ANALISIS KETERAMPILAN PROSES PADA PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP.
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES PADA PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Oleh DIAN SARIATI
1101661
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES PADA PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP
Oleh Dian Sariati
S.Pd IKIP Bandung, 1995
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pascasarjana
© Dian Sariati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
(3)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
PEMBIMBING I,
Dr. Sri Anggraeni, M. S NIP. 195801261987032001
PEMBIMBING II,
Dr. Taufik Rahman, M. Pd NIP. 196201151987031002
Diketahui oleh
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi
Dr. H. Riandi, M. Si NIP. 196305011988031002
(4)
(5)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES PADA PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI
DAN DAMPAKNYA TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses pada penggunaan hierarki inkuiri dan dampaknya terhadap literasi sains siswa SMP dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan pada proses pembelajaran yang menggunakan empat level hierarki dengan sampel satu kelas siswa SMP dimana masing-masing level pembelajaran ini memunculkan prosentase keterampilan proses yang berbeda. Analisis keterampilan proses dilakukan dengan melakukan observasi keterampilan proses dengan data tambahan berupa observasi pelaksanaan pembelajaran dalam memunculkan keterampilan proses, analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), angket siswa dan wawancara. Dampak penggunaan hierarki inkuiri terhadap literasi sains dijaring melalui soal-soal literasi sains dari PISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan hierarki inkuiri pada pembelajaran
Discovery Learning yang memunculkan keterampilan proses Rudimentary Skill berada
pada kategori kurang sekali (50,5%). Pembelajaran Interactive Demonstration yang memunculkan keterampilan proses Basic Skill dengan kategori cukup (63,2%). Pembelajaran Inquiry Lesson yang memunculkan keterampilan proses Intermediate
Skill dengan kriteria kurang sekali (46,5%), dan untuk pembelajaran Inquiry Lab (Guided Inquiry) yang memunculkan keterampilan proses Integrated Skill memperoleh
kriteria baik (76,8%). Dampak pembelajaran pada penggunaan hierarki inkuiri ini terhadap literasi sains menunjukkan peningkatan yang rendah dengan N-Gain sebesar 0,06. Rata-rata prosentase pada empat keterampilan proses berada pada kategori kurang (59,3%) dan peningkatan literasi sains yang rendah pada penggunaan hierarki inkuiri ini mendorong untuk diupayakannya peningkatan kemampuan inkuiri ilmiah guru dan pengembangan pembelajaran yang menggunakan inkuiri, karena hal ini berdampak pada peningkatan keterampilan proses siswa yang juga merupakan faktor dalam peningkatan literasi sains siswa.
(6)
ANALYSIS OF PROCESS SKILL
ON THE USE OF INQUIRY HIERARCHY AND THE IMPACT TO SCIENTIFIC LITERACY AT JUNIOR HIGH SCHOOL
ABSTRACT
The study aimed to analyze process skill on the use of hierarchy inquiry and the impact to the scientific literacy at Junior High School, using Descriptive Research Methods. The study focused on learning process using four hierarchy levels with sample of a class at Junior High School in which each learning level produced different process skill. The analysis was done by observing the process skill and supported by addition data in form of implementation of learning process that brought out the process skill, analysis of Lesson Plan (RPP), students questionnaires and interviews. The impact of implementation of inquiry hierarchy to scientific literacy was concluded by using scientific literacy questions from PISA. The result showed that inquiry hierarchy of learning in Discovery Learning that brought out Rudimentary Skill process was in low category (50,5%), Interactive Demonstration Learning that brought out Basic Skill process was in fair category (63,2%), Inquiry Lesson Learning that brought out
Intermediate Skill process was in low category (46,5%), and Inquiry Lab (Guided Inquiry) Learning that brought out Integrated Skill process was in good category
(76,8%). The impact of implementation of inquiry hierarchy to scientific literacy showed low enhancement, with N-Gain value only 0.06. The average percentage of four process skill is at less category (59,3%) and the low scientific literacy in the implementation of inquiry hierarchy encourages to be striven for the improvement of
teachers’ inquiry ability and development learning process to use inquiry because it
gives impact of the improvement of students’ process skill which is the key for the
improvement of students’ scientific literacy.
(7)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………... i
KATA PENGANTAR ……….. iii
DAFTAR ISI ……….. . . v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
LAMPIRAN ……….. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ……… 1
B. Rumusan Masalah ……….. 4
C. Batasan Masalah .. ……….. 4
D. Tujuan Penelitian ………... . 5
E. Manfaat Penelitian ……….………. 5
BAB II PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN LITERASI SAINS A. Inkuiri………... 7
B. Hierarki dalam Inkuiri ……….. 10
1. Pengertian Hierarki Inkuiri ……… 10
2. Kelebihan dan Kekurangan dalam Penggunaan Hierarki Inkuiri …….. 13
C. Keterampilan Proses ……… 17
1. Pengertian Keterampilan Proses ………... 17
2. Keterampilan Proses Dalam Hierarki Inkuiri ………... 20
D. Literasi Sains ……… 26
1. Konteks Literasi Sains ……….. 27
2. Kompetensi Ilmiah ………... 28
3. Pengetahuan Ilmiah ……….. 29
4. Sikap terhadap Sains ……… 29
(8)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ……… 32
B. Definisi Operasional ……… 32
C. Lokasi dan Subjek Tempat Penelitian ……….. 33
D. Instrumen Penelitian ……….... 33
E. Prosedur dan Pengumpulan Data ……… 38
F. Analisis Data Penelitian ..…….………... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 49
1. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ...………. 49
2. Hasil Observasi Keterampilan Proses …….………... 55
3. Hasil Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……… 59
4. Hasil Angket ………. 60
5. Hasil Tes Literasi Sains ………. 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 69
1. Analisis Keterampilan Proses ……… 69
2. Keterkaitan proses pembelajaran dengan keterampilan proses yang dimunculkan ………... 83
3. Dampak Penggunaan Pembelajaran Hierarki Inkuiri Terhadap Literasi Sains ………... 86
4. Keterkaitan hasil analisis keterampilan proses siswa dengan skor literasi sains siswa ……… 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 89
B. Saran ……… 90
(9)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tujuan Primer Pedagogis Tiap Level dalam Hierarki Inkuiri…………... 11
2.2 Sintaks pada Tiap Level dalam Hierarki Inkuiri………... 14
2.3 Indikator Keterampilan Proses ……… 24
2.4 Keterampilan Proses pada tiap level hierarki inkuiri……… 25
2.5 Aspek-Aspek dalam Kompetensi Ilmiah PISA 2006……… 28
2.5 Deskripsi Materi……… 31
3.1 Teknik Pengumpulan Data……… 43
3.2 Kategori Prosentase RPP, Proses Pembelajaran, dan Keterampilan Proses 49 3.3 Kriteria Indeks Gain……… 46
3.6 Kategori untuk setiap Kriteria………... 48
4.1 Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran pada Tiap Level Hierarki Inkuiri 50 4.2 Pembelajaran Discovery Learning dalam Memunculkan Rudimentary skill……… 51
4.3 Pembelajaran Interactive Demonstration dalam Memunculkan Basic Skill……… 52
4.4 Pembelajaran Inquiry Lesson dalam Memunculkan Intermediate Skill… 53 4.5 Pembelajaran Inquiry Lab (Guided Inquiry) dalam Memunculkan Integrated Skill……….. 54
4.6 Rekapitulasi Keterampilan Proses pada Empat Level Hierarki Inkuiri …. 56 4.7 Prosentase Keterampilan Proses Rudimentary Skill……… 57
4.8 Prosentase Keterampilan Proses Basic Skill………... 57
4.9 Prosentase Keterampilan Proses Intermediate Skill………... 58
4.10 Prosentase Keterampilan Proses Integrated Skill………... 59
4.11 Hasil Analisis Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)……….... 52
4.12 Skor Literasi Sains ……. ………. 62
(10)
4.14 Hasil Pretest, Postest, dan N-Gain Literasi Sains Aspek Kompetensi
Identifikasi Permasalahan Ilmiah ……… 64 4.15 Hasil Pretest, Postest, dan N-Gain Literasi Sains Aspek Kompetensi
Menjelaskan Fenomena Ilmiah ………... 64 4.16 Hasil Pretest, Postest, dan N-Gain Literasi Sains Aspek Kompetensi
