PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA(STUDI DESKRIPTIF DIPANTI SOSIAL BINA NETRA BANDUNG).

(1)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

No. DAFTAR. FIP: 007/S/PLS/1/2014

PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA

(Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

Khaerunnisa Fitriyani 0906238

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Pelatihan Kemandirian Bagi Klien

Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina

Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya

Meningkatkan Motivasi Bekerja

Oleh

Khaerunnisa Fitriyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Khaerunnisa Fitriyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 LEMBAR PENGESAHAN

KHAERUNNISA FITRIYANI

PELATIHAN KEMANDIRIAN BAGI KLIEN TUNA NETRA PSBN (PANTI SOSIAL BINA NETRA) WYATA GUNA SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MOTIVASI BEKERJA (Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003

PEMBIMBING II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M. Si NIP. 19710614 199803 1 002

Mengetahui,


(4)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(5)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja.(Studi Deskriptif

diPantiSosialBinaNetraWyataGuna Bandung)

KhaeunnisaFitriyani Khaerunnisa_91@yahoo.co.id

ABSTRAK.

Penelitianinimengacupadapermasalahanpokok “Bagaimanakahpelatihan kemandirian bagi klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai

Upaya Meningkatkan Motivasi

Bekerja”.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmemperolehgambarantentang: : 1) mengetahuiproses pelatihankemandiriandalammeningkatkanmotivasibekerjaklien tuna

netra PSBN WyataGuna, 2)

mengetahuihasildaripelatihankemandiriandalammeningkatkanmotivasibekerjaklien tuna

netra PSBN WyataGuna, 3)

mengetahuidampakpelatihankemandiriandalammeningkatkanmotivasibekerjaklienWyata Guna.

Tinjauankonseptualteoritikpenelitianinimencakupkonsepmotivasibekerja, konseppelatihan,

konsepkemandiriandanpelatihankemandiriansebagaibentukpendidikanluarsekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptifdenganpendekatankualitatif, dengansubyekpenelitiansebanyaktiga orang selakupesertapelatihankemandirian yang telahselesaimengikutipelatihan, kemudianpenelitimengadakantriangulasi data dengandua orang informanyaitunarasumberatau trainer dankasiresosialisasi.Adapunteknikpengumpulan

data yang digunakanadalahobservasi,

wawancaradantriangulasisebagaitelaahuntukmelihatkualifikasikeabsahan data.

Hasilpenelitiandiperoleh data daninformasimengenai1) proses pelatihan yang dilaksanakansudahbaik, pelatihandilaksanakansesuaiperencanaanawal yang disusunolehpelaksanadanterkaitaspekkeseluruhan proses sudahmencapaitujuanpelatihan., 2) hasilpelatihan yang terlihatsangatbaikperubahan yang terlihatsebelumdansesudahmengikutipelatihan.

Kinipesertapelatihansemakinluaspengetahuan,

keahliandanketerampilannyadansudahmampumengaplikasikannya, 3) dampakpelatihan yang menjadikanparapesertapelatihantermotivasiuntukbekeja, merekasemakinpercayadiridalammenjalanihidupdanuntukbekerjamaupunbekerjamaupunb erwirausaha.

Kesimpulanpenelitianiniadalahpelatihanmerupakanbagiandaripendidikan yang

menggambarkansuatu proses. Rangkaian proses

pelatihankemandirianinimenghasilkansebuahpeningkatanbaikkognitif, afektifmaupunpsikomotorikbagipesertapelatihankemandirian.

Dimanahaliniberdampakbesarbagikelangsunganhiduppesertasetelahselesaimengikutipelati haniniterutamadampaksosialdanekonominya.Adapun saran daripenelitianiniyaitukepadapenyelenggara agar dalam proses pelatihankemandirian yang akandiselenggarakanditahun yang akandatangsupayadisela-sela proses


(6)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

pelatihandisisipkan ice breaking.

Pesertapelatihankemandirianhendaknyamengikutikegiatanpembelajarandengansungguh-sungguhpelaksanaan,

karenapelatihankemandirianinisangatbermanfaatuntukpembekalandimasadepan Kata Kunci: pelatihan, kemandirian, upaya, motivasibekerja

Independence Training Client PSBN Blind ( Blind Children's Social Development ) as Wyata To Boost Your Work Motivation . ( Descriptive Study in Children's Social

Development WyataNetra To Bandung ) KhaeunnisaFitriyani

Khaerunnisa_91@yahoo.co.id ABSTRACT

This study refers to the fundamental problem , "How can the independence training for blind clients PSBN ( Social Institution BinaNetra ) Wyata To Boost Motivation For Work " . The purpose of this research is to gain an overview of :: 1 ) determine the training process of independence in enhancing client motivation to work blind PSBN Wyata order , 2 ) determine the result of self-reliance training to improve work motivation blind clients PSBN WyataGuna , 3 ) determine the impact of training independence in enhancing client motivation Wyata working order .

Theoretical conceptual overview of this research include the concept of motivation to work , training concept , the concept of independence and self-reliance as a form of educational training outside of school .

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach , the study subjects as many as three people whose independence trainee has completed the training, then researchers conduct data triangulation with two informants and resource persons or trainers cationresocialization . The data collection techniques used were observation , interviews and triangulation as a study to look at the validity of the qualification data.

Research results obtained data and information regarding 1 ) the training process has been well implemented , the training is conducted in accordance initial plan prepared by the implementing and related aspects of the whole process has reached the goal of training . , 2 ) the results look very good training changes seen before and after training . Trainees are now more extensive knowledge , expertise and skills and have been able to apply , 3 ) the impact of the training that makes the trainees motivated to bekeja , they became more confident in life and to work and work and entrepreneurship .

