Analisis keterampilan proses sains siswa melalui pendekatan inkuiri pada konesp sistem koloid

(1)

SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Oleh

WINDA SYAFITRI 105016200562

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

i

Nama : Winda Syafitri

NIM : 105016200562

Jurusan : Pendidikan IPA

Angkatan Tahun : 2005

Alamat : Jl. legal Parang Utara IV No.21 RT.008/04 Kec. Mampang Prapatan. Jakarta Selatan 12790

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP Dosen : 196812282003031004 Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia 2. Nama : Tonih Feronika, M.Pd

NIP Dosen : 197601072005011007 Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 9 Maret 2011 Yang Menyatakan


(4)

ii

PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Winda Syafitri 105016200562

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP. 196812282003031004

Tonih Feronika, M.Pd NIP. 197601072005011007


(5)

iii

Ilmu Pengetahuan Alam program studi kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berkembang melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan proses sains apa saja yang muncul melalui pembelajaran inkuiri dan mengetahui seberapa besar keterampilan proses sains siswa dapat berkembang. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 3 Jakarta pada kelas XI jurusan IPA. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009-2010. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 3 Jakarta kelas XI jurusan IPA yang berjumlah 21 orang. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan aspek keterampilan proses sains siswa muncul pada pembelajaran inkuiri dengan persentase yang bervariasi dengan kategori muncul sesuai dan muncul tidak sesuai. Aspek yang muncul sesuai yaitu aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi, dan aspek komunikasi, sedangkan aspek bertanya, aspek hipotesis, dan aspek interpretasi muncul tidak sesuai.


(6)

iv

Al-hamdulillahirabbil ‘alamin, ucapan syukur hanya pantas diberikan kapada Allah, Rabb semesta alam, penggengam alam dan seisinya. Yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan keikhlasan kepada kita semua sehingga pada kesempatan kali ini dari sekian banyak kesempatan yang sudah diberikan-Nya. Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada al-Qudwah kita Rasululah SAW. Keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqamah dalam memperjuangkan agama-Nya dan menghidupkan Sunnah-sunnahnya.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan dialami, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal Insya Allah.

Tanpa mengurangi penghargaan dan terimakasih, secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

v

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Penasehat Akademis atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan.

5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan. 6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, memberi motivasi dan pengarahan serta dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan.

7. Bapak Drs. H. Achmad Sjamsuri, MM, selaku Kepala Sekolah Sekolah Menengah Atas PGRI 3 Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ayahanda (Rachmat Alwi) dan Ibunda (Netty Herawaty), serta kakak-kakak tercinta (Firmansyah dan Firdaus) atas tetesan-tetesan keringat, airmata dalam mendidik, merawat, memberikan doa, dukungan baik moril maupun materil serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Sahabat- Sahabat tercinta, seperjuangan di atmosfer penuh Cinta Ilahi, Nilma Purnama, Nur Subechan, Khusnul Khotimah, Agustiana, Agustiani, Rizki Fauziah, Fatimah Azzahra, dan Gita Nurhasanah. Jazakumullah khairan katsir atas support dan do’anya. Serta kesabaran dan keikhlasannya dalam berjuang bersama. Semoga Allah kekalkan ukhuwah ini dan pertemukan kita di Jannah-Nya nanti.

10.Teman-teman seperjuangan di KARIMA, adik-adik Rohis SMAN 55 dan komda FITK, LDK Syahid, teman-teman SOLID 2005, teman-teman jurusan IPA program studi kimia, dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu, tak bersua bukan berarti tidak ada motivasi dan kalian membuktikan itu. Jazakumullah bi akhsanul Jaza.


(8)

vi

baiknya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin yaa Rabbal alamin.

Jakarta, 17 Februari 2011


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Hakikat Pendekatan Inkuiri ... 8

B. Kemampuan Psikomotor ... 17

C. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 20

D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri ... 24

E. Hakikat Ilmu Kimia ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37


(10)

viii

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(11)

ix

Tabel 3.2 Format Wawancara ... 43 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains ... 45 Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan


(12)

x


(13)

xi

a. Silabus ... 64

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 66

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 83

Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data ... 94

a. Format Lembar Observasi ... 94

b. Kisi-kisi Pengamatan Lembar Observasi ... 97

c. Format Wawancara ... 104

Lampiran 3. Pengolahan Data ... 105

a. Hasil Perhitungan Lembar Observasi Secara Keseluruhan ... 109

b. Data Hasil Wawancara Tiap Kelompok ... 111

Lampiran 4. Lembar Uji Referensi 112

Lampiran 5. a. Surat Permohonan Izin Penelitian 118

b. Surat Bimbingan Skripsi 119


(14)

1 A. Latar Belakang

Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang pokok ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat berbagai cabang keilmuan, antara lain ilmu fisika, ilmu biologi, dan ilmu kimia.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa di SMA/MA adalah kimia, Michael Purba menjelaskan bahwa

Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.1

Bidang studi kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa, sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan siswa.

1


(15)

Proses belajar merupakan hasil yang kompleks. Belajar terkait dengan apa yang harus dikerjakan oleh siswa tersebut. Guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan yang menggerakkan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian, seorang pendidik perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menggunakan alat/bahan, dan mengajukan pertanyaan.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, pembelajaran cenderung hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja, misalnya keterampilan berkomunikasi dan observasi. Keterampilan komunikasi kegiatan yang dilakukan misalnya dengan diskusi kelompok, siswa melakukan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Sedangkan keterampilan observasi kegiatan yang biasa dilakukan misalnya melalui kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa melakukan kegiatan diantaranya merancang dan menggunakan alat, serta mencatat hasil pengamatan. Dari aspek keterampilan komunikasi dan observasi tersebut sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi masih banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya keterampilan menyampaikan ide atau gagasan, keterampilan mengamati, menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan, menganalisis data, menyajikan pemahaman baru, dan masih banyak lagi keterampilan-keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.

