ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “USAHA BERSAMA" DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU | Hasrul | JSTT 6861 22865 1 PB
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK
BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “USAHA BERSAMA"
DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU
Hasrul
[email protected]
(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The research aimed at finding out the control of the basic commodity product of fried red
onion of Palu variety as the main commodity used at the Home Industry “Usaha Bersama” and
analyzing the use of basic commodity to make fried onion. The sample, “Usaha Bersama” in
Bulupountu Jaya Village as the place of this research, was stated by using purposive sampling
technique. This village was one of the centres for development of red onion variety of Palu and had
home industry for producting fried onion in Sigi Regency. Data were collected by using survey and
direct observation. The data were analyzed by adopting Economic Order Quantity (EOQ) and
Linier Trend Line analyses. The result shows that the optimal purchasing of the basic commodity
was 2.192 kilograms per order; then, it was obtained the efficiency of supply restraint cost,
75.262,99 rupiahs (20%). Meanwhile, the result of Linier Trend Line analysis shows that
prediction of the basic commodity need from January to December 2013 was 1.423 kilograms for
each order. It is suggested that procurement of the basic commodity of Palu red onion variety
applied at “Usaha Bersama” could be done by purchasing the commodity with 2.192 kilograms per
order and with 8 times a year for the order frequency.
Keywords: Supply, red onion variety of Palu, and fried onion.
biaya total persediaan dari IRT “Usaha
Bersama”.
Ketersediaan bahan baku merupakan hal
yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis bawang goreng. Pengendalian
persediaan bahan baku akan menentukan apakah IRT tersebut mampu beroperasi secara bisnis, kualitas terjamin dan kontinyuitasnya. Dengan demikian keberlangsungan persediaan
bahan baku akan menentukan tingkat keuntungan IRT. Mengingat konsekwensi logis
yang dilematis (kekurangan dan kelebihan)
dari persediaan yang sering dialami oleh IRT
“Usaha Bersama” dimana ada saat harga
bahan baku murah dan pada saat tertentu harga
melonjak, bahkan sangat sulit mendapatkan
bahan baku, maka perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada tingkat yang
optimal menjadi penting.
Tujuan pengendalian persediaan bahan
baku bawang merah varietas Lembah Palu
adalah untuk menjaga ketersediaan stok bahan
baku, khususnya dalam mengatur persediaan
dan mengurangi risiko serta meminimumkan
METODE
Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini dikembangkan atas fakta
adanya biaya variabel dan biaya tetap (fix cost)
dari proses produksi atau pemesanan barang
(Baroto, 2002). Model EOQ pertama kali
diperkenalkan oleh Ford Harris, dengan rumus :
Q*=
Dimana,
S = biaya pemesanan
D = volume pemakaian
H = biaya penyimpanan
Model tersebut dapat diterapkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
(1) Permintaan diketahui dengan pasti dan
konstan selama periode persediaan
34
35 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(2) Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap
(3) Jarak waktu sejak pesanan datang (lead
time) pasti
(4) Semua biaya diketahui dan bersifat pasti
(5) Kekurangan persediaan (stock out) tidak
diizinkan
(6) Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas
pesanan.
Safety Stock (SS)
Safety Stock (SS) atau Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (stock
out) sehingga tidak mengganggu proses produksi. Usaha menjaga dan melindungi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku,
diperlukan persediaan cadangan. Rumus yang
digunakan yaitu: SS= k X σt (Ahyari, 1992).
Di mana:
SS = persediaan pengaman
k = faktor pengaman (folicy factors)
σt = standar deviasi waktu pelindung
Reorder Point (ROP)
Reorder Point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah kondisi saat harus dilakukan pemesanan kembali dalam waktu dan
jumlah yang tepat. Titik ini menandakan bahwa
pemesanan harus dilakukan untuk mengganti
persediaan yang telah habis. ROP menunujukkan suatu tingkat persediaan di mana pada
saat itu harus dilakukan pesanan. Rumus yang
digunakan yaitu: ROP = SS + DL (Render B.
dan J. Haizer, 2001).
Di mana:
ROP = reorder point
D
= permintaan harian rata-rata
L
= lead time (Baroto, 2002).
ROP tersebut diatas belum termasuk
safety stock-nya. Apabila biaya kehabisan bahan baku dianggap penting, maka kehabisan
persediaan tidak boleh terjadi. Akibat permintaan yang tidak mungkin konstan dalam Kenyataan, maka kemungkinan kehabisan persediaan
ini dapat terjadi. Strategi untuk menghindari
kehabisan persediaan ini, model Q memberikan
rekomendasi berupa adanya persediaan dalam
jumlah tertentu. Berdasarkan hal ini, maka titik
R yang dalam model EOQ adalah sebesar D x
L harus ditambah dalam jumlah tertentu sebagai persediaan pengaman.
Linear Trend Line
Yunarto dan Santika (2005), menyatakan
bahwa linear trend line digunakan untuk
meramalkan demand dengan komponen trend,
apakah itu naik atau turun. Penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku untuk keperluan
proses produksi di dalam suatu perusahaan,
kadang-kadang manajemen perusahaan yang
bersangkutan mempergunakan pola trend.