Conclusion This study is a part of the educational training that describes a process . The series of self-reliance training process produces an increase in both the cognitive , affective and psychomotor for trainees independence . Where this has huge implications for the survival of the participants after the completion of this training , especially the social and economic impact . The suggestion from this study that the organizers so that the independence of the training process to be held so that the coming year on the


(7)

v

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

sidelines of the training process pasted ice breaking . Independence trainee learning activities should follow the earnest implementation , since independence training is very useful for future debriefing


(8)

vi

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KATA MUTIARA

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Pemelitian 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 5

C.Tujuan Penelitian 6

D.Manfaat Penelitian 6

E.Struktur Organisasi 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Konsep Motivasi Kerja 9

1. Pengertian Motivasi Kerja 9

2. Model Pengukuran Motivasi 9

3. Teori-teori Motivasi 10

B.Konsep Pelatihan 12

1. Pengertian Pelatihan 12

2. Tujuan Pelatihan 13

3. Manfaat Pelatihan 14

4. Prinsip-prinsip Pelatihan 16

5. Komponen-komponen Pelatihan 17

6. Landasan-landasan Pelatihan 18


(9)

C.Konsep Kemandirian 22

1. Pengertian Kemandirian 22

2. Karakter dan Ciri-ciri Kemandirian 23

3. Kemandirian Pada Konsep Pendidikan Luar Sekolah 25

4. Tingkat Atau Tahap Kemandirian 26

5. Kemandirian Untuk Meningkatkan Kesejahteraan 27 D.Pelatihan Kemandirian Sebagai Bentuk Pendidikan Luar Sekolah 28

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 28

2. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 29

3. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 30

4. Cakupan Pendidikan Nonformal 31

5. Komponen Pendidikan Luar sekolah 33

6. Keterkaitan Pelatihan Dengan Pendidikan Luar Sekolah 36

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 38

B.Desain Penelitian 40

C.Metode Penelitian 41

D.Definisi Operasional 43

E.Instrumen Penelitian 44

F. Teknik Pengumpulan Data 46

G.Triangulasi Data 48

H.Analisis Data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51

1. Sejarah Umum PSBN Wyata Guna 51

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 51

3. Visi dan Misi PSBN Wyata Guna 52

4. Sarana dan Prasarana 53

5. Landasan Instansi 53

6. Pelayanan dan Resosialisasi 53

7. Resosialisasi 54

8. Struktur Organisasi 54

B.Gambaran Umum Pelatihan kemandirian 55

C.Identitas Informan 58

D.Deskripsi Hasil 61

1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 62


(10)

viii

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Motivasi Bekerja KlienPSBN Wyata Guna 73

3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 91

E.Pembahasan Hasil Penelitian 99

1. Proses Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 100

2. Hasil Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi Bekerja Klien PSBN Wyata Guna 104

3. Dampak Pelatihan Kemandirian Kemandirian dalam Meningkatkan

Motivasi BekerjA Klien PSBN Wyata Guna 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 109

B.Saran Penelitian 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Elemen Kemandirian 26

Table 4.1 Daftar Tabel Materi Pelatihan Kemandirian 57

Table 4.2 Identitas Subjek Penelitian 59

Table 4.3 Identitas Informan Penelitian 59

Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara (P1) Akbar Muslim 62 Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara (P2) Kahfi Ali Akbar 64 Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara (P3) Yusuf Kalla 66 Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara (NR) Chaerul Kismono 69 Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara (KR) Erna Lesmana 71 Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Kognitif 73 Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Afektif 75 Table 4.9 Catatan Hasil Wawancara P1 Aspek Psikomotorik 76 Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Kognitif 77 Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Afektif 78 Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Aspek Psikomotorik 79 Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Kognitif 80 Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Afektif 81 Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Aspek Psikomotorik 82 Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Kognitif 83 Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Afektif 84 Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Aspek Psikomotorik 86 Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Kognitif 87 Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Afektif 88 Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Aspek Psikomotorik 89 Table 4.4 Catatan Hasil Wawancara P1 Dampak Pelatihan 91 Table 4.5 Catatan Hasil Wawancara P2 Dampak Pelatihan 92 Table 4.6 Catatan Hasil Wawancara P3 Dampak Pelatihan 94 Table 4.7 Catatan Hasil Wawancara NR Dampak Pelatihan 96 Table 4.8 Catatan Hasil Wawancara KR Dampak Pelatihan 97


(12)

x

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 DAFTAR GAMBAR

2.1 Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow 10

2.2 Hubungan Fungsional Antara Komponen, Proses dan Tujuan

Pendidikan Nonformal 34


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Penelitian 2. Instrumen Penelitian 3. Pedoman observasi 4. SK Dosen Pembimbing 5. Surat Tanda Selesai Penelitian 6. Lembar Bimbingan Skripsi 7. Laporan Pelatihan Kemandirian 8. Foto-foto


(14)

1

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya motivasi kerja setiap individu.Sejak terjadinya krisis global pada tahun 1997 membawa Indonesia mendapat tekanan ekonomi yang cukup berat.Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah membawa permasalahan besar bagi kehidupan bangsa Indonesia dengan berbagai dampak negatifnya.Dampak negatif dari krisis ekonomi ini yaitu menyebabkan tingginya angka pengangguran dikarenakan semakin sempitnya lapakan pekerjaan.

Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 114,0 juta orang, bertambah sebanyak 3,2 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2012 sebanyak 110,8 juta orang atau bertambah 1,2 juta orang dibanding keadaan Februari 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 5,92 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2012 sebesar 6,14 persen dan TPT Februari 2012 sebesar 6,32 persen(Diakses tanggal 06/02/2014). [online].

Adapun penyebab banyaknya pengangguran yaitu, jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, kurangnya motivasi kerja dikalangan masyarakat, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi.Kemudian kurangnya ketermpilan masyarakat untuk dapat membuka peluang usaha.

Alma (2009: 88-89) mengemukakan bahwa : “Pada umumnya tingkah laku manusia dilakukan secara sadar, artinya selalu di dorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Disinilah letaknya peran penting dari


(15)

2

motivasi”.Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif

adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau implus.Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang

Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi kerja sebagai “proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.

Salah satu lembaga yang memberikan pengetahuan yang merangsang para peserta pelatihannya agar memiliki motivasi kerja yaitu Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung.Panti Sosial ini memberikan pelayanan rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, pelatihan keterampilan dan pelatihan kemandirian. Dimana pelatihan kemandirian ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang managemen pemasaran hasil keterampilan pijat, untuk meningkatkan pengetahuan dalam kegiatan usaha bagi klien tuna netra agar meningkatkan motivasi kerja, supaya setelah lulus dari pelatihan kemandirian mereka mampu untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu bekerja di panti pijat milik orang lain maupun membuka panti pijat sendiri.

Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara Indonesia lainnya yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat lainnya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Seperti individu lainnya.Penyandang cacat netra sebagai individu pada hakekatnya mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, oleh karena itu perlu adanya program khusus yaitu program usaha kesejahteraan sosial.

Kelainan pengelihatan pada seseorang secara praktis mengakibatkan hambatan terhadap kemampuan fisiknya untuk bergerak. Sebagaimana kita ketahui bahwa penderita kecacatan netra memiliki permasalahan yang seperti rendahnya pendidikan, kurangnya kepercayadirian , tingginya pengangguran,


(16)

3

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (bergaul), tidak memiliki kecakapan hidup maupun keterampilan bukan hanya dirasakan juga oleh keluarga dan lingkungannya.

Apabila permasalahan berkenaan dengan kecacatan netra dibiarkan maka semakin banyaknya penyandang kecacatan netra yang tidak bisa hidup mandiri selalu ketergantungan kepada orang awas atau normal, semakin banyak penyandang kecacatan netra yang tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya dan memilih untuk menutup diri.

Daya saing sumber daya manusia yang tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas SDM.Kualitas SDM yang diinginkan dan dibutuhkan saat ini yaitu SDM yang mampu melaksanakan pembangunan nasional secara inovatif, kreatif dan produktif.Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan pemberian pelatihan dan keterampilan pada penyandang cacat netra, sesuai minat, bakat dan kemampuannya.Pendidikan dan pelatihan keterampilan termasuk dalam garapan pendidikan non formal. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 26 menyebutkan bahwa “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan, pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional”

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia seutuhnya, melalui pendidikan hal tersebut dapat terarah dengan baik seperti yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara umum dikutip dari (UU Sisdiknas, 2003: 5) sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan tersebut diberikan melalui Pendidkan Luar Sekolah.Dalam sejarahnya Pendidikan Luar Sekolah telah berperan dalam mengembangakan


(17)

4

potensi manusia dewasa untuk meningkatkan kualitas diri dan taraf kehidupannya. Coombs dan Ahmed (Sudjana, 2004: 17), mengelompokan program-program pendidikan luar sekolah berkaitan dengan pengentasan kemiskinan menjadi empat kategori, yaitu (1) pendekatan pendidikan perluasan, (2) pendekatan pelatihan, (3) pendekatan pengembangan swadaya masyarakat, (4) pendekatan pembangunan terpadu

Peran penting pendidikan luar sekolah terhadap pengembangan pemberdayaan penyandang cacat dewasa sangat dibutuhkan dan motivasi tersendiri sebagai penggerak dan sesungguhnya banyak keuntungan yang diperoleh diantaranya mengurangi jumlah pengangguran menciptakan peluang kerja, menghindari diskriminasi, memperkokoh berbangsa dan bernegara.Upaya mengatasi serta meminimalisir hal tersebut perlu adanya suatu pelatihan yang merupakan salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah agar penyandang cacat netra dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi pelatihan yaitu, “Rehabilitasi pelatihan adalah kegiatan pelayanan pelatihan secara utuh dan terpadu agar penyandang cacat dapat memiliki keterampilan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna (PSBN) Bandung sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial RI di bawah Direktorat Jenderal Rehabiliatsi Sosial yang mempersiapkan para klien netra agar dapat berfungsi secara optimal di masyarakat. Selain menyediakan fasilitas yang memadai juga melaksanakan program kegiatan resosialisai yang merupakan suatu proses dari suatu sistem yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dari tahap awal sampai dengan Bimbingan Lanjutan.

Sesuai dengan fungsinya, PSBN memberikan layanan rehabilitasi pada tunanetra dewasa yang berusia antara 15-35 tahun. Selain diberikan keterampilan baca tulis dan persamaan SD (Paket A), klien Wyata Guna diberikan pelatihan kemandirian dengan tujuan untuk mempersiapkan para klien memiliki


(18)

5

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk mencapai kemandirian berwirausaha serta diharapkan klien akan dapat mengamalkan ilmunya dan memperoleh penghasilan setelah mengikuti program pelatihan kemandirian di PSBN Wyata Guna.

Untuk mendorong semangat mereka dalam mengamalkan hasil pelatihan di masyarakat secara produktif, pada akhir tahun ajaran diadakan program pelatihan kemandirian. Melalui program ini, klien dilatih bersosialisasi dengan masyarakat, teknik berkomunikasi ,diberikan dasar-dasar kewirausahaan melalui bimbingan management usaha dan kewirausahaan sehingga mampu berwirausaha secara mandiri di masyarakat. Dengan demikian, klien diarahkan untuk memiliki motivasi kerjaberbekal keterampilan dan pengetahuan yang telah didapatkan selama mengikuti pelatihan kemandirian.

Sebagai salah satu program yang wajib diikuti para klien sebelum berakhirnya masa rehabilitasi di PSBN, program kemandirian merupakan aspek penting yang memungkinkan klien tunanetra mengamalkan ilmunya secara produktif dan mandiri dengan penuh motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan kehidupannya serta berkiprah di tengah-tengah masyarakat.

Untuk mengetahui aspek-aspek dalam program kemandirian tersebut, penelitian ini mengambil judul: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja”.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa untuk mendorong semangat peserta pelatihan dalam mengamalkan hasil pelatihan di masyarakat secara produktif yaitu dengan mengikuti dengan sungguh-sungguh pelatihan kemandirian yang diselenggarakan PSBN Wyata Guna Bandung. Adapun hasil indentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(19)

6

a. Pelatihan kemandirian selalu diadakan setiap tahun bagi klien PSBN Wyata Guna peserta yang sudah lulus sudah mampu bekerja di panti pijat da nada juga yang sudah memiliki panti pijat sendiri.

b. Masih ada klien PSBN Wyata Guna yang masih ketergantungan dalam bekerja terhadap lembaga meskipun sudah diajarkan hidup mandiri.

c. Para penyandang cacat kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya dimasyarakat.

d. Persaingan kerja yang kompetitif di masyarakat semakin mengharuskan para penyandang cacat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan pelatihan kemandirian agar menjadi pribadi yang inovatif, kreatif dan produktif.

