POLA BIMBINGAN ROHANI ISLAM PADA UNIT BINA ROHANI RUMAH SAKIT ISLAM AHMAD YANI SURABAYA.

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

BAGUS PUTRA BUDIARTO NIM. B73212098

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Bagus Putra Budiarto (B73212098), 2016.Pola Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

Fokus permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pola yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dalam memberikan bimbingan rohani islam terhadap pasien ?. Kemuadian, bagaimana tanggapan pasien terhadap pola Bimbingan Rohani Islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ?

Maka, untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (mix method) yang berfungsi untuk memeriksa fakta dan data mengenai pola Bimbingan Rohani Islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya serta tanggapan pasien akan terhadap proses pemberian bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Kemudian data dan fakta tersebut dianalisis untuk mengetahui pola dan tanggapan pasien terhadap bimbingan rohani islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerepan Bimbingan Rohani Islam di rumah sakit, khususnya rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang telah lama memiliki layanan tersebut. Selain itu, peneliti juga berharap dari penelitian ini bisa memunculkan gagasan baru dalam memberikan bimbingan rohani islam kepada pasien.

Dari data dan fakta yang telah dikumpulkan dan kemudian dianalisis dengan 2 teknik analisis data sehingga sampai pada hasil dan kesimpulan bahwa pola bimbingan rohani islam yang dilakukan unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sudah cukup baik dan variatif. Tidak hanya berhenti pada pasien, karyawan, pengunjung, dan keluarga pasien juga menjadi sasaran penerapan bimbingan rohani Islam. Adapun bila melihat hasil angket, terdapat 18 pasien dari 22 pasien yang menjadi responden beranggapan cukup baik terhadap unit bina rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dalam memberikan Bimbingan Rohani Islam.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Oprasional ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 10

3. Populasi dan Sampel ... 10

4. Jenis dan Sumber Data ... 12

5. Tahap-tahap Penelitian ... 13

6. Teknik Pengumpulan Data ... 14

7. Teknik Analisis Data ... 18

8. Teknik Pemerikasa Keabsahan Data ... 23

G. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam... 26

2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam ... 28

3. Tujuan Bimbingan Rohani Islam ... 30

4. Fungsi Bimbingan Rohani Islam ... 31

5. Metode Bimbingan Rohani Islam ... 32

6. Materi Bimbingan Rohani Islam ... 38


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi BAB III : PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya

1. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Tentang Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 44 2. Visi, Misi, Motto,dan Tujuan Rumah Sakit Islam Ahmad Yani

Surabaya ... 46 3. Pelayanan Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 47 4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya... 49 5. Latar Belakang Keberadaan Bina Rohani di Rumah Sakit Islam

Ahmad Yani Surabaya ... 49 6. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan Bina Rohani Rumah Sakit Islam

Ahmad Yani Surabaya ... 50 7. Struktur Organisasi Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani

Surabaya ... 51

B. Deskripsi Hasil Penelitian Pola Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani Islam Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya

1. Pola Bimbingan Rohani Islam Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 59 a. Layanan dan Prosedur Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam

Ahmad Yani Surabaya ... 59 b. Pelaksanaan Bina Rohani di Rumah Sakit Islam Ahmad Yani

Surabaya ... 72 c. Metode Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani

Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 74 d. Materi Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani

Rumah Sakit Islam Ahamd Yani Surabaya ... 77 2. Tanggapan Pasien Terhadap Proses Pemberian Bimbingan

Rohani Islam yang Dilakukan Oleh Unit Bina Rohani

Rumah Sakit IslamAhmad Yani Surabaya ... 81

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Pola Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya

1. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 85 2. Analisis Metode Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani

rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 86

B. Analisis Tanggapan Pasien Terhadap Pola Bimbingan Rohani Islam Yang Dilakukan Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ... 91


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Populasi ... 10

Tabel 1.2. Sampel ... 12

Tabel 3.1. Struktur Jabatan ... 45

Tabel 3.2. Jam Kunjung ... 46

Tabel 3.3. Persyaratan Menjadi Bina Rohani ... 52

Tabel 3.4. Jam Kerja Bina Rohani ... 70

Tabel 3.5. Data Responden (Pasien) ... 79

Tabel 3.6. Kreteria Tanggapan Pasien ... 80

Tabel 3.7. Hasil Skor Tanggapan Pasien ... 80


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran Data Verbatim

2. Dokumentasi Lapangan 3. Lampiran Buku Saku

4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal dan Penelitian 5. Form Pernytaan Pemberian Bimbingan Rohani 6. Form Permintaan Pelayanan Rohani

7. Lampiran Hasil Rekapitulasi Perhitungan “Angket Tanggapan Pasien Terhadap Bimbingan Rohani Islam Yang Dilakukan unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapatnya konsentrasi baru dalam program studi (Prodi) bimbingan konseling Islam (BKI) yakni konsentrasi komunitas memunculkan beberapa mata kuliah baru yang diantaranya adalah konseling rumah sakit. Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk dijadikan tema peneletian skrispsi sarjana strata 1 (S1). Dalam perjalanan waktu penulis menemukan sebuah konsep yang hampir sama dengan konseling rumah sakit yakni, Bimbingan Rohani. Bimbingan rohani adalah sebuah konsep yang sama dengan konseling rumah sakit, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dalam penerapannya.

Pada tahun 1984 Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO) telah menambahkan, dimensi agama sebagai salah satu dari empat pilar kesehatan yaitu kesehatan manusia seutuhnya meliputi: sehat jasmani/fisik (biologi), sehat secara kejiwaan (psikiatrik/psikologi), sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual (kerohanian/agama). Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan 3 aspek saja yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologi), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial, sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual), yang oleh American Psychiatric Assosiation (APA) dikenal dengan rumusan “bio-psiko-sosio-spiritual.1

1Ilhamsyah,.Sjattar Elly.L, Veni Hadju, Hubungan Pelaksanaan Keperawatan Spritual

Terhadap Kepuasan Spritual Pasien Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar, Keperawatan Spiritual (http://pasca.unhas.ac.id diakses 08 April 2016),hal. 2


(13)

Pada dasarnya manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani adalah bentuk fisik atau lahiriah manusia yang disebut dengan raga. Sedangkan rohani adalah hakekat dan substansi manusia yang sering disebut jiwa atau roh.2 Pendapat lain mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dinamik yang dapat mengalami perubahan dari segi fisiologis maupun psikologis. Al- Qur’an menyebutkan bahwa manusia tidak hanya terdiri dari aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikis (nafsiah) saja, tetapi ada tiga aspek utama dalam diri manusia yaitu aspek jasmaniah yang merupakan keseluruhan organ fisik-biologis, system belajar, dan sistem syaraf.Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas milik manusia, berupa pikiran, perasaan, dan kemauan.Aspek ruhaniah adalah keseluruhan potensi luhur psikis manusia yang memancar dari dua dimensi yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al fitrah.Aspek yang terakhir ini merupakan khas milik psikologi Islami.3