Menurut Zulfiani dkk, “pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu

keterampian proses”.2

Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan

2

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. I, h. 93


(16)

proses, dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi (merencanakan percobaan), observasi (pengamatan), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi (meramalkan), interpretasi (menafsirkan pengamatan), dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan adanya pendekatan dalam pembelajaran yang mampu memunculkan keterampilan proses sains siswa tersebut. Pendekatan pembelajaran yang mengarahkan pada terciptanya suasana kegiatan di atas salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis-argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang ada dalam alam, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Tidak hanya meteri yang disampaikan guru di kelas.

Kemampuan inkuiri selalu dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Dalam proses belajar tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah dan membaca buku. Siswa seharusnya mampu mengkonstruksi pemahamannya serta terlibat aktif dalam pembelajaran mulai dari merumuskan masalah, berhipotesis, merancang atau menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, hingga membuat kesimpulan. Siswa membutuhkan kesempatan untuk dapat berfikir dari ide yang bersifat konkret menuju ide yang bersifat abstrak. Siswa perlu memikirkan kembali hipotesisnya, mengadaptasi dan menguji coba pemahaman dan maupun menyelesaikan masalah.


(17)

Salah satu prinsip utama inkuri, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai pendekatan pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa.3

Melalui pendekatan inkuiri inilah siswa akan terdorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sesuai, ditambah lagi dengan dorongan yang diberikan guru, agar setiap siswa memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Dengan begitu, keinginan siswa untuk mengetahui, akan menambah motivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban atau solusi dari masalahnya. Pendekatan inkuiri juga mengajarkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara mandiri, sehingga dalam diri mereka akan muncul kemampuan berpikir yang kritis, karena selama proses pembelajaran berlangsung, guru terus menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang dapat membangkitkan pemikiran siswa secara ilmiah, dengan demikian pikiran siswa akan termotivasi untuk selalu berpikir. Dalam pendekatan inkuiri setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru menuntut siswa untuk aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapinya, dan dari masalah tersebut mereka dituntut untuk mencari sumber sendiri belajar mengemukakan pendapat sendiri, serta merumuskan kesimpulan sendiri, yang nantinya dengan kesimpulan mereka tersebut, mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah, serta mempertahankan pendapatnya masing-masing. Jika hal tersebut sudah benar-benar dapat dijalankan oleh seorang siswa, maka tentunya pengalaman-pengalaman yang sudah didapat oleh siswa akan mudah untuk diingat dalam kehidupannya, dan akan selalu tersimpan dalam memori pikirannya, dengan demikian keterampilan-keterampilan proses sains siswa akan muncul dengan baik.

3


(18)

Pada penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada pokok bahasan sistem koloid, dimana pokok bahasan ini dianggap sesuai bila diajarkan melalui pendekatan inkuiri, karena pada pokok bahasan ini aktivitas pembelajarannya dapat dilakukan dengan praktikum dan diskusi. Karena dalam pembelajaran inkuiri ada aktifitas merancang dan menganalisis eksperimen. Dalam kegiatan praktikum, siswa melakukan aktifitas seperti merancang percobaan, merangkai dan menggunakan alat, menganalisis data, dan prediksi. Sedangkan dalam kegiatan diskusi siswa melakukan aktifitas bertanya, menyampaikan ide atau gagasan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, yang secara keseluruhan aktifitas yang dilakukan siswa tersebut merupakan keterampilan proses yang muncul melalui pendekatan inkuiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Keterampilan

Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri pada Konsep Sistem Koloid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran kimia tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman sendiri.

2. Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan proses.

3. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi sebatas transfer informasi dan pemberian contoh-contoh.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah ini dapat dibahas dan tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan skripsi ini sebagai berikut:


(19)

1. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan inkuiri menurut Erna Suwangsih dengan tahapan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan.

2. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah keterampilan mengamati (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian (eksperimen), menggunakan alat/bahan, mengajukan pertanyaan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Diantara aspek-aspek keterampilan proses sains yang muncul, aspek apa yang paling dominan dijumpai dalam penerapan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan inkuiri?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa muncul melalui pendekatan pembelajaran inkuiri.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru:

a. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk membelajarkan peserta didiknya dengan pendekatan pembelajaran yang membangun kreatifitas juga pola pikir siswa yang kreatif.

b. Dari aspek keterampilan proses sains yang paling banyak muncul dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menentukan pendekatan pembelajaran


(20)

yang tepat karena pelajaran akan mudah diserap oleh siswa dengan banyak melibatkan siswa pada aktivitas pembelajaran dari pada siswa hanya membaca dan mendengar saja.

2. Bagi peneliti:

a. Dapat dijadikan literatur untuk penelitian lebih lanjut b. Peneliti lebih memahami pendekatan pembelajaran inkuiri.


(21)

8 A.Hakikat Pendekatan Inkuiri

1. Pengertian inkuiri

Menurut Agus Sugianto “Inkuiri adalah seni mengajukan pertanyaan tentang alam sekitar dan penemuan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. di dalam inkuiri terdapat proses pengamatan yang cermat, pengukuran, perumusan hipotesis,

interpretasi, dan pembentukan teori”.1

Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif, mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memproleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Mark T. Jones dan Carles J. Eick menjelaskan bahwa

“Pembelajaran inkuiri adalah sebuah proses aktif dan menggambarkan inkuiri yang ilmiah dan terjadi dalam konteks pendidikan formal”.2 Yang terpenting pada pembelajaran inkuiri adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain, mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

Inkuiri adalah istilah yang berasal dari bahasa inggris (inquiry),

yang artinya penyelidikan. “Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas”.3

Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif,

1Agus Sugianto, dkk. Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: AprintA, 2009), h. 19.

2

Mark T. Jones dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum: Obstacles, Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two Middle School Science Teachers, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 Januari 2007, h. 493.

3


(22)

mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Dalam pelaksanaannya guru memberikan tugas berupa permasalahan di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik”.4

Dalam pembelajaran inkuiri ada interaksi antar siswa dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam komunikasi. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mamapu mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

“Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah”.5

Dengan pembelajaran inkuiri inilah mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap perkemabangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan

4

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. I, h.199.

5

Syaiful Segala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alvabeta, CV., 2008), cet. VI, h. 196.


(23)

bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

“Pendekatan inkuiri adalah cara seorang ilmuan menyelidiki

dunia alam dan menghasilkan fakta-fakta, penjelasan mendasar (teori),

gambaran (hukum) dan produk (teknologi)”.6

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, peserta didik akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya.

