakup, (d) cari domain yang lebih besar, (f) buatlah taksonomi sementara.

i. Mengajukan pertanyaan yang kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda. Untuk memahami prinsip- prinsip penemuan utama dalam studi makna dan mempelajarai cara-cara untuk menemukan berbagai perbedaan diantara berbagai simbol budaya.


(36)

j. Analisis Komponen Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan. Analisis komponen merupakan pencarian sistematik berbagai komponen makna yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.

k. Menemukan Tema Budaya Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang penelti dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian.Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya. Tema budaya merupaka unsur – unsur dalam peta kognitif yang membentuk suatu kebudayaan.

l. Menulis etnografi dilakukan secara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebaiknya dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, serta studi dokumentasi dan kepustakaan terhadap dokumen dan pustaka yang berhubungan dengan materi penelitian.

a.Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi partisipasi dan non partisipasi yang bersifat insidental. Penggunaan teknik


(37)

pengumpulan data ini dimaksudkan untuk dapat memahami proses sosial budaya yang terjadi ditengah masyarakat Minangkabau dan disekolah khususnya berkenaan dengan pentranformasian nilai demokrasi adat Minangkabau. Observasi yang dilakukan ditengah masyarakat dimulai demgam observasi secara menyeluruh dan tidak terfokus guna mengetahui lingkungan fisik, sodial dan budaya masyarakat Minangkabau. Pada saat yang bersamaan, peneliti membangun kontak dengan tokoh masyarakat terdiri dari Ninik Mamak. Alim Ulama, Cerdik Pandai dan juga dari unsur pemerintah seperti Camat dan Wali Nagari. Sedangkan observasi yang dilakukan di sekolah dimulai dengan mengobservasi secara menyeluruh dan tidak terfokus guna mengetahui lingkungan fisik, sosial, dan budaya secara lintas yang ada di sekolah dan sekitar sekolah. Dalam hal ini juga mengadakan hubugan yang baik dengan semua elemen yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.

Hasil catatan lapangan dan foto-foto yang dikumpulkan dikembangkan menjadi deskripsi hasil penelitian dan diinterpretasikan, serta dijadikan dasar untuk melakukan wawancara mendalam tentang proses pewarisan nilai demokrasi adat Minangkabau yang berlaku dimasyarakat dan secara khusus terjadi di sekolah.

b. Wawancara

Teknik wawancara terutama dilakukan dalam penelitian ini melalui wawancara dialogis, wawancara mendalam dan wawancara tidak terstruktur . Teknik wawancara ini dilakukan guna memperoleh data yang tidak saja diketahui atau dialami atau disadari informan namun juga termasuk informasi yang bersifat


(38)

lacit information, selain itu diperoleh pula data yang bersifat pandangan subjektif

( keyakinan, nilai, apresiasi dan sikap ). Agar wawancra yang dilakukan terarah, pada prosesnya dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dan kepustakaan dilakukan guna menggali data pendukung bagi kepentingan deskripsi penelitian yang datanya terdapat dalam dokumen tertulis dalam UUD Repoblik Indonesia 1945, Perda no.9 than 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari, Perda 9/ 2000 dan Perda 2/ 2007. Dan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan no 012. 08 C.1994 tentang Penerapan Pendidikan Muatan Lokal yang dikenal dengan Budaya Alam Minangkabau (BAM), merupakan kebijakan khusus berkenaan dengan proses pewarisan nilai budaya Minangkabau di sekolah mulai dari SD sampai SMP. Hasil studi dokumentasi dan kepustakaan ini dikembangkan sebagai deskripsi penelitian dan diinterpretasikan seta dipergunakan untuk kepentingan triangulasi

Proses penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, analisis data lapangan dan pelaporan hasil penelitian. Pada proses pengumpulan data di pergunakan alat bantu pendukung yaitu kamera digital, catatan lapangan, radio perekam, catatan wawancara, serta pedoman wawancaradan pedoman observasi di sekolah. Semua alat bantu tersebut dipergunakan agar selama pengumpula data terfokus pada data yang diperlukan tidak terjadi kekeliruan.