Dari kedua pernyataan diatas bahwa rangkaian tubuh dan perjalanan kehidupan manusia didukung oleh beberapa unsur yang saling berkaitan, apabila salah satu unsur tersebut mengalami gangguan atau tidak terpenuhi kebutuhannya maka yang akan terjadi adalah sakit. Menurut KBBI sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu.4 Sedangkan sakit dapat didefinisikan

suatu keadaan yang disebabkan oleh berbagai macam hal, bisa suatu kejadian,

2 Nurul Aeni ,Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan

Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2008), hal. 1

3Nisa Vira Zumrotun, Bimbingan Rohani Islam melalui Terapi Do’a bagi Pasien Rawat Inap

di RSI NU Demak, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2014), hal 3


(14)

kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh baik fungsi maupun jaringan tubuh itu sendiri.5

Apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada kehidupannya, selain merasa sakit, tidak produktif, dan juga merasa kurang percaya diri .6 Kekurangan kepercayaan diri pada pasien yang sakit akan mempengaruhi terhadap perasaan optimism yang dapat mengganggu proses penyembuhan. Sebab rasa percaya diri (self confident) dan optimis amat perlu bagi penyembuhan suatu penyakit disamping obat-obatan dan tidankan medis yang diberikan.7 Rasa kepercayaan diri dan optimis pasien dapat ditumbuhkan dengan Psikoreligius terapi melalui doa.

Banyak penelitian ataupun riset yang dilakukan oleh para ahli mengenai efek doa atau tindakan religious kepada proses penyembuhan diantaranya, Dr. Dale A Matthews (1996) dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat mengatakan dalam

pertemuan tahunan “The American Psychiartic Association”, antara lain bahwa mungkin suatu saat para dokter akan menuliskan doa pada kertas resep, selain resep obat pada pasien. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli, ternyata 75% menyatakan bahwa komitment agama (doa)

5 Sholeh, Mo, Berobat Sambil Bertobat (Rahasia Ibadah untuk Mencegah dan Menyembuhkan

Berbagai Penyakit), (Jakarta: PT Mizan Publika, 2008),hal.198.

6 Lilhayatis Saadah"Respon Pasien Gagal Ginjal terhadap Pelaksanaan Bimbingan Rohani

Islam di RSI Sultan Agung Semarang, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2013) hal.1

7 Haji Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT


(15)

\menunjukkan pengaruh positif pada pasien.8 Di San Fransisco dilakukan studi terhadap 393 pasien jantung untuk mengetahui sejauh mana efektivitas doa.

Kelompok pasien jantung di bagi 2 kelompok secara acak (random), mereka yang memperoleh terapi doa dan tidak mendapat terapi doa. Hasilnya menunjukan bahwa mereka yang memperoleh terapi doa ternyata sedikit sekali yang mengalami komplikasi, sementara yang tidak banyak timbul berbagai kompikasi dari penyakit jantungnya itu. Selain itu suatu survey yang dilakukan oleh majalah Time dan CNN (1996), juga oleh USA weekend (1996), menyatakan bahwa lebih dari 70% pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang maha Esa dan doa dapat membantu proses penyembuhan,9 sebab dokter yang member obat dan Tuhan yang menyembuhkan.

Bila melihat hasil survey doa yang juga berperan dalam proses penyembuhan, maka bimbingan rohani sangatlah perlu adanya di rumah sakit untuk membantu dokter dan petugas media dalam melakukan proses penyembuhan pasien. Karena tujuan bimbingan rohani di rumah sakit yaitu untuk membantu pasien yang mengalami problem psikis, sosial dan religius yang sebagian besar juga dialami pasien disamping penyakit yang diderita. Layanan bimbingan rohani yang berupa pemberian nasehat, motivasi, sampai pada pemecahan masalah pribadi pasien diharapkan dapat mengatasi problem-problem di luar jangkauan medis sehingga pada

8 Haji Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT

Dana Bhakti Prima Yasa, 1999), hal .478.

9 Haji Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT


(16)

akhirnya pasien dapat mencapai kesehatan yang menyeluruh baik dari aspek fisik, psikis, sosial maupun religius serta diharapkan dapat menciptakan loyalitas pelanggan untuk komunitas beragama.10

Dalam mekanisme kerja bimbingan rohani, bertugas mendatangi bangsal-bangsal rumah sakit dengan memberikan dorongan moral, motivasi, pendidikan agama, doa dan mengetahui sejauhmana perkembangan pasien dalam proses penyembuhan.11 Selain hal di atas, dalam melaksanakan bimbingan rohani terdapat

metode dan materi yang digunakan yakni, metode komunikasi langsung (metode langsung), metode komunikasi tak langsung (metode tak langsung) dan materi yang disampaikan meliputi ajaran agama sesuai dengan keyakinan pasien. Adapun ajaran agama Islam materi yang disampaikan meliputi adalah aqidah, tauhid, ketaqwaan dan keimanan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

Rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang memberikan layanan kerohanian atau bimbingan rohani terhadap pasien dengan cara atau biasa disebut dengan bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Dari pemaparan informasi tentang pentingnya bimbingan rohani terhadap proses penyembuhan pasien dan terdapatnya layanan bimbingan rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang dilakukan oleh unit Bina Rohani, membuat penulis menjadi penasaran dan

10 Agus Riyadi, Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui Sistem

Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 5, No. 2, (http://bki-dakwah.stainkudus.ac.id diakses 08 April 2016), Hal.247

11Agus Riyadi, Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui Sistem

Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 5, No. 2, (http://bki-dakwah.stainkudus.ac.id diakses 08 April 2016),), Hal.248


(17)

berkeinginan untuk mengetahui proses bimbingan rohani Islam yang dilakukan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sebagai bahan konsep penelitian skripsi yang dituangkan dalam judul “Pola Bimbingan Rohani Islam Pada Unit Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas merumuskan masalah yang akan diteliti peneliti, yaitu :

1. Bagaimana pola bimbingan rohani islam pada unit bina rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ?

2. Bagaimana tanggapan pasien terhadap pola bimbingan rohani islam pada unit bina rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola bimbingan rohani Islam yang dilakukan unit bina rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

2. Untuk mengetahui tanggapan pasienterhadap bimbingan rohani Islam yang dilakukan unit bina rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dan manfaat yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(18)

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan acuan teoritik bagi peneliti selanjutnya khususnya bagi peneliti -peneliti yang mengkaji tentang bimbingan rohani Islam.

b. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya dalam pengembangan teoritis tentang studi pelaksanaan bimbingan rohani Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang studi pelaksanaan bimbingan rohani Islam di rumah sakit.

b. Bagi lembaga, dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam memberikan bimbingan rohani Islam pada pasien di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

c. Bagi Fakultas, penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dan peneliti lainyang meneliti bimbingan rohani Islam untuk dijadikan rujukan.

d. Bagi Prodi, Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi program studi (prodi) Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya untuk dijadikan pembahasan dalam mata kuliah konseling rumah sakit


