GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA : STUDI KASUS TEMA “TUHAN MEMBUSUK” DALAM ORIENTASI CINTA AKADEMIK DAN ALMAMATER (OSCAAR) MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

GERAKAN INTELEKTUAL MAHASISWA

(Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta

Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

SAMSUL ARIFIN

NIM : B55211080

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Samsul Arifin, 2015, Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Gerakan Intelektual Mahasiswa, “tuhan membusuk”

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa tujuan tema “tuhan

membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya dan bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat penelitian fenomena Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus

Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater

(OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya menggunakan pendekatan konsepsi Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik yang digagas oleh Antonio Gramsci.

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan ditemukan bahwa: (1) Tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan sebuah ransangan untuk membakar semangat intelektual mahasiswa baru agar tidak mudah terpengaruh oleh gerakan radikalisme yang marak di tengah-tengah masyarakat. Dengan cara ini mahasiswa baru bisa menangkal terhadap gerakan radikalisme (2) Reaksi masyarakat

terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater

(OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan secara cepat tema tersebut menyebar membuat masyarakat bereaksi secara keras. Ini disebabkan memahami tema tersebut secara parsial yang mana pemahaman tersebut diperoleh dari media cetak atau media elektronik yang mengekspos tema tersebut. Perkembangan teknologi yang begitu pesat disertai pengguna media sosial yang sangat banyak ini beriringan dengan masyarakat mudah mengakses informasi secara cepat. Dengan begitu masyarakat bisa juga berperan sebagai citizen journalism di dalam dunia maya.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... x

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A.Latar belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C.Tujuan penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Telaah Pustaka ... 10

G.Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 20

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27


(7)

BAB II :KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL

ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI ... 30

A. Riwayat Antonio Gramsci ... 30

B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional ... 35

BAB III : GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA. ... 41

A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ... 41

B. Dari “bau busuk tuhan” hingga “tuhan membusuk” untuk membakar semangat Intelektual ... 58

C. Gerakan Intelektual Mahasiswa perspektif Konsepsi Intelektual Antonio Gramsci ... 95

BAB IV : PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Penutup ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara 2. Jadwal penelitian

3. Surat keterangan (Bukti melakukan penelitian) 4. Dokumentasi penelitian

5. Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 6. Surat Keputusan (SK) Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan OSCAAR 2014


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar belakang

Kampus merupakan suatu lembaga pendidikan tertinggi didunia pendidikan, tempat para akademisi mengasah intelektual dalam berbagai bidang keilmuan untuk memecahkan problem sosial. Banyak orang memandang, jika seorang sudah masuk dalam dunia perguruan tinggi adalah orang pilihan, sebab di perguruan tinggi hanya terdapat orang-orang yang mampu mengasah pola pikirnya dengan berbagai tantangan.

Para akademisi yang meliputi mahasiswa dan dosen adalah pelaku yang sangat aktif mengurai masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan bercampurnya para ilmuan yang ahli dibidang masing-masing membuat nuansa perguruan tinggi tampak begitu ilmiah. Tempat berkumpulnya para akademisi biasanya di kelas, kantin kampus, pojok kampus, taman kampus dan lain sebagainya yang mana tempat tersebut tak luput dengan komposisi diskusi ilmiah yang sudah menjadi tradisi setiap harinya.

Hal yang didiskusikan oleh mahasiswa biasanya dimanifestasikan dalam sebuah acara keilmuan, yang mana bertujuan merangsang keilmuan para akademisi atau masyarakat. Pada tanggal 29 Agustus 2014 UIN Sunan Ampel digemparkan oleh tema OSCAAR “tuhan membusuk; Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan” yang lahir dari Fakultas Ushuludin dan Filsafat.


(9)

2

Sebuah tema OSCAAR yang dianggap menyelenih kemudian meledak di media mass, mendapat tanggapan dari berbagai akademisi dan masyarakat. Tema tersebut menjadi sorotan diwaktu itu, bahkan media yang menyoroti tema tersebut terbit adalah media local bahkan nasional seperti Jawa Pos, Kompas dan lainnya. ini bukti bahwa perguruan tinggi merupakan tempat lahirnya rangsangan intelektual.

Salah seorang penulis lepas Masduri menuliskan gagasannya tentang

penafsiran dari tema “tuhan membusuk” kemudian dimuat di Jawa Pos pos (JP, 05/9/2014)

“Di banyak media yang saya baca, mayoritas wartawan mengutip

tema tersebut hanya “Tuhan Membusuk”, kalimat selanjutnya, “Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan tidak dikutip. Akibatnya, emosi publik mudah tersulut karena fakultas ushuluddin dan filsafat dianggap menghina atau bahkan tidak membenarkan adanya Tuhan. Sudah jamak kita mafhum bahwa mayoritas keberagamaan masyarakat Indonesia masih berkutat kepada tataran doktrin dan legal formal keberagamaan. Sementara itu, ajaran substantif dalam agama, secara khusus agama Islam belum bisa dicerna dengan baik. Akibatnya, banyak perbuatan destruktif yang dilakukan

umat Islam….. kritik keberagamaan atas matinya nilai-nilai spriritualitas dalam kehidupan beragama umat Islam. Bagi mereka, berbagai tindakan destruktif, misalnya korupsi, kekerasan keberagamaan, dan segenap tindakan amoral yang lain, merupakan bentuk pembusukan terhadap Tuhan sebagai Zat

Yang Mahasuci”.1

Munculnya sebuah reaksi dari masyarakat akibat dari peranmedia yang

mengekspose tema tersebut secara sepoto yaitu “tuhan membusu” sedangkan kelanjutannya “Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan” tidak

disorot. Kehebohan pun terjadi ketika banyak tafsir bermunculan ditengah kehidupan

1

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6668/Mamaknai-Tuhan-Membusukhtml. di akses pada tanggal 5 Mei 2015, Jam 10.00 WIB


(10)

3

masyarakat. Tanggapan dari berbagai kalang akademisi bermunculan. Saling menanggapi dengan gagasan yang dicetuskan oleh penulis melalui media cetak.

Selang beberapa hari muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 10/9/2014) dari M. Anwar Djaelani, Pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jatim dan dosen STAIL-Hidayatullah Surabaya. Menurut beliau kemunculan opini yang ditulis oleh Masduri seolah posisi dia sebagai juru bicara untuk menjelaskan kepada public dan dianggap bisa menghidupkan kembali api yang telah padam. “Lewat artikel tersebut, Masduri bertindak seperti Jubir panitia ospek itu. … Artikel Masduri bisa menghidupkan lagi api keresahan masyarakat Islam yang sempat meredup. Lihatlah, Masduri membela panitia ospek yang nyata-nyata telah

dianggap salah oleh pimpinan UIN Surabaya.”2

Salah satu professor di UIN Sunan Ampel Prof. Ach. Muzakki selaku Dekan Fisip dan Febi UIN Sunan Ampel Surabaya berkomentar melalui tulisannya yang dimuat oleh jawa pos (JP, 11/09/2014) “Pertama dunia saat ini menurut Marshall

Macluhan (1989) sudah menjadi global village atau kata Kenichi Ohmae (1990) border less word dunia tanpa batas. Apa yang terjadi saat ini disebuah tempat saat ini pula bisa diketahui public dimanapun berada. Dunia seakan tanpa sekat. Apalagi pengaruh media sosial sangat luar biasa. Peran penyebar informasi yang selama ini didominasi oleh media massa kini juga dimainkan secara apek oleh media sosial.”3

2

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6870/Tuhan-Membusuk-Itu-Sungguh-Merisaukan.htm di akses pada tanggal 05 Mei 2015, Jam 10.00 WIB

3


(11)

4

Ada sebuah ungkapan, pada zaman sekarang “dunia berada dalam genggaman” yang mana kemajuan tekhnologi yang sangat pesat seseorang bisa

mengakses apa saja. Setiap sekian detik selalu ada informasi yang baru bermunculan didunia maya. Sehingga tidak aneh bila ada suatu fenomena yang mudah diketahui oleh orang lain. Inilah dunia cyber yang kian memanjakan penggunanya.

Terakhir muncul sebuah opini di jawa pos (JP, 12/9/2014) yang ditulis oleh Ahmad Sahidah, Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia.

“Pernyataan dari fundamentalisme ke kosmopolitanisme bisa menerangkan kata majemuk tersebut. Tuhan akan membusuk (yang ini sama dengan sifat-sifat mustahil Tuhan, seperti mati sebagai keadaan yang

berlawanan dengan sifat wajib hayat dalam tradisi Asy’ari) apabila kewujudan Tuhan diringkus oleh kepentingan manusia untuk berkuasa atas nama-Nya.

Karena itu, kosmopolitanisme adalah jalan keluar dari fundamentalisme.”4 Fundamentalis merupakan sebuah aliran yang fanatic terhadap nilai-nilai yang diyakini. Sikap fanatiknya yang luar biasa terkadang sampek menganggap orang lain diluar anggotanya salah. Sikap yang seperti ini memaang sudah menajalar dalam kehidupan masyarakat. Menafsirkan segala sesuatu dengan dangkal sehingga muncul pemahaman yang dangkal pula.