(39)

3.Teknik analisis Data

Pengolahan analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan ter- sebut dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan selama proses penelitian berlangsung. Seluruh data yang diperoleh dianalisis sejak masih berada di lapangan, selanjutnya dilakukan klasifikasi dan kategorisasi data yang berhasil dihimpun. Setelah dilakukan klasifikasi dan kategorisasi data, kemudian data tersebut dideskripsi, dimaknai dan dielaborisasi secara komprehensif serta dianalisis melalui interpretasi kualitatif.

Seluruh data yang diperoleh di lapangan sebelum dianalisis dilakukan validasi secara triangulasi. Pertanyaan kepada informan pertama juga kan ditanyakan kepada informan ke dua, ketiga dan seterusnyapada kelompok informan yang sama. Jika terjadi perbedaan jawaban yang diberikan informan dalm satu kelompok atas pertanyaan yang sama akan diverifikasi kembali kepada yang bersangkutan dan atau kepada informan lainnya hingga memperoleh benag merah dari perbedaan tersebut. Jawaban para informan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut kemudia disimpulkan dandimaknai untuk kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan prosedur analisa induktif terhadap data yang terkumpul sejak awal penelitian hingga selesainya penelititan secara garis besar, analisis data yang dilakukan dikelompokkan menjadi:

a. Analisis terhadap nilai- nilai demokrasi adat Minangkabau yang terdapat pada naskah-naskah lama seperti tambo, karya sastra, tradisi lisan dan tradisi lainnya yang berkembang di tengah masyarakat Minangkabua


(40)

b. Analisis terhadap proses transformasi nilai demokrasi Ada Minangkabau kepad generasi muda melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Analisis ini dilakukan terhadap semua data hasil pengamatan lapangan di sekolah dan lingkungan masyarakat Miangkabau, wawancara dialogis dengan tokoh masyarakat Minangkabau, pakar pendidikan, praktisi pendidikan dan penentu kebijakan dan keluarga Miangkabau.

c. Analisis terhadap kandungan lokal dalam kurikulum PKn dan Pendidikan IPS yang berlaku saat ini.

4. Validasi Data

Validasi data adalah suatu pengujian terhadap keobjektifan dan kesahihan

data. Validasi data dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik permasalahan maupun tujuan penelitian. Sejalan dengan itu menurut ( Sukardi 2003:121). Suatu instrument dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Triangulasi ( Hopkins 1993:152, Miles dan Haberman 1992: 434) yaitu

pengecekan kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan cara mengkonfirmasikan kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain mengenai kebenaran data penelitian, Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan kebenaran data hasil wawancara


(41)

b. Member-chek (Nasution, 1996:117) yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan

data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasinya dengan sumber data atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berti datanya valid sehingga semakin kredibel/ dipercaya. Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh dikonfirmasikan atau diperbincangkan dengan guru mitra melalui diskusi setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir pelaksanaan tindakan yang direncanakan sesuai tujuan penelitian.

c. Auidit trail ( Wiraatmadja 2005:170). Audit artinya pemeriksaan pembukuan oleh seorang ahli , Trail artinya jejak yang dapat dilacak atau dapat ditelusuri. Audit trail berarti mencek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Diskusi juga dilakukan dengan teman-teman, pembimbing dan dengan siapa saja yang dianggap berkompetensi, dengan maksud untuk memperoleh kritik dan masukan atau saran sehingga bisa mempertajam analisis guna memperoleh data dengan validasi yang tinggi. d. Expert Opinion, (Wiraatmadja,2005:171) kegiatan ini dilakukan dengan cara

mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada para ahli. Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah penelitian sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertangungjawabkan.