2. Rumusan masalah

Dari identifikasi masalah tersebut maka peneliti tertarik merumuskan masalah penelitian tersebut ke dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna?

b. Bagaimana hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna?

c. Bagaimana dampak pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja klien Wyata Guna?

C.Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang, rumusan dan pembatasan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gambaran proses pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna.

2. Mendeskripsikan hasil dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi kerja klien tuna netra PSBN Wyata Guna .

3. Mendeskripsikan dampak pelatihan kemandiriaan dalam meningkatkan motivasi kerja klien Wyata Guna


(20)

7

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, instansi terkait, maupun masyarakat luas. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan luar sekolah.

1. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya konsep, teori dan wawasan peneliti dan akademik bidang Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh peneliti di bangku perkuliahan dan bisa di aplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, manfaat penelitian ini adalah untuk mengamalkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan terkait proposal skripsi berjudul “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha”. Serta membawa perguruan tinggi pada waktu terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian.

4. Bagi PSBN Wyataguna, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan masukan bagi instansi terkait dalam meningkatkan pengembangan SDM melalui penelitian.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya maka penulis memerikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.


(21)

8

Bab II, Kajian Teoritis, bab ini berisikan konsep-konsep mengenai pendidikan luar sekolah, pelatihan, kemandirian, dan motivasi kerja untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan.

Bab III, Metode Penelitian, bab ini berisikan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV, Hasil Penelitian Dan Pembahasan, bab ini memeparkan pengolahan data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian.

Bab V, Kesimpulan Dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari peneliti yang dirumuskan dari hasil penelitian di lapangan.


(22)

38

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan analisis data

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung yang berberlokasi di jalan Padjajaran No. 52 Bandung. Lokasi ini dipilih karena Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna merupakan unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial dilingkungan kementrian sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada dirjen rahabilitasi sosial kementrian sosial. Peneliti tertarik melakukan penelitian di PSBN Wyata Guna karena dalam resosialisasi ada program pelatihan kemandirian dimana pelatihan merupakan salah satu satuan dari Pendidikan Luar Sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber informasi dari mana data dapat didapat (Arikunto, 2006: 129). Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. atau dapat pula disebut sebagai subjek penelitian atau responden (kuantitatif). Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam pelatihan kemandirian bagi klien tuna netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha yaitu peserta pelatihan kemandirian yang terdiri dari klien PSBN Wyata Guna. Sumber yang diperlukan dalam memenuhi


(23)

39

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

data adalah sebanyak tiga orang selaku peserta pelatihan kemandirian yang telah selesai mengikuti pelatihan diambil 3 peserta yang masuk peringkat 1-10 dalam pelatihan, kemudian peneliti mengadakan triangulasi data dengan satu orang narasumber atau trainer dan kasi resosialisasi.

Alasan peneliti memilih tiga orang subjek penelitian didasarkan pada apa yang dikemukakan oleh nasution (1988) dalam Irfan (2012: 47), bahwa metode kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sample banyak. Populasi tergantung pada konsep yang dipakai dan terbatas pada unit penelitiannya. Jumlah subjek penelitian tidak ditentukan secara ketat, tetapi tergantung pada tercapainya

“redudancy”, yaitu ketuntasan atau kejenuhan data, artinya bahwa dengan

menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 2003 :33).

Penentuan subjek pada penelitian ini berdasarkan pernyataan Sugiyono (2012: 218-219) bahwa: “penentuan sumber data pada orang yang akan diwawancarai maupun observasi dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.

Spadly dalam (Sugiyono, 2012: 221), sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu:

a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. Dari para peserta pelatihan kemandirian, peneliti akan menggali data dan informasi mengenai hasil dari pelatihan setelah dan sebelum mengikuti pelatihan, pemahaman dan pengetahuan serta menggali informasi terkait dampak setelah mengikuti pelatihan kemandirian terhadap motivasi berwirausaha. Dari Kasi Resosialisasi data yang digali yaitu terkait proses dari pelatihan, hasil dan dampak pelatihan sedangkan dari narasumber informasi yang akan digali yaitu materi, metode dan hasil pelatihan.


(24)

40

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

B.Desain Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Aktivitas pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun rancangan penelitian atau proposal penelitian yang diajukan dewan skripsi. Setelah disetujui kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing, kemudian selanjutnya peneliti mengurus surat perizinan setelah mengajukan surat perizinan ke lembaga terkait kemudian peneliti observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jalan Padjajaran No.52. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan agar memperoleh gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada di lokasi, yang akan dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian di Panti Sosial Bina Netra.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan penyelenggara program pelatihan kemandirian untuk mencari apakah fokus masalah yang akan dikaji ada atau tidak. Sebelum menginjak tahap penelitian secara mendalam peneliti memilih informan bernama Ibu Erna lesmana selaku Kasi Resosialisasi di PSBN Wyata Guna yang menjadi pengelola dalam program pelatihan kemandirian untuk sedikit menggali kondisi serta situasi program yang akan diteliti.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada aktivitas ini, peneliti menggali informasi data secara keseluruhan dan mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subjek penelitian, melakukan pendekatan permulaan terhadap lingkungan kegiatan, kegiatan pembelajaran pelatihan, menentukan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber. Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data


(25)

41

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu objek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, obsevasi, pengamatan dan dokumen resmi yang diberikan oleh pihak Wyata Guna. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan data, analisa data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul. Tahapan ini merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian, setelah berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan, serta laporan pun dibuat sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku di Universitas.

C.Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan


(26)

42

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.

Metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia yang dilakukan secara empirik, rasional dan terstruktur. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Penelitian merupakan kegiatan mengkaji secara teliti dan literatur dalam suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan pemahaman seseorang akan sesuatu. Dilakukannya penelitian karena adanya persoalan. Persoalan ini merupakan segala sesuatu yang dihadapi dan dirasakan seseorang menimbulkan keingintahuan untuk membahas, mencari jawaban dan menemukan cara penyelesaiannya.