Dari berbagai opini yang dimunculkan dimedia massa nasional membuat sebuah spirit intelektual baru dikalangan akademisi dan masyarakat. Bahwa diskusi tentang keilmuan bisa terjadi dimana saja dan bisa mendapatkan reaksi yang Beragam dari invidu yang menafsiri terhadap sebuah gagasan yang dihasilkan oleh seseorang.

4

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6946/Tabayun-Akhiri-Polemik-Tuhan-Membusuk.html di akses pada tanggal 05 Mei 2015, Jam 10.00 WIB


(12)

5

Tafsir “tuhan membusuk” banyak yang muncul ketika dilempar ke publik, secara tersirat ada benarnya tema tersebut dilahirkan untuk direfleksikan kepada semua kalangan yang mengaku benar dalam membrantas kedzaliman, namun bagaimana dengan tafsiran yang berbeda sehingga muncul rasa tersinggung dari kalangan yang lain. Pembacaan ini secara epistemologis ditentukan oleh ruang dan waktu, bahkan sering kali juga oleh suasana waktu seaat. Demikianlah makna-makna teks menjadi beragam dan melebar seiring dengan perubahan, disini pembacaan berubah menjadi upaya mencipta teks diatas teks.

Tuhan yang terbingkai dalam agama mempunyai nilai tersendiri yang diyakini oleh masyarakat. Tuhan kelompok lain belum tentu sakral bagi kelompok lain, namun bila rasa tidak sakralnya ditunjukkan kepada masyarakat maka akan timbul berbagai rasa sensitive. Hubungan nilai dan tujuan masyarakat hanya relative stabil pada setiap moment tertentu saja, dalam dirinya selalu bergerak perubahan yang lambat namun kumulatif.

Kelompok yang demikian jelas akan memperlihatkan bentuk kepekaan agama yang berbeda. Seperti tentang makna, masing-masing kelompok akan menafsirkannya sesuai dengan kondisi kehidupan yang dihadapi. Cara merasakan titik kritis yang terkandung dalam masalah ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lain. Kita melihat manusia telah


(13)

6

mengembangkan hubungan mereka dengan hal diluar jangkauan lewat model hubungan sosial sehari-hari.5

B.

Rumusan Masalah

a. Apa tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?

b. Bagaimana reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya?

C.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tujuan tema “tuhan membusuk” dimunculkan dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akasemik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

5Thomas F.O’dea,


(14)

7

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan acuan untuk dapat memahami Gearakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus

Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater

(OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Secara Umum

Hasil temuan penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pribadi peneliti, jurusan atau program studi, dalam bentuk pengembangan khazanah keilmuan jurusan atau program studi serta masyarakat luas, termasuk pada akademisi.


(15)

8

E.

Definisi Konseptual

a. Gerakan Intelektual Mahasiswa

Gerakan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah perbuatan atau keadaan bergerak atau usaha dalam kegiatan sosial politik.6

Intelektual menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Yang mempunyai kecerdasan tinggi atau kaum terpelajar.7 Jadi gerkan intelektual adalah seseorang pelajar yang mempunyai kecerdasan berusaha melakukan perubahan dibidang sosial politik.

“Beragam definisi intelektual bisa dikelompokkan menjadi dua kategori. Yang pertama definisi yang menginterpretasikan intelektual dalam kerangka karakteristik-karakterisktik personal, seperti orang yang menjadikan berpikir sebagai kerja, sekaligus bermain atau mereka yang tak pernah puas dengan hal-hal sebagaimana adanya. Yang kedua definisi yang mengaitkan istilah dengan suatu struktur dan fungsi sosial tertentu atau menurut Seymour Martin Lipset, para intelektual sebagai mereka yang menciptakan, menyebarluaskan dan menjalankan kebudayaan.”8

Dari definisi diatas bahwa intelektual merupakan seorang yang mempunyai kelebihan memberi sumbasih berupa gagasan melalui proses berpikir kemudian menyebar luaskan hasil pemikirannya agar bisa dikonsumsi oleh orang lain. Keunikan dari seorang intelektual inilah yang menjadi cirri khas dibandingkan dengan orang lain atau orang yang tidak punya latar pendidikan yang panjang.

6

Tim prima pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Gitamedia Press, 2009), hal. 290

7

Ibid, hal. 349 8

Yudi latif, Inteligensia Muslim dan Kuas Geneologi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20, (Bandung: PT Mizan Pustaka 2005) hal. 22


(16)

9

Mahasiswa menurut Peraturan Pemerintah RI No. 30 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Sedangkan mahasiswa menurut kamus bahasa Indonesia pelajar perguruan tinggi.9 Jadi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah peserta didik yang terdaftar dalam perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Gerakan Intelektual Mahasiswa merupakan sebuah usaha dibidang sosial politik yang dilakukan oleh seseorang terpelajar yang mempunyai kecerdasan tinggi dengan tujuan melakukan perubahan yang dipelopori oleh mahasiswa yang ada di perguruan tinggi.

b. “tuhan membusuk”

“tuhan membusuk” yang di tafsirkan oleh Rahmat Gubernur Fakultas

Ushuludin dan Filsafat, bukan Tuhan Yang Esa melainkan tuhan-tuhan yang tumbuh dalam diri manusia tanpa sadar menimbulkan kemusrikan. Membaca realita yang terjadi pada saat ini menggunakan fenomenologi yang ada banyak orang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik, melegalkan kebenaran dalam dirinya sendiri sehingga bermuara lahirnya Islam radikal. Meski manusia memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sifat sombong, karena sombong adalah milik Tuhan, tapi banyak manusia sombong, ini yang

9


(17)

10

kemudian secara pribadi saya mengartikan Musrik Mutasyabihat atas kemusrikan yang lahir tanpa disadari.”10

F.

Telaah Pustaka a. Kajian Pustaka

1. Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang lahir dari berbagai tokoh belahan dunia memberi inspirasi kepada orang-orang yang mempunyai semangat perubahan. Langakah yang diambil untuk menciptakan perubahan melalui kampanye atau mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bisa memberi penyadaran kepada orang lain. Hal demikian dilakukan agar orang lain bisa menggali kesadaranya yang terpendam. Upaya-upaya seperti itu biasanya efektif untuk merangsang kesadaran orang lain.

Paul wikinson mendefinisikan gerakan sosial sebagai tindakan kolektif yang disengajauntuk mempromosikan perubahan di segala arah dengan cara apapun termasuk dengan cara kekerasan dan revolusi. John McCarty dan Mayer Zald mendefinisikan gerakan sosial sebagai seperangkat pendapat dan keyakinan di dalam kelompok yang mempresentasikan tuntutan perubahan yang bernilai sosial dibeberapa elemen dalam struktur sosial.11

10

http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penjelasan-panitia-soal-tuhan-membusuk-di-uin-sunan-ampel.html di akses pada tanggal 07 April 2015, Jam 10.00 WIB

11


(18)

11

Darmawan Triwibowo memaknai gerakan sosial, sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual yag jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh actor-aktor yang diikat oleh solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama.12

Cakupan Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang beragam ini dapat disederhanakan dan ditipologikan dilihat dari besarnya perubahan yang dikehendaki (skala) dan tipe perubahan yang dikehendaki seperti yang terlihat dalam tipologi David Aberle berikut: 13

1.1

Tabel Cakupan Gerakan Sosial

BESARAN TIPE

Perubahan Perorangan Perubahan Sosial

Sebagian Alternative Movements Reformative Movements Menyeluruh Redemptive Movements Transformative Movements Sumber: Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi

Altertive movement, perubahan ini hanya dikhusukan kepada

sebagian orang tertentu. Perubahan semacam ini tergolong kecil dibandingkan tipe perubahan yang lainnya semisal, seperti tidak merokok. Sementara Redemptive movements, perubahan ini mempunyai tujuan mengubah perilaku perorangan secara menyeluruh. Dimana perubahan

12

Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi, (Jakarta: LP3ES Indonesia, 2006) hal, xvii-xix

13


(19)

12

tersebut bisa mencakup perilaku yang ada dalam diri manusia, seperti perubahan dalam bidang keagamaan. Berikutnya yakni Reformative

movement, perubahan semacam ini ingin merubah masyarakat namun

masih dibatasi ruang. Ada sebuah batasan yang ingin dirubah dalam masyarakat. Karena objek ada objek khusus. Seperti gerakan persamaan hak kaum perempuan. Terakhir Transformative movements, perubahan yang diinginkan yaitu secara keseluruhan. Gerakan semacam ini tentunya mempunyai hambatan dan tujuan yang besar. Ruang lingkup perubahannya pun lebih luas disbanding ketiga perubahan sebelumnya. seperti gerakan Komunis di Kamboja.

2. Peran Intelektual Mahasiswa dalam Masyarakat

Mahasiswa sebagai pemegang tonggak estafet kekuasaan dalam suatu Negara perlu kiranya untuk selalu melakukan refleksi terhadap realitas disekitarnya. Realitas yang terus mengguliti sebuah fenomena yang masih tersembunyi dibalik kepentingan-kepentingan sebuah kelompok untuk meraih tujuan yang diinginkan.