NRC dalam Arthur A. Charin menjelaskan bahwa:

Inkuiri adalah kumpulan produk yang saling terkait dimana ilmuan dan siswa bertanya tentang dunia alam dan menyelidiki suatu gejala, siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan pemahaman konsep, asas, model dan teori. Inkuiri adalah komponen penting sebuah program sains pada seluruh tingkatan kelas dan pada setiap bidang ilmu pengetahuan.7

Inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil temuanya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain.

Menurut Carin dan Sund dalam Erna Suwangsih, mengemukakan bahwa:

Inkuiri adalah the proses of investigating a problem, yaitu

proses dari menemukan masalah”. Adapun Piaget mengemukakan bahwa “metode inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang

6

Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford University Press, 2005), h. 35.

7

Arthur A. Charin dkk., Activities for Teaching Science as Inquiry, (New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, 2005), h. 3.


(24)

lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan

penemuan peserta didik lain”.8

Melalui kegiatan eksperimen, siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk menemukan dan mencari jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan demikian siswa dapat menguasai beberapa keterampilan, diantaranya keterampilan merencanakan dan keterampilan melaksanakan penelitian ilmiah.

Menurut Hamalik, “pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu

strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok

yang digariskan secara jelas”.9

Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, selain itu adanya kelompok memberikan keterampilan bagi siswa untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menjawab pertanyaan. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mampu mengembangkan keterampilan siswa dalam komunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

Dari beberapa definisi inkuiri, maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan membuat kesimpulan.

8

Erna Suwangsih dkk, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), cet. Pertama, h. 185.

9

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), cet. I, h. 220.


(25)

2. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri

Agar model pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilalui beberapa tahapan sebagai berikut:10

a. Penyajian masalah, pada tahap ini kepada siswa disajikan masalah yang ditemukan. Penyajian masalah dirancang begitu rupa sehingga siswa dihadapkan kepada situasi teka-teki yang menuntut jawaban dan keterangan. Melalui masalah yang disajikan, siswa mampu berhipotesis.

b. Tahapan berikutnya adalah pengumpulan dan verifikasi data. Situasi teka-teki tadi diharapkan dapat mendorong keinginan siswa untuk mencari dan mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan diverifikasi untuk mencari kesahihannya. Data yang kurang sahih dibuang dan data yang sahih dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan guna tindak lanjut berikutnya.

c. Tahap eksperimen. Pada tahap ini, berdasarkan data yang diperoleh dan yang sudah diuji kesahihannya sebelumnya dilakukan eksperimen. Tujuannya adalah untuk menguji dan mengeksplorasi secara langsung.

d. Tahap selanjutnya adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. Data yang diperoleh diorganisir secara sistematis dan diberikan penjelasan. Siswa mencari data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.

e. Tahap berikutnya adalah mengadakan analisis. Di sini siswa diminta membuat analisa untuk melihat pola-pola yang terdapat dalam eksperimen yang telah dilakukan. Diharapkan dengan menganalisa pola-pola tertentu yang muncul ditemukanlah sesuatu yang baru. inilah yang menjadi sasaran dari seluruh proses inkuiri yang telah dilakukan.

10

Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), cet. I. h. 78-79


(26)

Inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan berbagai kegiatan, kendatipun pendekatan inkuiri ini paling banyak mendapat dukungan dan paling banyak pula digunakan oleh para pendidik, namun hal tersebut tidak berarti bahwa pendekatan lainnya itu diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan inkuiri.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan pendekatan inkuiri sebagai berikut:11

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. b. Merumuskan masalah yang ditemukan.

c. Merumuskan hipotesis.

d. Merancang dan melakukan eksperimen. e. Mengumpulkan dan menganalisis data.

f. Menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: efektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Pendekatan inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:12

a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri dengan jumlah kelompok maksimal 6 (enam) kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas lima atau enam orang.

b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok dan setiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang berhubungan dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

d. Merumuskan semua istilah dalam proposisi kebijakan.

11

op.cit., h. 186. 12


(27)

e. Menyelidiki validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

f. Mengumpulkan bukti untuk unsur atau posisi proposisi.

g. Menganalisis solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok. h. Menilai proses kelompok.

Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membahas materi-materi yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing individu berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang pemecahan masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan kelompoknya.

3. Keunggulan pendekatan inkuiri

Adapun teknik inquiry menurut Roestiyah NK dalam Rochmah Yudhawati Dhewi, memiliki keunggulan sebagai berikut:13

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, terbuka dan bekerjasama. d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih menarik bagi siswa. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar mandiri.

13

Rochmah Yudhawati Dhewi, Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Menggunakan Pendekatan Discovery dan Inquiry dalam Fisika, (Jakarta: Project Implementation Commitee, 2007), h. 146.


(28)

i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. Kegiatan belajar menjadi lebih hidup, karena siswa harus berperan aktif.

j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Keunggulan pendekatan inkuiri antara lain:14

a. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. b. Mengembangkan konsep diri siswa.

c. Siswa memiliki tingkat pengharapan yang tinggi, yaitu memiliki ide tertentu tentang bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.

d. Mengembangkan bakat kemampuan individu siswa.

e. Pembelajaran inkuiri menghindarkan siswa dari cara-cara belajar menghafal.

f. Pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

4. Manfaat pendekatan inkuiri

Metode inkuri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mengambil inisiatif yang positif dalam proses belajarnya. Dengan metode ini mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual, model pembelajaran inkuiri sangat baik untuk menjadikan siswa lebih menghayati proses penyelidikan yang dilaksanakan dan belajar

14

Kinkin Suartini, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery-Inquiry (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar),


(29)

tentang prosedur ilmiah secara langsung. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh pengetahuan baru dengan cara mencari sendiri.15

Pembelajaran sains berbasis inquiry perlu dilakukan mengingat hal-hal berikut:16

a. Dalam sains terkandung dimensi produk (pengetahuan) dan dimensi proses (kerja ilmiah). Dengan inquiry kedua dimensi dapat dicapai.

b. Dengan melibatkan rasa ingin tahu siswa-siswi yang diungkapkan dengan pertanyaan, pengetahuan yang diperoleh siswa-siswi menjadi lebih bermakna.

c. Metode pembelajaran mewadahi perbedaan tahap perkembangan siswa-siswi.

d. Pembelajaran sains berbasis inquiry dapat membangun keterampilan berkomunikasi melalui pertukaran gagasan sains sehingga siswa-siswi saling belajar satu sama lain.

e. Inquiry membangun kemampuan berpikir kritis dan masyarakat yang tidak mudah mempercayai isu.

f.Inquiry membangun kesadaran tentang perlunya perlindungan alam.

