Gender dan ekonomi: peran perempuan pedagang sayur dalam peningkatan ekonomi keluarga di pasar umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

(1)

GENDER DAN EKONOMI

Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi

Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten

Situbondo

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

SHOFIYATUL KHOIRIYAH

NIM. B75213066

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Shofiyatul khoiriyah, 2017, GENDER DAN EKONOMI, Peran Pedagang Sayur

dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Sirubondo, Skripsi Program Studi Jurusan Ilmu Sosial Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel.

kata kunci: Gender, Ekonomi, dan Perempuan Pedagang Sayur

Ketertarikan Peneliti berawal dari melihat begitu banyak perempuan yang bergelut di sektor informal terutama pedagang sayur, Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni 1). bagaimana peran pedagang perampuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo, 2). Bagaimana wewenang dalam pengambilan keputusan pedagang sayur di pasar umum kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Tujuan penelitian yakni 1). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui gambaran Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo 2). Untuk mengetahui Wewenang dalam Pengambilan Keputusan Keluarga pada Perempuan Pedagang Sayur di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Sitibondo.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan subjek penelitian menggunakan teknik sampel aksidental, tahap-tahap penelitian yaitu tahap pra lapangan, tahap lapangan, tahap analisa data, dan tahap penulisan laporan. Dalam metode kualitatif Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi, studi pustaka, dan data online. Teori yang digunakan peneliti adalah feminisme sosialis, feminis sosialis menekankan pada sistem patriari dan kapitalis sebagai pendukung tertindasnya perempuan dalam keluarga. Perempuan tertindas karena dikontruksi oleh budaya.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1). Meski istri ikut andil dalam pencarian nafkah, istripun tetap melakukan peran domestiknya. Istri tetap merasa berkewajiban melakukan tugas tersebut hal ini karena melekatnya budaya patriarki di kalangan masyarakat Indonesia khususnya dikalangan pedesaan.(2). Jika seorang istri ikut menyumbangkan materi dalam keluarga maka perempuan tersebut akan mempunyai relasi tawar menawar hal itu terbukti dengan perempuan berdagang sayur dan ikut menyumbangkan materi terhadap ekonomi keluarga, para suami membantu meringankan beban istri yang mempunyai tugas domestik, dan menjadikan perempuan tersebut mandiri tidak selalu bergantung pada suami dalam hal ekonomi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENDAHULUAN ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULIS SKRIPSI ...vi

ABSTRK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II: GENDER DAN EKONOMI-FEMINISME SOSIALIS A. Penelitian Terdahahulu... 12

B. Gender dan Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga ... 16

C. Feminisme Sosial ... 31

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

C. Pemilihan Subjek Penelitian ... 41

D. Tahap-tahap Penelitian ... 43


(8)

F. Teknik Analisa Data ... 50 G. Teknik Pemeriksaan keabsahan Data ...

BAB IV PERAN PEREMPUAN PEDAGANG SAYUR DALAM

PENINGKATAN EKONOMI DI PASAR UMUM KECAMATAN BESUKI KABUPATEN SITUBONDO

A. Deskripsi Umum Kecamatan Besuki ... 52 B. Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kec Besuki Kab Situbondo ... 64 C. Wewenang Pengambilan Keputusan Keluarga pada Perempuan Pedagang Sayur ... 80 D. Analisis Data ... 84 BAB IV PENUTUP

A. kesimpulan ... 92 B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penlitian 3. Surat Keterangan 4. Berita Acara 5. Kartu Pembimbing 6. Biodata


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.: PETA Kecamatan Besuki ... 53

Gambar 4.2.: Gambar Pasar Umum Besuki ... 64

Gambar 4.3: Foto Ibu Ramla dan Ibu Tik ... 72


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.: Data Informan ... 42

Tabel 4.1.: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2.: Jumlah Murid Berdasarkan Usia ... 54

Tabel 4.3.: Sarana Kesehatan Kec Besuki Kab Situbondo ... 56

Tabel 4.4.: Jumlah Tempat Ibadah Kec Besuki Kab Situbondo ... 57

Tabel 4.5.: Jumlah Agama dan Penganutnya Kec Besuki Kab Situbondo .. 57

Tabel 4.6.: Jumlah Jenis Pekerjaan Penduduk Kec Besuki Kab Situbondo . 58 Tabel 4.7.: jumlah Jenis Usaha di Pasar Umum Besuki ... 62

Tabel 4.8.: Jumlah Lapak di Pasar Umum Besuki ... 63

Tabel 4.9.: pendapatan perempuan pedagang sayur perhari ... 76


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak akan lepas dengan aspek ekonomi seperti sandang, pangan, papan begitupun pendidikan. Kebutuhan ekonomi manusia semakin hari semakin bertambah apalagi di era modern ini. Manusia yang pada dasarnya tidak akan terpuaskan dengan kebutuhan-kebutuhannya yang dipenuhinya. Hal ini diperkuat dengan tokoh filsafat dan sosiologi postmodernisme Jean Baudrillard menunjukkan bahwa “ide mengenai manusia yang memiliki kebutuhan dan harus selalu dipenuhi melalui konsumsi adalah mitos. Sesungguhnya manusia tidak pernah terpuaskan secara aktual, dan dengan ini, kebutuhan-kebutuhannya pun tak pernah terpuaskan.”1

Tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga secara tradisonal terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala keluarga, sedangkan peran istri dalam hal ini sebagai penambahan keluarga. kehidupan masyarakat adalah dinamis, dimana masyarakat akan berubah-ubah tidak akan selalu pada kondisi seperti itu. Di era modern ini kita banyak melihat bahwa yang berperan mencari nafkah untuk keluarga tak hanya laki-laki saja, bahkan banyak perempuan yang juga berperan dalam bidang ekonomi untuk membantu perekonomian keluarga.

1


(12)

2

Ada pembagian kerja yang sering dilakukan oleh perempuan yaitu bekerja di sektor primer (agraris), sektor sekunder (industri), dan sektor jasa (tersier). Hal ini di perkuat dengan wacana didalam forum tentang

“wanita dan ekonomi APEC ke-3 di Nusa dua, kabupaten Badung, Bali. Menteri Negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak mengatakan bahwa peran perempuan dan UKM tidak bisa dipisahkan karena hampir 96 persen pelaku industri di Indonesia adalah UKM dan 60 persen para pelakunya adalah perempuan, ia menilai bahwa dengan melihat kondisi tersebut.”2

Saat ini perempuan menjadi penggerak ekonomi sesuai dengan tema pertemuan tersebut. sehingga perempuan mempunyai peran ganda dalam kehidupannya. Yaitu, peran domestik (rumah tangga) dan peran pablik (bekerja), peranan perempuan domestik ini terkait dengan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, melayani suami dan mengurus anak, sedangkan peranan perempuan yang di ranah pablik ini terkait dengan keterlibatan perempuan di bidang ekonomi, sosial dan politik. Meskipun perempuan memainkan peranan ganda tetapi tetap saja bahwa peranan tersebut tidak dianggap atau tidak diperhitungkan. Kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan. Bahkan, bagi kalangan miskin, beban yang ditanggung oleh perempuan sangat berat apabila jika si

2

www.Neraca.co.id/article/3281/dua-kementrian-bersinegri-tingkatkan-perempuan.co.id diakses pada tgl 2 Nov 2016


(13)

3

perempuan ini harus bekerja ganda. Bagi kelompok masyarakat yang memilki tingkat ekonomi yang cukup, beban kerja domestik sering kali di limpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic workers).

Perempuan yang hanya terpaku pada pekerjaan di ranah domestik tidak berlaku lagi dizaman sekarang. Masyarakat yang status ekonomi nya rendah akan bergerak untuk berubah karena desakan kabutuhan yang tidak mencukupi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga, sehingga mereka memutuskan untuk ikut memainkan peranan laki-laki yang memang di ranah publik, walau hanya bekerja di sektor informal.

Dalam literatur atau percakapan sehari-hari sering kita dengar pemisahan antara apa yang disebut sektor informal dan sektor informal, sektor formal adalah sektor dimana pekerjaan didasarkan atas kontrak kerja yang jelas, dan pengupahan diberikan secara tetap atau kurang lebih permanen. sektor formal juga sulit dimasuki dalam arti menuntut persyaratan ketat. Sementara itu, sektor informal adalah sektor dimana pekerjaan tidak didasarkan kontrak kerja yang jelas bahkan sering kali si pekerja bekerja untuk dirinya sendiri, penghasilan sifatnya tidak tetap, dan tidak pemanen, untuk memasuki sektor informal ini tidak sulit dalam arti persayaratannya tidak ketat. Sektor informal menurut UU Ketenagakerjaan adalah kegiatan orang perseorangan atau keluarga, atau beberapa orang yang melakukan usaha bersama untuk melakukan kegiatan ekonomi atas dasar kepercayaan dan kesepakatan, dan tidak berbadan hukum. Kegiatan


(14)

4

di sektor ini misalnya berdagang dengan modal kecil, buka warung, pembantu rumah tangga, dan pramusaji.