Perubahan yang diinginkan tidak lain adalah sebuah perubahan yang benar memihak kepada masyarakat kecil. Agen of change dan agen of control merupakan sebutan yang di cantumkan kepada mahasiswa. Sebutan tersebut bertujuan mempertegas jiwa mahasiswa yang mana dikenal dengan kritis dan bisa dijadikan sebuah spirit untuk berjuang mencari kebenaran. Mahasiswa tidak pernah berhenti menyuarakan sebuah


(20)

13

perubahan yang memihak kepada rakyat. Gerakan mahasiswa yang tercatat oleh sejarah mulai dari tahun 1945, 1966, 1974, 1978 dan 1998. Itu sebabnya gerakan mahasiswa dipandang sebagai bagian dari gerakan moral. Pada tahun 1978 diberlakukannya NKK/BKK untuk meredam gerakan mahasiswa. Pada Regulasi politik ini diperkuat melalui SK Mendikbud No. 0156/U/1978 tertanggal 19 April 1978, tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) yang berfungsi mendomestikasi kekuatan mahasiswa melalui tangan rektorat. Praktis tamatlah independensi gerakan mahasiswa dengan basis keorganisasian yang dimilikinya.14 Sejak diberlakukannya konsep tersebut membuat mahasiswa kesulitan melakukan sebuah gerakan untuk menentang para penguasa yang tidak memihak kepada rakyat. Namun pada tahun 1990 NKK/BKK dicabut kembali sehingga puncaknya 1998 mahasiswa berani lagi membuat sebuah gerakan dan berujung mampu menurunkan Presiden Soeharto.

Abad 15-17 di Eropa merupakan sebuah abad lahirnya para kaum intelektual, dimana para pencinta ilmu pengetahuan sudah terbebas dari kungkungan gereja. Pada masa itu disebut hari kebangkitan atau sering disebut Renaisans. Semakin bebas para pemikir mengungkapkan gagasannya kepada masyarakat. Tidak ketakutan lagi kepada siapapun

14

Arbisanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi dan Politik,


(21)

14

Namun, sebelum hari kebangkita hadir, para kaum intelektual masih sembunyi-sembunyi menyebarkan gagasannya. Ini disebabkan gereja terlalu mendekte terhadap kaumnya. Apabila sebuah pemikiran lahir kemudian berbeda dengan yang ada di Gerja maka seorang pemikir tersebut langsung dihukum. Tentunya sejarah mencata dalam perjalanan seorang filsof Galileo yang mengukapkan bahwa matahari yang mengelilingi bumi, bukan bumi yang mengelilingi matahari. Selang beberapa hari kemudia filsof tersebut langsung dihukum oleh gereja. Karena menurut para pastorate yang ada di gereja bahwa bumilah yang mengelilingi matahari.

Seorang pemikir dari Iran yang bernama Ali Syari’ati

mengungkapkan tentang kaum intelektual.

“Iintelektualitas yang terbebaskan dan sadar, yang mampu berpikir, mencari, menganalisis, dan mengevaluasi segala sesuatu secara kritis, selektif dan bergairah. Berbeda dengan kaum tradisionalis terdahulu, kelas intelektual baru itu tertarik pada metode-metode dan proses-proses analitis-kritis. Abad ke-18 sebagai masa kebangkitan nasional dan revolusi kemerdekaan. Abad tersebut juga merupakan suatu abad humanitarisme. Kaum intelektual masa itu memiliki pemikiran-pemikiran analitis dan pemikiran-pemikiran yang bersifat menyelidik, mereka mendukung demokrasi, kebebasan, kemanusiaan dan revolusi prancis.15

Kaum intelektual di benua Asia sudah mulai bermunculan kepermukaan dan bisa bersaing dengan pemiki-pemikir dari benua Eropa. Asia yang terkenal dengan banyak Negara jajahan merangsang seseorang

15


(22)

15

untuk lahir menjadi seorang intelektual untuk menyoroti berbagai problem yang di alami oleh masyarakat Asia. Edward Shils di dalam tulisannya yang sangat umum, dan telah memberikan tanggapan serupa:

“Nasionalisme, populisme, xenophobia dan revitalisme nativistik (gerakan kebangkitan kembali kaum pribumi), rasa rendah diri, rasa ingin tahu dan benci menghadapi kebudayaan metropolitan (Negara penjajah),

terdapat di seluruh benua Asia”16

Mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang sedang menempuh di perguruan tinggi patut diperhitungkan dalam sumbangan pemikiran untuk memberi perubahan dalam dinamika kehidupan yang tidak pasti. Banyak orang berpendapat bahwa kaum intelektual terdiri dari para akademisi yang mana didalamnya inklut juga mahasiswa. Sebagai kaum intelektual tentunya mempunyai tanggung jawab moral dalam kehidupannya, sumbangan pemikiran sangat dinantikan oleh masyarakat untuk membantu member solusi terhadap problem sosial.

Seorang pemikir Harry banda yang sudah populari memberi gagasan tentang sebuah problemamatika sosial, mengatakan: 17

“, …yang mengembangkan lebih jauh analisis itu memebedakan antara posisi intelektual didalam masyarakat yang sudah maju dan masyarakat yang sedang berkembang. Di dalam masyarakat barat, kaum intelektual tidak membentuk kelas sosial tersendiri, mereka hidup sebagai pelengkap kelas-kelas lainya dan

16

J. D. Legge, Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan, (Jakarta:PT Pustaka Utama Grafti, 2003) hal, 23

17


(23)

16

akan ditentukan dari segi wawasan, gaya hidup, dan persepsi diri bukan dari segi posisi ekonomi atau kedudukan sosial atau kepentingan bersama. Sebaliknya di dalam masyarakat yang sedang berkembang kaum intelektual memperoleh kedudukan dan pengaruh semata-mata karena mereka adalah intelektual. Anggota-anggotanya membentuk sebuah kelas tersendiri dan karenanya kaum intelegensia disana memegang kekuasaan politik.”

Individu yang memiliki sebuah karakter lebih dalam berpikir juga lahir dari masyarakat. Dalam masyarakat biasanya individu seperti itu mendapatkan tempat khusus dalam kehidupan bermasyarakat. Karakter berpikirnya inilah yang membentuk sebuah kelas elite sosial, karena demikian hasil pemikirannya banyak bermanfaat bagi masyarakat yang lain. Untuk mengambil beberapa contoh karakteristik itu misalnya bahwa mereka itu adalah orang-orang yang memiliki kapasitas berpikir “lebih” dan kapasitas untuk mentransendesikan diri terhadap realitas sosial. Ciri-ciri moralis mereka yang terutama adalah terletak pada komitmen dan tanggung jawab serta kepedulian yang tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran dan humanitas.18

b. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Taufik Ajuba (2009), mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin dengan judul

“Yayasan Rausyanfikr (Studi Gerak Intelektual Keagamaan di Yogyakarta)”

18

Pustaka Republika. Kebebasan Cendekiawan Refleksi Kaum Muda. (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1996), hal. 34


(24)

17

dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang gerakan Intelektual keagamaan

madzhab syi’ah yang di Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian penulis yaitu dalam sisi gerakan intelektual, namun letak sisi perbedaan penelitian saudara Taufik Ajuba yaitu berfokus kepada gerakan intelektual keagamaan, sedangakan penulis focus penelitiannya yaitu gerakan intelektual mahasiswa secara umum tanpa memandang suatu agama tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Maria Ulfah (2011), mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora

dengan judul “Peran KOHATI cabang Ciputat periode 1970-1980 dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta” dalam penelitian ini berfokus menjelaskan peran KOHATI cabang Ciputat dalam perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu terletak pada berfokusnya perkembangan intelektual di kalangan mahasiswa, namun sisi perbedaannya penelitian ini pada KOHATI cabang Ciputat ingin menelaah perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada kurun waktu 1970-1980, sedangkan penulis focus penelitiannya yaitu suatu gerakan intelektual mahasiswa yang objeknya nerupakan mahasiswa baru fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faizal Mahzan (2012)

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Gerakan Pemakzulan Presiden Studi Tentang Gerakan Mahasiswa Untuk Penurunan


(25)

18

Presiden Republik Indonesia ke 6 di Surabaya” dalam penelitian ini berfokus

menjelaskan suatu gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menurunkan Presiden ke 6 Republik Indonesia dengan cara menggalang massa sebanyak mungkin untuk menyampaikan tuntutan. Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu sama-sama berfokus dibidang suatu gerakan mahasiswa untuk memberi suatu perubahan, Letak perbedaannya penelitian ini menjelaskan suatu gerakan mahasiswa melalui turun jalan dan menggalang massa sebanyak mungkin dengan cara berkonsolidasi deangan oraganisasi ekstra kampus, sedangakan penulis berfokus pada gerakan mahasiswanya berbasis intelektual murni yang ditujukan kepada mahasiswa baru di fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.

G.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah yang dilakukan oleh peneliti untuk menjawab suatu permasalahan secara sistematis dengan mengikuti segala aturan serta langkah-langkah tertentu. Sesuai dengan judul penelitian, yaitu ”Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi Kasus Tema “tuhan membusuk” dalam Orientasi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)”, maka peneliti dalam penelitianya menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Karena dalam pendekatan kualitatif


(26)

19

penelitian yang dilakukan lebih mendalam sehingga peneliti dapat menemukan permasalahan di dalam masyarakat secara lebih kompleks.