Penelitian ini bermaksud untuk menperoleh gambaran secara mendalam tentang, proses, hasil dan dampak dari pelatihan kemandirian bagi klien PSBN Wyata Guna sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha, maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif, Menurut Whintney (1960) dalam Nazir (2009: 54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana diungkapkan oleh moleong (2009: 6) bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.


(27)

43

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Alasan peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui seperti apa dampak dari pelatihan kemandirian dalam meningkatkan motivasi berwirausaha klien PSBN Wyata Guna. Masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini yang pertama adalah proses pelatihan kemandirian. Kedua, hasil dari pelatihan kemandirian. Ketiga, dampak dari pelatihan kemandirian sebagai upaya meningkatkan motivasi berwirausaha.

D.Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun operasional, yaitu sebagai berikut

1. Pelatihan Kemandirian

Pelatihan atau training diartikan sebagai suatu pengajaran tertentu yang tujuannya telah ditentukan secara jelas, biasanya dapat diragakan, yang menghendaki peserta dan penilaian terhadap perbaikan unjuk kerja peserta didik. (Good dalam Marzuki, 2012: 175).

Kemandirian merupakan kepribadian atau sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap orang yang di dalamnya terkandung unsur-unsur dengan watak-watak yang ada di dalamnya perlu dikembangkan agar tumbuh menyatu dalam setiap gerak kehidupan manusia (Kamil, 2012: 136).

Pelatihan Kemandirian yang dimaksud yaitu pelatihan yang di peruntukan bagi klien tuna netra PSBN Wyata Guna yang hendak terjun di dunia kerja dan masyarakat sehingga peserta pelatihan mampu mengamalkan ilmu yang didapatkan dan mampu menjadi orang yang produktif di masyarakat

2. Klien Tunanetra

Klien menurut Departemen Sosial RI adalah Orang baik secara individu maupun kelompok yang mengalami masalah dan menerima pelayanan sosial.

Tunanetra adalah anak yang tidak dapat melihat atau mungkin masih punya sisa pengelihatan dimana sisa pengelihatan itu tidak dapat digunakan untuk


(28)

44

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

mengikuti pendidikan. Netra berarti pengelihatan yang kurang lihat atau kurang awas, tuna adalah rusak atau kurang pengelihatan (Suryanah, 1996: 215).

Klien Tunanetra yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu para difabel netra yang mengikuti berbagai aktifitas termasuk pelatihan kemandirian di Panti Sosial bina netra Wyata Guna. yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu peserta didik tuna netra yang mengikuti pelatihan kemandirian di PSBN Wyata Guna.

3. Motivasi Bekerja

Motivasi Bekerja adalahSamsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai “proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau

kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan”.

Adapun yang dimaksud motivasi bekerja dalam penelitian ini adalah dorongan yang timbul pada diri peserta pelatihan kemandirian untuk melakukan kegiatan bekerja dibidang pijat shiatsu maupun massage guna memenuhi kebutuhannya tanpa tergantung pada orang lain.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek peneliti belum jelas dan pasti masalahnya, sumber data, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.Oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2012: 223)

menyatakan “the researcher is the key instrument”. Peneliti adalah merupakan

instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Dalam hal instrument penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:223) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.


(29)

45

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Maksud pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009: 223) mengungkapkan bahwa peneliti berperan sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk menset hipotesis yang timbul seketika.

Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti berupaya menyelami dunia penelitian yang sedang diteliti. Dengan demikian data yang dihasilkan dapat memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan bagi peneliti, sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat memenuhi syarat-syarat penelitian kualitatif. Instrumen penelitian kualitatif disusun dalam tiga macam, yaitu pedoman wawancara untuk alumni atau lulusan peserta pelatihan kemandirian, narasumber, dan penyelenggara pelatihan kemandirian.

Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Dengan melakukan wawancara peneliti akan lebih mendalam mengetahui hal-hal yang lebih mendalam.

Susan Stainback (Sugiono, 2012:232), mengemukakan bahwa:

Interviewing provide the research a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained though observation alone. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.


(30)

46

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Wawancara tersebut digunakan dalam mengungkapkan proses pelatihan, hasil yang telah dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan kemandirian serta dampak yang terjadi setelah peserta mengikuti pelatihan kemandirian. pada penelitian ini, peneliti menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada peserta pelatihan, pelatih atau narasumber, serta penyelenggara.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal hingga akhir tentang aktivitas kita.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Adapun teknik mengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah melihat, mengkaji dan menganalisis suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dan menemukan makna yang ada di dalamnya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan dalam pengumpulan data, ataupun teknik tersebut adalah observasi (pengamatan), wawancara, studi dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono (2012: 226)

menyatakam bahwa “though observation, the research learn about behavior and

the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan perilaku dari perilaku tersebut.


(31)

47

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Observasi yang dilakukan merupakan observasi pasif yang artinya peneliti dalam observasi tidak melebur dalam proses penyelenggaraan kegiatan dan praktek di lapangan, namun tetap melakukan fungsi pengamatan. Alat yang digunakan selain diri sendiri juga dibantu buku catatan lapangan, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan peserta pelatihan kemandirian yang melakukan kegiatan setelah lulus. Melalui observasi data yang dikumpulkan lebih objektif sesuai keadaan yang sesungguhnya, yakni data dan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Merujuk pada pendapat tersebut peneliti akan melakukan observasi di tempat penelitian yaitu Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyataguna dan akan mengobservasi mengenai Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja.

2. Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266) dalam Moleong (2009: 186), antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Hal yang harus diperhatikan peneliti dalam melakukan wawancara adalah dengan memanfaatkan informan kunci atau primer maupun informan sekunder. Informan kunci atau primer dalam penelitian ini adalah para klien yakni peserta pelatihan kemandirian yang sudah lulus. Sedangkan informan sekunder adalah orang yang sangat menguasai bidang yang akan diteliti, baik dari sisi organisasi , kegiatan atau program yakni pihak penyelenggara yaitu pengelola atau Kasi Resosialisasi dan Narasumber.


