Uji Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temu Girin Curcuma Heyneana Valeton & Zijp.) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia Porcellus)

(1)

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus)

SKRIPSI

Oleh :

DIDING PRADITA NIM 040804049

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

BAHAN SKRIPSI

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus)

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DIDING PRADITA NIM 040804049

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Pengesahan Skripsi

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus)

Oleh:

DIDING PRADITA NIM 040804049

Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Februari 2010

Pembimbing I, Panitia Penguji

(Drs. Awaluddin Saragih, MSi, Apt.) (Dr. Edy Suwarso, SU., Apt NIP 19500822 197412 1002 NIP 130935857

.)

Pembimbing II, (Drs. Awaluddin Saragih, MSi, Apt NIP 19500822 197412 1002

.)

(Drs. Saiful Bahri, MS.,Apt

NIP 19520824 198303 1001 ( .)

Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt NIP 19490910 198003 1002

.)

(Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 19531030 198003 1002

)

Dekan Fakultas Farmasi

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 19531128 198303 1002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang tulus dan tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Dahlan Tatang Jaya dan Ibunda Partini yang tercinta serta kakanda Dian Safitri, Dudi Ichsan Prawira dan Dimas Danu Winata atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan materil kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Awaluddin Saragih, MSi., Apt dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS.,Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak Drs. Rasmadin Muchtar MS., Apt., sebagai dosen wali yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

3. Bapak Drs. Panal Sitorus, MSi., Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmakognosi yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

4. Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt., Bapak Drs. Rasmadin Muchtar MS., Apt., dan Bapak Drs. Panal Sitorus, Msi., Apt., selaku dosen penguji yang


(5)

telah memberi masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Adinda Dwi Novianti yang selalu menyemangati penulis.

7. Teman-teman Ya’qub, Antoni, Riza, Riansyah, Dedy, Devit yang selalu menyemangati dan menyinari hidup penulis disaat susah dan senang. Dayat, M. Nur, Bang Zulfikri, Tedy, Muttaqin, Parna, Kak Merlin, Kak Ernita, , Ratih, Marina Pane, Tata, Intan, Icut, Winda Gusti, Lowysa, Momo dan rekan-rekan S1 Farmasi 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan Ekstensi serta Analis Farmasi lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu yang juga banyak membantu serta memberi dorongan dan semangat kepada penulis.

8. Kak Wulan, Kak Nenny, Ibu Olin, Bang Emil, Bang Bagus, Bang Dadang Bang Hari, Bang Agus dan pegawai di Fakultas Farmasi lainnya atas semua bantuannya kepada penulis selama ini.

Kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Januari 2010 Penulis,


(6)

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Salah satunya adalah rimpang temu giring.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% bb) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan diberikan selama 14 hari.

Pada penelitian dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dan uji efek penurun kadar kolesterol ekstrak etanol rimpang temu giring (Curuma heyneana Valeton & Zijp.., suku Zingiberaceae) terhadap marmot yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak etanol rimpang temu giring diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. Simvastatin dosis 0,80 mg/kg BB sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia rimpang temu giring diperoleh kadar air 9,13%, kadar abu total 4,54%, kadar abu tidak larut dalam asam 1,66%, kadar sari larut dalam air 17,17%, kadar sari larut dalam etanol 11,71%. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 95%.

Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kg BB.


(7)

THE EFFICACY TEST OF TEMU GIRING RHIZOME (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) ETHANOL EXTRACT

IN LOWERING THE BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus)

ABSTRACT

The high level of blood cholesterol (hypercholesterolemia) is one of the main risk factor that causing artherosclerosis. The treatment for high cholesterol patients using chemical drugs is rather expensive nowadays and has various adverse effect, causing people to begin using traditional drugs to decrease high cholesterol level. One of these traditional drugs is temu giring rhizomes.

The objective of this research is to assess the effect of treatment with temu giring ethanolic extract against hypercholesterolemia-induced guinea pigs blood cholesterol level. The hypercholesterolemia was induced by giving inducing diets containing 15g goat fat/100 g of food and yolk (dose 1% BW), given for fourteen days.

In the research, simplex characterization, simplex powder extraction and the assessment of cholesterol decreasing effect of temu giring rhizome (Curcuma

heyneana Valeton & Zijp., family Zingiberaceae) ethanolic extract to

hypercholesterolemia induced guinea pig were done. The temu giring rhizome ethanolic extract was given orally with the dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW. Simvastatin with dosage of 0,80 mg/kg BW was used as positive control and Na-CMC suspension 0,5% was used as negative control.

The result of the simplex characterization showed water content of 9,13%, total ash content of 4,54%, acid insoluble ash content of 1,66 %, water soluble extract content of 17,17%, and ethanol soluble extract content of 11,71%. The extraction was done with percolation method using ethanol 95% as solvent.

From the result of the statistical test, it was found that in the administration of temu giring rhizome ethanolic extract with dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW,all showed cholesterol lowering effect insignificantly different with the administration of simvastatin suspension dose 0,80 mg/kg BW. Keyword : temu giring, cholesterol, hypercholesterol, lowering.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……….. i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ………. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I. PE0NDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 3

1.3 Hipotesis ……….. 3

1.4 Tujuan Penelitian ………. 3

1.5 Manfaat Penelitian ………... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….... 16

3.1 Alat dan Bahan ………... 16

3.1.1 Alat-alat ……….. 16

3.1.2 Bahan-bahan ………... 16

3.2 Penyiapan Sampel ……… 17


(9)

3.2.2 Identifikasi Sampel ……… 17

3.2.3 Pengolahan Sampel ………. 17

3.3 Pemeriksaan Karakteristisasi Simplisia ………... 18

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia ……….. 18

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia .……….. 18

3.3.3 Penetapan Kadar Air Simplisia ………... 18

3.3.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam air ……… 19

3.3.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol ………….. 19

3.3.6 Penetapan Kadar Abu Total ………. 20

3.3.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ………. 20

3.4 Pembuatan Ekstrak Temu Giring……… 20

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring ……... 21

3.4.1.1 Penetapan Kadar Air ………... 21

3.5 Penyiapan Hewan Percobaan ... 21

3.6 Percobaan Efek Penurun Kadar Kolesterol ... ... 22

3.6.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5 % b/v ... ... 22

3.6.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Temu Giring ... ... ... 22

3.6.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin ... ... ... 22

3.6.4 Penyiapan Hewan Uji. Yang Hiperkolesterolemia ... 22

3.6.5 Pengujian Efek Penurun Kadar Kolesterol ... ... 23

3.6.5.1 Pemberian Suspensi Kontrol, Suspensi EERTG dan Suspensi Simvastatin Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia ... 23

3.6.5.2 Pengambilan Darah ... 24


(10)

3.6.5.4 Penetapan Kadar Kolesterol Darah Marmot ... 24

3.7 Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..……… 32

5.1 Kesimpulan ……….. 32

5.2 Saran ……… 32

DAFTAR PUSTAKA ……….. 33


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak ... 26 4.2 Rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur kurkuminoid ... 6

2.2 Struktur kolesterol ... 10

2.3 Partikel lipoprotein ... 10

2.4 Plak aterosklerotik ... 12

2.5 Struktur Simvastatin ... 14

2.6 Struktur Gemfibrozil ... 15

4.1 Grafik kadar kolesterol darah marmot (mg/dl) vs Waktu (Hari) pada berbagai perlakuan ... 27

4.2 Diagram total penurunan kadar kolesterol darah Marmot setelah Pemberian obat dibandingkan dengan kontrol ... 29


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Identifikasi Tumbuhan ………... 36

2 Bagan Pengolahan Sampel ……….. ... 37

3 Karakteristik Tanaman Temu Giring ...…..…..………….… 38

4 Perhitungan Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak ...….. 40

5 Penetapan Kadar Abu Simplisia ………..…….... 46

6 Bagan Alur Penyiapan Hewan Uji Hiperkolesterolemia …..……… 47

7 Bagan Alur Pengujian Efek Penurun Kolesterol ……..……… 48

8 Bagan Alur Pengambilan Darah Marmut ….……… 49

9 Data kadar kolesterol darah Marmot selama penelitian ……… 50

10 Hasil SPSS ……… 51

11 Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah marmot ... 54

12 Contoh perhitungan dosis ... 55

13 Reagensia kolesterol ... 57

14 Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 59

15 Pengoperasian Alat Microlab 300 (E-Merk) ....………. 62

16 Alat Microlab 300 (E-Merck) ... 63

17 Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara ... 64


(14)

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Salah satunya adalah rimpang temu giring.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% bb) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan diberikan selama 14 hari.