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan dipakai adalah deskriptif kualitatif, yaitu peneliti membangun dan mendiskripsikan melalui analisis dan nalar.19

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a) Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang mana kampus tersebut yang memunculkan tema OSCAAR “tuhan membusuk“: Rekonstruksi

Fundametalisme Menuju Islam Kosmopolitan” sehingga menjadi sorotan

bagi masyarakat umum.

b) Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggali data dengan cara

turun langsung ke lapangan, terkait judul tentang ”Gerakan Intelektual Mahasiswa (Studi kasus tema ”tuhan membusuk” dalam Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater (OSCAAR) Mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya)” dari beberapa informan, agar dalam penggalian data mendapatkan data yang jelas sesuai dengan judul peneliti. Agar dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan

19


(27)

20

informasi yang lebih mendalam, peneliti berperan sebagai pengamat partisipan. Peneliti juga akan menunjukkan identitas peneliti sebagai mahasiswa yang sedang menjalankan tugas perkuliahan.

Waktu penelitian ini akan berjalan pada bulan April - Juli 2015, jika dalam proses pengambilan data di lapangan terkendala dengan berbagai problem, maka peneliti akan memperpanjang waktu penelitian dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing.

3. Pemilihan Subjek Penelitian

Peneliti mengambil subyek dari beberapa Mahasiswa Fakulats Ushuluddin dan Filsafat dan civitas akademik UIN Sunan Ampel Surabaya serta bebrapa individu yang dianggap mewakili masyarakat.

Beberapa informan yang dapat mewakili dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Daftar Informan

No Nama Jabatan Alamat

1. Rahmad Sholehuddin

Ketua DEMA Fakultas Ushuludin dan Filsafat

Surabaya 2. Ahlur Roiyan Ketua SEMA Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat

Surabaya 3. Moh. Ishaq

Maulana

Ketua panitia OSCAAR Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Surabaya 4. Dr. Muhid,

M.Ag

Dekan Fakultas Ushuludin dan Filsafat

Surabaya 5. Prof. Dr. Ali

Mufrodi

Wakil Rektor III UIN Sunan Ampel Surabaya

Surabaya 6. M. Faridho

Fanani

Peserta OSCAAR Fakultas Ushuludin dan Filsafat

Jombang 7 Farah Nadifah Peserta OSCAAR Fakultas Malang


(28)

21

Khoirun Nisak Ushuludin dan Filsafat 8 Abdul Muis Peserta OSCAAR Fakultas

Ushuludin dan Filsafat

Sumenep 9. Akh. Muzakki

M.Ag,

Grad.Dip. SEA M.Phil. Ph.D

Sekretaris PWNU Jawa Timur Surabaya

10. Rijal Mumazziq Zionis, M. H.I

Masyarakat Surabaya

11 Marlaf Sucipto Masyarakat Surabaya

12 Abdul Hamid, S.Pd

Masyarakat Surabaya

Sumber: Snowball Sampling, pengambilan sampel sumber data yang diawali dengan beberapa informan kemudian mendapatkan refrensi dari informan sebelumnya untuk informan selanjutnya.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Peneliti akan merencanakan suatu penelitiannya, dengan berbagai tahap-tahap yang harus dipenuhinya:

a) Pengajuan Proposal

Proposal ini ditujukan sebagai awal dari tindakan peneliti untuk meneliti, dengan proposal yang diterima maka peneliti telah mendapatkan izin untuk melakukan sebuah penelitian.

b) Turun Lapangan

Setelah pengajuan proposal diterima pada pihak-pihak yag terkait, peneliti bisa mulai penelitian di lapangan dengan metode-metode serta langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya.

c) Mengolah Serta Menganalisis Data

Setelah peneliti melakukan semua tahap-tahap di atas, dan telah mendapatkan sumber-sumber data dari narasumber. Maka peneliti dapat


(29)

22

mengolah data temuannya untuk bisa dijadikan suatu bentuk temuan atau kesimpulan yang nyata tanpa menambah mengurangi dari jawaban nara sumber yang terkait.20

5. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh seluruh data-data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Peneliti mengamati

perkembangan tema “tuhan membusuk” yang bersumber dari media dan masyarakat.

Data yang diperoleh dari observasi ini adalah:

1) Mengetahui letak geografis dari lapangan yang akan diteliti.

2) Mengetahui karakter nara sumber, agar sebisa mungkin narasumber tidak merasa tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

b) Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, umumnya berisikan daftar pertanyaan yang

20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif


(30)

23

sifatnya terbuka dan ingin memperoleh jawaban yang mendalam.21 Pada metode wawancara peneliti akan memberikan beberapa pertanyaan sesuai dengan tema penelitian, kemudian hasil jawaban informan tersebut akan dicatat secara tertulis oleh peneliti dan juga merekam perbincangan saat wawancara berlangsung.

c) Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi adalah pengumpulan data yang di peroleh oleh peneliti sebagai bukti untuk suatu pengujian. Dokumen dapat berupa gambar maupun foto-foto, buku-buku, biografi dan tulisan opini masyarakat yang dimuat dimedia massa yang berkaitan dengan topik penelitian.

Proses pelaksanaan memperoleh dokumentasi berupa gambar maupun foto-foto kegiatan OSCAAR di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, buku-buku, serta biografi dari narasumber yang terkait pada judul penelitian ini ialah peneliti secara langsung menghubungi subyek-subyek penelitian, untuk mencari data mengenai hal-hal yang terkait dengan topik penelitian.

Dalam pengumpulan data ini peneliti membutuhkan waktu kurang lebih tiga minggu, dan hasil pengumpulan data nantinya akan dijelaskan secara deskriptif.

21

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif pendekatan, (Jakarta:Kencana,2008), hal 56


(31)

24

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesikanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.22

Pada bagian analisis data peneliti akan menggunakan beberapa proses dalam melakukan analisa data yaitu:

1) Memahami

Peneliti akan melakukan suatu pemahaman karena bila pemahaman dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai.

2) Sintesis

Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang khas mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis, peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa mengenai peserta studi.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal 248


(32)

25

3) Teoritis

Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti akan mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian teori yang digunakan dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai pisau analisis. 4) Recontextualisasi

Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih lanjut dan dapat diterapkan untuk kelompok lain yang diselidiki. Di dalam pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi dan sesuai konteks.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisis data yang dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik berikut:23

a) Analisis Domain.

Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut.

b) Analisis Taksonomi.

Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran

23


(33)

26

penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub domain, dan dari sub domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa.

c) Analisis Komponensial.

Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Peneliti akan mendalami pemahaman mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.

d) Analisis Tema Kultural.

Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini peneliti akan mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, peneliti akan berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan


(34)

27

yang menyeluruh, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan.

e) Analisa Komparasi Konstan.

Pada tahap komparasi konstan peneliti mengkonsentrasikan dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat atau ciri dari data yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih umum. Di saat peneliti telah mendapatkan informasi yang berupa deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan hubungan di antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan salah satu pijakan serta dasar obyektif dari hasil yang dilakukan dengan pengecekan kualitatif. Dalam teknik pengecekan data yang sudah didapatkan berdasarkan metode pengumpulan data yang sudah disebutkan diatas, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Perpanjangan waktu penelitian.

untuk mendapatkan data yang lebih valid maka peneliti disini melakukan perpanjangan waktu selama berada di lapangan dengan harapan data yang diperoleh benar-benar valid sesuai fakta yang ada.


(35)

28

b) Pendalaman obsevasi.

Selain itu peneliti juga akan melakukan pendalaman observasi agar dalam penelitian yang dilakukan peneliti saat berada di lapangan dapat dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.

c) Triangulasi data.

Agar dalam penelitian ini mendapatkan data yang lebih banyak lagi dengan tujuan mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui tekhnik triangulasi data. Dalam metode triangulasi data terdapat beberapa cara, salah satunya menggunakan beberapa sumber data. Peneliti ingin membandingkan dan mengecek ulang drajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh peneliti melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka peneliti akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.


(36)

29

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

H.

Sistematika Pembahasan

Sebelum peneliti membahas lebih detail, sistematika pembahasan yang akan penulis gunakan terkait dengan penelitian ini yang diharapkan akan mempermudah dalam memahami alur dan isi yang termaktub di dalamnya. Maka pembahasan penelitian ini disistematisir dalam tiga bagian sebagai berikut:

BAB I: Menjelaskan dan membahas diantaranya latar belakang penelitian, focus penelitian, penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual menjelaskan mengenai definisi konsep dari judul yang telah dipilih peneliti, kerangka teoretik digunakan untuk menganalisa dari permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya., metode penelitian, sistematika pembahasan.

BAB II: Kerangka Teoritik

BAB III: Penyajian Data dan analisi data, pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni temuan penelitian, bagaimana data itu digali dan ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB IV: Penutup, pada bab ini terdiri dari simpulan dan rekomendasi, yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikan terhadap situasi tertentu.