Menggunakan Bukti-Bukti Ilmiah ………...………… 65
4.17 Hasil Tes Literasi Sains Aspek Sikap Ilmiah ……… 65 4.18 Prosentase Dukungan Siswa terhadap inkuiri Ilmiah ……… 66 4.19 Hasil Tes Literasi Sains Aspek Dukungan Terhadap Inkuiri Ilmiah…... 67
4.20 Prosentase Ketertarikan Siswa terhadap Sains……… 67
(11)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Hierarki dalam Inkuiri-Oriented Science Teaching Practices ………… 10
2.2 Kerangka Pisa 2006 (OECD, 2006) ………... 27
4.1 Diagram Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ………... 60
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman A. Instrumen Penelitian
A.1 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Keterampilan Proses
Rudimentary Skill ……….. 96 A.2 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Keterampilan Proses Basic Skill
……… 99
A.3 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Keterampilan Proses
Intermediate Skill ……….. 104 A.4 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Keterampilan Proses Integrated
Skill ……… 107
A.5 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Pelaksanaan Pembelajaran
Discovery Learning ……….... 110 A.6 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Pelaksanaan Pembelajaran
Interactive Demonstration ………... 112 A.7 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Pelaksanaan Pembelajaran
Inquiry Lesson ……… 114
A.8 Instrumen Lembar Observasi dan Rubrik Pelaksanaan Pembelajaran
Inquiry Lab (Guided Inquiry) ……… 118 A.9 Instrumen Analisis dan Rubrik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
………... 120 A.10 Instrumen Angket Siswa dan Kisi-Kisi Angket ………. 126
(13)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
B. Hasil Penelitian dan Analisis Data
B.1 Rekapitulasi Keterampilan Proses Rudimentary Skills pada Hierarki
Discovery Learning ………. 127
B.2 Rekapitulasi Keterampilan Proses Basic Skills pada Hierarki Interactive
Demonstration ……….. 129
B.3 Rekapitulasi Keterampilan Proses Intermediate Skills pada Hierarki
Inquiry Lesson ……… 131
B.4 Rekapitulasi Keterampilan Proses Integrated Skills pada Hierarki Inquiry
Lab (Guided Inquiry) ………... 132
B.5 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Level Hierarki
Discovery Learning ………. 133
B.6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Level Hierarki
Interactive Demonstration ………. 134 B.7 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Level Hierarki Inquiry
Lesson ……… 135
B.8 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Level Hierarki
Inquiry Lab (Guided Inquiry) ………. 136 B.9 Rekapitulasi Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……. 137
B.10 Rekapitulasi Angket Siswa ………. 138
B.11 Tabulasi Skor Pretest Literasi Sains……… 140
B.12 Tabulasi Skor Postest Literasi Sains……… 141
B.13 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest pada Literasi Sains ... 142 B.14 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest pada Aspek Identifikasi
Permasalahan Ilmiah………. 144
B.15 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest pada Aspek
Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah……… 145
B.16 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest pada Aspek
Menggunakan Bukti-Bukti Ilmiah………... 146
B.17 Tabulasi Skor Pretest Literasi Sains Aspek Sikap Ilmiah ……….. 147 B.18 Tabulasi Skor Postest Literasi Sains Aspek Sikap Ilmiah………... 148 B.19 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest pada Sikap Ilmiah…. 149
(14)
B.20 N-Gain dan Uji Normalitas untuk Pretest-Postest Aspek Dukungan
terhadap Inkuiri Ilmiah……… 150
B.21 N-Gain dan uji Normalitas untuk Pretest-Postest Aspek Ketertarikan pada
Topik Sains……….. 151
C. RPP yang Dianalis dan Contoh Soal Literasi Sains
C.1 RPP yang Dianalisis ……… 152
C.2 Contoh Soal Literasi Sains ………. 181
D. Dokumentasi, Perijinan, dan Riwayat Hidup
D.1 Dokumentasi Penelitian………... 187
D.2 Perizinan……….. 190
(15)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses pembelajaran yang pasif dan kaku selain itu juga menjadikan proses belajar menjadi sangat tidak menyenangkan dan penuh beban (Rustaman, 2010).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan salah satu mata pelajaran yang oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) disebut sebagai mata pelajaran yang bukan hanya sekedar menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Lebih lanjut BSNP (2006) menyebutkan bahwa untuk menunjang pembelajaran IPA sebagai sebuah proses, produk, dan sikap ilmiah siswa, maka sebaiknya pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific Inquiry). Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, dan karena itu pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Rustaman et al (2005) menyatakan bahwa melalui pendekatan inkuiri ini informasi atau pengetahuan yang diperoleh seolah-olah menjadi “milik” siswa karena itu akan tertanam kuat dalam memori jangka panjang. Pendekatan inkuiri merupakan suatu pendekatan yang dapat mempelajari fenomena alam secara langsung. Dengan inkuiri, siswa dilatih untuk memformulasikan pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena alam, serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang diamati.
Hasil penelitian dari Limba (2004), Hermita (2008) dan Jannah (2009) menyebutkan bahwa inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses siswa. Schlenker (Joyce, et al. 2000) juga menyebutkan bahwa model inkuiri dapat meningkatkan
(16)
keterampilan proses siswa, kreatifitas siswa, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Sund (Trianto, 2010) menyatakan bahwa inkuiri berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri adalah suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi dengan melakukan penyelidikan ilmiah melalui serangkaian observasi dan atau eksperimen.
Wenning (2004) menyatakan bahwa scientific inquiry merupakan aktifitas hierarki. Wenning membuat hierarki inkuiri berdasarkan spektrum inkuiri. Spektrum inkuiri merupakan pendekatan yang bersifat hierarki untuk mengajarkan sains agar peningkatan konsep siswa dapat meningkat. Lebih lanjut Wenning (2010b) mengemukakan tentang hierarki ini bahwa karena bersifat hierarki, maka level yang lebih tinggi hanya dapat dicapai jika level di bawahnya dapat dikuasai. Level terendah pada hierarki inkuiri ini sekaligus yang paling fundamental adalah level Discovery
Learning, diikuti oleh Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Labs, dan
yang tertinggi adalah Hypothetical Inquiry.
Hierarki inkuiri ini di setiap level memiliki pengalaman intelektual dan keterampilan proses yang berbeda yang bisa dicapai oleh siswa. Setiap kali siswa melewati tingkat inkuiri yang baru, maka siswa juga telah menguasai pengalaman intelektual dan keterampilan proses yang lebih kompleks (Wenning, 2010a).
Pengalaman intelektual merupakan pengalaman yang diharapkan dari siswa selama proses pembelajaran. Wenning (2010a) mengungkapkan bahwa pengalaman intelektual siswa dapat dijabarkan dalam jenis-jenis keterampilan proses yang dimiliki siswa dalam tiap level hierarki yang terdiri dari Rudimentary Skill, Basic Skills,
Intermediate Skills, dan Integrated Skills. Semakin tinggi tingkat level hierarkinya,
maka jenis keterampilan prosesnya pun semakin tinggi.
Semiawan (1990) mendefinisikan pendekatan keterampilan proses sebagai pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.
(17)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
sains atau scientific literacy di definisikan oleh PISA (Program for International
Student Assessment) sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat lebih memahami dan membantu untuk membuat suatu keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktifitas manusia (Firman, 2007).
Programme for International Student Assesment (PISA) adalah sebuah program
yang di buat oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) yang bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang berusia 15 tahun, dan Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi partisipan PISA sejak tahun 2000.
Hasil studi PISA tahun 2000 menunjukkan Indonesia menempati urutan ke 38 dari 41 negara peserta, di tahun 2003 Indonesia berada di peringkat 38 dari 40 negara peserta, tahun 2006 menempati peringkat 50 dari 57 negara peserta, dan di tahun 2009 tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta (OECD, 2009).