Mempergunakan pola ini, maka manajemen
perusahaan yang bersangkutan mempunyai
anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku
untuk keperluan proses produksi di dalam
perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke
waktu akan mempunyai tingkat perubahan yang
tetap. Penambahan atau pengurangan banyaknya bahan baku untuk proses produksi ini
dianggap mempunyai pola yang pasti dan tidak
berubah dari suatu periode kepada periode yang
lainnya.
Bentuk umum dari trend garis lurus
(Ahyari, 1986), yaitu:
Y = a + bX
Dimana:
Y = peramalan kebutuhan bahan baku
a = konstanta, atau sama dengan peramalan
kebutuhan bahan baku pada waktu
X = 0
b = besarnya perubahan Y untuk satu
perubahan X
X = unit waktu.
Penyelesaian persamaan tersebut dapat
diselesaikan bilamana
diketahui terlebih
dahulu nilai a dan b, yaitu:
a = ∑Y/n
b = ∑XY/∑X2
dengan syarat ∑X =
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada
IRT “Usaha Bersama”
Pimpinan IRT “Usaha Bersama” mengatakan bahwa pemesanan bahan baku bawang
merah varietas Lembah Palu dilakukan 2 kali
..................... 36
dalam 1 bulan sehingga diperoleh frekwensi
pembelian sebanyak 24 kali pada tahun 2012.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
rata-rata pesanan setiap kali pesan sebesar
711,67 kg dengan biaya total persediaan tahun
2012 sebesar Rp. 385.061,11,-.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Sistem yang digunakan IRT “Usaha Bersama” Tahun
2012.
Notasi
Jumlah
Variebel
Frekwensi (kali)
(a)
24,00
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
(b)
711,67
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan)
(c)
13.250,00
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan)
(d)
94,23
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
(e)=a X c
318.000,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
(f)=b X d
67.061.11
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
(g)=e + f
385.061,11
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Pengendalian bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu dilakukan sendiri oleh
pimpinan IRT “Usaha Bersama”. Pengawasan
bahan baku berupa pencatatan keluar masuknya
bahan baku dilakukan oleh sekretaris. Proses
pemesanan juga dilakukan sendiri oleh pimpinan, mulai dari penentuan harga, kuantitas dan
bahan baku yang akan digunakan. Proses dari
berapa bahan baku yang digunakan dan berapa
lama bahan baku tersebut disimpan serta berapa
yang diproduksi sampai pada harga bahan baku
semuanya dilakukan pencatatan sehingga IRT
“Usaha Bersama” pada tahun 2012 mempunyai
data-data akurat.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
berdasarkan Metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan
biaya total persediaan tahun 2012 pada IRT
“Usaha Bersama”. Frekwensi pembelian yang
optimal pada tahun 2012 adalah sebanyak 8
kali dengan jumlah pemesanan optimal sebesar
2.192 kg. berbeda dengan hasil perhitungan
oleh IRT yang terdapat pada Tabel 1, bahwa
frekwensi pembelian pada tahun 2012 adalah
24 kali dengan jumlah pesanan sebesar 711,67
kg. Hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian
yang tidak terlalu banyak dilakukan. Selisih
jumlah pesanan yang dilakukan IRT “Usaha
Bersama” dengan jumlah pesanan optimal adalah sebesar 1.480,33 kg. Artinya bahwa semakin sedikit frekwensi pemesanan maka semakin
banyak bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu setiap kali pemesanan sehingga
akan mengurangi biaya total persediaan pada
IRT “Usaha Bersama”. Terdapat selisih antara
sistem yang digunakan oleh IRT “Usaha
Bersama” dengan metode EOQ yang digunakan
yaitu sebesar Rp. 75.262,99,- (20%). Selisih
inilah yang disebut efisiensi biaya pengelolaan
persediaan bahan baku.
37 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Tabel 2. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode Economic Order Quantity pada IRT “Usaha
Bersama” Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Frekwensi
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan)
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan)
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
(1) Safety Stock
Rata-rata volume pemakaian per hari
diperoleh dari hasil bagi antara volume pemakaian per tahun dengan jumlah hari kerja dalam
satu tahun yakni sebanyak 360 hari yaitu
Tabel 3.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)=a X c
(f)=b X d
(g)=e + f
8,00
2.192,00
13.250,00
94,23
103.243,61
206.554,50
309.798,12
sebanyak 47,44 kg. Biaya persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara persediaan
pengaman IRT “Usaha Bersama” dengan biaya
penyimpanan yaitu sebesar Rp. 8.941,48.
Kuantitas dan Biaya Persediaan Pengaman Berdasarkan Perhitungan IRT “Usaha
Bersama” pada Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Volume Pemakaian (kg)
Rata-rata Volume Pemakaian Per Hari (kg)
Persediaan Pengaman (kg)
Biaya Penyimpanan (Rp.)
Biaya Persediaan Pengaman (Rp.)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Perhitungan kuantitas dan biaya persediaan pengaman dapat juga dilakukan dengan
metode EOQ, dengan mempertimbangkan
tingkat pelayanan (level of service) dan standar deviasi waktu pelindung. Dengan metode
EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman
sebesar 6.199,54 kg dengan biaya persediaan
Tabel 4. Kuantitas dan Biaya Persediaan
Pengaman IRT “Usaha Bersama”
Berdasarkan
Metode
Economic
Order Quantity (EOQ) Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Policy Factors
St. Deviasi Waktu
Pelindung
Persediaan
(k)
(σt)
3,09
2.006,32
(S)=k
6.199,54
(a)
(b)=a/360
(c)=b X 2
(d)
(f)=c X d
17.080,00
47,44
94,89
94,23
8.941,48
pengaman sebesar Rp. 584.189,01,-. Persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara
policy factors (k) dan standar deviasi waktu
pelindung. Standar deviasi waktu pelindung
(σt) diperoleh dengan mencari rata-rata dan
standar deviasi dari pemakaian bahan baku dan
waktu tunggu.