(37)

30

BAB II

KONSEPSI INTELEKTUAL TRADISIONAL DAN INTELEKTUAL

ORGANIK – ANTONIO GRAMSCI

A. Riwayat Antonio Gramsci

Eropa merupakan benua yang sangat disegani oleh para manusia dimuka bumi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Banyak pelajar berkiblat kepada Negara eropa atas pencapaiannya yang sungguh luar biasa. Tokoh teori sosial yang lahir dari Eropa sangat banyak, mulai dari Agus comte, Emil Durkheim, Max Weber, Karl Mar hingga Antonio Gramsci.

Antonio Gramsci lahir di Ales, sebuah kota kecil di Sardinia, Italia, pada 22 Januari 1891.24 Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya yang bernama Francesco adalah seorang yang kurang beruntung dibandingkan saudara yang lainnya. Karena Cuma ayahnya yang kurang mendapatkan posisi strategis dalam pekerjaannya. Kemudian ia menemukana pekerjaan sendiri di Ghilarza, dia bekerja sebagai direktur Jawatan Registrasi Pertanahan.

Berkat tempat kerjanya di Ghilarza, ayahnya bertemu dengan seorang gadis kemudian dia menikahinya hingga mempunyai tujuh orang anak. Namun, pada tahun 1897 ayah terkena nasib sial, ayahnya di pecat dari tempat kerjanya akibat dicurigai melakukan kecurangan administrative dan setelah itu dipenjara

24

Nezar patria & Andi arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2003), hal. 42


(38)

31

selama enam tahun akibat dugaan ekses dari partai oposisi yang memenangkan pemilu.

Hidup dalam kemiskinan Gramsci pantang menyerah, ibunya terus susah payah berjuan untuk selalu merawat anak-anaknya. Pada waktu kecil punggung Gramsci bungkuk, kemudian dokter berusaha menyangga tubuhnya dengan kayu. Dalam keadaan kurang gizi ibunya mengirim Gramsci ke sekolah dasar dengan guru seadanya. Diwaktu luang Gramsci dan kakaknya bekerja ditempat bekas ayahnya bekerja. Pekerjaan yang berat membuat Gramsci kadang menangis di tengah malam.

“Aku bekerja mulai umur sebelas tahun dan Cuma mendapat gaji Sembilan lira

selama sebulan (artinya uang itu Cuma cukup membeli dua pound roti setia harinya). Aku bekerja selama sepuluh jam sehari, termasuk minggu pagi. Pekerjaan itu terasa cukup berat dibandingkan dengan tenagaku. Setiap malam aku menangis diam-diam meratapi rasa nyeri yang mendera seluruh tubuh ini”.

Berkat kerja kerasnya akhirnya dia bisa lulus dari sekolah dasar, ketika ayah sudah bebas dari penjara Gramsci dikirim ke gymnasium di Santu Lussurgiu, semangat pantang menyerah selalu berkembangbiak sehngga selalu menemukan ide baru untuk selalu mendapatkan ilmu. Dia menjual makanan yang dikirim ibunya untuk membeli buku dan Koran.

Ketika dia melanjut sekolahnya di Cagliari, ibu kota Sardinia, disana dia tinggal bersama kakaknya yang bernama Genaro, yang mana kakaknya sudah


(39)

32

lebih dulu ada disana. Genaro menjadi pemimpin local sosialis. Dari sini Gramsci sudah menginjakkan kakinya didunia politik melalui Genaro.

Semenjak perpindahannya ke Turin ini merupakah langkah awal Gramsci dalam pembetukan intektual dan aktivitas politiknya. Berkat bea siswa yang didapatkannya dia bisa belajar di Universitas Turin. Tapi bea siswa tak terlalu cukup memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dia harus tetap berhemat, apa lagi pada tahun 1913-1915 musim dingin menerpanya sehingga menambah penderitaan dalam hidupnya.

Ketika Gramsci kuliah di Turin membawa hikmah yang besar, dia mampu bergaul dengan professor yang ahli dibidangnya masing-masing. Ada yang ahli dalam bidang sejarah dan linguistic. Dengan begitu dia semakin gampang mengasah intelektualnya. Tokoh yang berpengaruh pada zamannya di Italia dan Eropa juga didekati seperti Annibel Pastore yang memperkenalkan filsafat marxisme perspektif Hegelian

Dengan lingkungan seperti itu Gramsci dan teman-temanya tambah semangat terjun ke dunia politik. Dia sudah melihat fakta yang sesungguh yang terjadi di Italia. Jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin sangat tampak. Turin sebagai kota industri yang sudah modern, meneggelamkan budaya local. Sebagai mahasiswa fakultas sastra Gramsci melemparkan berbagai kritik melalui tulisan yang ditelurkan melalui teater.

Pada tanggal 8 November 1926 menjadi hari yang tak bisa di lupakan oleh Gramsci, pada tahun tersebut dia penjara oleh penguasa fasis. Dia dikirim ke


(40)

33

pulau Ustica di tepi pantai sisilia, dengan penahanan itu membuat dia kehilangan kontak dengan istri serta para sahabat-sahabatnya. Pada tanggal 19 Juli ia dipindahkan ke Turi setelah mendapat perawatan medis ala kadarnya. Gramsci sebagai tokoh yang berpengaruh di Italia membuat para penguasa menaruh agen khusus untuk memantau gerak-geriknya.

Gramsci seorang tokoh yang pantang menyerah ingin merubah masyarakat dari ketidakadilan menuju hidup yang baik. Meskipun penjara telah menjadi penghadang dia tidak berhenti mengasah intelektualnya dengan cara banyak membaca buku yang diselundupkan ke penjara dan menulis sebagai alternative mengabdi kepada keabadian. Sejak dalam penjara dia berhasil

menerbitkan buku yang berjudul “Prison Notebook” suatu ekspresi intelektual

yang canggih dan memberikan kontribusi besar bagi pergulatan pemikiran marxisme.25

Corak pemikiran Gramsci merupakan roh dari pemikiran Kalr Marx (18..), yang mana Karl marx selalu mengelukkkan keseimbangan antar kaum kelas proletar dengan borjuis. Konsep dialektika menjadi sorotan oleh para intelektual sebelum Gramsci, pada masanya dia mengembangkan konsep tersebut dalam gerakan sosialnya.

Ia menegaskan bahwa system filsafat adalah seluruh ekspresi yang ditampilkan dalam seluruh zaman, sementara untuk menjaga kepentingan sosial politik pada masa itu ia membutuhkan aparat konseptual untuk keberlangsungan

25


(41)

34

kegiatannya. Masyarakat adalah suatu entitas yang dibamis, organic, dan bukannya statis dan inorganic. Kebutuhan apparatus konseptual ini akan dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan tahap perkembangannya sendiri. Perubahan masyarakat selalu saja melibatkan filsafat sebagai gagasan-gagasan yang membimbing perubahan itu. Jika sebuah perubahan radikal terjadi dalam masyarakat, maka kerangka kerja intelektual masyarakat yang sesuai dengan kondisi perubahan itu menjadi suatu kebutuhan mahapenting. 26

Sebuah kerja intelektual yang ada dalam masyarakat tentunya akan merangsang sebuah kekritisan, dan mampu melihat suatu perubahan yang tepat atau sesuai dengan harapannya. Intelektual masyarakat akan berbanding lurus dengan dinamika kehidupan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

B. Intelektual Organik dan Intelektual Tradisional

Kerangka teori yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah upaya dalam rangka mengeksplorasi dan memaparkan teori-teori dari perspektif sosial yang akan digunakan untuk kajian ini. Penjelasan teoritis perihal masyarakat menunjukkan adanya bentuk-bentuk lain dari fragmentasi, sebagai perangkap diskripsi suatu penjelasan harus mengidentifikasi secara jelas proses-proses kausal dan mekanisme yang termasuk didalamnya.27

Gramsci menyadari pentingnya factor-faktor structural, khususnya ekonomi dia tidak percaya bahwa factor-faktor structural membawa massa

26

Ibid. hal. 56

27


(42)

35

memberontak. Massa perlu mengembangkan suatu ideologi revolusioner tetapi mereka tidak dapat melakukannya sendiri. Gramsci bekerja dengan konsepsi yang agak elitis ketika ide-ide dihasilkan oleh intelektual dan kemudian diperluas kepada dan dipraktikan oleh mereka. Massa tidak dapat menghasilkan ide tersebut, dan mereka dapat mengalaminya, sakali dalam eksistensi hanya berdasarkan keyakinan. Massa tidak mampu mencapai kesadaran sendiri berdasarkan usahanya sendiri, mereka membutuhkan bantuan kaum elite sosial. Akan tetapi, ketika massa telah dipengaruhi ole ide-ide itu mereka akan mengambil tindakan yang mendatangkan revolusi sosial.28

Massa tidak melahirkan ideologinya sendiri, melainkan dibantu oleh elite

(ruling class) yang disebutnya sebagai kelas intelektual, baik intelektual

hegemonic/tradisional maupun intelektual counter hegemonic/organik. Kedua lapisan intelektual itu bertugas untuk mengorganisasi kesadaran maupun ketidaksadaran secara terus menerus dalam kehidupan massa. Intelektual

hegemonic bertanggung jawab untuk menjaminpandangan dunia massa konsisten

dengan nilai-nilai kapitalisme yang telah diterima oleh semua kelas masyarakat. Sebaliknya intelektual counter hegemonic mempunyai tugas memisahkan massa dari kapitalisme dan membangun pandangan dunia sesuai perspektif sosialis. Massa dengan demikian tidak cukup dengan menguasai ekonomi maupun

28

George Ritzer, Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012) hal. 476


(43)

36

aparatus Negara, tetapi memerlukan penguasaan kepemimpinan cultural ditengah massa.29

Pendekatan utama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Intelektual yang dicetuskan oleh Antonio Gramsci (1891), peran intektual dalam masyarakat sipil dan dalam transisi menuju sosialisme merupakan tema yang dibahas secara luas dalam Prison Noteboks. Bahkan Gramsci begitu menekankan arti penting mereka sehingga rencana awal pada Noteboks adalah menjelaskan sejarah Intelektual Italia secara komprehensif.