Menurut Firman (2007), rendahnya kemampuan literasi sains siswa disebabkan oleh kurikulum, pembelajaran, dan asesmen IPA di Indonesia yang bertitik tekan pada dimensi konten seraya melupakan dimensi konteks dan proses sebagaimana yang dituntut dalam PISA. Praktek pembelajaran IPA di banyak SMP di Indonesia, cenderung memberikan materi sebagai hapalan. Hampir dipastikan tidak terjadi pembelajaran yang bernuansa “proses”, yang di dalamnya peserta didik dilatih untuk memformulasikan pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena alam, serta menarik kesimpulan berbasis fakta-fakta yang diamati. Sangat wajar apabila mereka tidak mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh PISA yang di dalamnya sarat dengan penggunaan proses IPA.
Literasi sains sebagai tujuan utama dalam pendidikan (Wenning, 2007) dianggap sebagai suatu kunci dari keberhasilan proses belajar siswa, karenanya literasi sains begitu penting untuk dapat dimiliki oleh siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan proses dan literasi sains siswa adalah melalui pendekatan inkuiri. Hasil penelitian dari Brickman, et al. (2009) menyebutkan bahwa inkuiri dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses dan
(18)
literasi sains siswa. Dengan inkuiri, siswa dilatih untuk memformulasikan pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena alam, serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang diamati.
Dengan menggunakan hierarki inkuiri menurut Wenning, peneliti mencoba untuk melakukan analisis keterampilan proses dan dampaknya terhadap literasi sains pada siswa SMP di kelas VII semester 2 dengan materi Saling Ketergantungan dalam Ekosistem.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibuat dalam penelitan ini adalah “Bagaimana keterampilan proses siswa SMP pada penggunaan hierarki inkuiri dan dampaknya terhadap literasi sains?”
Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, maka rumusan masalah dijabarkan secara terperinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran dalam memunculkan keterampilan proses untuk setiap hierarki inkuiri?
2. Bagaimana keterampilan proses siswa SMP di tiap hierarki inkuiri? 3. Bagaimana literasi sains siswa SMP pada penggunaan hierarki inkuiri?
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut:
1. Hierarki inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah hierarki inkuiri yang dikemukakan oleh Wenning (2004) pada empat hierarki yang terdiri dari Discovery
Learning, Interactive Demonstrative, Inkuiri Lesson, dan Inkuiri Lab, dimana
proses pembelajaran inkuiri ini dilakukan oleh empat mahasiswa calon guru pada masing-masing level hierarki.
2. Literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kerangka literasi sains PISA 2006 yang bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi ilmiah, pengetahuan dan sikap siswa (OECD, 2007). Aspek Kompetensi ilmiah terdiri dari kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, kemampuan menjelaskan
(19)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
sikap ilmiah terdiri dari dukungan terhadap inkuiri ilmiah dan ketertarikan terhadap sains.
3. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII semester genap pada tahun ajaran 2012/2013.
4. Materi pembelajaran di batasi pada Standar Kompetensi Saling Memahami Ketergantungan dalam Ekosistem dengan Kompetensi Dasar 7.1) Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem dan 7.4) Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterampilan proses pada penggunaan hierarki inkuiri dan dampaknya terhadap literasi sains siswa SMP. Adapun tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran untuk memunculkan keterampilan proses pada setiap level hierarki inkuiri yang terdiri dari proses pembelajaran Discovery
Learning, Interactive Demonstrative, Inquiry Lesson, dan Inquiry Lab.
2. Mendeskripsikan keterampilan proses tiap level hierarki inkuiri pada materi Saling Ketergantungan dalam Ekosistem yang meliputi Rudimentary Skill, Basic Skill,
Intermediate Skill, dan Integrated Skill.
3. Menjelaskan dampak pembelajaran yang menggunakan hierarki inuiri terhadap literasi sains siswa SMP.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru
a. Memberikan pengalaman mengenai cara penerapan hierarki inkuiri pada materi Saling Ketergantungan dalam Ekosistem siswa SMP.
b. Memberikan alternatif lain cara penyampaian pembelajaran pada materi Saling Ketergantungan dalam Ekosistem.
c. Memberikan informasi tentang hasil analisis keterampilan proses pada pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri dan dampaknya pada literasi sains siswa SMP.
(20)
2. Bagi Siswa
a. Melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan proses dan literasi sains. b. Memberi kemudahan pada siswa untuk dapat lebih memahami materi Saling
Ketergantungan dalam Ekosistem. 3. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi tentang analisis keterampilan proses pada penggunaan hierarki inkuiri dan dampaknya terhadap literasi sains siswa SMP, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan. 4. Bagi Perkembangan Ilmu
Penggunaan hierarki inkuiri ini merupakan suatu hal yang masih jarang dipergunakan dalam proses pembelajaran sains. Karenanya penelitian yang lebih mendalam tentang penggunaan hierarki inkuiri ini diharapkan dapat lebih menambah khasanah dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan secara luas dapat tercapai.
(21)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Sukmadinata (2008) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala ataupun keadaan (Arikunto, 2003).
B. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Hierarki inkuiri merupakan urutan pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Wenning (2004) yang terdiri dari delapan level hierarki. Dalam penelitian ini, yang digunakan hanya empat hierarki pembelajaran inkuiri yaitu Discovery
Learning, Interactive Demonstrative, Inquiry Lesson, dan Inquiry Lab yang
masing-masing level memiliki sintaks pembelajaran yang berbeda. Proses pembelajaran inkuiri ini dilakukan oleh empat mahasiswa calon guru pada masing-masing level hierarki. Pembelajaran inkuiri di setiap tahapnya akan di analisis terkait Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan proses pelaksanaan pembelajaran inkuiri dalam memunculkan keterampian proses melalui lembar observasi analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.
2. Analisis Keterampilan proses adalah kumpulan data yang diinterpretasikan dan dianalisis dari lembar observasi keterampilan proses, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti berdasarkan indikator keterampilan proses menurut Wenning (2010) yang terdiri dari Rudimentary Skill, Basic Skills,
(22)
3. Literasi sains diperoleh dari skor capaian siswa pada butir soal PISA yang dikeluarkan oleh OECD (2009). Soal ini disusun dan dialihbahasakan oleh Hadinugraha (2012) khusus untuk soal-soal yang berkaitan dengan konten Biologi. Penskoran butir soal menggunakan panduan skor yang dikeluarkan oleh OECD (2009).
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 yang terdiri dari satu kelas di SMP Kartika XIX-2 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan sekolah ini mengikuti tempat pelaksanaan Program Pelatihan Lapangan para calon guru yang akan melaksanakan pembelajaran berdasarkan hierarki inkuiri dalam penelitian ini.
Subjek yang diambil adalah kelas VII-E. Subjek penelitian ini diambil berdasarkan atas prestasi akademik yang baik, siswa yang aktif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Informasi karakteristik subjek ini didasarkan pada pertimbangan dan rekomendasi dari guru Biologi yang mengajar di kelas VII dan juga rekomendasi para calon guru yang sedang melakukan Program Pelatihan Lapangan di sekolah tersebut.
Dengan demikian, karakteristik kelas yang seperti ini diharapkan dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan hierarki inkuiri dalam menganalisis keterampilan proses dan untuk melihat dampak penggunaan pembelajaran ini terhadap literasi sains siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterampilan proses, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal literasi sains dari PISA dan angket siswa.
1. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam memunculkan keterampilan proses yang
(23)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Lembar observasi ini disusun oleh peneliti berdasarkan sintaks pembelajaran untuk tiap-tiap level hierarki inkuiri menurut Wenning (2010b) dan disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh masing-masing mahasiswa calon guru yang akan menyampaikan proses pembelajarannya.
Pada semua level hierarki inkuiri sintaks pembelajaran menggunakan tahapan yang sama yang digunakan dalam pembelajaran inkuiri, tetapi pada masing-masing level hierarki terdapat perbedaan penekanan dalam proses pembelajaran sesuai dengan jenis hierarkinya (Tabel 2.1). Adapun sintaks dalam pembelajaran inkuiri menurut Wenning (2010b) adalah : 1) Observation, 2)
Manipulation, 3) Generalization, 4) Verification, dan 5) Application.