Kondisi demikian sama seperti apa yang di alami oleh para perempuan pedagang sayur yang bekerja di pasar umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Tiap pagi di pasar umum Besuki ramai dengan pedagang-pedagang perempuan yang memainkan peranan gandanya. mereka pekerja sebagai pedagang seperti sayur, buah, dan lainnya. Ada beberapa faktor mengapa mereka memilih bekerja sebagai pedagang sayur di pasar umum besuki salah satunya adalah pendidikan, rendahnya pendidikan membuat mereka memilih bekerja di sektor informal yaitu bekerja sebagai pedagang. Persyaratan dan modal seperti Ijazah, skill dan pengalaman tidak ia miliki sehingga membuat mereka terhalang untuk bekerja di sektor formal. Kita ketahui bahwa masyarakat desa memang tingkat pendidikan mereka begitu rendah hal ini di karenakan biaya yang tidak mereka miliki untuk menunjang pendidikan, budaya yang mereka anut sejak dulu bahwa perempuan tidak perlu perlu adanya pendidikan tinggi, mereka percaya bahwa perempuan akan kembali menjadi pengasuh anak dan melayani suami.

Para perempuan pedagang sayur di pasar umum besuki ini melakukan pekerjaan peran ekonomi didalam keluarganya. Hasil yang ia dapatkan bukan untuk dirinya tetapi mereka kontribusikan pada perekonomian keluarga, semata- mata hanya untuk kebutuhan keluarga


(15)

5

entah itu kebutuhan pangan, sandang, papan dan juga pendidikan untuk kelangsungan hidup bagi keluarganya.

Peranan ganda yang dilakukan oleh perempuan pedagang sayur di Pasar Umum Besuki selalu mereka lakukan di setiap harinya, sebelum mereka melakukan peranan di ranah publik mereka berkewajiban melakukan peran domestik terlabih dahulu. Mereka datang ke Pasar sebelum subuh tiba, ia akan kembali setelah dagangan mereka habis dan melanjutkan peranan domestik yang tak pernah ada ujungnya. Meskipun perempuan pedagang sayur di Pasar Umum Besuki ini penuh dengan perjuangan namun tetap saja bahwa perempuan masih dianggap rendah daripada laki-laki. Menurut Frederick Engels menyebutkan bahwa kerja perempuan yang menjadi tidak terlihat secara ekonomi berakar dari adanya pembagian kerja secara seksual di dalam rumah tangga dan masyarakat. Perempuan dianggap bertanggung jawab untuk kerja reproduksi di dalam rumah dan laki-laki memiliki hak untuk melakukan kerja produksi di ranah publik.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa peran perempuan pedagang sayur sangatlah penting. Akan tetapi, peran perempuan baik di sektor domestik maupun publik kurang diperhitungkan. Peran perempuan di sektor domestik sering dianggap sebagai kewajiban budaya dan tidak diperhitungkan sebagai aset yang bernilai ekonomi. Sedangkan disektor publik terutama dalam aktivitas ekonomi, bekerjanya


(16)

6

kaum perempuan masih dianggap sebagai pencari nafkah tambahan meskipun penghasilan perempuan/istri lebih besar dibanding suami.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Besuki Kecamatan Besuki Kabupaten situbondo ?

2. Bagaimana Wewenang dalam Pengambilan Keputusan Keluarga pada Perempuan Pedagang Sayur di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo ?

C. Tujuan penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui gambaran Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. 2. Untuk mengetahui Wewenang dalam Pengambilan Keputusan

Keluarga pada Perempuan Pedagang Sayur di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

D. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Akademis

- Diharapkan mampu memperluas pengetahuan dalam bidang sosiologi dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Program Studi Ilmu Sosiologi khususnya tentang Sosiologi Gender dan Ekonomi. Yang berhubungan dengan Peran


(17)

7

Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo

- Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa dan peneliti.

2. Secara Praktis

- Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca

- Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber informasi terutama dalam bidang Gender dan Ekonomi.

E. Definisi Konseptual

Konsep adalah unsur pokok daripada penelitian. Kalau masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu.

Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam pembahasan perlu kiranya peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dalam judul proposal ini, dalam penelitian ini akan didefinisikan yaitu:

1. Gender

Kantor Menteri Negara Perkembangan Republik Indonesia, mengartikan “Gender adalah peran-peran sosial yang dikontruksikan


(18)

8

oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan oleh keduanya (laki-laki dan perempuan).”3

Suzannne Williams, Janet Seed, dan Adelia Mwau dalam The OXFAM Gender Training Manual, mengartikan gender sebagai berikut :

Manusia dilahirkan dan dididik sebagai bayi perempuan dan laki-laki supaya kelak menjadi anak perempuan dan laki-laki-laki-laki serta berlanjut sebagai perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. Mereka dididik tentang bagaimana cara bersikap, berperilaku, berperan, dan melakukan pekerjaan yang sepantasnya sebagai laki-laki dan perempuan dewasa. Mereka dididik bagaimana berelasi di antara mereka, sikap-sikap yang dipelajari inilah yang pada akhirnya membentuk identitas diri dan peranan gender mereka dalam masyarakat.4

2. Ekonomi

Ekonomi adalah 1). ilmu mengenai masa-masa produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, perdagangan, 2). Pemanfaatan uang, tenaga, waktu, 3). Urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara), 4). Tata kehidupan perekonomian (suatu negara).5

3

Riant, Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaanya di Indonesia, (Yogyakata : Pustaka Pelajar, 2011). 6

4

ibid

5


(19)

9

3. Peran Perempuan

Peran (1) pemain sandiwara, pelaku dari suatu tokoh dalam drama atau sandiwara, (2) perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkependudukan didalam masyarakat.6

Berhasil tidaknya suatu peran drama tersebut tergantung kemampuan orang-orang yang menjadi bintang yang memerankannya. Sebagaimana patuhnya seorang pelaku terhadap script (semacam skenario), intruksi dari sutradara, peran dari sesama pelaku.

Peran perempuan diranah publik adalah keikutsertaan seorang perempuan dalam bidang publik seperti sosial, politik dan ekonomi. Peran Perempuan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah peran perempuan yang ikut serta membantu keluarga dalam bidang ekonomi. Keikutsertaan seorang istri dalam pencarian nafkah karena ada alasan tertentu.

4. Pedagang Sayur

Pedagang sayur adalah seorang yang menjual berbagai macam sayuran di pasar kepada konsumen secara langsung. Pedagang sayur yang di maksud dalam penelitian ini adalah perempuan yang berdagang sayur di Pasar Umum di Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Perempuan yang sudah terikat dengan perkawinan dan juga sudah bergadang sayur kurang lebih dari satu tahun.

6


(20)

10

F. Sistematika Pembahasan

Dalam tulisan skripsi ini perlu adanya sistematika yang terdiri dari beberapa bab yang di antaranya, Pada bab pertama terdapat pendahuluan, pendahuluan disini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

Pada bab kedua yaitu kajian teoritik, Kajian terotik ini meliputi beberapa pembahasan antara lain penelitian terdahulu, penelitian terdahulu di sini yaitu penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan. kajian pustaka yang akan membahas tentang Gender dan Ekonomi (Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam Peningkatan Perekonomian Keluarga), dan kerangka teori. Kerangka teori ini membahas teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian yang akan di teliti. Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah feminisme sosialis.

Pada bab ketiga yaitu metode penelitian, metode yang digunakan oleh peneliti ini adalah metode kualitatif metode penelitian ini terdapat beberapa pembahasan diantaranya yaitu : jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

Pada bab keempat yakni penyajian dan analisis data. Penyajian dan analisis data terdiri dari beberapa pembahasan antara lain, deskripsi umum objek penelitian dan deskripsi hasil penelitian dan analisis data. Deskripsi


(21)

11

umum disini menjelaskan bagaimana peran perempuan pedagang sayur dalam peningkatan ekonomi keluarga dan menganalis dengan teori yang digunakan. Penyajian data yang tertulis atau dapat disertakan gambar dan sedangkan analisis data digambarkan berbagai macam data yang kemudian ditulis dengan analisis deskriptif.

Bab terakhir adalah penutup yang akan membahas tentang kesimpulan, Kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang dilakukan. Dan juga membahas saran dari kesimpulan penelitian, yang ditujukan kepada masyarakat dan peneliti yang akan meneliti selanjutnya.


(22)

BAB II

GENDER DAN EKONOMI – FEMINISME SOSIALIS

A. Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penelitian terdahulu peneliti mencoba membandingkan dengan beberapa penelitian yang menurut peneliti ada kesamaan dan perbedaanya. Ada tiga penelitian terdahulu yang relavan dengan penelitian yang diteliti sekarang diantaranya adalah :

1. Ratu Mil’us Samawati, Peran Perempuan dalam Peningkatan Perekonomian Keluarga di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. Skripsi, Jurusan Sosiologi Institut Agama Islam Negeri Surabaya, yang ditulis pada tahun 2006. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, kota Surabaya, rumusan masalah dalam skripsi tersebut yaitu pertama, faktor apa yang menyebabkan perempuan berperan dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. Kedua, apakah bentuk peran perempuan dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, jenis dan pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu jika penelitian terdahulu khusus pada perempuan pekerja yang ada di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. Sedangkan


(23)

13

penelitian ini lebih kepada perempuan pedagang sayur yang ada di Pasar Umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

Persamaan dari kedua penelitian ini adalah objek kajian perempuan yang sudah menikah, perempuan yang memainkan peran ganda karena adanya tuntutan perekonomian keluarga yang kurang mencukupi. Bentuk peran perempuan yang mana sebagai istri dan ibu di kelurahan Kalisari Surabaya adalah dengan selain tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka mereka sebagai istri dan suami dan ibu dari dari anak-anak mereka. Mereka juga harus membagi waktu mereka dengan bekerja.1

Penelitian terdahulu membahas tentang faktor yang melatarbelakagi para perempuan di Kelurahan Kalisari Surabaya, mereka ikut serta dalam pencarian nafkah untuk keluarga, berbagai macam jenis pekerjaan yang mereka lakukan dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga para perempuan yang belum mencukupi.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu faktor-faktor yang perempuan mempunyai peran ganda karena ketidakcukupan kebutuahan ekonomi keluarga, dan dampak dari peran ganda perempuan berdampak positif bagi keluarga.

