HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SELF DIRECTED LEARNING SISWA KELAS XI MA BUSTANUL ULUM GLAGAH LAMONGAN.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGANSELF DIRECTED LEARNING

SISWA KELAS XI MA BUSTANUL ULUM GLAGAH LAMONGAN SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi

(S.Psi)

SILFIA ERMAWATI B07211027

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

SKRIPSI

HUBT]NGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SELF DIRECTED LEARMNG SISWA MA BUSTANUL ULUM GLAGAH

LAMONGAN

Yang disusun Oleh Silfia Ermawati

BO7211027

Telah di pertahankan di depan Tim Pengujr P adaT anggal 0 I Febru

ai

2016

ahui

Kesehatan

Dr. S. Khorriyatul Khotimah, M.Psi.Psikologi NIP. I 9771 I I 6200801201 8

'-f'1 -

-Drs. SjahudiFodj, M Si NIP. l 95205041 98003 1 003

Penguji III

Rrzma

ri6dpJ,

rra si NIP. 1 97403 | 21 99982A0 1


(3)

PERNYATAAN

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ,.hubungan

kecerdasan emsoional dengan self directed learning" merupakan karya asli yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Karya

ini

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

dan apabila

di

kemudian hari ditemukan tidak demikian, saya bersedia untuk

menerima konsekuensi akademis sesuai aturan yang berlaku.

Surabaya, I

fi

januan 20 I 6

hffiw

"_*_-"_*-iil ..ffi 6ADF796981720

&.


(4)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan self direted learning pada siswa siswi MA Bustanul Ulum. Penelitian ini dilakukan pada kelas XI MA Bustanul ulum dengan populasi 114 siswa. Dari jumlah tersebut dipilih 37 responden sebagai sampel penelitian dengan menggunakan tekni purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode koresional. Pengumpulan data dengan teknis berskala likert, yaitu skala kecerdasan emosional dan skala self directed learning Skala kecerdasan emosional memiliki 41 aitem setelah uji coba dengan nilai reliabilitas 0,618, sedangkan skala self directed learning memiliki 21 aitem valid setelah uji coba dengan reliabilitas 0,630, penghitungan validitas dan reliabilitas dengan bantuan program SPSS 16,0 Hasil penelitian ini diperoleh nilai korelasi (0,588) > r tabel 0,244 sehingga hipotesis alternatif (ha) diterima. yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning.


(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the corrlation between emotion question and self directed learning. This research was done to studen MA Bustanulul Ulum by having 114 populations. This research takes 37 respondents as the research sample by using purposive sampling technique. This research uses quantitative approach by correlation method. It uses likert of scale model which is as a scale of emotional question and scale self directed learning of decision to collect the data. Scale of emotional question has 41 items after being tested by reliable score 0618. whereas likert of self direted learning has 21 valid items after being tested by having reliability 0.680. The calculation of validity and reliability uses a program of SPSS v.16,0. The result of this research is by having the correlation score (0,588) > r table 0,244 with the result that alternative hypothesis (ha) is achieved. It means that there are significant correlation between brand image and the purchasing decision.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I HALAMAN PENGESAHAN ... II HALAMA PERNYATAAN ... III KATA PENGANTAR ... IV DAFTAR ISI ... VII DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR GAMBAR ... X DAFTAR LAMPIRAN ... XI INTISARI ... XII ABSTRACT ... XIII

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. SELF DIRECTED LEARNING ... 12

1. Pengertian Self Direted Learning ... 12

2. Komponen self Directed Learning ... 18

3. Faktor-faktor Self directed learning... 19

4. Tahapan Self direted learning ... 20

B. KECERDASAN EMOSIONAL ... 23

1. Pengertian Kecerdasan emosional ... 23

2. Komponen Kecerdasan emosional ... 26

3. Faktor-faktor kecerdasan emosional ... 28

4. Arti penting Kecerdasan emosional ... 28

C. Hubungan Antara Brand kecerdasan emosional dengan self direted learning ... 30

D. Kerangka Teoritis ... 31

E. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

1. Identifikasi Variabel ... 33

2. Definisi Operasional ... 33

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Validitas dan Reliabilitas ... 41

E. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Subjek ... 47


(7)

D. Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue print Skala Self direted learning ... 37

Tabel 2 Blue print Skala kecerdasan emosional ... 39

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel self directed learning ... 42

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan emosional ... 43

Tabel 5 Reliabilitas self directed learning ... 44

Tabel 6 Reliabilitas kecerdasan emosional ... 45

Tabel 7 Keadaan siswa MA Bustanul ulum ... 49

Tabel 8 Skoring ... 51

Tabel 9 Uji Normalitas... 52


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blueprint Skala kecerdasan emosional dan self directed

learning Tryout ... 65

Lampiran 2 Blueprint Skala kecerdasan emosional dan self directed learning Setelah Tryout ... 69

Lampiran 3 Angket kecerdasan emosional dan self directed learning Tryout ... 73

Lampiran 4 Angket kecerdasan emosional dan self directed learning Setelah Tryout ... 87

Lampiran 5 Data Mentah Try Out Kecerdasan Emosional dan Self directed learning ... 95

Lampiran 6 Data Mentah kecerdasan Emosional dan Self directed learning setelah Tryout ... 97

Lampiran 7 Data Skoring kecerdasan emosional dan Self direted Learning ... 101

Lampiran 8 Data Skoring kecerdasan emosional dan Self direted learning ... 103

Lampiran 9 Reliabel kecerdasan emosional dan Self directed Learning ... 106

Lampiran 10 Aitem-Aitem Valid dan gugur ... 107

Lampiran 11 Uji Normalitas Skala Penelitian ... 112

Lampiran 12 Uji Spearmen ... 113

Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian ... 114

Lampiran 16 Kartu Konsultasi Bimbingan ... 115


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah (key term) istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu (Syah ,2012:59).

Menurunya Kualitas pendidikan bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh Global

Competitiveness Report tahun 2009/2010 yang menilai tingkat persaingan global

Indonesia dari kualitas pendidikan menempati peringkat ke‐54 dari 133 negara, yaitu di bawah Singapura, Malaysia, Cina,Thailand, serta India. Senada dengan hal di atas, Hasbullah (dalam Tarmidi dan Rambe : 2010) juga menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain.

Hasbullah (dalam Tarmidi dan Rambe : 2010) penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.


(12)

2

Faktor internal meliputi potensi intelektual (kecerdasan), motivasi, konsep diri, minat.. Faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, orangtua. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa.

Prayitno (dalam Elfira : 2013 ) mengatakan untuk dapat menjadi mandiri seseorang perlu memahami dan menerima diri secara objektif, positif dan dinamis. memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan, mengarahkan diri sendiri, serta mewujudkan diri sendiri. Sama halnya dengan kemandirian belajar, siswa mampu menerima diri dan lingkungan, berani mengambil keputusan dalam belajar, mengarahkan dirinya sesuai denga tujuan yang telah ditetapkan serta mewujudkan diri sendiri untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya.

Dalam kajian psikologi self directed learning diistilahkan dengan kemandirian belajar. Menurut Merriam dan Caffarella (dalam Tarmidi dan Rambe, 2010) menyataka bahwa kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pembelajarannya. Siswa di tuntut untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggung jawabkan segala perbuatannya.


(13)

3

Menurut Knowles (dalam prabjandee dan intachot 2013) self direted learning yaitu suatu proses di mana individu mengambil inisiatif, atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya manusia dan material untuk belajar, memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar.

Dari hasil observasi peneliti pada hari jumat tanggal 3 juli 2015 di Sekolah Madrasah Aliyah Bustanul Ulum diketahui bahwa masih terdapat siswa yang telat masuk sekolah dan tidak masuk sekolah tanpa izin. Hasil wawancara dari 3 guru BK (Bimbingan Konseling) masih banyak siswa siswi yang tidak masuk sekolah tanpa izin, ketika di kelas juga ramai tidak mendengarkan saat guru menerangkan, ketika di kelas membuat gaduh, banyak yang tidak mengerjakan PR, waktu UTS dan UAS banyak yang menyontek, Paling banyak ketika terlambat sekolah dan tidak mengerjaka PR itu siswa-siswi Madrasah Aliyah kelas XI. Menurut saran dari guru BK, supaya mengambil subyek dari siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum agar pihak sekolah atau khususnya guru BK mengatahui seberapa besar siswa siswi pada Self Directed Learning sehingga tercipta pada diri siswa siswi rasa tanggung jawab terhadap kemandirian belajar mereka.