Pada setiap sintaks pembelajaran untuk tiap hierarki inkuiri, peneliti menjabarkan sintaks tersebut secara lebih rinci ke dalam deskriptor-deskriptor agar dapat lebih mudah diukur, dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran ini juga sudah dikonsultasikan kepada kedua Dosen Pembimbing dan judgment oleh Dosen Ahli.
2. Lembar Observasi Keterampilan Proses
Lembar observasi keterampilan proses digunakan untuk melihat keterampilan proses yang muncul pada tiap-tiap level pembelajaran hierarki inkuiri yang dilaksanakan. Dari empat pembelajaran dalam hierarki inkuiri pada penelitian ini, yaitu Discovery Learning, Interactive Demonstrative, Inquiry Lesson, dan
Inquiry Lab, masing-masing di observasi sesuai dengan jenis keterampilan proses
yang harus dikuasai oleh siswa pada tiap-tiap level hierarki, yaitu Rudimentary
Skill, Basic Skills, Intermediate Skills, dan Integrated Skills.
Setiap keterampilan proses yang diamati, agar dapat lebih spesifik dibuat deskriptor untuk menjabarkan lebih rinci lagi keterampilan proses yang akan diamati. Deskriptor disusun oleh peneliti berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun oleh mahasiswa calon guru yang menerapkan pembelajaran dengan menggunakan empat hierarki inkuiri dalam penelitian ini dan telah dikonsultasikan kepada kedua Dosen Pembimbing dan juga judgment oleh Dosen Ahli.
(24)
a. Rudimentary Skill
Keterampilan proses rudimenter terdiri dari keterampilan mengobservasi, memformulasikan konsep, membuat perkiraan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, dan mengklasifikasikan hasil.
Pengamatan keterampilan proses pada pembelajaran ini adalah pengamatan pada level hierarki yang pertama menurut Wenning (2005), yaitu dengan menggunakan pembelajaran Discovery Learning. Pembelajaran Discovery Learning ini dilaksanakan pada materi tentang Komponen Ekosistem dan Hubungan antara Komponen dalam Ekosistem.
Untuk jenis keterampilan proses mengobservasi, terdapat enam deskriptor, keterampilan memformulasikan konsep satu deskriptor, keterampilan membuat perkiraan dua deskriptor, menarik kesimpulan satu deskriptor, mengkomunikasikan hasil dua deskriptor, dan mengklasifikasikan hasil dua deskriptor (Lampiran A.1).
b. Basic Skill
Keterampilan proses dasar terdiri dari keterampilan memprediksi, menjelaskan, membuat perkiraan, mengumpulkan dan mengolah data, memformulasi dan merevisi penjelasan sains menggunakan keterangan dan bukti ilmiah, serta keterampilan mengenali dan menganalisis keterangan dan model-model yang menyebabkan perubahan.
Pengamatan keterampilan proses pada pembelajaran ini adalah pengamatan pada level hierarki yang kedua menurut Wenning (2005), yaitu dengan menggunakan pembelajaran Interactive Demonstrative. Pembelajaran Interactive
Demonstrative ini dilaksanakan pada materi tentang Kerusakan Lingkungan.
Pada keterampilan memprediksi dua deskriptor, keterampilan menjelaskan dua deskriptor, keterampilan membuat perkiraan dua deskriptor, keterampilan mengumpulkan dan mengolah data empat deskriptor, keterampilan memformulasi dan merevisi penjelasan sains menggunakan keterangan dan bukti ilmiah satu deskriptor, serta keterampilan mengenali dan menganalisis keterangan dan model-model yang menyebabkan perubahan tiga deskriptor (Lampiran A.2).
c. Intermediate Skill
(25)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
investigasi ilmiah, menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi, dan mendeskripsikan hubungan.
Pengamatan keterampilan proses pada pembelajaran ini adalah pengamatan pada level hierarki yang ketiga menurut Wenning (2005), yaitu dengan menggunakan pembelajaran Inquiry Lesson. Pembelajaran Inquiry Lesson ini dilaksanakan pada materi tentang Pencemaran Lingkungan.
Deskriptor yang dibuat pada keterampilan mengukur terdiri dari tiga deskriptor, keterampilan mengumpulkan dan merekam data satu deskriptor, keterampilan membuat tabel data dua deskriptor, keterampilan merancang dan dan melakukan investigasi ilmiah tiga deskriptor, keterampilan menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi dua deskriptor, dan keterampilan mendeskripsikan hubungan satu deskriptor (Lampiran A.3).
d. Integrated Skill
Keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan mengukur dalam bentuk metrik, membangun hukum empiris dengan bukti dan logika, mendesain dan melaksanakan investigasi ilmiah, serta keterampilan menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi.
Pengamatan keterampilan proses pada pembelajaran ini adalah pengamatan pada level hierarki yang keempat menurut Wenning (2005), yaitu dengan menggunakan pembelajaran Inquiry Lab (Guided Inquiry). Pembelajaran Inquiry
Lab (Guided Inquiry) ini dilaksanakan pada materi tentang Pengolahan Limbah.
Deskriptor yang dibuat pada keterampilan mengukur dalam bentuk metrik terdiri dari dua deskriptor, keterampilan membangun hukum empiris dengan bukti dan logika dua deskriptor, keterampilan mendesain dan melaksanakan investigasi ilmiah dua deskriptor, serta keterampilan keterampilan menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi dua deskriptor (Lampiran A.4).
3. Lembar Analisis Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
Lembar analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dibuat sebagai data tambahan untuk melihat kesesuaian antara dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh mahasiswa calon guru dengan jenis pembelajaran pada setiap level hierarki inkuiri.
(26)
4. Butir Soal Tes Literasi Sains
Soal-soal literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang diperoleh dari soal PISA yang dipublikasikan oleh OECD yang diterbitkan tahun 2009 dan disusun serta dialihbahasakan oleh Hadinugraha (2012) khusus untuk soal-soal yang berkaitan dengan konten Biologi. Soal PISA konten biologi yang telah digunakan dalam penelitian Hadinugraha (2012) ini memperoleh nilai koefisien alfa (konsistensi, r11) sebesar 0,846. Nilai tersebut terbilang cukup tinggi,
ini menunjukkan butir soal akan konsisten dalam mengukur penguasaan literasi sains. Sukardi (2011) menyatakan bahwa reliabilitas yang tinggi menunjukkan kesalahan varian yang minim dan sumber kesalahan telah diminimalisasi sebanyak mungkin.
Soal-soal yang dipublikasikan oleh PISA ini juga sudah memiliki validitas logis, karena kondisi validitas logis dari soal-soal yang dibuat oleh PISA ini dipandang sudah mengikuti teori dan ketentuan yang ada (Arikunto, 2010). Selain itu soal-soal yang dibuat oleh PISA ini sudah teruji melalui pengalaman tes dan uji coba dalam skala internasional, sehingga soal-soal ini sudah memenuhi validitas empiris (Arikunto, 2010).
Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 45 butir soal pada aspek kompetensi ilmiah dan empat butir soal yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sains. Soal pada aspek kompetensi ilmiah dijabarkan lagi menjadi 14 soal yang menilai kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, 18 soal yang menilai kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan 13 soal yang menilai kemampuan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Sementara itu butir soal untuk sikap ilmiah siswa terdiri dari satu butir soal untuk mengetahui dukungan siswa terhadap inkuiri ilmiah dan empat butir soal untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap sains (Hadinugraha, 2012).
Soal-soal dari PISA ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Keterbacaan hasil penerjemahan diujikan sebanyak satu kali. Kemudian hasil uji coba dikoreksi oleh seorang ahli Bahasa Inggris pada aspek pemilihan kata dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil keterbacaan soal tersebut, beberapa redaksi pertanyaan diganti tanpa mengubah makna dari soal. Hal ini perlu dilakukan karena
(27)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Bentuk soal kognitif literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan obyektif dan uraian. Pilihan obyektif terdiri dari dua macam, yaitu pilihan sederhana (simple multiple-choice) dengan empat alternatif jawaban (A, B, C, dan D) dan pilihan kompleks (complex multiple-choice) dengan jawaban „ya‟
atau „tidak‟. Uraian terdiri dari dua macam, yaitu uraian tertutup yang menuntut
jawaban singkat berupa kata atau kalimat dan uraian terbuka (close constructed
response) yang menuntut jawaban berupa penjelasan (Hadinugraha, 2012).