2. Isna Sosan, Jurnal Komunitas, Peran Ganda Ibu Rumah Tangga yang Bekerja Sebagai Tukang Amplas Kerajian Ukir Kayu, berasal dari

1Samawati mil’ul ratu,skripsi,

Peran Perempuan dalam Peningkatan Perekonomian Keluarga di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. (Surabaya: 2006).


(24)

14

lembaga pendidikan SMA Ma’arif Jepara, yang diterbitkan pada tahun 2010. Penelitian ini di lakukan di desa Desa Keling Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah objek penelitian, teori yang di gunakan. Objek penelitian terdahulu lebih khusus pada perempuan yang bekerja sebagai tukang amplas kerajinan ukir kayu, Lebih ke ranah sektor industri. Sedangkan penelitian ini yaitu perempuan yang bekerja sebagai pedagang sayur di Pasar.

Kesamaan dari kedua penelitian ini adalah kriteria pemilihan informan yaitu perempuan yang sudah terikat dengan pernikahan, bekerja sebagai ibu rumah tangga. dan perempuan tersebut memilki peran ganda dalam keluarga yaitu peran domestik dan peran publik (ekonomi keluarga).

Penelitian terdahulu membahas tentang seorang istri dalam keluarga yang memutuskan untuk membantu suaminya dengan cara bekerja sebagai tukang amplas kayu karena pendapat suami yang kurang mencukupi dan kebutuhan keluarga yang semakin meningkat. Sehingga para ibu memutuskan memainkan peran ganda tersebut.

Kesimpulan dari penelitian terdahulu adalah bahwa tekanan ekonomi dan penghasilan suami yang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari merupakan faktor utama yang menyebabkan istri bekerja. Hal inilah yang menyebabkan sebagian


(25)

15

besar ibu-ibu di Desa Keling Kecamatan Keling Kabupaten Jepara berusaha bekerja di luar sektor domestik untuk membantu suami menopang hidup. Para istri bekerja menjadi tukang amplas kerajinan ukir kayu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya guna mengejar status sosial keluarga dalam masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan taraf pendidikan bagi keluarganya. 3. Imas Maesaroh, Jurnal Penelitian, Status Pekerjaan Wanita, Peran

Wanita dan Kemandirian Wanita dalam Pandangan Entis Wanita Jawa dan Madura (Studi terhadap Pandangan pada Mahasisiwi Beretnis Jawa dan Madura di IAIN Sunan Ampel), yang ditulis pada tahun 2006, rumusan masalah dalam jurnal penelitian tersebut yaitu 1). Apakah ada perbedaan atara etis wanita jawa, dan madura dalam memadang status pekerjaa wanita?, 2). apakah ada perbedaan antara etnis wanita jawa dan madura dalam memadang kemadirian wanita didalam rumah tangga? 3). Apakah ada perbedaa atara etnis wanita jawa dan madura dalam memadag peran wanita didalam rumah tangga?, metode penelitian ini menggunakan desain penelitian komparasi.2

Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah dari segi metode penelitian, kriteria pemilihan informal, penelitian terdahulu menggunakan metode desain penelitian komparatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif deskriptif. Penelitian

2

Imas Maesaroh, dkk, Perempuan dalam Sorotan Bunga Rampai Penelitian, (Surabaya : Sinar Terang Surabaya, 2006) . 59


(26)

16

terdahulu memiliki kriteria sebagai sampel yaitu mahasiswa yang beretnis madura dan jawa. Kesamaan dari kedua penelitian ini adalah mengkaji tentang perempuan yang bekerja dalam membantu perekonomian rumah tangga.

Pembahasan dari penelitian terdahulu adalah sebagai akibat perkembangan zaman, ternyata bahwa mayoritas mahasiswi baik berasal dari Jawa dan Madura beranggapan bahwa dengan bekerja disektor publik dalam berbagai jenisnya ternyata bisa memberikan keuntungan uang, memberikan harga diri yang tinggi, dan memiliki kebebasan. Sangat sedikit dari mereka yang menyatakan bahwa bekerja disektor publik tidak memberikan keuntungan uang dan harga diri bagi pelakunya. Perubahan sosial telah terjadi yang menyangkut kemandirian wanita, perubahan tersebut terlihat dari keinginan wanita untuk bekerja.

Kesimpulan dari jurnal penelitian ini adalah dalam memandang pekerjaan, yang terkait dengan status wanita, peranan wanita dan kemandirian wanita didalam rumah tangga ternyata antara orang jawa dan madura yang sedang belajar tidak ada perbedaan yang signifikan. Baik melalui analisis statistik berdasarkan rumusan uji beda memang tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil dari penelitian ini memperkuat tentang sumbangan ekonomi rumah tangga bagi wanita bekerja bagaimana yang dihasilkan oleh studi papanek dan juga


(27)

17

memperkuat teori Materialisme non Marx tentang sumbangan wanita pekerja didalam ekonomi rumah tangga.

B. Gender dan Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga

1. Gender

a. Definisi gender

Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefisian yang bersifat social budaya dengan pendefisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.

Pada sumber lain, Oakley (1972) dalam Sex, Genderand Society menuturkan bahwa gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat tuhan. Perbedaan biologis merupakan perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat Tuhan maka secara permanen berbeda dengan pengertian gender. Gender merupakan behavioural differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara social, yakni perbedaan yang bukan ketentuan tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses social dan kultural yang panjang.3

Suzannne Williams, Janet Seed, dan Adelia Mwau dalam The OXFAM Gender Training Manual, mengartikan gender sebagai berikaut : Manusia dilahirkan dan dididik sebagai bayi

3


(28)

18

perempuan dan laki-laki supaya kelak menjadi anak perempuan dan laki-laki serta berlanjut sebagai perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. Mereka dididik tentang bagaimana cara bersikap, berperilaku, berperan, dan melakukan pekerjaan yang sepantasnya sebagai laki-laki dan perempuan dewasa. Mereka dididik bagaimana berelasi di antara mereka, sikap-sikap yang dipelajari inilah yang pada akhirnya membentuk identitas diri dan peranan gender mereka dalam masyarakat.4

Sementara itu, kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia,5 mengartikan “gender adalah peran-peran social yang dikontruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran social tersebut dapat dilakukan oleh keduanya (laki-laki dan perempuan).”

Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, emosiaonal, keibuan. Sedangkan laki-laki

4

Riant, Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaanya di Indonesia, (Yogyakata : Pustaka Pelajar, 2011) . 6

5

Riant Nugroho. Gender dan Strategi Pengarus-Utamanaanya di Indonesia.(Yogyakarta: PustakaPelajar, 2011) . 4


(29)

19

dianggap perkasa, rasional, dan jantan. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat dapat dipertukarkan. 6

b. Ketimpangan Gender

Dari uraian sebelumnya dapat dengan jelas dibedakan antara perbedaan jenis kelamin(seks) dengan perbedaan gender. Dalam kondisi saat ini masih menunjukkan bahwa perbedaan kelamin dapat menimbulkan perbedaan gender (gender differences).

Gender differences (perbedaan gender) sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang menimbulkan gender inequalties (ketidakadilan gender). Namun yang menjadi masalah adalah ternyata perbedaan gender ini telah menimbulkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan utamanya bagi perempuan.

Gender inequalities (ketidakadilan gender) merupakan sistem dan struktur dimana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.7dengan demikian agar dapat memahami perbedaan gender yang menyebabkan ketidakadilan maka dapat dilihat dari berbagai manifestasinya, yaitu sebegai berikut:8

1) Marginalisasi

6

Mansour Fakih. Analisis Gender &Tranformasi Sosial (:PustakaPelajar, 1999) .9

7

Riant Nugroho. Gender dan Strategi Pengarus-Utamanaanya di Indonesia.(Yogyakarta: PustakaPelajar, 2011). 9

8


(30)

20

Beberapa jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender tersebut. Dari segi sumbernya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan.9

Banyak studi telah dilakukan dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang menjadi penyebab kemiskinan kaum perempuan. Misalnya, program swasembada pangan dan revolusi hijau (green revolusion) secra ekonomis telah meyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka. Program revolusi hijau dirancang tanpa mempertimbangkan aspek gender.

Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi ditempat pekerjaan, terjadi pula dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak dirumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. Misalnya banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak

9

Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).13


(31)

21

memberi hak kepada kau perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali. Sebagian tafsir keagamaan memberi hak waris setengah dari hak waris laki-laki terhadap perempuan.

2) Subordinasi

Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap perempuan. Sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan tidak bisa tampil memimpin merupakan bentuk dari subordinasi yang dimaksud.

Subordinasi karena gender tersebut dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa, dulu ada anggapann bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi toh akhirnya akan ke dapur juga, dan banyak contoh lainnya yang memberi batasan terhadap kaum perempuan.

3) Stereotip

Banyak sekali bentuk stereotip yang terjadi di masyarakat yang dilekatkan kepada umumnya kaum perempuan sehingga berakibat menyulitkan, membatasi memiskinkan dan kerugian kaum


(32)

22

perempuan. Misalnya, adanya keyakinan dimasyarakat bahwa laki-laki adalah pencari nafkah maka setiap pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan diniai hanya tambahan sehingga pekerja perempuan boleh saja dibayar lebih rendah daripada laki-laki.

4) Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan yang disebabkan oleh gender ini adalah gender-relatedviolence. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidak-setaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender diantaranya:10

a) Bentuk pemerkosaan terhadap perempuan. b) Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang

terjadi dalam rumah tangga (domestic violence).

c) Bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin (genital mutilation).

d) Kekerasan dalam bentuk pelacuran (prostitution).

10

Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) .17


(33)

23

e) Kekerasan dalam bentuk pornografi.

f) Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterelisasi dalam keluarga berencana (enfoced sterilization).

g) Jenis kekerasan berselubung (molestation). h) Tindakan kejahatan terhadap yang paling

umum dilakukan masyarakat yakni pelecahan seksual.

5). Beban Kerja

Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama dibanding kaum laki-laki. Kau perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.

Bagi kalangan keluarga miskin, beban yang harus ditanggung ini harus perempuan sangat berat apalagi si perempuan harus bekerja diluar sehingga harus memikul kerja ganda. Bagi kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi cukup, beban kerja domestik


(34)

24

seringkali di limpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic workers) dengan demikian perempuan merupakan korban bias gender di masyarakat.

2. Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga

a. Peran Perempuan dalam Keluarga

Berbicara tentang peran bahwa setiap individu dalam masyarakat pasti memiliki peran masing-masing, Peran adalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan individu sebagai status yang mencakup peran domestik maupun publik atau dengan kata lain peran perempuan merupakan kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan dan dianggap menjadi tanggung jawab perempuan. Peran penting kaum perempuan dalam keluarga tradisional salah satunya adalah di sektor domestik.

Peran perempuan dalam lingkungan keluarga sangat penting, jika di uraikan lebih jauh maka peran-peran tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:11

1). Perempuan sebagai anggota keluarga

Perempuan sebagai anggota rumah tangga juga sangat penting bagi keluarga karena perempuan sebagai tumpuan harapan pemenuhan rasa aman dan rasa kasih sayang setiap anggotanya. Hal yang dimaksud adalah perempuan diusahakan

11

Satuan Tugas Penyusun Pengembangan Motivasi Agama Terhadap Peran Wanita Menurut Pandangan Islam, Motivasi Peningkatan Peran Wanita Munurut Ajaran Islam (Jakarta: DEPARTEMEN AGAMA R.I. PROYEK PENINGKATAN PERANAN WANITA, 1995) . 36-46


(35)

25

dapat memberi energi positive bagi anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan kesehatan fisik.

2). Perempuan sebagai istri

Perempuan sebagai istri tidak kalah rumitnya dengan peran ibu rumah tangga ia berkewajiban mengayomi anggota keluarga termasuk suaminya, mendukung suami serta mendampingi suami. ada beberapa hubungan macam pola hubungan suami istri dalam keluarga yaitu owner property, head complement, senior junior partner, dan equal partner.12

Pola perkawinan owner property, istri adalah milik suami sama seperti uang dan barang berharga lainnya. Ada beberapa tugas seorang istri yaitu :

 tugas istri adalah untuk membahagiakan suami dan memenuhi semua keinginan dan kebutuhan rumah tangga suami.

 istri harus menurut pada suami dalam segala hal.

 istri harus melahirkan anak-anak yang membawa nama suami.

 istri harus mendidik anaknya sehingga anak-anaknya bisa membawa nama baik suami.

Pada pola perkawinan kedua head-complement, istri dilihat sebagai pelengkap suami, suami diharapkan untuk memenuhi

12

T.O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004) hal. 101


(36)

26

kebutuhan istri akan cinta dan kasih sayang, kepuasan seksual, dukungan emosi, teman dan komunikasi yang terbuka. Suami dan istri memutuskan untuk mengatur kehidupan bersamanya secara bersama-sama. Tugas suami masih tetap mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan tugas istri masih tetap mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anak.

Pada pola perkawinan yang ketiga senior-junior partner, posisi istri tidak lebih dari pelengkap suami, tetapi sudah menjadi teman. Perubahan ini terjadi karena istri juga memberikan sumbangan secara ekonomis meskipun pencari nafkah utama tetap suami. Dengan penghasilan yang didapat, istri tidak lagi sepenuhnya bergantung pada suami untuk hidup. Kini istri memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Ciri perkawinan seperti inilah banyak ditemukan pada keluarga sekarang.

Pada pola perkawinan yang keempat equal partner, tidak lagi yang lebih tinggi atau rendah diantara suami. Istri mendapat hak dan kewajiban sama untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas-tugas rumah tangga. pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri. Dengan demikian istri bisa menjadi nafkah utama, artinya penghasilan istri bisa lebih tinggi dari suami.


(37)

27

3). Perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Tugas dari ibu rumah tangga salah satunya adalah peran ibu yang mengandung anak, merawat, mengayomi serta mendidik anak, tidak hanya itu ibu rumah tangga berkewajiban menjaga material keluarga seperti mengolah keuangan keluarga, Mengelola keuangan pada dasarnya bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Disini para ibu dituntut untuk mengelola sejumlah uang yang diberikan suami guna memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangganya, mulai dari belanja kebutuhan sesehari-hari-sehari-hari, membayar uang sekolah anak, tagihan-tagihan kredit, arisan, hingga dana untuk keperluan rekreasi dan sumbangan-sumbangan lain.

Kalau uang yang diberikan suami melimpah, mungkin tidak terlalu sulit mengaturnya. Akan tetapi jika penghasilan suami terbatas, sedangkan angka kebutuhan rumah tangga terus meningkat maka para ibu harus berfikir bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Untuk mengatasi masalah tersebut kaum perempuan berupaya menambah pengasilan yaitu dengan cara bekerja dalam usaha makro. Adapun motivasi mereka bekerja adalah untuk menambah penghasilan guna menutupi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi. Akan tetapi hal ini tampaknya


(38)

28

bukan satu-satunya solusi tepat. Disatu sisi memang pendapatan rumah tangga meningkat, tetapi disisi lain kebutuhanpun semakin bertambah pula. Akibatnya perempuan harus melakukan beberapa strategi untuk mengelola keuangan rumah tangga, baik itu dengan cara mengendalikan tingkat pengeluaran rumah tangga, memanfaatkan pendapatan untuk menabung dan investasi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, atau jika terpaksa memanfaatkan jaringan sosial untuk menambal sulam kebutuhan.13

Geertz menyatakan bahwa wanita Jawa mempunyai bidang yang luas untuk bergerak di dalam lingkungan rumah tangga dan istrilah yang memberikan kata putus terhadap sebagian besar masalah.14 Dia mengendalikan semua keuangan keluarga, meskipun diberikannya penghormatan formal kepada sang suami serta dalam soal-soal besar selalu mendengarkan pertimbangannya, bisanya dialah yang dominan. Pendapat Geertz yang menyatakan istri mengendalikan semua keuangan keluarga tampaknya masih melekat pada keluarga Jawa didesa.

Hal ini terjadi pada rumah para informan. Dalam rumah tangga mereka, uang dan dan segala pendapatan rumah tangga mereka yang memegang dan mengelolanya. Meskipun

13

Maylin O, Mildred L, Evelyn S, Sulastri, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama) . 233

14


(39)

29

perempuan ikut serta dalam pengumpulan pendapatan ia tetap

berstatus “membantu suami” sehingga tidak semua dari mereka

memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan dalam menganggarkan pendapatan meskipun ia turut menyumbang pendapatan dalam rumah tangganya.

Keahlian perempuan dalam mengelola keuangan rumah tangga bukan hanya karena kebiasaan yang sudah melekat sejak lama, tapi juga karena perempuan pada dasarnya mahir mengelola keuangan rumah tangga. Contoh mudahnya, para ibu mengetahui secara detail harga-harga dan tempat belaja yang murah. Makannya, uang yang dikeluarkan masih bisa terkendali.

Dalam mengelola keuangaan rumah tangga, menurut sebagian informan hal ini berfungsi untuk memantau keuangan rumah tangga. Dengan mencatat uang keluar masuk, mereka juga dapat memperhitungkan berapa jumlah uang yang harus digunakan untuk biaya produksi, biaya konsumsi, pengembangan usaha, kebutuhan pakaian, kesehatan, pendidikan, dan juga hal-hal sosial seperti: ibadah maupun sumbangan-sumbangan pada acara pernikahan, khitanan, syukuran, dan lain sebaginya.

Sebagai salah satu bentuk manajemen keuangan rumah tangga, mencatat uang keluar masuk merupakan suatu hal yang


(40)

30

tidak boleh terlupakan. mencatat uang keluar masuk sangat berguna bagi sebuah rumah tangga, karena dengan begitu kita dapat mengetahui berapa besarnya uang masuk tiap bulan dan berapa pengeluaran yang harus dikeluarkan agar uang yang keluarkan tidak melebihi penghasilan yang didapat. supaya tidak terjerumus kedalam dunia hutang apalagi dunia kredit yang akhirnya dapat menjerat seumur hidup.

b.Peran Perempuan dalam Peningkatan Perekonomian Keluarga

Dari Masa ke masa perspektif tentang perempuan sudah mulai berubah semenjak adanya gerakan feminisme yang menentang adanya penindasan kaum perempuan. contohnya pada saat ini banyak para perempuan mulai melakukan perannya di ranah publik seperti ikut andil dalam kegiatan ekonomi, politik serta dunia pendidikan.