(32)

48

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2012: 240). Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan. Sasaran studi dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan penyelengaraan pelatihan kemandirian di PSBN Wyata Guna.

G.Triangulasi Data

Sugiyono (2012: 241) triangulasi diartikan “sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dari

sumber yang telah ada”. Karena peneliti penggunakan teknik triangulasi data,

maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi patif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2012: 241).

Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data bermacam-macam dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan akan di deskripsikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan spesifik berdasarkan sumber data, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.


(33)

49

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu menggabungkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi proses pelatihan, narasumbe atau trainer, Kasi Resosialisasai atau pengelola pelatihan, dan lulusan dari pelatihan.

H.Analisis Data

Nasution dalam Sugiyono (2012: 244) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan pada data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah data tersebut diterima atau ditolak

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 247-252) sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi Data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti merangkum dan memilah milih data


(34)

50

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi fokus pernasalahan penelitian.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam

hal ini Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:249) menyatakan “the most

frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Untuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka peneliti akan melakukan klarifikasi data serta memberikan penggolongan kembali data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan penelitian yang dilakukan kepada sumber data.

3. Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012: 252) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber serta kasi resosialisasi atau pengelola pelatihan.


(35)

109

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan MotivasiBekerja”.

A.Kesimpulan

Panti Sosial Bina Netra adalah unit pelaksanaan teknis dibidang rehabilitasi dan pelayan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Rehabilitasi Sosial kementrian Sosial. PSBN Wyata Guna Bandung mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial pelatihan kemandirian, sosialisasi dan bimbingan lanjut bagi para Penyandang cacat netra agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi dan rujukan.

Pelatihan kemandirian merupakan salah satu program resosialisasi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta pelatihan agar mandiri dengan program kewirausahaan yang dituangkan dalam bentuk pelatihan kemandirian dan memberi pembekalan kepada peserta pelatihan agar mempersiapkan dirinya dalam penyaluran kerja ataupun dalam pembekalan untuk membuka usaha dibidang pijat. Keberhasilan program pelatihan kemandirian ini ditentukan oleh keterampilan penyelenggara dala mengelola program.

Melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan dapat meningkatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, serta memiliki wawasan bekerja dan


(36)

110

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

wawasan kewirausahaan sehingga dapat memotivasi peserta untuk bekerja. Selain itu melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan dapat bekerja secara mandiri atau bekerja di panti pijat. Agar mendapatkan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Proses Pelatihan Kemandirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Proses pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra sudah sangat baik hal tersebut terlihat dari perubahan yang dialami sebagian besar peserta, meskipun ada beberapa peserta yang masih kurang mandiri karena merasa takut untuk bepergian sendirian. Kemudian dalam proses pelatihan kemandirian ini fasilitas seperti sarana dan prasarana sudah sangat lengkap, media pembelajaran serta metode yang disajikan narasumber disesuaikan dengan kondisi peserta pelatihan. Sebagian besar materi yang disajikan dalam pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, seperti teknik komunikasi, etika masseur, kewirausahaan, pembinaan sikap, mental dan kemandirian, management klinik panti dan materi pendukung lainnya.

Selama proses pembelajaran dalam pelatihan kemandirian narasumber memaparkan materi sesuai dengan bidang ilmu meskipun ada peserta yang menganggap belum sesuai. Proses pelatihan yang diselenggarakan pihak Panti Sosial Bina Netra Bandung sudah sesuai dengan kebutuhan para peserta, klien atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi subyek penelitian sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi untuk bekerja dan mencari nafkah guna meningkatkan kehidupan ekonominya dimasa depan.

2. Hasil Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Hasil pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan klien atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi subyek penelitian


(37)

111

Khaerunnisa Fitriyani, 2014

sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi untuk bekerja serta metode pembelajaran yang disajikan sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian peserta mempunyai perubahan sikap dan perilaku yang positif serta keterampilan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta dalam menjalani kehidupan dan merasa mampu untuk bekerja ataupun membuka usaha pijat.

Pada umumnya semua peserta pelatihan kemandirian telah terampil dengan keahliannya mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Kemandirian yang mereka dapatkan membuat mereka mampu memasarkan jasa pijatnya sendiri

3. Dampak Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Dampak pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra Bandung bagi klien tunanetra telah mampu memotivasi peserta pelatihan untuk bekerja dan membangkitkan rasa percaya diri mereka dengan semua pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan.

Hal tersebut dirasakan memberikan dampak positif terhadap peningkatan motivasi berkerja bagi para peserta pelatihan kemandirian. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian ini ketiga subjek penelitian memiliki sikap mandiri dan percaya diri untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya untuk bekerja ditengah-tengah masyarakat.

B.Saran

Berdasarkantemuan penelitian tentang proses, hasil dan dampak pelatihan kemandirian dalam upaya meningkatkan motivasi bekerjs, menunjukan bahwa pelatihan sudah berjalan dengan baik sudah dengan aspek dan indikator adanya peningkatan pengetahuan, kepercayaan diri dan motivasi berwirausaha. Akan tetapi dalam beberapa hal masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengajukan saran dengan rumusan sebagai berikut:


(38)

112

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna

1. Proses pelatihan kemandirian ini tidak terlepas dari peran penyelenggara, narasumber dan peserta pelatihan. Dalam proses ini ada kekurangan dan kelebihannya. Peneliti memberikan saran kepada penyelenggara agar dalam proses pelatihan kemandirian yang akan diselenggarakan ditahun yang akan datang supaya disela-sela proses pelatihan disisipkan ice breaking atau sedikit games agar peserta tidak merasa jenuh. Kemudian untuk narasumber supaya lebih disesuaikan antara bidang ilmu yang dimiliki dengan materi yang akan disampaikan peserta, agar peserta lebih paham dan cepat dalam menangkap materi yang disajikan.