Pengaman (kg)
X (σt)
Biaya
(Z)
94,23
Penyimpanan (Rp.
Per kg)
Biaya Persediaan S x Z
584.189,01
Pengaman (Rp.)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
IRT “Usaha Bersama” tidak memperoleh
efisiensi biaya persediaan pengaman atau akan
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
..................... 38
jangka waktu lama karena akan mengurangi
kuantitas dan kualitasnya.
Reorder Point
Persediaan maksimum merupakan batas
maksimum jumlah persediaan yang diadakan
IRT “Usaha Bersama”. Penentuan persediaan
maksimum akan mempengaruhi perusahaan
dalam menentukan titik pemesanan kembali.
Persediaan maksimum diperoleh dari hasil
penambahan persediaan pengaman dengan
jumlah pesanan yang dilakukan oleh IRT
“Usaha Bersama”.
terjadi penambahan biaya sebesar 6,43% dari
biaya yang dikeluarkan. Selisih biaya yang
dihasilkan dapat dijelaskan bahwa IRT “Usaha
Bersama” tidak memerlukan adanya persediaan
pengaman untuk mengantisipasi kekurangan
bahan baku . Hal tersebut semakin menguatkan
data bahwa Desa Bulupountu Jaya merupakan
salah satu sentra produksi bawang merah
varietas Lembah Palu dan menguatkan asumsi
bahwa bawang merah varietas Lembah Palu
untuk konsumsi tidak cocok disimpan dalam
Tabel 5. Persediaan Maksimum IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012
Variebel
Notasi
Jumlah
Persediaan Pengaman (kg)
(a)
94,89
Jumlah Pesanan (kg)
Persediaan Maksimum (kg)
(b)
711,67
(c)=(a)+(b)
806,56
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Persediaan maksimum yang optimal tahun 2012 sebesar 806,56 kg, yang menunjukkan bahwa persediaan maksimum yang harus
diadakan IRT “Usaha Bersama” agar tidak
terjadi kelebihan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu dengan pertimbangan
biaya dan kapasitas ruang penyimpanan. Sementara metode EOQ menjelaskan bahwa
persediaan pengaman tidak diperlukan untuk
mengatasi kekurangan bahan baku.
Tabel 6. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali IRT “Usaha Bersama” Berdasarkan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2012.
Variebel
Notasi
Jumlah
Waktu Tunggu Rata-rata (hari)
L
1,00
Rata-rata Pemakaian (kg per hari)
D
47,44
Persediaan Pengaman (kg)
S
6.199,54
Titik Pemesanan Kembali (kg)
T=D.L
47,44
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Tabel 4 menunjukkan titik pemesanan
kembali yang optimal terjadi pada saat persediaan bahan baku berkapasitas 47,44 kg pada
tahun 2012, sementara waktu tunggu (lead
time) yang optimal bagi IRT “Usaha Bersama” adalah 1 hari. Hal ini memperjelas bahwa
kapasitas tersebut tidak sesuai dengan data
penggunaan bahan baku yang akan habis
selama 4 hari, sementara metode EOQ menjelaskan bahwa frekwensi pemesanan bahan
baku bawang merah varietas Lembah Palu yang
optimal dilakukan sebanyak 8 kali, berarti
bahan baku tersebut harus tersedia 45 hari sejak
dilakukannya pembelian. Artinya bahwa tidak
ada bahan baku yang tersisa setelah 4 hari
terhitung sejak dilakukannya pembelian.
39 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Linear Trend Line
Analisis linear trend line merupakan
salah satu metode dalam peramalan kebutuhan
bahan baku yang sangat penting pada IRT
“Usaha Bersama” sehingga hubungan antara
peramalan dan perencanaan
sangat erat,
semakin baik peramalan yang ada semakin baik
juga perencanaan yang lain, demikian sebaliknya jika peramalan kurang baik maka perencanaan yang lain juga kurang baik.
Tabel 7.
Analisis linear trend line dengan
formula: Y = a + bX, diperoleh nilai a =
1.423 dan b = 0,00029, dengan demikian
bentuk umum dari persamaan trend tersebut
adalah, Y = 1.423 + (0,00029)(X). Hasil peramalan kebutuhan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu (Y) menjelaskan bahwa
nilai a (1.423) merupakan nilai trend pada saat
X=0, dan b (0,00029) merupakan besarnya
perubahan Y untuk satu perubahan X.
Nilai X dan Y bulan Januari sampai Desember Tahun 2013
pada IRT “Usaha Bersama”
No.
Bulan (2013)
X
Y = 1.423 + (0,00029) (X)
1.
Januari
-6
1.423,3316
2.
Februari
-5
1.423,3319
3.
Maret
-4
1.423,3322
4.
April
-3
1.423,3325
5.
Mei
-2
1.423,3328
6.
Juni
-1
1.423,3330
7.