Pada penelitian dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dan uji efek penurun kadar kolesterol ekstrak etanol rimpang temu giring (Curuma heyneana Valeton & Zijp.., suku Zingiberaceae) terhadap marmot yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak etanol rimpang temu giring diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. Simvastatin dosis 0,80 mg/kg BB sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia rimpang temu giring diperoleh kadar air 9,13%, kadar abu total 4,54%, kadar abu tidak larut dalam asam 1,66%, kadar sari larut dalam air 17,17%, kadar sari larut dalam etanol 11,71%. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 95%.

Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kg BB.


(15)

THE EFFICACY TEST OF TEMU GIRING RHIZOME (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) ETHANOL EXTRACT

IN LOWERING THE BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus)

ABSTRACT

The high level of blood cholesterol (hypercholesterolemia) is one of the main risk factor that causing artherosclerosis. The treatment for high cholesterol patients using chemical drugs is rather expensive nowadays and has various adverse effect, causing people to begin using traditional drugs to decrease high cholesterol level. One of these traditional drugs is temu giring rhizomes.

The objective of this research is to assess the effect of treatment with temu giring ethanolic extract against hypercholesterolemia-induced guinea pigs blood cholesterol level. The hypercholesterolemia was induced by giving inducing diets containing 15g goat fat/100 g of food and yolk (dose 1% BW), given for fourteen days.

In the research, simplex characterization, simplex powder extraction and the assessment of cholesterol decreasing effect of temu giring rhizome (Curcuma

heyneana Valeton & Zijp., family Zingiberaceae) ethanolic extract to

hypercholesterolemia induced guinea pig were done. The temu giring rhizome ethanolic extract was given orally with the dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW. Simvastatin with dosage of 0,80 mg/kg BW was used as positive control and Na-CMC suspension 0,5% was used as negative control.

The result of the simplex characterization showed water content of 9,13%, total ash content of 4,54%, acid insoluble ash content of 1,66 %, water soluble extract content of 17,17%, and ethanol soluble extract content of 11,71%. The extraction was done with percolation method using ethanol 95% as solvent.

From the result of the statistical test, it was found that in the administration of temu giring rhizome ethanolic extract with dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW,all showed cholesterol lowering effect insignificantly different with the administration of simvastatin suspension dose 0,80 mg/kg BW. Keyword : temu giring, cholesterol, hypercholesterol, lowering.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol disintetis di dalam tubuh dari asetil-KoA membentuk mevalonat melalui sebuah jalur yang kompleks. Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Murray. 2002).

Telah diketahui bahwa kolesterol dapat mengendap pada dinding arteri yang makin lama semakin banyak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan dinding arteri (Kelompok Kerja Ilmiah, 1993).

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan. Ditandai dengan terdapatnya aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna. 1995).

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Umumnya, pemanfaatan obat tradisional


(17)

lebih diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan dan dapat juga digunakan untuk pengobatan (Ditjen POM, 1994).

Sejak berkembangnya sikap back to nature, masyarakat sudah mengkonsumsi dan menggunakan makanan atau suplemen yang berbahan baku alam untuk menjaga kesehatan dan pengobatan (Tim Penulis MTIC. 2002) karena obat-obatan untuk penderita kolesterol tinggi harganya relatif mahal dan memiliki efek samping. Salah satu contoh tanaman obat tradisional yang digunakan masyarakat adalah rimpang temu giring. Masyarakat Mojokerto, Jawa Timur, mengandalkan obat tradisional ini untuk melarutkan kadar kolesterol dalam darah yang menyumbat pembuluh darah (Wiryowidagdo. 2002).

Temu giring adalah rimpang Curcuma heyneana Val & V. Zijp., suku Zingiberaceae. Mengandung kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1,5% v/b. tannin dan kurkumin (Ditjen POM. 1989). Kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning orange yang diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik, terdapat pada berbagai jenis Curcuma sp. Kurkumin ini telah terbukti secara ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, rematik, penurun kadar lipid darah, kemampuan menekan perkembangan sel kanker (Bermawie, dkk. 2007).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, pada penelitian ini dilakukan uji efek ekstrak etanol rimpang temu giring sebagai penurun kadar kolesterol darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan simvastatin sebagai pembanding positif.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol rimpang temu giring dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

2. Apakah ada perbedaan antara efek penurun kadar kolesterol dari ekstrak etanol rimpang temu giring dibandingkan simvastatin.

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak etanol rimpang temu giring dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang hiperkolesterolemia.

2. Pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring memberikan efek penurunan kolesterol yang sama dibandingkan dengan simvastatin.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

2. Untuk membandingkan efek ekstrak etanol rimpang temu giring sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak etanol rimpang temu giring sebagai penurun kadar kolesterol.

2. Menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia yang berkhasiat penurun kadar kolesterol yang didukung oleh penelitian ilmiah.

3. Mendapatkan dosis yang tepat dari ekstrak etanol rimpang temu giring yang memberikan efek menurunkan kadar kolesterol optimal.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Temu giring banyak ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan kecil atau peladangan dekat rumah penduduk, terutama di kawasan Jawa Timur. Kini, temu giring sudah banyak diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman apotik hidup, terutama di pulau Jawa. Penduduk Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat sudah mengusahakannya sebagai bahan jamu atau obat tradisional yang relatif menguntungkan (Muhlisah, 1999).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Dalam taksonomi tumbuhan temu giring diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma heyneana Val & V.Zijp. (Citrosupomo, 1991) 2.1.2 Nama Daerah

Jawa : Temu giring (Ditjen POM, 1989) 2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Temu giring merupakan tanaman berbatang semu dengan ketinggian dapat mencapai 2 m. Batang temu giring berwarna hijau pucat dan tumbuh tegak yang


(20)

tersusun atas banyak pelepah daun. Daunnya berbentuk lanset yang melebar. Helaian daunnnya tipis, uratnya kelihatan dan berwarna hijau muda. Bunga temu giring muncul dari bagian samping batang semu. Pinggiran mahkota bunga berwarna merah. Bunga ini memiliki daun-daun pelindung yang berujung lancip. Musim bunga berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan Mei tahun berikutnya, namun paling banyak dijumpai pada bulan September sampai Desember.

Rimpang temu giring tumbuh menyebar di sebelah kiri dan kanan batang secara memanjang sehingga terlihat kurus atau membengkok ke bawah. Secara kesuluruhan, rimpang temu giring umumnya tumbuh mengarah ke bawah dengan percabangan berbentuk persegi. Apabila rimpang dibelah, akan terlihat daging rimpang berwarna kuning, berbau khas temu giring. Rimpang bagian samping umumnya memiliki rasa lebih pahit (Muhlisah, 1999).

Tanaman ini tumbuh pada daerah hingga ketinggian 750 m di atas permukaan laut. Temu giring dijumpai sebagai tanaman liar di hutan jati atau di halaman rumah, terutama di tempat yang teduh. Perbanyakan dilakukan dengan stek rimpang induk atau rimpang cabang yang bertunas (Mursito, 2003).