5. Angket Siswa
Lembar angket yang digunakan berupa daftar pertanyaan yang dibuat dalam bentuk daftar check list yang harus diisi oleh siswa. Angket ini terdiri atas pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” yang digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan hierarki inkuiri serta tanggapan siswa tentang keterampilan proses yang sudah dilakukannya sebagai bahan tambahan dalam analisis keterampilan proses yang akan dianalisis.
6. Format Wawancara
Instrumen ini berupa wawancara yang memuat pertanyaan tentang tanggapan guru berkenaan dengan pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri dalam memunculkan keterampilan proses siswa serta dampaknya terhadap literasi sains siswa.
7. Catatan lapangan
Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2001) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Instrumen ini berupa catatan peneliti pada buku. Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat data-data faktual yang terjadi selama pembelajaran yang menerapkan hierarki inkuiri mulai dari tahap awal sampai dengan perolehan data.
E. Prosedur dan Pengumpulan Data
Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi analisis terhadap keterampilan proses pada pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri, bagaimana proses pembelajaran itu dalam memunculkan keterampilan proses untuk
(28)
setiap hierarki inkuiri, serta dampak dari penggunaan hierarki inkuiri terhadap literasi sains siswa SMP. Rincian dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah persiapan penelitian yang meliputi kegiatan :
a. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi keterampilan proses, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan angket siswa. Untuk butir soal literasi sains, instrumen yang digunakan diambil langsung dari penelitian PISA yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hadinugraha (2012).
b. Melakukan konsultasi instrumen ke Dosen Pembimbing, untuk selanjutnya di judgment pada Dosen Ahli.
c. Menyiapkan perangkat penelitian berupa perizinan, instrumen, dan alat dokumentasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilakukan setelah tahap persiapan selesai. Konsultasi dengan dosen pembimbing terus dilakukan secara intensif, karena penelitian dilaksanakan dalam waktu yang cukup panjang dalam beberapa kali pertemuan. Selama penelitian berlangsung data dikumpulkan melalui beberapa teknik pengumpulan data. Tahap pelaksanaan ini meliputi:
a. Analisis RPP
Melakukan analisis terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh mahasiswa calon guru yang akan menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan hierarki inkuiri.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Hierarki Inkuiri
Pada penelitian ini, pembelajaran dilakukan sebanyak empat pertemuan dengan masing-masing pertemuan menggunakan level hierarki yang berbeda. Sintaks pembelajaran pada keempat level hierarki inkuiri ini yang dilaksanakan pada setiap level hierarki inkuiri adalah sebagai berikut:
(29)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
1) Pertemuan pertama dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Discovery
Learning dengan sintaks pembelajaran :
a) Observation: Siswa melakukan observasi secara langsung, kemudian
mendeskripsikan dan menuliskan hasil temuannya selama observasi.
b) Manipulation: Siswa diminta untuk menentukan ada/tidaknya hubungan
antara objek atau fenomena yang diamati.
c) Generalization: Siswa mengeneralisasikan satu atau lebih hubungan antar
fenomena menjadi sebuah kesimpulan sementar.a
d) Verification: Siswa membagi hasil temuan kelompok masing-masing agar
kesimpulan dapat diperiksa dan diverifikasi bersama.
e) Application: Setelah semua anggota kelompok setuju dengan hasil
verifikasi, siswa mengaplikasikan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi baru.
2) Pembelajaran pada pertemuan kedua dengan Interactive Demonstration dengan sintaks pembelajaran:
a) Observation: Guru mendemonstrasikan sebuah fenomena ilmiah kepada
siswa dan memberikan pertanyaan produktif untuk mengarahkan pada kegiatan pembelajaran.
b) Manipulation: Guru memberikan pertanyaan arahan dan menyarankan
sejumlah percobaan yang bisa mendeterminasi faktor yang mempengaruhi dari suatu fenomena ilmiah. Siswa kemudian memprediksi hasil dan alasannya. Prediksi siswa ini kemudian di demonstrasikan.
c) Generalization: Berdasarkan pengalaman dari demonstrasi, siswa membuat
kesimpulan sementara dari hasil temuan secara tertulis.
d) Verification: Siswa diberikan media baru yang menunjukan ada tidaknya
faktor penyebab dari sebuah fenomena berdasarkan faktor resiko yang teramati.
e) Application : Siswa diminta untuk menentukan dengan arahan dari guru
apakah peristiwa yang terjadi pada media pertama dan kedua sama?
3) Pembelajaran pada pertemuan kedua dengan Inquiry Lesson dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut:
(30)
a) Observation: Guru mendemonstrasikan kepada siswa sebuah fenomena
ilmiah disertai penjelasan.
b) Manipulation: Siswa diminta mendeskripsikan faktor-faktor akibat dari
sebuah fenomena. Salah satu dari faktor tersebut diterapkan dalam pembelajaran tanpa melakukan pengukuran. Selama kegiatan laboratorium siswa menyiapkan kemungkinan faktor yang lain.
c) Generalization: Siswa diminta mengeneralisasikan temuan dari fase
sebelumnya menggunakan pendekatan terminologi.
d) Verification: Siswa diberikan media lain yang menunjukkan fenomena yang
sama tetapi dalam situasi yang baru, kemudian siswa memverifikasi secara individual atau kelompok dalam sebuah diskusi.
e) Application: Siswa diminta untuk menggunakan berbagai variasi pendekatan
untuk melakukan penelitian kualitatif terhadap media lain (aplikasi konsep dengan jenis percobaan yang lain).
4) Pembelajaran pada pertemuan kedua dengan Inquiry Lab (Guided Inquiry) dngan sintaks pembelajaran:
a) Observation: Guru mereview dan meminta siswa untuk membuat
eksperimen sederhana yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variebel terikat.
b) Manipulation: Siswa melakukan eksperimen tanpa pengukuran yang
menggunakan satu variabel yang di ubah, sementara variabel lain dibuat konstan.
c) Generalization: Siswa melakukan pengamatan terhadap percobaan,
mencatat temuannya, dan mengkomunikasikan kepada kelompok yang lain.
d) Verification: Siswa mengkomunikasikan hasil temuannya agar kelompok
lain tertarik dengan bukti tersebut. Jika ditemukan masalah baru, dicari kesimpulan yang dapat mewakili bahwa ternyata alam itu tidak homogen, perubahan dapat timbul karena ulah manusia, hal ini membantu siswa untuk dapat lebih memahami sains.
e) Application: Siswa menyelesaikan LKS dan mancari berbagai kemungkinan
(31)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
c. Pengambilan Data
Pengambilan data dilaksanakan sejak dari awal akan dilaksanakannya proses pembelajaran hingga proses pembelajaran berakhir. Berikut ini adalah rincian proses pengambilan data pada penelitian ini:
1) Pengisian lembar observasi keterampilan proses di tiap level hierarki inkuiri Lembar observasi keterampilan proses pada masing-masing level hierarki inkuiri diisi oleh lima orang observer yang mengamati secara langsung keterampilan proses siswa yang sedang mengikuti proses pembelajaran. Masing-masing observer mengamati satu kelompok siswa yang terdiri dari enam sampai delapan orang siswa.
2) Pengisian lembar observasi proses pembelajaran
Pengisian lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dalam memunculkan keterampilan proses dilaksanakan oleh lima orang observer dengan mengisi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung di tiap level hierarki inkuiri.
