PENGARUH HASIL PELATIHAN ORIENTASI MOBILITAS TERHADAP PENINGKATAN KEMANDIRIAN PENYANDANG DENGAN KECACATAN NETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG.

(1)

No. Daftar FIP: 060/S/PLS/V/2013

PENGARUH HASIL PELATIHAN ORIENTASI MOBILITAS TERHADAP PENINGKATAN KEMANDIRIAN PENYANDANG DENGAN

KECACATAN NETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Putri Shalsa Novita 0907218

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH HASIL PELATIHAN ORIENTASI MOBILITAS TERHADAP PENINGKATAN KEMANDIRIAN PENYANDANG DENGAN

KECACATAN NETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

Oleh

Putri Shalsa Novita 0907218

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Putri Shalsa Novita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PUTRI SHALSA NOVITA

PENGARUH HASIL PELATIHAN ORIENTASI MOBILITAS TERHADAP PENINGKATAN KEMANDIRIAN PENYANDANG DENGAN

KECACATAN NETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M. Ed NIP. 19550101 198101 1 001

Pembimbing II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si NIP. 19710614 199803 1 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M. Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

ABSTRAK

Putri Shalsa Novita, Pengaruh Hasil Pelatihan Orientasi Mobilitas Terhadap Peningkatan Kemandirian Penyandang Dengan Kecacatan Netra Di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah: seberapa besar pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Tujuan penelitian ini diarahkan untuk mengetahui: 1) gambaran tentang hasil pelatihan orientasi dan mobilitas, 2) gambaran tentang peningkatan kemandirian yang dicapai dan 3) gambaran tentang pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung. Adapun landasan teori yang digunakan adalah meliputi: 1) Konsep dasar Pendidikan Luar Sekolah (Landasan Ilmiah, Pengertian, Fungsi, Ciri- ciri, Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah), 2) Konsep Pelatihan (Pengertian, Tujuan, Prinsip- prinsip, Landasan- landasan, Jenis- jenis, Manajemen dan Pendekatan Sistem untuk Pelatihan), 3) Konsep Orientasi dan Mobilitas (Pengertian, Tujuan dan Manfaat Orientasi dan Mobilitas, Pentingnya Orientasi dan Mobilitas dalam Pendidikan dan Rehabilitasi bagi Penyandang dengan Kecacatan Netra, Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi dan Mobilitas) dan 4) Konsep Kemandirian (Pengertian, Karakteristik dan Ciri- ciri Kemandirian, Pendidikan Luar Sekolah dalam Meningkatkan Kemandirian). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sedangkan teknik pengolahan dan analisa data menggunakan bantuan software SPSS Versi 20, adapun analisis yang dilakukan, yaitu: 1) Perhitungan Kecenderungan Skor Umum 2) Uji Normalitas dan 3) Analisis Regresi dan Korelasi (Analisis Regresi Linier Sederhana, ANOVA, Analisis Korelasi, Koefisien Detereminasi). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket, wawancara, observasi, studi litelatur dan studi dokumentasi. Sampel adalah 25% dari jumlah populasi, yaitu 30 orang alumni peserta didik pelatihan orientasi dan mobilitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam permasalahan ini menghasilkan penemuan penelitian yang meliputi: 1) gambaran tentang hasil pelatihan orientasi dan mobilitas dapat diketahui dengan adanya nilai rata- rata variabel hasil pelatihan sebesar 96,93 atau 88,11% dari skor idealnya. Skor ini berada pada kategori sangat kuat. 2) gambaran tentang peningkatan kemandirian yang dicapai dapat diketahui dengan adanya nilai rata- rata variabel peningkatan kemandirian sebesar 125,47 atau sebesar 96,50% dari skor idealnya. Skor ini berada pada kategori sangat kuat. 3) pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian dengan persamaan regresi linier sederhana Y= 76,160+ 0,509X, dan keeratan pengaruh dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi (r)= 0,867, ini berarti bahwa pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian tergolong sangat kuat.


(5)

ABSTRAK

Putri Shalsa Novita, Effect Of Results Orientation And Mobility Training To Increase Independence Of Persons With Visual Disability In The Social Institution Bina Netra Wyata Guna Bandung. The central issue in this study is : how much influence the results orientation and mobility training to the increased independence of persons with disabilities blind in Blind Children's Social Development Wyata Guna Bandung. The purpose of this study is directed to determine : 1) an overview of the results of the orientation and mobility training, 2) an overview of the improvement achieved independence, and 3) an overview of the results of the effect of orientation and mobility training to the increased independence of persons with visual disability in order to PSBN Wyata Guna Bandung. The theoretical basis used is included : 1) the basic concept of Non Formal Education (Scientific Basis, Definition, functions, characteristics, components, Process and Purpose of Non Formal Education), 2) Concept Training (Definition, Purpose, Principles, foundations, types, Management and Systems Approach to Training), 3) Orientation and Mobility Concepts (Definition, Objectives and Benefits Orientation and Mobility, the Importance of Orientation and Mobility in Education and Rehabilitation for Persons with Disability Netra factors Orientation and Mobility affects) and 4) concept of Independence (Definition, Characteristics and traits Independence, Non Formal Education in Improving Self-Reliance). The method used in this study is a descriptive survey method with a quantitative approach. While processing techniques and data analysis using statistical software SPSS Version 20, while the analysis is carried out, namely : 1) Calculation of General Propensity Score 2) Normality Test and 3) Regression Analysis and Correlation (Simple Linear Regression Analysis, ANOVA, correlation analysis, coefficient Detereminasi). Data collection techniques used in this study is a questionnaire, interview, observation, study and study documentation litelatur. The sample was 25 % of the total population, is 30 eks student orientation and mobility training. Results of a study conducted by researchers in this matter resulted in the discovery research include : 1) an overview of the results of the orientation and mobility training can be known by the average value of the training outcome variables 96.93 or 88.11 % of the ideal score. These scores are very strong category. 2) an overview of the improvement achieved independence can be known by the average value of the variable increase in autonomy amounted to 125.47 or 96.50 % of the ideal score. These scores are very strong category. 3) the effect of orientation and mobility training results to increased independence with simple linear regression equation Y = 76.160 + 0.509 X, and the closeness of the effect is expressed by the correlation coefficient ( r ) = 0.867, this means that the effect of orientation and mobility training results to increased independence classified very strong .