Juli
1
1.423,3336
8.
Agustus
2
1.423,3339
9.
September
3
1.423,3342
10.
Oktober
4
1.423,3345
11.
November
5
1.423,3348
12.
Desember
6
1.423,3351
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Koefisien b menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu periode Januari sampai Desember
2013 cenderung mengalami kenaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi penambahan
jumlah bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu yang akan dipesan. Hal ini
terjadi bilamana tingkat konsumsi bawang
goreng Palu tetap. Olehnya pihak IRT “Usaha
Bersama” harus mempertahankan pemasok
bahan baku yang selama ini menjadi mitra
untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan peramalan pada bulan Januari sampai Desember
2013.
Metode EOQ Jika Skala Usaha Diperbesar
IRT “Usaha Bersama” berencana akan
melakukan pengembangan usaha dengan berbagai terobosan yaitu promosi dan perluasan
jangkauan pasar.
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
Tabel 9.
Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode
Skala Usaha diperbesar.
Variabel
Frekwensi (kali)
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
Biaya Pemesanan (Rp. per pesanan)
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per tahun)
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2012
Biaya total pengendalian persediaan bahan baku terdiri atas perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan
biaya total pengendalian persediaan dapat dilihat pada Tabel 9. Frekwensi pembelian dilakukan sebanyak 8 kali dengan biaya total
pemesanan
bahan
baku
sebesar
Rp.
106.000,00,- biaya total penyimpanan bahan
baku sebesar Rp. 125.859,30,- sehingga biaya
total persediaan sebesar Rp. 231.859,30,-.
Analisis EOQ menjelaskan bahwa IRT “Usaha
Bersama” sudah sepantasnya melakukan pengembangan usaha.
Hasil tersebut sejalan dengan peningkatan produktivitas yang direncanakan setelah
penerapan IPTEKDA yaitu terjadi peningkatan
produksi 75% dari 250 kg per bulan menjadi
437,50 kg dengan asumsi bahwa: bahan baku
bawang merah varietas Lembah Palu mudah
didapatkan; pengembangan jejaring pasar para
pengrajin bawang goreng Palu khususnya di
Kabupaten Sigi dan swalayan/supermarket di
Kota Palu; dan tersedianya paket teknologi
yang memadai dan sesuai GAP/SOP dalam
proses produksi (Kassa, 2013).
2.
3.
4.
SIMPULAN
1. Pembelian bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu untuk produksi
bawang goreng Palu yang optimal menurut
Economic Order Quantity selama periode
2012 pada IRT “Usaha Bersama” untuk setiap kali pesan lebih besar daripada
5.
..................... 40
Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
EOQ pada IRT “Usaha Bersama” Jika
Notasi
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)=a X c
(f)
(g)=e + f
Jumlah
8,00
2.299,50
13.250
82,10
106.000,00
125.859,30
231.859,30
kebijakan yang dikeluarkan, hal ini terjadi
akibat frekwensi pembelian yang tidak terlalu banyak dilakukan. Pembelian bahan
baku bawang merah varietas Lembah
Palu untuk proses produksi bawang goreng
Palu yang optimal untuk periode 2012
sebesar 2.192 kg per pesanan.
Biaya total persediaan bahan baku bawang
merah varietas Lembah Palu untuk proses
produksi yang dikeluarkan IRT “Usaha
Bersama” pada periode 2012 menurut metode Economic Order Quantity lebih kecil dari
kebijakan yang dikeluarkan. Total biaya
persediaan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu menurut Economic
Order Quantity untuk periode 2012 sebesar
Rp. 309.798,12,Efisiensi biaya pengendalian persediaan
bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu pada IRT “Usaha Bersama”
Tahun 2012 dapat diturunkan sebesar Rp.
75.262,99,- atau sebesar 20%. Hal ini
terjadi karena frekwensi pemesanan sebanyak 8 kali dan jumlah pesanan bertambah.
Biaya operasional atau biaya total pemesanan bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu manakala skala usaha pada
IRT “Usaha Bersama” diperbesar adalah
sebesar Rp. 106.000,- per tahun. Artinya
bahwa tidak terjadi penambahan biaya yang
besar.
Hasil peramalan kebutuhan bahan baku
bawang merah varietas Lembah Palu berdasarkan pola kecenderungan garis lurus
41 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(Linear Trend Line) mengalami kenaikan
diakibatkan tingkat konsumsi/pembelian
konsumen diprediksikan akan meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi
“Pengendalian Produksi. Edisi 4 buku 1.
Yogyakarta: BPFE.
. 1992. Efisiensi Persediaan Bahan:
Buku Pegangan Untuk PerusahaanPerusahaan Kecil dan Menengah.
Yogyakarta: BPFE.
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Kassa, S. 2013. Peningkatan Daya Saing
Produk Bawang Goreng Melalui
Kemitraan dalam rangka Perluasan
Jangkauan Pasar dari Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi. Laporan
Kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA)
XV LIPI. Palu: UNTAD.
Render, B. dan J. Haizer. 2001. Prinsip-Prinsip
Manajemen
Operasi.
Terjemahan.
Jakarta: PT. Gramedia.
Yunarto, H.I. dan Santika, M.G. 2005. Business
Concepts Implementation Series in
Inventory Management. Jakarta: Penerbit
PT Elex Media Komputindo.
BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “USAHA BERSAMA"
DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU
Hasrul
[email protected]
(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The research aimed at finding out the control of the basic commodity product of fried red
onion of Palu variety as the main commodity used at the Home Industry “Usaha Bersama” and
analyzing the use of basic commodity to make fried onion. The sample, “Usaha Bersama” in
Bulupountu Jaya Village as the place of this research, was stated by using purposive sampling
technique. This village was one of the centres for development of red onion variety of Palu and had
home industry for producting fried onion in Sigi Regency. Data were collected by using survey and
direct observation. The data were analyzed by adopting Economic Order Quantity (EOQ) and
Linier Trend Line analyses. The result shows that the optimal purchasing of the basic commodity
was 2.192 kilograms per order; then, it was obtained the efficiency of supply restraint cost,
75.262,99 rupiahs (20%). Meanwhile, the result of Linier Trend Line analysis shows that
prediction of the basic commodity need from January to December 2013 was 1.423 kilograms for
each order. It is suggested that procurement of the basic commodity of Palu red onion variety
applied at “Usaha Bersama” could be done by purchasing the commodity with 2.192 kilograms per
order and with 8 times a year for the order frequency.
Keywords: Supply, red onion variety of Palu, and fried onion.
biaya total persediaan dari IRT “Usaha
Bersama”.
Ketersediaan bahan baku merupakan hal
yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis bawang goreng. Pengendalian
persediaan bahan baku akan menentukan apakah IRT tersebut mampu beroperasi secara bisnis, kualitas terjamin dan kontinyuitasnya. Dengan demikian keberlangsungan persediaan
bahan baku akan menentukan tingkat keuntungan IRT. Mengingat konsekwensi logis
yang dilematis (kekurangan dan kelebihan)
dari persediaan yang sering dialami oleh IRT
“Usaha Bersama” dimana ada saat harga
bahan baku murah dan pada saat tertentu harga
melonjak, bahkan sangat sulit mendapatkan
bahan baku, maka perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada tingkat yang
optimal menjadi penting.
Tujuan pengendalian persediaan bahan
baku bawang merah varietas Lembah Palu
adalah untuk menjaga ketersediaan stok bahan
baku, khususnya dalam mengatur persediaan
dan mengurangi risiko serta meminimumkan
METODE
Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini dikembangkan atas fakta
adanya biaya variabel dan biaya tetap (fix cost)
dari proses produksi atau pemesanan barang
(Baroto, 2002). Model EOQ pertama kali
diperkenalkan oleh Ford Harris, dengan rumus :
Q*=
Dimana,
S = biaya pemesanan
D = volume pemakaian
H = biaya penyimpanan
Model tersebut dapat diterapkan dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
(1) Permintaan diketahui dengan pasti dan
konstan selama periode persediaan
34
35 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(2) Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap
(3) Jarak waktu sejak pesanan datang (lead
time) pasti
(4) Semua biaya diketahui dan bersifat pasti
(5) Kekurangan persediaan (stock out) tidak
diizinkan
(6) Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas
pesanan.
Safety Stock (SS)
Safety Stock (SS) atau Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (stock
out) sehingga tidak mengganggu proses produksi. Usaha menjaga dan melindungi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku,
diperlukan persediaan cadangan. Rumus yang
digunakan yaitu: SS= k X σt (Ahyari, 1992).
Di mana:
SS = persediaan pengaman
k = faktor pengaman (folicy factors)
σt = standar deviasi waktu pelindung
Reorder Point (ROP)
Reorder Point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah kondisi saat harus dilakukan pemesanan kembali dalam waktu dan
jumlah yang tepat. Titik ini menandakan bahwa
pemesanan harus dilakukan untuk mengganti
persediaan yang telah habis. ROP menunujukkan suatu tingkat persediaan di mana pada
saat itu harus dilakukan pesanan. Rumus yang
digunakan yaitu: ROP = SS + DL (Render B.
dan J. Haizer, 2001).
Di mana:
ROP = reorder point
D
= permintaan harian rata-rata
L
= lead time (Baroto, 2002).
ROP tersebut diatas belum termasuk
safety stock-nya. Apabila biaya kehabisan bahan baku dianggap penting, maka kehabisan
persediaan tidak boleh terjadi. Akibat permintaan yang tidak mungkin konstan dalam Kenyataan, maka kemungkinan kehabisan persediaan
ini dapat terjadi. Strategi untuk menghindari
kehabisan persediaan ini, model Q memberikan
rekomendasi berupa adanya persediaan dalam
jumlah tertentu. Berdasarkan hal ini, maka titik
R yang dalam model EOQ adalah sebesar D x
L harus ditambah dalam jumlah tertentu sebagai persediaan pengaman.
Linear Trend Line
Yunarto dan Santika (2005), menyatakan
bahwa linear trend line digunakan untuk
meramalkan demand dengan komponen trend,
apakah itu naik atau turun. Penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku untuk keperluan
proses produksi di dalam suatu perusahaan,
kadang-kadang manajemen perusahaan yang
bersangkutan mempergunakan pola trend.
Mempergunakan pola ini, maka manajemen
perusahaan yang bersangkutan mempunyai
anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku
untuk keperluan proses produksi di dalam
perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke
waktu akan mempunyai tingkat perubahan yang
tetap. Penambahan atau pengurangan banyaknya bahan baku untuk proses produksi ini
dianggap mempunyai pola yang pasti dan tidak
berubah dari suatu periode kepada periode yang
lainnya.