3) Pengisisan lembar tes literasi sains
Pengisian lembar soal tes literasi sains yang disusun serta dialihbahasakan oleh Hadinugraha (2012) khusus untuk soal-soal yang berkaitan dengan konten Biologi dilaksanakan oleh siswa. Pengisian lembar tes literasi sains ini dilaksanakan sebanyak dua kali dengan menggunakan soal yang sama. Pelaksanaan ini dilaksanakan sebelum pembelajaran pada level hierarki pertama dimulai (pretest), dan soal literasi sains yang sama kemudian diberikan kembali setelah proses pembelajaran pada keempat level hierarki selesai dilaksanakan (postest). Pengisian soal literasi sains ini dilaksanakan masing-masing selama dua jam pelajaran di luar proses pembelajaran.
4) Pemberian angket siswa
Lembar angket diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan hierarki inkuiri dan pengerjaan soal loterasi sains (postest) berakhir. Pengisian angket ini dilakukan dengan cara memberikan tanda silang pada jawaban ya atau tidak untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran menggunakan hierarki inkuiri
(32)
5) Wawancara
Wawancara dilakukan pada mahasiswa calon guru biologi dan atau guru Biologi selama dan setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai.Wawancara ini dilakukan sebagai data tambahan yang berguna dalam pembahasan hasil penelitian.
6) Membuat Catatan lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti dengan mendokumentasikan seluruh data selama proses penelitian berlangsung, mulai dari tahap persiapan sampai memperoleh data. Catatan lapangan tersebut dibuat dengan cara mencatat data-data faktual tentang hal-hal yang tidak terungkap pada saat menggunakan hierarki inkuiri pada materi Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem. Data yang dikumpulkan merupakan data tambahan yang akan mendukung data-data inti dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Teknik Pengumpulan Data
No. Jenis Data Sumber
Data
Instrumen Teknik
1. Informasi mengenai keterampilan proses
RPP Guru Rubrik analisis RPP Observasi Proses
pembelajaran
Guru dan siswa
Rubrik observasi proses pembelajaran
Observasi
Keterampilan proses
Siswa Rubrik keterampilan proses Observasi
2. Skor literasi sains Siswa Butir soal literasi sains PISA Tes 3. Informasi mengenai tanggapan
siswa
Siswa Lembar angket Kuisioner 4. Informasi mengenai tanggapan
guru
Guru Lembar wawancara Wawancara 5. Informasi mengenai hal-hal
yang terjadi selama penelitian, keadaan dan kondisi sekolah, guru, dan siswa
Sekolah, Guru dan
siswa
Catatan Lapangan Dokumentasi
3. Tahap Akhir
Bagian terakhir dari penelitian ini adalah pengolahan data dan penarikan kesimpulan.
(33)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif ini diolah untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang dibuat dalam penelitian ini.
b. Melakukan penarikan kesimpulan dari hasil pengolahan data, analisis dan pembahasan data tentang keterampilan proses, keterlaksanaan proses pembelajaran dan literasi sains siswa.
F. Analisis Data Penelitian
Setelah proses pengambilan data penelitian selesai, maka diperoleh sejumlah data kuantitatif dan kualitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa hasil analisis RPP, observasi pelaksanaan proses pembelajaran, observasi keterampilan proses, skor literasi sains siswa, dan jawaban angket siswa dianalisis dengan uji statistik. Data kualitatif berupa hasil wawancara dengan guru biologi dan catatan lapangan serta studi dokumentasi pada saat penelitian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam menarik kesimpulan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah sesuai dengan langkah-langkah berikut:
1. Pengolahan Data Hasil Analisis Keterampilan Proses
Data hasil analisis keterampilan proses di dapat dari hasil analisis rubrik RPP, analisis rubrik observasi proses pembelajaran, dan analisis rubrik keterampilan proses yang diolah dengan cara :
a. Melakukan rekapitulasi data berdasarkan rubrik analisis RPP dan lembar observasi keterampilan proses dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran. b. Menghitung presentase menggunakan rumus Purwanto (2009), yaitu:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
(34)
c. Melakukan penafsiran persentase berdasarkan hasil perhitungan di atas. Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2009) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kategori Prosentase RPP, Proses Pembelajaran, dan Keterampilan Proses
Persentase Predikat
86 – 100 % Sangat Baik
75 – 85 % Baik
60 – 75 % Cukup
55 – 59 % Kurang
≤ 54 % Kurang Sekali
d. Melakukan Pengintegrasian Data Hasil Keterampilan Proses
Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif sehingga mendapatkan suatu kesimpulan tentang hasil analisis keterampilan proses dengan data tambahan dari hasil analisis dari wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi.
2. Analisis Soal Literasi Sains
Analisis soal literasi sains dilakukan pada aspek kompetensi ilmiah dan aspek sikap terhadap sains yang ditunjukkan oleh siswa.
a. Aspek Kompetensi Ilmiah
Jawaban siswa pada aspek kompetensi ilmiah sebanyak 45 butir soal diperiksa secara manual satu persatu dengan menggunakan kunci jawaban yang terdapat dalam Take the Test: Sample Question from OECD’s PISA Assessment.
Pemberian skor dari soal-soal PISA tersebut terdiri dari tiga kriteria, yaitu “full credit”, “partial credit”, dan “no credit”. Skor penuh adalah 2, ini adalah
skor untuk jawaban benar yang menunjukkan pemahaman ilmiah yang baik terhadap materi. Skor setengah benar adalah 1, ini adalah jawaban benar yang kurang menunjukkan pemahaman ilmiah terhadap materi yang dibahas. Dan skor salah adalah nol, ini untuk jawaban salah atau jawaban yang tidak diisi sama sekali.
(35)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
9.2, 13.3, dan 16.2. Kunci jawaban diambil dari Take the Test: Sample Questions
from OECD’s PISA Assessment (OECD, 2009).
Pengolahan skor hasil tes literasi sains pada aspek kompetensi ilmiah dilakukan sebagai berikut:
1) Skor literasi sains siswa merupakan jumlah total skor dari semua soal kognitif. Jumlah skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 90, yang didapat dari hasil mengalikan jumlah soal kognitif (45) dengan skor maksimal per soal (2), sehingga diperoleh skor maksimal yang mungkin dicapai adalah 45 x 2 = 90.
2) Skor literasi sains yang diperoleh oleh siswa kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana peningkatan skor literasi sains antara pretest dan
posttest dengan menggunakan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) yang
dikemukakan oleh Meltzer (2002) sebagai berikut :
Keterangan :
N-Gain = gain yang ternormalisasi S pretest = skor pretest siswa S posttest = skor posttest siswa
S maksimum = skor maksimum yang dapat dijawab oleh siswa
3) Membuat penafsiran dari N-Gain ini untuk mengetahui sejauh mana peningkatan literasi sains siswa setelah diberikan pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri. Kriteria gain ternormalisasi diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Keterangan
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
(Meltzer, 2002)
N-gain = S posttest – S pretest S maksimum – S Pretest
(36)
b. Aspek Sikap Terhadap Sains
Aspek sikap siswa terhadap sains ini terdiri dukungan siswa terhadap inkuiri ilmiah dan ketertarikan siswa terhadap sains, yang dijaring melalui 12 pertanyaan.
Pernyataan yang mengukur dukungan siswa terhadap inkuiri ilmiah, memiliki jawaban dari pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Siswa yang menjawab sangat setuju dan setuju diberikan skor 1, dan ini berarti siswa menunjukkan dukungan terhadap inkuiri ilmiah (OECD, 2007). Untuk jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju diberikan skor 0, karena ini menunjukkan sikap yang tidak mendukung terhadap inkuiri ilmiah.