Penelitian oleh (Suastra, 2013) temuan dilapangan yang berkenaan dengan proses pembelajaran IPA menunjukkan bahwa pendidik yang masih berkutat pada pola pengajaran konvensional dan belum mau belajar untuk menciptakan kondisi


(14)

4

belajar yang menyenangkan dan bermakna. Proses pembelajaran dengan pola pengajaran konvensional lebih cenderung hanya mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan mengejar target kurikulum seperti konsep-konsep penting, latihan soal dan tes tanpa melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran sehingga berdampak pada kemandirian belajar siswa.

Hasbullah (dalam Tarmidi dan Rambe, 2010) faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar digolongkan menjadi Faktor internal meliputi potensi intelektual (kecerdasan), motivasi, konsep diri, minat,kemandirian belajar. Faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, orangtua. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar, kecerdasan merupakan salah satunya, Seperti yang telah diungkapkan bahwa kecerdasan emosi mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa akan terbentuk dengan baik apabila siswa mempunyai kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan juga kemampuan secara sosial. Menurut prasentiya (dalam Pradana dkk, 2011) kecerdasan emosional adalah kualitas emosi yang penting bagi keberhasilan, yaitu meliputi empati, mengungkapan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, ke mandirian, menyesuaikan diri, memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetia kawanan, ke ramahan, dan sikap hormat.


(15)

5

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan Self Direted Learning siswa SMA.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan kecerdasan emosional dengan Self Directed Learning?

C.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan Self Directed Learning Siswa SMA .

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kecerdasan emosi, dan

Self Directed Learningdalam konteks pendidikan di MA Bustanul Ulum Glagah

Lamongan.

2. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan ilmu pendidikan, khususnya mengenai kecerdasan emosi dan Self Directed Learning.

3. Bagi guru

Sebagai bahan acuan bagi guru untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosional dari komponen self directed learning


(16)

6

4. Bagi siswa

Memberikan informasi pentingnya memiliki Self Directed Learning yang tinggi dan kecerdasan emosi yang baik guna meningkatkan kemandirian belajar.

5. Bagi sekolah

Memberikan informasi pentingnya Self directed learning dalam proses pembelajaran, sehingga sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan sarana dan prasarana yang dapat merangsang tumbuhnya kemandirian belajar siswa.

E. Keaslian Penelitian

Adapun beberapa penelitian sebelumnya oleh (Tarmidi dan Rambe, 2010) korelasi antara dukungan sosial orang tua dan kemandirian belajar pada siswa SMA terdapat hubungan yang positif, hal ini dapat dilihat dari dukungan skala dari 50 item dan keandalan skala adalah r = 0,960, skala kemadirian belajar terdiri dari 50 item, dan keandalan skala adalah r = 0,940, arah diri dalam belajar pada siswa SMA (r = 0,477, p <0,05) menunjukkan bahwa lebih tinggi dukungan sosial orang tua, semakin tinggi arah diri dalam belajar dan sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orang tua yang lebih rendah ke arah diri dalam belajar, dalam penelitian ini peneliti menggunaka metode korelasional.

Selanjutnya penelitian oleh ( Ni Nyoman Lisna Handayani, Nyoman Dantes, I Wayan Suastra, 2013) pengaruh model pembelajaran mandiri terhadap kemandirian belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas VIII SMP N 3 SINGARAJA. Hasil


(17)

7

mengikuti model pembelajaran mandiri secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F sebesar 36,028 dan p < 0,05). Kedua, prestasi belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran mandiri secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F sebesar 29,537 dan p < 0,05). Ketiga, secara simultan kemandirian belajar dan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran mandiri secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F sebesar 34,48 dan p < 0,05), penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment),dengan rancangan The Posttest OnlyControl-Group Desain.

Selanjutnya penelitian oleh (Elfira 2013) peningkatan kemandirian belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah bahwa bimbingan kelompok dengan topik tugas terbukti mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa.hal ini dapat dilihat dari terlihat bahwa skor kemandirian belajar seluruh siswa kelompok eksperimen meningkat dari pre-test (skor rata-rata 190,1) ke post-test (skor rata-rata 204,8). Perbedaan antara skor pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen melalui pengujian statistik, membenarkan hipotesis pertama, yaitu terdapat peningkatan yang signifikan kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen pada taraf kepercayaan di atas 95%. Pada kelompok kontrol terlihat padanya skor post-test (skor rata-rata 196) lebih rendah dari pada skor pre-test (skor rata-rata 193,9).

Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan dalam menggunakan metode penelitian yaitu menggunakan Experimen. (Ni Nyoman


(18)

8

Lisna Handayani, Nyoman Dantes, I Wayan Suastra, 2013 dan Elfira 2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh pembelajaran mandiri dengan kemandirian belajar dan peningkatan kemandirian belajar melalui bimbingan konseling.

Penelitian (Erlina 2007) hubungan antara self-eficacy dengan Self Directed Learning dalam mata pelajaran kimia di sma. Dari penelitian ini ada hubungan yang signifikan anatara self eficacy dan Self Directed Learning dapat dilihat dari hasil berdasarkan mata pelajaran kimia, siswa (44,4%) dan siswa dengan (55,6%). dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA pada kategori rendah dalam belajar kimia, beberapa siswa yang mempunyai self eficacy tinggi dalam pembelajaran kimia, Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk korelasional.

Penelitian oleh (Ellen 2003) self directed learning dalam pendidikan perawat, pembelajaran ini berhubungan dengan orang dewasa pada umumnya, 90% dari orang dewasa belajar mandiri. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui jumlah perawat menghabiskan pembelajaran mandiri. Dalam penelitian ini Self direted learning menggunakan metode wawancara terstruktur, Emblen dan Gray (1990) meneliti self

directed learning dari 80 Perawat terdaftar. Temuan menunjukkan bahwa mereka

menghabiskan rata-rata 313 jam per tahun unutk mengembangkan kemandirian belajar. Dari jumlah 217 jam dikaitkan dengan topik profesional dan 96 jam untuk topik non-profesional.


(19)

9

Penelitian oleh (Song 2007) tujuan penelitian ini adalah melihat self directed

learning sebagai proses pengorganisasian instruksi,memfokuskan perhatian mereka

pada tingkat otonomi pembelajar selama proses pembelajaran. Melihat pengarahan diri sendiri sebagai atribut pribadi, dengan tujuan pendidikan sebagai pengembangan individu yang dapat mengasumsikan moral,emosional, dan intelektual otonomi. Beberapa model telah diajukan untuk memahami kemandirian belajar, dimulai dengan Mocker dan Spear Two Model. pada awal tahun 1980 untuk model yang lebih baru dari Tiga Model Dimensi Garrison di akhir 1990-an. Tiga model yang dipilih untuk keterangan lebih lanjut, seperti yang muncul untuk menjadi representasi komprehensif kemandirian belajar.

Penelitian (Prabjandee dan Inthachot, 2013) kesiapan self direted learning pada mahasiswa di thailand. populasi siswa di perguruan tinggi pendidikan pusat dan timur dari Thailand. perkiraan peserta dibutuhkan untuk tes statistik yaitu 148, dihitung menggunakan Daya perangkat lunak (Erdfelder, Faul, & Buchner, 1996) dengan efek ukuran 25, statistik.7, alfa tingkat dari .05. peneliti memililih peserta dengan menggunakan teknik email pesan . mengirim pesan untuk potensi,sekali mereka selesai, peneliti melakukan survei. 56 sarjana siswa dari perguruan tinggi dari pendidikan di Thailand berpartisipasi dalam belajar. dari ini peserta, 79 (50,6 %) perempuandan 77 (49.4 %) laki-laki. mereka usia berkisar dari 18 sampai 35 tahun dengan sebuah berarti usia dari 21,96 (SD = 2.38) tahun. itu yang berpartisipasi tergolong diri sebagai: ketiga tahun (21,8%), keempat tahun (21,8%), pertama tahun (20,05%), kedua tahun (20,05%), dan kelima tahun (11,5%). itu peserta ' kemandirian


(20)

10

belajar : pendidikan teknologi (36,5%), asing bahasa pengajaran (15,4%), ilmu pengajaran (5,1%), bahasa pengajaran (1,9%), matematika pendidikan (1,9%), kesehatan dan fisik pendidikan (0,6%), awal masa kanak-kanak pendidikan (0,6%), sosial studi (3,2%), dan lain (34,6%).