(42)

5. Interpretasi

Hopkins (1993) menyatakan bahwa pada tahap ini peneliti berusaha menginterpretasikan temuan-temuan penelitian berdasarkan kerangka teori yang dipilih dengan mengacu pada norma-norma praktis yang disetujui atau instuisi guru itu sendiri yang mengambarkan pelajaran yang baik. Hasil intepretasi ini diharapkan dapat memberikan makna yang cukup berarti untuk kegiatan tindakan selanjutnya dan dapat mengembangkan model pembelajran PKn berbasis demokrasi adat Minangkabau di SMP. N 7 Padang.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama (human instrument ), peneliti sendiri, yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Nasution ( 1996:57) bahwa hanya manusialah yang mampu memahami, memberikan makna terhadap interaksi antara manusia, mimik muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan. Selain peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama, peneliti juga menggunakan instrument bantu yang berupa catatan lapangan, lembar observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah dan foto-foto.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kualitatif dapat dilakukan pada kondisi yang alamiah, apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat memasuki lapangan, setelah berada di lapangan dan akhir dari pelaksanaan di lapangan relative tidak berubah.


(43)

Menurut Creswell (1997:16) Karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

Setting alami (terpokus pada data lapangan) sebagai sumber data peneliti sebagai instrument utama dalam mengumpul data, pengumpulan data berupa kata-kata dan gambar, mengutamakan proses dari pada hasil, analisis data bersifat induktif, perhatian peneliti diarahkan pada hal-hal tertentu yang bermakna, menggunakan bahasa ekspresip, pendekatan persuasip.

Untuk mempermudah pengumpulan data juga digunakan data bantu berupa: pertama, lembar panduan observasi aktivitas guru dan siswa yang disusun oleh peneliti. Lembaran panduan observasi digunakan untuk membantu peneliti mengamati proses pengembangan tindakan berdasarkan penggunaan pendekatan daur belajar lingkungan. Kedua lembar refleksi peseta didik, yang di susun peneliti untuk mengakses pandangan peserta didik terhadap tindakan guru dan pengaruhnya terhadap reaksi dirinya, serta keseluruhan pembelajaran PKn yang berbasis Demokrai Adat Minangkabau.

D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Tindakan Pengembangan Pendekatan Pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau di SMP yang dikembangkan pada penelitian ini diorganisasikan melalui dua pendekatan pokok yaitu

1. Pendekatan yang dikemas dalam pemberian tugas

2. Pendekatan dialogis yang dikemas melalui diskusi kelompok

Prosedur pendekatan dialogis atau tanya jawab menuntun dalam bentuk diskusi atau didasarkan pada kenyataan selama studi pendahuluan dan refleksi awal. Dengan mengajukan pertanyaan dialogis menuntun yang dikemas dalam


(44)

diskusi ini, akan mendorong memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk merangsang mengungkapkan ide atau gagasan yang ada pada dirinya sebagai hasil proses belajar. Peserta didik akan mempunyai kesempatan untuk dapat memberi dan menerima gagasan orang lain berdasarkan fakta-fakta yang dia temukan dari hasil eksplorasi. Sehingga dialog dan diskusi yang terjadi tidak terbatas hanya pada guru dan peserta didik saja, melainkan terjadi pada individu-individu peserta didik lainnya. Melalui prosedur tanya jawab yang bersifat dialogis, proses eksplorasi peserta didik terhadap topik materi bahasan akan lebih bersifat otentik, artinya peserta didik akan berusaha mengeksplorasi yakni mencari sendiri, menggali, sendiri, dan menemukan sendiri dari pengalaman dan pengetahuan yang dia miliki.

Menurut Tantra ( 2005:11) penelitian tindakan bertujuan mengungkapkan penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara terkendali dan kolaboratif. Langkah-langkah pokok yang umumnya di tempuh adalah: 1) penetapan fokus masalah penelitian,2) perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan tindakan perbaikan dan interpretasi, 4) analisa dan rerefleksi, dan 5) perencanaan tindak lanjutan.

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada tahap-tahap penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Kemnis dan Mc Taggart dalam Wiraatmadja (2005:66) yang berbentuk siklus. Siklus ini berlangsung beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diinginkan, dan apabila tidak muncul lagi permasalahan Pembelajaran sudah kelihatan stabil dengan respon peserta didik yang diharap kan maka penelitian dapat diakhiri hingga siklus tersebut.