(6)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 8

a. Landasan Ilmiah, Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 8

b. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah ... 13

c. Ciri- ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 13

d. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah ... 15

2. Konsep Pelatihan ... 16

a. Pengertian Pelatihan ... 16

b. Tujuan Pelatihan ... 19

c. Prinsip- prinsip Pelatihan ... 20

d. Landasan- landasan Pelatihan ... 22


(7)

f. Manajemen Pelatihan ... 25

g. Pendekatan Sistem untuk Pelatihan ... h. Evaluasi Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah ... 29 30 3. Konsep Orientasi dan Mobilitas ... 32

a. Pengertian Orientasi dan Mobilitas ... 32

b. Tujuan Orientasi dan Mobilitas ... 33

c. Manfaat Orientasi dan Mobilitas ... 34

d. Pentingnya Orientasi dan Mobilitas dalam Pendidikan dan Rehabilitasi dagi Penyandang dengan Kecacatan Netra ... e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi dan Mobilitas ... 34 35 4. Konsep Kemandirian ... 36

a. Pengertian Kemandirian ... 36

b. Karakteristik dan Ciri- ciri Kemandirian ... 37

c. Pendidikan Luar Sekolah dalam Meningkatkan Kemandirian ... 40

B. Kerangka Pemikiran ... 42

C. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel ... 44

B. Desain Penelitian ... 44

C. Metode Penelitian ... 45

1. Populasi dan Sampel ... 46

2. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel ... 47

3. Variabel Penelitian ... 47

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 49

1. Penyusunan Kisi- kisi Instrumen Penelitian ... 50

2. Penyusunan Angket ... 50

3. Uji Coba Instrumen ... 51

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 51


(8)

viii

2. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 58

I. Analisa Data ... 59

1. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 59

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

B. Gambaran Umum Identitas Responden ... 69

C. Deskripsi Data ... 71

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89


(9)

DAFTAR TABEL TABEL

2.1 Elemen Kemandirian ... 41

3.1 Hasil Uji Validitas Variabel X (Hasil Pelatihan) ... 53

3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Peningkatan Kemandirian) ... 53

3.3 Nilai Koefisien Reliabilitas ... 56

3.4 Tabel Ringkasan Uji Anova ... 63

3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 64

3.6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinasi ... 65

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 70

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 70

4.4 Hasil Pengolahan Data Variabel Hasil Pelatihan ... 72

4.5 Distribusi Frekuensi ... 73

4.6 Hasil Analisis Uji Normalitas One- sample Test Kolmogorov- Smirnov ... 74

4.7 Hasil Pengolahan Data Variabel Peningkatan Kemandirian... 75

4.8 Distribusi Frekuensi ... 76

4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas One- sample Test Kolmogorov- Smirnov ... 77

4.10 Output Koefisien Regresi ... 78

4.11 Output Perhitungan Analisis Variansi untuk Uji Independensi Variabel Y terhadap Variabel X ... 79

4.12 Output Koefisien Korelasi ... 79


(10)

x

DAFTAR GAMBAR GAMBAR

2.1 Hubungan Fungsional anatara Komponen- komponen Pendidikan Luar

Sekolah ... 15 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ...

2.3 Hubungan antar variabel penelitian ...

42 43 3.1 Hubungan Variabel Independen- Dependen ... 48 4.1 Struktur Organisasi ... 69


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU

Sisdiknas tahun 2003, pendidikan diartikan sebagai “Usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha sadar bagi anak didik untuk menumbuhkembangkan potensi- potensi kemanusiannya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Pendidikan yang terencana dan terarah tersebut di selenggarakan pada tiga jalur layanan pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa, sesuai dengan UU Sisdiknas,dalam Bab 1 Pasal 1, tentang pembagian jalur pendidikan di Indonesia yaitu :

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan yang ketiga pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Penyelenggaraan pendidikan melalui tiga jalur pendidikan, merupakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Pada dasarnya, pendidikan luar sekolah bertujuan memenuhi kebutuhan peserta didik untuk kehidupan kini dan masa depannya, yang dapat diterapkan langsung di kehidupan lingkungannya dengan wujud keterampilan. Kegiatan belajar bagi pendidikan luar sekolah dilakukan di lingkungan masyarakat dan lembaga, juga dapat dilakukan di dalam satuan pendidikan luar sekolah seperti Sanggar Kegiatan


(12)

2

Belajar (SKB), pusat latihan dan sebagainya. Dilihat dari penyelenggaraannya pendidikan luar sekolah terbagi atas satuan pendidikan dan jenis pendidikan, sesuai dengan UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 26 tentang pendidikan luar sekolah menyatakan bahwa Satuan Pendidikan Luar Sekolah terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Satuan pendidikan luar sekolah, kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu potensi yang sangat penting bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupan disekitarnya adalah kemandirian. Istilah kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, yaitu suatu keadaan yang memungkinkan seseorang mengatur dan mengarahkan diri sendiri sesuai tingkat perkembangannya. Mandiri merupakan dambaan setiap orang. Berbagai cara dilakukan untuk memperolehnya. Salah satu cara yang lazim ditempuh ialah melalui pendidikan terutama pelatihan. Kemandirian sangat dibutuhkan karena dengan mandiri setiap orang akan dapat menyelesaikan permasalahan diri sendiri dan orang lain.

Pelatihan merupakan suatu proses memberikan bantuan untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Salah satu kelompok peserta didik yang sangat memerlukan kemandirian adalah para difabel. Di Indonesia, kata difabel belum dijadikan sebagai kata baku bahasa Indonesia. Sehingga dalam istilah pendidikan tidak disebut sebagai difabel, melainkan anak berkebutuhan khusus. Istilah ini muncul guna memperbaiki istilah lama yaitu penyandang cacat. Kata cacat dirasa kurang pantas untuk menilai sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Difabel atau anak berkebutuhan khusus terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: tunanetra (penyandang dengan kecacatan netra), tunarunguwicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat dan anak dengan gangguan kesehatan.


(13)

3

Penyandang dengan kecacatan netra merupakan bagian kecil dari kelompok penyandang difabel yang berhak mendapatkan kemandirian. Penyandang dengan kecacatan netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian. Sarana yang paling penting bagi penyandang dengan kecacatan netra adalah indra yang tersisa yaitu pendengaran, peraba, penciuman dan pengecap. Oleh karena itu, proses pembelajaran hendaknya mengoptimalkan indra yang tersisa tanpa mengurangi esensi dari proses pembelajaran.

Pendukung kemandirian bagi penyandang dengan kecacatan netra adalah dengan pelatihan orientasi dan mobilitas (OM). Orientasi dan mobilitas adalah tatacara atau materi yang berisi tentang cara mengenal lingkungan, berpindah lingkungan, berinteraksi dengan lingkungan, menolong diri sendiri dan menolong orang lain. Tujuan diberikan pelatihan OM adalah agar penyandang dengan kecacatan netra dapat lebih mandiri dalam mengatasi permasalahan sehari- hari.