2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan kimia rimpang temu giring antara lain minyak atsiri dengan komponen utama 8(17),12-labdadiene-15,16-dial, tanin dan kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin (Ditjen POM, 1989; NADFC RI, 2004), pati, saponin, dan flavonoid (Depkes dan kessos RI. 2001).


(21)

2.1.5 Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning oranye yang diisolasi dari tanaman dan mempunyai efek terapeutik. Kurkuminoid terdiri dari kurkumin (deferuloil metan), desmetoksi-kurkumin (feruloil-p-hidroksi-sinnamoiletan) dan bis-desmetoksi-kurkumin (bis-(p-hidroksisinnamoil)-metan) (Bermawie, dkk., 2007).

Gambar 2.1 Struktur Kurkuminoid

Keterangan : A = Struktur kurkumin B = Struktur desmetoksi-kurkumin C = Struktur bis-desmetoksi-kurkumin

Kurkumin (C21H20O6) pertama kali diisolasi pada tahun 1815, kemudian

tahun 1910 kurkumin didapatkan dalam bentuk kristal dan kristal kurkumin bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin bersifat tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aceton (Kristina, dkk., 2006).

Kurkumin akan terdegradasi oleh sinar ultra violet. Oleh sebab itu pada proses pengeringan menggunakan sinar matahari perlu diperhatikan, agar efikasi kurkumin tetap terjamin. Daya serap tubuh terhadap kurkumin rendah sampai menengah. Di dalam tubuh kurkumin diabsorpsi oleh darah, dengan cepat dimetabolisme di dalam hati dan disekresi bersama kotoran. Penggunaan jangka pendek dan menengah cukup aman. Percobaan pada tikus, yang diberikan kurkumin dosis tinggi secara terus-menerus dalam jangka panjang sampai 24

A B


(22)

bulan bisa menimbulkan efek samping berupa adenoma dan lymphoma (Bermawie, dkk., 2007). Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Kristina, dkk., 2006).

2.1.6 Manfaat

Secara tradisional rimpang temu giring mempunyai beberapa kegunaan antara lain sebagai obat luka (Ditjen POM, 1989), obat cacing, obat sakit perut, obat pelangsing, memperbaiki warna kulit (Mursito, 2003), obat untuk mengatasi perasaan tidak tenang atau cemas, jantung berdebar-debar, haid tidak teratur, obat rematik, menambah nafsu makan, meningkatkan stamina, menghaluskan kulit, obat jerawat, obat cacar air dan obat batuk (Wijayakusuma, 2006).

2.2 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati, atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Adapun metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, terdiri dari: 1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada


(23)

temperatur kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

2. Cara Panas a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.


(24)

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98oC selama waktu 15-20 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih (Ditjen POM, 2000).

2.3 Kolesterol

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray, 2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut : 1. Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,

disintesis dari asetil-KoA.

2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.

3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen. 4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,

yaitu lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray, 2003).


(25)

Gambar 2.2 Struktur kolesterol.

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol pada anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak (Wiryowidagdo, 2002). Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Murray, 2003).

2.3.1 Jenis Kolesterol

Lipid plasma terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi darah, maka susunan molekul lipid yang tidak larut tersebut perlu dimodifikasi menjadi bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Sehingga lipid plasma ini dapat berpindah dari tempat sintetisnya menuju tempat penggunaannya (Suyatna, 1995).

Gambar 2.3 Partikel lipoprotein

HO

TRIGLISERIDA + KOLESTEROL


(26)

Lipoprotein terbagi menjadi lima bagian yakni kilomikron, very low

density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang

penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL (Wiryowidagdo, 2002).

1. Low density lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang mengangkut

kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang

arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga

dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang mengandung

Apo A, yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Wiryowidagdo, 2002).

2.3.2 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit

Kadar kolesterol normal pada manusia kurang dari 200 mg/dl. Kenaikan kadar kolesterol di dalam darah tidak dapat disanggah lagi merupakan faktor resiko dalam pembentukan penyakit jantung koroner. Hal ini dibuktikan oleh para


(27)

ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan pula resiko pembentukan aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner (Sitepoe, 1993).

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan (Suyatna. 1995). Aterosklerosis disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa Yunani) berarti bubur encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006).

Gambar 2.4 Plak aterosklerotik.

Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna. 1995).

2.4 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia (lebih tepat hiperlipoproteinemia) adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat. Dapat dibedakan dua jenis, yakni :

Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL dan kolesterol total. Hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar trigliserida (Tjay, 2002).


(28)

Prinsip utama pengobatan hiperlipoproteinemia ialah mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma (Suyatna, 1995). Langkah pengaturan diet selalu dimulai dahulu dan tindakan tersebut mungkin dapat menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).

Mencegah adalah tindakan yang lebih baik daripada mengobati. Pencegahan untuk penyakit hiperlipoproteinemia sebagai berikut :

a. Mengatur pola makan seimbang dan rendah lemak.

b. Perbanyak konsumsi makanan berserat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

c. Lakukan olahraga yang memadai sesuai dengan umur. Usahakan untuk berolahraga setiap hari.

d. Menjaga berat badan ideal yang sesuai dengan umur dan tinggi badan. e. Hindari stres, menghentikan kebiasaan merokok dan tidak meminum

alkohol (Wiryowidagdo, 2002).

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan hiperlipidemia ditujukan untuk (1) menurunkan produksi lipoprotein oleh jaringan, (2) meningkatkan katabolisme lipoprotein dalam plasma atau mempercepat sekresi kolesterol dari tubuh (Mycek, et al. 2001).

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan hiperlipoproteinemia antara lain sebagai berikut :

1. Statin.

Suatu kemajuan dalam pengobatan hiperkolesterolemia dengan ditemukannya kelompok baru, zat yang didapat dari jamur yang bersifat kompetitor yang kuat terhadap HMGCoA reduktase suatu enzim yang


(29)

mengkontrol biosintesis kolesterol. Obat-obat ini sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL kolesterol plasma. Empat penghambat HMGCoA reduktase yang telah dipelajari pada manusia : mevastatin, lovastatin, pravastatin, dan simvastatin (Suyatna, 1995). Statin berkhasiat menurunkan kolesterol, LDL, VLDL dan trigliserida sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Disamping blokade sintesis kolesterol, statin juga meningkatkan jumlah reseptor LDL (Tjay, 2002). Statin jelas menginduksi suatu peningkatan rseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002).

Gambar 2.5 Struktur Simvastatin 2. Gemfibrozil

Gemfibrozil merupakan derivat asam fibrat, generasi pertama turunan klofibrat. Obat ini diduga meningkatkan lipolisis lipoprotein trigliserida melalui lipase lipoprotein (Katzung, 2002). Sehingga produksi VLDL dan apolipoprotein B dalam hati menurun (Suyatna, 1995). Terdapat suatu penurunan kadar LDL dalam plasma, sebagian terjadi karena penurunan


(30)

peningkatan kadar kolesterol HDL merupakan suatu konsekuensi langsung dari penurunan kandungan trigliserida dalam plasma, dengan penurunan sebagai pertukaran trigliserida ke dalam HDL yang seharusnya ditempati oleh ester kolesteril (Katzung, 2002).