(19)

E. Definisi Oprasional

1. Bimbingan Rohani Islam

Menurut Djumhur dan Moh. Suryo, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang bersifat terus menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.12Sedangkan menurut jumhur ulama, al-ruh berarti roh yang ada dalam badan, hal ini sesui dalam al-Qur’an:

              



Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (Qs. Al-Isra’: 85)

Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai.13 Islam adalah orientasi hidup (yang benar). Puncaknya adalah kesabaran dan kesabaran adalah ketundukan. Ketundukan adalah keyakinan, dan keyakinan adalah pembenaran. Pembenaran adalah pengakuan, dan pengakuan adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah perbuatan, dan perbuatan adalah perilaku, dan perilaku adalah sabar.14 Dari penjelasan ketiga term diatas dapat ditarik garis besarnya, bahwa bimbingan rohani islam

12 Siradj Shahudi, Pengantar Bimbingan & Konseling, (Surabaya:PT Revka Petra Media, 2012), hal.7

13 Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN

AMPEL PRESS, 2008), hal. 2


(20)

adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk memecahkan masalah yang terkait dengan keadaan jiwa / rohani, bersifat terus menerus, selaras dengan petunjuk dan ketentuan ajaran agama Islam agar mendapat keselamatan berupa rasa sabar dalam menghadapi masalah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Peneltian

Dalam mengumpulkan dan mengungkapkan berbagai masalah serta tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau biasa disebut dengan Metode Kombinasi.Metode kombinasi adalah penelitian yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau sebaliknya.15

Metode kombinasi memiliki beberapa model, dan pada kegiatan penelitian ini peneliti menggunakan model Concurrent Embedded sebagai metode penelitian yang akan digunakan untuk meneliti atau didalam refrensi yang lain juga disebut Embedded Konkuren. Embedded konkuren adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitaif atau sebaliknya dengan mencampur kedua metode tersebut secara tidak berimbang.16

Dalam hal ini metode kualitatif adalah sebagai metode primer yang akan digunakan, sedangkan metode kuantitaif menjadi metode sekunder sebagai

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: ALFABETA, 2015).

Hal 404

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: ALFABETA, 2015).


(21)

pelengkap dengan perbanding prosentase antara 75% metode kualitaif dan 25% metode kuantitatif.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah:

a. Petugas unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang melakukan bimbingan rohani Islam

b. Pasien rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang telah diberikan bimbingan rohani Islam oleh petugas unit Bina Rohani.

Adapun Lokasi penelitian yaitu di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang terletak di Jl. Jend. A. Yani 2 – 4 Surabaya.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.17 Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang terdapat di ruangan wajib kungjung oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Berikut gambar tabel populasi pasien yang terdapat di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sesuai dengan jumlah tempat tidur pada masing-masing ruangan.

Tabel Populasi 1.1

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methodes), (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 119


(22)

No. Nama Jumlah Populasi

1 Muzdalifah 6

2 Shofa 10

3 Tan’im 6

4 Mina 18

5 Marwah 9

6 Multazam 12

7 Arofah 14

8 Hijir Ismail 21

9 Bayi 6

10 Recovery Room 3

11 ICU 4

Total Jumlah 109

Sumber dari Ustadz Nurul Huda, S.Sy

Sampel adalah sebagain saja dari seluruh jumlah populasi, yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dianggap mewakili seluruh anggota populasi.18 Dalam kegiatan penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel Proposional Non Random Sampling yakni, pengambilan sampel dengan perwakilan berimbang dari populasi yang terdapat pada populasi area atau populasi cluster dengan pertimbangan20% dari seluruh jumlah populasi.19 Hal ini untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 yakni, tanggapan pasien terhadap bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Berikut gambar table sampel yang akan diambil.

Tabel 1.2 Sampel

18Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012) hal.132

19 Burhan, Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA


(23)

No. Nama Jumlah Sampel

1 Muzdalifah 1

2 Shofa 2

3 Tan’im 1

4 Mina 4

5 Marwah 2

6 Multazam 2

7 Arofah 3

8 Hijir Ismail 2

9 Bayi 1

10 Recovery Room 1

11 ICU 1

Total Jumlah 22

4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data yang meliputi kualitatif gambaran umum lokasi penelitian, seputar tentang rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, gambaran umum pelaksanaan Bina Rohani dalam melaksanakan bimbingan rohani Islam sedangkan data yang meliputi kuantitatif adalah tanggapan pasien terhadap bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

Terdapat dua sumber data dalam penelitian ini, yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya yang melakukan bimbingan rohani Islam dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pasien yang telah


(24)

diberi bimbingan rohani Islam oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

5. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan menurut buku metode penelitian Lexy J. Moleong adalah:20

a. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap Pra-Lapangan ada beberapa Kegiatan yang harusdi tempuh yakni Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan mengurus surat ijin, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

1) Menyusun rancangan penelitian

Penelitian atau proposal yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan melaksanakan pengumpulan data, rancangan analisi data pengesahan keabsahan data.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti perlu mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta kemudahan memperoleh perizinan untuk melakukan penelitian di lapangan.

3) Mejajaki dan Menilai Lapangan

20 Lexy J. Moleong, Metode Pnelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja Rosda karya), hal. 127-148.


(25)

Untuk menjajaki dan menilai lapangan peneliti melakukan wawancara terhadap petugas Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahapan ini peneliti melakukan pendekatan terhadap petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya melalui wawancara untuk mencari informasi dan melakukan observasi untuk melihat lebih dalam pola pemberian bimbingan rohani Islam kepada pasien, serta melakukan pemberian angket kepada pasien untuk mengetahui tanggapan pasien akan bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

c. Tahapan Analisa Intensif dan Analisa Data

Setelah Peneliti mendapatkan data dari lapangan, kemudian peneliti menyajikan data yang telah didapatkan dengan tujuan untuk mendeskripsikan proses pola bimbingan rohani Islam dan tanggapan pasien yang dilakukan petugas Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penggunaan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix method), peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut: a. Observasi


(26)

Observasi atau Pengamatan merupakan suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi realitas lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion.21 Observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tindakan analisis.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasif. Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan para petugas Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari dan mencatat segala aktivitas yang dilakukan petugas Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, kemudian dilakukan interpretasi dari hasil pengamatan tersebut.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung.Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara.Sebagaimana yang diungkapkan oleh

21 James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 286


(27)

Nasution22 bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara.Menurut Hadi wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur. Wawancara struktur adalah wawancara yang bebas di mana peniliti menggunakan pedoman wawancara. Dalam melakukan wawancara struktur ini digunakan peneliti untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, demografi rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, dan tanggapan pasien terhadap pemberian bimbingan rohani Islam yang yang dilakukan oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, untuk mendukung data penelitian.

c. Dokumentasi

Merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan atau mencari berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.23 Biasanya dokumentasi ini

berupa pengambilan foto atau video aktifitas dari subyek yang ditelitinya.