(45)

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi aktual yang akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana penelitian tindakan, pada kegiatan ini guru sebagai mitra peneliti sudah terlibat secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian. Secara partisipatif guru dan peneliti akan bekerjasama mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus I, diskusi-diskusi yang bersifat analitik dilakukan setelah pelaksanaan tindakan kemudian melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung selama siklus I.Kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi, ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus II dan seterusnya .

Menurut Hopkins dalam Wiraatmadja (2005:66) ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan ( plan) yaitu menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan di kelas, pelaksanaan (act) yaitu kegiatan nyata pembelajaran di kelas, pengamatan (observe), yaitu kegiatan mengamati dan menganali sambil mendokumentasikan terhadap proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama penerapam model pembelajaran PKn berbasis demokrasi adat Minangkabau dilakukan, dan refleksi

( reflect), yaitu kegiatan menganalisis tentang rencana-rencana dan tindakan yang

sudah dicapai belum dapat dan sempat dilakukan pada suatu siklus. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra. Berangkat dari hasil refleksi ini peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana pembelajaran untuk ditindak lanjuti pada siklus berikutnya. Selanjutnya pada


(46)

siklus II dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe) dan refleksi, dan tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga berakhir dengan hasil yang diharapkan.

Gambar: 3.2 Siklus Tindakan Kelas Model Kemnis dan Taggart (Hopkins, 1993: 48)

PRA SIRKULASI 0 OBSERVA SI REFLEKSI PERENCA -NAAN SIKLUS.I OBSERVA SI PERENCA-NAAN SIKLUS. 2 OBSERVA SI PERENCA- NAAN SIKLUS. 3 OBSERVA SI TINDAK- AN REFLEKSI TINDAK-AN REFLEKSI TINDAK- AN REFLEKSI


(47)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN PERUMUSAN DALIL

Bab V merupakan bagian penutup dari keseluruhan disertasi yang isinya merupakan kesimpulan dan uraian pada bagian terdahulu serta rekomendasi yang berhasil dirumuskan guna perbaikan pada pendidikan khususnya pendidikan PKn dimasa mendatang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa Nilai Demokrasi Adat Minangkabau mengalami perubahan dan kurang dikenal masyarakat hal ini karena perubahan disegala bidang kehidupan termasuk pandangan masyarakat Minangkabau terhadap nilai budayanya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut ini :

1. Pada saat sekarang terjadi perubahan-perubahan di banyak bidang kehidupan, terutama sekali Nilai Demokrasi dalam Adat Minangkabau, dimana masyarakat dalam melakukan tindakan sehari-hari telah mulai melupakan nilai kebersamaan seperti gotong royong, tolong menolong, musyawarah dan mufakat dalam kehidupannya, dan sudah mulai mengarah kepada kehidupan individual hal ini disebabkan akibat migrasi dan perantauan ke kota- kota, desa ditinggalkan yang sekaligus juga berarti tercabut dari akar budaya komunitas hidup berkampung, berkaum, bersuku-suku dengan sistem matrilineal dalam bentuk keluarga besar yang homogen.

2. Pada masa yang bersamaan selama orde baru Nagari hilang dan berganti jadi desa, proses disintegrasi sosial akhhirnya tidak terhindarkan, sementara


(48)

nilai-nilai Demokrasi Adat Minangkabau yang mengutamakan pada kebersamaan, tolong menolong, harga menghargai, hormat menghormati amanah, jujur, sopan santun mengendor bahkan terancam punah berganti dengan sifat-sifat yang menjurus kepada kepentingan pribadi