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah metode eksperimental berdasarkan rancangan acak lengkap. Penelitian meliputi penyiapan sampel, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, karakterisasi ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek penurun kadar kolesterol pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara Anava (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan meggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) versi 16.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Swing Type

Centrifuge (Model CD-50 SR Tomy Seiko), Microlab 300 (Merck), mikropipet

(Clinicon), neraca kasar, neraca listrik, lemari pengering, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, perkolator, rotary evaporator, freeze dryer (Edward), oral sonde, blender (National), mikroskop (Olympus), spuit, rak tabung reaksi, mortir, stamfer, kertas saring, alumunium foil, alat-alat gelas laboratorium dan alat-alat lainnya yang dibutuhkan.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu giring, pakan GETZ-3 (PT. Panca Patriot Prima), simvastatin bahan baku (Unit Riset & Pengembangan PT. Kimia Farma), Natrium Karboksi Metil Selulosa (Laboratorium Farmakologi Farmasi), kuning telur ayam (Pasar Sore Padang


(32)

Bulan), air suling, etanol 95%, toluen, kloroform (CV. Rudang Jaya), regensia kolesterol CHOD-PAP (Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara).

3.2 Penyiapan Sampel 3.2.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah rimpang temu giring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp.) suku Zingiberaceae diperoleh dari Gg. Kejaksaan, Desa Hulu. Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Gambar tanaman temu giring dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 38.

3.2.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Sampel rimpang temu giring yang masih segar dicuci kemudian ditiriskan lalu disortasi basah dan ditimbang beratnya sebagai berat basah. Selanjutnya rimpang dirajang dengan ketebalan 2-5 mm, lalu dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ± 40oC hingga kering ditandai rimpang mudah dipatahkan, kemudian ditimbang kembali sebagai berat kering kemudian diblender dan ditimbang sebagai berat serbuk simplisia. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi etiket dan disimpan ditempat kering. Bagan pengolahan sampel dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 37.


(33)

3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia.

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, pemeriksaan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dan penetapan kadar sari yang larut dalam air (Ditjen POM, 1995; WHO, 1992). 3.3.1 Pemeriksaan Makrokospik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan pada simplisia segar yang meliput i pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna. Gambar simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 38.

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan kloralhidrat diatas kaca objek, kemudian di atasnya diletakkan serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya butir pati dilakukan di dalam media air. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya minyak atsiri dilakukan dengan penambahan sudan III. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 39.

3.3.3 Penetapan Kadar Air Simplisia

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Alat terdiri dari labu alas 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima.

Cara penetapan:

Labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluena didinginkan dan volume air pada tabung


(34)

penerimaan dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah 2 jam didestilasi, kemudian toluen dibiarkan dingin, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992). Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 40.

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Yang Larut dalam Air

Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 42.

3.3.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan diudara, dimaserasi selama 24 jam dalam etanol (95%) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama


(35)

6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%) dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 43.

3.3.6 Penetapan Kadar Abu total

Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600°C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 44.

3.3.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 45.


(36)

3.4 Pembuatan Ekstrak temu giring

Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 95 %.

Caranya, sebanyak 977 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana tertutup, cairan penyari dituangi sampai semua simplisia terendam, biarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa (Ditjen POM, 1986). Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu 40 0C pada tekanan 2 atm selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 163,5 g (Voigt, 1994).

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring. 3.4.1.1 Penetapan Kadar Air.

Penetapan kadar air dilakukan seperti pada penetapan kadar air simplisia. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 41.

3.5 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah marmot jantan dengan berat 400-650 gram berumur 3 bulan yang dikondisikan selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya.


(37)

3.6 Percobaan Efek Penurun Kadar Kolesterol 3.6.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan (Anief, 1995), digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Gohel, dkk. 2009).

3.6.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring Dosis 100 mg/kg BB, Dosis 200 mg/kg BB dan Dosis 400 mg/kg BB

Dosis ekstrak etanol rimpang temu giring ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan, yaitu dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb. Hasil orientasi dipilih variasi dosis sebanyak tiga dosis. Dosis I 100 mg/kgbb marmot, dosis II 200 mg/kgbb marmot dan dosis III 400 mg/kgbb marmot.

Cara kerja :

Ekstrak etanol rimpang temu giring masing-masing sebanyak 100 mg, 200 mg dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit Suspensi Na-CMC 0,5% digerus homogen lalu lalu dicukupkan dengan suspensi Na-Na-CMC 0,5% hingga 10 ml

3.6.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin.

Sebanyak 50 mg simvastatin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan Suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen, lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5% hingga 625 ml.

3.6.4 Penyiapan Hewan Uji Yang Hiperkolesterolemia

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah marmot yang sehat dan dewasa sebanyak 30 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama 2 minggu untuk


(38)

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian diukur kadar kolesterol awalnya lalu sengaja dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% bb) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan diberikan selama 14 hari. (Kelompok Kerja Ilmiah. 1993; Fernandez dan McNamara, 1993). Diukur kadar kolesterolnya. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 47.

3.6.5 Pengujian Efek Penurun Kadar Kolesterol.

Pengujian efek penurun kadar kolesterol menggunakan dosis ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb dengan pembanding suspensi simvastatin dosis 0,80 mg/kgbb marmot dan kontrol suspensi Na-CMC 0,5%.

3.6.5.1 Pemberian Suspensi Kontrol, Suspensi EERTG dan Suspensi Simvastatin Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia.

Marmot dibagi menjadi 5 kelompok dimana kelompok pertama (A) diberikan suspensi sebagai Na-CMC 0,5% kontrol (-) selama 7 hari. Kelompok kedua (B) diberikan suspensi Simvastatin sebagai kontrol (+) selama 7 hari. Kelompok ketiga (C) diberikan suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kgbb/hari selama 7 hari. Kelompok keempat (D) suspensi diberikan ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 200 mg/kgbb/hari selama 7 hari. Kelompok kelima (E) diberikan suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 400 mg/kgbb/hari selama 7 hari. Lalu setiap kelompok marmot ditentukan kolesterol darahnya pada hari ke – 19 dan ke – 23. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 48.


(39)

3.6.5.2 Pengambilan Darah

Pada saat pengambilan sampel darah harus dicegah kontaminasi debu, rambut atau pengotor lainnya. Bulu-bulu di telinga marmot dipangkas dan dicukur serta dibersihkan sisa-sisa pengotoran lainnya. Pengambilan darah dari vena di tepi telinga dengan cara vena ditusuk dengan jarum spuit, kemudian telinga dipijat sehingga darah yang keluar ditampung lebih kurang 0,5 ml dalam tabung serum. Dibiarkan membeku selama 30-60 menit pada suhu kamar. Darah disimpan dalam lemari pendingin suhu 2-8oC. (Smith dan Soesanto, 1988). Bagan pengambilan darahnya dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 49.

3.6.5.3 Pengambilan Serum

Darah yang didapat disentrifugasi selama 10 menit dengan 3000 rpm. Lapisan serum diambil, yaitu lapisan yang berupa cairan (bukan padatan). Serum diambil dan ditempatkan dalam mikrotube, lalu disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu dingin dibawah 0 oC sampai serum dalam keadaan beku.

3.6.5.4 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot

Serum dipipet sebanyak 10 µ l dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan reagen kolesterol sebanyak 1000 µ l dan dibiarkan selama 10 menit di dalam penangas air pada suhu 37 oC, kemudian diukur menggunakan alat Microlab 300 (Merck). Bagan alur pengukuran kadar kolesterol dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 54.

3.7 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode Anava (analisis variansi). Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi dari laboratorium taksonomi tumbuhan Departemen Biologi FMIPA USU (Lampiran 1, halaman 36) diketahui bahwa sampel yang diteliti adalah rimpang temu giring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp. Suku : Zingiberaceae).