22 S. Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), hal. 69 23 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung :Alfabeta, 2009), hal. 82


(28)

Kemudian dari foto-foto itulah diolah sehingga menjadi sebuah catatan lapangan, dan dari foto-foto itu bisa diketahui bagaimana kenyataan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasikan tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukan Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan keadaan sekitar serta suasana rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

d. Angket

Metode Angket juga disebut dengan metode kuesioner atau dalam Bahasa Inggris disebut Quentionnaire (daftar pertanyaan). Angket/ Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan.24 Angket merupakan serangkaian atau daftar

pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.25 Metode angket merupakan

serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikembalikan ke petugas atau peneliti.26

Dalam pengisian angket ini responden atau pasien cukup menyilang (x) atau mencoret (/) ataupun juga melingkari (o) butir jawaban yang telah

24 Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),hal.216-220

25 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),hal.25 26 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),hal.95


(29)

tersedia dan pada kuesioner tersebut peneliti menggunakan pertanyaan tertutup yang jawabannya telah disediakan yakni, Ya dan Tidak. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan penjumlahan yang nantinya dari penjumlahan tersebut akan dildeskripsikan.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan setelah di lapangan, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono bahwa analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian. 27 Oleh karena itu, analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen serta berbagai bahan lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.

a. Analisis sebelum di lapangan

Sebelum terjum ke lapangan peneliti melakukan analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan bimbingan rohani islamdi rumah Sakit, baik skripsi, tesis, tulisan dalam bentuk buku, jurnal maupun tulisan lepas lain yang ditemukan di berbagai media cetak maupun elektronik.


(30)

Proses analisis data dilakukan secara terus-menerus untuk menemukan hal-hal penting untuk membantu mempermudah dalam mengkaji penelitian ini. Namun, proses analisis dilakukan pada tahap ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah berada di lapangan dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah penelitian.

b. Analisis di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman Miles dan Huberman menyatakan bahwa aktifitas dalam analisis data pada kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas analisis data sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1) Reduksi Data (Reduction Data)

Merupakan langkah awal dalam menganalisis data dalam penelitian ini.Kegiatan reduksi data bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan dari lapangan memalui observasi dan wawancara direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mengklarifikasi sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian ini. Proses mereduksi data merupakan bagian dari analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan


(31)

mengorganisir data dengan baik sehingga proses kesimpulan akhir nanti terlaksana dengan baik.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara kepada petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan angket yang disebar dan diisi oleh pasien yang telah diberikan bimbingan rohani Islam oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Hal tersebut dimaksud untuk memudahkan dalam melakukan penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitian ini.

2) Penyajian Data (Display Data)

Merupakan tahapan kedua dalam aktivitas menganalisa data seperti yang dikemukakkan oleh Miles dan Huberman.28 Dalam proses penyajian

data peneliti menyajikan data secara jelas dan singkat untuk memudahkan dalam memahami masalah yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Untuk itu menurut Nasutionbahwa data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, uraian singkat, networks, chart dan grafik.29

28 Sugiyono, Metode Peneliti Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Jakarta: ………) 29 S. Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif,…hal. 129


(32)

Sementara itu Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisis data. Hal pertama yang dilakukan dalam proses penyajian data pada penelitian ini adalah penggambar secara umum hasil penelitian yang dimulai dari lokasi penelitan yaitu di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

3) Penarikan Kesimpulan (Konklusi)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah tahapan terakhir dalam teknik analisis data pada peneltian kualitatif. Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat semua fenomena yang muncul dan melihat sebab akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian ini. Dari berbagai aktifitas dimaksud maka peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data-data awal yang ditemukan, data-data dimaksud masih bersifat sementara. Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akurat dan kredibel karena proses pengumpulan data oleh peneliti menemukan bukti-bukti yang kuat, valid dan konsisten dalam mendukung data-data yang dimaksud.

Kesimpulan yang ada kemudian diverifikasi selama penelitan berlangsung, yaitu berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan pengolahan


(33)

data), tinjauan ulang pada catatan-catatan selama masa penelitian di lapangan, tinjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli (pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan pola bimbingan rohani Islam pada unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

c. Analisis Data Penelitian Deskriptif

Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode kombinasi antara kualitatif dan kuantitatf, maka dilakukan 2 analisis yang berbeda sebagai kesimpulan dari kegiatan penelitian ini. Bila data kualitatif memakai analisis oleh teknik Miles dan Huberman maka teknik analisis data kuantitatif akan menggunakan analisis dengan Teknik Analisis Data Penelitian Deskriptif

yang terdapat dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

karangan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.

Teknik analisis ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data terlebih dahulu yang berupa angket yang telah diisi oleh pasien yang telah diberikan bimbingan rohani Islam oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Setelah itu dijumlahkan secara keseluruhan dan terperinci


(34)

yang nantinya akan diprosentasekan. Dari hasil penjumlah prosentase tersebut akandideskripsikan secara naratif.30

Dengan demikian keempat unsur dalam analisis data merupakan satu kesatuan yang penting dalam menganalisis sebuah hasil penelitian metode kombinasiini,sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Maka analisis data dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun data secara sistematik yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan angket sehingga berakhir dengan kesimpulan yang mudah dipahami.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian ini berlangsung. Menurut Nasution pemeriksaan keabsahan data diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah Triangulasi Data.

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data yang diperoleh dari beberapa teknik penggaliaan data yang digunakan, seperti observasi, wawancara, pencatatan lapangan (field note) dan

30Surharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal.239


(35)

dokumentasi.31 Triangulasi data ini biasanya ada dua cara yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a. Membandingkan semua hasil data yang diperoleh dari lapangan mulai dari data observasi, wawancara, dokumentasi dan angket, hal ini dilakukan untuk mencari keabsahan dari data-data yang telah diperoleh.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi, yang tujuannya untuk mengkomparasikan antara kedua data tersebut.

Oleh karena itu dalam penelitian ini diadakan pengecekan terhadap validasi data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi antara data atau informasi yang diperoleh dari sumber lain yaitu Peneliti membandingkan data hasil wawancara dari subjek penelitian dengan data hasil observasi dan mencocokkannya kemudian menganalisis.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi, maka peneliti menyusun sistematika pembahasannya, sebagai berikut:

Bagian awal, Bagian awal terdiri dari Judul Penelitian (sampul), Persetujuan Pembimbing Skripsi, Pengesahan Tim Penguji, Motto, Persembahan, Penyataan Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Tabel.

Bab I Pendahuluan, yaitu terdiri dari pendahuluan, yang berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subyek


(36)

penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data. Kemudian pembahasan tentang sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka,yaituterdiri dari kajian teoritik yang membahas tentang Bimbingan Rohani Islam, Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam, Metode Bimbingan Rohani Islam, Materi Bimbingan Rohani Islam.