3. Peranan Tungku Tiga Sejarangan berangsur- angsur mulai memudar Sebagai akibat peristiwa pergolakan yang terjadi di Sumatera Barat menyebabkan Minangkabau mengalami goncangan, suku yang menjadi penumpang utama bagi berjalannya nagari mengalami masalah kepemimpinan yang cukup berat karena itu masyarakat Minangkabau kehilangan kepercayaan diri, akibatnya suku kehilangan kepemimpinan yang diamanatkan oleh adat Minangkabau. 4. Fungsi mamak sebagai batang beringin ditengah padang tidak lagi berjalan

sebagaimana seharusnya, dan kepemimpinan yang fungsional berobah menjadi kepemimpinan yang simbolis, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kaumnya

5. Dengan diberlakukannya Undang – Undang No 5 taun 1979 telah mengikis struktur Nagari dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Siatem kepemimpinan nagari menjadi berubah sesuai dengan kemauan undang – undang, semakin lengkaplah keretakan social, yang menjadikan sistem kepemimpinan pada tingkat suku dan nagari semakin tidak berfungsi. modal sosial ini terabaikan, pemerintah yang lebih tinggi terlalu banyak mendinamisasikan pelaksanaan tugasnya sehingga kelembagaan sosial, nilai-nilai dan mekanisme yang ada dalam masyarakat kurang berfungsi terutama masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan.


(49)

6. Untuk melestarikan adat Minangkabau yang selama ini hampir terlupakan perlu pentransformasian Nilai Demokrasi Adat Minangkabau melalui pendidikan di sekolah, Kearifan dalam bentuk nilai budaya tradisi merupakan tuntunan yang bisa dijadikan pegangan nilai universal bagi umat manusia dimanapun ia hidup, karena pada dasarnya tugas manusia di muka bumi adalah ibadah,

7. Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk mempebaiki meningkatkan seluruh prilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan,bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil, khususnya di sekolah , ada baiknya menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses kehidupan bangsa.

8. Nilai budaya tradisi perlu terus diwariskan kepada generasi berikut dengan bahasa yang dapat diterima masyarakat,hal ini adalah suatu upaya dalam membangun karakter bangsa nilai tersebut tidak akan berarti jika tidak diwariskan kepada generasi berikutnya, sehingga proses pewarisan nilai budaya tradisi ini penting dan mutlak di perlukan agar setelah dewasa mereka tidak kehilangan jati diri sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau. Proses pewarisan ini dilakukan melalui pendidikan formal di persekolahan dan pendidikan non formal dalam masyarakat

9. Dalam mentransformasikan nilai demokrasi adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn diperlukan strategi pembelajaran untuk itu dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas,Karena PTK mendorong guru untuk selalu


(50)

meningkatkan kinerjanya dengan refleksi, selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengemansipasikan peserta didik dari pembelajaran yang “teacher centered” dan mendorong peserta didiknya untuk “discovery”yakni mencari sendiri, sampai mampu berdiri sendiri dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan di luar otoritas gurunya.

B. Implikasi Hasil Penelitian

1. Implikasi model pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau terhadap tanggapan siswa pada pembelajaran PKn yang selama ini kurang menarik perhatian siswa, tetapi dengan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran berbasis Demokrasi Adat Minangkabau dapat merobah tanggapan siswa kearah yang lebih positif terhadap pembelajaran PKn. Hal ini terbukti dalam mengikuti pembelajaran PKn yang berbasis Demokrasi Adat Minangkabau dengan semangat yang tinggi dan punya motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran, termasuk frekuensi kehadiran siswa bisa dikatakan cukup baik. Mereka tidak lagi menganggap Pkn merupakan mata pelajaran yang membosankan dan tidak penting. Hal ini kelihatan dalam diskusi yang dilakukan dikelas para siswa cukup aktif dan antusias melakukannya, bahkan terlihat saling berlomba antar kelompok untuk mencapai yang terbaik

2. Implikasi model pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau terhadap sikap siswa dalam memahami nilai –nilai Demokrasi Adat Minangkabau kelihatan adanya perkembangan sikap demokratis siswa yang


(51)

lebih baik. Hal ini ditemui ketika diadakan diskusi kelas maupun diskusi kelompok, masing-masing siswa dapat mengendalikan diri, menghargai pendapat teman lain untuk mengemukakan pendapatnya, jarang siswa yang memotong pembicaraan siswa lainnya.