Inkuiri memungkinkan terwujudnya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya. Tidak hanya itu, inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil-hasil temuannya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain.

15

op.cit., h. 78. 16


(30)

B.Kemampuan Psikomotor

“Ranah perilaku psikomotorik menunjukkan pada segi

keterampilan atau kemahiran untuk meragakan suatu kegiatan atau memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan keterampilan secara fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup tahapan:

menirukan, memanipulasi, artikulasi dan naturalisasi”.17

Hasil belajar pada psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Menurut Martinis Yamin, “Kawasan Psikomotor adalah kawasan

yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara

syaraf dan otot.”18

Dengan demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat fisik tertentu.

Anas Sudiyono mengatakan bahwa “ranah psikomotor adalah

ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.”19 Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

17

Uyu Wahyudin, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. 1, h. 32.

18

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet.II, h. 37.

19

Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. IV, h. 57-58.


(31)

Menurut Trowbridge dan Bybe dalam Ahmad Sofyan dkk.

menekankan bahwa “domain psikomotor mencakup aspek-aspek perkembangan motorik, koordinasi otot, dan keterampilan-keterampilan fisik. Selanjutnya Trowbridge dan Bybe mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu: moving (bergerak), manipulating (memanipulasi), communicating (berkomunikasi), dan creating (menciptakan)".20

Ahmad Sofyan dkk. mengutip Trowbridge et.al (1981:127) yang mencakup bergerak (moving), memanipulasi (manipulating), berkomunikasi (communicating), dan menciptakan (creating). Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:21

Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Dalam kelas kimia, tujuan pembelajaran yang termasuk kategori ini adalah, misalnya: siswa dapat membersihkan alat-alat praktikum atau siswa dapat membawa mikroskop dengan benar, siswa dapat menempatkan atau menyimpan alat-alat praktikum sesuai pada tempatnya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau menyimpan.

Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai, meramu, mengubah, membersihkan, menghubungkan, memanaskan, mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam kategori

20

op.cit., h. 24. 21


(32)

ini, misalnya siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam gelas kimia dengan benar.

Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: mengajukan pertanyaan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat grafik membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam aspek ini, misalnya: siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai maslah-masalah yang sedang didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat.

Creating (menciptakan), merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran kimia biasanya memerlukan sejumlah kombinasi dari gerakan, manipulasi, dan komunikasi dalam membangkitkan hasil baru yang sifatnya unik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: membuat kreasi, merancang, mensintesis, menganalisis, dan membangun. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut: siswa dapat menggabungkan potongan-potongan alat untuk membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu percobaan.

Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi, dikatakan bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursip. Gerakan refleks adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus. Dari sini akan meuncul keterampilan proses siswa. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,


(33)

seperti keterampilan olah raga. Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.22

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan ranah psikomotor mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.

C.Hakikat Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Agus Sugianto “pendekatan keterampilan proses

merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari”.23 Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Zulfani dkk. mengungkapkan bahwa “keterampilan proses sains

merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan”.24 Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep.

Menurut E. Mulyasa “pendekatan keterampilan proses

merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari”.25 Jadi, keterampilan proses adalah suau

22

Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. I, h. 25. 23

op.cit., h.8. 24

op.cit., h. 51. 25

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. I, h. 99.


(34)

pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dalam objek konkret sampai pada penemuan konsep.

Dari beberapa definisi keterampilan proses, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa sendiri. Hal yang perlu ditekankan pada penelitian ini pendekatan keterampilan proses yang digunakan adalah pendekatan keteampilan proses pada proses IPA atau keterampilan proses sains (KPS), yaitu pengembangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains.

2. Manfaat keterampilan proses Sains

Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:26

a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu.

c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.

d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret.

e. Mengembangkan kreativitas siswa. 3. Aspek-aspek keterampilan proses

Ada 7 jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni:27

26

op.cit., h. 51-55. 27

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. I, h. 150-151.


(35)

a. Mengamati; siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya: melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data/informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya. b. Menggolongkan/mengklasifikasikan; siswa harus terampil

mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan pengamatan.

c. Menafsirkan (menginterpretasikan); siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana.

d. Meramalkan; siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

e. Menerapkan; siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai ke dalam situasi atau pengalaman baru. keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya.

f. Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian.

g. Mengkomunikasikan; siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan


(36)

perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya.

Menurut Sri Sulistyorini dalam Agus Sugianto, kemampuan-kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut.28

a. Kemampuan bertanya/menemukan masalah b. Kemampuan melakukan pengamatan

c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan.

d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi. e. Kemampuan mengukur.

f. Kemampuan merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan penelitian.

g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi baru.

h. Kemampuan menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.

Sesungguhnya dalam jenis-jenis keterampian proses itu tidak ada batas yang jelas, satu sama lain saling terikat dan berhubungan. Misalnya untuk dapat mengelompokan seseorang memerlukan keterampilan pengamatan. Pengkatagorian jenis-jenis keterampilan proses ini dimaksudkan untuk meninjau dengan penekanan pada keterampilan tertentu.

D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sains merupakan satu kesatuan sistem yang mempunyai pola (keteraturan) tertentu dan diperoleh melalui studi komprehensif, teliti dan sistematis. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran, sains atau IPA tidaklah hanya mengedepankan produk atau

28


(37)

hasil saja melainkan proses pencapaian pembelajarannya. Jika pembelajaran menekankan pada aspek proses maka pengalaman belajar siswa lebih bersifat langsung, karena dalam hal ini belajar sains bagi siswa bukanlah lagi menghafal teori atau konsep semata, melainkan mengimplementasikan atau mengkonstruksi pengetahuan secara langsung dan menerapkannya pada kehidupan nyata.