BabIII Penyajian Data, yaitu terdiri dari penyajian data terdiri dari deskriptif umum objek penelitian. Deskriptif umum objek penelitian membahas tentang: gambaran lokasi penelitian, deskripsi pelaksanaan Bina Rohani di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Sedangkan deskripsi proses penelitian membahas tentang: pola bimbingan rohani Islam yang diberikan petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan tanggapan pasien terhadap pola bimbingan rohani Islam yang diberikan petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

Bab IV Analisis Data, yaitu berisi tentang analisis data yang mana analisis data yaitu analisis data mengenai proses dan pola bimingan rohani Islam yang dilakukan Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan tanggapan pasien terhadap pola bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh petugas Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya

berdasarkan prosentase hitungan dari angket yang disebarkan.

Bab V Penutup,yakni penutup yang meliputi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan beberapa saran terkait skripsis ini.


(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Rohani Islam

1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam

Kata bimbingan dalam bahasa Indonesia memberikan dua pengertian yang mendasar, Pertama, memberi informasi, yaitu memberikan suatu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengambi keputusan, atau memberikan sesuatu dengan memberikan nasehat. Kedua, mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.Tujuan yang hanya diketahui oleh orang yang mengarahkan dan yang meminta arahan.1 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang makna bimbingan secara umum, berikut pendapat dari para ahli:

a. Menurut Dunsmorr & Miller dalam Mc Daniel, bimbingan adalah proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilhan, rencana-rencana dan interplasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.2

b. Crow & Crow, bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk

1 Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan & Konseling, (Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2012), Hal. 5

2 Abu Bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik, (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2010), Hal.14


(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan

pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.3

c. Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupanya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4

Rohani adalah bagian dari tubuh yang sangat sulit untuk menjabarkannya namun bila penulis mengartikan rohani atau ruh, maka ruh adalah sebuah aspek yang penting dalam kelangsungan kehidupan manusia yang bila tanpanya manusia tidak bisa hidup atau bergerak.

Pengertian Islam berasal dari bahasa Arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian, arti Islam adalah berserah diri, selamat, dan kedamaian.5 Ajaran Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadist yang mana kedua sumber tersebut dalam praktiknya harus disampaikan atau didakwahkan kepada seluruh manusia demi menggapai tujuan dari pengertian Islam itu sendiri.

Jadi bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu berupa informasi, rencana, dan tindakan melalui lisan dan tulisan

3 Priyanto, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Hal.94

4 Elfi Mu’awanah, Rifa Hidaya, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekoalha Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 54

5 Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN


(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bersumber dari al-Qur’an dan hadist dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi berkaitan dengan rohani individu, agar mendapatkan perasaan kesabaran dalam menghadapi masalahnya yang berujung kepada keselamatan dan kedamaian individu.

Adapun bimbingan rohani Islam pada pasien di rumah sakit adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya penyermpurnaan ikhtiar medis dan ikhtiar spiritual. Proses bimbingan dilakukan sebagai usaha untuk memotivasi untuk tetap bersabar, bertawakkal, dan senantiasa menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah SWT.6

2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam

Sesuai dengan konsep yang di bawakan yakni Islam, dan Islam bersumber kepada adalah al-Qur’an dan al-Sunnah.7 Jadi pelaksanaan bimbinngan rohani Islam berlandaskan al-Qur’an dan al-Sunnah / Hadis Nabi SAW. Adapun landasan dari al-Qur’an al-Sunnah/ Hadis Nabi SAW mengenai bimbingan rohani Islam adalah sebagai berikut:

a. Firman Allah SWT :

























6 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel), hal. 6 7 Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Ampel Press, 2008), hal. 12


(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS: al-Maidah ayat 2)8































Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Yunus ayat 57)9

b. al-Sunnah/Hadis Nabi SAW

Dari Ibn Abbas ia berkata, aku pernah dating menghadap rasulullah SAW, saya bertanya ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan yang lain lalu bertanya: ya Rasulullah ajarakn sesuatu doa yang akan aku baca dalam

doaku, Nabi menjawab: “wahai Abbas pama Rasulullah SAW, mintalah

kesehatan kepada Allah di dunia dan akhirat (HR: Ahmad, al-turmudzi, dan al-Bazzar)10

8 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel), hal. 7

9 Ahmad Muhammad Diponegoro, Konseling Islami Panduan Lengkap Menjadi Muslim yang

Bahagia, (Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta, 2011), hal.13

10 Ahmad Muhammad Diponegoro, Konseling Islami Panduan Lengkap Menjadi Muslim


(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari kedua ayat suci al-Qur’an dan satu hadis Nabi diatas menjelaskan bahwa kita sesema manusia khususnya sesama muslim haruslah tolong-menolong dalam kebajiakan seperti, menyembuhkan penyakit dengan cara yang baik layaknya bimbingan rohani Islam yang memberi bantuan kepada orang yang sakit dengan salah satu caranya yakni berdoa minta kepada Allah SWT akan kesehatan dan kesembuhan dunia dan akhirat sebagai penennag batin.

3. Tujuan Bimbingan Rohani Islam

Dalam hal ini peneliti memadukan beberapa pendapat para ahli tentang tujuan bimbingan rohani Islam, sebagai berikut:

a. Untuk menghasilakan suatu perubahan, perbaikan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak, dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapat pencerahan taufik dan hidayah Tuhan-Nya (Mardhiyah).

b. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani, atau sehat mental, spiritual, dan moral atau sehat jiwa dan raganya. c. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, dan keikhsanan dan ketauhidan

dalam kehidpan sehari-hari.11

d. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya12

11 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal. 167 & 272-273


(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id e. Memberikan ketenangan batin dan keteduhan hati kepada pasien dalam

menghadapi pasiennya

f. Memberikan motivasi dan dorongan untuk tetap bertawakal dalam menghadapi ujian dari Allah SWT13

g. Menyadarkan penderita agar dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas.

h. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan dalam batas kemampuan14

Dengan demikian tujuan dari bimbingan rohani Islam adalah memberikan bantuan kepada pasien (sebagai klien) bersifat motivasi keagamaan yang membuat pasien muncul rasa tawakkal, ikhlas dan sabar dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, selain itu ikut serta memecahkan dan meringankan problem yang sedang dideritanya sebagai wujud perhatian dan penguat bagi pasien.

4. Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Fungsi bimbingan rohani Islam sebagaimana dijelaskan oleh Aunur Rahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Islam, mempunyai fungsi yang serupa, sebagai berikut:

13Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel), hal. 10 14 Ahmad Watik Pratiknya, Abdul Salam m. Sofro, Islam, Etika, dan Kesehatan,(Jakarta: CV. Rajawali, 1986),hal.260-261


(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

a. Fungsi Preventif: yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi kuratif atau korektif: yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan dialami.

c. Fungsi preseratif: yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good)

d. Fungsi developmental: yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya. 15

Adapun fungsi bimbingan rohani Islam kepada pasien di rumah sakit adalah: a. Sebagai sarana peningkat religusitas pasien yang berdampak kepada

kesembuhan pasien.

b. Sebagai pelengkap pengobatan dan pelayanan medi di rumah sakit.16

Jika dilihat secara lebih teliti lagi fungsi bimbingan rohani Islam adalah sebagai pengontrol emosi dan perasaan pasien dalam menjalani dan pelengkap proses pengobatan medis.