3. Implikasi model pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau terhadap pengembangan sikap siswa untuk bersikap saling hormat menghormati , jujur dan adil, tolong menolong, rasa kebersamaan musyawarah dan mufakat, bersopan santun, bertenggang rasa dan bertanggung jawab .Hal ini dapat terlihat pada saat mengikuti pelajaran siswa serius mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan dalam pelaksanaan ujian siswa selalu berusaha mengerjakan soal sesuai dengan kemampuannya, dan pada saat diskusi untuk membuat suatu keputusan selalu dilakukannya dengan musyawarah dan mendengarkan pendapat teman – teman yang lainnya setelah itu baru diambil suatu keputusan.

4. Implikasi model pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau terhadap pengembangan jiwa kepemimpinan siswa , hal ini terlihat pada saat siswa melakukan diskusi mereka bisa bertindak sebagai seorang pemimpin yang bisa mengemukakan pendapat dan mempunyai alasan – alasan yang tepat dalam mengemukakan pendapatnya bagaimana layaknya seorang penghulu sedang memimpin rapat dalam kaumnya.

5. Implikasi model pembelajaran PKn berbasis Demokrasi Adat Minangkabau terhadap pengembangan rasa tanggung jawab, hal ini dapat dibuktikan dengan materi – materi yang mereka dapat kan untuk didiskusikan selalu


(1)

Mulyana, Deddy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilu social lainnya Bandung : PT Remaja Roksadakarya .

NCSS, (1989). Charting A Course : Social Studies for the 21st Century

Wahington: National Commision on Social Studies in the Schools

NCSS, (1992 ). In Search of a Scope and Sequence for Social Studies dalam Social Education 48; 4; 249-264

Naim , Muchtar,(1984). Sikap dan Prilaku Masyarakat Minangkabau dalam

Mensukseskan Pembangunan; Bandung

Naim, Muchtar.(1991). Dampak social Budaya dari Marantau terhadap

Pembangunan Daerah Sumatra Barat dalam Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masysarakat; Universitas Andalas.

Nasution,S (1988) Moral Education Bandung: PPS IKIP Bandung

Nasroen ,(1971). Dasar Falsafah Adat Minangkabua, Jakarta; CV Pasaman . Navis, A. (1985). Alam Takambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan

Minangkabau Jakarta ; Grafity Press.

National Council for the Social Studies atau NCSS .(2000). National Standards

for Social Studies Teachers , United States of America.

NCSS,(1994). Curriculum Standards for Social Studies: Expectation of

Excellence, Washington.

Noorsyam.M (1984). Fisafat pendidikan dan dasar filsafat pendidikan Pancasila Surabaya: Usaha Nasional.

Nurtjahyo , Hendra .(2006). Filsafat Demokrasi Jakarta:PT Bumi Aksara. Nugroho, H (2005). Budaya Khazanah Lokal Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Nur, H Agustiarsyah.( 2002). Kredibilitas Penghulu dalam Kepemimpinan adat

Minanggkabau Bandung; Lubuk Agung.

Nur, M. Wikandari, Retno, (2000) Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan

Pendekatan Konstruktivistik dalam pengajaran. Surabaya : Unesa. Nurdin, S (2004). Teaching and Learning . Bandung: Penerbit Rosda Karya


(2)

Oki , Akira. (1977). Social change in The West Sumatra Village : 1908-1945, Disertasi pada The Australian Natonal University

Ok Yun- Pak. (1996). Resourcefulness without Resources : The Life History of a

Landless Minangkabau Village Woman , Soutbeast Asian Journal of social

Science

O’Neil, D (2002) Proces of Sosialization How We Acquire our Coltures

Worldvies and Personalities California: Behaviral Sceinces Departement

Polomar CollegSan Marcos

Parson, Talcott. (1977) .Social System and Evolution of Action Theory, New York: Free Press.