Ada dua tema yang perlu digarisbawahi dari pandangan Gramsci terhadap intelektual. Pertama, perlunya menghapus perbedaan antara kerja manual dan kerja intelektual yang telah berlangsung lama dibawah kapitalisme dalam proses produksi, dalam masyarakat sipil, juga dalam aparat Negara. Kedua, hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan, watak kekuasaan yang lahir dari sesuatu yang mirip monopoli pengetahuan oleh kelas yang berkuasa dan perlunya perubahan mendasar dalam hubungan antar manusia dan pengetahuan dalam transisi menuju sosialisme.

Menurut pandangan Gramsci kaum intelektual adalah semua orang yang mempunyai fungsi sebagai organisator dalam semua lapisan masyarakat dalam wilayah produksi sebagaimana dalam wilayah politik dan kebudayaan. Ia melakukan dobrakan ganda pandangan umum terhadap intelektual; mereka

29

Zainuddin Maliki, Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik, (Surabaya: Lembaga Pengkajian dan Masyarakat (LPAM), 2004), hal, 187-188


(44)

37

bukan hanya pemikir, penulis dan seniman namun juga organisator seperti organisator dan pemimpin politik.

Menurut Gramsci ada dua bagian intelektual dalam masyarakat sebagai berikut30;

1. Intelektual tradisional

Gramsci menyatakan bahwa salah satu karakter penting dari suatu kelas yang sedang tumbuh adalah perjuangan untuk berasimilasi dan menundukkan intelektual tradisional secara ideologis. Contoh dari intelektual tradisional adalah para rohaniawan yang berperan sebagai intelektual organic dari aristokrasi feodal dan mereka ini sudah ada ketika kaum borjuis mulai menaiki tangga kekuasaaan. Contoh kedua yang diberika Gramsci adalah inteltual yang bercorak pedesaan, pendeta, pengacara, dokter dan pegawai negeri. Mereka itu adalah intelektual tradisional karena terbatas pada lingkungan kaum tani dan borjuis kota kecil, belum meluas dan tergerak oleh system kapitalis.

Kita bisa mengemukakan satu penafsiran terhadap definisi Gramsci bahwa intelektual tradisional adalah mereka yang menjadi intelektual organic dalam model produksi-model praduksi feodal-yang telah digantikan atau menjadi intelektual organic dalam model produksi yang sedang dalam proses digantikan-seperti model produksi kaum borjuis kecil di daerah pedalaman Italia pada masa Gramsci. Dengan demikian, dari sudut pandang kelas

30


(45)

38

pekerja, semua intelektual organic dari kelas kapitalis adalah intelektual tradisional.

Dalam kategori intelektual tradisional Gramsci memasukkan bukan hanya para filosof, sastrawan, ilmuan, dan para akdemisi yang lain, melainkan juga para pengacara, dokter, guru, pendeta dan para pemimpin militer. Para intelektual tradisional secara niscaya akan bertindak sebagai antek dari kelompok penguasa. Kategori intelektual organic menunjuk kepada para intelektual yang berfungsi sebagai perumus dan articulator dari ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas, terutama dikaitkan dikaitkan dengan ideologi-ideologi dan kepentingan-kepentingan kelas yang sedang tumbuh (kelas buruh). Setiap kelompok sosial terlahir dalam medan fungsinya yang pokok, dan bersamaan dengan itu secara organis melahirkan satu atau lebih strata kaum intelektualnya sendiri yang akan menciptakan homogenitas dan kesadaran akan fungsi dalam diri kelompok sosial tersebut, bukan hanya dimedan ekonomi, melainkan juga dimedan sosial dan politik.31

2. Intelektual organik

Dalam catatannya tentang Resorgeminto Gramsci memberikan contoh intelektual organic dari para pemimpin partai moderat. Mereka adalah intelektual dan organisator politik dan pada saat sama bos-bos perusahaan, petani-petani kaya atau manajer perumahan, penguasa komersial dan industry

31

Yudi latif, Inteligensia Muslim dan Kuas Geneologi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20,


(46)

39

dan sebagainya. Mereka menyadari identitas dari yang diwakili dan yang mewakili dan merupakan barisan terdepan yang riil dan organic dari lapisan kelas ekonomi papan atas yang disitu mereka masuk didalamnya.

Menurut Gramsci bahwa dalam melakukan pengaturan Hegemoni dan dominasi Negara terjadilah perkembangan semua hirarki kualifikasi dan pada aparat Negara terdapatlah berbagai pekerjaan yang bersifat instrumental. Ia juga menunjukkan jenjang kepangkatan yang komplek dalam tentara, mulai dari perwira jendral terus kebawah sampai kebintara.

Nampaknya jika ia membuat daftar intelektual organic dari kelas kapitalis pada abad ke-20 maka mereka itu akan terbagi menjadi:

a. Dalam bidang produksi: para manajer, insinyur, teknisi dan sebagainya. b. Dalam masyarakat sipil: politisi, penulis terkemuka dan akademisi,

penyiar, wartawan dan sebagainya.

c. Dalam aparat Negara: pegawai negeri, tentara, jaksa dan hakim, dan sebagainya.

Ia berpendapat bahwa jika kelas pekerja ingin beranjak dari kelas rendah untuk mengambil alih kepemimpinan bangsa dan membangus kesadaran politik melalui reformasi moral dan intelektual yang menyeluruh, mereka harus menciptakan kelas intelektual organiknya sendiri.

Intelektual baru yang dibutuhkan oleh kelas pekerja berbeda jauh dengan intelektual borjuis. Bentuk keberadaan intelektual tidak bisa lagiterdapat pada kefasihan berbicara, yang merupakan gerak luar dan


(47)

40

sementara saja dari perasaan dan keinginan, namun dalam perspektif aktif dalam kehidupan praktis, sebagai pembangun, organisator, penasehat tetap dan bukan semata-mata ahli pidato (namun pada saat yang sama unggul dalam semangat matematis yang abstrak).

Dalam pandangan idealis ini, menurut Gramsci, intelektual dianggap berbeda dan muncul dari atas serta dari luar dunia hubungan-hubungan produksi. Pada saat yang sama, pandangannya ini ditujukan untuk melawan pemahaman beku dalam gerakan sosialis, yang melulu berdasarkan penafsiran ekonoministik dari realitas, atas peran sosial-politik dari kaum intelektual.32

Perbedaan antara intelektual dan non-intelektual tidak pada istilah intrinsic semata namun tergantung pada fungsi sosial langsung. Tipe intelektual organic, mengakui hubungan mereka dengan kelompok sosial tertentu dan memberikannya homogenitas serta kesadaran tentang fungsinya, bukan hanya dibidang ekonomi tetapi juga dibidang sosial politik. Intelektual organic adalah intelektual yang berasal dari kelas tertentu bisa jadi berasal dari kelas borjuis dan memihak mereka, bisa juga berasal dari kelas buruh dan berpihak kepada perjuangan buruh33.

32

Nezar patria & Andi arief, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2003), hal. 156

33


(48)

41

BAB III

GERAKAN INTELEKTUAL DALAM OSCAAR MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SUARABAYA

A. Profil Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

1. Sejarah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

IAIN Sunan Ampel yang diresmikan pada tanggal 5 Juli 1965, lahir setelah melalui proses perkembangan beberapa tahun lamanya. Dimulai pada tahun 1961, timbul gagasan dari tokoh-tokoh Islam Jawa Timur untuk memiliki perguruan tinggi Islam yang bernaung dibawah lingkungan Departemen Agama.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka para tokoh Jawa Timur pada tahun itu juga mengadakan pertemuan di Jombang, Jawa Timur. Pada waktu itu Prof. RH. A. Soenarjo SH, Presiden IAIN Yogyakarta turut hadir. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam dan untuk keperluan ini kemudian dibentuk panitia Pendiri IAIN dengan SK Meteri Agama No. 17 Tahun 1961.

Rapat pertama Panitia Pendiri IAIN, menghasilkan suatu keputusan


(49)

42

Fakultas Tarbiyah di Malang. Keduanya merupakan fakultas cabang dari IAIN Yogyakarta.

Peresmian kedua fakultas tersebut dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1961 oleh Menteri Agama di Surabaya. Dalam hal ini fakultas Syari’ah di

pimpin oleh KH. Syafi’i A. Karim dan Fakultas Tarbiyah Malang dipimpin oleh Moh. Koesno SH.