Hasil pemeriksaan makroskopik dari rimpang temu giring (Lampiran 3, halaman 38) adalah berbentuk hampir bulat sampai jorong atau bulat memanjang, kadang bercabang atau berbentuk tidak beraturan, warna kuning, warna daging kuning terang, panjang 5-9 cm, dan diameter 2-4 cm Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rimpang temu giring diperoleh bentuk keping pipih, ringan, diameter 2-5 cm dan ketebalan 1-4 mm; bagian tepi berombak atau berkeriput, warna kuning kecoklatan, bau khas, rasa pahit, sedikit pedas, lama-kelamaan menimbulkan rasa tebal. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia (Lampiran 3, halaman 39) terlihat fragmen berupa butir pati, tetes minyak atsiri, fragmen parenkim, rambut penutup, fragmen pembuluh kayu dan fragmen gabus.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia rimpang temu giring diperoleh kadar air 9,13%, kadar abu total 4,54%, kadar abu tidak larut dalam asam 1,66%, kadar sari larut dalam air 17,17%, kadar sari larut dalam etanol 11,71%. Hasil penetapan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Persyaratan umum pada Materia Medika Indonesia (MMI) adalah kadar air tidak lebih dari 10%, kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 16%, kadar sari yang larut


(41)

dalam etanol tidak kurang dari 6%, kadar abu tidak lebih dari 9%, kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,5%, yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak.

No Penetapan

Simplisia Ekstrak

Kadar (%)

Persyaratan MMI

Kadar (%)

Persyaratan MIMPE 1 Kadar sari larut dalam air 17,17 > 16 - - 2. Kadar sari larut dalam etanol 11,71 > 6 - -

3. Kadar abu total 4,54 < 9 - < 0,5

4. Kadar abu tidak larut dalam asam 1,66 < 1,5 - < 0,2

5. Kadar air 9,13 < 10 3,30 < 9,6

Keterangan :

MMI = Materia Medika Indonesia

MIMPE = Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts

Dapat dilihat dari tabel di atas, kadar abu tidak larut dalam asam lebih besar dari yang ditetapkan dapat ditarik kesimpulan bahwa ini dipengaruhi oleh tanah tempat tumbuh tanaman temu giring tersebut. Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam etanol menunjukkan bahwa jumlah senyawa dalam simplisia rimpang temu giring yang dapat tersari dalam pelarut etanol sebesar 11,71%, memenuhi persyaratan MMI. Standarisasi bahan baku tanaman diperlukan karena kandungan bahan aktif yang terkandung dalam jenis tanaman yang sama dapat bervariasi, dengan standarisasi diharapkan bahan aktif yang terkandung di dalam bahan baku tersebut cukup konsisten, sehingga takaran yang digunakan untuk pengujian memiliki kandungan aktif yang setara.

Hasil penyarian 977 g serbuk simplisia rimpang temu giring dengan pelarut etanol 95% diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan


(42)

menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer diperoleh 163,5 g ekstrak (rendemen 16,73%).

Hasil pengkondisian marmot yang dibuat hiperkolesterolemia selama 14 hari dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol darah normal menjadi hiperkolesterolemia.

0 20 40 60 80 100 120

0 5 10 15 20 25

Na-CMC Simvastatin EERTG 100 mg/kgBB EERTG 200 mg/kgBB EERTG 400 mg/kgBB

Waktu (Hari) k d r k o le st e ro l (m g /d l)

Gambar 4.1 Grafik kadar kolesterol darah marmot (mg/dl) vs Waktu (Hari) pada berbagai perlakuan.

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa rata – rata kadar kolesterol darah marmot hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol normal. Hasil ini menunjukkan bahwa pada pemberian makanan induksi berupa pakan yang dicampur kuning telur 1% bb dengan lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan diberikan selama 14 hari berturut-turut dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot.

Kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol sehingga pemberian pakan yang mengandung kuning telur sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, dkk., 1998). Asam lemak jenuh yang banyak terdapat


(43)

pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi dapat diubah didalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1993).

Hasil pengujian efek ekstrak etanol rimpang temu giring sebagai penurun kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan penginduksi pakan yang dicampur dengan kuning telur ayam dan lemak kambing diperoleh penurunan kadar kolesterol yang diukur pada hari ke – 19 dan hari ke – 23 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat pada hari ke – 19 dan ke – 23.

Kadar kolesterol (mg/dl) + SD Setelah pemberian obat pada

hari ke – 19

Setelah pemberian obat pada hari ke – 23

A 102,33 + 38,124 99,50 + 10,134

B 71,83 + 12,766 45,83 + 12,432

C 63,33 + 18,041 42,50 + 10,134

D 63,67 + 27,551 44,17 + 11,268

E 48,50 + 28,905 34,17 + 17,175

Keterangan : SD : Standar Deviasi

A : untuk perlakuan pemberian suspensi Na-CMC 0,5% (dosis 1% BB) selama 7 hari

B : untuk perlakuan pemberian suspensi simvastatin (dosis 0,80 mg/kg BB/hari) selama 7 hari.

C : untuk perlakuan pemberian Ekstrak etanol rimpang temu giring (dosis 100 mg/kg BB/hari) selama 7 hari.

D : untuk perlakuan pemberian Ekstrak etanol rimpang temu giring (dosis 200 mg/kg BB/hari) selama 7 hari.

E : untuk perlakuan pemberian Ekstrak etanol rimpang temu giring (dosis 400 mg/kg BB/hari) selama 7 hari.

Pada tabel diatas setelah pemberian obat hari ke – 23, ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 200 mg/kgBB lebih kuat menurunkan kadar kolesterol


(44)

darah (44,17 mg/dl) dibandingkan dengan ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 400 mg/kgBB (34,17 mg/dl). Hal ini mungkin disebabkan oleh telah didudukinya semua reseptor yang berkaitan dengan penurunan kadar kolesterol oleh ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 200 mg/kgBB. Sehingga peningkatan dosis menjadi 400 mg/kgBB tidak menyebabkan penurunan kadar kolesterol yang lebih kuat lagi. Menurut Katzung (2001), dengan meningkatnya dosis peningkatan respon menurun. Pada akhirnya, tercapai dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi.

Angka penurunan kadar kolesterol rata-rata pada marmot yang diberi ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan simvastatin lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Ini menunjukkan bahwa suspensi ekstrak etanol rimpang temu giring (EERTG) dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB mampu menurunkan kadar kolesterol marmot yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :

3 47.67 26.67 32.83 28.16 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

A B C D E

A = Na-CMC B = Simvastatin C = EERTG 100 mg/kg BB D = EERTG 200 mg/kg BB E = EERTG 400 mg/kg BB

a n g k a p e n u ru n a n k o le st e ro l (m g / d l) perlakuan

Gambar 4.2 Diagram total penurunan kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat dibandingkan dengan kontrol.


(45)

Hal ini disebabkan oleh kandungan golongan senyawa kimia kurkumin yang terdapat pada rimpang temu giring. Menurut Bermawie, dkk (2007), kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning orange yang diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik, terdapat pada berbagai jenis Curcuma sp. Telah terbukti secara ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit degeneratif yang salah satunya adalah penurun kadar lipid darah, Menurut Kuswinarti (1989), berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemberian ekstrak air rimpang temu giring pada tikus putih jantan yang ditingkatkan kadar kolesterol darahnya dengan diet kolesterol tinggi dapat memberikan efek penurunan kadar kolesterol darah yang berarti bila dibandingkan dengan kontrol positif .

Dari hasil uji ANAVA (lampiran 10, halaman 52) pada t-15 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok uji (p > 0,05), Sedangkan pada t-0, t-19 dan t-23 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok uji (p < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan, dilakukan uji beda rata-rata Duncan.