Parson, Talcott.(1990). The Structure of Social Action, Konsepsi Parson tentang

sistem sosial. Bandung: Penerbit Alumni.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 27 tahun 1990. tentang

Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Perda No 9 tahun (2000). Tentang Ketentuan Pokok Pemerintah Nagari

PIPM Sumatera Barat. (2004). Himpunan Peraturan Daerah tentang pemerintah

Nagari di Sumatera Barat Padang; PIPM

Perturan Daerah Sumatera Barat No 2 thn. (2007). tentang ketentuan – Pokok

Nagari Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D Bandung ; Alfa Beta

Poerwadarmita, W.JS.( 1976). Kamus Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai pustaka. Prasojo, E (2005). Demokrasi di Negeri Mimpi , Catatan Kritis terhadap Pemilu

2004dan Good Govermence , Depok: Departemen Ilmu Administrasi

FISIP UI

Poedjawijatna (1981). Manusia dan Alamnya: Filsafat Manusia. Jakarta: Bina. Aksara

Poedjiadi, A. (2005). Pembelajaran Asam Basa dengan Pendekatan Kontekstual Jakarta: Penerbit Erlangga

Rajab, M.(1996). Sisten Kekerabatan Minangkabau, Padang ; Center for Minangkabau studies


(3)

Redfield, Linton, Herskovits, ( 1936) American Anthropologist Volume 38, Issue pages 149–152, January-March 1936

Risinger, C. F. (1996). Studying Society and Environment A Handbook for Teachers, Bandung: Mizan

Robert Gilpin,(1972). The Political Economy of International Relations Jakarta: Universitas Indonesia

Rosyda , Dede.(2004). Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model

Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan Jakarta:

Prenada Media

Rohidi, Tjetjep Rohendi (1994). Pendekatan Sistem Sosial Budaya Dalam

Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Perspektif

Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samad, Dasuki , Salmadanis .(2003). Adat Basandi syarak Nilai dan Aplikasinya

Menuju kembali ke Nagari dan Surau Jakarta; Kartika Insan Lestari.

Salim Ampere , Zulkifli.(2004). Minangkabau Dalam Catatan Sejarah yang

Tercecer, Padang; VISIgraf.

Saleh, Salim.( 2002) Adat Minangkabau Menjawab Tantangan Zaman Padang: Balai Pustaka

Samsuri, 2009. “Mengapa Perlu Pendidikan Karakter”. Makalah, disajikan pada

workshop tentang Pendidikan Karakter oleh FISE UNY.Yogyakarta.

Sapriya,H.(2007).Perspektif pemikiran pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa ( Disertasi )

Saragih, B ( 1988). Lembaga perwakilan dan pemilihan umum di Indonesia, Universitas Michigan: Gaya Media Pratama.

Sartini, 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebagai Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat. 37 (2)

Sayuti, S.A. 2005. Menuju Situasi Sadar Budaya: Antara “Yang Lain” dan

Kearifan Lokal. http://www.semipalar.net. (Diakses 12 April 2009).

Syaifullah, (2000) Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga . Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(4)

Somantri, Hermana.(2006). Kelas sebagai Laboratorium Demokrasi .Jakarta; Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Somantri, M.N.(1999). Community Civic Education; Basic Concept and Essential

Elements, Bandung: CICIED

Somantri, M.N.(2001) Menggagas Pembaruan Pendidikan IPS. Bandung SPS UPI, Rosda

Sparts, Richard K,JR,(1991). Character Development at Fort Washington

Elementry School dalam Benings ( Editor) Moral character and civic education in the elemntry School ,New York and London ; Teacher Colleg

Press

Spindler, Louise.S (1977). Perubahan Sosial; Akulturasi; Antropologi Sosial dan

Budaya; Modernisasi. New York: Holt Rinehart and Winston

Spindler G.D. (1970). Being an Antripologist: Feldwork in Eleven Cultures. New York: Holt Rinehart and Winston

Spradley, James.( 2007). Metode Etnografi , Jogyakarta ; Tiara Wacana

Suciati, et a.l (2007) Belajar & Pembelajaran 2 . Jakarta: Balai Buku Indonesia Sudjana, N, dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan Bandung;