5. Metode Bimbingan Rohani Islam

15 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),hal.37

16 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan


(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam proses bimbingan rohani Islam selalu menggunakan komunikasi

antara pembimbing (warois) dengan klien / pasien untuk itu peneliti mengklasifikasikan metode bimbingan rohani Islam berdasarkan dari segi komunikasi yang dibagi menjadi 2 yaitu: (1) metode komunikasi langsung atau disingkat metode langsung dan (2) metode komunikasi tak langsung atau metode tak langsung.

a. Metode Langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:

1) Metode individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik:

a) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

b) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi pelaksanaanya di rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya;

c) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya;


(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2) Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:

a) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan / bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama;

b) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata sebagai forumnnya;

c) Sosiodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya masalah;

d) Group teaching, yakni bimbingan dengan memberikan materi bimbingan tertentu kepada kelompok yang telah disiapkan;

b. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan masal.

1) Metode individual

a) Melalui surat menyurat; b) Melalui telephon dsb; 2) Metode kelompok/missal


(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b) Melalui surat kabar/majalah;

c) Melalui brosur;

d) Melalui radio (media audio); e) Melalui televise.17

Dalam refrensi yang lain metode penyampaian bimbingan rohani Islam dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Dengan lisan

Metode ini dapat disampaikan dengan cara: 1) Face to face

Karena penderita sangat hetrogen, santunan spiritual cara ini sangat efektif. Disamping itu penderita yang dilarang berjalan dapat juga didatangi.Efektivitasnya dapat lebih ditingkatkan lagi apabila hubungan antara penyantun dan penderita tidak dilakukan secara formal.Soal jawab dapat dilakukan secaran bebas dan lebih akrab, apabila santunan agama dilayani oleh penyantun yang sejenis dengan yang disantuni.

2) Massal

Tentunya materi santunan yang disampaikan harus bersifat umum dan dapat diterima oleh segala lapisan. Pelaksanaan cara ini dianjurkan agar dibatasi, jangan terlalu sering diselenggarakan; misalnya pengajian tujuh menit sesudah sholat dhuhur dan peringatan hari besar Islam.

17 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press,


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kesulitannya adalah mengenai tempat dan harus diperhitungkan bahwa belum tentu semu penderita dapat ikut datang.

b. Dengan tulisan

Tentunya ditujukan kepada mereka yang tidak buta huruf. Metode ini serupa dengan cara lisan yang massal, bedanya adalah dengan tulisan dan dibutuhkan pembiayaan. Penyantunan cara ini dapat dilaksanakan antara lain dengan:

1) Tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang bernafaskan Islam, ayat-ayat suci al-Qur’an, ungkapan hadis dan lain-lain yang bertemakan kesehatan, dipasang di dalam ruangan-ruangan tempat perawatan, ruang-ruang tempat kerja, ruang-ruang tempat tunggu, penderita jalan, ruang rawat inap dan lain-lain.

2) Memberi buku “Tuntunan Agama untuk Orang Sakit”. Buku ini antara lain berisi tuntunan agama harian yang praktis, tuntunan ibadah khusus orang sakit, tuntunan doa dan lain-lain. Buku ini dibagikan kepada penderita yang dirawat tanpa pungutan bayaran

3) Membuat selembaran “bacaan ringan” (folder) yang disediakan untuk orang-orang yang datang di poliklinik dan rumah sakit dan dibagikan kepada penderita yang dirawat.

4) Menyelenggarakan perpustakaan yang dilengkapi dengan buku dan majalah yang bernafaskan Islam. karena ada yang penderita yang tidak


(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id diperbolehkan meninggalkan tempatnya, maka diikhtiarkan adanya

perpustakaan berjalan.

c. Dengan suara

Tiap-tiap ruangan perawatan, ruangan tempat bekerja, raungan tunggu di kompleks rumah sakit dan di tempat-tempat lain yang strategis, dipasang pengeras suara. Sumber siaran disentralisir. Pelaksanaanya agak sulit karena dibutuhkan pembiayaan yang besar. Metode ini serupa dengan cara lisan yang massal, bedanya isi siaran dapat sampai kepada penderitra di tempat masing-masing. Bilamana diperlukan isi siaran dapat direkam lebih dahulu, baru kemudian disiarkan bila waktunya telah tiba. Disarankan isi siaran adalah:

1) Bacaan-bacaan al-Qur’an dan terjemahannya 2) Adzan di setiap waktu sholat tiba

3) Music dan nyanyian yang bernafaskan Islam 4) Uraian ringkas dan ringan tentang Islam d. Dengan Audio Visual

Dibutuhkan banyak biaya sangat besar, jika mampu ada baiknya diselenggarakan. Metode ini dapat dilaksanakan antara lain dengan jalan: a) Pemasangan pesawat TV. Lebih sempurna bila dilengkapi dengan


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b) Pemutaran film.18

Dengan demikian metode cara penyampaian bimbingan rohani Islam sangatlah beragam hampir semua metode penyampaian sangat bisa menunjang kenyamanan dan ketenangan pasien dalam menjalani proses pengobatan, hanya saja proses metode komunikasi langsung / face to face bisa menjadi alternative yang paling efektif untuk kita mengetahui keadaan pasien sehingga kita bisa memerlakukan pasien secara tepat dan baik.

6. Materi Bimbingan Rohani Islam

Materi adalah semua bahan yang disampaikan terhadap pasien dengan bersumber pada al-Qur’an dan hadist.19Materi bimbingan rohani Islam yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan kepada pasien baik verbal maupun non-verbal yang mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam.Penyampaian materi langsung pada rohaniawan melakukan kunjungan terhadap pasien di rumah sakit, materi disini untuk memberikan bimbingan kepada pasien agar mempunyai ketabahan, kesabaran, dan tawakkal kepada-Nya serta tidak putus asa dalam menghadapi cobaan.20

Adapun secara lengkap materi bimbingan rohani yang disampaikan meliputi:

18 Ahmad Watik Pratiknya, Abdul Salam m. Sofro, Islam, Etika, dan Kesehatan,(Jakarta: CV. Rajawali, 1986),hal.262-264

19 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel), hal. 14 20 Siti Fitriyani, Peran Bimbingan Rohani Islam untuk Menumbuhkan Koping Stres pada


(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Akidah

Akidah berasal dari bahasa arab ‘aqidah yang bentuk jamaknya adalah ‘aqa’id dan berarti faith, belief (keyakinan, kepercayaan); sedang menurut

Louis Ma’luf ialah ma’uqidah ‘alayh al-qalb wa al-dlamiryang artinya sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari etimologi di atas bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan akidah adalah keyakinan atau keimanan; dan hal itu diistilahkan sebagai akidah karena ia mengikat hati sesorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya dan ikatan itu tidak boleh dilepaskan selama hidupnya.21

Dalam bidang pelayanan bimbingan akidah, pelayanan diarahkan untuk membantu klien menemukan, mengembangkan dan memantapkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, sehingga terwujud sikap dan kemantapan berke-Tuhanan yang baik. Bidang pelayanan bimbingan ini terdiri atas beberapa bagian:

1) Pemantapan keyakinan terhadap eksistensi Allah SWT, dengan segala buktinya.