Peran gender suami dan istri yang diakui dan dibakukan pemerintah melalui berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan, antara lain dicantumkan dalam UU Perkawinan (pasal 31 dan 34) menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga yang mempunyai kewajiban melindungi istri dan mencukupi segala keperluan rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan


(41)

31

istri dinyatakan sebagai ibu rumah tangga dan wajib mengatur urusan rumah tangga.15

Walaupun dikatakan dalam UU bahwa suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga, namun pada kenyataannya tidak hanya suami yang berperan menanggung kebutuhan keluarga, istripun berperan bahkan kadang hanya istri yang menunjang perekonomian keluarga, seperti yang terlihat dari hasil penelitian ini. Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari tidak hanya ditanggung oleh suami, tetapi juga ditanggung oleh istri sebagai ibu rumah tangga.

Kaum perempuan secara de fakto banyak bekerja mencari nafkah. Istri secara tidak langsung dituntut untuk mencari nafkah, apabila satu pengahasilan suami dirasa belum mencukupi, maka dalam kondisi demikian mereka mencari sumber penghasilan lainnya dengan cara berdagang sayur, banyak alasan kenapa harus berdagang sayur dalam meningkatkan perekonomian keluarga salah satunya adalah pendidikan, rendahnya pendidikan membuat mereka memilih bekerja di sektor informal yaitu bekerja sebagai pedagang. Persyaratan dan modal seperti Ijazah, skill dan pengalaman tidak ia miliki sehingga membuat mereka terhalang untuk bekerja di sektor formal. Kita ketahui bahwa masyarakat desa memang tingkat pendidikan mereka begitu rendah hal ini di

15

Wiludjeng, Henny, Attas hendartini Habsjah, dan Dhevy S. Wibawa, Dampak Pembakuan Peran Gender terhadap Perempuan Kelas Bawah ( Jakarta: LBH-APIK, 2005)


(42)

32

karenakan biaya yang tidak mereka miliki untuk menunjang pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara awal mengenai motivasi terhadap lima informan terlihat bahwa faktor yang menyebabkan mereka bekerja adalah kurangnya pendapatan suami, sehingga mereka harus terjun dan melakukan aktivitas ekonomi. Dan ketika mereka terjun dalam aktivitas ekonomi maka peran informan dalam perekonomian rumah tangga semakin tampak.

Peran ganda yang lakukan para perempuan ini terdapat konsekuensi pada terjadinya perubahan pranata ataupun struktur sosial didalam keluarga. Terkadang perempuan yang berperan ganda menyebabkan bertambahnya masalah-masalah didalam keluarga tersebut.

c. Perempuan dan Usaha Mikro

Fenomena perempuan bekerja dan berusaha bukanlah hal baru dalam kehidupan kelompok-kelompok marjinal dan miskin. Usaha-usaha mikro seperti perdagangan, pengolahan makanan, industri berteknologi rendah konveksi dan jasa adalah adalah jenis-jenis maupun yang banyak dijalankan perempuan baik secara mandiri maupun sebagai bagian dari sistem produksi keluarga. Usaha mikro memberikan harapan bagi kelompok miskin untuk dapat mempertahankan kelangsungan kehidupannya. Namun demikian, bersama harapan itu masih banyak masalah yang menghambat


(43)

33

kelangsungan usaha, khusus bagi perempuan, hambatan ini tidak saja dari sisi usaha tetapi juga dari relasi gender yang sudah mentradisi.

Usaha mikro sangat dekat dengan perempuan. Kondisi kesejahteraan usaha mikro maupun perempuan yang terlibat didalamnya hampir tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Keduanya senantia dalam kondisi buruk. Masuknya masyarakat desa dan khususnya perempuan kedalam kerja-kerja produktif seperti usaha mikro tidak dapat dipandang sebagai bagian dari pencapaian pembangunan, tetapi sebagai alat potensial untuk menghasilkan pendapatan dan kesejahteraan. Walaupun demikian, sektor-sektor tersebut membuka peluang baru bagi perempuan untuk masuk pada kerja produktif diluar pertanian.16

Karakteristik marginal dan subsistemnya ekonomi yang dijalankan perempuan dalam sektor-sektor tersebut sangat lekat dengan fenomena kemiskinan ditingkat pedesaan. Perempuan seringkali kehilangan bidang kegiatan dan kewenangan tradisionalnya serta menemukan dirinya terbuang kedalam tugas-tugas yang dianggap berproduktvitas rendah dan tidak terodernisasi dengan berbagai kondisi buruk yang menyertainya upah yang rendah, berbagai invervensi pemerintah yang sering kali justru

16

Ratih Dewayanti, Erna Ermawati C, Marginalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro di Pedesaan Jawa (Bandung : Yayasan AKATIGA, 2004) . 3


(44)

34

memperburuk kondisi dirinya, serta struktur hulu-hilir yang cenderung eksploitaif.

Perempuan dan kelompok miskin harus bertahan hidup dengan mengembangkan relasi-relasi ekonomi dan sosial yang terbatas dalam kaitan dengan bagaimana perempuan usaha mikro harus

bertahan hidup.17

C. Feminisme Sosialis (Kapitalisme dan Patriarki)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Feminisme Sosialis karena peneliti menggangap teori ini relavan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Sebelum membahas tentang Feminisme Sosialis lebih dalam peneliti akan menjelaskan tentang definisi dan sejarah teori Feminisme serta alasan mengapa peneliti menggunakan teori Feminisme Sosialis.

Feminisme merupakan gerakan perempuan dalam pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya melawan pranata sosial yang ada, seperti institusi rumah tangga, perkawinan, maupun usaha pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodrat. Gerakan ini bertujuan untuk kepedulian memperjuangkan nasib perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk memberi kesadaran bagi para perempuan bahwa mereka termasuk golongan yang tertindas.

Lahirnya gerakan Feminisme dipelopori oleh kaum perempuan yang terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing-masing gelombang

17

Ratih Dewayanti, Erna Ermawati C, Marginalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro di Pedesaan Jawa (Bandung : Yayasan AKATIGA, 2004) . 7


(45)

35

memiliki perkembangan pesat. Bahwa feminisme yang dimaksud di sini ialah kesadaran akan posisi perempuan yang rendah dalam masyarakat, dan keinginan untuk memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut. Apa yang disebut feminisme gelombang kedua ini buka merupakan gerakan yang homogen, melainkan dalam tiga golongan besar, yaitu feminisme radikal, feminisme liberal dan feminisme sosialis.18

Feminisme sosialis merupakan hasil ketidakpuasan atau sebagai kritik feminis Marxis atas sifat pemikiran Marxis yang pada dasarnya buta gender, dan atas kecenderungan Marxis untuk mengangap opresi terhadap perempuan jauh dibawah pentingnya opresi terhadap pekerja. Marxis mengasumsikan bahwa perempuan menderita di tangan kaum borjuis, karena itu perempuan harus menunggu gilirannya untuk dibebaskan.19 Aliran ini mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan.

Feminisme sosialis mulai dikenal sejak tahun 1970an. Menurut Jangger didalam Launer, mahzab ini merupakan sintesa dari pendakatan historis materialis dan Engels dengan wawasan “The Personal Is

Political” dari kaum feminis radikal. Meskipun mendukung sosialis,

feminis sosialis kurang puas dengan analisis Marx Engels yang tidak menyapa penindasan dan perbudakan terhadap wanita.

18

Ratna Saptari, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial ,(Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1997) . 48

19


(46)

36

Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender. 20

Wanita hanya dapat dibebaskan dari penindasan ini, kalau sistem ekonomi kapitalistik diganti dengan masyarakat sosialis, yaitu masyarakat egaliter tanpa kelas kelas, ini harus dimulai juga dari keluarga, dimana para istri harus dibebaskan dahulu agar dapat menjadi dirinya sendiri. Bukan milik suaminya. Kalau sistem egaliter dalam keluarga dapat tercipta, maka hal ini akan tercermin pula kehidupan sosial.

Feminisme sosialis mengatakan bahwa kapitalisme dan patriarki merupakan ideologi yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap kaum wanita. Salah satu isu sentral yang dibahas feminis sosialis adalah menelaah hubungan antara kerja domestik dengan kerja publik atau dalam sosiologi lebih suka menyebutnya antara keluarga dan kerja. Ada beberapa inti pemikiran feminisme sosialis yaitu:

1. Wanita tidak dimasukkan dalam analisis kelas, karena pandangan bahwa wanita tidak memiliki hubungan khusus dengan alat-alat produksi.

2. Ide untuk membayar wanita atas pekerjaan yang dia lakukan di rumah. Status sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaanya sangat penting bagi berfungsingnya sistem kapitalis.