Bentuk umum dari trend garis lurus
(Ahyari, 1986), yaitu:
Y = a + bX
Dimana:
Y = peramalan kebutuhan bahan baku
a = konstanta, atau sama dengan peramalan
kebutuhan bahan baku pada waktu
X = 0
b = besarnya perubahan Y untuk satu
perubahan X
X = unit waktu.
Penyelesaian persamaan tersebut dapat
diselesaikan bilamana
diketahui terlebih
dahulu nilai a dan b, yaitu:
a = ∑Y/n
b = ∑XY/∑X2
dengan syarat ∑X =
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada
IRT “Usaha Bersama”
Pimpinan IRT “Usaha Bersama” mengatakan bahwa pemesanan bahan baku bawang
merah varietas Lembah Palu dilakukan 2 kali
..................... 36
dalam 1 bulan sehingga diperoleh frekwensi
pembelian sebanyak 24 kali pada tahun 2012.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
rata-rata pesanan setiap kali pesan sebesar
711,67 kg dengan biaya total persediaan tahun
2012 sebesar Rp. 385.061,11,-.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Sistem yang digunakan IRT “Usaha Bersama” Tahun
2012.
Notasi
Jumlah
Variebel
Frekwensi (kali)
(a)
24,00
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
(b)
711,67
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan)
(c)
13.250,00
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan)
(d)
94,23
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
(e)=a X c
318.000,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
(f)=b X d
67.061.11
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
(g)=e + f
385.061,11
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Pengendalian bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu dilakukan sendiri oleh
pimpinan IRT “Usaha Bersama”. Pengawasan
bahan baku berupa pencatatan keluar masuknya
bahan baku dilakukan oleh sekretaris. Proses
pemesanan juga dilakukan sendiri oleh pimpinan, mulai dari penentuan harga, kuantitas dan
bahan baku yang akan digunakan. Proses dari
berapa bahan baku yang digunakan dan berapa
lama bahan baku tersebut disimpan serta berapa
yang diproduksi sampai pada harga bahan baku
semuanya dilakukan pencatatan sehingga IRT
“Usaha Bersama” pada tahun 2012 mempunyai
data-data akurat.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
berdasarkan Metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan
biaya total persediaan tahun 2012 pada IRT
“Usaha Bersama”. Frekwensi pembelian yang
optimal pada tahun 2012 adalah sebanyak 8
kali dengan jumlah pemesanan optimal sebesar
2.192 kg. berbeda dengan hasil perhitungan
oleh IRT yang terdapat pada Tabel 1, bahwa
frekwensi pembelian pada tahun 2012 adalah
24 kali dengan jumlah pesanan sebesar 711,67
kg. Hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian
yang tidak terlalu banyak dilakukan. Selisih
jumlah pesanan yang dilakukan IRT “Usaha
Bersama” dengan jumlah pesanan optimal adalah sebesar 1.480,33 kg. Artinya bahwa semakin sedikit frekwensi pemesanan maka semakin
banyak bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu setiap kali pemesanan sehingga
akan mengurangi biaya total persediaan pada
IRT “Usaha Bersama”. Terdapat selisih antara
sistem yang digunakan oleh IRT “Usaha
Bersama” dengan metode EOQ yang digunakan
yaitu sebesar Rp. 75.262,99,- (20%). Selisih
inilah yang disebut efisiensi biaya pengelolaan
persediaan bahan baku.
37 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Tabel 2. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode Economic Order Quantity pada IRT “Usaha
Bersama” Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Frekwensi
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan)
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan)
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
(1) Safety Stock
Rata-rata volume pemakaian per hari
diperoleh dari hasil bagi antara volume pemakaian per tahun dengan jumlah hari kerja dalam
satu tahun yakni sebanyak 360 hari yaitu
Tabel 3.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)=a X c
(f)=b X d
(g)=e + f
8,00
2.192,00
13.250,00
94,23
103.243,61
206.554,50
309.798,12
sebanyak 47,44 kg. Biaya persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara persediaan
pengaman IRT “Usaha Bersama” dengan biaya
penyimpanan yaitu sebesar Rp. 8.941,48.
Kuantitas dan Biaya Persediaan Pengaman Berdasarkan Perhitungan IRT “Usaha
Bersama” pada Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Volume Pemakaian (kg)
Rata-rata Volume Pemakaian Per Hari (kg)
Persediaan Pengaman (kg)
Biaya Penyimpanan (Rp.)
Biaya Persediaan Pengaman (Rp.)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Perhitungan kuantitas dan biaya persediaan pengaman dapat juga dilakukan dengan
metode EOQ, dengan mempertimbangkan
tingkat pelayanan (level of service) dan standar deviasi waktu pelindung. Dengan metode
EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman
sebesar 6.199,54 kg dengan biaya persediaan
Tabel 4. Kuantitas dan Biaya Persediaan
Pengaman IRT “Usaha Bersama”
Berdasarkan
Metode
Economic
Order Quantity (EOQ) Tahun 2012
Variabel
Notasi
Jumlah
Policy Factors
St. Deviasi Waktu
Pelindung
Persediaan
(k)
(σt)
3,09
2.006,32
(S)=k
6.199,54
(a)
(b)=a/360
(c)=b X 2
(d)
(f)=c X d
17.080,00
47,44
94,89
94,23
8.941,48
pengaman sebesar Rp. 584.189,01,-. Persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara
policy factors (k) dan standar deviasi waktu
pelindung. Standar deviasi waktu pelindung
(σt) diperoleh dengan mencari rata-rata dan
standar deviasi dari pemakaian bahan baku dan
waktu tunggu.