Penelitian (Rouf 2011) penelitian pada kampus sedney. Sebanyak 141 (83%) menyelesaikan soal sendiri. 95% dari responden setuju bahwa "membaca dan merevisi karya mereka sendiri membantu siswa untuk mengembangkan konsep yang lebih baik dan retensi pengetahuan "yang terkait dengan konten kemandirian belajar. Dan lebih dari 91% peserta sepakat bahwa mempersiapkan komprehensif secara online kemandirian belajar. keterlibatan mereka dengan konten kemandirian belajar Sekitar 94% dari responden. sistem ujian online yang kemandirian belajarnya memberi mereka fleksibilitas untuk bekerja dengan kemandirian belajar pada waktu yang tepat dan selanjutnya 86% setuju bahwa sistem baru kemandirian belajar. penilaian mengurangi stres mereka terkait dengan memenuhi kerangka waktu untuk penyerahan mingguan. Lebih dari 91% responden juga sepakat bahwa kuis online yang selaras terkait hasil belajar dan hasil yang cepat memberi mereka cukup waktu untuk mendiagnosa kebutuhan belajar mereka sendiri. Siswa mengambil inisiatif untuk meningkatkan konsep kemandirian belajar oleh menggunakan sumber daya serta bantuan dari rekan rekan dan guru. Sekitar 94% peserta didik sepakat bahwa menggunakan sumber daya yang disediakan dan mengambil bantuan / bantuan dari rekan-rekan (89%) dan guru (76%). Dan terakhir, lebih dari 94 persen responden


(21)

11

sangat mendukung bahwa SDL merupakan komponen unit kontribusi perkembangan mereka sebagai pembelajar mandiri.

Dari beberapa penelitian terdahulu perbedaan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan self directed learning siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum.

Dari penelitian terdahulu penelitian ini menekankan pada seberapa besar kemandirian belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang asli, dalam arti tidak meniru atau mengulang penelitian pihak lain


(22)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Self Directed Learning

1. Pengertian Self Directed Learning

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu(Rusman, 2012,1). Kegiatan pembelajaran disekolah dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa, untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar maka peserta didik harus mengetahui tujuan yang dipelajarinya, mengetahui materi yang akan di pelajarinya, metode yang digunakan dan mengevaluasi hasil belajarnya.

Menurut Long (dalam Bath & Kamath, 2005) self directed learning adalah proses mental yang biasanya disertai dan didukung dengan aktivitas perilaku yang meliputi identifikasi dan pencarian informasi. Dalam self directed learning, pelajar secara sengaja menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang tujuan dan usaha mereka sehingga mereka sendiri yang menjadi agen perubahan dalam belajar.

Menurut Mourice (2002), Self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed


(23)

13

tugas, untuk mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap harinya, bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak terjadi atau tidak muncul.

Dalam kajian psikologi pendidikan self directed learning diistilahkan dengan kemandirian belajar,Menurut Merriam dan Caffarella (dalam Tarmidi dan Rambe, 2010) menyataka bahwa kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pembelajarannya. Siswa di tuntut untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggung jawabkan segala perbuatannya.

Menurut Knowles (dalam Prabjandee dan Intachot 2013) self directed learning suatu proses di mana individu mengambil inisiatif, atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya manusia dan material untuk belajar, memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar.


(24)

14

“Self direted learning is any increase in knowledge, skill, accomplishement, or personal development that an individual select and brings about by his or her own efforts using any method in any circumstances at any time.” SDL adalah kemampuan belajar meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, prestasi, atau mengembangkan dengan usahanya sendiri dan dipilih sendiri oleh individu dan menggunakan metode apapun menurut dirinya sendiri dalam keadaan setiap saat (Mourice, 2002).

Menurut Usman (dalam Elfira, 2013) siswa merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya yang memiliki potensi,minat, bakat, dan kreativitas yang semuanya itu dikembangkan ke arah kemandirian, sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih efektif. Salah satu kemandirian adalah kemandirian dalam belajar. Kenyataannya kemandirian dalam belajar belum dimiliki oleh banyak pelajar. Guru di sekolah mengatakan bahwa pelajar sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru bergerak kalau dipukul dengan martil. Membaca buku pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru maka buku buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak dibaca.

Kemandirian menurut istilah yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Prayitno (dalam Elfira : 2013) menyatakan bahwa kemandirian belajar merupakan kondisi pribadi yang telah mampu memperkembangkan pancadaya kemanusiaan bagi tegaknya hakikat manusia pada dirinya sendiri dalam bingkai dimensi kemanusiaan. Siswa yang mandiri adalah siswa yang mampu mewujudkan kehendak atau realisasi diri tanpa bergantung dengan orang lain. untukdapat menjadi mandiri seseorang perlu memahami dan menerima


(25)

15

diri secara objektif, positif dan dinamis, memahami dan menerima lingkungansecara objektif, positif dan dinamis, mampumengambil keputusan, mengarahkan diri sendiri,serta mewujudkan diri sendiri. Sama halnya dengan kemandirian dalam belajar, siswa mampu menerima diri dan lingkungan, berani mengambil keputusan dalam belajar, mengarahkan dirinya sesuai denga tujuan yang telah ditetapkan serta mewujudkan diri sendiri untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya.

Menurut Moore (dalam Keegan dalam Rusman, 2012) Kemandirian peserta didik adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan dan pengalaman belajar serta evaluasi pembelajaranya. di setiap sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berperan dalam menentukan tujuan, memilih isi pelajaran, dan cara mempelajarinya, bahka peserta didik juga diberi kesempatan untuk ikut menentukan cara dan kriteria evaluasinya.

Menurut Hiemstra dan Brookfield (dalam Wiiliamsoon 2007) self directed

learning adalah suatu proses dimana peserta didik bertanggung jawab untuk

perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan diharapkan bekerja secara mandiri atau dengan orang lain, dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran yang dilakukan orang dewasa lebih bersifat self directed learning yaitu pembelajaran yang diarahkan oleh dirinya sendiri sesuai dengan minat dan tujuanya, Tapi self directed learning juga bisa diterapkan pada setiap umur. Self

directed learning akan menjadi sumber dinamika bagi para guru dalam melakukan


(26)

16

ini, maka para guru dapat membuat perencanaan pembelajaran secara lebih terarah sesuai dengan potensi dan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran seperti ini menuntut adanya kemandirian, disiplin diri, kemampuan dalam manajemen waktu, kreativitas dalam memilih strategi pembelajaran, kerjasama dengan berbagai pihak, kompetensi komunikasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Surya 2012, 246)

Menurut Khosun Self-direction learning (2011), “diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata”.Self Direted Learning adalah kegiatan belajar yang dilakukan dengan sadar tanpa paksaan orang lain dan disertai

adanya tanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu.

(Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Garrison tahun 1997, Schilleref tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003 ternyata self direted learning juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata lain, self directed learning sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa.

Self directed learning adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Pencapaian kompetensi sebagai


(27)

17

tujuan belajar, dan cara penyampaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri. Disini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.

Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yg semakin pesat membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri, khususnya dalam mengakses informasi–informasi pendidikan. Siswa harus dapat mengetahui bagaimana belajar yang baik, bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif secara mandiri ketika kesempatan tersedia. Siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat mempersiapkan dirinya dalam memasuki dunia baru (Gibbons, 2002).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini Self Directed Learning didefenisikan sebagaimana menurut williamsoon (2007) sebagai suatu proses dimana peserta didik bertanggung jawab untuk perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan diharapkan bekerja secara mandiri atau dengan orang lain, dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


(28)

18

2. Komponen Self Directed Learning

Komponen Self Directed learning menurut Williamsoon (2007) adalah :

1. Awarness: kesadaran yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik

tentang faktor-faktor yang diperlukan untuk menjadi pembelajar mandiri.

2. Learning strategies : macam-maam strategi pembelajaran yang harus di

adopsi peserta didik agar untuk menjadi pembelajar mandiri.

3. Learning activities : kegiatan belajar peserta didik harus secara aktif terlibat untuk menjadi pembelajar mandiri.

4. Evaluation : kemampuan peserta didik memantau kegiatan belajar

mereka.

5. Interpersonal skill : ketrampilan peserta didik untuk mengetahui

hubungan interpersonal yang dibutuhkan untuk menjadi pembelajar mandiri.

Kemampuan Self Directed Learning dalam Williamsoon (2007) tersebut selanjutnya digunakan sebagai indikator pengukuran dalam Skala. Komponen Self direted learning meliputi 5 komponen yaitu kesadaran diri, macam strategi, kegiatan belajar siswa aktif, mengevaluasi hasil belajar, dan ketrampilan peserta didik.