20


(47)

37

3. Kapitalisme memperkuat sexism, karena memisahkan antara pakerjaan bergaji dengan pekerjaan rumah tangga (domestik work) dan mendesak agar wanita melakukan pekerjaan domestik. Akses laki-laki terhadap waktu luang, pelayanan-pelayanan personal dan kemewahan telah mengangkat standar hidupnya melebihi wanita. Karenanya, laki-laki menjadi anggota patriarki. Tenaga kerja wanita kemudian menguntungkan laki-laki sekaligus kapitalisme. Kapitalisme merupakan bagian yang inheren sekaligus menciptakan penindasan bagi perempuan. Sosialisme membagi kelas masyarakat menjadi dua, yaitu kelas pemilik modal dan kelas yang bekerja sebagai buruh para pemilik tersebut. Dua kelas ini, oleh Marx sebagai tokoh sosialis disebut sebagai kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis adalah mereka yang memiliki kekayaan, sementara kelas proletar adalah masyarakat miskin yang dipekerjakan sebagai buruh di dalam industri kapitalisme tersebut.21

Feminisme sosialis juga mengemukakan bahwa penindasan struktural yang terjadi pada perempuan meliputi dua hal, yaitu penindasan di bawah kapitalis dan penindasan di bawah patriarki, yang kemudian menjadi penindasan kapitalis patriarki atau disebut dominasi. Prinsip dasar dalam teori feminis sosialis adalah materialis historis yang mengaju pada posisi bahwa kondisi material kehidupan manusia, termasuk aktivitas dan hubungan yang menciptakan kondisi itu adalah faktor kunci yang

21

George Ritzer dan Duglas J, Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007) , 415


(48)

38

menentukan pola pengalaman manusia, kepribadian, dan tatanan sosial, kondisi itu berubah sepanjang waktu karena dinamika yang terdapat di dalamnya.

Feminisme sosialis adalah gerakan untuk membebaskan para perempuan melalui perubahan struktur patriarki. Perubahan struktur patriarki bertujuan agar kesetaraan gender dapat terwujud. Secara garis besar dapat dilihat beberapa konsep dasar pemikiran feminis sosialis yaitu berdasarkan konsep patriarki, kelas, gender, dan reproduksi.22

Didalam kerangka feminisme sosialis cara-cara pemecahannya masalah untuk perubahan, meliputi perubahan-perubahan sosial radikal instuisi-instuisi. Mitchell dengan jelas mensejajarkan konsep-konsep patriarki dan kapitalisme. Ia menolak gagasan bahwa persamaan akses, revolusi ekonomi atau kontrol reproduksi, akan menghapuskan penindasan wanita. Ia menunjukkan mode ideologis patriarki terpisah dan berbeda dari mode produksi ekonomi. Kedua bentuk penindasan itu, perlu dilenyapkan untuk membebaskan wanita.23

Feminisme sosialis mengadopsi teori praksis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas agar perempuan sadar bahwa mereka merupakan kelas yang dirugikan. Proses penyadarannya adalah dengan cara membangkitkan emosi para perempuan agar mereka mengubah keadaannya. Proses penyadaran ini menjadi inti feminisme sosialis.24

22

Jane C.O. Helen A.R, Sosiologi Wanita, (Jakarta: PT Rineka Putra, 1996) . 30

23

ibid

24

Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender.


(49)

39

Menurut mereka, banyak para perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang tertindas.

Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme Marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.

Asumsi yang digunakan oleh feminisme sosialis adalah bahwa dalam masyarakat, kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama keterbelakangan wanita sebagai wanita. Mereka mengatakan faktor gender, kelas, ras, individu atau kelompok dapat juga berkontrabusi bagi keterbelakangan wanita. Seorang laki-laki kelas menengah harus tau garis keturunannya sendiri agar pembagian harta dan warisan tidak disalahgunakan. 25

Solusi yang diberikan Engels untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga adalah dengan mengajak perempuan untuk masuk ke sektor publik. Partisipasi wanita dalam sektor publik dapat membuat wanita produktif (menghasilkan materi/uang), sehingga konsep pekerjaan domestik perempuan akan mempunyai posisi tawar menawar yang lebih kuat dalam relasinya dengan pria.26 Usaha penghapusan keberadaan institusi keluarga perlu dilakukan karena keluarga dianggap sebagai institusi yang melahirkan kapitalisme. Ini mengingat sistem

25

Ratna Saptar, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial., (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997) .53

26


(50)

40

patriakatnyayang menurut kaum feminis mengeksplositasi para wanita dirumah. Sehingga gantinya dapat di ciptakan suatu keluarga kolektif dimana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif termasuk pengasuhan dan pendidikan anak yang dilakukan misalnya di tempat pengasuhan anak. Dengan ini wanita bebas berkiprah di sektor publik yang dapat meningkatkan kepemirikan materi dan kekuasaan para wanita.27

Dalam derajat tertentu, sejauh keluarga tersebut tidak memiliki tenaga pembantu rumah tangga, kontrol atas tenaga kerja sebenarnya juga penting karena pekerjaan rumah tangga yang dilakukan istri memungkinkan laki-laki untuk keluar rumah mencari upah. Apalagi tenaga kerja perempuan tidak dikontrol dengan baik (dalam arti dibatasi untuk tidak keluar mencari penghasilan sendiri), pertama statusnya akan merosot karena ia dianggap tidak bisa menghidupi istri. Kedua, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang berarti ia tidak bisa memenuhi fungsinya sebagai pencari nafkah keluarga. Bagi laki-laki kelas bawah, karena tidak adanya harta untuk diwariskan, soal penjagaan garis keturunan bukan merupakan masalah yang terlalu diprioritaskan. Kaum perempuan kelas bawah, walaupun umumnya juga harus melakukan pekerjaaan rumah juga dibutuhkan untuk memperoleh penghasilan karena upah suami umumnya tak cukup untuk menghidupi satu keluarga.

Lebih mendalam lagi bahwa kaum perempuan mempunyai dua beban yakni di wilayah rumah mengurus keluarga dan harus bekerja.

27

Riant, Nugroho, Gender dan Strategi Pengrus-utamaannya di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011). 74


(51)

41

Beban kerja perempuan lebih berat dari pada laki-laki yang disebabkan oleh pelabelan perempuan sebagai makhluk domestik. Mereka harus benar-benar bisa membagi waktu antara keluarga dan bekerja dipasar. Kita dapat melihat perempuan pedagang sayur kehidupan keluarga pekerja sebagai (perempuan tidak hanya bekerja di ranah rumah tangga (mencuci, mengurus anak dan suami, memasak, menyapu) akan tetapi juga bekerja di ranah publik (sebagai pedagang sayur) karena penghasilan suami tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan mengharuskan mereka bekerja sebagai pedagang sayur dipasar.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, rasional, empiris, dan sistematis.1

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriftif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka-angka. penelitian ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang didalamnya terdapat angket dalam pengambilan data. Kemudian informasi yang dapat tersebut dibandingkan dengan teori yang ada untuk menghasilkan suatu strategi komunikasi antara persolan yang tepat serta memberikan suatu solusi dan informasi kepada masyarakat.

Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri), memanfaatkan metode

1


(53)

43

kualitatif, lebih mementingkan proses daripada produk atau outcome, membatasi seperangkat kriteria untuk memberikan keabsahan dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dengan subyek yang diteliti.2

Alasan kenapa peneliti memilih penelitian berjenis kualitatif karena peneliti akan menghabiskan banyak waktu dilapangan, mengumpulkan data yang luas. Penelitian berpartisipasi dalam suatu bentuk penelitian ilmiah sosial dan kemanusiaan yang tidak memiliki petunjuk yang berstruktur atau prosedur spesifik serta selalu berkembang dan berubah, dan peneliti akan terlibat dalam kegiatan narasumber.

Relevansi penelitian kualitatif dengan subjek dan objek penelitian yaitu karateristik latar belakang perempuan pedagang sayur dan penelitian dapat menggambarkan fakta-fakta yang akurat sesuai dengan fenomena yang ada.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di pasar umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Ditempat inilah yang menjadi objek peneliti, peneliti melakukan disini dikarenakan lokasi penelitian ini terdapat banyak pedagang mikro pedagang sayur. Peneliti tertarik untuk menggali secara mendalam mengenai perempuan peran ganda dalam peningkatan ekonomi keluarga tersebut

2

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. (Bandung: CV Alvabeta, 2013), 12


(54)

44

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal sampai 2 November 2016 sampai 28 Februari 2017. Pada tanggal 2 November 2016 jam 04.00 pagi peneliti melakukan observasi melihat keadaan pasar umum yang terletak Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo karna pada jam 04.00 pagi para perempuan pedagang sayur sudah berdatangan disekitar terminal Besuki. Peneliti berkeliling pasar untuk mengamati wilayah sekitar, hari pertama peneliti mengamati pasar bagian selatan dekat dengan terminal. Dan hari berikutnya peneliti mengamati wilayah pasar bagian utara, mengelilingi melihat hubungan sosial masyarakat.

Persiapan proposal disiapkan selama dua minggu dan ujian proposal dilakukan pada tanggal 17 November 2016. Setelah ujian proposal selesai peneliti meminta ijin penelitian kepada pihak pengurus pasar umum Besuki Situbondo secara langsung, pihak pengurus pasar mengijinkan dalam pengambilan data meski tidak adanya surat ijin resmi penelitian dari universitas.

Peneliti memilih informan dari siapa saja yang kebetulan ada atau dijumpai menurut keinginan peneliti yang sesuai kriteria informan, Pada 06.45 pagi tanggal 29 November 2016 sampai 1 Desember 2017 melakukan wawancara pedagang sayur wilayah selatan pasar bernama Maria, Bu Ramla serta suaminya Suyitno. Pada tanggal 3-4 Desember 2017 melakukan wawancara pada bu Mai dan Susiani. Pada tanggal


(55)

45

18-28 Februari 2017 melakukan wawancar pedagang sayur diwilayah utara pasar.