Dari hasil uji beda rata-rata Duncan pada t-19 (lampiran 10, halaman 53) diperoleh kelompok simvastatin pada subset 1 dan 2. Ini menunjukkan bahwa pada pemberian suspensi simvastatin dengan dosis 0,80 mg/kg BB/hari tidak menurunkan kadar kolesterol yang signifikan terhadap kelompok ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB dan dosis 400 mg/kg BB serta pemberian Na-CMC (kontrol) selama 4 hari yang berarti marmot masih dalam kondisi hiperkolesterolemia. Sedangkan Pemberian Ekstrak etanol


(46)

rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB dan dosis 400 mg/kg BB dibandingkan dengan pemberian Na-CMC selama 4 hari menunjukkan perbedaan, berarti ekstrak etanol rimpang temu giring tersebut menurunkan kadar kolesterol secara nyata secara statistik.

Dari hasil beda rata-rata Duncan pada t-23 (lampiran 11, halaman 53) diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB, dosis 400 mg/kg BB dan pemberian simvastatin dibandingkan dengan pemberian Na-CMC selama 7 hari menunjukkan perbedaan, berarti ekstrak etanol rimpang temu giring dan simvastatin tersebut mempunyai aktivitas menurunkan kadar kolesterol secara nyata. Sedangkan pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB dan dosis 400 mg/kg BB selama 7 hari menunjukkan penurunan kadar kolesterol tidak berbeda nyata secara statistik dengan pemberian suspensi simvastatin.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah marmut yang dibuat hiperkolesterolemia dengan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% BB dan lemak kambing 15g/100g jumlah pakan.

2. Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak etanol rimpang temu giring dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kg BB.

5.2 Saran

• Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh ekstrak temu giring terhadap kadar HDL, LDL dan TG darah marmot.

• Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti toksisitas dari ekstrak temu giring.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anief. M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cet. 5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 107.

Bermawie, N., Rahardjo, M., Wahyuno, D dan Ma’mun. (2007). Status Teknologi

Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Kunyit dan Temulawak Sebagai Penghasil Kurkumin. Jakarta. Dalam

Citrosupomo, G. (1991). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan 3. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Halaman 444-445.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2001). Inventaris Tanaman

Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta : Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial RI. Hal. 105 – 106.

Derelanko, M. J. (2000). Toxicologists Pocket Handbook. New Jersey. CRC Press. Page 14.

Ditjen POM. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 81

Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 169 – 171.

Ditjen POM. (1994). Kodifikasi Peraturan Perundang – undangan Obat

Tradisional. Jilid 1. Jakarta : Bakti Husada. Halaman 93

Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 308, 323-325.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 10-11, 17, 31-32

Fernandez, M. L. and McNamara, D. J. (1993) Dietary Fat Saturation and Chain

Length Modulate Guinea Pig Hepatic Cholesterol Metabolism. Arizona.

Dalam

Gohel, M., Parikh, R., Popat, A. (2009). Pharmaceutical Suspensions : A Review. India. Dala

Katzung, B.G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 23


(49)

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Kelompok Kerja Ilmiah. (1993). Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia

dan Pengujian Klinik. Jakarta : Penerbit Yayasan Pengembangan Obat

Bahan Alam Phyto Medica.

Kristina, N. N., Noveriza, R., Syahid, S. F dan Rizal, M. (2006). Peluang

Peningkatan Kadar Kurkumin Pada Tanaman Kunyit dan Temulawak.

Jakarta. Dalam

Kuswinarti. (1989). Efek Ekstrak Temu Giring Terhadap Kadar Kolesterol Darah

Tikus Jantan. Tesis Pasca Sarjana Strata-2. Institutr Teknologi Bandung.

Halaman 43.

Lidya, J. J., Kivisto, K. T., Neuvonen, P. J. (1998). Clinical Pharmacology

Theraphy. Diakses tanggal 21 juni 2009.

Muhlisah, F. (1999). Temu-temuan dan Empon-empon : Budi Daya dan

Manfaatnya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Halaman 53 – 54.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A dan Rodwell, V. W. (2003). Biokimia

Harper. Alih bahasa. Andry Hartono. Editor edisi bahasa Indonesia. Anna,

Tiara. Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 270. Mursito, B. (2003). Ramuan Tradisional Untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta :

Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 82-83.

Mycek, M. J., Haevery, R. A., and Champe, P. C. (2001). Farmakologi: Ulasan

Bergambar. Penerjemah: Agoes, A. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya

Medika. Halaman 209.

National Agency of Drug and Food Control The Republic of Indonesia. (2004).

Monograph of Indonesian Medisinal Plant Extracts. Volume 1. Jakarta :

NADFC RI. Pages29 – 31.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakara: Penerbit Kanisius. Halaman 85 – 89.

Sitepoe, M. (1993). Kolesterol Fobia keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 10-11, 17, 42, 59, 107 – 108.

Smith, J. B. dan Soesanto M. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan

Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta : Penerbit Universitas


(50)

Suyatna, F. dan Tony H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 365, 374-375.

Tim Penulis Martha Tilaar Inovation Center (MTIC). (2002). Budidaya secara

organic tanaman obat rimpang. Cetakan Pertama. Penerbit Penebar

Swadaya. Jakarta. Halaman 2.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan

dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Penerbit PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta. Halaman 537, 540 – 541, 545.

Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan II. Penerjemah : Soedani Noerono S. UGM Press. Yogyakarta.

WHO. (1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials. Geneva: World Health Organization. Page 31.

Wijayakusuma, H. (2006). Sehat Bersama Temu Giring. Dala

Wiryowidagdo, S dan M. Sitanggang. (2008). Obat Tradisional Untuk Penyakit

Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Cetakan keduabelas. Edisi Revisi.

Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta. Halaman 12 – 13, 35 – 38. \


(51)

(52)

Rimpang temu giring

Berat basah 9150 gram

Berat kering 1037 gram

Serbuk simplisia 977 gram Lampiran 2. Bagan Pengolahan Sampel

Dibersihkan dari pengotor lain Dicuci sampai bersih, ditiriskan

Ditimbang

Dikeringkan pada suhu ± 40oC Ditimbang


(53)

Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Temu Giring

Tumbuhan Temu Giring

Morfologi Rimpang


(54)

1

2

3

4

5

6

Lampiran 3 (Sambungan).

Mikroskopik serbuk simplisia temu giring pada pembesaran 10 x 40 Keterangan : 1 = Tetes Minyak Atsiri

2 = Parenkim 3 = Butir Pati 4 = Rambut penutup

5 = Fragmen Pembuluh Kayu 6 = Jaringan Gabus


(55)

Lampiran 4. Perhitungan Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak.

Perhitungan Penetapan Kadar Air Simplisia Sampel I : Berat sampel = 5,094 g

Volume air = 2,2 - 1,9 ml = 0,3 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 5,88%

Sampel II : Berat sampel = 5,075 g

Volume air = 2,8 - 2,2 ml = 0,6 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 11,82%

Sampel III : Berat sampel = 5,148 g

Volume air = 3,3 - 2,8 ml = 0,5 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 9,71%

% kadar air rata-rata = %kadar air I + %kadar air II + %kadar air III 3

= = 9,13% 0,3

5,094

0,6 5,075

0,5 5,148

5,88% + 11,82% + 9,71% 3


(56)

Lampiran 4. (Sambungan)

Perhitungan Penetapan Kadar Air Ekstrak

Sampel I : Berat sampel = 5,052 g

Volume air = 1,8 - 1,7 ml = 0,1 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 1,97 %

Sampel II : Berat sampel = 5,013 g

Volume air = 2,0 - 1,8 ml = 0,2 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 3,98 %

Sampel III : Berat sampel = 5,038 g

Volume air = 2,2 - 2,0 ml = 0,2 ml % kadar air = volume air

berat sampel x 100%

= x 100%

= 3,96 %

% kadar air rata-rata = %kadar air I + %kadar air II + %kadar air III 3

=

= 3,30 % 0,1

5,052

0,2 5,013

0,2 5,038

1,97 % + 3,98 % + 3,96 % 3


(57)

Lampiran 4. (Sambungan)

Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air Sampel I : Berat sampel = 5,005 g

Berat Sari = 0,17 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x 100

20 x 100% = 16,98%

Sampel II : Berat sampel = 5,006 g Berat sari = 0,172 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x 100

20 x 100% = 17,17%

Sampel III : Berat sampel = 5,007 g Berat sari = 0,174 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x 100

20 x 100% = 17,37%

% kadar sari rata-rata = %kadar sari I + %kadar sari II + %kadar sari III 3

=

= 17,17% 0,17 5,005 0,172 5,006 0,174 5,007

16,98% + 17,17% + 17,37% 3


(58)

0,113 5,059 0,123 5,046 Lampiran 4. (Sambungan)

Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol Sampel I : Berat sampel = 5,088 g

Berat Sari = 0,12 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x 100

20 x 100% = 11,79%

Sampel II : Berat sampel = 5,046 g Berat sari = 0,123 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x 100

20 x 100% = 12,18%

Sampel III : Berat sampel = 5,059 g Berat sari = 0,113 g % kadar sari = berat sari

berat sampel x 100

20 x 100%

= x100

20 x 100% = 11,16%

% kadar sari rata-rata = %kadar sari I + %kadar sari II + %kadar sari III 3

=

= 11,71% 0,12

5,088

11,79% + 12,18% + 11,16% 3


(59)

Lampiran 4. (Sambungan)

Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total

Sampel I : Berat abu = 0,0920 g Berat sampel = 2,0116 g

= 0,0920 g 2,0116 g

x 100% = 4,57 %

Sampel II : Berat abu = 0,0910 g Berat sampel = 2,0069 g

= 0,0910 g 2,0069 g

x 100% = 4,53 %

Sampel III : Berat abu = 0,0909 g Berat sampel = 2,0104 g

= 0,0909 g 2,0104 g

x 100% = 4,52 %

Kadar abu total rata-rata =

3

kadar abu total (sampel I + sampel II + sampel III) % =

3

(4,57 + 4,53 + 4,52) % = 4,54 %

Kadar abu total = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)

Kadar abu total = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)

Kadar abu total = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)


(60)

Lampiran 4. (Sambungan)

Perhitungan Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam Sampel I : Berat abu = 0,0335 g

Berat sampel = 2,0116 g

= 0,0335 g 2,0116 g

x 100% = 1,67 %

Sampel II : Berat abu = 0,0352 g Berat sampel = 2,0069 g

= 0,0352 g 2,0069 g

x 100% = 1,75 %

Sampel III : Berat abu = 0,0021 g Berat sampel = 2,0104 g

= 0,0316 g 2,0104 g

x 100% = 1,57 %

Kadar abu yang tidak larut =

dalam asam rata-rata 3

kadar abu (sampel I + sampel II + sampel III) % =

3

(1,67 + 1,75 + 1,57) % = 1,66 %

Kadar abu yang tidak larut dalam asam = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g) Kadar abu yang tidak larut dalam asam = berat abu (g) x 100 %

berat sampel (g)

Kadar abu yang tidak larut dalam asam = berat abu (g) x 100 % berat sampel (g)


(61)

(62)

Marmot

Diberi pakan yang dicampur dengan kuning telur 1% berat badan dan lemak kambing 15g/100g jumlah makanan selama 14 hari

Diukur kadar kolesterolnya

Marmot Hiperkolesterolemia


(63)

Marmot

Dikondisikan selama 2 minggu

2. Diberikan perlakuan hiper kolesterolemia selama 14 hari 1. Diukur kadar kolesterol

Kadar kolesterol normal

Diukur kadar kolesterol

Kadar

Hiperkolesterolemia

3. Diberikan perlakuan dengan dan tanpa pemberian suspensi Ekstrak etanol rimpang temu giring dan pemberian suspensi simvastatin selama 7 hari mulai dari hari ke 15

Diukur kadar kolesterol pada hari ke-19 dan ke-23

Kadar kolesterol Lampiran 7. Bagan Alur Pengujian Efek Penurun Kolesterol


(64)

Darah siap diukur

Dimasukkan dalam lemari pendingin

Didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit Ditampung dalam tabung yang bersih Darah Marmot

Ditusuk dengan jarum spuit pada vena tepi telinga marmot hingga berdarah

Dibilas dengan alkohol Telinga yang bersih

Dipangkas dan di cukur bulu telinganya Dipuasakan selama 10 – 14 jam

Marmot


(65)

Lampiran 9. Data kadar kolesterol darah Marmot selama penelitian (mg/dl) Kelompok Kadar kolesterol Berat hewan Dosis yang diberikan (ml) Normal Hiperkolesterolemia Pemberian obat

Hari ke 19 Hari ke 23

A

48 69 66 64 460 4,6

48 155 154 148 490 4,9

39 79 80 80 450 4,5

47 92 94 92 440 4,4

45 74 74 73 400 4,0

30 146 146 140 450 4,5

B

47 103 74 51 510 5,1

26 88 83 58 560 5,6

36 63 54 27 540 5,4

32 138 83 57 570 5,7

31 70 58 35 560 5,6

39 99 79 47 520 5,2

C

38 92 87 34 450 4,5

13 48 43 37 400 4,0

47 84 79 57 490 4,9

40 58 45 32 450 4,5

06 60 57 43 440 4,4

34 73 69 52 460 4,6

D

19 67 51 36 620 6,2

20 50 45 38 600 6,0

33 140 114 57 590 5,9

23 74 61 45 550 5,5

31 87 73 58 590 5,9

29 44 38 31 620 6,2

E

14 30 25 19 590 5,9

15 86 64 48 570 5,7

18 107 98 61 540 5,4

12 31 25 19 500 5,0

23 81 50 34 560 5,6


(66)

Lampiran 10. Hasil SPSS

Oneway Post Hoc Tests

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

t0 ETG100 6 29.67 16.330 6.667 12.53 46.80 6 47

ETG200 6 25.83 5.947 2.428 19.59 32.07 19 33

ETG400 6 15.00 5.138 2.098 9.61 20.39 8 23

CMCNa 6 42.83 7.139 2.915 35.34 50.33 30 48

Simvastatin 6 35.17 7.305 2.982 27.50 42.83 26 47

Total 30 29.70 12.817 2.340 24.91 34.49 6 48

t15 ETG100 6 69.17 16.810 6.863 51.53 86.81 48 92

ETG200 6 77.00 34.629 14.137 40.66 113.34 44 140

ETG400 6 62.33 33.092 13.510 27.61 97.06 30 107

CMCNa 6 102.50 38.067 15.541 62.55 142.45 69 155

Simvastatin 6 93.50 26.883 10.975 65.29 121.71 63 138

Total 30 80.90 32.420 5.919 68.79 93.01 30 155

t19 ETG100 6 63.33 18.041 7.365 44.40 82.27 43 87

ETG200 6 63.67 27.551 11.248 34.75 92.58 38 114

ETG400 6 48.50 28.905 11.800 18.17 78.83 25 98

CMCNa 6 102.33 38.124 15.564 62.32 142.34 66 154

Simvastatin 6 71.83 12.766 5.212 58.44 85.23 54 83

Total 30 69.93 30.657 5.597 58.49 81.38 25 154

t23 ETG100 6 42.50 10.134 4.137 31.86 53.14 32 57

ETG200 6 44.17 11.268 4.600 32.34 55.99 31 58

ETG400 6 34.17 17.175 7.011 16.14 52.19 19 61

CMCNa 6 99.50 35.753 14.596 61.98 137.02 64 148

Simvastatin 6 45.83 12.432 5.076 32.79 58.88 27 58


(67)

Lampiran 10. (Sambungan)