2. Berkenaan dengan hasil pelatihan, peserta pelatihan kemandirian hendaknya mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh pelaksanaan, karenapelatihan kemandirian ini sangat bermanfaat untuk pembekalan dimasa depan terutama dalam membuka usaha panti pijat dan mampu meningkatkan motivasi bekerja dan rasa percaya diri.

3. Sekaitan dengan dampak pelatihan kemandirian,Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung, sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan luar sekolah, hendaknya menambah mitra dengan pihak lain untuk memperluas jejaring dalam menyalurkan lulusan program pelatihan kemandirian dan yang paling penting bahwa dalam proses perencanaan, narasumber mampu memberikan materi sesuai bidang keilmuan yang dikuasai agar peserta lebih paham terhadap materi-materi yang disampaikan. Kemudian untuk peserta setelah mengikuti pelatihan kemandirian diharapkan mampu lebih mandiri serta rajin menggali berbagai potensi pembiayaan sebagai modal membuka panti pijat, sehingga keahlian yang sudah dimiliki dapat segera dipraktekan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku :

Arikunto, S.2006. ProsedurPenelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Kamil, Mustofa.2012. Model Pendidikan DanPelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung: Alfabeta.

KamusSakuBahasa Indonesia. 2010. Yogyakarta: Tim BentangPustaka..

Makmun, A.S. 2004.PsikologiKependidikanPerangkatSistemPengajaranModul. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mangkunegara. A. P.2005. EvaluasiKinerja. Bandung: RevikaAditama. Marzuki, S. M. 2012. Pendidikan

Nonformal:DimensidalamKeaksaraanFungsional,Pelatihan, danAndragogi. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Megaton,

Y.danTarmizi.BahanDasarUntukPelayananKonselingPadaSatuanPendidikan MenengahJilid II. Jakarta: Grasindo.

Moleong, L. J. 2004. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Nazir, M. 2009. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Samsudin, S.2005. ManagemenSumberDayaManusia. Bandung: PustakaSetia. Semiawan, C.1997. PerspektifPendidikanAnakBerbakat. Jakarta: Grasindo Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Surya, M.2004. PsikologiPembelajaran&Pengajaran.Bandung: PustakaBaniQuraisy.

Suryanah.1996. KeperawatanAnakUntukSiswa SPK. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.


(40)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 SumberSkripsidanDisertasi :

Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Irvan, M. (2012).Dampak program kursusketerampilan Home Industry kerajinan patungtanimarterhadapkreativitaspengrajin. SkripsiSarjana pada PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mushofa, A. (2010) PerbedaanMotivasiBerwirausahaAntaraSiswa SMK dan SMA Di Jakarta Timur. SkripsiSarjanapadaFakultasPsikologi UIN Hidayatullah Jakarta: tidakditerbitkan.

SumberLain :

Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Panti Sosial Bina Netra Wyata

Guna.2012.LaporanKegiatanLatihanKemandirianKlien PSBN WyataGuna Bandung.Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral

Rehabilitasi Sosial.

Peraturan pemerintah RI No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi Pelatihan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentangsistem pendidikan nasional

Undang-UndangSistemPendidikanNasionalNo 20 tahun 2003 Pasal 26

Internet :

BadanPusatStatistik. 2013. Tingkat Pengangguran Terbuka. In Google online [Online].


(1)

109

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: “Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai Upaya Meningkatkan MotivasiBekerja”.

A.Kesimpulan

Panti Sosial Bina Netra adalah unit pelaksanaan teknis dibidang rehabilitasi dan pelayan sosial dilingkungan Kementrian Sosial, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Rehabilitasi Sosial kementrian Sosial. PSBN Wyata Guna Bandung mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial pelatihan kemandirian, sosialisasi dan bimbingan lanjut bagi para Penyandang cacat netra agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi dan rujukan.

Pelatihan kemandirian merupakan salah satu program resosialisasi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta pelatihan agar mandiri dengan program kewirausahaan yang dituangkan dalam bentuk pelatihan kemandirian dan memberi pembekalan kepada peserta pelatihan agar mempersiapkan dirinya dalam penyaluran kerja ataupun dalam pembekalan untuk membuka usaha dibidang pijat. Keberhasilan program pelatihan kemandirian ini ditentukan oleh keterampilan penyelenggara dala mengelola program.

Melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan dapat meningkatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, serta memiliki wawasan bekerja dan


(2)

110

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja (Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung)

wawasan kewirausahaan sehingga dapat memotivasi peserta untuk bekerja. Selain itu melalui program pelatihan kemandirian ini diharapkan peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan dapat bekerja secara mandiri atau bekerja di panti pijat. Agar mendapatkan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Proses Pelatihan Kemandirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Proses pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra sudah sangat baik hal tersebut terlihat dari perubahan yang dialami sebagian besar peserta, meskipun ada beberapa peserta yang masih kurang mandiri karena merasa takut untuk bepergian sendirian. Kemudian dalam proses pelatihan kemandirian ini fasilitas seperti sarana dan prasarana sudah sangat lengkap, media pembelajaran serta metode yang disajikan narasumber disesuaikan dengan kondisi peserta pelatihan. Sebagian besar materi yang disajikan dalam pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan, seperti teknik komunikasi, etika masseur, kewirausahaan, pembinaan sikap, mental dan kemandirian, management klinik panti dan materi pendukung lainnya.

Selama proses pembelajaran dalam pelatihan kemandirian narasumber memaparkan materi sesuai dengan bidang ilmu meskipun ada peserta yang menganggap belum sesuai. Proses pelatihan yang diselenggarakan pihak Panti Sosial Bina Netra Bandung sudah sesuai dengan kebutuhan para peserta, klien atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi subyek penelitian sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi untuk bekerja dan mencari nafkah guna meningkatkan kehidupan ekonominya dimasa depan.

2. Hasil Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Hasil pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan klien atau peserta pelatihan kemandirian di Panti Sosial Bina Netra yang menjadi subyek penelitian


(3)

111

sebagian besar menganggap peningkatan pengetahuan yang mereka dapatkan dipengaruhi dengan materi-materi yang sangat menunjang mereka termotivasi untuk bekerja serta metode pembelajaran yang disajikan sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian peserta mempunyai perubahan sikap dan perilaku yang positif serta keterampilan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta dalam menjalani kehidupan dan merasa mampu untuk bekerja ataupun membuka usaha pijat.