Dalam proses pembelajaran seperti halnya inkuiri, keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditawar lagi keberadaannya, karena keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam memproses pelajaran sains, karena dengan keterampilan proses sains ini siswa dapat menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajar. Peran dan fungsi keterampilan proses juga tidak berhenti sampai disini saja, melainkan akan berlanjut kepada pengembangan kemampuan siswa berikutnya melalui proses interaksi antara kemampuan (keterampilan memproses informasi sebelumnya) dengan konsep melalui proses belajar mengajar hingga mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa.

Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran selalu disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan. Hal ini didasarkan atas perbedaan tingkat perkembangan dan pengetahuan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan usianya.

Keterampilan proses yang merupakan standar kelulusan bagi siswa SMA dan MA meliputi: keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran yang berorientasikan keterampilan proses, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Conny Semiawan dkk.


(38)

dalam penelitiannya, “dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan

skap dan nilai”.29

Sikap ilmiah dalam pelaksanaannya ini hanya akan muncul atau bahkan berkembang jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintis muda di kelas. Dalam hal ini anak memerlukan lebih banyak doing science daripada listening to scientific knowledge. Dengan kata lain, peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika penagajaran IPA

guru dengan mengurangi peran „pengkhutbah‟ dan meningkatkan peran fasilitator melalui kegiatan praktis IPA (scientific activities) yang mendorong anak doing science seperti pengamatan, pengujian, dan penelitian dan jenis keterampilan lainnya.

Pembahasan ini juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa keterampilan proses memiliki keterikatan dengan sikap ilmiah siswa. Hal ini terbukti dari berbagai jenis keterampilan proses ternyata melibatkan sikap ilmiah yang ada, seperti pada kegiatan mengidentifikasikan masalah, siswa dilatih untuk memupuk rasa ingin tahu, bersifat jujur, objektif, dan teliti. Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa dilatih jujur, kerja sama dan kreatif. Dalam kegiatan menyimpulkan hasil pengamatan, siswa dilatih memupuk rasa ingin tahu, objektif, jujur, terbuka, kritis, kerja sama, dan berinisiatif. Hal senada juga telah diungkapkan oleh Semiawan, dkk dalam bukunya bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang lebih banyak mengaktifkan siswa, serta memberi kesempatan yang luas

29

Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Grasindo, 1992), cet. I, h. 18


(39)

dalam mengembangkan inetelektual, keterampilan proses sains, minat, dan sikap ilmiahnya.

Pengembangan keterampilan proses diatas hanya terbatas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Namun kini, beranjak dari konsep pendekatan ini yaitu pengajaran yang mengaktifkan siswa, maka bisa ditemukan atau digunakan model pembelajaran baru didalamnya yang serupa, seperti discovery dan inkuiri.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa, yang mana dalam hal ini tentunya melibatkan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kedua aspek tersebut, salah satunya seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan menggunakan pendekatan inkuiri.

Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains30 No. Keterampilan Proses

Sains

Aspek yang diamati

1 Bertanya/mengajukan pertanyaan

Bertanya untuk meminta penjelasan Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

2 Hipotesis Membuat hipotesis/dugaan

sederhana dengan bahasa sendiri Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji kebenarannya dengan memperoleh bukti

3 Investigasi/merencanakan percobaan

Menyiapkan alat dan bahan Membuat campuran

Merangkai alat praktikum

Menggunakan alat dengan teknik

30


(40)

yang benar

Membuat tabel hasil pengamatan

4 Observasi Mengamati perbedaan larutan,

suspensi, dan koloid.

Mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall dan koagulasi.

Menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan

5 Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel

Mencari perbedaan dan persamaan. Mengontraskan sifat-sifat

6 Prediksi Memperkirakan bentuk campuran

(homogen atau heterogen)

Memperikirakan terjadinya gumpalan pada susu setelah penambahan perasan jeruk nipis

7 Interpretasi Menggambarkan /menterjemahkan

data

Menganalisis data

Menyajikan pemahaman baru Membuat keismpulan sesuai dengan hasil pengamatan

8 Komunikasi Mempresentasikan hasil

pengamatan

Mendiskusikan hasil percobaan Menampaikan ide/gagasn/data Menyimak pendapat/gambaran yang disampikan tiap kelompok Menjawab/menanggapi pertanyaan.


(41)

E.Hakikat Ilmu Kimia 1. Pengertian Ilmu kimia

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari berbagai fenomena dan hukum alam. Adapun ilmu pengetahuan alam itu mencakup: sub bidang studi fisika, biologi, geologi, astronomi, dan salah satunya adalah kimia.

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa

Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.31

Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa “kimia merupakan experimental science, yaitu ilmu yang berbasiskan percobaan. Semua teori dan hukum-hukum kimia didasarkan pada data percobaan dan

pengamatan.”32

Pendek kata, dewasa ini kehidupan kita sehari-hari semakin dibanjiri oleh bahan kimia, yang sering kali pula menghasilkan reaksi-reaksi kimia. Jadi, sekarang ini bukan hanya orang yang bekerja di laboratorium kimia saja yang setiap saat selalu dihadapkan pada bahan kimia, contohnya adalah garam dapur, yang kandungannya tidak seratus persen murni dari air laut, melainkan ada zat kimia yang terkandung dalam garam tersebut.

2. Manfaat mempelajari Ilmu kimia

Mungkin ada yang bertanya tentang apa manfaat mempelajari ilmu

kimia. “Manfaat yang segera kita dapat ketika mempelajari ilmu kimia adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai

31

Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3. 32

Nana Sutresna, Kimia untuk SMA kelas X, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006), cet. II, h. 1.