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

t0 4.752 4 25 .005

t15 1.431 4 25 .253

t19 2.255 4 25 .092

t23 6.270 4 25 .001

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

t0 Between Groups 2600.467 4 650.117 7.511 .000

Within Groups 2163.833 25 86.553

Total 4764.300 29

t15 Between Groups 6737.533 4 1684.383 1.774 .166

Within Groups 23743.167 25 949.727

Total 30480.700 29

t19 Between Groups 9573.533 4 2393.383 3.384 .024

Within Groups 17682.333 25 707.293

Total 27255.867 29

t23 Between Groups 16537.867 4 4134.467 10.561 .000

Within Groups 9787.500 25 391.500


(68)

Lampiran 10. (Sambungan)

Homogeneous Subsets

t19

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

ETG400 6 48.50

ETG100 6 63.33

ETG200 6 63.67

Simvastatin 6 71.83 71.83

CMCNa 6 102.33

Sig. .176 .058

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

t23

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

ETG400 6 34.17

ETG100 6 42.50

ETG200 6 44.17

Simvastatin 6 45.83

CMCNa 6 99.50

Sig. .361 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(69)

Lampiran 11. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah marmot Darah Marmot

Dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm

Terbentuk 2 lapisan

Serum Padatan

Dipipet sebanyak 10 μl

Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan reagensia kolesterol 1000 μl

Diinkubasi pada suhu 370C Dihomogenkan

Diukur pada alat microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm

Dibiarkan selama 10 menit

Dicatat hasilnya


(70)

Lampiran 12. Contoh perhitungan dosis Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan

Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 Tikus

200 g

0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0 Marmot

400 g

0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5 Kelinci

1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2 Kera

4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1 Anjing

12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1 Manusia

70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

Contoh perhitungan Dosis suspensi simvastatin 0.01% Dosis manusia (berat 70 kg) = 10 mg

Dosis marmot (berat 400 g) = 0,031 x 10 mg = 0,31 mg

= 1000/400 x 0.31 mg = 0,775 mg/ kg BB = 0,8 mg/kg BB Suspensi simvastatin sebanyak 0,8 mg/kg BB dibuat dalam sediaan 10 ml, dengan penimbangan minimal 50 mg maka dibuat dalam sediaan 50 mg x 10 ml = 625 ml.

Dosis untuk Marmot (Berat 415 g) = 415 g x 0,8 mg/1000 g = 0,332 mg

Sediaan yang dibuat = 50 mg/ 625 ml = 0,08 mg/ml Jadi volume suspensi simvastin yang diberikan 0,332 mg = 4,15 ml

0,08 mg/ml


(71)

Lampiran 12. (Sambungan)

Contoh perhitungan dosis ekstrak rimpang temu giring untuk marmut dengan berat badan 400 g dengan dosis ekstrak rimpang temu giring 100 mg/Kg BB

.

Dosis ekstrak 100 mg/kg BB dibuat dalam labu tentukur 10 ml, maka di dalam 10 ml mengandung ekstrak rimpang temu giring 100 mg untuk 1 kg berat badan.

Dosis obat yang diberikan = 400 g x 100 mg = 40 mg 1000 g

Sediaan yang dibuat = 100 mg/10 ml = 10 mg/ml

Suspensi EETG yang diberikan untuk marmot BB 400 g = 40 mg

10 mg/ml = 4 ml


(72)

(73)

(74)

Lampiran 14. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) MICROLAB 300 (MERCK)

Light Source

• Quartz Halogen Lamp 12V-20W Wavelenght range

• Automatic by 12 positions filter-wheel;

• 6 standar interference filters : 340, 405, 505, 546, 578 dan 620 nm; • 6 positions for optional filters

Photometric Range

• -0.1 to 2.3 Absorbance Detector

• Photo diode (320-1000 nm). Blanking

• Automatic zero setting Operator interface

• Membrame keyboard, for direct function and alpha numeric entry; • Optional external keyboard;

• High contrast graphical LCD display • Real time clock, 24 hours system Languages

• English; • French; • Spanish; • Portuguese; • German;

• Other languages on request Measurements Procedures

• Kinetic, with linearity check;

• Kinetic, with linearity check and sample slope blank; • Two point kinetic, with or without reagent blank; • End point, with or without reagent blank;

• Bichromatic end point; , with or without reagent blank;


(1)

Lampiran 14. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) MICROLAB 300 (MERCK)

Light Source

• Quartz Halogen Lamp 12V-20W Wavelenght range

• Automatic by 12 positions filter-wheel;

• 6 standar interference filters : 340, 405, 505, 546, 578 dan 620 nm;

• 6 positions for optional filters Photometric Range

• -0.1 to 2.3 Absorbance Detector

• Photo diode (320-1000 nm). Blanking

• Automatic zero setting Operator interface

• Membrame keyboard, for direct function and alpha numeric entry;

• Optional external keyboard;

• High contrast graphical LCD display

• Real time clock, 24 hours system Languages • English; • French; • Spanish; • Portuguese; • German;

• Other languages on request Measurements Procedures

• Kinetic, with linearity check;

• Kinetic, with linearity check and sample slope blank;

• Two point kinetic, with or without reagent blank;

• End point, with or without reagent blank;

• Bichromatic end point; , with or without reagent blank;


(2)

Lampiran 14. (Sambungan) Multiple testing

• Up to nine replicates;

• Means, SD and CV. Measuring time

• Programmable, 2 to 998 second for kinetic and two point type of test;

• For end point fixed at 2 seconds Delay time

• Programmable, 0 to 999 seconds Method Parameter Setting

a.o.

• Method name;

• Measurement mode

• Wavelength 1 and 2;

• Aspiration volume;

• Measurement delay;

• Measurement time;

• Factor

• Concentrations standards;

• Reagent blank y/n;

• Sample blank y/n

• Units for results

• Level for flagging;

• Curve fit y/n;

• Linearity check. Calibration

• Factor, one-point, two point and multiple point;

• Automatic on standard (linear mode);

• Automatic on up to 10 standard (non linear mode). Quality Control

• Two control per test;

• QC suvey of last 30 control measurements;


(3)

Temperature control

• By means of peltier elements;

• Fixed temperature at 370C Aspiration system

• Internal pump of bellows type; driven by stepper motor

• Back panel connection for waste;

• Aspiration volume programmable. Printer

• Matrix printer

• Normal paper;

• External printer port available. Signal interface

• Centronics type parallel port;

• RS 232 type serial port;

• PS 2 type port for external keyboard Quality

• UL

• CE

• CB cetificate Power Requirements

• 100-240 VAC nominal, 50/60 Hz;

• Battery back-up to retain data. Dimensions

• 40 x 17 x 36,5 cm (W x H x D) Weight


(4)

Lampiran 15. Pengoperasian Alat Microlab 300

PENGOPERASIAN ALAT MICROLAB 300 Pengoperasian alat microlab 300 sebagai berikut :

1. Tekan tombol OK/Off

2. Bila alat sudah terhubung/menyala, tunggu selama 15 menit 3. Cari menu yang diinginkan

o Tekan skip

o Tekan measure

o Tekan tombol naik turun

o Tekan enter

o Tekan tombol penghisap untuk mencuci

o Masukkan reagensia yangn diminta ke dalam tombol penghisap, maka hasil akan terlihat pada layar monitor

o Bila hasil sudah keluar, tekan skip, begitu seterusnya sampai selesai

o Untuk menggantikan pada posisi semula tekan back Catatan :

Bila layar tidak terang, tekan tanda (+) Bila layar terlalu terang, tekan tanda (-)

Untuk memasukkan program baru ke dalam microlab 300 : 1 Cari program dan tekan enter

2 Buka PIN dengan kata kunci Labkes 3 Tekan new

4 Masukkakn program baru menurut penentuan masing – masing 5 Tekan back untuk kembali ke semula


(5)

(6)

Lampiran 17. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara