HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS VII DI MTs.NYAI H ASHFIYAH SURABAYA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS VII

DI MTs.NYAI H ASHFIYAH SURABAYA

SKRIPSI Oleh: SITI MARIYAM NIM. D03211031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Siti Mariyam, NIM. D03211031. Hubungan Antara Kemampuan Interaksi Sosial Dengan Penerimaan Teman Sebaya Pada Siswa Kelas VII Di Mts. Nyai H Ahfiyah Surabaya. Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhannya, baik itu berhubungan dengan individu maupun kelompok. Begitu juga dengan siswa kelas VII diusia remaja yang melakukan interaksi sosial di lingkungan sekolah, Salah satu tugas perkembangan sosial remaja adalah membina hubungan sosial dengan teman sebaya. Pada usia remaja sering terjadi penolakan atau penerimaan pertemanan remaja, dimana hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan sosial remaja itu sendiri. Remaja yang telah menjalankan tugas perkembangannya dengan baik mampu berinteraksi dengan teman sebayanya dan diterima dalam kelompok pertemanan. Dari hal tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs Nyai H.Ashfiyah Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode pengumpulan datanya menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan studi populasi yaitu sebanyak 88 siswa yang dijadikan responden.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII yang dikategorikan baik, dengan perolehan prosentase sebesar 79,03%. Begitu juga dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII yang berada dalam kategori sedang, dengan perolehan prosentase sebesar 74,78%. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya yang dibuktikan dengan hasil perhitungan korelasi product moment sebesar 0,318 dengan nilai signifikansi 0,003, yang berarti kurang dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa diterimanya Ha dan tolak Ho. Kesimpulannya yaitu terdapat hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Penelitian Terdahulu ... 9

G. Sistematika Pembahasan... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ... 12

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 12

2. Syarat-syarat Interaksi Sosial ... 13

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 15


(7)

5. Ciri-ciri siswa yang Interaksi Sosialnya Baik ... 18

6. Ciri-ciri siswa yang Interaksi Sosialnya Buruk ... 20

B. PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ... 21

1. Pengertian Penerimaan Teman Sebaya ... 21

2. Ciri-ciri Penerimaan Teman Sebaya pada Masa Remaja... 24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Teman Sebaya ... 27

4. Dampak Penerimaan dan Penolakan oleh Teman Sebaya ... 28

C. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Variabel Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

D. Hipotesis Penelitian ... 37

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 54

1. Sejarah Singkat dan Letak Geografis Sekolah ... 54

2. Visi Misi dan Tujuan Sekolah ... 55

3. Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya ... 56

4. Keadaan Siswa-Siswi MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya ... 57


(8)

B. Penyajian dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 61

1. Keadaan Kemampuan Interaksi Sosial pada Siswa Kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya ... 62 2. Keadaan Penerimaan Teman Sebaya pada Siswa Kelas VII di

MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya ... 85 3. Korelasi antara Kemampuan Interaksi Sosial dengan Penerimaan

Teman Sebaya pada Siswa Kelas VII MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya ... 105

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia disamping sebagai makhluk individu, manusia juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhannya, baik itu berhubungan dengan individu maupun kelompok. Begitu juga dengan siswa diusia remaja yang melakukan interaksi sosial di lingkungan sekolah.

Menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.1 Dalam kehidupan sehari- hari tidak dapat dipungkiri bahwa setiap hari kita akan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan kita. Begitu juga dengan siswa sekolah menengah pertama yang menghabiskan sebagian waktunya disekolah. Pemenuhan kebutuhan mengharuskan mereka melakukan interaksi dengan lingkungan sekolahnya.

Siswa sekolah menengah pertama biasanya berusia 13-15 tahun. Menurut Thornburg dalam usia tersebut siswa masuk dalam masa remaja awal. Menurut Piaget, masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang - orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama.2 Sedangkan menurut

1

Bimo Walgito. Psikologi Sosial. (Yogyakarta: Andi. 2003). h. 57

2

E. B, Hurlock. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta : Penerbit Erlangga. 1980). h. 167


(10)

2

Hurlock, mengatakan masuknya remaja ke masa transisi menyebabkan mereka diharapkan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan keadaan yang baru.3

Remaja memiliki berbagai macam tugas perkembangan yang harus dilalui dalam perkembangan kehidupan sosialnya agar kehidupan sosial remaja berjalan dengan baik di masa yang akan datang. Beberapa tugas perkembangan sosial pada masa remaja menurut Havighurst yaitu sebagai berikut :

1. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis.

2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita artinya dapat menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat.

3. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial yang berlaku di dalam masyarakat.4

Berdasarkan tugas-tugas perkembangan yang telah disebutkan, ada salah satu tugas perkembangan sosial remaja yang harus dicapai yaitu membina hubungan sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa selain guru dan orang tua.5 Pentingnya pencapaian tugas perkembangan dari remaja adalah remaja akan merasa bahagia ketika aspirasinya terpenuhi begitu juga dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

3

Ibid. h. 169

4

Syamsu, Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya. 2006). h. 74

5

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011). h. 66


(11)

3

Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku. Berikut ini merupakan karakteristik dalam interaksi sosial antara lain:

1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver).

3. Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima.

4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima. 6

Siswa yang telah menjalankan tugas perkembangannya dengan baik mampu berinteraksi dengan teman sebayanya dan diterima dalam kelompok pertemanan. Hal tersebut tidak lepas dari peran keluarga dan lingkungannya. siawa yang mendapatkan kasih sayang orang tua, pendidikan dasar keagamaan dan pengawasan hubungan bermasyarakat kerap tidak mengalami kesulitan dalam interaksi dengan teman sebayanya. Namun, masih banyak siswa yang mengalami kendala dalam interaksinya dengan teman sebaya sehingga menyebabkan penolakan hubungan oleh kelompok teman sebayanya.

6


(12)

4

Pada usia remaja penolakan atau penerimaan pertemanan sebaya berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan sosial remaja itu sendiri. Penerimaan teman sebaya bagi siswa akan berpengaruh pada kesempatan siswa dalam belajar berinteraksi dengan teman sebayanya, berpartisipasi dalam kelompok dan juga memahami individu lain dalam kehidupan sosial. Sedangkan penolakan oleh teman sebaya yang dialami oleh siswa akan menyebabkan ruang sosialisasi dan interaksinya dengan teman sebayanya menjadi sempit sehingga remaja menjadi pribadi yang tertutup, kurang percaya diri dan susah bekerjasama dengan remaja lainnya.

Diterima atau tidaknya remaja oleh teman-temannya sangat mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Kebutuhan itu berkaitan dengan psikologis dan sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang khas, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan memperoleh falsafah hidup.7

Terpenuhinya kebutuhan penerimaan teman sebaya akan memberi rasa puas dan senang sehingga memberikan kehidupan sosiopsikologis yang baik bagi remaja. Penerimaan kelompok terhadap diri seorang remaja, rasa ikut serta dalam kelompok akan memperkuat citra diri dan penilaian diri yang positif bagi remaja,

7


(13)

5

sebaliknya adanya penolakan kelompok teman akan mengurangi penilaian positif bagi remaja.8

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK MTs. Nyai H. Ashfiyah Surabaya yang dilakukan pada tanggal 06 Januari 2015 diperoleh keterangan mengenai keadaan siswa-siswinya masih sering dijumpai siswa-siswi yang awalnya hanya sekedar olok-olokan dengan temannya dan berujung pada pertengkaran. Pernah ada siswa X yang pada awalnya hanya sekedar mengolok-ngolok temannya siswa Y kemudian berujung pada pertengkaran pada akhirnya dilakukan pemanggilan orang tua, kemudian munculnya kelompok-kelompok sosial yang berdampak pada hubungan sosial siswa. Siswa yang tidak sesuai dengan kelompoknya akan mengalami penolakan dari kelompok terrsebut. Munculnya kelompok-kelompok ini dikarenakan berbagai faktor seperti kriteria penerimaan teman, kepemilikan situs jejaring sosial (facebook, twiter, path, instagram, dll), gaya berpakaian, dan perbedaan tipe kepribadian. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya kemampuan interaksi sosial siswa. Berinteraksi tidak cukup hanya dengan bertegur sapa lalu tersenyum saja, akan tetapi juga mampu memprotek diri untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif seperti pertengkaran dan pertikaian yang berdampak pada penerimaan teman sebaya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Kemampuan Interaksi Sosial Dengan Penerimaan Teman Sebaya Pada Siswa Kelas VII Di MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya”

8


(14)

6

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII di MTs Nyai H

AshfiyahSurabaya?

2. Bagaimana penerimaan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII MTs Nyai H AshfiyahSurabaya?

3. Adakah hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII di MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya.

2.

Untuk mengetahui penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya.

3.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya siswa kelas VII di MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan yaitu:


(15)

7

1. Bagi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Kependidikan Islam prodi Bimbingan Konseling, skripsi ini dapat dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa jurusan Kependidikan Islam prodi Bimbingan dan Konseling angkatan berikutnya dalam melakukan penelitian

2. Bagi guru BK : Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam membantu meningkatkan layanan BK di sekolah.

3. Bagi penulis : Menambah pengetahuan penulis mengenai hubungan kemampuan interaksi sosial siswa dengan penerimaan sosial teman sebaya. 4. Bagi siswa : penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam

bersikap dan berperilaku dalam pergaulan sehari-hari.

E. Definisi Operasional

Kerangka konsep dasar penegasan judul adalah memaparkan studi konsep dari judul penelitian. Konsep adalah suatu kesatuan pengertian tentang suatu persoalan yang harus dirumuskan. Dalam merumuskannya dijelaskan sesuai dengan maksud penelitian sehingga orang lain dapat memahami maksudnya sesuai dengan keinginan penulis. Hal ini dapat memperlancar komunikasi antara penulis dengan pembaca.9

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam karya tulis ini, maka penulis perlu kiranya memberikan keterangan serta penjelasan mengenai judul penelitian ini secara rinci. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan sebagai berikut:

9

Mardalis, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), h. 46


(16)

8

1. Kemampuan interaksi sosial

Kemampuan adalah kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Sedangkan interaksi sosial menurut Bimo Walgito adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.10

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kemampuan interksi sosial dalam penelitian ini adalah kesanggupan siswa dalam melakukan hubungan timbal balik yang dapat mempengaruhi antara siswa satu dengan siswa yang lain.

Adapun kriteria kemampuan interaksi sosial yang dimaksud meliputi kemampuan berkerjasama, berkomunikasi dan menyesuaikan diri dengan baik serta mampu menghindari persaingan dan permusuhan yang akan berdampak buruk bagi siswa.

2. Penerimaan teman sebaya

Menurut Caplin penerimaan adalah pengakuan dan penghargaan terhadap nilai-nilai individu.11 Sedangkan teman sebaya adalah sekelompok kawan yang seuisia atau yang memiliki persamaan, baik secara sah maupun secara psikologi.12

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan penerimaan sosial teman sebaya adalah pengakuan dan penghargaan terhadap nilai- nilai

10

Bimo Walgito. Psikologi Sosial. (Yogyakarta: Andi. 2003). h. 57

11

Chaplin, J.P.Kamus Lengkap Psikologi. Terj. Kartono Kartini. (Jakarta: Grasindo Persada.1995). h. 50

12


(17)

9

sekelompok kawan yang seusia. Adapun penerimaan sosial teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerimaan nilai-nilai teman yang sekelas maupun diluar kelas dalam aktifitas bersama.

Adapun kriteria penerimaan teman sebaya yang dimaksud meliputi: memiliki penampilan yang menarik, kemampuan berpikir yang inisiatif, sifat, sikap dan kepribadian yang menyenangkan.

Dari pengertian istilah diatas, maka yang dimasud dalam judul skripsi

“Hubungan Antara Kemampuan Interaksi Sosial dengan Penerimaan Teman Sebaya Pada Siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya” adalah ada atau tidaknya hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya baik temanyang sekelas maupun diluar kelas.

F. Penelitian Terdahulu

1. Hubungan antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial pada Siswa Kelas X SMK Koperasi Yogyakarta

Oleh : Ayuni Murphi

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan interaksi sosial pada siswa kelas X SMK Koperasi Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,727 dan p= 0.000 (p < 0.05), artiya semakin tinggi konsep diri siswa, maka semakin tinggi interaksi sosialnya. Begitu


(18)

10

juga sebaliknya jika konsep diri siswa rendah maka interaksi sosial siswa juga akan rendah.13

2. Hubungan antara Penyesuaian Sosial dengan Penerimaan Teman Sebaya di SMK Negeri 2 Malang

Oleh : Miftahul Aula Sa’adah

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa pada hubungan penyesuaian sosial dengan penerimaan teman sebaya terdapat nilai koefesien korelasi sebesar 0.302 dengan probabilitas (sign) sebesar 0.001. Nilai ini lebih besar dari r tabel (0.302 > 0.256) dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0.01 (0.001 < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara penyesuaiansosial (variabel X) dan penerimaan teman sebaya (variabel Y) serta hubungan antara keduanya positif. Artinya jika penyesuaian sosial mengalami peningkatan, maka akan terjadi kecenderungan peningkatan penerimaan teman sebaya pada siswa SMK Negeri 2 Malang.14

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan skripsi yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut :

13

Ayuni Murphi. “Hubungan antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial pada siswa kelas X SMK Koperasi Yogyakarta”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Yogyakarta : Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta, 2015),h.vi.t.d.

14 Miftahul Aula “a’adah,

Hubungan antara Penyesuaian Sosial dengan Penerimaan

Te a “ebaya di “MK Negeri 2 Mala g , Skripsi Sarjana Pendidikan, (Malang : Perpustakaan Universitas Islam Negeri Malang, 2010),h.vi.t.d.


(19)

11

Bab I : PENDAHULUAN, dalam bab ini dipaparkan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, Penelitian terdahulu dan sitematika pembahasan.

Bab II : LANDASAN TEORI, dalam bab ini akan diuraikan landasan teoritis tentang interaksi sosial meliputi: pengertian inetraksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi social, ciri siswa yang interaksi sosialnya baik, ciri-ciri siswa yang interaksi sosialnya buruk. Kemudian menguraikan tentang landasan teori penerimaan teman sebaya yang meliputi: pengertian penerimaan teman sebaya, ciri-ciri penerimaan teman sebaya, factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teman sebaya, dampak penerimaan maupun penolakan dari teman sebaya dan yang terakhir menguraikan tentang hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya.

Bab III : METODE PENELITIAN, yang berisi tentang pendekatan penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel penelitian, hipotesis penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, uji validitas dan reliabilitas serta teknik analisis data.

Bab IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN, dalam bab ini menjelaskan tentang laporan hasil penelitian yang meliputi : yang menguraikan gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, analisis data.

Bab V : PENUTUP, dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.


(20)

12

BAB II

LANDASAN TEORI A. Interaksi Sosial Siswa

1. Pengertian Interaksi Sosial Siswa

Interaksi sosial adalah merupakan hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.15

Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga bisa berbentuk persaingan, pertikaian dan sejenisnya.16

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.17

Menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling

15

Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) h. 61

16

Basrowi,Pengantar Sosiologi.(Bogor: Ghia Indonesia, 2005) h.138

17


(21)

13

timbal balik.18 Sedangkan menurut Abu Ahmadi mengatakan bahwa interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan didalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya. Atau dengan kata lain proses dua arah dimana setiap individu/group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah laku dari pada partisipan.19

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah sebuah hubungan antara individu dengan individu, kelompok, maupun lingkungan yang dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan respon atau menciptakan hubungan sosial yang dinamis.

2. Syarat – syarat terjadinya interaksi sosial

Menurut Soerjono Soekanto menerangkan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:20

a. Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara

18

Bimo Walgito. Psikologi Sosial. (Yogyakarta: Andi. 2003). h. 57

19 Abu Ahmadi, sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT rhineka Cipta, 2004), h 100 20


(22)

14

berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.

Menurut Abdulsyani, “kontak sosial adalah hubungan dengan satu

orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat”.21 b. Adanya komunikasi

Syarat yang kedua adalah adanya komunikasi. Menurut Burhan Bungin komunikasi merupakan sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi-informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami.22

Berdasarkan penjelasan tersebut,maka interaksi sosial dapat terjadi jika yang pertama adalah adanya kontak sosial, baik secara fisik maupun non fisik (lisan/ucapan). Kedua, adanya komunikasi yang terjadi diantara individu untuk saling bertukar informasi. Komunikasi tidak hanya dilakukan secara verbal tetapi juga dapat dilakukan secara non verbal seperti, menggunakan simbol-simbol gerakan tangan maupun anggota tubuh yang lainnya.

21

Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h.154

22


(23)

15

3. Bentuk – bentuk interaksi sosial

Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentanga atau pertikaian (conflict).23

Gilin dan Gilin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

a. Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk khusus lagi, yakni:

1) Akomodasi 2) Asimilasi dan 3) Alkulturasi

b. Proses disosiatif (processes of dissociation) yang mencangkup: 1) Persaingan.

2) Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).24

Sistematika yang lain pernah dikemukakan oleh Kimball Young, menurut dia bentuk-bentuk proses sosial adalah:

a. Oposisi (opposition) yang mencangkup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

b. Kerja sama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation).

23

Soerjono Soekanto, sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005), h 70.

24


(24)

16

c. Differensiasi (differentiation) yang merupakan suatu proses dimana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Differensisasi tersebut menghasilkan lapisan-lapisan masyarakat.25

Dari berbagai sistematika diatas, maka penulis mencoba menggabungkannya yaitu pertama,proses interaksi sosial yang asosiatif meliputi kerja sama, akomodasi (adaptasi), asimilasi (usaha untuk menyatukan tindakan). Sedangkan proses interaksi sosial yang disosiatif meliputi persaingan, oposisi, dan pertikaian.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Interaksi sosial

Menurut Monk dkk, ada beberapa faktor yang cenderung menimbulkan munculnya interaksi sosial pada remaja, yaitu:

a. Umur, konformitas semakin besar dengan bertambahnya usia, terutama terjadi pada usia 15 tahun atau belasan tahun.

b. Keadaan sekeliling, kepekaan pengaruh dari teman sebaya lebih besar dari pada perempuan.

c. Kepribadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong ekstrovet lebih cenderung mempunyai konformitas dari pada anak introvet.

d. Jenis kelamin, kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman lebih besar dari pada anak perempuan.

25


(25)

17

e. Besarnya kelompok, pengaruh kelompok menjadi semakin besar bila besarnya kelompok bertambah.

f. Keinginan untuk mempunyai status, adanya suatu dorongan untuk memiliki status, kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya in teraksi diantara sebayanya. Individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat dari dunia orang dewasa.

g. Interaksi orang tua, suasana rumah yang tidak menyenangkan dan adanya tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

h. Pendidikan, pendidikan yang tinggi adalah salah satu factor dalam interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan luas yang akan mendukung dalam pergaulannya. 26

Adapun pendapat lain yaitu menurut Bonner faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara lain:

a. Faktor imitasi, menirukan perilaku orang lain kemudian melakukan tingkah laku yang sama dengan perilaku tersebut. Peranan dalam interaksi sosial biasanya terjadi pada awal-awal perkembangan anak. b. Faktor sugesti, pengaruh yang bersifat psikis, baik yang datang dari diri

sendiri maupun orang lain.

26


(26)

18

c. Faktor identifikasi, dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain. Interaksi sosial dapat terjalin dengan adanya ketertarikan emosi, seperti cinta, penerimaan diri dan kasih sayang.

d. Faktor Simpati, perasaan tertariknya seseorang terhdap orang lain. Simpati menghubungkan orang lain dengan ketertarikan bukan karena salah satu ciri tertentu melainkan karena keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut.27

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial antara lain: kepribadian, jenis kelamin, keadaan sekitar, pendidikan, imitasi, sugesti, identifikasi,dan simpati.

5. Ciri-ciri siswa yang interaksi sosial baik

Dalam usahanya untuk mencapai interaksi sosial dengan lingkungan, terkadang tanpa mengalami hambatan sehingga akan muncul sikap perilaku yang positif. Lebih lanjut Hurlock merumuskan orang yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial yang baik disimpulkan sebagai berikut:

a. Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab.

b. Berpartisipasi bergembira dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap tingkatan usia.

c. Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian.

d. Senang menyelesaikan dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan.

27


(27)

19

e. Tetap pada pilihannya sampai diyakini bahwa pilihan itu benar.

f. Mengambil keputusan dengan senang tanpa konflik dan tanpa banyak menerima nasihat.

g. Lebih baik memperoleh kepuasan dan prestasi yang nyata ketimbang dari prestasi yang imajiner.

h. Dapat menggunakan pikiran sebagai alat untuk menciptakan cetak bina tindakan bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari suatu tindakan.

i. Belajar dari kegagalan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan kegagalan.

j. Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau mengharapkan pada bidang yang tidak berkaitan.

k. Mengetahui bekerja bila saatnya bekerja, dan mengetahui bermain bila saatnya bermain.

l. Dapat mengatakan “tidak” dalam situasi yang membahayakan

kepentingan sendiri.

m. Dapat mengatakan “ya” dalam situasi yang akhirnya menguntungkan.

n. Dapat menunjukkan amarah secara langsung bila bersinggung atau bila haknya dilanggar.

o. Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai.

p. Dapat menahan sakit atau emosional bila perlu. q. Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan.


(28)

20

r. Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting dan menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung berakhir.28

6. Ciri-ciri siswa yang interaksi sosialnya buruk

Seseorang yang mengalami hambatan atau kegagalan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial di lingkungannya juga akan Nampak dalam bentuk sikap dan perilaku yang cenderung negatif. Menurut Hurlock tanda-tanda umum ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan situasi sosial adalah:

a. Tidak bertanggung jawab tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misalnya untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial. b. Sifat yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri pribadi.

c. Perasaan tidak aman yang menyebabkan remaja patah mengikuti standarstandar kelompok.

d. Merasa ingin pulang berada jauh dengan lingkungan yang tidak dikenal. e. Telah banyak berkhayal untuk mengembangkan ketidakmampuan yang

diperoleh dari kehidupan sehari- hari.

f. Mundur ke tingkat perilaku sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan. g. Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisme, proyeksi,

berkhayal dan memindahkan. 29

28

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. (Jakarta: Erlangga, 1988). h. 255

29


(29)

21

B. Penerimaan Teman Sebaya

1. Pengertian Penerimaan Teman Sebaya a. Penerimaan

Menurut kamus psikologi Chaplin, penerimaan (acceptance) merupakan sikap positif yang ditandai oleh adanya pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya atau tanpa keterikatan emosional yang terdapat pada pihak yang bersangkutan.30

Menurut Cecil penerimaan adalah disambutnya atau diterimanya seseorang dalam suatu komunitas kelompok masyarakat, baik keluarga, suku, bangsa, ataupun kelompok sosial lainnya.31 Sedangkan menurut Rahmat, menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan . dengan demikian penerimaan adalah sikap positif yang melihat orang lain sebagai manusia dan sebagai individu yang patut dihargai.32

Dari beberapa penjelasan tersebut maka dapat disimpilkan bahwa penerimaan adalah pengakuan atau disambutnya individu dalam suatu kelompok masyarakat, baik keluarga, suku, bangsa, ataupun kelompok sosial lainnya.

30

Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono. (Jakarta : Rajawali Pers, 2004).h. 4

31

Cecil G. Osborne. Seni Mengasihi Diri Sendiri Terjemahan Fenny Veronika. (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.2001).h.30

32


(30)

22

b. Teman Sebaya

Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.33 Hal serupa juga dikemukakan oleh Santrock bahwa teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Keduanya memiliki kesamaan dalam memberikan batasan pada pengertian teman sebaya yaitu bahwa teman sebaya merupakan teman yang sejajar atau memiliki tingkat usia dan kematangan yang sama.34

Menurut Benimoff teman sebaya yaitu orang lain yang sejajar dengan dirinya yang tidak dapat memisahkan sanksi-sanksi dunia dewasa serta memberikan sebuah tempat untuk melakukan sosialisasi dalam suasana nilai-nilai yang berlaku dan telah ditetapkan oleh teman-teman seusianya dimana anggotanya dapat memberi dan menjadi tempat bergantung. Menurut Benimoff,orang lain yang sejajar di atas merupakan orang yang mempunyai tingkat perkembangan dan kematangan yang sama dengan individu, dengan kata lain teman sebaya adalah teman yang seusia.35

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah individu atau orang lain yang memiliki kesamaan tingkat usia atau tingkat kedewasaan serta memberikan sebuah tempat

33

Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua,(Pustaka Setia, bandung, 2006), h.136-137

34

Santrock.J.W. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup(Alih bahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik). Jakarta: Erlangga.2003. h. 232

35

Elizabeth B. Hurlock. Psikologis Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta : Erlangga. 1980.) h..214


(31)

23

untuk melakukan sosialisasi dalam suasana nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan teman sebaya merupakan sikap positif teman seusia/sejajar tingkat usia, yang ditandai oleh adanya pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya atau tanpa ketertarikan emosional yang terdapat pada pihak yang bersangkutan. Penerimaan teman sebaya merupakan disambut atau diterimanya seorang dalam suatu komunitas kelompok teman sebaya/sejajar seusia, baik keluarga, suku, bangsa atau kelompok sosial lainnya. Individu yang dapat menerima berarti memiliki kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan .

Hurlock mengemukakan bahwa penerimaan teman sebaya berarti dipilih sebagai teman untuk suatu aktivitas dalam suatu kelompok dimana seseorang menjadi anggota . hal ini merupakan tanda keberhasilan yang digunakan oleh individu untuk berperan dalam kelompok sosial dan menunjukkan derajat rasa suka dari orang lain untuk bekerja sama dengannya. Pengertian ini juga menyiratkan bahwa penerimaan yang diperoleh mendorong individu untuk terlibat dengan teman-teman sebaya. Proses penerimaan individu oleh orang lain disebabkan karena individu memberikan kesenangan kepada orang lain.36

36

Fitria andriani. Perbedaan tingkat persepsi penerimaan social antara mahasiswa yang belajar psikologi dan yang tidak belajar psikologi.(INSAN media psikologi, vol.3 No.2 Agustus 2001,) h.89-98


(32)

24

2. Ciri-ciri Penerimaan Teman Sebaya Pada Masa Remaja

Remaja mempunyai kriteria atau ciri tersendiri dalam melakukan penerimaan teman sebaya. Ciri atau kriteria tersebut dijadikan standar dalam melakukan penerimaan teman sebaya. Berikut akan dibahas tentang ciri-ciri penerimaan teman sebaya pada masa remaja menurut pendapat beberapa ahli. Menurut Santosa ciri-ciri penerimaan kelompok sebaya adalah sebagai berikut:

a. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Di antara anggota-anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin dimana semua anggota beranggapan bahwa ia memang pantas untuk dijadikan sebagai pemimpin.

b. Bersifat sementara

Dikatakan bersifat sementara karena tidak ada struktur organisasi yang jelas maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih yang menjadi keinginan anggota kelompok tidak tercapai atau karena keadaan yang memisahkan mereka.

c. Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang jelas

Teman sebaya di sekolah umumnya terdiri dari individu yang berbedabeda lingkungannya, dimana memiliki aturan-aturan dan kebiasaan yang berbeda-beda kemudian mereka memasukannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung


(33)

25

tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan kelompok.

d. Anggotanya adalah individu yang sebaya 37

Penerimaan merupakan dipilihnya seorang remaja untuk masuk dalam suatu kelompok remaja di mana remaja tersebut diharapkan dapat memelihara dan menjaga hubungan baik antar teman sebayanya. Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa nyaman, serta dapat berbagi cerita yang tidak diberitahukan kepada orangtua atau guru, memiliki kesamaan dalam hal kegemaran atau hobi, kepribadian, dan kegiatan yang dilakukan bersama.