Untuk mengelola kedua fakultas tersebut maka pada tanggal 9 Oktober 1961 didirikan yayasan yang diberi nama Yayaysan Badan Wakaf

Kesejahteraan Fakultas Syari’ah dan Fakultas Trabiyah IAIN Cabang

Surabaya.

Ada pun hasil usaha Yayasan Badan Wakaf antara lain:34

1. Menyediakan area tanah untuk membangun sarana IAIN Sunan Ampel seluas delapan hektar di jalan Jend. A. Yani Wonocolo Surabaya.

2. Menyediakan perlengkapan perkuliahan dan alat-alat administrasi kantor dan dua kendaraan (Morris dan Chevrolet) masing-masing untuk Fakultas tarbiyah Malang dan Fakultas Syari’ah Surabaya

3. Memberikan sejumlah uang untuk membeli rumah tempat tinggal KH. A.

Syafi’i A. Karim di Jalan Tales V/18

Selanjutnya didirikan pula satu Fakultas Ushuluddin cabang yang berkedudukan di Kediri yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1964,

34

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI,

Sejarah Institut Agama Islam Negeri Tahun 1976 sampai 1980, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN) hal, 126-128


(50)

43

dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI. No. 66/1964 dengan Dekan KH. A. Zaini.

Dalam upaya peningkatan efisiensi, efektifitas dan kualitas pendidikan di IAIN, dilakukan penataan terhadap fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Sunan Ampel yang berlokasi di luar induk yang dituangkan dalam keputusan Presiden RI No. 11 tahun 1997, tanggal 21-3-1997, tentang pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), dengan menetapkan sejumlah 33 STAIN di seluruh Indonesia. Dengan demikian tahun 1997 terjadi perampingan jenjang S-1 IAIN Sunan Ampel dari 13 fakultas yang di dirikan di daerah-daerah menjadi 5 fakultas yang berlokasi di Surabaya, yaitu Fakultas Adab, Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin.35

Awalnya Fakultas Ushuluddin mempunyai tiga jurusan dan satu prodi, yaitu Jurusan Aqidah-Filsafat, Jurusan Perbandingan Agama, Jurusan Tafsir-Hadis dan Prodi Politik Islam. Sejak tanggal 28 Desember 2009 itu IAIN Sunan Ampel Surabaya diberi kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Terhitung mulai tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel berubah menjadi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun

35

http://yapentush.blogspot.com/2010/10/sejarah-singkat-fakultas-ushuluddin.html, di akses pada tanggal 30 Juni 2015, jam 20.21


(51)

44

2013.36 Fakultas Ushuluddin berubah nama menjadi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Dengan berubahnya nama tersebut otomatis Fakultas tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat, dimana dipecahnya beberapa jurusan menjadi disiplin ilmu sendiri yaitu Prodi Aqidah Filsafat, Prodi Perbandingan Agama, Prodi Tafsir dan Prodi Hadis sedangkan Poltik Islam melebur kedalam Prodi Ilmu Politik yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ingin memproduksi seorang ahli pemikir yang bisa memberi sumbangan atau kontribusi terhadap perkembangan zaman di masyarakat. Dengan corak berpikirnya yang filosofis mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat diharapkan menjadi seorang yang mampu menggagas sebuah gagasan yang mendalam. Analisanya yang tajam sering kali banyak orang tidak mampu memahami pemikirannya. Di Fakultas tersebut orientasi pemikiranya kepada ilmu pengetahuan yang berbasis Islam. Sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi Fakultas tersebut.

2. Visi dan Misi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat37 a. Visi

Menjadi Fakultas ilmu dasar-dasar keagamaan dan pemikiran Islam yang unggul, kompetitif dan bertaraf internasional.

36

http://www.uinsby.ac.id/id/184/sejarah.html di akses pada 06 April 2015, jam 23.05 37

Sejarah dan Organisasi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, buku dalam proses percetakan


(52)

45

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di bidang ilmu dasar-dasar keagamaan dan pemikiran Islam yang unggul dan berdaya saing

2. Mengembangkan penelitian tentang dasar-dasar keagamaan serta pemikiran Islam yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

3. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat berdasarkan moral dan rasionalitas keIslaman berbasis riset.

c. Tujuan

1. Menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi akademik dan professional di bidang Tafsir dan bidang Hadis yang professional dan berdaya saing.

2. Menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi akademik dan professional di bidang Studi Agama-Agama yang professional dan berdaya saing.

3. Menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi akademik dan professional di bidang filsafat, aqidah dan tasawuf yang professional dan berdaya saing.

4. Menghasilkan sarjana yang memiliki kompetensi akademik dan professional di bidang Pemikiran Politik Islam yang professional dan berdaya saing.

5. Menghasilkan karya penelitian kajian dasar-dasar agama dan pemikiran Islam yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

6. Memberikan layanan jasa di bidang kajian dasar-dasar agama dan pemikiran Islam

d. Sasaran

1. Sarjana Ushuluddin yang mempunyai keunggulan kompetensi secara akademik dan professional di bidang dasar-dasar agama dan pemikiran Islam.


(53)

46

2. Karya penelitian di bidang dasar-dasar agama dan pemikiran Islam yang menjadi rujukan dalam kajian keIslaman

3. Layanan jasa di bidang dasar-dasar agama dan pemikiran Islam untuk mencapai masyarakat yang mandiri

e. Strategi Pencapaian

1. Peningkatan SDM (capacity building); diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kepuasan stakeholder.

2. Pengembangan akademik (academic improvement); diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sedemikian rupa sehingga out put dan

outcome lulusan memiliki kompetensi yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi.

3. Pengembangan sarana dan prasarana (learning facilities improvement); diarahkan untuk memberikan ketercukupan, kemudahan dan kepuasan pada stakeholder yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Secara lengkap terkait dengan pencapaian strategis dapat dilihat pada renstra Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

3. Jumlah mahasiswa Tahun 2015 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat memiliki tiga Prodi yang terdari dari Prodi Filsafat Agama, Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Filsafat Politik Islam dan Prodi Ilmu Hadits, yang mana dalam jurusan tersebut memiliki focus keilmuan masing-masing, berikut rincian jumlah mahasiswa yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.


(54)

47

Tabel 3.1

Daftar jumlah mahasiswa jurusan Filsafat Agama

NO SEMESTER JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 31 28 59

2 4 38 48 86

3 6 23 26 49

4 8 20 20 40

5 10 8 2 10

6 12 5 - 5

7 14 1 - 1

8 JUMLAH 126 124 250

Sumber: Data Arsip Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Jumlah mahasiswa jurusan Filsafat Agama yaitu 250 dengan rincian jumlah mahasiswa berjenis kelamin laki-laki sejumlah 126 dan mahasiswa berjenis kelamin perempuan sejumlah 124. Pada jurusan Filsafat Agama jumlah mahasiswa pada tiap semester mengalami kenaikan.

Tabel 3.2

Daftar jumlah mahasiswa jurusan Perbandingan Agama

NO SEMESTER JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 17 27 44

2 4 18 37 55

3 6 25 16 41

4 8 23 24 47

5 JUMLAH 83 104 187

Sumber: Data Arsip Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Jika dilihat dari table di atas bahwa jurusan Perbandingan Agama berjumlah 187 terdiri dari mahasiswa laki-laki yang berjumlah 83 dan mahasiswa perempuan 104. Dalam jurusan ini mahasiswa berjenis kelamin perempuan sangat mendominasi


(55)

48

Table 3.3

Daftar jumlah mahasiswa jurusan Filsafat Politik Islam

NO SEMESTER JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 4 63 68 131

2 6 47 27 74

3 8 20 22 42

4 10 2 1 3

5 12 2 2 4

6 14 2 - 2

8 JUMLAH 136 120 256

Sumber: Data Arsip Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Pada jurusan Filsafat Politik Islam mahasiswanya berjumlah 256, dengan rincian mahasiswa laki-laki 136 dan mahasiswa perempuan 120. Jurusan Filsafat Politik Islam pada tahun 2014 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sudah tidak ada mahasiswanya lagi.

Table 3.4

Daftar jumlah mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir

NO SEMESTER JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 40 53 93

2 4 72 63 135

3 6 45 58 103

4 8 38 19 57

5 10 12 2 14

6 12 2 - 2

7 JUMLAH 209 195 404

Sumber: Data Arsip Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Pada jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir jumlah mahasiswanya 404 dengan rincian mahasiswa laki-laki 209 dan mahasiswa perempuan 195. Penyumbang mahasiswa terbanyak ada dijurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.


(56)

49

Table 3.5

Daftar jumlah mahasiswa jurusan Ilmu Hadits

NO SEMESTER JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 22 17 39

2 JUMLAH 22 17 39

Sumber: Data Arsip Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Pada table tersebut tampak bahwa jumlah mahasiswa jurusan Ilmu Hadist 39 dengan rincian mahasiswa laki-laki 22 dan mahasiswa perempuan 17. Jurusan tersebut merupakan prodi baru yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

4. Prodi yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat a. Prodi Filsafat Agama

Visi

Menjadi pusat studi pengembangan dan informasi ilmu-ilmu filsafat dan teologi Islam dan tasawuf bertarif internasional

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu filsafat dan teologi Islam, Tasawuf

2. Mengembangkan riset dan pengabdian kepada masyarakat di bidang filsafat dan teologi Islam, tasawuf secara professional.