Jawaban pernyataan tentang ketertarikan siswa dalam mempelajari topik sains adalah sangat tertarik, tertarik, tidak tertarik, dan sangat tidak tertarik. Siswa yang menjawab sangat tertarik dan tertarik menunjukkan ketertarikan dalam mempelajarai topik sains (OECD, 2007) dan memperoleh skor 1. Untuk siswa yang menjawab pernyataan tidak tertarik dan sangat tidak tertarik diberikan skor 0 dan hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak tertarik untuk mempelajari topik sains. Panduan pemberian skor ini terdapat dalam PISA 2006 Science Competencies For
Tomorrow’s World Volume I (OECD, 2007). 3. Analisis Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “Ya” dan jumlah siswa yang menjawab “Tidak” untuk setiap pertanyaan pada angket. Langkah selanjutnya yaitu dengan dilakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap pertanyaan dengan rumus sebagai berikut:
Persentase tanggapan siswa = x 100% Jumlah siswa yang menjawab “ya/tidak” pada setiap item
Jumlah seluruh siswa
(37)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Hasil perhitungan tersebut selanjutnya diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel aturan Koentjaraningrat (1990) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kategori untuk Setiap Kriteria
Persentase Kategori
0% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51%-75% Sebagian besar
76%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
(38)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan observasi yang ditujukan untuk melihat keterlaksanaan sintaks pembelajaran di tiap level hierarki. Dari hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran di peroleh kriteria pembelajaran yang baik untuk Discovery Learning, sementara untuk pembelajaran yang menggunakan
Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, dan Inquiry Lab (Guided Inquiry) berada
pada kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis keterampilan proses pada penggunaan hierarki inkuiri ini diperoleh kesimpulan bahwa pencapaian keterampilan proses Rudimentary Skill adalah kurang sekali, keterampilan proses Basic
Skill cukup, Intermediate Skill kurang sekali dan keterampilan proses Integrated Skill
mencapai kriteria baik.
Jika dilihat proses pembelajaran yang secara umum berlangsung sesuai dengan sintaks per hierarki dengan kriteria baik dan sangat baik, ternyata hal ini hanya mendorong tercapainya rata-rata peningkatan keterampilan proses yang kurang dari siswa. Hal ini kemungkinan terjadi karena beberapa faktor, antara lain kemampuan mengajar guru dan kurangnya pembiasaan pembelajaran menggunakan inkuiri, sehingga naiknya level hierarki pembelajaran pada penelitian ini ternyata menunjukkan peningkatan yang rendah pada kemampuan keterampilan proses siswa berdasarkan hierarkinya.
Hasil analisis skor literasi sains siswa pada aspek kompetensi ilmiah dalam penelitian ini adalah rendah. Ini ternyata tidak lantas sama dengan hasil pernyataan pada aspek sikap ilmiah siswa untuk dukungan terhadap sikap inkuiri ilmiah dan ketertarikan siswa terhadap sains yang memiliki kecenderungan yang positif. Diduga penyebab rendahnya capaian literasi sains tersebut karena kemampuan keterampilan proses yang rendah dan juga proses pembelajaran yang cenderung menekankan aspek kognitif saja dan kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotor dari siswa.
(39)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi para pengelola pendidikan khususnya pemangku kebijakan dalam kurikulum serta guru untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk menindaklanjuti penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru perlu memiliki kemampuan inkuiri ilmiah yang memadai untuk mendukung
terlaksananya proses pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri agar penggunaan hierarki inkuiri dapat berlangsung optimal.
2. Pengembangan pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri untuk menilai pencapaian keterampilan proses siswa.
3. Pembiasaan pemberian soal-soal dalam asesmen yang betul-betul dapat mengukur kemampuan berpikir siswa, seperti soal-soal yang dikeluarkan oleh PISA.
4. Peneliti lain jika akan melakukan penelitian sejenis disarankan untuk melakukan pembiasaan pembelajaran yang menggunakan inkuiri pada guru dan siswa. Variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dapat lebih diteliti lagi seperti kemampuan guru dalam inkuiri, keterampilan proses pada tiap hierarki, dan jenis soal dalam literasi sains.
(40)
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, A.O., Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research 5 (4): 234-240. IDOSI Publications.
Arikunto, S. (2003).Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Behiye, A. (2000). Effectiveness of Professional Development Program on a
Teacher’s Learning to Teach Science as Inquiry University of IOWA
DEpartement of Science Education. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 8.issue.article2(online). Tersedia dalam http://Ied.Edu.Hk/dpt slt/V8.issue2/bezir/indik.htl.
Brickman, P. et al. (2009). Effects of Inquiry-Based Learning on Students Science Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of
Teaching and Learning. Vol. 3, No. 2 (july 2009) ISSN 1931-4744 @
Georgia Southern University.
BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta.
D
ahar, R.W. (2003), Aneka Wacana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djohar. (1987). Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan XVII, 2. Hal: 110
Ekohariadi. (2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15
Tahun Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan
Departemen PendidikanNasional.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.
Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.
(41)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Pengetahuan Biologi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Tidak diterbitkan.
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher. Hermita, N (2008). Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS Siswa SD. Tesis. PPs UPI.
Tidak Diterbitkan
Indrawati, (1999). Keterampilan Proses Sains/IPA. Bandung: Pusat pengembangan Guru IPA.
Jaelani. (2005). Pembelajaran Suhu dan Kalor Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan KPS siswa MTs. Tesis. PPs UPI.
Tidak Diterbitkan.
Jannah, M. (2009). Analisis kemampuan Inkuiri Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri
dalam Pembelajaran IPA dan Hubungannya dengan Keterampilan Proses Siswa. Tesis. SPS UPI. Tidak Diterbitkan.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun E. (2009). Models of Teaching. Eight Edition. New Jersey: Allyn and Bacon.
Kerachsky, S. (2010). Program for International Student Assessment (PISA) 2009
Results. IES, USA.
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Limba, A. (2004) Pengembangan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk
Mengembangkan Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep dan Semangat Berkreatifitas Siswa SLTP pada Konsep Perpindahan Kalor.
Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan. Mahmud, A. (2008) Dampak Kemampuan Inkuiri Guru Terhadap Peningkatan
KPS Siswa. Tesis. PPs UPI. Tidak Diterbitkan.
Meltzer, D.E. (2002). The Relation Between Mathematics Preparation and
Conceptual learning Gains in Physics: A possible “Hidden Variable” in
Diagnostik Pre Test Scores. Journal of Am.j.Phys. 70 (12).
Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
National Research Council. (2000). Inquiry and The National Science Education
Standarts A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National
Academic Press.
OECD. (2006). PISA Take the Test: Sample Questions from OECD’s PISA
(42)
http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/pisa2006/41943106.pdf. (13 Pebruari 2013).
OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World Volume 1:
Analysis. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/publishing/corrigenda.
(13 Pebruari 2013).
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, M.N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. (2011). Analisis Trend
Literasi Sains Siswa Indonesia dalam Studi PISA 2000-2009. Makalah pada
Seminar PISA Analisis Trend Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009. Puspendik Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rustaman, N.Y. (1995). Pengembangan Butir Soal KPS. Makalah Jurusan
Pendidikan IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.
Rustaman, N.Y., dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Rustaman, N.Y., (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia Bekerjasama dengan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19501231197903 2-NURYANI_RUSTAMAN/PenPemInkuiri.pdf. (1 juni 2013).
Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca.Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Rustaman, N.Y. (2010). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangk
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter.FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. (2010). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. FMIPA UPI.[Online]. Tersedia :
http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032- nuryani_rustaman/pendidikan_biologi_dan_trend_penelitiannyav.pdf. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(43)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Semiawan, C. (1999), Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia.
Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran.
Suhartini. (2007). Penilaian Produk Praktikum Menggunakan Peer Assessment
Berbasis Gender pada Konsep Sistem Reproduksi Tumbuhan. Skripsi S1
Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sukmadinata, N.S (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumartati, L. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Makanan dan
Pengaruhnya Terhadap Kerja Ginjal Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa MTs. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trowbridge, Bybee & Sund. (1973). Becoming a Secondary School Science
Teacher. Toronto: A Bell & Howell Co.
Wenning, C.J. (2004). “Levels of Inquiry : Hierarchies of Pedagogical Practices and
Inquiry Processes” Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online].
Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2007). “Assesing Inquiry skills as a component of scientific literacy”Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2010a). “Levels of Inquiry :Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science ” Journal of Phisics Teacher Education Online.
[Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2010b). “The Levels of Inquiry Model of :Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science ” Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5Pebruari
2013).
Wulan, A.R. (2009). Asesmen Literasi Sains. Makalah dalam Diskusi terbatas Team Hibah Pascasarjana, SPS UPI Bandung.
PISA. (2006). Assessing, Scientific, Reading And Mathematical Literacy. OECD Publishing.