2) Pemantapan keyakinan bahwa ala mini beserta isinya adalah kepunyaan Allah SWT.

21 Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN AMPEL PRESS, 2008), hal. 75


(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3) Pemantapan penerimaan hanya Allah SWT penguasa dan pemilik alam semesta.

4) Pemantapan penerimaan Allah sebagai wali atau penology dan hakim yang adil bagi makhluknya.

5) Pemantapan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah SWT yang terurai dalam rukun iman.22

Dari penjelasan diatas mengenai arti dan makna akidah dan beberapa point mengenai akidah yang disampaikan pada saat proses pembimbingan berlangsung, diharapkan dapat terwujud sikap yakin, sabar, dan tabah dalam menghadapi penderitaan dengan cara menyerahkan semua persoalan kepada

Allah yang dinyatakan dalam do’a karena do’a adalah sebaik-baiknya untuk orang sakit. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Rad ayat 28:

























Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

b. Akhlak

Menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruknya, tanpa

22 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan


(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.23 Materi tentang akhlak ini juga

sangat perlu, dari materi ini pasien bisa diberikan pengarahan sikap sebagai hamba Allah dalam menghadapi penyakit yang menjadi ujian dalam hidup yang tertulis dalam al-Qur’an :

















155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

c. Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta

tunduk, sedangkan menurut syara’ (terminology), ibadah mempunyai banyak

definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain:

1) Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa ma-habbah (kecintaan) yang paling tinggi.

23 Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN AMPEL PRESS, 2008), hal. 109


(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun batin. 24

Dengan memberikan materi ibadah sepeti cara melakukan ibadah pada orang sedang sakit yang diharapkan pasien bisa tetap menjalankan ibadah walaupun dalam keadaan sakit, sebab ibadah adalah salah satu jembatan kedekatan Allah dengan hambanya.

7. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam

Unsur-unsur bimbingan rohani Islam menurut Arifin dikutip dari buku Konseling Rumah Sakit karangan M. Thohir meliputi subyek yakni, pasien dan pembimbing.

a. Pasien adalah orang sakit yang dirawat oleh dokter sebagai obyek pelaksanaan bimbingan rohani Islam untuk diberikan bantuan motivasi dan bimbingan selama proses penyembuhan. 25 Dalam hal ini pasien harus dipandang dari berbagai segi dengan benar, yakni:

1) Setiap individu adalah makhluk yang memiliki kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah dari Tuhan.

2) Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara dinamis dan memiliki corak, watak, dan kepribadian yang tidak sama.

24 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah(Bogor: Pustaka

Imam Asy-Syafi’I, 2006),hal.185 (https://books.google.co.id/books, diakses pada 05 Mei 2016) 25http://kbbi.web.id/pasien, diakses pada 06 Mei 2016 pukul 12.02 AM


(54)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3) Setiap individu adalah pribadi yang masih berada dalam proses

perkembangan yang terhadap segala perubahan.26

Dalam memberikan bimbingan terhadap pasien perlu mengetahui latar belakang, dan psikologis pasien, sebab dari kedua hal tersebut pembimbing bisa menyamakan presepsi dengan pasien sehingga diharap dapat terjalin komunikasi yang baik dan yang terpenting pasien tersebut beragama Islam.

b. Pembimbing adalah orang yang mempunyai wewenang untuk melakukan bimbingan rohani Islam atau bisa disebut juga Warois (perawat rohani Islam).27 adapun syarat yang dimiliki petugas bimbingan rohani Islam antara lain:

1) Memiliki sifat baik, setidaknya sesuai ukuran pasien 2) Bertawakkal, mendasarkan segala sesuatu atas nama Allah

3) Sabar, utamanya tahan menghadapi pasien yang menentang keinginan untuk diberikan bantuan

4) Tidak emosional, tidak mudah marah terbawah emosi dan dapat mengatasi emosi diri dan pasien

5) Retorika yang baik, mengatasi keraguan pasien dan dapat meyakinkan pasien bahwa ia dapat memberikan bantuan

26 Mohamad Thohir, Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program S-1 Jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel), hal. 13 27 Isep Zainal Arifin, Bimbingan dan Konseling Islam untuk Pasien Rawat Inap di Rumah


(55)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6) Dapat membedahkan tingkah laku pasien yang berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap perlunya taubat atau tidak. 28

28 Elfi Mu’awanah, Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hal. 142


(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 44

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya

1. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Tentang Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

Rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya berada dibawah naungan Yayasan Rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya (YARSIS) dengan pendirinya antara lain : KH. Zaki Goefron, KH. Abdul Mujib Ridwan, KH. Anas Thohir, KH. Husaini Tiway, Nyai Hj. Umi Kulsum Yasin, Nyai Hj. Maryam Thoha, Nyai Hj. Murthosiyah dan tokoh-tokoh Nadhatul Ulama’ yang lain. Rumah Sakit Islam mulai beroprasi sejak tanggal 25 Maret 1975 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1395 H. (Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.) dengan kapasitas 40 tempat tidur dan kelas rumah sakit termasuk tipe Madya (setara tipe C).

Dari awal berdirinya rumah sakit ini telah mengalami pergantian kepemimpinan sebanyak 8 (delapan) kali yaitu :

a. dr. H. Muhammad Thohir, Sp.KJ. (1975-1986) b. dr. H. Abdul Mukty, Sp.P. (1986-1991)

c. dr. H. Muhammad Thohir, Sp.KJ. (1991-1997) d. dr. H.A. Toha Masjkur (1997-2004)

e. dr. H. Muhammad Thohir, Sp.KJ. (2004-2005) f. dr. H. R. Heru Ariyadi, MPH. (2006-2007)


(57)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

g. dr. H. Hadi Purwanto, MMR. (2007-2012) h. dr. H. Samsul Arifin, MARS. (2012-sekarang) Adapun susunan pejabat direksi saat ini adalah sbb:

Tabel 3.1 Struktur Jabatan

No. Jabatan Nama

1. Direktur dr. H. Samsul Arifin, MARS. 2. Wakil Direktur Bidang Medis drg. Hj. Laily Rachmawati, Sp.Perio 3. Wakil Direktur Bidang

Umum dan Keuangan H. Djunarjo, S.IP. MM.