(29)

19

3. Faktor – faktor yang mendukung Self Directed Learning

Hasbullah (dalam Tarmidi dan Rambe : 2010) faktor yang mempengaruhi Self Directed Learning digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi :

1. Potensi Intelektual Kecerdasan : kemampuan berpikir secara rasional , dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantanagan.

2. Motivasi : dibutuhkan siswa untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Motivasi belajar membuat siswa lebih efisien mengatur waktu dan efektif dalam belajar Cobb ( dalam Agus Akhmadi, 2012)

3. konsep diri: mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya dan intuisi

4. Minat: keinginan belajar dari diri sendiri

Sedangkan faktor eksternal meliputi : sarana prasarana, guru, orangtua. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa salah satu fakto internal yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kemandirian belajar yang dimiliki siswa.

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi Self Directed learning, potensi (kecerdasan) ini salah satunya. Kecerdasan intelektual mempengaruhi 20 % saja sedangkan 80% lainya dari kecerdasan emosional.


(30)

20

Kecerdasan emosional sendiri adalah dimana kemampuan yang meliputi empati, memahami perasaan, mengendalikan amarah, ke mandirian, menyesuaikan diri, memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetia kawanan, ke ramahan dan sikap hormat. Jika peserta didik dapat mengendalikan ke dua ini antara Kecerdasan Emosional dan self directed learning maka kemandirian siswa akan terbentuk dengan baik apabila siswa mempunyai kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan juga kemampuan secara sosial.

4. Tahapan Self Directed Learning

Menurut Gibbons (2002) aktivitas dan program self directed learning berdasarkan tahapan yang menjadi elemen penting dalam self directed learning, yaitu :

a. Siswa berpikir secara mandiri

Pada tahap ini, ruangan kelas dengan metode belajar teacher directed learning, dengan instruksi guru dan aktivitas siswa secara langsung, berubah menjadi mengarahkan siswa yang sebelumnya tergantung pada pemikiran guru menjadi tergantung pada pemikiran diri mereka sendiri. Guru berubah dari yang sebelumnya menjelaskan menjadi menanyakan, dan dari yang sebelumnya memberikan instruksi menjadi memberikan bimbingan, mengajarkan siswa untuk berpikir dan menemukan diri mereka sendiri. Pada pendekatan ini hasil program menjadi pertanyaan untuk diinvestigasi, dipikirkan dan dipertanyakan.


(31)

21

Dalam belajar memanajemen diri, guru mengubah program menjadi paket belajar dimana siswa dapat bekerja dengan cara mereka dengan langkah mereka sendiri. Paket belajar dapat mengambil banyak bentuk tetapi semuanya menjelaskan pada siswa tentang apa yg dipelajari, bagaimana mereka harus belajar, dan apa yang harus mereka lakukan untuk membuktikan bahwa mereka telah menyelesaikan satu paket dan siap untuk melangkah ke paket selanjutnya.

Paket dapat menggunakan media, menghubungkan siswa pada kesempatan insruksional yang khusus. Dengan kesiapan paket, guru dapat merancang sebuah program untuk mengajarkan siswa keahlian yang mereka butuhkan untuk menyelesaikannya : mengatur tujuan, penjadwalan waktu, dan mengorganisasikan usaha belajar mereka. Setiap paket harus meliputi sebuah arti dari penilaian, yang dikelola diri sendiri atau peran guru dalam memonitor secara rutin. Pembelajaran dilengkapi; aspek dari kemandirian belajar meliputi kemampuan siswa untuk mengatur aktivitas belajar mereka secara efektif.

c. Belajar perencanaan diri

Dalam belajar perencanaan diri, siswa memutuskan sendiri bagaimana mereka mencapai hasil program yang ditetapkan. Seolah-olah mereka menulis panduan belajar sendiri dan mengikutinya. Setiap siswa merancang rencana sendiri, sebagai rencana yang berbeda. Keanekaragaman ini memerlukan dua perkembangan program yang utama : guru harus memperkenalkan berbagai cara untuk belajar dan mengatur pilihan belajar untuk menempatkan cara-cara ini untuk bekerja.


(32)

22

Dengan pemilihan program, guru berperan untuk mengembangkan sebuah program yang mengajarkan siswa bagaimana menemukan kekuatan mereka, merencanakan aktivitas belajar mereka, menyusun sumber mereka sendiri, dan memberikan inisiatif sendiri. Ketika rencana belajar siswa terbuka, mereka sering melibatkan pengalaman yang konkret sebagai investigasi, dan sering mengarahkan siswa menyelesaikan aktivitas produktif mereka, kombinasi dari pengalaman, belajar, dan tindakan.

d. Self directed learning

Dalam self directed learning, siswa memilih hasil belajar mereka sendiri, mereka memutuskan apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya. Mereka mendesign aktivitas mereka sendiri dan menulis proposal yang menjadi perjanjian dengan guru dan yang lain tentang apa yang akan mereka capai, jadwal yang harus mereka ikuti, dan level keunggulan yang akan mereka cari. Guru membuat kerangka untuk memutuskan, sebuah dukungan untuk membimbing kemajuan siswa, dan prosedur untuk diikuti.

Siswa membutuhkan dukungan, feedback, dan bantuan untuk berhasil dalam self directed learning. Itu diberikan lewat dukungan sosial dari teman sebaya, ataupun pertemuan dengan guru. Dalam self directed learning, motivasi menjadi kritis, siswa harus menemukan inti minat yang menjanjikan dan mengejar secara antusias nilai-nilai dan janji mereka untuk masa depan.


(33)

23

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Feldem (dalam Hamzah 2006) kecerdasan merupakan kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan mengunakan sumber sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau berpikir logis, dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber yang ada.

Goleman ( dalam Mu’tadin , 1997) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Setiap individu mempunyai kemampua lebih untuk memotivasi dirinya sendiri, kuat dalam menghadapi kegagalan, dapat mengendalikan emosi, serta mengelola keadaan jiwanya sehingga individu tersebut dapat berfikir positif.

Goleman (2002 ) menyebutkan emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Emosi pada diri masing-masing individu adalah sifat pendororng untuk bertindak, jika setiap individu tidak dapat mengendalikanya maka emosi tersebut menjadi emosi negatif begitupun sebaliknya.


(34)

24

Beberapa detail fisiologi bentuk emosi yang diungkapakn oleh Goleman (2002) adalah sebagai berikut:

a. Amarah

Ditunjukkan dengan detak jantung yang meningkat, hormon adrenalin yang meningkat membangkitkan gelombang energi yang kuat untuk melakukan tindakan.

b. Ketakutan

Ditunjukkan seperti wajah pucat, langkah kaki yang cepat, tubuh membeku, menimbulkan reaksi untuk bersembunyi, bersikap waspada dan siap bertindak pada ancaman yang dihadapi.

c. Kebahagiaan

Kebahagiaan dimulai dengan meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negative dan meningkatkan energy, menenangkan perasaan. Hal ini akan berpengaruh pada kesiapan dan antusiasme menghadapi tugas-tuga dan berjuang mencapai sasaran.

d. Cinta

Merupakan perasaan kasih sayang, keadaan menenangkan, puas sehingga mudah untuk bekerja sama.

e. Terkejut

Reaksi yang dapat disebabkan oleh banyaknya informasi tentang peristiwa yang tidak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana rancangan tindakan yang terbaik.


(35)

25

f. Jijik

Rasa jijik diungkapkan dengan bibir atas mengerut, menutup hidung terhadap bau atau meludah.

g. Rasa sedih

Merupakan respon dalam menyesuaikan diri akibat kehilangan yang menyedihkan seperti kematian atau kekecewaan. Kesedihan biasanya menurunkan energy dan semngat hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari terutama kegiatan perintang waktu dan kesenangan.

Cooper dan Sawaf (dalam Agustian, 2001) mendefinisikan kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. kecerdasan emosional merupakan Kesadaran diri mengetahui apayang kita rasakan suatu saat dan menggunakannyauntuk mengambil keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realitas atas kemampuan diri dan kepercayaandiri yang kuat.

Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan kecerdasan emosional adalah kemampuan diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat. Menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, serta kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain. (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial).