Pada umumnya semua peserta pelatihan kemandirian telah terampil dengan keahliannya mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Kemandirian yang mereka dapatkan membuat mereka mampu memasarkan jasa pijatnya sendiri

3. Dampak Pelatihan Kemndirian dalam Meningkatkan Motivasi Bekerja

Klien Tunanetra PSBN Wyata guna.

Dampak pelatihan kemandirian yang diselenggarakan Panti Sosial Bina Netra Bandung bagi klien tunanetra telah mampu memotivasi peserta pelatihan untuk bekerja dan membangkitkan rasa percaya diri mereka dengan semua pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan.

Hal tersebut dirasakan memberikan dampak positif terhadap peningkatan motivasi berkerja bagi para peserta pelatihan kemandirian. Setelah mengikuti pelatihan kemandirian ini ketiga subjek penelitian memiliki sikap mandiri dan percaya diri untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya untuk bekerja ditengah-tengah masyarakat.

B.Saran

Berdasarkantemuan penelitian tentang proses, hasil dan dampak pelatihan kemandirian dalam upaya meningkatkan motivasi bekerjs, menunjukan bahwa pelatihan sudah berjalan dengan baik sudah dengan aspek dan indikator adanya peningkatan pengetahuan, kepercayaan diri dan motivasi berwirausaha. Akan tetapi dalam beberapa hal masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengajukan saran dengan rumusan sebagai berikut:


(4)

112

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja (Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung)

1. Proses pelatihan kemandirian ini tidak terlepas dari peran penyelenggara, narasumber dan peserta pelatihan. Dalam proses ini ada kekurangan dan kelebihannya. Peneliti memberikan saran kepada penyelenggara agar dalam proses pelatihan kemandirian yang akan diselenggarakan ditahun yang akan datang supaya disela-sela proses pelatihan disisipkan ice breaking atau sedikit games agar peserta tidak merasa jenuh. Kemudian untuk narasumber supaya lebih disesuaikan antara bidang ilmu yang dimiliki dengan materi yang akan disampaikan peserta, agar peserta lebih paham dan cepat dalam menangkap materi yang disajikan.

2. Berkenaan dengan hasil pelatihan, peserta pelatihan kemandirian hendaknya mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh pelaksanaan, karenapelatihan kemandirian ini sangat bermanfaat untuk pembekalan dimasa depan terutama dalam membuka usaha panti pijat dan mampu meningkatkan motivasi bekerja dan rasa percaya diri.

3. Sekaitan dengan dampak pelatihan kemandirian,Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung, sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan luar sekolah, hendaknya menambah mitra dengan pihak lain untuk memperluas jejaring dalam menyalurkan lulusan program pelatihan kemandirian dan yang paling penting bahwa dalam proses perencanaan, narasumber mampu memberikan materi sesuai bidang keilmuan yang dikuasai agar peserta lebih paham terhadap materi-materi yang disampaikan. Kemudian untuk peserta setelah mengikuti pelatihan kemandirian diharapkan mampu lebih mandiri serta rajin menggali berbagai potensi pembiayaan sebagai modal membuka panti pijat, sehingga keahlian yang sudah dimiliki dapat segera dipraktekan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku :

Arikunto, S.2006. ProsedurPenelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Kamil, Mustofa.2012. Model Pendidikan DanPelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung: Alfabeta.

KamusSakuBahasa Indonesia. 2010. Yogyakarta: Tim BentangPustaka..

Makmun, A.S. 2004.PsikologiKependidikanPerangkatSistemPengajaranModul. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Mangkunegara. A. P.2005. EvaluasiKinerja. Bandung: RevikaAditama. Marzuki, S. M. 2012. Pendidikan

Nonformal:DimensidalamKeaksaraanFungsional,Pelatihan, danAndragogi.

Bandung: PT RemajaRosdakarya. Megaton,

Y.danTarmizi.BahanDasarUntukPelayananKonselingPadaSatuanPendidikan MenengahJilid II. Jakarta: Grasindo.

Moleong, L. J. 2004. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Nazir, M. 2009. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Samsudin, S.2005. ManagemenSumberDayaManusia. Bandung: PustakaSetia. Semiawan, C.1997. PerspektifPendidikanAnakBerbakat. Jakarta: Grasindo Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Surya, M.2004. PsikologiPembelajaran&Pengajaran.Bandung: PustakaBaniQuraisy.

Suryanah.1996. KeperawatanAnakUntukSiswa SPK. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.


(6)

Khaerunnisa Fitriyani, 2014 Pelatihan Kemandirian Bagi Klien Tuna Netra Psbn (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Bekerja (Studi Deskriptif diPanti Sosial Bina Netra Bandung) SumberSkripsidanDisertasi :

Hidayat, Syarif. (2009). Pengembangan Mode Pembelajaran Keterampilan

Fungsional pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket B untuk Peningkatan Kemandirian Warga Belajar. Disertasi Doktor pada FIP UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Irvan, M. (2012).Dampak program kursusketerampilan Home Industry kerajinan

patungtanimarterhadapkreativitaspengrajin. SkripsiSarjana pada PLS

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mushofa, A. (2010) PerbedaanMotivasiBerwirausahaAntaraSiswa SMK dan SMA

Di Jakarta Timur. SkripsiSarjanapadaFakultasPsikologi UIN Hidayatullah

Jakarta: tidakditerbitkan.

SumberLain :

Kartadinata, Sunaryo. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Panti Sosial Bina Netra Wyata

Guna.2012.LaporanKegiatanLatihanKemandirianKlien PSBN WyataGuna

Bandung.Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral

Rehabilitasi Sosial.

Peraturan pemerintah RI No. 43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat pasal 1 mengenai Rehabilitasi Pelatihan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentangsistem pendidikan nasional

Undang-UndangSistemPendidikanNasionalNo 20 tahun 2003 Pasal 26

Internet :

BadanPusatStatistik. 2013. Tingkat Pengangguran Terbuka. In Google online [Online].