Penerimaan teman sebaya dalam suatu kelompok ditandai dengan diberi peranan dalam kelompok dan berpartisipasi, Artinya remaja tersebut dikatakan diterima apabila ia dipilih sebagai rekan dalam kegiatan kelompok di mana ia menjadi anggotanya. Keberhasilan remaja diterima oleh teman sebaya juga dapat dilihat dari posisi yang ditempatinya dalam kelompok sosial tersebut dan sejauh mana anggota lain mau bekerja sama atau berinteraksi dengan dirinya. Supaya remaja diterima oleh kelompok, remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku dalam kelompok.

Diterima oleh kelompok teman sebaya merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak atau remaja. Anak akan berusaha untuk benar-benar bisa diterima oleh kelompok sebayanya. Menurut Elida Prayitno ada

37


(34)

26

beberapa sifat anak yang diterima oleh kelompok sebayanya, di antaranya sebagai berikut :

a. Anak yang memiliki sifat-sifat kepribadian ceria atau gembira, ramah, murah hati, sabar, mudah membina kerjasama dan memiliki keyakinan diri yang tinggi.

b. Anak yang memiliki ketrampilan seperti membuat bermacam-macam alat permainan, memainkan alat musik, melukis, dan terampil dalam olahraga.

c. Anak-anak berprestasi dalam bidang akademis yaitu anak-anak yang mendapat prestasi tinggi dalam mempelajari berbagai mata pelajaran. 38

Berdasarkan uraian di atas tentang ciri-ciri penerimaan teman sebaya, dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak mempunyai struktur yang jelas, bersifat sementara, anggotanya adalah individu yang sebaya dan remaja yang diterima oleh kelompok teman sebaya mendapat pengakuan menjadi anggota kelompok, mendapatkan perlakuan yang sama dengan anggota kelompok lainnya, mendapatkan penghargaan seperti diikut sertakan dalam kegiatan kelompok serta diberi peranan, tugas dan tanggung jawab oleh kelompok teman sebaya. Sedangkan sifat dan kepribadian anak yang diterima oleh teman sebaya meliputi anak yang ceria, ramah, murah hati, sabar, mudah bekerjasama, percaya diri, anak dengan berbagai ketrampilan, dan anak yang berprestasi.

38

Elida Prayitn. Psikologi Perkembangan (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan). (Jakarta. 1993).h.61


(35)

27

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Teman Sebaya

Dalam kelompok teman sebaya, merupakan kenyataan adanya remaja yang diterima dan ditolak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang dikemukan oleh Mappiare, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima oleh teman sebaya adalah sebagai berikut :

1) Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara lain : tampang atau rupa yang menyenangkan, atau paling tidak rapi, cekatan dalam bekerja, mahir bergaul, dan aktif dalam kegiatankegiatan kelompok.

2) Kemampuan pikir antara lain : mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah pikirannya, cepat mengambil keputusan.

3) Sikap, sifat, perasaan antara lain meliputi : bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan dirinya, suka menyumbangkan pengetahuannya pada orang lain terutama anggota kelompok yang bersangkutan.

4) Pribadi, meliputi : jujur, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. b. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak oleh teman

sebaya adalah sebagai berikut :

1) Penampilan (performance) dan perbuatan antara lain meliputi : sering menantang, malu-malu, dan senang menyendiri.


(36)

28

2) Kemampuan pikir, meliputi : bodoh sekali atau sering disebut tolol. 3) Sikap, sifat meliputi : suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka

melaksanakan kemauan sendiri.

4) Ciri lain : faktor rumah yang terlalu jauh dari teman sekelompok.39 Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang remaja dapat diterima atau ditolak oleh teman sebayanya yaitu dikarekan penampilan, kemampuan berfikir, sikap, sifat dan pribadi yang bersangkutan.

4. Dampak Penerimaan dan Penolakan oleh Teman Sebaya

Setiap interaksi yang dilakukakan tentu memiliki resiko atau dampak positif maupun negatif. Dalam hal ini diterima atau ditolaknya seseorang oleh teman sebayanya. Adapun dampak positif dari penerimaan teman sebaya menurut Hurlock adalah sebagai berikut:

a. Merasa senang dan aman.

b. Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.

c. Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.

d. Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.

39


(37)

29

e. Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.40

Selain dampak positif dari penerimaan teman sebaya, Hurlock juga mengemukakan beberapa dampak negatif dari adanya penolakan oleh teman sebaya yaitu sebagai berikut:

a. Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi. b. Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.

c. Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.

d. Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.

e. Akan merasa sangat sedih, karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.

f. Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.

g. Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.

h. Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.41

40

Elizabeth B. Hurlock. Psikologis Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. (Jakarta : Erlangga. 1980.) h. 298

41


(38)

30

C. Hubungan Antara Interaksi Sosial dengan Penerimaan Teman Sebaya

Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga bisa berbentuk persaingan, pertikaian dan sejenisnya.42

Menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.43

Berdasarkan pendapat tersebut interaksi sosial adalah suatu hubungan yang mempertemukan individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun individu dengan kelompok atau sebaliknya. Hubungan ini dapat mempengaruhi kehidupan individu yang melakukan interaksi, artinya interaksi sosial mempunyai dampak positif dan dampak negatif yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup individu.

Menurut Slamet Santoso, peer group adalah kelompok anak sebaya yang sukses dimana ia dapat berinteraksi.44 Dalam perkembangan sosial, setiap manusia membutuhkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain maupun teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Kemampuan interaksi sosial setiap orang tentu berbeda-beda, oleh karena itu penting bagi setiap individu hendaknya memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik agar terciptanya hubungan baik antar individu.

42

Basrowi,Pengantar Sosiologi.(Bogor: Ghia Indonesia, 2005) h.138

43

Bimo Walgito. Psikologi Sosial. (Yogyakarta: Andi. 2003). h. 57

44


(39)

31

Masa remaja merupakan masa transisi antara dunia anak-anak dan dewasa. Pada masa remaja keberadaan mereka belum jelas sehingga menuntut mereka untuk belajar menemukan kedudukan dirinya di lingkungan sosial. Dalam perkembangan sosialnya remaja sangat tergantung pada penilaian teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Teman sebaya memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak maupun remaja. Semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, kebutuhan untuk dihargai, teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan kebutuhan memperoleh falsafah hidup.

Besarnya pengaruh teman sebaya dalam perkembangan sosial siswa mengharuskan siswa melakukan apapun agar mereka dapat diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya. Penerimaan teman sebaya didasari pada kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. Remaja agar diterima dalam kelompok sebayanya harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebayanya. Penyesuaian itu meliputi ketertarikan yang sama, rasa saling menghargai, kemampuan dalam berpikir, sikap dan perilaku serta partisipasi dalam kelompok teman sebaya.

Siswa yang merasa bahwa teman sebayanya dapat menerima mereka maka akan tahu bagaimana seharusnya berperilaku dalam kelompok. Sebaliknya, apabila mereka memandang bahwa mereka tidak diterima oleh teman sebayanya maka berbagai akibat negatif akan timbul seperti ruang sosialisasi maupun


(40)

32

interaksi dengan teman sebayanya menjadi sempit sehingga siswa menjadi pribadi yang tertutup, kurang percaya diri dan susah bekerjasama dengan siswa lainnya. Dengan kata lain, penolakan dari teman sebaya merupakan ancaman dan beban yang dialami remaja dalam kehidupan sosialnya.

Berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya maka dapat dikatakan bahwa siswa yang mampu berinteraksi dengan baik akan mudah diterima oleh teman sebayanya. Artinya, semakin tinggi tingkat kemampuan interaksi sosial dengan teman sebaya yang dimiliki oleh remaja, maka semakin tinggi juga tingkat penerimaan sosialnya, sebaliknya jika semakin rendah tingkat kemampuan interaksi sosial dengan teman sebaya yang dimiliki remaja, maka semakin rendah juga tingkat penerimaan yang dialami remaja.


(41)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada hakekatnya metode penelitian berasal dari dua kata, yaitu metode dan penelitian. Secara etimologi metode artinya suatu cara untuk melakukan sesuatu secara tepat.45 Deddy Mulyasa mengatakan bahwa metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Sedangkan “penelitian” (research) dari kata re dan to search yang berarti

mencari kembali. Dalam bahasa latin “research” artinya mengungkap atau membuka. Penelitian menurut Ali adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau usaha untuk mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan suatu masalah yang dilakukan secara berhati-hati sekali, sehingga diperoleh suatu pemahaman.46

Saifuddin Azwar mengatakan bahwa penelitian sendiri adalah rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.47 Namun penelitian tidak harus memecahkan suatu masalah, karena penelitian hanyalah bagian dari proses pemecahan masalah tersebut. Penelitian disini yaitu mencari jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

Sehingga jika digabungkan arti metode penelitian adalah suatu cara atau proses untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau mencari bukti-bukti

45

Ismail Nawawi Uha, MPA, M.Si, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Cv. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h. 1

46

Ismail Nawawi Uha, Metoda Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Cv. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012). h. 3

47

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Belajar : 2004) cet. Ke-5, h. 1


(42)

34

sehubungan dengan suatu masalah yang sedang dikaji sehingga menemukan suatu pemahaman. Sugiono juga mengatakan bahwa metode penelitian dikemukakan pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Adapun sub bab yang akan peneliti uraiakan dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang memusatkan perhatian pada sesuatu yang dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap hal yang diteliti dengan melakukan pengukuran dalam bentuk, misalnya, frekuensi dan intensitas variabel.48 Setelah itu, peneliti juga akan berusaha untuk menggambarkan situasi yang terjadi pada saat sekarang melalui angka-angka statistik yang kemudian diinterpretasikan ke dalam suatu uraian.

Pendekatan kuantitatif ini dianggap sesuai oleh peneliti karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya korelasi antara dua variabel. Dan apabila ada, sejauh mana eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

48


(43)

35

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.49 Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi dua variabel yang nantinya akan dicari hubungan antara keduanya. Adapun variabel tersebut adalah:

1. Independent variabel atau variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial siswa di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya. 2. Dependent variabel atau variabel terikat (y) dalam hal ini adalah

penerimaan teman sebaya di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.

C. Populasi dan Sampel

Adapun penjelasannya mengenai populsi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi

Menurut Sumanto, populasi adalah seluruh subjek di dalam wilayah penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian.50 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.51

49

Sumadi, Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 72

50

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: PT Andi Offset, 1990), h. 39

51

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 130


(44)

36

Kedua pengertian ini tidaklah berbeda dan intinya mengarah pada suatu kesimpulan tentang pengertian dari populasi. Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas VII MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dipilih untuk keperluan analisis. Hakekat penggunaan sampel dlam suatu penelitian dikarenakan sulitnya untuk meneliti seluruh populasi, hal ini mengingat banyaknya biaya dan waktu yang begitu banyak diperlukan jika harus meneliti seluruh populasi.52 Menurut Suharsimi Arikunto untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.53

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi karena subjeknya kurang dari 100 sehingga peneliti menggunakan seluruh populasi untuk dijadikan sampel. Adapun penjelasannya yakni 43 siswi dari kelas VII A dan sebanyak 45 siswa-siswi dari kelas VII B, sehingga jika dijumlah sebanyak 88 siswa-siswa-siswi yang akan dijadikan sampel.

Dengan demikian, penelitian ini dinamakan penelitian populasi, karena jumlah populasi dijadikan sampel penelitian, maka jenis sampelnya adalah sampel total.

52

Mardalis, Ibid, h. 56

53


(45)

37

D. Hipotesis Penelitian

Sebagai landasan kerja untuk memperoleh suatu kebenaran, kegiatan penelitian perlu dirumuskan dalam bentuk hipotesais terlebih dahulu. Menurut Sutrisno Hadi, Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah.54

Hipotesis dapat juga dipandang sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara. Dalam penelitian ini, hipotesis disajikan sebagai berikut :

a. Hipotesis Alternatif (Ha) : yang menyatakan ada hubungan antara kemampuan interaksi sosial siswa dengan penerimaan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya.

b. Hipotesis Nihil (Ho) : yang menyatakan tidak ada hubungan antara kemampuan interaksi sosial siswa dengan penerimaan sosial teman sebaya pada siswa kelas VII MTs Nyai H Ashfiyah Surabaya

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara kemampuan interaksi sosial dengan penerimaan teman sebaya.

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Berikut ini adalah jenis data dan sumber datayang digunakan dalam penelitian ini:

54


(46)

38

1. Jenis Penelitian

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data deskriptif yang berupa kata-kata baik tulisan maupun lisan yang didapat dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati.55 Dalam penelitian ini yang termasuk data kualitatif adalah sejarah berdirinya MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya, letak geografis, struktur organisasi, dan lain-lain.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan-bilangan atau berbentuk angka.56 Yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan interaksi sosial siswa dan penerimaan teman sebaya yang didapat dari angket.

2. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer

Yang dimaksud dengan sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari lapangan penelitian.57 Maksudnya mencari data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berhubungan dengan masalah yang

55

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), h.12

56

Sugiono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,1999), h.15

57

Suprapto, Metodologi Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran , (Jakarta: Lembaga Penerbitan FE, 1997), h.114


(47)

39

sedang diteliti. Dalam hal ini, yang menjadi sumber data primer adalah siswa kelas VII MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berbentuk dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.58 Pengumpulan data sekunder dilakukan peneliti melalui observasi lapangan, dokumentasi, dan wawancara langsung terhadap para responden terpilih yang terdiri dari Guru Bimbingan Konseling, wali kelas dan siswa kelas VII MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.59 Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti diantaranya yaitu:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainnya.60

58

Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), h. 91

59

Suharsimi Arikunto, Manejemen Penelitian, Ibid, h.134

60

Anas, Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 80


(48)

40

Adapun metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggali data mengenai jumlah siswa, jumlah guru, visi dan misi, dan eksktrakulikuler di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.61 Wawancara yang bermakna berhadapan langsung antara interviewer dengan responden dan kegiatannya dilakukan secara lisan.62 Pedoman wawancara yang digunakan oleh penulis berupa pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.63 Metode wawancara ini digunakan peneliti untuk menggali data tentang kemampuan interaksi sosial, penerimaan teman sebaya serta data pendukung lain.

3. Angket atau Kuesioner

Metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti lapoaran tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.64

Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial siswa dan penerimaan teman sebaya responden. Adapun angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket yang berstruktur dan tertutup. Maksudnya, bahwa angket tersebut telah disusun sedemikian rupa

61

Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 97

62

P. Joko, Subagyo, Metode Penelitian Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 39

63

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian.(Jakarta : PT Rineka Cipta,2010).h.270.