(36)

26

2. Komponen Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi atau emotionalintelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Slovey dan Mayer mendifinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Dalam penelitian ini kecerdasan emosional mengacu pada konsep goleman (2002,2005) sebagai kemampuan untuk menanggapi emosi dengan tepat, dengan ditandai dengan

1. Mengenali emosi diri :

Mengenali emosi diri merupakan kemampuan dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan ini mempunyai peranan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Hal penting yang perlu dipahami dalam kemampuan mengenali emosi diri meliputi kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti, percaya diri.

2. Mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan menghibur dirinya sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya ketrampilan emosional dasar ini. Mengelola emosi meliputi kendali diri, sifat dapat di percaya, kewaspadaan, adaptibilitas, inovasi.


(37)

27

3. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujua adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri , dan untuk berkreasi. Kemampuan memotivasi diri sendiri meliputi dorongan prestasi , komitmen, inisiatif, optimisme.

4. Mengenali emosi orang lain (Empati )

Kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “ketrampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Kemampuan Empati meliputi memahami orang lain, mengembangka orang lain, mengatasi keberagaman, kesadaran politis.

5. Membina hubungan

Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan ini merupakan ketrampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Membina hubungan meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan , manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim.


(38)

28

3. Faktor – faktor Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman ( dalam Casmini, 2007) ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang timbul dari dalam individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigadala, neokorteks, sistem limbic, lobus prefrontal dan hal lain yang ada pada otak emosional.

b. Faktor eksternal

Merupakan faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan ataupun kelompok. Pengaruh dari luar juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa maupun media elektronik.

4. Arti Penting Kecerdasan Emosi pada Siswa

Agus Effendi (2005) mengungkapkan perlunya kecerdasan emosi bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak dan naluri moral. Sikap etik dasar dalam kehidupan berasal dari kemampuan emosi yang melandasinya. Dorongan hati merupakan medium emosi. Benih semua dorongan adalah perasaan. Dan perasaanlah yang memunculkan diri dalam bentuk tindakan. Emosi negatif akan melahirkan tindakan yang negatif, sebaliknya emosi yang positif akan melahirkan tindakan yang positif pula.


(39)

29

Pentingnya kecerdasan emosi seperti dikemukakan oleh Goleman (1998)

“…Saat-saat ketika jalinan masyarakat tampaknya terurai semakin cepat, ketika sifat mementingkan diri sendiri, kekerasan dan sifat jahat tampaknya menggerogoti sisisisi baik kehidupan masyarakat kita. Di sini, alasan untuk mendukung perlunya kecerdasan emosi bertumpu pada hubungan perasaan, watak, dan naluri moral. Semakin banyak bukti bahwa sikap etik dasar dalam kehidupan berasal dari kemampuan emosional yang melandasinya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seseorang yang dikuasai dorongan hati, kurang memiliki kendali diri akan buruk dalam pengendalian moral. Kemampuan mengendalikan dorongan hati merupakan basis kemauan dan watak. Dengan cara yang sama, cinta sesama terletak pada empati, yaitu kemampuan membaca penderitaan orang lain. Apabila ada dua sikap yang dibutuhkan pada zaman sekarang, maka sikap yang tepat adalah kendali diri dan kasih sayang.

Tingkat emosi dapat menghambat atau mempertinggi kemampuan kita untuk berpikir dan merencana, untuk mengejar latihan-latihan demi sasaran jangka panjang, untuk menyelesaikan permasalahan dan semacamnya, emosi-emosi itulah yang menentukan batas kemampuan kita untuk memanfaatkan kemampuan mental bawaan, dan dengan demikian menetukan keberhasilan kita dalam kehidupan. Dalam artian ini, kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama, kemampuan secara mendalam mempengaruhi semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun menghambat kemampuan-kemampuan itu (Goleman, 2005).


(40)

30

C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Self Directed Learning

Hasbullah (dalam Tarmidi dan Rambe : 2010) faktor yang mempengaruhi Self direted learning digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari bakat, potensi intelektual kecerdasan) dan potensi pertumbuhan tubuhnya, serta jenis kelamin. Faktor eksternal merupakan semua keadaan yang berasal dari luar dirinya, atau yang sering disebut faktor lingkungan. Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa kecerdasan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap self directed learning.

Menurut Goleman (2005) peran IQ dalam mempertimbangkan keberhasilan prestasi belajar hanya dua 20%. Selain itu yang 80% dipengaruhi oleh faktor lain,

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan memahami dan mengelola potensi diri serta berinteraksi dengan lingkungan luar. Maka secara langsung IQ dapat mempengaruhi kemandirian belajar. Karena dengan memiliki kecerdasan emosional dapat memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Intelegensi atau tingkat kecerdasan emosional seseorang berperan penting terhadap kemandirian dan keberhasilan belajar seseorang. Namun Intelegeasi bukan merupakan satu-satunya faktor penentu, melainkan salah satu faktor dari sekian banyak faktor. Faktor ini termasuk didalamnya kecerdasan emosional.


(41)

31

D. Kerangka Teoritis / Landasan teoritis

Menurut knowles (dalam prabjandee dan intachot 2013) self directed learning suatu proses di mana individu mengambil inisiatif, atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi sumber daya manusia dan material untuk belajar, memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil belajar. Self directed learning merupakan unsur penting dalam setiap belajar dan jelas dalam memperbaiki mutu karena menyangkut inisiatif pelajar. Ditambah lagi, kemandirian adalah suatu sikap yang diperlukan dalam masyarakat maupun dunia usaha dan dunia kerja selain di sekolah. Belajar mandiri sejak di sekolah merupakan persiapan untuk kecerdasan emosional (Goleman, 2005)

Slovey dan Mayer (dalam Goleman 2005) Mendifinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan mengembangkan motivasi diri sendiri, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi itu sangat diperlukan. Kecerdasan


(42)

32

intelektual tidak dapat berfungsi baik tanpa partisipasi pengahayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi merupakan kunci keberhasilan belajar siswa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi berperan dalam membentuk Self directed learning pada siswa. Adanya kecerdasan emosi akan membuat siswa mempunyai kecakapan pribadi mengenali diri sendiri sehingga dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami. Kecerdasan emosi juga akan membentuk kemampuan siswa untuk mengelola emosi (menyalurkan emosi di bidang yang positif) memotivasi untuk giat belajar, tanpa mengabaikan sikap empati pada orang lain.

Berdasarkan literatur-literatur yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis / landasan teoritis yang di uraikan sebelumnya maka hipotesis yang dapat dirumuskan yaitu, “ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Self Directed Learning pada siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum.

Self Directed Learning Kecerdasan


(43)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional

a. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, korelasi digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable- variabel yang digunakan penelitian ini adalah

Variabel (X) : kecerdasan emosional Variabel (Y) : Self directed learning

b. Definisi operasional

1. Self Directed Learning

Dari berbagai pengerian SDL, SDL diartikan sebagai kemampuan belajar aktif siswa menentuka tujuan, bahan dan mengevaluasi sendiri hasil belajarnya, untuk menggali data kemandiria belajar dalam penelitian ini menggunakan 5 indikator diantaranya kesadaran diri, strategi pembelajaran, kegiatan belajar, mengevaluasi belajar, kontrol diri.


(44)

34

2. Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian kecerdasan emosional di definisikan sebagai kemampuan diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat. Untuk menggali data kecerdasan emosional dalam penelitian ini menggunakan beberapa indikator :

a. Mengenali emosi diri sendiri b. Mengelola emosi

c. Memotivasi diri sendiri d. Mengenali emosi orang lain, dan e. Membina hubungan

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari obyek penelitian (Noor,2011) dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum Glagah Lamongan dengan jumlah 114 siswa. Kelas X siswa laki 10 dan siswa Perempuan 27, kelas XI laki-laki 0 dan siswa Perempuan 37, XII siswa laki-laki-laki-laki 15 dan siswa Perempuan 28. Alasan mengapa sekolah MA Bustanul Ulum ini yang dipilih sebagai penelitian adalah sesuai observasi peneliti masih banyak siswa siswi yang di kelas membuat


(45)

35

gaduh, banyak yang tidak mengerjakan PR, waktu UTS dan UAS banyak yang menyontek, jika disuruh maju ke depan menunggu perintah dari guru.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan dijadikan obyek penelitian. Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Rianse dan Abdi, 2009).

Menurut Arikunto (2010) ”penentuan pengambilan sample sebagai berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya kebih besar dari 100 dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 55% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.

3. Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.

Dari jumlah populasi siswa-siswi MA Bustanul Ulum sebanyak 114 siswa maka jumlah responden yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini sebanyak 30% dari populasi 34 siswa. karena sampelnya 34 maka di ambil dari kelas XI MA Bustanul ulum sebanyak 37 siswa.