(42)

proses yang berlangsung di dalamnya, sehingga kita dapat mengontrol perubahan ini demi keuntungan bagi kehidupan manusia dan

lingkungan”.33

Manfaat lain dari belajar kimia adalah masalah

pembentukan sikap. “Dengan mempelajari ilmu kimia atau ilmu

pengetahuan pada umumnya, kita senantiasa berhadapan dengan masalah dan berusaha memecahkannya secara sistematis. Seringkali masalah dalam ilmu kimia terlihat rumit dan kompleks, sehingga ada kesan bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang sukar.34 Sebenarnya kerumitan itu akan menjadi suatu keuntungan jika disikapi dengan benar apablia kita menjadi terbiasa menghadapi masalah, kemudian memecahkannya secara logis dan terencana, maka kebiasaan itu akan membantu kita dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari. Diatas segalanya itu, ilmu kimia akan menunjukkan kepada anda betapa teraturnya alam ini, baik alam makro maupun mikro. Kiranya semua itu akan menambah kekaguman kita kepada Sang pencipta

Adapun berikut ini akan diuraikan manfaat ilmu kimia secara garis besarnya, yaitu:

a. Dengan belajar ilmu kimia, pola pikir ilmiah dapat terbentuk. Artinya, jika kita terbiasa memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam ilmu kimia, diharapkan pola pikir ilmiah ini terkristalisasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diterapkan dalam banyak hal.

b. Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengerti bahan-bahan kimia yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya susu, vitamin, shampo, detergen, sabun, racun, anti nyamuk, kabel listrik, dan lain-lain.

c. Lebih memudahkan siswa yang ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi jurusan kedokteran, biologi, pertanian, teknik lingkungan, teknik kimia, dan lain-lain.

33

op.cit., h. 5. 34


(43)

3. Konsep sistem koloid a. Pengertian sistem koloid

“Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa yunani berarti “lem”. Istiah koloid perama kali diperkenalkan oleh Thomas

Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kistal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi”.35 Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut dengan koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil daripada suspensi.

Sistem koloid adalah campuran homogen antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Campuran ini homogen, artinya campuran dua zat menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja fasa terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar), tetapi gabungan dari beberapa molekul. Jika kita ambil contoh yang umum, zat terdispersi padatan dalam fasa pendispersi air maka sistem koloid merupakan dispersi padatan (gabungan dari banyak molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Akan tetapi, partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fasa terdispersi dan mana fasa pendispersi.36

b. Macam-macam koloid37

1) Sol: sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Contoh: agar-agar, pektin, gelatin, cairan kanji.

35

Unggul Sudarmo, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 193.

36

Nana Sutresna dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, (Bandung: penerbit Ganeca, 2000), cet. I, h. 110

37

Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Gravindo Media Pratama, 2006), cet. I, h. 294-298.


(44)

2) Sol padat: sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat. Contoh: logam campuran (aloi), misalnya stainless steel. 3) Aerosol padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan

fase pendispersi berupa gas. Contoh: asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor.

4) Aerosol: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas. Contoh: hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot.

5) Emulsi: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Contoh: krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim yang encer).

6) Emulsi padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: keju, mentega, dan mutiara.

7) Busa: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh: sabun, deterjen, protein, dan tanin.

8) Busa padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: karet busa, batu apung.

c. Sifat-sifat koloid 1) Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.

2) Effek Tyndall

Effek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.


(45)

3) Adsorbsi

Partikel koloid mempu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion-ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada permukaannya, partikel koloid tersebut menjadi bermuatan. Contoh:

a) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

b) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-.

4) Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis.

5) Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.

a) Koloid liofil:

sistem koloid yang afinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.

Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat b) Koloid liofob:

System koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.


(46)

6) Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air.

7) Dialisis

Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga ion-ion-ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.38

38


(47)

34 A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA PGRI 3 Jakarta. 2. Waktu Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi sistem koloid yang dipelajari di semester genap, maka penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-18 Mei 2010.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif, dalam Subana dijelaskan bahwa “Penelitian Deskriptif menuturkan

dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya

apa adanya”.1

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat, dalam penelitian ini aspek yang akan di teliti adalah keterampilan proses sains siswa.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA di SMA PGRI 3 Jakarta yang terdistribusi ke dalam satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas XI jurusan IPA dianggap sesuai dijadikan sampel dalam penelitian ini karena kelas XI jurusan IPA pada semester genap mempelajari mata pelajaran kimia pokok bahasan sistem koloid dimana pokok bahasan tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai materi penunjang penelitian. Siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan perempuan, siswa dari kategori tinggi,

1

M. Subana, dkk, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 89.


(48)

sedang, dan rendah. Penempatan kategori tinggi, sedang, dan rendah ditentukan berdasarkan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran kimia. Pengelompokkan ini dilakukan agar tiap kelompok memiliki kemampuan yang relatif homogen dalam hal praktikum dan diskusi.

D. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.2 Observasi yang dilakukan di sini adalah observasi langsung, yang mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung. Instrumen yang digunakan untuk menyaring data aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah lembar observasi. Untuk mengetahui urutan kemunculan keterampilan proses dan frekuensi, dalam Subana yang mengutip Ruseffendi bahwa “khusus untuk observasi terhadap interaksi belajar -mengajar di kelas dikembangkan beberapa instrument yang disebut VICS,

Bias, dan Flanders”.3

Format observasi yang dikembangkan menggunakan format yang dikembangkan oleh Flinders, namun dalam penelitian ini dimodifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Format dalam penelitian ini menggunakan 3 kategori yaitu muncul sesuai, muncul tidak sesuai, dan tidak muncul. Lembar observasi digunakan untuk menjaring aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria-kriteria yang ada. Aspek keterampilan proses yang diamati pada penelitian ini tiap pertemuan berbeda, hal tersebut dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan di lakukan.

Observasi mulai dilakukan pada pertemuan pertama, pada pertemuan pertama persiapan untuk melakukan kegiatan praktikum,

2

Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, h. 30.

3


(49)

dimana siswa mulai melakukan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu siswa diberi LKS yang berisi tujuan, alat dan bahan saja, sedangkan prosedur penelitiannya siswa sendiri yang menentukannya. Oleh sebab itu pada bagian ini siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan prosedur penelitian, aspek keterampilan proses sains yang di amati observer pada bagian ini adalah aspek bertanya dan aspek hipotesis.

Pada pertemuan ke dua siswa melanjutkan kegiatan diskusi kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua tidak ada pengamatan observasi.

Pada pertemuan ke tiga pelaksanaan praktikum, aspek keterampilan proses sains yang diamati yaitu, aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi dan aspek prediksi. Pada bagian ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat, bahan, dan tujuan yang telah disediakan dalam LKS dengan pedoman prosedur yang telah dibuat dan didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing.

Pada pertemuan ke empat membahas hasil praktikum. Aspek keterampilan proses yang diamati adalah aspek interpretasi dan komunikasi, karena pada kegiatan ini pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang membahas tentang hasil yang di dapat dalam praktikum.

Dalam penelitian ini keterampilan proses, pencuplikan data melalui lembar observasi melibatkan empat orang observer yang mengobservasi terhadap lima kelompok. Setiap kelompok diobservasi oleh satu orang observer yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang pelaksanaan ebservasi dari peneliti. Satu orang observer mengobservasi dua kelompok. Penjelasan yang diberikan berupa penjelasan penggunaan lembar observasi pada saat mengamati kegiatan praktikum serta pemberian kisi-kisi tiap poin pengamatan pada lembar observasi. Dengan langkah tersebut diharapkan persepsi setiap observer terhadap fenomena yang muncul pada saat pembelajaran menjadi sama.


(50)

2. Wawancara

Menurut Suharismi Arikunto “wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan

sama sekali untuk mengajukan pertanyaan”.4 Dengan demikian wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang diaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab langsung kepada perwakilan siswa di tiap-tiap kelompok. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar semua dapat diperoleh dengan baik dan lengkap, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan (KTSP) yang digunakan sekarang, serta menganalsis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan pokok bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan metode diskusi dan praktikum dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah sistem koloid.

b. Membuat silabus, dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data.

4


(51)

d. Menguji Validasi instrument penelitian oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan sasaran para ahli. Apabila instrument tersebut telah disetujui oleh para ahli, maka instrument tersebut akan langsung digunakan untuk penelitian.

e. Memperbanyak instrument untuk digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian berlangsung selama 5 pertemuan. Adapun uraian kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama

Pembagian kelompok, siswa dibagi ke dalam lima kelompok, setiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa dari kategori tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok siswa untuk kemudian dipelajari dan didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa ditugaskan untuk merumuskan prosedur/langkah kerja praktikum serta dasar teori sistem koloid sebagaimana belum tersedia pada LKS, LKS yang telah dilengkapi akan dijadikan pedoman siswa untuk melakukan kegiatan praktikum pada pertemuan selanjutnya.

Pada pertemuan pertama mulai dilakukan observasi terhadap keterampilan proses proses sains siswa selama melakukan kegiatan diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer, yang bertugas untuk mencatat kemunculan keterampilan proses sains siswa pada saat diskusi. Sebelum pertemuan pertama dimulai, para observer sudah memiliki lembar observasi dan sudah mengetahui siswa yang akan diobservasi. Para observer diberikan pengarahan tentang cara penilaian pada lembar observasi sebelum pertemuan pertama.

b. Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua siswa melanjutkan kegiatan diskusi kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua tidak ada pengamatan observasi.


(52)

c. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga dilakukan kegiatan praktikum mengenai mengklasifikasikan suspensi kasar larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (effek tyndall, kogulasi, homogen/heterogen, dan penyaringan). Pada pertemuan kedua ini dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan praktikum, setiap kelompok didampingi satu observer.

d. Pertemuan keempat

Pada pertemuan keempat siswa melakukan kegiatan diskusi dan presentasi mengenai hasil praktikum yang telah mereka lakukan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer.

e. Pertemuan kelima

Pada pertemuan kelima dilakukan wawancara terhadap perwakilan kelompok siswa pada masing-masing kelompok.

3. Tahap Pengolahan Data

Langkah-langkah dalam tahap pengolahan data adalah: a. Pengolahan data lembar observasi

b. Pengolahan data hasil wawancara

F. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, instrumen lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui validitasnya dan proses pembelajaran direkam untuk menjaga reliabilitasnya. 1. Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan suatu instrumen.”5

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk mengetahui ketepatan instrumen lembar observasi untuk mengukur keterampilan proses sains

5


(53)

dilakukan validasi isi oleh dosen pembimbing. Validasi ini dilakukan dengan cara menentukan tujuan mengadakan pengamatan, mengadakan pembatasan terhadap bagian yang akan diamati, merumuskan indikator dari tiap bagian yang akan diamati, dan menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator.

2. Reliabilitas

“Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan, atau konsistensi dan dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten”.6 “Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.7 Untuk menjaga reliabilitas dari instrumen lembar observasi, maka sebelum melakukan pengamatan yang sesungguhnya, observer perlu dilatih terlebih dahulu untuk

“menyingkirkan” atau “menekan sampai sesedikit mungkin” unsur

objektivitas observer. Alternatif lain yang digunakan dalam mencari reliabilitas instrumen observasi yaitu dengan dokumentasi video.

6

op.cit., h. 105. 7


(54)

ALUR PENELITIAN

Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA

Analisis Materi Pelajaran

Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Membuat Instrumen Penelitian

Validitas Instrumen Memperbanyak Instrumen Diskusi Praktikum Diskusi Observasi

Penentuan Siswa yang Akan Diwawancarai

wawancara Temuan Penelitian

Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan saran YA P E R S I A P A N P E L A K S A N A A N P E N G O L A H A N D A T A


(1)

3 Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu!

Menarik, karena dapat berhipotesis menurut pendapat sendiri.

4 Kegiatan apa saja yang kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung?

Mengamati dan mencari tahu kebenaran yang sesuai dengan teori.

5 Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu!

Tidak, karena anggota kelompok satu sama lain saling membantu dan kompak.

6 Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu!

Efektif, karena lebih mudah dimengerti pelajaran yang sedang dibahas.

7 Apakah melalui

pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian?

Saya kurang mampu berhipotesis, karena saya malas dan tidak membaca buku sebelumnya, selain itu saya kurang percaya diri dalam menyampikan pendapat. 8 Apakah kamu terlatih

bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan alasanmu!

Ya, karena saya jadi lebih mengetahui secara spesfik alat dan bahan kimia dan cara penggunaannya.

Keterampilan proses sains

9 Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu!

Komunikasi, berpendapat, bereksperimen.