3. Membimbing dan mengarahkan mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat untuk menjadi ahli agama yang professional, berkualitas dan responsif terhadap tantangan jaman.

Tujuan

1. Mengembangkan pengetahuan kefilsafatan dan teologi Islam, tasawuf melalui dialog dengan pemikiran atau teori-teori modern yang tengah berkembang

2. Mengembangkan argumentasi rasional terhadap dasar-dasar keimanan dalam rangka memperkokoh kualitas keimanan.


(57)

50

3. Mengarahkan mahasiswa Jurusan Aqidah Filsat memiliki kemampuan logika yang mantap sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap berbagai masalah pemikiran keagamaan yang tengah berkembang.

Sasaran

1. Menghasilkan ahli agama yang memiliki sikap keagamaan yang kokoh, rasional dan kritis dalam menghadapi tantangan jaman.

2. Meningkatkan profesionalitas ahli agama yang memiliki kemampuan responsif dan analitis dalam menghadapi pemikiran modern.

b. Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Visi

Menjadi pusat kajian al-Qur’an dan Hadis yang menjadi rujukan bagi studi-studi keislaman bertaraf internasional

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di bidang al-Qur’an dan Hadis yang unggul dan berdaya saing.

2. Mengembangkan penelitian al-Qur’an dan Hadis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

3. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan

al-Qur’an dan Hadis berbasis riset. Tujuan

1. Menghasilkan sarjana al-Qur’an dan Hadis yang professional dan berdaya saing

2. Menghasilkan karya penelitian al-Qur’an dan Hadis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

3. Memberikan layanan jasa di bidang al-Qur’an dan Hadis

Sasaran

1. Sarjana al-Qur’an dan Hadis yang memiliki sikap keagamaan yang kokoh, rasional dan kritis dalam menghadapi tantangan jaman.


(1)

105

menghakimi kebenaran di masyarakat. Sehingga berujung melakukan tindakan

kekerasan bahkan pembunuhan dengan alasan menegakkan kebenaran atas

nama agama. Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam merupakan

membangun kembali sebuah pemahaman yang dianggap kolot atau dangakal

oleh panitia. Ini tampak dari banyaknya gerakan atas nama agama melakukan

penafsiran terhadap fenomena terlalu dangkal dalam mengkaji sebuah teks

dengan sangat dangkal, namun bukan mengkaji fenomena yang ada di

masyarakat dengan konteks, sehingga memunculkan makna berbeda. Yang

diharapkan oleh panitia mahasiswa baru harus mampu memaknai keberagaman

yang ada di dunia sesuai dengan yang digagas oleh Gusdur, bahwa islam

cosmopolitan adalah Islam agama yg damai. Negara ini bisa membangun

peradaban yg sangat tinggi ketika sudah menerapkan Lima prinsip itu, pertama,

keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan

hukum (hifdzu an-nafs). Kedua, keselamatan keyakinan agama masing-masing,

tanpa ada paksaan untuk berpindah agama (hifdzu ad-din). Ketiga, keselamatan

keluarga dan keturunan (hifdzu an-nasl). Keempat, keselamatan harta benda

dan milik pribadi dari gangguan atau penggusuran di luar prosedur hukum

(hifdzu al-mal). Kelima, keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-milk).

2. Menyebarnya tema “tuhan membusuk”: Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmupolitan membuat reaksi yang begitu besar dari

masyarakat. Ada anggapan bahwa tema tersebut merupakan hal yang


(2)

106

sudah pernah terjadi kampus lainnya. Bahkan dari munculnya tema tersebut ada

organisasi masyarakat menganggap bahwa panitia berhak dihukum mati karena

telah menistakan agama. Tanggapan masyarakat yang beragam ini tidak lepas

dari peran media sosial yang begitu cepat menyebarkan informasi. Dalam

kejadian ini muncul jurnalis dadakan yang mana ini diperankan oleh pengguna

dunia maya.

Masyarakat yang menanggapi fenomena tersebut merupakan hasil dari

sorotan media yang begitu memberitakan secara heboh di masyarakat. Ini tidak

lepas dari ciri khas media yang sangat suka hal-hal yang dianggap menarik dan

heboh. Kesempatan ini yang digunakan oleh media untuk dijadikan bahan

dalam membuat berita. Pemahaman yang dari media itulah yang dijadikan

rujukan oleh masyarakat tentang tema tersebut.

B.SARAN

1. Panitia OSCAAR Fakultas Ushuluddin dan Filsafat harus bisa

mempertimbangkan lagi memakai sebuah kata dalam sebuah acara besar. Kata

yang radikla mudah menyulut emosi pembaca, apa lagi panitia mempunyai

keterbatasan untuk menjelaskan kepada semua orang. Perlu di pertimbangkan

lagi cara dan strateginya untuk menyebarluaskan hasil gagasannya kepada

orang lain. Karena setiap orang mempunyai logika atau pondasi keilmuan yang

berbeda sehingga menghasilkan pemaknaan yang berbeda pula.

2. Para petinggi Perguruan Tinggi UIN Sunan Ampel harus lebih membangun


(3)

107

sabar dalam proses mencari identitasnya. Pengawasan ini diperlukan untuk

lebih mengarahkan mahasiswa agar bisa bertindak sebagaimana visi dan misi

Fakultas ataupun Universitas yang akan menjadi sebuah rujukan

dalambertindak.

3. Masyarakat jangan terlalu menafsiri secara mendalam lewat pemberitaan oleh

media. Terkadang apa yang disampaikan oleh media berbeda dengan makna

yang dikeluarkan oleh panitia. Media hanya bisa menggemborkan-gemborkan

berita sebagaimana ciri khas mereka untuk menyuguhkan berita menarik

kepada pembaca. Masyarakat harus lebih dewasa dalam menyikapi dinamika

yang ada, jangan mudah tersulut emosinya ketika mengahadapi masalah seperti


(4)

108

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Ajuba, Taufik.2009. Skripsi: Yayasan Rausyanfikr Studi Gerak Intelektual

Keagamaan di Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Asghar , Ali. 2014. Men-Teroris-kan Tuhan! Gerakan Sosia Baru. Jakarta:

Pensil-324

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya:Airlangga Press

craib, Ian. 1986. Teori-Teori Sosial Modern. Jakarta: PT Rajawali

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.

1986. Sejarah Institut Agama Islam Negeri Tahun 1976 sampai 1980.

Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN

F.O’dea, Thomas. 1996. Sosiologi Agama. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Latif, Yudi. 2005. Inteligensia Muslim dan Kuas Geneologi Inteligensia Muslim

Indonesia Abad ke-20. Bandung: PT Mizan Pustaka

Arbisanit. 1999. Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi

Moral dan Politik. Yogyakarta: Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar

Mahzan, Muhammad Faizal. 2012. Gerakan Pemakzulan Presiden Studi Tentang

Gerakan Mahasiswa Untuk Penurunan Presiden Republik Indonesia ke 6 di Surabaya. IAIN Sunan Ampel Surabaya

Maliki, Zainuddin. 2004. Narasi Agung Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya:

Lembaga Pengkajian dan Masyarakat (LPAM)

Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Patria, Nezar & Andi arief. 2003. Antonio Gramsci Negara & Hegemoni.


(5)

109

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Simon, Roger. 1999. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Pustaka

pelajara

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sultan Rajasa. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Mitra Cendikia

Syari’ati, Ali. 1994. Ideologi Kaum Intelektual. Bandung: Mizan,

Tim prima pena. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gitamedia Press

Triwibowo, Darmawan. 2006. Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi.

Jakarta: LP3ES Indonesia

Ulfah, Maria, 2011. Peran KOHATI cabang Ciputat periode 1970-1980 dan

Pengaruhnya terhadap Perkembangan Intelektual Mahasiswa IAIN Jakarta.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pustaka Republika. 1996. Kebebasan Cendekiawan Refleksi Kaum Muda.

Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya

Kliping berita kementrian agama. 2014. Membela Tuhan, Menyelamatkan Ummat.

Jakarta

B.Internet

http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penjelasan-panitia-soal-tuhan-membusuk-di-uin-sunan-ampel.html

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6668/Mamaknai-Tuhan-Membusuk.html

http://www.uinsby.ac.id/id/184/sejarah.html

http://yapentush.blogspot.com/2010/10/sejarah-singkat-fakultas-ushuluddin.html,

http://kampus.okezone.com/read/2013/08/29/367/857492/redirecthtml.

http://www.kopertis12.or.id/2012/09/02/seputar-orientasi-studi-dan-pengenalan-kampus-ospek-di-perguruan-tinggi.html


(6)

110

https://id.wikipedia.org/wiki/Orientasi_Studi_dan_Pengenalan_Kampus.html

http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/15273041/FPI.Mahasiswa.Pembuat.T ema.Ospek.Tuhan.Membusuk.Layak.Dihukum.Mati.html

http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/14030511/Gara-gara.Tema.Ospek.Mahasiswa.UIN.Dilaporkan.FPI.ke.Polisi.html

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6870/Tuhan-Membusuk-Itu-Sungguh-Merisaukan.htm

http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/6946/Tabayun-Akhiri-Polemik-Tuhan-Membusuk.html