(46)

36

3. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penilitian ini adalah menggunakan teknik pengambilan sampling non probability sampling design yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2010) yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Adapun pertimbangan untuk menjadi sampel sebagai berikut: (1) siswa siswi MA Bustanul Ulum (2) siswa siswi kelas XI MA Bustanul Ulum

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi kuesioner atau seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2001). Skala Pengukuran untuk semua indikator pada masing-masing variabel dengan menggunakan skala Likert (skala 1 sampai dengan 4) dimulai dari Sangat Tidak Setuju (STS) sampai dengan Sangat Setuju (SS). Skala pengukuran ini berarti bahwa jika nilainya semakin mendekati 1 maka berarti semakin tidak setuju. Sebaliknya, jika semakin mendekati angka 4 berarti semakin setuju.

Skala ini ada yang mengandung sikap favorable (mendukung) dan ada juga

unfavorable (tidak mendukung). Untuk itu menentukan skor terhadap jawaban


(47)

37

1. Skala self directed learning

Skala ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya Self Direted Learning. Data yang diperoleh dari skala yang mengukur Self Directed Learning. Alat ukur ini di buat berdasarkan pada kajian teoritis dan mengacu pada pendapat williamsoon (2007) yang dikategorikan menjadi lima wilayah yaitu awarness, learning strategi, learning activities, evaluation dan interpersonal skil

Tabel 1.

Blue Print self directed learning

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jml

1 Awarness Menyiapkan

kebutuhan

belajarnya sendiri

1,30,55 16,22 16

Merencanakan pembelajaran untuk

meningkatkan pengetahuan dirinya sendiri

11,44,58 3,41,50

Menggali

informasi dari berbagai sumber

6,23,53 26,49

2 Learning strategies Metode yang

digunakan kompleks


(48)

38

Menciptakan gaya belajar lebih efektif dan aktif.

12, 35 17,24

3 Learning activities: Menentukan

tujuan

pembelajaranya

19,37 5, 31,54 14

Memilih sumber belajar sendiri

14, 32 8,39

Melakukan

kegiatan belajar secara mandiri

27,38,51 13,46

4 Evaluation, Menilai sendiri

hasil belajar sebelum di instruksi

4, 34,56 18, 33 10

5 Interpersonal skill : Bertanggung jawab tentang pembelajarnya sendiri

2,42,48 20,28 16

Mampu

mengidentifikasi peranya dalam kelompok

10, 43 15,40,60

Interaksi dengan teman kelompok merencanakan pembelajaranlebh lanjut

21,36,57 9,29,52


(49)

39

2. Skala kecerdasan emosinal

Skala ini digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kecerdasan emosional. Data yang diperoleh dari skala yang mengukur kecerdasan emosional subyek. Alat ukur ini di buat berdasarkan pada kajian teoritis dan batasan konseptual serta batasan opersional pada 5 aspek menurut Goleman yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.

Tabel 2.

Blue Print Kecerdasan Emosional

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jml 1 Mengenali emosi Kesadaran emosi 1, 28 35,61 12

penilaian diri secara teliti

12, 49 43,62

percaya diri 8,63 39,64

2 Mengelola emosi pengendali diri 16, 34 41,65 20 sifat dapat di

percaya

24, 56 9, 60

kewaspadaan, 20,66 29,67

adaptibilitas, 4,68 37,69

inovasi. 18,70 15,71

3 Memotivasi diri sendiri

dorongan prestasi 30, 58 23,72 16


(50)

40

inisiatif, 44,75 19,74

optimisme. 2,48 27, 54

4 Mengenali emosi orang

lain(Empati)

Memahami orang lain

32,76 11,77 16

mengembangkan orang lain,

6,79 21,78

mengatasi keberagaman,

14, 46 25,51

kesadaran politis. 53,80 17,81 5 Membangun

hubungan

komunikasi 38, 59 3,82 24

kepemimpinan, 40,83 7, 57 Katalisator

perubahan

55,84 45,85 pengikat jaringan, 26,42 31,47 kolaborasi dan

kooperasi

22,86 13,87 dan kemampuan

tim.

10, 50 33,88


(51)

41

D. Validitas dan Reliabilitas data

1. Vliditas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Pada penelitian ini menggunakan validitas Isi, validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement. (Azwar, 2007).

Alat ukur self directed learning dengan keputusan pembelian diuji validitasnya dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows release 16,0. Validitas menyatakan derajat kesesuaian antara kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dengan kondisi di lapangan. Penilaian kevalidan masing – masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pertanyaan (Azwar, 2005).

Biasanya digunakan batasan corrected item-total correlation > 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya bedanya dianggap memuaskan, item yang memiliki harga corrected item-total correlation kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah.


(52)

42

Tabel 3.

Hasil validitas self directed learning

Berdasarkan analisa validitas self directed learning, aitem dengan menggunakan teknik uji daya beda maka terdapat 21 aitem yang valid (diterima) yaitu 6,7,8,16,17,18, 19,23,24,26,27,28,31,29,44,45,49,50,52,55, dan 59. Sedangkan aitem nomer tidak valid (gugur) yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 20, 21, 22, 25, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41 , 42, 43, 46, 47, 48, 51, 53, 54, 55,57,58,60.Aitem yang valid dengan menggunakan teknik uji daya beda dengan koefisien korelasi aitem totalnya lebih dari 0.30, Dengan kata lain aitem ini memiliki daya diskriminasi yang tingi. Hasil validasi self direted learning dapat dilihat pada lampiran.


(53)

43

Tabel 4.

Hasil validitas kecerdasan emosional

Berdasarkan analisa validitas keerdasan emosional , aitem dengan menggunakan teknik uji daya beda maka terdapat 41 aitem yang valid (diterima) yaitu 1, 2, 6, 8, 9, 10, 13, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 30, 33, 34, 40, 41, 42, 46, 47, 48, 51, 52,54,55,57,58,59,60,61,66,72,73,75,77,78,79,82,84,87 Sedangkan aitem nomer tidak valid (gugur) yaitu nomor 3, 4, 5, 7, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 25, 27, 28, 29, 31,32, 35, 36, 37, 38, 39, 43, 44, 45, 49, 50, 53, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 74, 76,80,81,83,85,86,88. Aitem yang valid dengan menggunakan teknik uji daya beda dengan koefisien korelasi aitem totalnya lebih dari 0,30. Dengan kata lain aitem ini memiliki daya diskriminasi yang tinggi, Hasil validasi kecerdasan emosional dapat dilihat pada lampiran.


(54)

44

2. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Semakin tinggi koofisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.

Pada dasarnya suatu alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran dengan konsisten, relibilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif konsiten, maka alat ukur tersebut reliabel (Singarimbun dan Efendi, 2006). Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel (Azwar, 2010).

Tabel 5.

Reliabilitas Self directed Learning Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items


(55)

45

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. hal ini berarti ke 21 pertanyaan tersebut dapat dinyatakan memiliki nilai reliabilitas yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 6.

Reliabilitas kecerdasan emosional Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

.618 .732 41

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. hal ini berarti ke 41 pertanyaan tersebut dapat dinyatakan memiliki nilai reliabilitas yang baik dan layak untuk digunakan dalam penelitian.


(56)

46

E. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi

spearmen sumber data kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) yang

dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal (Muhid,2010).

Korelasi spearmen yaitu, analisis hubungan antara Kecerdasan Emosional sebagai variabel bebas dengan Self Directed Learning variabel terikat. Teknik analisis spearmen digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Kecerdasan Emosional dengan Self Directed Learning dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.


(57)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

A. Deskripsi Subyek

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Bustanul ulum

MA Bustanul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat menengah atas yang diselenggarakan oleh yayasan pondok pesantren Bustanul ulum yang berdiri tahun 1972, dibawah pengelolaan lembaga pendidikan Ma’arif Nadhotul Ulama (NU). Lembaga ini didirikan sebagai tindak lanjut jenjang pendidikan yang telah ada, yakni Madrasah Tsanawiyah Bustanul Ulum disamping sebagai jembatan bagi masyarakat tanggungan yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih atas dengan tambahan pelajaran agama.