Sejak beroprasi pada tahun 1975 dengan rahmat Allah SAW. Rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya banyak mengalami perkembangan dan penambahan sarana dan prasarana, yang membuat rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya menjadi pilihan masyarakat Surabaya untuk berobat. Berikut biodata singkat rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya :

1. Nama Rumah Sakit : Rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya 2. Kelas Rumah Sakit : Kelas C

3. Pemilik :Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya 4. Alamat : Jl. Jend A. Yani 2-4

5. Kecamatan : Wonokromo 6. Kotamadya : Surabaya

7. No. Tlpn/ Fax : 031-8284505/ Fax. 031-8284486 8. Email : rsiayani@ yahoo.co.id


(1)

   

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dilingkungan rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan melakukan analisis dari penelitian tersebut, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Layanan yang dimiliki unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sangatlah fariatif dan menyangkup semua seluruh lapisan penghuni rumah sakit, mulai dari pasien, keluarga pasien, karyawan sampai dengan pengunjung mendapatkan sentuhan layanan dari unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

2. Pola bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan oleh unit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sudah cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan 18 pasien yang doimanan menjawab YA dari sebagaian besar pertanyaan dalam angket yang disebarkan.

B. Saran

Syukur Alhamdulillah kepada-Nya, upaya dalam menyelesaikan penelitian telah selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya hasil penelitian ini penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil dari apa yang telah


(2)

   

 

diteliti ini dengan rujukan penelitian yang relevan, agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.

Untuk kebaikan dalam penyempurnaan penelitian, penulis berharap agar penelitian yang akan dilakukan oleh para calon-calon peneliti bisa lebih sempurna. Kemudian, untuk menunjang penelitian ini agar bisa lebih sempurna dan merekomendasikan hasil daripada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bina Rohani yang terdapat di rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya adalah layanan yang jarang dimiliki rumah sakit dan hal tersebut bisa menjadi layanan unggulan untuk kemajuan rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya.

2. Kepada yang terhormat Direktur rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dan Kanit Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya dari pengamatan selama ini yang dilakukan oleh penulis, melihat para petugas Bina Rohani yang berlatar belakang dari fakultas Syariah berdampak kurangnya piawai dalam berkomunikasi dengan pasien sehingga hal tersebut bisa berdampak kurang baik bila terus menerus dibiarkan. Maka penulis menyarankan untuk melakukan pelatihan komunikasi konseling, yang nantinya akan sangat membantu meningkatkan kualitas dari layanan Bina Rohani tersebut.

3. Layanan yang dimiliki Bina Rohani rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya sudah sangat baik dan bahkan banyak terbukti dengan 15 layanan yang penulis lihat pada SOP Bina Rohani, namun menurut hemat penulis yang selama ini melakukan penelitian ingin memberikan saran berupa tambahan layanan yakni,


(3)

   

 

pemutaran audio Murotal Qur’an yang diterapkan pada jam-jam tertentu yang dapat diperdengarkan seluruh ruang lingkup rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya. Layanan ini disarankan oleh peneliti dengan tujuan agar rumah sakit Islam Ahmad Yani Surabaya lebih religius dan setidaknya para pengunjung yang mendengarkan bacaan ayat suci al-Qur’an akan merasakan kedamaian dan ketenangan. Bilapun tidak mengganggu proses oprasional rumah sakit penulis menyarankan agar pada setiap televise ataupun layar monitor yang terdapat di lingkungan rumah sakit diisi dengan pemutaran video yang berkonsepkan ceramah agama ataupun film yang bernuansa agama dan pengetahuan yang nantinya akan menjadi sarana dakwah dan edukasi bagi pasien.


(4)

99

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran.Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2001

Aeni, Nurul. Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2008)

Arifin, Isep Zainal.Bimbingan dan Konseling Islam untuk Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit, Jurnal ilmu Dakwah, 6 (Januari-Juni, 2012)

Asy,ari, Akhwan Mukarrom dkk.Pengantar Studi Islam, Surabaya:IAIN AMPEL PRESS, 2008

Black, James A. dkk.Metode dan Masalah Penelitian Sosial,Bandung: Refika Aditama, 2009

Bungin, Burhan.Metode Penelitian Kuantitatif Jakarta: Prenada Media Group, 2011

Diponegoro, Ahmad Muhammad. Konseling Islami Panduan Lengkap Menjadi Muslim yang Bahagia, Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta, 2011

Faqih Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001

Fitriyani,Siti.Peran Bimbingan Rohani Islam untuk Menumbuhkan Koping Stres pada pasien Pra Melahirkan, (Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2009)

Hawari, Haji Dadang.Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1999


(5)

100

Ilhamsyah,dkk.Hubungan Pelaksanaan Keperawatan Spritual Terhadap

Kepuasan Spritual Pasien Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar, Keperawatan Spiritual, http://pasca.unhas.ac.id diakses 08 April 2016

Jawas, Yazid binAbdul Qadir.Syarah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah(Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2006) https://books.google.co.id/books, diakses pada 05 Mei 2016

Luddin, Abu Bakar M., Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik, Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2010

Mas’ula, Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Rohani Islam Terhadap

Kepribadian Muslim Pada Karyawan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang,(Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, 2015)

Miftah Faridl, Sabar Mukjizat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009

Moleong ,Lexy J. Metode Pnelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Remaja Rosda karya, 2011

Mu’awanah Elfi, Hidaya Rifa, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekoalha

Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009

Pratiknya, Ahmad Watik dkk.Islam, Etika, danKesehatan,Jakarta: CV. Rajawali, 1986

Priyanto, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999

Riyadi, Agus.Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui Sistem Layanan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 5, No. 2,

http://bki-dakwah.stainkudus.ac.id diakses 08 April 2016

S.Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003 S-1Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel)


(6)

101

Saadah, Lilhayatis. "Respon Pasien Gagal Ginjal terhadap Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di RSI Sultan Agung Semarang, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2013)

Shahudi, Siradj.Pengantar Bimbingan & Konseling, Surabaya:PT Revka Petra Media, 2012

Sholeh, Mo, Berobat Sambil Bertobat (Rahasia Ibadah untuk Mencegah dan Menyembuhkan Berbagai Penyakit), Jakarta: PT Mizan Publika, 2008

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung :Alfabeta, 2009

Sugiyono,Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung:

ALFABETA, 2015

Team Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, Bimbingan Do’a Ibu Hamil & Suaminya

Team Bina Rohani Rumah Sakit Islam Ahmad Yani Surabaya, Tuntunan Sholat

dan Do’a-Do’a Orang Sakit

Thohir, Mohamad.Konseling Rumah Sakit, (Draft: Buku Perkuliahan Program Program S-1 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel)

Zumrotun, Nisa Vira.Bimbingan Rohani Islam melalui Terapi Do’a bagi Pasien Rawat Inap di RSI NU Demak, (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2014)

http://kbbi.web.id/pasien, diakses pada 06 Mei 2016 http://kbbi.web.id/sakit, Diakses pada tanggal 11-04-2016