Sinar Baru

Sugiono, (2007). Metode tahun 1999 Tentang Peraturan Pemerintah Nagari Sunal, C.S. and Haas, MA (1993). Social Studies and The Elementry / Middle

School Student. New York: Hacourt Brace Jovanovich College Publisher

Sumaatmadja, N.(1984), Metode Pengajaran Ilmu Pengetahuan sosial . Bandung; Alumni

Sumaatmadja, N. (2000), Manusia dalam Konteks Sosial Budayadan Lingkungan

Hidup. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, N. (2004). Pembinaan dan Pengembangan Kualitas Sumber

Daya Manusia melalui Pendidikan IPS, Bandung

Sumantri, S ( 1976) Sistem-sistem Pemerintahan Negara-negara ASEAN. Bandung : Tarsito, hlm. 70.

Supriatna, N (2007). Pengembangan Model pembelajaran PKn SD Kelas 1, 2, 3 Jakarta: Geugeur Sunten.


(5)

Suriasumantri, Yujun S.(1995). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer .Jakarta Pustaka Sinar Harapan,

Taggart, Mc R, (1991). Action Resarch : Ashort Modern History. Victoria, Australia: Deakin University Press

Tantra, Dewa Komang (2005). Konsep Dasar dan Karakteristik Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) Makalah pada Peltihan PPKP dan PTK . Jakarta:

Dirjen PT Depdiknas

Tanner, D. dan Tanner,L. (1980).Curriculum Development : Theory into Practice. NewYork: Macmillan Publishing Co.,Inc.

Tilaar, H,A, R.( 2000) Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani

Indonesia Strategi Reformasi Pendidikan Nasional Bandung : Rosda

Karya

Tilaar. H. A. R. ( 2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia : Tinjauan dati Perspektif dan Ilmu Pendidikan Jakart: Rineka Cipta

Thalib, Syofyan.(2002). Laporan Penelitian Kajian Pengembangan Studi

Pelaksanaan Pemerintahan Nagari dan effektifitasnya dalam Pelaksanaan Pemerintah di Sumaterta Barat ; Balitbang

Undang- Undang No 5 tahun (1979). Tentang Peraturan Pemerintah Desa. UU no. 20 /2003 fasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang- Undang no 32 thn (2004).Tentang Pemerintah daerah

UPI, (2011), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah , Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Usman,Abdul Kadir,(1991). Pranata dan Kelembagaan Adat Minangkabau

Tentang Kekuasaan dan Pemilikan menghadapi Perkembangan

Zaman,Jakarta.

Verdi, R, Hadiz. (2003). Menimbang Gagasan Transisi Indonesia, Jakarta: Demos.

Wahab. A. Azis. (2001). Perubahan dan ketidak pastian ( Tantangan Utama

Pendidikan Ilmu Pengetahuan social ), Makalah pada Kongres HISPIPSI


(6)

Winataputra, U. (2001). Membangun Etos Demokrasi Melalui Proyek Belajar

Kewarganegaraan Kami Bangsa Indonesia (PKKBI), Materi Penataran,

Bandung : CICED.

Wintaputra, Udin ,(2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi , Disertasi, Bandung : PPS UPI

Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif

Lokal, Jakarta: Bina Media Informasi.

Wiraatmadja, Rochiati.(2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PPS UPI Rosda Krya

Wolanski, N. (1995). Modernization as aForm of Cultural Adaption to the

Environment . New Delhi.

Wright.H.N (1996). Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana; Jakarta . Yayasan Audi Zainudin, Musyair.( 2000). Pelestarian Eksistensi dinamis Adat Minangkabau.

Jogyakarta; Ombak

Zainudian, Musyair. (2008) . Implementasi Pemerintah Nagari Berdasarkan Hak

Asal Usul Adat Minangkabau. Yogyakarta; Ombak

Zamroni, Pendidikan untuk Demokratisasi, Tantangan Menuju Civil Society, Jogjakarta: Bigraf Publishing, 2001