Sejarah berdirinya pondok pesantren Bustanul Ulum glagah Lamongan adalah yang mendirikan pertamakali adalah kyai Abdul khohar dengan perjuangan beliaulah pada tahun 1912 yang bernama jamiyah taqlim yang kegiatannya di ikuti oleh masyarakat sekitar Glagah, dengan adanya kegiatan tersebut maka masyarakat merasa terbantu dalam hal mempelajari ilmu agama dengan perkembangan zaman maka dengan dibantu masyarakat sekitar maka beliau mendirikan sekolah yang diberinama Ponpes wajib belajar atau setara dengan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1919. Pondok pesantren memiliki 4 lembaga bidang pendidikan formal yaitu :


(58)

48

1. Paud Bustanul Ulum 2. MI Bustanul Ulum 3. MTS Bustanul Ulum 4. MA Bustanul Ulum

5. SMK NU 1 Bustanul Ulum

Pada ajaran baru ini MA Bustanul Ulum di pimpin oleh Abdul Halim SH dengan jumlah siswa seluruhnya 114. Kelas X terdiri dari 37 siswa, XI 37 siswa, XII 40 siswa. Sedangkan jumlah seluruh guru 35 orang, guru tetap yayasan 2 orang, tenaga guru PS DPK 1 .

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Bustanul Ulum

a. Visi

“Terbentuknya generasi muslim yang berakhlakul karimah, beribadah ala ahli sunnah wal jama’ah dan berprestasi akademik dan ketrampilan sesuai dengan tuntutan jaman.

b. Misi

“menjadi lembaga pendidikan yang berkwalitas tinggi dalam hal ke agamaan, ke ilmuan dan ketrampilan.


(59)

49

3. Keadaan Guru dan Siswa MA Bustanul Ulum a. Guru

Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam proses belajar mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di Madrasah Aliyah Bustanul Ulum memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 41 orang, terdiri dari guru sebanyak 35 dan karyawan sebanyak 6.

b. Siswa

Berkenaan dengan kondisi siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar belakang atau background keluarga yang tidak sama.

Tabel 7.

Keadaan siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ulum 2015/2016

No Kelas Rombel L P Jumlah

1. X 1 10 27 37

2. XI 1 - 37 37


(60)

50

B. Deskripsi Hasil Data Penelitian

a. Persiapan Awal

Persiapan awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah mematangkan konsep penelitiannya, melalui bimbingan bersama dosen pembimbing skripsi, peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti, melakukan studi pustaka untuk menelaah teori-teori sesuai tema penelitian, studi penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian untuk menguatkan penelitiannya, menentukan populasi dan sampel penelitian kemudian melakukan perizinan kepada kepala sekolah.

b. Penyusunan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan self direted learning siswa MA Bustanul Ulum glagah lamongan. Dalam menyusun skala tersebut hal yang dilakukan peneliti adalah :

1. Menentukan dimensi kedua variabel berdasarkan teori, variabel self

directed learning memiliki 5 dimensi yang mengacu pada williamsoon

(2007) awarness, learning strategi, learning activities, evaluation dan interpersonal sill. Sedangkan variabel kecerdasan emosional memiliki 5 aspek menurut Goleman yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.


(61)

51

2. Membuat blue print sesuai dimensi

3. Membuat dan menyusun item atau pernyataan yang mencakup pernyataan favorable dan unfavorable

4. Melakukan validasi dengan dosen pembimbing dan teman tema

5. Kuesioner dalam penelitian ini terdapat 41 variabel bebas dan 21 variabel terikat.

c. Skoring Tabel 8.

Skoring dilakukan dengan metode skala likert untuk kedua variabel

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Netral 2

Tidak setuju 1

Sangat tidak setuju 0

d. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di MA Bustanul Ulum Glagah Lamongan. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan surat izin peneliti pada tanggal 25 juli 2015 kepada pihak sekolah. Pada tanggal 27 juli 2015 pihak sekolah memutuskan menerima surat izin peneliti dan penelitian dilakukan pada tanggal 1-7 agustus 2015.


(62)

52

Hasil

Untuk mengetahui hasil penelitian apakah hipotesis dari penelitian ini diterima atau ditolak, maka sebelumnya harus dilakukan uji persyaratan. Terdapat uji prasyarat yaitu uji normalitas. Uji prasyaratan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat diketahui analisa data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik.

a. Hasil uji normality

Tabel 9. Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KECERDASANEMOSIONAL 37 100.0% 0 .0% 37 100.0%

SDL 37 100.0% 0 .0% 37 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. KECERDASANEMOSIONAL .282 37 .000 .807 37 .000

SDL .242 37 .000 .874 37 .001


(63)

53

Dari hasil tes uji normality penelitian hubungan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning pada siswa diketahui bahwa pada kolom

kolmogorov-Smirnova terdapat signifikan Self Directed Learning = 0.00 dan Kecerdasan

Emosional = 0.00 itu tandanya bahwa tes uji normality dinyatakan tidak normal, karena < 0.05.

C. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian yang dilakukan ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Self Directed Learning

Ha : Ada Hubungan antara kecerdasan emosional dengan Self Directed Learning

Hipotesis tersebut akan di uji dengan uji statistik non parametrik, yaitu korelasi “spearmen”, hal ini dikarenakan data dari setiap variabel tidak berdistribusi normal. Jika nilai signifikan p> 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning. Sebaliknya jika nilai signifikan p< 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning (Muhid 2010).


(64)

54

Tabel 10. Uji spearmen

Correlations

Correlations

SDL

KECERDASANE MOSIONAL

SDL Pearson Correlation 1 .963**

Sig. (2-tailed) .000

N 37 37

KECERDASANEMOSIONAL Pearson Correlation .963** 1 Sig. (2-tailed) .000

N 37 37

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlation

Correlations

SDL

KECERDAS ANEMOSIO

NAL Spearman's rho SDL Correlation Coefficient 1.000 .903**

Sig. (2-tailed) . .000

N 37 37

KECERDASANEMOSIONAL Correlation Coefficient .903** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 37 37


(65)

55

D. Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa koefisien korelasi adalah 0,903 dengan signifikansi 0,00. Karena taraf signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan self directed learning pada siswa/siswi MA Bustanul Ulum glagah Lamongan, yang artinya semakin besar X maka semakin besar Y.

Sesuai dengan penelitian menurut Knowles (dalam Prabjance dan intahot,2013) Self Directed Learning suatu proses dimana individu mengambil inisiatif atau tanpa bantuan orang lain dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran, sumber daya manusia dan material untuk belajar. Self directed learning merupakan unsur penting dalam setiap belajar dan jelas dalam memperbaiki mutu karena menyangkut inisiatif pelajar. Kecerdasan emosi berperan dalam membentuk kemandirian belajar siswa. adanya kecerdasan emosi akan membuat siswa mempunyai kecakapan pribadi mengenali diri sendiri sehingga dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami. Kecerdasan emosi juga akan membentuk kemampuan siswa untuk mengelola emosi (menyalurkan emosi di bidang yang positif) memotivasi untuk giat belajar, tanpa mengabaikan sikap empati pada orang lain.


(66)

56

Menurut Goleman (2005) Menyatakan bahwa kecerdasan Intelektual hanya mendukung 20% bagi kesuksesan, sedangkan yang lainya adalah faktor kekuatan-kekuatan lain diantaranya adalah kecerdasan emosional yakni kemampuan mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa kecerdasan emosi memiliki konstribusi dalam mengoptimalkan terwujudnya kemandirian belajar. Oleh karena itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memiliki kemandirian belajar yang baik pula dan sebaliknay siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang rendah akan memiliki kemandirian belajar yang rendah pula.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecerdasan emsoi berperan dalam membentuk kemandirian belajar siswa. kemandirian belajar siswa akan muncul karena adanya kecakapan pribadi siswa yaitu kemampuan untuk mengenali diri sendiri. siswa akan mampu mengatasi berbagai permasalahan belajar yang di alaminnya dan selalu mempunyai kreatifitas dalam memecahkan masalah tersebut.

Goleman (2005) mengungkapkan bahwa aspek mengelola emosi merupakan sikap mengenai perasaan agar dapat diungkapkan dengan tepat, termasuk di dalamnya kemampuan menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan dan kemurungan sehingga dapat bangkit dari kemerosotan hidup. Dapat diartikan bahwa siswa yang dapat mengelola emosi dengan baik akan mampu mengarahkan perilakunya ke dalam kegiatan yang positif, dengan tidak memilih kekerasan sebagai jalan penyelesaian


(67)

57

masalah. Sikap kelola emosi yang baik tanpa kekerasan akan mampu mengarahkan emosi kearah kegiatan positif seperti kegiatan belajar siswa, dengan kelola emosi yang baik siswa akan mampu untuk membentuk komitmen siswa terhadap tugasnya sebagai pelajar sehingga akan membentuk kesadaran dalam kemandirian belajar dan tercapai prestasi belajar maksimal.