Pengaman (kg)
X (σt)
Biaya
(Z)
94,23
Penyimpanan (Rp.
Per kg)
Biaya Persediaan S x Z
584.189,01
Pengaman (Rp.)
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
IRT “Usaha Bersama” tidak memperoleh
efisiensi biaya persediaan pengaman atau akan
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
..................... 38
jangka waktu lama karena akan mengurangi
kuantitas dan kualitasnya.
Reorder Point
Persediaan maksimum merupakan batas
maksimum jumlah persediaan yang diadakan
IRT “Usaha Bersama”. Penentuan persediaan
maksimum akan mempengaruhi perusahaan
dalam menentukan titik pemesanan kembali.
Persediaan maksimum diperoleh dari hasil
penambahan persediaan pengaman dengan
jumlah pesanan yang dilakukan oleh IRT
“Usaha Bersama”.
terjadi penambahan biaya sebesar 6,43% dari
biaya yang dikeluarkan. Selisih biaya yang
dihasilkan dapat dijelaskan bahwa IRT “Usaha
Bersama” tidak memerlukan adanya persediaan
pengaman untuk mengantisipasi kekurangan
bahan baku . Hal tersebut semakin menguatkan
data bahwa Desa Bulupountu Jaya merupakan
salah satu sentra produksi bawang merah
varietas Lembah Palu dan menguatkan asumsi
bahwa bawang merah varietas Lembah Palu
untuk konsumsi tidak cocok disimpan dalam
Tabel 5. Persediaan Maksimum IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012
Variebel
Notasi
Jumlah
Persediaan Pengaman (kg)
(a)
94,89
Jumlah Pesanan (kg)
Persediaan Maksimum (kg)
(b)
711,67
(c)=(a)+(b)
806,56
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Persediaan maksimum yang optimal tahun 2012 sebesar 806,56 kg, yang menunjukkan bahwa persediaan maksimum yang harus
diadakan IRT “Usaha Bersama” agar tidak
terjadi kelebihan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu dengan pertimbangan
biaya dan kapasitas ruang penyimpanan. Sementara metode EOQ menjelaskan bahwa
persediaan pengaman tidak diperlukan untuk
mengatasi kekurangan bahan baku.
Tabel 6. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali IRT “Usaha Bersama” Berdasarkan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2012.
Variebel
Notasi
Jumlah
Waktu Tunggu Rata-rata (hari)
L
1,00
Rata-rata Pemakaian (kg per hari)
D
47,44
Persediaan Pengaman (kg)
S
6.199,54
Titik Pemesanan Kembali (kg)
T=D.L
47,44
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Tabel 4 menunjukkan titik pemesanan
kembali yang optimal terjadi pada saat persediaan bahan baku berkapasitas 47,44 kg pada
tahun 2012, sementara waktu tunggu (lead
time) yang optimal bagi IRT “Usaha Bersama” adalah 1 hari. Hal ini memperjelas bahwa
kapasitas tersebut tidak sesuai dengan data
penggunaan bahan baku yang akan habis
selama 4 hari, sementara metode EOQ menjelaskan bahwa frekwensi pemesanan bahan
baku bawang merah varietas Lembah Palu yang
optimal dilakukan sebanyak 8 kali, berarti
bahan baku tersebut harus tersedia 45 hari sejak
dilakukannya pembelian. Artinya bahwa tidak
ada bahan baku yang tersisa setelah 4 hari
terhitung sejak dilakukannya pembelian.
39 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Linear Trend Line
Analisis linear trend line merupakan
salah satu metode dalam peramalan kebutuhan
bahan baku yang sangat penting pada IRT
“Usaha Bersama” sehingga hubungan antara
peramalan dan perencanaan
sangat erat,
semakin baik peramalan yang ada semakin baik
juga perencanaan yang lain, demikian sebaliknya jika peramalan kurang baik maka perencanaan yang lain juga kurang baik.
Tabel 7.
Analisis linear trend line dengan
formula: Y = a + bX, diperoleh nilai a =
1.423 dan b = 0,00029, dengan demikian
bentuk umum dari persamaan trend tersebut
adalah, Y = 1.423 + (0,00029)(X). Hasil peramalan kebutuhan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu (Y) menjelaskan bahwa
nilai a (1.423) merupakan nilai trend pada saat
X=0, dan b (0,00029) merupakan besarnya
perubahan Y untuk satu perubahan X.
Nilai X dan Y bulan Januari sampai Desember Tahun 2013
pada IRT “Usaha Bersama”
No.
Bulan (2013)
X
Y = 1.423 + (0,00029) (X)
1.
Januari
-6
1.423,3316
2.
Februari
-5
1.423,3319
3.
Maret
-4
1.423,3322
4.
April
-3
1.423,3325
5.
Mei
-2
1.423,3328
6.
Juni
-1
1.423,3330
7.
Juli
1
1.423,3336
8.