Peneliti tetap membuat surat ijin penelitian meski observasi dan wawancara sudah dilakukan. Pada tanggal 9 Januari 2017 peneliti membuat surat ijin penelitian, surat ijin penelitian membutuhkan 3 hari jadi, peneliti menyerahkan surat ijin pada pihak pengurus pasar pada tanggal 12 Januari 2017. pada tanggal 18 januari 2017 sampai 18 Februari 2017 pengambilan data berhenti selama sebulan karena peneliti melakukan kegiatan kampus yakni kuliah kerja nyata (KKN) 18 Februari 2017 untuk melanjutkan pengambilan data dipasar umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

C. Pemilihan Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisa, penafsiran data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian. Pemilihan subjek penelitian memiliki beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu informan perempuan pedagang sayur yang sudah berkeluarga, dan suami perempuan pedagang sayur, untuk teknik pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik Snowbol. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.


(56)

46

Dengan menggunakan teknik Snowball Sampling yang merupakan teknik sampling yang banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Pengambilan sample untuk suatu populasi dapat dilakukan dengan cara mencari contoh sampel dari populasi yang kita inginkan, kemudian dari sample yang didapat dimintai partisipasinya untuk memilih komunitasnya sebagai sample lagi. Seterusnya sehingga jumlah sample yang kita inginkan terpenuhi.3 Peneliti memilih informan pertama yang dikenal yaitu Ibu Susi dan kemudian Ibu Susi menunjukkan informan lainnya yang juga pedagang sayur.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan informan terdiri dari:

Tabel. 3.1. Data Informan

No Nama Umur Jumlah

Anak

Pendidikan terakhir

Pekerjaan sebelunya

1 Maria 28

tahun

2 SD Pedagang Kripik

2 Ibu Susi 35 Tahun

1 SD Ibu rumah tangga

3


(57)

47

3 Ibu Muntia 49 tahun

2 Belum tamat SD Pedagang tahu keliliing

4 Mai 30

tahun

2 SD Ibu rumah tangga

5 Bu Ramla 57 Tahun

2 Belum taman SD Ibu rumah tangga

6 Bu Nurul 50 tahun

3 Belum tamat SD Buruh Tani

7 Bu Tik 55

tahun

2 SD Ibu rumah tangga

8 Bu Tumi 36

tahun

1 SMP Buruh Tani

9 Bapak Nito 56 tahun

2 SMP Suami Ibu

Muntia 10 Ibu Ninuk 40

Tahun

2 SMA Ketua paguyuban

Mentari 11 Bapak Abu 47

Tahun

2 Sarjana Ketua PD pasar

(Sumber: Observasi Peneliti, 2017)

Tabel 3.1 diatas dapat dilihat dari 11 informan yang terdiri dari 8 pedagang sayur dan 1 salah satu suatu pedagang sayur dan 2 diantaranya ketua DP dan Ketua paguyuban pasar. Pendidikan mereka sangat rendah kecuali bapak Abu selaku ketua PD pasar, hal ini sangat berpengaruh pada pekerjaan yang mereka miliki. Di era modern memasuki sektor formal semakin sulit syarat-syarat yang diberikan pun cukup sulit seperti adanya skill dan pengalaman serta pendidikan. Pendidikan yang rendah membuatnya mustahil untuk memasuki di sektor formal yang memang masyarakat desa memang mayoritas pendidikan nya rendah.


(58)

48

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti ada empat yaitu : 1. Tahap pra lapangan

Pada tahap pra lapangan peneliti berusaha memahami subjek penelitian dan menemukan bahwa subjek ini menarik untuk diteliti. Terdapat tujuh tahap yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan pra lapangan yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, persoalan etika penelitian.

Dalam tahap pra lapangan ini peneliti meyiapkan segala keperluan penelitian seperti mengurus surat ijin penelitian, menyiapkan pedoman wawancara untuk melakukan wawancara terhadap informan agar membatasi perbincangan antara peneliti dengan informan. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti pulpen, kertas, dan HP perlengkapan tersebut untuk mencatat segala informasi yang diperoleh oleh peneliti. Dan HP disini untuk pengambilan gambar kegiatan perempuan pedagang sayur di pasar. Mempelajari bagaimana seharusnya peneliti bersikap atau bertingkah laku terhadap informan.


(59)

49

Pada tahap ini pekerjaan lapangan focus pada bagaimana mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin. Hal-hal yang diperlukan sebelum meneliti langsung adalah meminta ijin secara langsung terhadap pengurus pasar karena prosedur seorang peneliti adalah adanya ijin dari objek yang akan diteliti.

Selain itu peneliti mempersiapkan diri dalam memasuki lapangan, membawa peralatan yang dibutuhkan oleh peneliti agar penelitian sesuai rencana penelitian, kemudian peneliti mencari informan yang sesuai dengan kriteria informan dan melakukan wawancara sesuai pedoman wawancara yang telah disusun, menggali informasi agar data yang diperoleh peneliti sangat akurat.

3. Tahap analisa data

Setelah semua data terkumpul kemudian melakukan klarifikasi data, pada proses ini pemilihan data untuk menyesuaikan data yang sesuai kebutuhan. Kemudian data yang sudah terkumpul maka yang dilakukan adalah memilih teori yang sesuai sebagai alat analisis masalah yang terungkap dilapangan. Peneliti memilih teori Feminisme Sosialis karena menurut peneliti teori tersebut relavan dengan masalah yang diambil oleh peneliti kamudian dianalisis dengan teori tersebut,


(60)

50

Setelah semua data sudah dianalisis maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian.

4. Tahap penulisan laporan

Penulisan laporan merupakan tahap terakhir Setelah semua data dari wawancara, observasi dan dokumnen terkumpulkan dan sudah dianalisis data tersebut serta mencapai suatu kesimpulan.

Sebelum penulisan laporan peneliti mengumpulkan hasil data yang sudah dianalisis, dokumentasi yang dibutuhkan dalam penulisan laporan. Peneliti mulai menulis dalam konteks laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti terkait dengan kelengkapan data.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah melakukan penelitian terjun langsung ke lokasi dengan tujuan mendapatkan sumber data sebanyak mungkin.4 Teknik ini didasarkan atas pengamatan langsung yang

4


(61)

51

memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, dapat mencatat peristiwa dalam situasi yang berkenaan dengan pengetahuan yang diperoleh dari data. Peneliti dapat mengecek benar atau tidaknya informan yang memberikan informasi.

Proses observasi yang dilakukan peneliti adalah melihat, mengamati dan mencermati keadaan objek penelitian. Pada 2-7 November 2016 jam 04.00 pagi tanggal peneliti melakukan observasi melihat keadaan pasar umum yang terletak Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo pada jam 04.00 pagi para perempuan pedagang sayur sudah berdatangan disekitar terminal Besuki. Peneliti berkeliling pasar untuk mengamati wilayah sekitar, hari pertama peneliti mengamati pasar bagian selatan dekat dengan terminal. Dan hari berikutnya peneliti mengamati wilayah pasar bagian utara, mengelilingi melihat hubungan sosial masyarakat. Tujuannya supaya peneliti bisa menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Dan mempermudah komunikasi sosial. Terkait dengan pokok permasalahan dalam penelitian metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang peran perempuan pedagang sayur dalam meningkatkan perekonomian keluarga dipasar umum Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara (pengumpul


(62)

52

data) kepada informan dan jawaban informan dicatat atau jika memungkinkan direkam dengan alat perekam.5 Sifat wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur wawancara ini adalah bersifat berstruktur dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada di objek sehingga peneliti menemukan secara pasti permasalah apa yang harus diteliti. Instrument wawancara berupa pedoman wawancara atau daftar wawancara dan alat bantu dalam melakukan wawancara adalah alat perekam dari HP, buku tulis dan bolpein.

Peneliti memilih informan dari siapa saja yang kebetulan ada atau dijumpai menurut keinginan peneliti yang sesuai kriteria informan, Pada 06.45 pagi tanggal 29 November 2016 sampai 1 Desember 2017 melakukan wawancara pedagang sayur wilayah selatan pasar bernama Maria, Bu Ramla serta suaminya Suyitno. Pada tanggal 3-4 Desember 2017 melakukan wawancara pada bu Mai dan Susiani. Selama sebulan pada tanggal 18 Januari sampai 16 Februari 2017 peneliti menghentikan pengambilan data

5

Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian KualitatIF/RSD (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), 181.


(63)

53

penelitian karena adanya peneliti melakukan kegiatan kulaih kerja nyata (KKN) dan pengumpulan data dilanjutkan Pada tanggal 18-28 Februari 2017 melakukan wawancara pedagang sayur diwilayah utara pasar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah memperoleh data penelitian dengan cara mencatat atau mengumpulkan dokumen-dokumen data. Semua itu dapat menjadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk diinterpretasikan, diuji, bahkan untuk memprediksikan sehingga penelitian ini memiliki validitas untuk dipeertanggungjawabkan.6

Tujuan dari penggunaan dokumentasi ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data secara tertulis maupun gambar yang berkaitan dengan masyarakat. Dalam dokumentasi peneliti mengambil gambar kegiatan perempuan dalamjual beli dipasar umum Besuki Situbondo, pengambilan gambar tersebut dengan menggunakan camera HP, mencacat segala informasi yang diperoleh dengan menggunakan alat tulis yaitu pulpoin dan kertas.

4. Studi Pustaka

Teknik mengumpulkan data dengan menggunakan buku atau refrensi sebagai penunjang penelitian. Dengan melengkapi dan mencari data-data yang dibutuhkan dari literature, makalah dan lain

6


(64)

54

sebagainya. Disini peneliti memperoleh data-data yang tertulis telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Daftar buku tersebut terlampir didaftar pustaka.