Goleman (2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan positifdengan kemandirian belajar, begitu juga komponen yang terdapat dalam variabelkecerdasan emosi, antara lain kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosisecara positif, empati dan membina hubungan. Dari kelima komponen tersebut, komponen “mengelola emosi” memiliki nilai prediksi paling besar terhadap self directed learning.Sehingga guru dapat mengarahkan siswanya untuk dapat mengelola emosi denganbaik di sekolah; meliputi bersikap toleran dengan teman, tidak suka berkelahi, mampu mengendalikan diri, memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri,sekolahdan keluarga.

Bersikap toleran dengan teman dapat dibiasakan dengan menumbuhkan sikap menghargai pendapat teman saat diskusi kelompok, sikap tidak marah jika pendapatnya tidak disetujui dalam diskusi. Guru harus memberikan kesempatan kepada semua siswanya untuk dapat mengungkapkan pendapatnya di kelas tanpa membedakan siswa yang satu dengan yang lain. Sikap mampu mengendalikan diri dan tidak suka berkelahi ditumbuhkan dengan dibuatnya peraturan tata tertib sekolah. Hukuman yang tegas bagi siswa yang berkelahi di sekolah juga dapat menjadi alternatif pilihan. Guru mengarahkan siswa untuk berperilaku aktif dan positif di


(68)

58

sekolah melalui pengembangan bakat-bakat khusus yang muncul pada tahap perkembangan anak-anak masa kelas tinggi sehingga perilaku negatif seperti perkelahian di sekolah dapat dihindari.

Menurut Surya (2012) Self directed learning akan menjadi sumber dinamika bagi para guru dalam melakukan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pribadi dan profesinya. Dengan dinamika ini, maka para guru dapat membuat perencanaan pembelajaran secara lebih terarah sesuai dengan potensi dan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran seperti ini menuntut adanya kemandirian, disiplin diri, kemampuan dalam manajemen waktu, kreativitas dalam memilih strategi pembelajaran, kerjasama dengan berbagai pihak, kompetensi komunikasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Guru dapat meyakinkan siswa bahwa setiapindividu memiliki kemampuan masing-masing. Tidak ada satu siswapun yang bodoh,hanya saja mereka belum paham cara menjadi pandai. Penguatan positif apabila siswamelakukan tindakan yang baik seperti kata-kata “Bagus nak, kamu pintar” akan sangat membantu tumbuhnya perasaan positif pada diri siswa . Perasaan positif terhadap sekolah dapat tumbuh jika sekolah mampu memberikan dukungan fasilitas yang memadai untuk menunjang kemandirian belajar siswa khususnya dan mewujudkan pendidikan yang lebih baik pada umumnya.


(69)

59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan kecerdasan emosional antaraSelf directed learning,.Dari penelitian ini juga dapat dilihat faktor-faktor yang mendukung kemandirian belajar salah satunya adalah potensi kecerdasan emosional.

Berdasarkan hasil analisis uji dengan menggunakan teknik analisis uji korelasi spearmen, pada penelitian ini terlihat bahwa koefisien korelasi adalah 0,903 dengan signifikansi 0,00. Karena signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning pada siswa MA Bustanul Ulum Glagah Lamongan.


(1)

58

sekolah melalui pengembangan bakat-bakat khusus yang muncul pada tahap

perkembangan anak-anak masa kelas tinggi sehingga perilaku negatif seperti

perkelahian di sekolah dapat dihindari.

Menurut Surya (2012) Self directed learning akan menjadi sumber dinamika

bagi para guru dalam melakukan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pribadi

dan profesinya. Dengan dinamika ini, maka para guru dapat membuat perencanaan

pembelajaran secara lebih terarah sesuai dengan potensi dan pengalamannya

masing-masing. Pembelajaran seperti ini menuntut adanya kemandirian, disiplin diri,

kemampuan dalam manajemen waktu, kreativitas dalam memilih strategi

pembelajaran, kerjasama dengan berbagai pihak, kompetensi komunikasi,

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Guru dapat meyakinkan siswa

bahwa setiapindividu memiliki kemampuan masing-masing. Tidak ada satu siswapun

yang bodoh,hanya saja mereka belum paham cara menjadi pandai. Penguatan positif

apabila siswamelakukan tindakan yang baik seperti kata-kata “Bagus nak, kamu

pintar” akan sangat membantu tumbuhnya perasaan positif pada diri siswa . Perasaan

positif terhadap sekolah dapat tumbuh jika sekolah mampu memberikan dukungan

fasilitas yang memadai untuk menunjang kemandirian belajar siswa khususnya dan


(2)

59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan kecerdasan

emosional antaraSelf directed learning,.Dari penelitian ini juga dapat dilihat

faktor-faktor yang mendukung kemandirian belajar salah satunya adalah potensi kecerdasan

emosional.

Berdasarkan hasil analisis uji dengan menggunakan teknik analisis uji korelasi

spearmen, pada penelitian ini terlihat bahwa koefisien korelasi adalah 0,903 dengan

signifikansi 0,00. Karena signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

artinya ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan self directed learning pada


(3)

60

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulam, maka peneliti mengemukakan

saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap self directed learning.

Oleh karena itu para siswa-siswi diharapkan bisa mengendalikan antara

kecerdasan emosional dan self directed learning.

2. Bagi guru

Pada penelitian kecerdasan emosional dengan Self directed learning

mendapat masukan dari guru BK agar penelitian dilakukan pada kelas XI ,

agar para guru mengetahui sejauh mana siswa-siswi bertanggung jawab

untuk belajar.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya bisa menjadikan hasil penelitian ini

sebagai acuan. Selain itu sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti self

directed learning dari segi faktor yang lain dan memperlihatkan waktu

penelitian agar kondisi penelitian baik subyek dan alat ukur dapat


(4)

61

Daftar Pustaka

Agus Akhmadi. (2012). Menumbuhkan Self-Regulated Learning Siswa. Diakses dari

http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/04/menumbuhkan-selfregulated-learning siswa.pdf pada tanggal 30 November 2013, jam 19.45 WIB

Agus Efendi. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Rineka Cipta: Jakarta.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Casmini. 2007 . Emotional Parenting. Yogyakarta: Nuansa Aksara

Peningkatan kemandirian belajar siswa melaui layanan bimbingan kelompok, 2 (1), 279-282

Self directed learning in nurse education : a review of the literatur,43 (1), 62-47

Goleman D. 2005. Kecerdasan emosi untuk mencapai prestasi. Cet.6. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Goleman D. 2000. Emotional Intelligence, Cet.10. (terjemahan) Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta

Goleman D. 2002 Kecerdasan Emosional, Cet.2. (terjemahan) Gramedia Pustakawan

Utama. Jakarta

Gibbon M.2002. The Self Directed Learning Handbook.Library of congress

cataloging-in publication data

Hamzah.2006. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran.Cet 1. PT Bumi Aksara.


(5)

62

Khosun,N. (2011). Kemandirian Belajar. Diperoleh 05 Desember 2012 dari

http://nurkhosun.blogspot.com/2011/05/kemandirian-belajar.html

Mu’tadin Zainun. 2002. MengenalKecerdasan Emosional

RemajaHttp://www.epsikologi.com/remaja/250402.htm.

Muhid A. 2010. Analisis Statistik Spss for Windows. Cet 10. Lemlit IAIN Sunan Ampel Surabaya CV. Duta Aksara Anggota IKAPI

Noor J. 2011. Metodologi penelitian skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiyah.

Kencana medika grup. Jakarta

Self-directed learning Readiness of college students in Thailand, 2 (1), 1-11

Perbedaan kecerdasan emosional ditinjau dari persepsi penerapan disiplin orang tua pada mahasiswa UIEU, 9 (1)

Rianse , Usman dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan ekonomi,

teori-teori aplikasi. Bandung alfabeta

International Journal of biology Eduation. Asessment of sel directed learning by comprehensive online,10 (2), 201-206

Rusman. 2012. Model-model pembelajaran. Cet 5.PT Raja Grafindo Persada.

jakarta1.

Surya M.2012.psikologi guru konsep dan aplikasi. Cet2. Alfabeta Bandung. Bandung

Syah M.2012. psikologi belajar.Cet.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Journal of interactive online learning. A conceptual Model for Understending self directed learning in Online Environment,6 (1), 154-158


(6)

63

Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan SelfDirected Learning pada Siswa

SMA, 37(2), 216 – 223