Agustus
2
1.423,3339
9.
September
3
1.423,3342
10.
Oktober
4
1.423,3345
11.
November
5
1.423,3348
12.
Desember
6
1.423,3351
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Koefisien b menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu periode Januari sampai Desember
2013 cenderung mengalami kenaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi penambahan
jumlah bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu yang akan dipesan. Hal ini
terjadi bilamana tingkat konsumsi bawang
goreng Palu tetap. Olehnya pihak IRT “Usaha
Bersama” harus mempertahankan pemasok
bahan baku yang selama ini menjadi mitra
untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan peramalan pada bulan Januari sampai Desember
2013.
Metode EOQ Jika Skala Usaha Diperbesar
IRT “Usaha Bersama” berencana akan
melakukan pengembangan usaha dengan berbagai terobosan yaitu promosi dan perluasan
jangkauan pasar.
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
Tabel 9.
Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode
Skala Usaha diperbesar.
Variabel
Frekwensi (kali)
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan)
Biaya Pemesanan (Rp. per pesanan)
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per tahun)
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun)
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun)
Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2012
Biaya total pengendalian persediaan bahan baku terdiri atas perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan
biaya total pengendalian persediaan dapat dilihat pada Tabel 9. Frekwensi pembelian dilakukan sebanyak 8 kali dengan biaya total
pemesanan
bahan
baku
sebesar
Rp.
106.000,00,- biaya total penyimpanan bahan
baku sebesar Rp. 125.859,30,- sehingga biaya
total persediaan sebesar Rp. 231.859,30,-.
Analisis EOQ menjelaskan bahwa IRT “Usaha
Bersama” sudah sepantasnya melakukan pengembangan usaha.
Hasil tersebut sejalan dengan peningkatan produktivitas yang direncanakan setelah
penerapan IPTEKDA yaitu terjadi peningkatan
produksi 75% dari 250 kg per bulan menjadi
437,50 kg dengan asumsi bahwa: bahan baku
bawang merah varietas Lembah Palu mudah
didapatkan; pengembangan jejaring pasar para
pengrajin bawang goreng Palu khususnya di
Kabupaten Sigi dan swalayan/supermarket di
Kota Palu; dan tersedianya paket teknologi
yang memadai dan sesuai GAP/SOP dalam
proses produksi (Kassa, 2013).
2.
3.
4.
SIMPULAN
1. Pembelian bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu untuk produksi
bawang goreng Palu yang optimal menurut
Economic Order Quantity selama periode
2012 pada IRT “Usaha Bersama” untuk setiap kali pesan lebih besar daripada
5.
..................... 40
Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
EOQ pada IRT “Usaha Bersama” Jika
Notasi
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)=a X c
(f)
(g)=e + f
Jumlah
8,00
2.299,50
13.250
82,10
106.000,00
125.859,30
231.859,30
kebijakan yang dikeluarkan, hal ini terjadi
akibat frekwensi pembelian yang tidak terlalu banyak dilakukan. Pembelian bahan
baku bawang merah varietas Lembah
Palu untuk proses produksi bawang goreng
Palu yang optimal untuk periode 2012
sebesar 2.192 kg per pesanan.
Biaya total persediaan bahan baku bawang
merah varietas Lembah Palu untuk proses
produksi yang dikeluarkan IRT “Usaha
Bersama” pada periode 2012 menurut metode Economic Order Quantity lebih kecil dari
kebijakan yang dikeluarkan. Total biaya
persediaan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu menurut Economic
Order Quantity untuk periode 2012 sebesar
Rp. 309.798,12,Efisiensi biaya pengendalian persediaan
bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu pada IRT “Usaha Bersama”
Tahun 2012 dapat diturunkan sebesar Rp.
75.262,99,- atau sebesar 20%. Hal ini
terjadi karena frekwensi pemesanan sebanyak 8 kali dan jumlah pesanan bertambah.
Biaya operasional atau biaya total pemesanan bahan baku bawang merah varietas
Lembah Palu manakala skala usaha pada
IRT “Usaha Bersama” diperbesar adalah
sebesar Rp. 106.000,- per tahun. Artinya
bahwa tidak terjadi penambahan biaya yang
besar.
Hasil peramalan kebutuhan bahan baku
bawang merah varietas Lembah Palu berdasarkan pola kecenderungan garis lurus
41 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(Linear Trend Line) mengalami kenaikan
diakibatkan tingkat konsumsi/pembelian
konsumen diprediksikan akan meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi
“Pengendalian Produksi. Edisi 4 buku 1.
Yogyakarta: BPFE.
. 1992. Efisiensi Persediaan Bahan:
Buku Pegangan Untuk PerusahaanPerusahaan Kecil dan Menengah.
Yogyakarta: BPFE.
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Kassa, S. 2013. Peningkatan Daya Saing
Produk Bawang Goreng Melalui
Kemitraan dalam rangka Perluasan
Jangkauan Pasar dari Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi. Laporan
Kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA)
XV LIPI. Palu: UNTAD.
Render, B. dan J. Haizer. 2001. Prinsip-Prinsip
Manajemen
Operasi.
Terjemahan.
Jakarta: PT. Gramedia.
Yunarto, H.I. dan Santika, M.G. 2005. Business
Concepts Implementation Series in
Inventory Management. Jakarta: Penerbit
PT Elex Media Komputindo.