Trowbridge, Bybee & Sund. (1973). Becoming a Secondary School Science
(1)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan observasi yang ditujukan untuk melihat keterlaksanaan sintaks pembelajaran di tiap level hierarki. Dari hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran di peroleh kriteria pembelajaran yang baik untuk Discovery Learning, sementara untuk pembelajaran yang menggunakan
Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, dan Inquiry Lab (Guided Inquiry) berada
pada kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis keterampilan proses pada penggunaan hierarki inkuiri ini diperoleh kesimpulan bahwa pencapaian keterampilan proses Rudimentary Skill adalah kurang sekali, keterampilan proses Basic
Skill cukup, Intermediate Skill kurang sekali dan keterampilan proses Integrated Skill
mencapai kriteria baik.
Jika dilihat proses pembelajaran yang secara umum berlangsung sesuai dengan sintaks per hierarki dengan kriteria baik dan sangat baik, ternyata hal ini hanya mendorong tercapainya rata-rata peningkatan keterampilan proses yang kurang dari siswa. Hal ini kemungkinan terjadi karena beberapa faktor, antara lain kemampuan mengajar guru dan kurangnya pembiasaan pembelajaran menggunakan inkuiri, sehingga naiknya level hierarki pembelajaran pada penelitian ini ternyata menunjukkan peningkatan yang rendah pada kemampuan keterampilan proses siswa berdasarkan hierarkinya.
Hasil analisis skor literasi sains siswa pada aspek kompetensi ilmiah dalam penelitian ini adalah rendah. Ini ternyata tidak lantas sama dengan hasil pernyataan pada aspek sikap ilmiah siswa untuk dukungan terhadap sikap inkuiri ilmiah dan ketertarikan siswa terhadap sains yang memiliki kecenderungan yang positif. Diduga penyebab rendahnya capaian literasi sains tersebut karena kemampuan keterampilan proses yang rendah dan juga proses pembelajaran yang cenderung menekankan aspek kognitif saja dan kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotor dari siswa.
(2)
Dian Sariati,2013 B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi para pengelola pendidikan khususnya pemangku kebijakan dalam kurikulum serta guru untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk menindaklanjuti penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru perlu memiliki kemampuan inkuiri ilmiah yang memadai untuk mendukung
terlaksananya proses pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri agar penggunaan hierarki inkuiri dapat berlangsung optimal.
2. Pengembangan pembelajaran yang menggunakan hierarki inkuiri untuk menilai pencapaian keterampilan proses siswa.
3. Pembiasaan pemberian soal-soal dalam asesmen yang betul-betul dapat mengukur kemampuan berpikir siswa, seperti soal-soal yang dikeluarkan oleh PISA.
4. Peneliti lain jika akan melakukan penelitian sejenis disarankan untuk melakukan pembiasaan pembelajaran yang menggunakan inkuiri pada guru dan siswa. Variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dapat lebih diteliti lagi seperti kemampuan guru dalam inkuiri, keterampilan proses pada tiap hierarki, dan jenis soal dalam literasi sains.
(3)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, A.O., Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research 5 (4): 234-240. IDOSI Publications.
Arikunto, S. (2003).Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Behiye, A. (2000). Effectiveness of Professional Development Program on a Teacher’s Learning to Teach Science as Inquiry University of IOWA DEpartement of Science Education. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 8.issue.article2(online). Tersedia dalam http://Ied.Edu.Hk/dpt slt/V8.issue2/bezir/indik.htl.
Brickman, P. et al. (2009). Effects of Inquiry-Based Learning on Students Science Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of
Teaching and Learning. Vol. 3, No. 2 (july 2009) ISSN 1931-4744 @
Georgia Southern University.
BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta.
Dahar, R.W. (2003), Aneka Wacana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung
: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djohar. (1987). Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan XVII, 2. Hal: 110
Ekohariadi. (2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15
Tahun Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan
Departemen PendidikanNasional.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.
Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.
Hadinugraha, S. (2012). Literasi Sains siswa SMA Berdasarkan kerangka PISA
(4)
Pengetahuan Biologi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Tidak diterbitkan.
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.
Hermita, N (2008). Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS Siswa SD. Tesis. PPs UPI.
Tidak Diterbitkan
Indrawati, (1999). Keterampilan Proses Sains/IPA. Bandung: Pusat pengembangan Guru IPA.
Jaelani. (2005). Pembelajaran Suhu dan Kalor Berbasis Inkuiri untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan KPS siswa MTs. Tesis. PPs UPI.
Tidak Diterbitkan.
Jannah, M. (2009). Analisis kemampuan Inkuiri Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri
dalam Pembelajaran IPA dan Hubungannya dengan Keterampilan Proses Siswa. Tesis. SPS UPI. Tidak Diterbitkan.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun E. (2009). Models of Teaching. Eight Edition. New Jersey: Allyn and Bacon.
Kerachsky, S. (2010). Program for International Student Assessment (PISA) 2009
Results. IES, USA.
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Limba, A. (2004) Pengembangan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk
Mengembangkan Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep dan Semangat Berkreatifitas Siswa SLTP pada Konsep Perpindahan Kalor.
Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.
Mahmud, A. (2008) Dampak Kemampuan Inkuiri Guru Terhadap Peningkatan
KPS Siswa. Tesis. PPs UPI. Tidak Diterbitkan.
Meltzer, D.E. (2002). The Relation Between Mathematics Preparation and Conceptual learning Gains in Physics: A possible “Hidden Variable” in Diagnostik Pre Test Scores. Journal of Am.j.Phys. 70 (12).
Moleong, L.J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
National Research Council. (2000). Inquiry and The National Science Education
Standarts A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National
Academic Press.
OECD. (2006). PISA Take the Test: Sample Questions from OECD’s PISA
(5)
Dian Sariati,2013
Analisis Keterampilan Proses Pada Penggunaan Hierarki Inkuiri Dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/pisa2006/41943106.pdf. (13 Pebruari 2013).
OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World Volume 1:
Analysis. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/publishing/corrigenda.
(13 Pebruari 2013).
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto, M.N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. (2011). Analisis Trend
Literasi Sains Siswa Indonesia dalam Studi PISA 2000-2009. Makalah pada
Seminar PISA Analisis Trend Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009. Puspendik Balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rustaman, N.Y. (1995). Pengembangan Butir Soal KPS. Makalah Jurusan Pendidikan IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.
Rustaman, N.Y., dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Rustaman, N.Y., (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia Bekerjasama dengan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19501231197903 2-NURYANI_RUSTAMAN/PenPemInkuiri.pdf. (1 juni 2013).
Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca.Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Rustaman, N.Y. (2010). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangk
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter.FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. (2010). Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. FMIPA UPI.[Online]. Tersedia :
http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032- nuryani_rustaman/pendidikan_biologi_dan_trend_penelitiannyav.pdf.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(6)
Semiawan, C. (1999), Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widya Sarana Indonesia.
Setiono, K. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Widya Padjadjaran.
Suhartini. (2007). Penilaian Produk Praktikum Menggunakan Peer Assessment
Berbasis Gender pada Konsep Sistem Reproduksi Tumbuhan. Skripsi S1
Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sukmadinata, N.S (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sumartati, L. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Makanan dan
Pengaruhnya Terhadap Kerja Ginjal Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa MTs. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trowbridge, Bybee & Sund. (1973). Becoming a Secondary School Science
Teacher. Toronto: A Bell & Howell Co.
Wenning, C.J. (2004). “Levels of Inquiry : Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes” Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online].
Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2007). “Assesing Inquiry skills as a component of scientific literacy”Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2010a). “Levels of Inquiry :Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science ” Journal of Phisics Teacher Education Online.
[Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5 Pebruari 2013)
Wenning, C.J. (2010b). “The Levels of Inquiry Model of :Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science ” Journal of Phisics Teacher Education Online. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu.(5Pebruari
2013).
Wulan, A.R. (2009). Asesmen Literasi Sains. Makalah dalam Diskusi terbatas Team Hibah Pascasarjana, SPS UPI Bandung.
PISA. (2006). Assessing, Scientific, Reading And Mathematical Literacy. OECD Publishing.
Trowbridge, Bybee & Sund. (1973). Becoming a Secondary School Science