(2)

10 Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan

meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!

Ya, karena memunculkan rasa ingin tahu yang lebih besar.

Kelompok: 3

Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa

Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

1 Apakah kamu senang belajar kimia disertai

dengan kegiatan praktikum? Jelaskan pendapatmu!

Senang, karena dapat melatih

keterampilan, kekompakkan dan dapat mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.

2 Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses

pembelajaran kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri) ?

Lebih kepada kebersamaan sehingga dapat memecahkan permasalahan bersama-sama.

3 Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu!

Menarik, karena pembelajarannya lebih menekankan kepada penerapan sehingga kita dapat memecahkan masalah secara langsung.

4 Kegiatan apa saja yang kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung?

Membuat hipotesis, melakukan eksperimen, berdiskusi untuk memecahkan masalah.

5 Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu!

Ya, karena masih memiliki

keterbatasan dalam mengamati suatu sistem. Misalnya dalam mengamati larutan dan koloid melalui percobaan effek tyndall.


(3)

6 Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu!

Cukup efektif, karena dengan adanya kelompok belajar dan praktik saya dapat menguasai dengan cepat dari apa yang sudah kita pelajari dan mendapat masukan-masukan baik dari kelompok lain maupun dari guru. 7 Apakah melalui

pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kamu berantusias untuk menguji hipotesismu?

Saya kurang bisa berhipotesis, saya mencoba untuk berhipotesis tapi hipotesis saya tidak tepat. Karena saya tidak baca buku sebelumnya.

8 Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan alasanmu!

Terlatih, karena terbiasa.

Keterampilan proses sains

9 Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu!

Bertanya, merumuskan masalah, dan meningkatkan kreatifitas.

10 Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan

meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!

Ya, karena pembelajaran seperti ini memberi rasa ingin tahu, dan membuat saya ingin membuat hal yang baru dan bermanfaat.

Kelompok: 4

Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa

Respon siswa terhadap pembelajaran

1 Apakah kamu senang belajar kimia disertai

dengan kegiatan praktikum?

Senang, karena dengan praktikum saya dapat memahami perbedaan koloid, larutan, dan suspensi.


(4)

dengan pendekatan inkuiri

Jelaskan pendapatmu! 2 Bagaimana kesanmu setelah

mengikuti proses

pembelajaran kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri) ?

Senang, karena saya dapat belajar mandiri dalam merumuskan suatu masalah dan memecahkan masalah.

3 Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu!

Manarik, karena pembelajaran seperti ini baru buat saya, selain itu saya dapat berkomunikasi dengan baik antara satu sama lain.

4 Kegiatan apa saja yang kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung?

Melakukan percobaan, mangamati, mencatat apa yang diamati.

5 Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu!

Tidak, karena kami saling membantu satu sama lain.

6 Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu!

Efektif, karena ada praktikum yang dapat membuat saya lebih mengerti dan memahami pelajaran.

7 Apakah melalui

pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian?

Ya. Karena saya sudah paham dasarnya, saya sebelumnya sudah membaca materi sistem koloid. Saya berantusias untuk mencari tau kebenaran hipotesis saya melalui percobaan.

8 Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan

Belum cukup terlatih, karena metode ini baru buat saya, jadi saya belum terbiasa.


(5)

alasanmu! Keterampilan

proses sains

9 Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu!

Keterampilan menggunakan alat dan bahan.

10 Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan

meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!

Ya, karena dengan pembelajaran seperti ini kita dapat terpacu dan menimbulkan banyak pertanyaan dan pasti akan meningkatkan kreatifitas kita.

Kelompok: 5

Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa

Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

1 Apakah kamu senang belajar kimia disertai

dengan kegiatan praktikum? Jelaskan pendapatmu!

Senang, karena belajar kimia dengan praktikum tidak membosankan dan saya bisa mendapat pengalaman baru. 2 Bagaimana kesanmu setelah

mengikuti proses

pembelajaran kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri) ?

Metode pembelajaran seperti ini lebih mudah dimengerti dan dapat

dikembangkan oleh kita.

3 Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu!

Ya menarik, karena dalam pembelajran ini dapat berbagi pendapat dengan anggota kelompok lain.

4 Kegiatan apa saja kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung?

Merumuskan masalah, hipotesis, berdiskusi dan juga tanya jawab.


(6)

kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu!

hadapi, yaitu dalam berhipotesis atau menduga-duga suatu masalah, juga dalam merumuskan masalah. Hal ini karena baru buat kami. Kami terbiasa dibimbing oleh guru.

6 Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu!

Sangat efektif, karena saya dapat mengembangkan pemikiran saya sendiri dan masalah yang saya hadapi. 7 Apakah melalui

pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian?

Ya. Saya cukup bisa berhipotesis. Karena saya sudah mengetahuinya melalui buku, saya sudah baca materi sistem koloid sebelumnya.

Saya cukup berantusias untuk membuktikan hipotesis saya. 8 Apakah kamu terlatih

bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan alasanmu!

Terlatih, karena saya dapat

mengetahui hal-hal menarik yang baru saya ketahui dari praktikum dan pengalaman dari pembelajaran ini. Keterampilan

proses sains

9 Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu!

Keterampilan dalam berkomunikasi, berfikir, berpendapat, memecahkan masalah. Karena dalam pembelajaran ini kita dituntut untuk tidak

mengandalkan guru (belajar dari kita, oleh kita, dan untuk kita).

10 Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan

meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!

Termotivasi untuk belajar lebih aktif, kreatif, dan lebih baik dari

sebelumnya. Selain itu saya berani bertanya dan mengemukakan pendapat karena dapat melatih otak saya untuk berfikir lebih kreatif, dan saya cenderung banyak ingin tahu.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis (Kuasi Eksperimen Di Mts. Nurul Falah Sangiang Kota Tange

10 36 212

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

2 25 63

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

4 7 40

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN PEMBUATAN SISTEM KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-INQUIRY.

0 3 38

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES PADA PENGGUNAAN HIERARKI INKUIRI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP.

4 13 43

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM KOLOID.

3 12 44

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP KOLOID.

0 0 39

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING - repository UPI T KIM 1202629 Title

0 0 3

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

0 0 11

Meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran berbasis inkuiri

0 1 9