64


(49)

41

menurut variabel yang ada dan jawabannya telah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.

G. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.65 Menurut Sugiyono, instrumen adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.66

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian adalah alat pengukur data agar lebih mudah untuk diolah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala sikap model Likert, yang mana skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.67

Adapun bentuk skala dalam penelitian ini berupa pernyataan dengan empat alternatif bentuk jawaban yang harus dipilih oleh responden. Alternarif

65

Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010). h. 101

66

Sugiyono. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Alfabeta, 2009). h. 97

67

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung : CV. Alfabeta, 2009). h. 93


(50)

42

jawaban yang disediakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun petunjuk pengerjaannya adalah sebagai berikut:

1. Sangat setuju, berarti responden berpendapat bahwa pernyataan yang dijawab sangat sesuai dengan keadaannya.

2. Setuju, berarti responden berpendapat bahwa pernyataan yang dijawab sesuai dengan keadaannya.

3. Tidak setuju, berarti responden berpendapat bahwa pernyataan yang dijawab tidak sesuai dengan keadaannya.

4. Sangat tidak setuju, berarti responden berpendapat bahwa pernyataan yang dijawab sangat tidak sesuai dengan keadaannya.

Dalam skala ini terdiri atas pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang berisi tentang hal-hal yang bersifat positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang sifatnya mendukung atau memihak pada objek sikap. Adapun pernyataan unfavourable merupakan pernyataan yang berisi hal-hal yang sifatnya negatif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang sifatnya tidak memihak pada objek sikap. Pernyataan unfavourable berfungsi untuk menguji keakuratan instrumen.68

Pemberian skor atas jawaban yang dipilih untuk setiap pernyataan favourable dan unfavourable adalah sebagai berikut:

68


(51)

43

Tabel 3.1 Skor Skala Likert

Jawaban Skor

Favourable

Skor Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sanggat Tidak Setuju (STS) 1 4

Berikut ini akan dijelaskan mengenai instrument variabel (X) dan variabel (Y) antara lain:

1. Skala Kemampuan Interaksi sosial siswa

Untuk membuat skala kemampuan interaksi sosial siswa dengan menggunakan skala Likert diperlukan suatu rancangan item agar dalam penyusunan skala tersebut tepat dan sesuai dengan aspek yang ingin di ukur. Secara terperinci rancangan instrumen penelitian ini dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.2

Blue print Skala Kemampuan interaksi sosial siswa

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item soal Jumlah (+) (-)

Interaksi Sosial

1.Kerjasama 1.1Mampu bekerjasama dalam kelompok.

1.2Berfikir untuk

kepentingan kelompok. 1.3Bertukar pendapat dengan teman untuk menyelesaikan masalah 1 2 3 15 16 17 6

2.Komunikasi 1.1Ada rasa percaya diri 1.2Menggunakan bahasa

yang baik 1.3Terbuka 4 5 18 19 6


(52)

44

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item soal Jumlah (+) (-)

6 20 3.Akomodasi

(Penyesuaian sosial)

3.1Menghargai pendapat orang lain

3.2Mau mendengarkan kritikan dari orang lain

3.3Simpati dengan

kesejahteraan teman 7 8 9 21 22 23 6

4.Persaingan 3.1Menjadi yang terbaik 3.2Mengerjakan tugas

mandiri 10 11 24 25 4

5.Permusuhan 5.1Berprasangka buruk 5.2Perbedaan tujuan

5.3Kurang bisa

mengendalikan emosi 12 13 14 26 27 28 6

Jumlah Total 15 15 30

2. Skala Penerimaan Teman Sebaya

Untuk membuat skala penerimaan teman sebaya dengan menggunakan skala Likert diperlukan suatu rancangan item agar dalam penyusunan skala tersebut tepat dan sesuai dengan aspek yang ingin di ukur. Secara terperinci rancangan instrumen penelitian ini dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.3

Blue print Skala Penerimaan Teman Sebaya

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item soal Jumlah (+) (-)

Penerimaan Teman Sebaya

1. Sifat, sikap dan

perasaan

1.1Mempunyai sifat

penyabar

1.2Mampu bersikap sopan

dan menyenangkan

terhadap teman

1.3Menunjukkan perhatian 1 2 3 13 14 15 6


(53)

45

Variabel Sub Variabel Indikator

Nomor

Item soal Jumlah (+) (-)

(berempati) terhadap teman

2. Kemampuan Berfikir

2.1Mempunyai wawasan yang luas

2.2Mampunyai inisiatif

untuk membuat

keputusan

2.3Mampu memecahkan

masalah dalam

kelompok 4 5 6 16 17 18 6 3. Penampilan dan Perbuatan

3.1Mempunyai penampilan yang menarik

3.2Murah senyum dan mudah bergaul

3.3Aktif dalam berbagai kegitan sekolah 7 8 9 19 20 21 6

4. Pribadi 4.1Bertanggung jawab 4.2Jujur 4.3Amanah 10 11 12 22 23 24 6

Jumlah Total 12 12 24

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen sebagai alat pengukur data harus valid dan reliable sehingga data empiris dapat diperoleh sebagai mestinya. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.69 Penulis akan akan menggunakan SPSS 16 untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai sebuah arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan

69


(54)

46

mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.70

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel.71 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila koefisien korelasi Product moment > r-tabel (α ; n – 2 ) n = jumlah sampel.72

Uji validitas akan penulis lakukan pada setiap butir pernyataan. Rumus untuk mengukur tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumus penghitungan r product moment sebagai berikut:73

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment N = Jumlah responden

70

Saifuddin Azwar. Reliabilitas dan Validitas. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h. 5-6

71

V.Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 192.

72

Syofian Siregar, Statistik Parammetrik untuk Penelitian Kuantitatif.(Jakarta : Bumi Aksara, 2013). h. 77

73

Suharsismi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006). h. 274

=


(55)

47

Σx = Jumlah skor tiap-tiap item

Σy = Jumlah skor total item

Σxy = Jumlah hasil antara skor tiap item dengan skor total

Σx2

= Jumlah kuadrat skor item

Σy2

= Jumlah kuadrat skor total 2. Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau terpercayanya suatu instrumen. Setiap alat pengukuran seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relative konsisten dari waktu ke waktu.74

Pada uji reliabilitas instrumen, peniliti menggunakan Internal Consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data diperoleh dianalisis dengan tehnik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.75 Tehnik yang digunakan dalam menganalisis reabilitas skala kemampuan interaksi sosial dan penerimaan teman sebaya adalah rumus Alpha Cronbach dengan menggunkan bantuan SPSS.

Penggunaan rumus alpha ini didasarkan pada pertimbangan bahawa rumus alpha ini digunakan untuk mencari reliabelitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk uraian.76

74

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006). h. 178

75

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 131.

76

Arikunto S, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 20.


(56)

48

Reliabilitas pengukuran dengan menggunakan Alfa Cronbach adalah koefisien realibilitas yang menunjukkan seberapa baiknya item / butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Dapat disampaikan tentang hal-hal pokok tentang uji reliabilitas : 77

1. Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan.

2. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan.

3. Jika nilai alpha > 0,60, disebut reliabel.78

Aitem yang baik adalah aitem yang memiliki daya beda di atas 0.3 sedang aitem dengan daya beda kurang dari 0.3 aitem tersebut kurang baik. Namun nilai daya beda aitem dapat ditoleransi menjadi 0.25 jika jumlah aitem yang diterima/aitem yang baik sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan pengukuran validitas aitem yang dikemukakan oleh Azwar.79

I. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, maka langkah selanjutnya yang ditempuh adalah menganalisa data yang diperoleh. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

77

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian.(Jakarta : KENCANA PRANADA MEDIA GROUP, 2011), h.165.

78

Ibid, h.169.

79


(57)

49

analisa data kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan tersebut, dimana peneliti telah meneliti tentang hubungan antara kemampuan ineraksi social dengan penerimaan teman sebaya, maka untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh akan menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

1. Teknik Analisa Prosentase

Teknik analisis prosentase ini peneliti gunakan untuk mengetahui data tentang kemampuan interaksi social dan penerimaan teman sebaya. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:80

Keterangan : F = Frekuensi

N = Jumlah responden P = Angka prosentase

Selanjutnya untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan prosentase, peneliti menerapkan standart sebagai berikut:81

a. 76-100% : tergolong baik

b. 56-75% : tergolong cukup baik

c. 40-55% : tergolong kurang baik

d. Kurang dari 40% : tergolong tidak baik

80

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), h. 40.

81


(58)

50

2. Teknik Analisa Product Moment

Sedangkan teknik ini peneliti gunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variable, yaitu kebutuhan interaksi sosial (variable X) dan penerimaan teman sebaya (variable Y) dan seberapa jauh hubungannya maka penulis menggunakan “r” Product Moment, yaitu:82

rxy

=

�. −( )( )

{�. 2−( 2)} {�. 2− ( 2)}

Keterangan :

Rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Jumlah responden

∑xy : Jumlah perkalian antara skor x dan skor y

∑x : Jumlah seluruh skor x

∑y : Jumlah seluruh skor y.

Hasil perhitungan product moment tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel (rt) yang dapat dilihat pada tabel “r” product moment berikut:

82


(1)

109

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya termasuk dalam kategori baik, karena berdasarkan dari hasil perhitungan skala likert yang sudah dimasukkan ke dalam rumus prosentase per- item pernyataan yaitu sebesar 79,03% berada di antara 76% - 100% dengan kategori baik.

2. Penerimaan teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya secara umum dapat dikategorikan cukup/sedang. Hal ini dapat diketahui dari nilai prosentase perolehan skor total responden sebesar 74,78%.

3. Berdasarkan uji analisis korelasi Product Moment pada tabel output didapatkan nilai Sig (2-tailed) = 0,003, dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0,318. Karena nilai Sig. (2-tailed) = 0,003 (kurang dari 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan positif antara kemampun interaksi sosial dengan peneriman teman sebaya pada siswa kelas VII di MTs. Nyai H Ashfiyah Surabaya. Artinya semakin tinggi kemampuan interaksi sosial maka semakin tinggi pula penerimaan teman sebaya, begitu juga sebaliknya semakin rendah kemampuan interaksi sosial maka semakin rendah pula penerimaan teman sebaya oleh


(2)

110

siswa. konstribusi kemampuan interaksi sosial dalam penerimaan teman sebaya sebesar 10,11 %.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Sekolah diharapkan memberikan jam masuk kelas bagi guru pembimbing untuk memaksimalkan layanan dan program BK.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru pembimbing diharapkan memaksimalkan layanan bimbingan pribadi dan sosial bagi siswa yang memiliki tingkat interaksi sosial sedang dengan memberikan informasi tentang strategi berkomunikasi yang baik maupun strategi agar siswa diterima oleh teman sebayanya. Dengan begitu diharapkan meminimalisasikan penolakan oleh teman sebayanya.

3. Bagi Siswa – Siswi MTs. Nyai H Ashfiyah

Dengan adanya layanan BK yang diberikan, diharapkan siswa – siswi dapat berinteraksi dengan teman sebaya dengan baik, sehingga dapat diterima dengan baik pula oleh teman sebaya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2012. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta ______. 2004. sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT rhineka Cipta

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja Petunjuk Bagi Guru Dan Orang Tua. Bandung : Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

______. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

______. 2006 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

______. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ______. 2004. Metode Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Belajar.

______. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

______. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Basrowi, 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghia Indonesia

Cecil G. Osborne. 2001. Seni Mengasihi Diri Sendiri Terjemahan Fenny Veronika. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Fitria andriani. Perbedaan tingkat persepsi penerimaan social antara mahasiswa yang belajar psikologi dan yang tidak belajar psikologi.(INSAN media psikologi, vol.3 No.2 Agustus 2001

Gunarsa Singgih & Yulia. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.


(4)

Gerungan , W. A. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologis Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. 1988. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta : UGM

J.P, Chaplin.1995.Kamus Lengkap Psikologi. Terj. Kartono Kartini. Jakarta: Grasindo Persada

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Mardalis, 1995. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bina

Aksara

Monk, dkk. 1994. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: University Press Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Murphi, Ayuni. 2015. “Hubungan antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial pada siswa kelas X SMK Koperasi Yogyakarta”, Skripsi Sarjana Pendidikan, Yogyakarta : Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta Ny.Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja.

Jakarta: Gunung Mulia

Nawawi Uha, Ismail. 2012. Metoda Penelitian Kualitatif. Jakarta : Cv. Dwiputra Pustaka Jaya

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Pranada Media Group

Prayitno, Elida. 1993. Psikologi Perkembangan (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan). Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi komunikasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya


(5)

Santrock.J.W .2003. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup(Alih bahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik). Jakarta: Erlangga

Santosa, Slamet, 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press ______. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ______. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV Rajawali

Sulistyo, Basuki. 2006. Metodologi Penelitian, Jakarta: Wedata

Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: PT Andi Offset

Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta

______. 2009. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Alfabeta ______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV.

Alfabeta

______. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprapto. 1997. Metodologi Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta: Lembaga Penerbitan FE

Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

______. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Subagyo, P. Joko. 2006. Metode Penelitian Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Sujarweni, V.Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parammetrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Bumi Aksara


(6)

Sa’adah, Miftahul Aula . 2010. “Hubungan antara Penyesuaian Sosial dengan Penerimaan Teman Sebaya di SMK Negeri 2 Malang”, Skripsi Sarjana Pendidikan, Malang : Perpustakaan Universitas Islam Negeri Malang Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

______. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi

Wahyu, http://diyo-experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html

Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Validitas Product Momen dengan SPSS, http://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-validitas-product-momen-spss.html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2015, jam 00 : 48 WIB


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 13

PENDAHULUAN Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUIAN SOSIAL SISWA SMP N 2 SURAKARTA Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa SMPN 2 Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa SMPN 2 Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PACARAN PADA REMAJA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Pacaran Pada Remaja.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA YANG MENGALAMI OBESITAS.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA ANAK KOST Hubungan Antara Penerimaan Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Anak Kost.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA.

14 87 161