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan OM adalah Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung (PSBN Wyata Guna Bandung). PSBN Wyata Guna merupakan unit pelaksana teknis dibidang rehabilitasi dan pelayanan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada dirjen rehabilitasi sosial Kementrian Sosial. OM merupakan pelatihan utama yang diberikan kepada penyandang dengan kecacatan netra di dalam panti dan harus dikuasai sebelum mengikuti pelatihan lain di panti. Pelatihan OM di panti diberikan oleh instruktur OM. Pelatihan OM merupakan program yang integral, maksudnya program ini tidak dapat dipisahkan dalam panti rehabilitasi dan pendidikan bagi penyandang dengan kecacatan netra. Dapat dikatakan bahwa rehabilitasi dan pendidikan tanpa ada program pelatihan OM di dalamnya, maka program tersebut sebenarnya bukanlah merupakan program rehabilitasi dan pendidikan bagi penyandang dengan kecacatan netra.

Karakteristik peserta didik penyandang dengan kecacatan netra terdiri dari kebutaan total (totally blind) atau kurang lihat (low vision). Seseorang dikatakan low vision jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas visual, namun dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan menggunakan strategi visual pengganti, alat-alat bantu low vision,


(14)

4

dan modifikasi lingkungan. Orang yang termasuk low vision adalah mereka yang mengalami hambatan visual ringan sampai berat. Seseorang dikatakan menyandang low vision atau kurang lihat apabila penyandang dengan kecacatan netraannya masih cenderung memfungsikan indera penglihatannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Saluran utama yang dipergunakannya dalam belajar adalah penglihatan dengan mempergunakan alat bantu, baik yang direkomendasikan oleh dokter maupun tidak. Jenis huruf yang dipergunakan sangat bervariasi tergantung pada sisa penglihatan dan alat bantu yang dipergunakannya. Pelatihan orientasi dan mobilitas diperlukan oleh peserta didik low vision dengan mempergunakan sisa penglihatannya.

Totally blind (kebutaan) menunjuk pada seseorang yang tidak mampu melihat atau hanya memiliki persepsi cahaya. Seseorang dikatakan buta (blind) jika mengalami hambatan visual yang sangat berat atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali. Penyandang buta total (totally blind) mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Difabel seperti ini biasanya mempergunakan huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan pelatihan orientasi dan mobilitas. Adanya kepenyandang dengan kecacatan netraan pada seseorang, secara otomatis ia akan mengalami keterbatasan. Keterbatasan itu adalah dalam hal: (1) memperolah informasi dan pengalaman baru, (2) dalam interaksi dengan lingkungan, dan (3) dalam bergerak serta berpindah tempat (mobilitas). Oleh karena itu, dalam perkembangannya seorang anak penyandang dengan kecacatan netra mengalami hambatan atau sedikit terbelakang mobilitasnya bila dibandingkan dengan anak normal yang awas.

Kenyataan dilapangan, kebutaan atau kurang lihatnya peserta didik dikarenakan berbagai macam penyebab diantaranya buta sejak lahir, kecelakaan dan karena obat- obatan terlarang. Mereka yang memiliki kebutaan yang sejak lahir lebih terbiasa dengan keadaannya berbeda dengan mereka yang buta karena kecelakaan atau obat- obatan terlarang, mereka lebih susah untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang asing bagi mereka. Ketika mereka diberikan suatu informasi melalui pelatihan OM tidak semua peserta didik dapat menyerap


(15)

5

informasi dan pengalaman baru dengan mudah karena daya tangkap dan kecerdasan setiap peserta didik berbeda- beda. Semakin peserta didik cerdas mereka semakin cepat paham dalam menyerap materi yang disampaikan dan mampu mengaplikasikannya untuk kehidupan sehari- hari agar dapat lebih mandiri dalam mengatasi permasalahan hidupnya, begitupun sebaliknya. Ketika informasi dan pengalaman baru telah didapat peserta didik harus bisa mengaplikasikannya kedalam dunia nyata yaitu mereka harus mampu interaksi dengan lingkungan dan bergerak serta berpindah tempat. Namun karena tidak semua peserta didik terbiasa dengan alam terbuka, jalanan dan keramaian tidak sedikit peserta didik yang terlihat takut untuk bergerak terutama peserta didik perempuan, bahkan ada beberapa peserta didik yang hanya berputar- putar di sekitar Wyata Guna karena berbagai penyebab, tetapi penyebab yang utama adalah daya tangkap mereka terhadap intruksi yang diberikan kurang tanggap sehingga mereka lupa dengan intruksi yang seharusnya dilakukan.

Hasil suatu program pelatihan perlu dievaluasi sehingga dapat memperoleh gambaran tentang hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung, peningkatan kemandirian yang dicapai penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung serta pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka permasalahan yang akan diungkapkan melalui penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Potensi yang sangat penting bagi peserta didik penyandang dengan kecacatan netra dalam menghadapi kehidupan adalah kemandirian.

2. Pendukung kemandirian bagi penyandang dengan kecacatan netra adalah dengan pelatihan orientasi dan mobilitas.

3. Pelatihan OM diberikan agar penyandang dengan kecacatan netra dapat lebih mandiri dalam mengatasi permasalahan sehari- hari.


(16)

6

4. Tidak semua peserta didik dapat menyerap informasi dan pengalaman baru dengan mudah pada saat pelatihan, karena daya tangkap dan kecerdasan setiap peserta didik berbeda- beda.

5. Ketika praktek dilapangan tidak sedikit peserta didik yang tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan dan bergerak serta berpindah tempat.

C. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang penelitian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung?

2. Bagaimana gambaran peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung?

3. Seberapa besar pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran tentang hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung.

2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

3. Memperoleh gambaran tentang pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.


(17)

7

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran Pengaruh Hasil Pelatihan Orientasi dan Mobilitas terhadap Peningkatan Kemandirian.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

F. Struktur Organisasi BAB I : Pendahuluan,

Bab ini memuat latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.

BAB II : Kajian Pustaka, Kerangka Pemkiran Dan Hipotesis Penelitian

Bab ini memuat konsep pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep orientasi dan mobilitas, konsep kemandirian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini memuat lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini memuat pengolahan atau analisis data, pembahasan data atau analisis temuan.

BAB V : Kesimpulan Dan Saran

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta membahas implikasi/ rekomendasi.


(18)

44 BAB III

MOETODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel 1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung (PSBN Wyata Guna Bandung) yang terletak di jalan Pajajaran No. 52 Bandung. PSBN Wyata Guna adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada dirjen rehabilitasi sosial Kementrian Sosial. 2. Subjek Populasi/ Sampel

Subjek populasi/ sampel dalam penelitian ini adalah penyandang dengan kecacatan netra yang berada di PSBN Wyata Guna Bandung, penyandang dengan kecacatan netra tersebut merupakan peserta didik yang telah lulus mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyandang dengan kecacatan netra yang telah lulus mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung yang berjumlah 120 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah penyandang dengan kecacatan netra yang telah lulus mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung yang dipilih dengan menggunakan teknik sample random sampling yaitu pengambilan secara acak. Hasil pemilihan tersebut diperoleh anggota sampel sebanyak 30 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber- sumber dan jenis informasi yang dipakai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selain itu, desain penelitian juga merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan- hubungan anatara variabel dalam penelitian dan sebagai blue print yang memberi garis besar dari setiap prosedur penelitian mulai dari masalah/ pertanyaan penelitian sampai dengan analisis data (Sugiyono, 2013: 73). Desain penelitian ini meliputi:


(19)

45

1. Tujuan studi/ penelitian

Tujuan studi/ penelitian dari penelitian ini yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel.

2. Tipe hubungan antar variabel

Tipe hubungan penelitian ini adalah hubungan sebab akibat, yaitu hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

3. Lingkungan (setting) penelitian

Lingkungan (setting) penelitian dalam penelitian ini adalah studi lapangan. Studi lapangan adalah menguji hubungan korelasional anatar variabel dengan kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang minimal. Dengan kata lain penelitian ini dilakukan dengan membutuhkan tempat field (lingkungan terbuka).

4. Unit analisis

Unit analisis adalah tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian, berdasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

5. Dimensi waktu

Pengambilan data dalam penelitian ini membutuhkan studi satu tahap (one shot study), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus dapat berupa data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu, pengumpulan data sekaligus menggunakan metode survey.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013: 2). Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dimana yang menjadi data dalam penelitian ini adalah angka- angka yang akan dideskripsikan dan dianalisa untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya dalam variabel yang diteliti, yaitu variabel hasil pelatihan dan peningkatan kemandirian.


(20)

46

Putri Shalsa Novita, 2013

Sugiyono (2013: 6) “metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, yaitu dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya”. Sedangkan menurut Singarimbun (Sugiyono, 2013: 7) bahwa “metode survey yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dan suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data”.

Melalui metode survey, penulis dapat memperoleh fakta- fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan- keterangan secara faktual. Dalam metode survey instrumen penelitian menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh oleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis. Langkah metode ini pada dasarnya meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data dan analisis data, kemudian membuat kesimpulan dan terakhir menyusun laporan dari seluruh rangkaian penelitian yang tentunya bertujuan untuk menggambarkan dan melihat suatu hubungan/ pengaruh dan kaitan anatara variabel- variabel yang ada.

Data- data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sampel/ reponden, gambaran tentang hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung, peningkatan kemandirian yang dicapai penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung serta pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung. Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen menggunakan analisis regresi sederhana.

1. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,


(21)

47

tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar kita (Sugiyono, 2013: 80). Penelitian ini yang menjadi populasi adalah alumni yang telah mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas yang berjumlah 120 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 81).

2. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel a. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2013: 81). Penelitian ini menggunakan sample random sampling. Dikatakan sample random (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2013: 82). b. Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suharsimi Arikunto (2006: 121) yang menjelaskan bahwa:

Besar kecilnya pengambilan sampel, sekedar ancer- ancer yang apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sebagai penelitiannya yang merupakan populasi atau dikenal sampel total. Sedangkan apabila sumbernya lebih besar dapat diambil sebanyak 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Maka sesuai dengan pernyataan diatas sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25% x 120= 30 orang.

3. Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2013: 38) mendefinisikan variabel sebagai atribut seseorang, atau subjek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Penelitian mengkaji hubungan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel


(22)

48

Putri Shalsa Novita, 2013

dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Hasil pelatihan ditetapkan sebagai variabel independen (X) dan peningkatan kemandirian ditetapkan sebagai variabel dependen (Y). Hubungan antar variabel- variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Hubungan Variabel Independen- Dependen

Pada variabel X menjelaskan tentang indikator dari hasil pelatihan orientasi dan mobilitas yang merupakan kompetensi dasar dari pelatihan orientasi dan mobilitas yaitu penyandang dengan kecacatan netra memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bergerak dari suatu posisi/ tempat ke posisi/ tempat lain yang diinginkan dengan tepat, cepat, efektif, selamat, luwes dan mandiri atau seminimal mungkin untuk meminta pertolongan orang lain.

Sedangkan variabel Y menjelaskan tentang indikator dari peningkatan kemandirian, indikator- indikator tersebut diturunkan dari karakteristik kemandirian, aspek kemandirian, elemen kemandirian dan jenis kemandirian. D. Definisi Operasional

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh dalam penelitian ini adalah pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

2. Pelatihan

Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Pelatihan dalam

Peningakatan Kemandirian ( Variabel Dependen) Hasil Pelatihan


(23)

49

penelitian ini adalah pelatihan orientasi dan mobilitas bagi penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

3. Orientasi dan Mobilitas

Orientasi dan mobilitas adalah tatacara atau materi yang berisi tentang cara mengenal lingkungan, berpindah lingkungan, berinteraksi dengan lingkungan, menolong diri sendiri dan menolong orang lain. Orientasi dan mobilitas dalam penelitian ini merupakan materi pelatihan bagi penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

4. Peningkatan Kemandirian

Peningkatan kemandirian adalah keadaan dimana seseorang sudah dapat mengatur dan mengarahkan diri sendiri sesuai tingkat perkembangannya. Peningkatan kemandirian dalam penelitian ini yaitu keadaan dimana penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung sudah dapat mengatur dan mengarahkan diri sendiri sesuai tingkat perkembangannya dan lebih mandiri dalam mengatasi permasalahan sehari- hari.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013: 102). Instrumen penelitian disusun berdasarkan pada pokok permasalahan yang terdapat dalam kegiatan penelitian, selanjutnya dikembangkan dalam bentuk pernyataan. Pada pernyataan angket terdiri dari perkembangan beberapa aspek dan indikator penelitian, sebagai dasar untuk mendapatkan data penelitian. Angket berawal dari permasalahan yang ada dan kemudian diturunkan menjadi kisi- kisi penelitian yang selanjutnya dibuat semacam angket atau kuesioner.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data yang berbentuk angket yang berisi tentang sejumlah pertanyaan atau pernyataan. Oleh karena itu alat pengumpul data untuk semua variabel yaitu hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung berbentuk pertanyaan atau pernyataan. Untuk penilaian peneliti menggunakan skala likert


(24)

50

Putri Shalsa Novita, 2013

dengan lima pilihan kemungkinan jawaban, yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju dengan bobot nilai SS= 5, S= 4, KS= 3, TS= 2 dan STS= 1. Bobot nilai setiap responden dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.

Adapun langkah- langkah dalam penyusunan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini

1. Penyusunan Kisi- kisi Instrumen Penelitian

Penyusunan kisi- kisi instrumen penelitian dilakukan secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian dan variabel penelitian yang sudah dijabarkan. Penyusunan kisi- kisi instrumen penelitian yang merupakan acuan pembuatan alat pengmpul data berupa angket.

Kisi- kisi penelitian ini disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan, kemudian dijabarkan berdasarkan indikatornya, sehingga memudahkan dalam pembuatan angket.

2. Penyusunan Angket

Item pertanyaan dalam angket ini merupakan penjabaran dari indikator- indikator yang akan dijadikan pernyataan. Penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan kisi- kisi yang akan dijadikan pedoman dalam pembuatan angket. b. Membuat daftar pernyataan yang dibuat berdasarkan kisi- kisi angket (terlampir), disusun secara singkat, jelas dan sederhana untuk memudahkan responden memberikan jawaban yang sesuai dengan pernyataan yang disediakan.

c. Membuat alternatif jawaban yang terdiri dari lima alternatif pilihan.

d. Membuat petunjuk pengisian angket yaitu untuk menghindari kesalahan dalam pengisian angket.

e. Membuat surat pengantar angket agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari pengisian angket tersebut.


(25)

51

Penyusunan angket ini dapat diperinci sebagai berikut:

a. Variabel hasil pelatihan terdiri dari 22 item pernyataan yang berisikan tentang indikator hasil pelatihan orientasi dan mobilitas.

b. Variabel peningkatan kemandirian terdiri dari 26 item pernyataan yang berisikan tentang indikator peningkatan kemandirian.

3. Uji Coba Instrumen

Angket yang telah disusun diujicobakan kepada kelompok sasaran yang dianggap memiliki karakteristik yang logis dengan sampel penelitian. Tujuannya untuk memperoleh data yang akurat, yaitu dengan maksud untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) instrumen penelitian tersebut.

Uji coba ini dilakukan terhadap 30 orang penyandang dengan kecacatan netra yang telah lulus mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Analisis Validitas Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013: 96) bahwa perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diujicobakan, maka digunakan teknik validitas item. Penggunaan teknik ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa terdapat kesesuaian antara bagian- bagian instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, bagian- bagian instrumen yang mendukung misi instrumen keseluruhan yang mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

Untuk menguji tingkat validitas sebuah instrumen penelitian digunakan Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

  

  ] y) ( ) y ][n( x) ( ) x [n( y x xy n r 2 2 2 2


(26)

52

Putri Shalsa Novita, 2013 Keterangan:

r = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor setiap item

Y = skor seluruh item (Sugiyono, 2013: 225)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang baik mempunyai validitas yang tinggi, sabaliknya instrumen yang kurang baik memiliki validitas yang rendah.

Pengujian harga signifikasi harga r tersebut dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan ketentuan apabila harga t hitung lebih besar dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95% dinyatakan valid. Sedangkan jika harga t hitung lebih kecil dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95% dinyatakan tidak valid.

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi sederhana digunakan rumus:

2 n

r 1

r t

2

  

Keterangan:

r = koefisien korelasi n = jumlah responden t = harga terhitung

Uji coba instrumen ini diberikan kepada alumni peserta didik pelatihan orientasi dan mobilitas dengan jumlah 48 item, yaitu 22 item untuk variabel X dan 26 untuk variabel Y. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS Versi 20 diperoleh keterangan bahwa dari 22 item yang diajukan untuk mengukur variabel X, 22 dari seluruh item dinyatakan valid, sehingga peneliti menggunakan seluruh item yang valid untuk perhitungan tersebut. Hasil uji coba dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(27)

53

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Variabel X (Hasil Pelatihan) ITEM r hitung r tabel = 0,374

α= 0,05; dk= n-2

Keputusan

No.1 0,639 > 0,374 Valid

No.2 0,639 > 0,374 Valid

No.3 0,639 > 0,374 Valid

No.4 0,639 > 0,374 Valid

No.5 0,639 > 0,374 Valid

No.6 0,639 > 0,374 Valid

No.7 0,612 > 0,374 Valid

No.8 0,612 > 0,374 Valid

No.9 0,612 > 0,374 Valid

No.10 0,557 > 0,374 Valid

No.11 0,620 > 0,374 Valid

No.12 0,460 > 0,374 Valid

No.13 0,713 > 0,374 Valid

No.14 0,713 > 0,374 Valid

No.15 0, 713 > 0,374 Valid

No.16 0,713 > 0,374 Valid

No.17 0,713 > 0,374 Valid

No.18 0,781 > 0,374 Valid

No.19 0, 781 > 0,374 Valid

No.20 0,800 > 0,374 Valid

No.21 0,772 > 0,374 Valid

No.22 0,596 > 0,374 Valid

Hasil pengujian validitas item selanjutnya adalah untuk variabel Y, dimana diperoleh keterangan, bahwa dari seluruh 26 item yang diajukan untuk mengumpulkan data, 26 dinyatakan valid, sehingga seluruh item yang dinyatakan valid dipergunakan untuk pengumpulan data. Adapun untuk melihat hasil uji coba validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Peningkatan Kemandirian) ITEM r hitung r tabel = 0,374

α= 0,05; dk= n-2

Keputusan

No.1 0,486 > 0,374 Valid

No.2 0,565 > 0,374 Valid


(28)

54

Putri Shalsa Novita, 2013

No.4 0,606 > 0,374 Valid

No.5 0,565 > 0,374 Valid

No.6 0,605 > 0,374 Valid

No.7 0,389 > 0,374 Valid

No.8 0,567 > 0,374 Valid

No.9 0,567 > 0,374 Valid

No.10 0,589 > 0,374 Valid

No.11 0,625 > 0,374 Valid

No.12 0,406 > 0,374 Valid

No.13 0,625 > 0,374 Valid

No.14 0,619 > 0,374 Valid

No.15 0,561 > 0,374 Valid

No.16 0,619 > 0,374 Valid

No.17 0,652 > 0,374 Valid

No.18 0,611 > 0,374 Valid

No.19 0,682 > 0,374 Valid

No.20 0,723 > 0,374 Valid

No.21 0,723 > 0,374 Valid

No.22 0,426 > 0,374 Valid

No.23 0,427 > 0,374 Valid

No.24 0, 427 > 0,374 Valid

No.25 0,542 > 0,374 Valid

No.26 0,640 > 0,374 Valid

Analisis yang digunakan dalam menguji validitas instrumen adalah Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih

besar dari nilai r tabel atau nilai r hitung > nilai r tabel , maka item tersebut adalah

valid dengan menggunakan (Tabel r) untuk α= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n-2; 30-2=28) sehingga didapat r tabel= 0,374. Berdasarkan hasil analisis

didapat nilai korelasi untuk semua item pada instrumen tersebut berkorelasi dengan skor total dan dapat digunakan untuk disebarkan kepada responden. 2. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013: 172) menyatakan bahwa “instrumen yang reliabel instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.


(29)

55

Suharsimi Arikunto (2006: 178) menyatakan bahwa:

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown, yaitu:

ri = 2rb

1 + rb

(Sugiyono, 2013: 131) Keterangan:

ri = reliabilitas seluruh instrumen

rb = korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Pengujian reliabilitas tersebut menurut Sugiyono (2013: 190) dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Butir- butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan instrumen genap.

b. Skor data dari tiap kelompok disusun sendiri dan kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika koefisien internal seluruh item (ri) rtabel dengan tingkat signifikasi 5%

maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

b. Jika koefisien internal seluruh item (ri) <rtabel dengan tingkat signifikasi 5%


(30)

56

Putri Shalsa Novita, 2013

Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien korelasi, hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan:

Tabel 3.3

Nilai Koefisien Reliabilitas

Interval Korelasi Tingkat Reliabilitas 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2013: 184)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan SPSS Versi 20 dengan rumus split half diperoleh nilai reliabilitas. Nilai reliabilitas variabel X dapat dilihat dari nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient= 0,702, sedangkan untuk variabel Y nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient= 0,678, korelasi berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan r tabel (0,374) maka r hitung lebih besar dari

r tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat

digunakan pada penelitian ini. G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Alat pengumpul data yang dipakai harus memenuhi kriteria, antara lain sesuai dengan data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan permasalahan pada penilitian ini yaitu:

1. Kuesioner/ Angket

Kuesioner/ angket adalah alat pengumpul data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi yang sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis (Sudjana, 2005: 317). Kuesioner pada penelitian ini berbentuk beberapa pertanyaan atau pernyataan yang diajukan kepada sumber data untuk memperoleh data mengenai pengaruh


(31)

57

hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peingkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung.

2. Observasi

Menurut Hadi (1986) dalam Sugiyono (2013: 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses- proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala- gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam penelitian ini, digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran daerah penelitian serta hal- hal lain yang relevan dengan tujuan penelitian.

3. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil (Sugiyono, 2013: 138). Pengumpulan data dengan wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang penyandang dengan kecacatan netra sebelum dan setelah mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas serta konsep dan proses pelatihan orientasi dan mobilitas. 4. Studi Litertur

Studi literatur ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari bahan bacaan yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti serta melengkapi penulisan sebagai penunjang dalam masalah penelitian ini.

Cara pengumpulan dengan studi literatur digunakan untuk memperoleh ketepatan sejumlah informasi yang relevan dengan data tentang variabel- variabel penelitian dan untuk menyederhanakan data yang akan dikumpulkan, agar dalam penelitian dapat membuat kesimpulan- kesimpulan dari data yang dikumpulkan tersebut.


(32)

58

Putri Shalsa Novita, 2013 5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat hasil tulisan- tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui dokumen atau arsip- arsip laporan.

H. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan peneliti memperoleh data atau gambaran mengenai pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas dan gambaran tentang peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung. Kemudian disusun instrumen pengumpulan data yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapat persetujuan uji coba alat. Hasil uji coba sekaligus dapat mengukur validitas dan reliabilitas alat tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan melalui tahap persiapan, pada tahap ini yang dipersiapkan antara lain:

a. Memperbanyak angket yang disesuaikan dengan jumlah responden yaitu sebanyak 30 orang.

b. Pengurusan izin penyebaran angket dari lembaga terkait. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan disini adalah tahap penyebaran angket kepada sejumlah responden dengan cara mendatangi tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan orientasi dan mobilitas sebelum pengisian angket. Peneliti memberikan keterangan dan petunjuk cara pengisian angket. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman serta untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan peneliti. Pada tahap pelaksanaan ini yang dilakukan antara lain:

a. Menyebarkan angket kepada responden kemudian diisi oleh responden itu sendiri dengan bantuan pembimbing asrama dan peneliti karena responden merupakan penyandang dengan kecacatan netra.


(33)

59

3. Tahap Pengumpulan Angket

Pada tahap ini angket yang sudah diisi oleh responden kemudian diambil dari setiap alumni peserta pelatihan, kegiatan ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang masuk benar- benar memenuhi persyaratan sehingga dapat diolah dan dianalisis.

I. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah proses penyusun data agar data tersebut dapat di tafsirkan, menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam berbagai pola, tema atau kategori, tafsiran atau interprestasi artinya mencari hubungan antara berbagai konsep (Sugiyono, 2013: 147).

1. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan lanjutan dari pengumpulan data. Data- data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk menghasilkan kesimpulan. Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data dan verifikasi data, yaitu mengecek jawaban responden; b. Pemberian skor, yaitu memberikan skor pada setiap jawaban responden untuk

setiap item;

c. Tabulasi data, yaitu mentabulasi data sesuai dengan variabel penelitian: d. Menghitung ukuran- ukuran statistik terhadap hasil pengukuran variabel

penelitian, seperti: proporsi/ prosentase, rata- rata, simpangan baku dan varians;

e. Analisis data, yaitu menganalisis data yang telah dikelompokan berdasarkan variabel penelitian sesuai dengan masalah yang dibahas dan hipotesis yang diajukan sehingga bisa mengarah pada pengambilan kesimpulan;

f. Penyajian data, yaitu mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis dalam bentuk uraian dan penyajian tabel- tabel, sehingga peermasalahan yang dibahas dapat digambarkan secara jelas;


(34)

60

Putri Shalsa Novita, 2013

g. Pengujian hipotesis, yaitu pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dan diuji menurut perhitungan statistik yang relevan;

h. Penafsiran hasil analisis dan pengujian hipoteis penelitian, yaitu menafsirkan data yang telah diolah, dianalisis dan disajikan, kemudian dikaitkan dengan hipotesis yang disajikan;

i. Penyimpulan dan pembahasan, yaitu menyimpulkan hasil penelitian kemudian dikaitkan dengan pendapat- pendapat dan teori- teori serta pengalaman empirik.

Pemberian skor dari setiap pertanyaan, penulis bertitik tolak pada model skala likert, artinya penulis memberikan alternatif jawaban pada setia butir pertanyaan atau pernyataan dimana nilai tertinggi dimulai dari angka 5, 4, 3, 2 dan 1.

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah diperoleh data dari hasil penelitian, maka dilakukan pengolahan data sebelum data tersebut dibahas. Adapun pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik. Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah data dan mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif, sedangkan untuk pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan data terhadap populasi digunakan statistik inferensial. Adapun analisis data yang dilakukan yaitu dengan cara sebagai berikut:

a. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor

Perhitungan kecenderungan umum skor responden dari setiap variabel dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan secara umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang dihitung dengan skor idealnya yaitu dengan menggunakan cara sebagai berikut:


(35)

61

Keterangan:

P= proporsi skor rata- rat yang dicari X= skor rata- rata setiap variabel

Xid= skor ideal setiap variabel yang dicari dengan cara nilai variabel tertentu. Sedangkan harga rata- rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong dengan menggunakan rumus:

∑ Keterangan:

X= harga rata- rata yang dicari

∑= jumlah harga untuk variabel tertentu n= banyak sampel

b. Pembuatan Distribusi Frekuensi

Langkah- langkah teknik pembuatan distribusi frekuensi dilakukan sebagai berikut:

1. Urutkan dari data terkecil sampai terbesar; 2. Hitung jarak atau rentangan (R);

Rumus: R= data tertinggi – data terendah; 3. Hitung jumlah kelas (K) dengan Stugres;

Rumus: Jumlah kelas (K)= 1+ 3,3 Log n;

4. Hitung panjang kelas interval (P)= rentang/ jumlah kelas interval; 5. Tentukan batas kelas interval panjang;

6. Membuat tabel sementara dengan cara menghitung satu demi satu yang sesuai dengan urutan interval kelas;

7. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan cara memindahkan semua angka frekuensi (f).


(36)

62

Putri Shalsa Novita, 2013 c. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini akan menentukan apakah pengolahan data ini menggunakan analisis parametrik atau non parametrik. Satistik parametrik itu bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang dianalisis berdasarkan distribusi normal. Untuk itu sebelum peneliti menggunakan statistik parametrik, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu. Bila tidak normal maka statistik parametrik tidak dapt digunakan, untuk itu perlu digunakan statistik nonparametrik.

Penelitian ini terdapat data dari dua variabel maka pengujian normalitas data akan dilakukan pada kedua variabel tersebut, yaitu variabel X (Hasil Pelatihan) dan varibel Y (Peningkatan Kemandirian). Uji normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package For Service

Solutions) Versi 20 dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov.

d. Analisis Regresi dan Korelasi 1) Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana ini digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen secara parsial atau bersama- sama. Persamaan regresi linier sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y= a + bX

Keterangan:

Y= niali variabel Y yang diprediksikan a = konstanta atau bila harga X=0 b = koefisien regresi


(37)

63

Untuk memperoleh harga a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:

2) ANOVA

Bagian ini menunjukan besarnya angka probabilitas atau signifikansi pada perhitungan anova yang akan digunakan untuk uji kelayanan model regresi dengan ketentuan angka probabilitas yang baik untuk menngunakan model regresi ialah harus lebih kecil dari 0,05. Adapun rumus- rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tabel Ringkasan Uji Anova Sumber Variasi (Source) Derajat Bebas (db) (df) Jumlah Kuadrat (JK) (SS) Kuadrat tengah (KT) = JK/db (MS)

Regresi

Error atau Residual

1

n-2

ni i Y Y 1 2 ) ˆ (

n

i i i Y Y 1 2 ) ˆ ( KTRegresi 2 2   n JK s Total,

terkoreksi n-1

n i i i Y Y 1 2 ) (

 

  

 

2 2

2 2 2 ( )

) )( (

      X X n XY X X Y a n x x n y x xy b


(38)

64

Putri Shalsa Novita, 2013 3) Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara variabel penelitian. Adapun rumus- rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

  

  ] y) ( ) y ][n( x) ( ) x [n( y x xy n r 2 2 2 2 Keterangan:

r = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor setiap item

Y = skor seluruh item (Sugiyono, 2013: 225)

Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi sederhan digunakan rumus:

2 n r 1 r t 2    Keterangan:

r = koefisien korelasi n = jumlah responden t = harga terhitung Tabel 3.5

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Proporsi/ Interval Koefisien Keterangan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang


(39)

65

0,80 – 1.000 Sangat Kuat

(Sumber: Sugiyono, 2013: 184) 4) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah kuadrat dari nilai koefisien korelasi; dinyatakan dalam persen, sehingga harus dikalikan 100%. Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh yang terjadi dari variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan rumus:

KD= r2 X 100%

Keterangan:

KD = nilai koefisien determinan r = nilai koefisien korelasi Tabel 3.6

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinasi Proporsi/ Interval Koefisien Keterangan

0 – 19,99% Sangat Rendah

20% - 39,99% Rendah

40% - 59,99% Sedang

60% - 79,99% Kuat

80% - 100% Sangat Kuat


(40)

88 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dan dengan terbuktinya hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian..

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

1. Gambaran hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan terhadap variabel hasil pelatihan dapat diketahui bahwa hasil pelatihan terhadap peningkatan kemandirian yang diselenggarakan PSBN Wyata Guna sangat kuat dapat diterima. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk memberikan makna terhadap stimulus yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Termasuk dalam hal ini hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian dapat dikatakan sangat kuat karena hasil pelatihan orientasi dan mobilitas tercapai tujuan pembelajarannya dan peserta didik menguasai materi dan keterampilan yang telah diberikan.

2. Gambaran peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan terhadap variabel peningkatan kemandirian dapat diketahui bahwa peningkatan kemandirian yang dicapai oleh peserta didik sangat kuat dapat diterima. Peningkatan kemandirian yang dicapai oleh peserta didik dapat dikatakan sangat kuat karena peserta didik sudah memiliki rasa tanggung jawab, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dan berani mengambil resiko, tidak tergantung pada orang lain serta mampu memenuhi kebutuhan pokok minimal.


(41)

89

3. Pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan dapat diketahui pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian tergolong sangat kuat dan hipotesisnya dapat diterima.

Pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian dapat dikatakan sangat kuat karena setelah mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas, seluruh peserta didik memiliki sikap dan pengetahuan untuk melaksanakan aktivitas sehari- hari, dengan pengetahuan dan keterampilan tentang tata cara melaksanakan aktivitas sehari- hari pada pelatihan orientasi dan mobilitas telah membuka wawasan berpikir peserta didik, sehingga peserta didik dapat menyadari dirinya dan menumbuhkan motivasi yang besar untuk mengubah sikap dan perilakunya ke arah yang positif. Dengan kemampuan yang peserta didik miliki tersebut akan menumbuhkan sikap kemandirian.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan bagi pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut ini:

1. Berdasarkan hasil temuan peneliti tentang terdapatnya pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian yang sangat kuat, maka perlu kiranya pelatihan orientasi dan mobilitas tetap mendapat perhatian yang terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga keberadaannya memberikan kualifikasi yang semakin baik dan akhirnya dapat mendukung peningkatan kemandirian pada penyandang dengan kecacatan netra.

2. Bagi peneliti selanjutnya, fokus penelitian ini semoga bermanfaat dan sebagai landasan atau pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang hasil dari suatu pelatihan, khususnya pelatihan orientasi dan mobilitas dalam hal peningkatan kemandirian dalam suatu lembaga. Para peneliti selanjutnya diharapkan


(42)

90

mampu mengkaji mengenai pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian lebih baik lagi dengan menggali aspek- aspek lain.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber dari Buku

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta. Saleh, Marzuki. (2012). Pendidikan Non Formal. Bandung: Rosda.

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pndukung, Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Motode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2. Sumber dari Tesis dan Disertasi

Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rifaid. (2000). Dampak Pelatihan Keterampilan terhadap Perubahan Sikap dan Perilaku serta Kemandirian Bekas Wanita Tuna Susila di Nusa Tenggara Barat. Tesis Magister PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suprayogi, Ugi. (2005). Pengembangan Model Program Pendidikan Luar Sekolah dalam Memberdayakan Kelompok Masyarakat Lanjut Usia untuk Mencapai Kemandirian. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(44)

92

3. Sumber dari Publikasi Departemen

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). UU RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Intruksi Presiden No. 15 Tahun 1974. (1974). Tentang Pelatihan.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991. (1991). Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ekojaya.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974. (1974). Tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Undang- Undang Sisdiknas Dalam Bab 1 Pasal 1. Tentang Pembagian Jalur

Pendidikan di Indonesia. 4. Sumber dari Dokumen

Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna. Pembimbingan Orientasi dan Mobilitas. Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial.

Sardin. Hand Out Pengantar Statistika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

65

0,80 – 1.000 Sangat Kuat

(Sumber: Sugiyono, 2013: 184)

4) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah kuadrat dari nilai koefisien korelasi; dinyatakan dalam persen, sehingga harus dikalikan 100%. Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh yang terjadi dari variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat) dengan menggunakan rumus:

KD= r2 X 100%

Keterangan:

KD = nilai koefisien determinan r = nilai koefisien korelasi Tabel 3.6

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Determinasi

Proporsi/ Interval Koefisien Keterangan

0 – 19,99% Sangat Rendah

20% - 39,99% Rendah

40% - 59,99% Sedang

60% - 79,99% Kuat

80% - 100% Sangat Kuat


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dan dengan terbuktinya hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian..

Hal tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

1. Gambaran hasil pelatihan orientasi dan mobilitas di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan terhadap variabel hasil pelatihan dapat diketahui bahwa hasil pelatihan terhadap peningkatan kemandirian yang diselenggarakan PSBN Wyata Guna sangat kuat dapat diterima. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk memberikan makna terhadap stimulus yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Termasuk dalam hal ini hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian dapat dikatakan sangat kuat karena hasil pelatihan orientasi dan mobilitas tercapai tujuan pembelajarannya dan peserta didik menguasai materi dan keterampilan yang telah diberikan.

2. Gambaran peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan terhadap variabel peningkatan kemandirian dapat diketahui bahwa peningkatan kemandirian yang dicapai oleh peserta didik sangat kuat dapat diterima. Peningkatan kemandirian yang dicapai oleh peserta didik dapat dikatakan sangat kuat karena peserta didik sudah memiliki rasa tanggung jawab, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dan berani mengambil resiko, tidak tergantung pada orang lain serta mampu memenuhi kebutuhan pokok minimal.


(3)

89

3. Pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian penyandang dengan kecacatan netra di PSBN Wyata Guna Bandung

Setelah dilakukan perhitungan dapat diketahui pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian tergolong sangat kuat dan hipotesisnya dapat diterima.

Pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian dapat dikatakan sangat kuat karena setelah mengikuti pelatihan orientasi dan mobilitas, seluruh peserta didik memiliki sikap dan pengetahuan untuk melaksanakan aktivitas sehari- hari, dengan pengetahuan dan keterampilan tentang tata cara melaksanakan aktivitas sehari- hari pada pelatihan orientasi dan mobilitas telah membuka wawasan berpikir peserta didik, sehingga peserta didik dapat menyadari dirinya dan menumbuhkan motivasi yang besar untuk mengubah sikap dan perilakunya ke arah yang positif. Dengan kemampuan yang peserta didik miliki tersebut akan menumbuhkan sikap kemandirian.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan bagi pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut ini:

1. Berdasarkan hasil temuan peneliti tentang terdapatnya pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian yang sangat kuat, maka perlu kiranya pelatihan orientasi dan mobilitas tetap mendapat perhatian yang terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga keberadaannya memberikan kualifikasi yang semakin baik dan akhirnya dapat mendukung peningkatan kemandirian pada penyandang dengan kecacatan netra.

2. Bagi peneliti selanjutnya, fokus penelitian ini semoga bermanfaat dan sebagai landasan atau pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang hasil dari suatu pelatihan, khususnya pelatihan orientasi dan mobilitas dalam hal peningkatan kemandirian dalam suatu lembaga. Para peneliti selanjutnya diharapkan


(4)

90

mampu mengkaji mengenai pengaruh hasil pelatihan orientasi dan mobilitas terhadap peningkatan kemandirian lebih baik lagi dengan menggali aspek- aspek lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber dari Buku

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamil, Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta. Saleh, Marzuki. (2012). Pendidikan Non Formal. Bandung: Rosda.

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pndukung, Asas. Bandung: Falah Production.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Motode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2. Sumber dari Tesis dan Disertasi

Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rifaid. (2000). Dampak Pelatihan Keterampilan terhadap Perubahan Sikap dan Perilaku serta Kemandirian Bekas Wanita Tuna Susila di Nusa Tenggara Barat. Tesis Magister PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suprayogi, Ugi. (2005). Pengembangan Model Program Pendidikan Luar Sekolah dalam Memberdayakan Kelompok Masyarakat Lanjut Usia untuk Mencapai Kemandirian. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

92

3. Sumber dari Publikasi Departemen

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). UU RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Intruksi Presiden No. 15 Tahun 1974. (1974). Tentang Pelatihan.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991. (1991). Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Ekojaya.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974. (1974). Tentang Pokok- Pokok Kepegawaian. Undang- Undang Sisdiknas Dalam Bab 1 Pasal 1. Tentang Pembagian Jalur

Pendidikan di Indonesia.

4. Sumber dari Dokumen

Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna. Pembimbingan Orientasi dan Mobilitas. Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial.

Sardin. Hand Out Pengantar Statistika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.