5. Data Online

Data ini diperoleh peneliti dengan cara melakukan penelusuran melalui media online yaitu internet dengan memanfaatkan jasa search engine untuk mengakses jurnal, E-book dan lain sebagainya. Data online yang diperoleh dalam penelitian adalah jurnal puslitbang kehidupan keagamaan, jurnal, Skripsi dari UIN Sunan Ampel.

F. Teknik Analisa Data

Analisa data pembahasan hasil penelitian menggunakan analisis kualitatif. Menurut patton teknik analisa data adalah proses katagori data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, katagori dan satu uraian dasar, ia membedakan dengan penafsiran yang memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.7

Ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam analisa data yaitu: 1. Reduksi data

Redaksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data dalam penelitian ini. Kegiatam reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemeliti dalam memahami data yang telah

7


(65)

55

dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting, mengklarifikasi sesuai focus yang ada pada masalah dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini aspek-aspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara menyangkut peran perempuan pedagang sayur.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan tahapan kedua dalam aktivitas menganalisa data. Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisa data. Hal pertama yang dilakukan dalam proses penyajian data adalah menggambarkan secara umum hasil penelitian dimulai dari lokasi penelitian, peran perempuan dalam keluarga tradisional dan modern di indonesia dan kemudian mendeskripsikan peran perempuan pedagang sayur dalam meningkatkan ekonomi keluarga dalam perspektif feminisme sosialis.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir, dari proses pengumpulan data, peneliti mencatat semua fenomena yang muncul dalam kehidupan perempuan pedagang sayur dan melihat sebab akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian ini. Dari berbagai aktivitas dimaksud maka peneliti membuat


(1)

102

dapat bebas berkiprah disektor publik yang dapat meningkatkan

kepemilikan materi dan kekuasaan pada wanita.Solusi tersebut

mungkin efektif jika dilakukan oleh keluarga yang berasal dari

keluarga kelas atas, tetapi bagaimana dengan perempuan pedagang

sayur, mereka mayoritas dari keluarga golongan menengah-bawah,

tentu dengan membuat mereka menjadi beban karena lembaga kolektif

seperti pengasuhan anak membutuh biasa yang lebih besar.

Marx yang sangat ingin memperkecil institusi keluarga dan bahkan

usaha menghapuskan keberadaan institusi keluarga perlu dilakukan

karena keluarga dianggap sebagai institusi yang melahirkan

kapitalisme yang mengingat sistem patriakatnya yang menurut kaum

feminis mengeksplotasi para wanita di rumah. Peneliti mengkritik

adanya pernyataan tersebut karena dari realita yang ada di Indonesia

masih banyak keluarga yang harmoni. Peneliti juga memberi solusi

bahwa dengan adanya kerja sama dan saling membantu meringankan

beban masing masing antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal

entah peran publik maupun domestik maka akan timbul kesetaraan


(2)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Penelitian ini ada dua kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran perempuan Pedagang sayur dalam keluarga selain berperan

sebagai ibu rumah tangga (peran domestik), perempuan tersebut juga

berperan sebagai pencari ekonomi (materi) dalam keluarganya. hal ini

karena kondisi keuangan keluarga yang tidak mencukupi jika hanya

bergantung pada pendapatan suami. sehingga sang istri ikut serta atau

berperan ganda didalam keluarga tersebut. Keuntungan yang diperoleh

sebagai pedagang sayur dikontribusikan kepada keluarga diantaranya

sebagai pendidikan anak, keperluan sehari-hari dan tabungan. Dampak

negatif yang dirasakan perempuan pedagang sayur kelalaian dalam

berperan domestik.

2. Wewenang pengambilan keputusan yang dulunya hanya hak suami

kini istripun berwenang dalam pengambilan keputusan didalam

keluarga. para suami memberikan wewenang kepada istri dalam

pengambilan keputusa, dengan bekerja sama dalam pengambilan

keputusan antara suami dan istri hal itu mempermudah penyelesaian

masalah yang dihadapi oleh keluarga seperti masalah keuangan,


(3)

104

B. SARAN

Saran Peneliti terhadap Peran Perempuan Pedagang Sayur dalam

Peningkatan Ekonomi Keluarga di Pasar Umum Kecamatan Besuki

Kabupaten Situbondo yaitu:

1. Diharapkan bagi suami dan istri saling membagi waktu untuk keluarga

dan anak-anaknya dan tetap menjaga komunikasi agar hubungan

keluarga semakin erat.

2. Diharapkan bagi suami istri agar saling membantu dan bekerja sama

dalam meringankan beban masing-masing agar tercipta keluarga yang

harmoni dan seimbang.

3. Bagi Pengurus DP Pasar dan Pengurus Paguyuban Mentari, diharapkan

lebih meningkatkan tingkat sarana prasarana pedagang di Pasar Umum

Besuki.

4. Bagi pemerintah Situbondo, diharapkan lebih memperhatikan

kesejahteraan para perempuan terutama yang bergelut dibidang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 1992, Psikolodi Sosial, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dewayanti Ratih, Chotim Ermawati E, 2004, Marjinalisasi dan Eksploitasi

Perempuan Usaha Mikro di Pedasaan Jawa, Bandung : Akatiga.

DEPARTEMEN AGAMA R.I, 1995, PROYEK PENINGKATAN PERANAN WANITA.

Fakih, Mansour, 1996, Menggeser Konsepsi Gender dan Tranformasi Sosial,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour, 2004, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial, Yogyakatra:

Pustaka Pelajar .

Hidred, Geert,1983, Keluarga Jawa, Jakarta: Grafiti Pers.

Http/www.Neraca.co.id/article/3281/dua-kementrian-bersinegri-tingkatkan perempuan.co.id diakses pada tgl 2 Nov 2016.

Ihromi, 1995, Kajian Wanita dalam Pembangunan, Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia.

Ihromi, T.O , 2004, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Jane C.O. Helen A.R,1996, Sosiologi Wanita, Jakarta: PT Rineka Putra.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005, Jakarta : Balai Pustaka.

Maylin O, Mildred L, Evelyn S, Sulastri, Perempuan Indonesia Dulu dan Kini,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mulyana, Deddy, 2012, Metodelogi Penelitian KualitatIF/RSD, Bandung: Remaja

Rosda Karya.


(5)

104

Nugroho, Rian, 2011, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ritzer, George, 2014, Ssosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ritzer George dan Duglas J, Goodman, 2007, Teori Sosiologi Modern, Jakarta:

Prenada Media Group

Satuan Tugas Penyusun Pengembangan Motivasi Agama Terhadap Peran Wanita Menurut Pandangan Islam, Motivasi Peningkatan Peran Wanita Munurut Ajaran Islam, Jakarta.

Saptari, Ratna, 1997, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial, Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti

Samawati, Mil’us Ratu, 2006, Peran Perempuan dalam Meningkatkan

Perekonomian Kleuarga di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya, Fakultas Dakwah Program Studi Sosiologi.

Silalahi, Ulber. 2009, Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Soedjatmiko, Haryanto, 2008, Aku Belanja maka Aku Ada, Yogyakarta : IKAPI.

Sugiyono,2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta.

Thohir, Muhammad dkk, 2006, Perempuan dalam Sorotan, Bunga Rampai

Penelitian, Surabaya : Sinar Terang

Tong, P. Rosemarie, 1998, Feminist Thought, Yogyakarta : Jalasutra

Umar, Nasaruddin, 1999, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al- Qur’an,


(6)

105

Wiludjeng, Henny, Attas hendartini Habsjah, dan Dhevy S. Wibawa, 2005, Dampak Pembakuan Peran Gender terhadap Perempuan Kelas Bawah, Jakarta: LBH-APIK.


Dokumen yang terkait

Sikap Petani Terhadap Pedagang dan Harga Sayur Mayur di Kelurahan Tanah enam ratus kecamatan medan Marelan Kota Medan.

0 31 118

Nilai Anak Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga Suku Nias (Suatu analisis gender di Desa Sisobambowo, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias)

1 38 129

Kontribusi Petani Perempuan Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Sibangun Mariah Kecamatan Silimakuta Kabupetan Simalungun

8 66 113

Peran Wanita Pedagang Sayur Terhadap Pendapatan Dan Pengambilan Keputusan Keluarga

43 216 78

Relasi Gender Pada Keluarga Perempuan Pedagang di Pasar Klewer Kota Surakarta

1 6 207

ANALISIS KARAKTERISTIK PEDAGANG DAN JARINGAN PERDAGANGAN SAYUR PASAR TAWANGMANGU KABUPATEN Analisis Karakteristik Pedagang dan Jaringan Perdagangan Sayur Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

3 15 14

ANALISIS KARAKTERISTIK PEDAGANG DAN JARINGAN PERDAGANGAN SAYUR PASAR TAWANGMANGU Analisis Karakteristik Pedagang dan Jaringan Perdagangan Sayur Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER Kehidupan Perempuan Pedagang Pada Malam Hari Di Pasar Tradisional Dalam Perspektif Gender (Studi Kasus Di Pasar Legi Kota Surakarta).

0 3 18

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER Kehidupan Perempuan Pedagang Pada Malam Hari Di Pasar Tradisional Dalam Perspektif Gender (Studi Kasus Di Pasar Legi Kota Surakarta).

0 4 11

View of Dinamika Gender dan Peran Perempuan dalam Ekonomi Keluarga

1 1 22